AGAMA ZOROASTER
B. Mithraisme
Mithraisme merupakan perkembangan semu dari mazdaism, yang melalui
pengaruh grik dan memungut suatu bagian kecil dari rumusan kepercayaaan didalam
mazdaism yakni, mengangkat Mithra menjadi dewa tertinggi(supreme god) secara
mutlak, di identic dengan dewa matahari( sun-god) yang didalam kedudukannya itu
lantas menjadi pusat pemujaan. Mithraisme kalah pengaruh di iran tetapi berkembang
pesat di dalam wilayah Asia Kecil, dan wilayah imperium roma.
Pada abad ke-4 M mithraisme dikalahkan oleh agama Kristen, kemudian kaisar
Constantine the great(306-337 M) mengumumkan Kristen sebagai agama resmi
imperium romawi dan melaksanakan konsili nicae pada tahun 325 M. Akan tetapi
hari jadi dewa Mithra, yakni pada tanggal 25 Desember diambil alih oleh dunia
Kristen sejak pertengahan abad ke-4 M menjadi perayaan hari jadi (Natal) dari jesus
kristus dengan Cristmas.
C. Etika
Sebagian besar ajaran agama Zoroaster adalah menyangkut masalah etika. Dasar
pikiran teologisnya mempunyai inti pandangan moralistik tentang kehidupan.
Kenyataan kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari adalah kejelekan. Baik
adalah baik, dan jelek adalah jelek. Menolak adanya prinsip kejelekan yang terpisah
sama dengan mempertalikan atau menghubungkan kejelekan pada Tuhan. Ini tidak
mungkin. Oleh karena itu, kejelekan tentu merupakan sesuatu yang berdiri sendiri
secara terpisah. Moralitas Zoroaster diungkapkan dalam tiga kata dan perbuatan baik.
Yang paling utama dari ketiga hal itu adalah perbuatan baik.
Dalam teks yang dinisbahkan pada Adhurbath, orang yang sering dianggap
sebagai pelopor ajaran Zoroaster yang ortodoks, keseluruhan nada ditekankan pada
sikap yang tidak berlebih-lebihan serta menghindari sikap ekstrim. Yang paling
utama dan penting bagi manusia adalah bertindak sesuai dengan akan sehat. Manusia
hendaknya menikmati hal-hal yang baik di dunia ini sambil mempersiapkan diri
dengan perilaku yang benar dan masuk akal bagi kehidupan abadi di akhirat.
Kehidupan asketik yang mementingkan masalah akhirat dengan meninggalkan
kenikamatan dunia dan kehidupan yang yang mementingkan kenikamatan dunia
dengan melupakan masalah akhirat harus dihindari semua. Kehidupan yang pertama
itu lebih jelek karena mengandung makna penghinaan kepada Tuhan yang
menjadikan dunia dan membuatnya baik serta menempatkan manusia di dalamnya
untuk melawan kejelekan dan kejahatan yang hanya bisa dicapai dengan
memakmurkan dunia.
Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran Adhurbadh ini tampak menyenangkan.
Penekannya selalu pada pentingnya mengerjakan sesuatu yang berguna dan pada
keceriaan. Nada legembiraan ini tampak pada resep untuk ahri pertama setiap bulan:
“ Pada hari Ohrmazd minum anggur dan bersuka ria”. Bagi penganut agama
Zoroaster hidup di dunia ini bukan merupakan tempat pegasingan di suatu lembah
yang penuh air mata tetapi suatu keadaan yang memuaskan dan menyenangkan.
Sebuah ilustrasi bisa diberikan disini. Pada hari yang dipersembahkan untuk dewa
Rashn yang bertugas mengadili roh manusia pada saat kematian, disebutkan bahwa
hidup adalah ceria; dalam kesucian orang disuruh berbuat apa yang dia suka. Kalau
dilihat tugas dewa tersebut maka seharusnya orang akan diliputi oleh pikiran yang
menakutkan tentang perhitungan (hisab), tetapi hari itu justru disebut sebagai hari
yang ceria dan orang disuruh berbuat sesukanya.
Inti ajaran Adhurbadh bin Mahraspand adalah “hiduplah dengan baik dan
menjadi orang yang berguna, berilah perhatian kepada sesama, laksanakan
kewajiban-kewajiban agama, garaplah tanah, hiduplah berkeluarga dan didiklah
anak-anak sehingga menjadi terpelajar. Ingatlah bahwa hidup di dunia ini adalah
sebuah pendahuluan bagi hidup di hari nanti, atau akhirat dan roh orang yang
meninggal akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbuatan-perbuatan yang
dikerjakan di dunia.
