Anda di halaman 1dari 7

Makalah Filsafat Umum: Filsafat Persia

1PA24

Nama :

- Abdullah Rayhan Albiruni (10519044)


- Ardiansah Fadilah (10519985)
- Daniella Fiorentina Tampubolon (17519523)
- Intan Rizky Maulida (13519035)
- Shafilla Reinatasya (16519005)
- Yulia Setianingsih (17519614)
“FILSAFAT PERSIA: ZOROASTRIANISME”

Pendahuluan

Agama merupakan sistem yang mengatur tata keagamaan dan peribadatan kepada Tuhan serta
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungan
[1]. Agama-agama yang ada di dunia ini masih tetap bertahan hingga saat ini dan telah berkembang
secara pesat. Perkembangan itu diakibatkan karena penyebaran injil yang tak henti-hentinya yang
dilakukan oleh para pengikutnya. Agama yang akan dibahas sekarang adalah Agama Zoroaster yang
terdapat di Persia. Agama Zoroaster merupakan agama yang peradabannya telah berkembang sejak
dulu kala. Ada beberapa hal yang akan dibahas dalam paper ini mengenai Agama Zoroaster yaitu:
sejarah dan ajaran-ajaran utamanya: dewa/dewi, ketuhanan, manusia dan cara-cara hidup yang
baik.

Zoroastrianisme adalah Agama Persia kuno yang mengajarkan bahwa segala segala sesuatu yang
terjadi selalu diperebutkan oleh dewa kebaikan dan dewa kejahatan [2]. Zoroastrianisme
berlandaskan pada ajaran Zarathusta. Zarathusta sendiri adalah seorang nabi atau imam pengajar
yang dikenal di Persia Kuno sebagai Zoroaster. Kelahiran Zarathusta diperkirakan pada rentan waktu
yang cukup panjang antara tahun 1200 dan 600 SM. Agama ini memiliki pengikut yang berkisar
200.000 orang. Domisili terbanyak terdapat di daerah India dan Iran [3].

Filsafat Persia

Zoroaster adalah seorang imam pengajar. Ajarannya diabadikan dalam 17 puji-pujian yang
disebut Gatnas [4]. Puji-pujian yang diabadikan tersebut, tertulis dalam bentuk puisi-puisi yang
hanya dimengerti oleh sebagian orang, sehingga sulit untuk diterjemahkan. Kitab suci umat
Zorastrianisme adalah Avesta. Penganut Zoroastrianisme beribadat kepada Ahura Mazda di dalam
“kuil api”. Kuil api sendiri artinya sebuah tempat dimana api terus menyala sebagai lambang dewa.

Zoroastrianisme menekankan peran Ahura Mazda, sebagai pencipta yang baik tanpa ada kejahatan
di dalamnya. Dengan kata lain Zoroastrianisme mengajarkan kebaikan dan kejahatan memiliki
sumber-sumber yang berbeda. Sang dewa tertinggi, Mazda, menjadi pelindung
atas kejahatan yang berusaha menghancurkan.

Zoroastrianisme merupakan ajaran yang sangat kuno dalam masyarakat Irak. Ajaran ini disebut juga
sebagai agama nasional Irak selama berabad-abad sebelum terpinggirkan
oleh agama Islam pada abad ke-7 [5]. Sebutan untuk pengikut ajaran ini disebut juga dalam bahasa
Inggris, yakni Zoroaster, Zarathustrian atau Behdin, yang berarti pengikut Daena.
Keberadaan, Perkembangan Zoroastrianisme

Zoroastrianisme merupakan salah satu ajaran tertua yakni sekitar awal milenium pertama SM.
Sejarah Herodotus (akhir 440 SM) menjelaskan bahwa masyarakat Iran Greater mengenal Zoroaster
pada periode awal zaman Achaemenid (648-330 SM), khususnya yang berkaitan dengan peran orang
Majus. Majus adalah orang-orang bijak dari timur di kerajaan Media. Sampai penyatuan Kerajaan
Persia dibawah pemerintahan kaisar Cyrus Agung, seluruh warga Iran disebut sebagai "Mede" atau
"Mada" oleh bangsa-bangsa pada zaman kuno.

Walaupun tidak dijelaskan Cyrus adalah seorang Zoroaster, namun pengaruh ajaran Zoroastrianisme
yang memungkinkan Koresy membebaskan orang-orang Yahudi yang memungkinkan untuk kembali
ke Yudea, ketika kaisar Cyrus agung mengalahkan Babel pada tahun 539 SM.

