Anda di halaman 1dari 5

JURNAL

PEMBINAAN KADER HMI KOMISARIAT FAI CABANG BEKASI DALAM


BUDAYA LITERASI DAN DISKUSI

(Dibuat sebagai syarat mengikuti Training Senior Course Himpunan


Mahasiswa Islam Cabang Bekasi)

Oleh:

Ajen Syaputra

SENIOR COURSE

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG BEKASI

2018
PEMBINAAN KADER HMI KOMISARIAT FAI CABANG BEKASI DALAM
BUDAYA LITERASI DAN DISKUSI

Oleh : Ajen Syaputra

1. Abstrak

Sebagai kader Ummat dan kader Bangsa, kader HMI mesti memiliki
kapasitas dan kapabilitas yang tinggi dalam prosesnya menjawab tantangan
zaman. Untuk itu diharuskan memperbanyak budaya membaca dan diskusi dalam
melatih kemampuannya mengkritisi serta membuka cakrawala pemikirannya
sebagai upaya menjawab tantangan zaman itu.

Dalam proses perjalanan sebagai kader HMI sering dijumpai pelbagai


persoalan yang membuat diri berkembang menjadi pribadi tangguh dan Problem
Solver, dengan harapan kedepannya dapat menambah kapasitasnya mejadi kader
pemimpin yang dapat menjalankan organisasi menuju cita-cita HMI semata-mata
dalam rangka menggapai ridha Allah SWT.

2. Pendahuluan

Banyak dijumpai persoalan yang dihadapi oleh kader HMI yang


mengindikasikannya sebagai penyebab mundurnya pengkaderan sebagai
permasalahan lokal di setiap Cabang masing-masing, khususnya dalam sekup
wilayah HMI Cabang bekasi Komisariat Fakultas Agama Islam mengalami
sebuah kemunduran yang amat begitu terasa, yakni minimnya keikutsertaan
anggota dalam organisasi HMI (Eksternal Kampus) dan cenderung aktif dalam
organisasi dalam kamspus (Internal Kampus).

Hal semacam ini diyakinkan juga dirasakan oleh beberapa komisariat di


beberapa cabang di indonesia. Mengenai persoalan tersebut mengakibatkan
semangat berproses anggota HMI memiliki kondisi yang sangat memprihatinkan,

2
maka dipandang perlu mencari cara agar setiap anggota dapat kembali aktif serta
menjadi pribadi yang mau dibina dan dididik untuk selanjutnya menjadi tulang
punggung organisasi.

3. Metode Penelitian

Melihat kondisi seperti ini tentu berdasarkan hasil dari sebuah fakta yang di
dapat hasil dari penelitian sebelumnya, dengan metode penelitian sebagai berikut :

a. Observasi dan Pengamatan

Obervasi dan pengamatan dilakukan demi melihat relita yang terjadi


lapangan, mengamati keaktifan kader dalam mengisi waktu selepas jam
perkuliahan dengan mengadakan kajian-kajian rutin sehingga terlihat minat
mereka untuk menghadiri kajian atau memilih untuk tidak menghadiri kajian
tersebut.

b. Tanya Jawab

Sharing, dilakukan untuk mendapatkan informasi seputar apa penyebab


ketidak hadiran anggota dalam setiap angenda yang dilakukan oleh pengurus
komisariat, untuk selanjutnya ditindaklanjuti dengan memanggil kader yang
bersangkutan untuk dimintai keterangan terkait ketidakaktifannya selama agenda
komisariat berlangsung.

Hasil membuktikan kurangnya anggota untuk terlibat aktif dalam setiap


agenda adalah terlalu banyaknya tugas dan tanggungjawab mereka terhadap
organisasi, khususnya dalam ruang lingkup organisasi internal kampus.
Banyaknya organisasi yang mereka pegang membuat sulitnya membagi waktu
serta mengakibatkan aktivitas antara organisasi satu dengan yang lain terganggu.
Oleh karenanya kader cenderung cepat memposisikanya dalam titik jenuh yang
menjadikanya cenderung untuk lepas dari tanggung jawab dan kelamaan menjadi
apatis terhadap organisasi.

3
4. Pembahasan dan Rekomendasi

Telah dijelaskan dimuka bahwa kader HMI selalu dalam proses kaderisasinya
mengalami semacam fenomena yang disebut dengan titik jenuh, biasanya hal ini
terjadi akibat terlalu banyaknya beban dan tanggung jawab yang harus dijalani
sehingga membuatnya merasa lelah dan ingin merasakan bebas dari jeratan
persoalan yang dihadapi, mengingat setiap orang yang berorganisasi pasti
menemukan pemasalahan yang pasti dan harus diselesaikan.

Ketika awal menjadi seorang kader, semangat dalam menjalankan tugas


oraganisasi seperti mencari kader, membantu kepanitiaan dalam melaksanakan
LK 1 adalah hal yang biasa karena semangat berorganisasi masih besar dirasakan.
Ikut dalam setiap kajian dan seminar yang diadakan, hadir dalam diskursus
wacana sebelum turun ikut serta dalam aksi adalah wujud dari semangat berkader.

Setelah beberapa tahun mengikuti kenaikan semester akademik di kampus,


semakin lama semakin berorganisasi semakin memudar. Selain karena beban
akademik bertambah, juga dikarenakan status menjadi pengurus di berbagai
organisasi baik internal kampus dan luar kampus menjadikan faktor penyebab
kurangnya aktif dalam Organisasi HMI. Belum lagi kesibukan yang bersifat
private, sangat memungkinkan fenomena titik jenuh semakin melanda kader HMI.

Kondisi seperti itu sangat rentan bahkan dapat menyebabkan kader HMI lebih
memilih untuk apatis terhadap Organisasi manapun, maka sangat berbahaya
karena tidak sejalan dengan visi dan misi HMI yang mencitak kader yang
berkualitas untuk fightfull dalam menghadapi setiap persoalannya.

Maka sudah demikian seharunya para pengurus Komisariat khusunya Bidang


PPPA (Penelitian Pembinaan Pengembangan Anggota) untuk lebih sensitif dan
peka dalam menangkap fenomena semacam ini agar dapat diperbaiki secepatnya,
karena merawat kader adalah hal yang paling sulit ketimbang mencarinya, dan
umumnya untuk segenap pengurus agar tetap konsisten dalam menjalankan
amanah dan melihat kondisi anggota komisariat supaya dapat bersinergi dan tetap
terjaga harmonisasi dari sebuah organisasi.

4
5. Kesimpulan dan Penutup

Anggaplah organisasi HMI adalah sebuah wadah yang berisi air bersih,
setiap tetes air di dalamnya sangat berharga, jangan biarkan air didalamnya
berkurang dan rusak tercemari kotoran, karena nantinya air tersebut sangat
dibutuhkan untuk kehidupan yang mendatang.

Akhirnya sampailah penulis pada akhir dari sesi sebuah jurnal, penulis
merasa banyak sekali kekurangan di dalamnya, untuk itu diharapkan kritik dan
saran yang membangun agar ada perbaikan dimasa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai