Anda di halaman 1dari 2

KONDISI OBJEKTIF DI INTERNAL PMII RAYON FUAH KOMISARIAT

WALISONGO PURWOKERTO

Oleh : Afif Muhammad A.

Dalam menuju kepada sebuah organisasi yang ideal, maka harus ada analisa yang kuat dari
seluruh anggota atau kader organisasi yang nantinya kemudian secara bersama-sama dapat
mewujudkan atau membangun titik ideal itu sendiri. Namun kesalahan yang terjadi itu
mungkin dikarenakan adanya rasa ketidak puasan para anggota dengan keadaan yang ada
saat ini, akan tetapi kepuasan tersebut belum tentu disebut dengan titik yang ideal ketika
sebuah organisasi disandingkan dengan organisasi yang lain. Maka daripada itu kita harus
menggaris bawahi bahwasannya dalam kita mendapatkan sebuah masalah kita terlebih
dahulu harus bisa keluar dari rasa puas dan cukup itu. Oleh karena itu kita harus melakukan
pembenahan di dalam organisasi selayaknya dilakukan sesering mungkin dan se-inovatif
mungkin.

Di Komisariat Walisongo Purwokerto, bisa dibilang bahwasannya PMII itu memiliki sedikit
banyaknya permasalahan yang biasa atau sering terabaikan atau mungkin belum
terselesaikan secara rapi. Permasalaha-permasalahan itu yang nantinya dapa mengimbas
kepada sense of belonging dari setiap anggota yang nantinya secara tidak langsung dapat
mengimbas kepada dekat atau jauhnya organisasi tersebut dari titik ideal. Breikut merupakan
penjelasannya:

1. Permasalahan kurangnya rasa militansi terhadap sebuah organisasi

Hal yang seperti ini terjadi karena adanya rasa kurang puas dari setiap anggota terhadap
organisasi. Disini Komisariat sendiri terlihat kurang dalam melakukan perubahan upaya
menarik para anggotanya supaya memiliki rasa kepemilikan kepada PMII. Itu semua
terlihat dari agenda yang kurang inovatif, sehingga mungkin itulah yang menjadi penyebab
kepada para anggotanya untuk memilih menjadi pasif didalam berorganisasi. Padahal
semestinya pada saat seperti ini merupakan tanggung jawab dari seluruh anggota pada
umumnya. Akan tetapi pada satu sisi rasa cinta terhadap organisasi itu juga mungkin
disebabkan karena adanya skala prioritas. Dan itu tidak dapat disalahkan apabila ada
seseorag yang memilih untuk aktif pada sebuah organisasi yang mereka nilai dapat
memberikan lebih banyak manfaat dan bisa meningkatkan kemampuannya dalam sektor
tertentu. Maka disinilah PMII harus bisa menjadi organisasi yang prioritas dari para kader
kadernya.

2. Keterbatasan secara finansial sehingga minimnya fasilitas yang ada

Disini juga komisariat harus bisa memberikan fasilitas kepada para anggotanya seperti hal
dalam pengadaan wadah diskusi dan juga agenda lain yang mencakup kepada minat dan
bakat para anggotanya seperti olahraga, taddabur alam, masak, dan juga bakti sosial. Selain
itu juga mungkin komisariat dapat menambah fasilitas lainnya seperti menambah koneksi
wifi di komisariat, hal seperti ini dinilai sangat efektif untuk mengundang anggota datang ke
komisariat.

3. Ketidak sesuain pemikiran dan gerakan antara rayon dan komisariat

Dalam permasalahan di organisasi PMII, terkadang itu muncul dari rayon, karena tidak
selamanya rayon sejalan dengan komisariat. Ada kalanya juga rayon memiliki pandangan
yang berbeda dari apa yang telah dicetuskan oleh komisariat. Kondisi seperti itu dapat
muncul ketika adanya kerenggangan antara rayon dan komisariat, dan hal itu terjadi karena
memang keputusan yang diberikan komisariat terlalu mengesampingkan kepentingan rayon.
Dan di dalam rayon itu sendiri tidak dapat dipungkiri kadang terjadi perang dingin antar
anggota akibat dari perebutan kekuasaan, sehingga rayon mengalami kecanggungan.

4. Munculnya kubu-kubu di dalam organisasi karena memiliki kesamaan paradigma

Ini semua terjadi karena adanya faktor geografis (sekat partai PAKEM dan PD2B) maupun
faktor fungsional sehingga adanya kenyamana dalam berorganisasi sesuai dengan versinya.
Sehigga mereka memilih untuk cenderung pada otonomi sendiri dan sering sekali
mengabaikan visi organisasi yang lebih besar dan tujuan bersama, sehingga muncul satu
kubu untuk membenci kubu yang lainnya. Sehingga nasib dari pergerakan ini akan di bawa
kemana? Sementara itu diluar media semakin gencar, sehingga kompleksitas masalah pun
akan semakin besar. Kemudian ketika para anggota sudah bisa dirapatkan kebersamaanya,
maka itu akan semakin mudah untuk kita membenahi keadaan komisariat. Sikap apatis dari
para anggota pun dapat diminimalisir.

Anda mungkin juga menyukai