RINGKASAN
Satelit Geostasioner Himawari-8 telah diluncurkan pada tahun 2014 oleh Badan Meteorologi
Jepang atau Japan Meteorological Agency (JMA) sebagai kelanjutan dari Satelit Geostasioner
Himawari-7 atau sebagai pengganti MTSAT-2. Satelit Himawari-8 ini mulai beroperasi pada tahun
2015 dilengkapi dengan sensor Advanced Himawari Imager (AHI), yang mempunyai 4 misi dalam
meningkatkan kemampuan satelit (JMA, 2013) diantaranya pengamatan cuaca yang digunakan
untuk mengamati bencana alam dan ramalan cuaca, pemantauan iklim dan masalah lingkungan,
akurasi prediksi cuaca numerik, dan kemampuan ramalan cuaca jangka pendek (setiap 6 jam)
termasuk mendeteksi dan memprediksi cuaca buruk. Deteksi liputan awan penghasil hujan dari data
Himawari-8 menggunakan variabel suhu kecerahan dari band inframerah. Data satelit Himawari ini
berfungsi untuk mendeteksi liputan awan yang berpotensi hujan, pengamatan cuaca dan iklim, yang
selanjutnya dapat digunakan untuk analisis penyebab bencana terutama bencana banjir dan longsor
yang sering terjadi di Indonesia.
93
Berita Dirgantara Vol. 18 No. 2 Desember 2017:93-98
(GMS). Peluncuran seri satelit Himawari Satelit Himawari 8/9 dan stasiun
tahun 2005 dengan sebutan MTSAT-IR bumi akan dioperasikan oleh Himawari
atau Himawari-6, selanjutnya Tahun Operation Enterprise Corporation (HOPE) -
2014 dan 2016 dengan sebutan masing- a Special Purpose Company (SPC) yang
masing Himawari-8 dan Himawari-9 didirikan oleh Japan Meteorological Agency
(Kamura, T., 2013). Lebih jelasnya lihat (JMA). Data pengamatan dari Advanced
seperti pada Tabel 2-1. Himawari Imager (AHI) dan Data Collection
Periode observasi satelit mulai Platform (DCP) akan dikirim melalui
generasi Geostationer Meteorological HOPE ke JMA, yang akan memproses
Satellite (GMS) dari tahun 1978 sampai informasi dan mendesiminasikan produk
dengan generasi satelit Himawari-9 yang ke pengguna.
periode observasinya direncanakan
hingga tahun 2029, seperti pada Tabel
2-2.
94
Potensi Pemanfaatan Data Satelit Himawari (Nanik Suryo Haryani)
Tabel 2-3: SPESIFIKASI BAND AHI (ADVANCED HIMAWARI IMAGER) PADA HIMAWARI 8/9
95
Berita Dirgantara Vol. 18 No. 2 Desember 2017:93-98
96
Potensi Pemanfaatan Data Satelit Himawari (Nanik Suryo Haryani)
Hasil analisis curah hujan dari akibat luapan sungai Cimanuk yang
data satelit Himawari-8, seperti pada membelah kawasan perkotaan Garut.
Gambar 3-1, menunjukkan terjadinya Berdasarkan analisis potensi banjir
curah hujan yang tinggi di wilayah dengan menggunakan data liputan
Minahasa Utara. Gambar 3-1 terlihat pada awan dari Himawari-8 seperti pada
lingkaran berwarna biru, menunjukkan Gambar 2, dimana liputan awan yang
saat kejadian banjir tanggal 22 Februari berpotensi hujan pada tanggal 20
2017. Pada Gambar 3-1 peluang curah September 2016 pada jam 18 dan jam
hujan ditunjukkan dengan warna biru 21 waktu Indonesia Bagian Barat (WIB)
muda, hijau hingga merah, yakni terjadi terlihat di Kota Garut terjadi potensi
curah hujan mencapai sebesar 30-125 hujan lebat hingga sangat lebat, saat
mm/hari. kejadian banjir ini dapat ditunjukkan
Contoh lain dari kejadian banjir pada Gambar 2 liputan awan yang
di Kota Garut, pada Gambar 3-2 terlihat berpotensi hujan berwarna kuning dan
segi empat berwarna merah muda, yang merah.
terjadi pada tanggal 20 September 2016. (http://pusfatja.lapan.go.id/banjir.php).
Banjir besar yang terjadi di Kota Garut
Gambar 3-1: Curah hujan dari data Himawari-8 pada tanggal 22 Februari 2017 di Minahasa Utara,
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 3-2: Liputan awan potensi hujan dari data Himawari-8 pada tanggal 20 September 2016 di
Garut, Provinsi Jawa Barat
97
Berita Dirgantara Vol. 18 No. 2 Desember 2017:93-98
98