D. Peribadatan
Dalam salah satu butir teks “beberapa perkataan Adhurbadh bin Mahraspand”,
ayat 72 disebutkan : “pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacalah do’a pada api”.
Kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke kuil api
dan membaca doa pada api akan menerima banyak barang duniawi dan kesucian.
Mary Boyce, dalam bukunya Zoroastrians, Their Religious Beliefs and
Practiceakan menjelaskan bahwa waktu ibadat orang-orang Iran zaman dulu adalah
ketika matahari terbit, ketika tengah hari, dan ketika matahari terbenam. Waktu yang
tersebut akhir tampaknya diperuntukkan bagi roh orang yang telah meninggal dunia.
Zoroaster tampaknya memberikan dua tambahan lagi sehingga dia mewajibkan
kepada para pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari. Bagi agama Zoroaster,
selama musim panas doa-doa yang dibaca pada tengah hari berfungsi membantu
orang yang saleh untuk berpikir tentang kebenaran serta tentang kejayaan kebaikan
sekarang dan yang akan datang. Sedangkan selama musim dingin adalah merupakan
peringatan tahunan akan adanya kekuatan yang mengancam dan perlunya bertahan
terhadapnya.
Doa atau sembahyang lima kali sehari merupakan kewajiban yang mengikat bagi
para pemeluk agama Zoroaster, bagian pengabdian wajibnya pada Tuhan, dan senjata
di dalam bertarung melawan kejahatan.
Di samping kewajiban individu di atas, para pengikut Zoroaster masih
mempunyai kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan hari besar
tahunan. Waktu peringatan berbeda-beda, ada yang pertengahan musim semi, ada
yang pertengahan musim panas, dan ada yang pertengahan musim dingin. Perayaan
ini dirayakan dengan menghadiri upacara agama (sembahyang) di pagi hari dan
kemudian berkumpul bersama di dalam kegembiraan dengan pesta makan bersama.
Upacara-upacara khusus bagi kelahiran, menginjak usia pubertas, perkawinan,
dan kematian juga diajarkan di dalam agama Zoroaster. Bagi yang ingin mendalami
masalah ini, silahkan melihat buku J.J. Modi, Religious Ceremonies and Customs of
the Parsees.
Menjelang akhir zaman akan turun tiga juru selamat yaitu: Ausedar, Aushedar-
mah, dan Shayoshant. Kedatangan ketiganya akan menegakkan keadilan dan
memusnahkan kezaliman sehingga berdiri kerajaan Ahura Mazda di muka bumi
berlangsung seribu tahun dan baru kemudian alam semesta mengalami kehancuran
terakhir atau kiamat. Selanjutnya semua manusia mengalami kebangkitan kembali di
dalam suatu alam kehidupan penuh keadilan dan dihadapkan kepada
peradilanterakhir dari Ahura Mazda.
Terdapat konsepsi surga dan neraka pada agama Zoroaster. Konsepsi surga
merujuk pada suatu keadaan kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman
menghancurkannya. Dunia seperti awal penciptaan. Sedangkan neraka merupakan
tempat penyucian dari noda- noda dosa dan bukan merupakan tempat penyiksaan
abadi. Tidak ada siksaan abadi dan akhirnya, semua manusia masuk surga. Neraka
adalah tempat tinggal Ahriman dan syetan- syetan.
Penutup
Sumber agama Zoroaster sama seperti sumber agama Hindu telah dijalankan di
India dan pengikut Zoroaster ada di Persia. Sumber asli dari agama yang sejenis dari
bangsa Arya adalah pemuja pada matahari. Ini adalah turunan langsung dari agama
nenek moyang nabi-nabi Yahudi juga. Tidak ada agama yang bisa lepas dari garis
keturunan ini.
Penganut Zoroaster, bahkan sampai saat ini, menyembah dewa Ahurmazd
dengan memandang dan membungkukkan badan pada matahari. Arti simbolis dari
ritual ini adalah pemujaan cahaya, dan khususnya satu Cahaya yang tidak serupa di
mana saja, yang bersinar pada semua benda, dan padanya kehidupan seluruh semesta
tergantung secara mutlak. Ini adalah pelajaran yang diberikan di masa lalu untuk
menyiapkan pikiran manusia agar menjadi suka pada cahaya, sehingga pada suatu
hari nanti jiwanya akan terbuka, dan cahaya dari dalam diri, Matahari Abadi,
pantulan yang pada permukaannya addalah matahari, dapat memberikan pengetahuan
dan dipuja.