Kemudian, menurut prasasti Behistum, Darius adalah pemuja Ahura Mazda. Setelah Darius I, dalam
prasasti Achaemenid, kaisar Akhemenid mengakui pengabdiannya kepada Ahura Mazda, yang
kemudian dikenal dalam sejumlah teks Zoroaster Avesta. Kemudian pada pemerintahan Siculus,
Raja sekitar tahun 60 SM, muncul untuk mendukung Zoroaster [6].

Ajaran-ajaran

Dewa yang baik dalam agama ini dapat disebut Ahura Mazda, yaitu dewa kebijaksanaan. Ahura
Mazda adalah dewa tertinggi yang menjadi simbol. Nama Ahura Mazda berarti “Dewa Tertinggi”
atau ”Dewa Kebijaksanaan” dan ia juga sebagai pencipta, dewa kebaikan, yang semua orang
menyembah kepadanya.

Hal itu dapat dikatakan, bahwa Zoroaster menyangkal/meniadakan perwujudan dari berbagai dewa
dan iblis. Pemeluk agama ini tidak begitu percaya akan Ahura Mazda memerintah segalanya,
sehingga mereka juga mengakui bahwa kekuatan iblis berasal dari Dewa Angra Mainyu atau
Ahriman. Hal inilah yang dipercayai pemeluk agama ini yaitu ada dua kekuatan yang menguasai
dunia ini, kebaikan di bawah Ahura Mazda dan kejahatan di bawah Angra Mainyu. Jika menggunakan
pengetian seperti di atas maka pandangan seperti ini dapat dikatakan sebagai Dualisme.

Para peneliti dan pengikut sependapat, Zoroastrianisme dibandingkan dengan Kekristenan, dimana
dengan adanya sebuah Doktrin Trinity dan meyakini adanya kekuatan jahat, dapat disamakan
sebagai monotheisme.
Pengikut Zoroaster percaya juga pada enam kekuatan roh, yaitu sesuatu yang bukan Tuhan dan juga
tidak tepat jika dikatakan makhluk. Enam Roh tersebut yaitu: [7]

1. Vohu Mada yaitu roh yang memiliki jiwa berbudi dan mati di surga. Kadang-kadang dia
disebut pikiran yang baik atau penglihatan yang baik, dan dia akan memberikan dua macam
kebijaksanaan pada siapa yang memperhatikannya. Vohu Mada mengharuskan Umat
Zoroaster mengorbankan binatang untuknya, sekarang umat mempersembahkan susu dan
mentega dalam ritual.
2. Kshathra yaitu roh yang mahamulia dan pejuang kerajaan yang membela orang miskin. Dia
kadang-kadang disebut KebaikanDominion Ahura Mazda.
3. Asha Vahista yaitu dewa pembela perintah-perintah dunia dan memerangi iblis. Dia adalah
roh kebenaran dan keadilan, yang memilki tujuan untuk memerangi kebohogan.
4. Armati yaitu penyokong kebijaksanaan di bumi, merupakan roh wanita dari devosi yang
kudus dan pemikiran yang benar
5. Haurvatat yaitu roh yang membawa kemakmuran, kemurnian dan kesehatan. Ia juga dalam
komando air dan ia menggambarkan air dalam upacara Yana.
6. Ameretat yaitu roh yang memberikan kehidupan yang kekal, atau setidak-tidaknya umur
yang panjang, atau petunjuk agar memiliki umur yang panjang untuk kehidupan yang kekal.
Dia menggambarkan Haoma dalam upacara Yasna. Ameretat dan Haurvatat hamper selalu
berpasangan.
7. Roh Kudus atau Spenta Mainyu, merupakan sebuah konsep yang bertalian. Dia tidak
dianggap satu dari Amesha Spentas, karena sifatnya hampir serupa dengan Ahura Mazda
dan memiliki tujuan yang sama dengannya. Spenta Aminyu tidak memiliki kehidupan yang
berbeda dari Ahura Mazda, tetapi mengalami penambahan roh, karena kehadirannya
menolong pendistribusian seluruh ciptaan dari Ahura Mazda. Dia juga menolong
menyempurnakan realisasi diri ilahi Ahura Mazda.[8]

Penciptaan Alam Semesta dan Manusia

Orang kuno iran mempercayai, bahwa langit adalah bagian pertama dari penciptaan dunia.
Digambarkan bahwa bumi terbuat dari lingkaran pelindung dari batu kristal, kemudian berubah lagi
menjadi besi. Penciptaan setelah bumi adalah air, lalu muncul lagi tumbuhan dan hewan. Manusia
diciptakan pada hari ke-6, dan api diciptakan terakhir.

Gunung dipercayai tumbuh dari permukaan bumi, yang awalnya bumi berbentuk datar. Menurut
kitab Avesta gunung pertama kali dapat tercipta setelah 800 tahun berjalan. Air juga merupakan
salah satu hal terpenting dalam agama ini. Menurut kitab suci Avesta, air dilambangkan sebagai
pembawa kehidupan. Sungai yang suci bagi kaum Zoroastrianisme bernama sungai Harahvaiti.
Selain itu ada pula tumbuhan. Mereka menyimbolkan sebagai pohon yang timbul di tepi sungai atau
aliran air. Pohon itu disimbolkan sebagai benih dari kehidupan yang mendapat makanan dari aliran
sungai tersebut. Ada juga hewan yang pertama kali diciptakan. Hewan itu sejenis dengan sapi. Pusat
dari keberadaan hewan ini terdapat di sebelah timur sungai.

Manusia juga salah satu dari proses penciptaan. Dalam kitab Yasht, digambarkan seseorang pria
yang berperawakan tinggi dan terang bagaikan matahari. Dewa Angra Mainyu membunuh manusia
pertama itu yang bernama Gayomartan. Dari peristiwa itu selama lebih dari 40 tahun barulah
muncul manusia baru, yang diperkirakan sebagai orang pertama, yaitu Mashya dan Mashyanang.

Filosofi Umat Zoroaster

Filosofi umat Zoroaster tersusun atas dua bagian:

a) Etika

Dalam Agama Zoroaster, hidup yang ideal dapat disimpulkan secara sederhana dalam 3 cara hidup
yang baik yaitu: pikiran yang baik, perkataan yang baik, dan perbuatan yang baik.[9]

b) Eskatologi

Pada saat kematian, orang akan berdiri dihadapan Sraoha (kepatuhan terhadap Tuhan), Rashnu
(keadilan), dan Mithra (kebenaran).[10] Jika seseorang dapat membuktikan bahwa dia memiliki
perbuatan baik yang lebih banyak daripada perbuatan yang buruk, maka ia akan diselamatkan. Jika
perbuatan yang baik seimbang dengan perbuatan yang buruk, orang akan melanjutkan ke
penghakiman yang terakhir di sebut Hamestaken.[11]
Daftar Pustaka

Browne, A. M. Histoty of Zoroastrianisme. Leiden: Ej. Brill, 1996.

Curtis, Vesta Sarkosh. Persian Myths. Austin: British Museum Press, 1998.

Keene, Michael. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Kanisisus, 2006.

Kellens, Jean. "Avesta", dalam Encyclopaedy Iranica Vol. 3. (New York: Routledge & Kegan
Paul, 2005.

Morgan, Diane. The Best Guide to Eastern Philosophy and Religion, the United States of
America: Renaissance Media, 2001.

[1] Michael Keene, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius).

[2] Ibid. hal.174

[3] Ibid.

[4] Ibid, hal. 174.

[5] M Browne, A. Histoty of Zoroastrianisme, (Leiden: Ej. Brill, 1996), hal.1.

[6] Jean Kellens, "Avesta", dalam Encyclopaedy Iranica Vol. 3, (New York: Routledge & Kegan Paul,
2005) hal.35-44.

[7] Diane Morgan, the Best Guide to Eastern Philosophy and Religion, (the United States of
America: Renaissance Media, 2001), hal. 297-298.

[8] Ibid, hal. 298-299.

[9] Op. cit, Diane Morgan, hal. 299.

[10] Ibid, hal. 300.

[11] Ibid
2. Keberadaan, Perkembangan Zoroastrianisme

Zoroastrianisme merupakan salah satu ajaran tertua yakni sekitar awal milenium pertama SM.
Sejarah Herodotus (akhir 440 SM) menjelaskan bahwa masyarakat Iran Greater mengenal Zoroaster
pada periode awal zaman Achaemenid (648-330 SM), khususnya yang berkaitan dengan peran orang
Majus. Menurut Herodotus, orang Majus adalah suku keenam dari median (sampai penyatuan
Kerajaan Persia di bawah pemerintahan kaisar Cyrus Agung, di mana semua Iran disebut sebagai
"Mede" atau "Mada" oleh bangsa-bangsa Dunia Kuno).

Walaupun tidak dijelaskan Cyrus II adalah seorang Zoroaster, namun pengaruh ajaran
Zoroastrianisme kemudian yang memungkinkan Koresy membebas-kan orang-orang Yahudi dari
penawanan dan memungkinkan untuk kembali ke Yudea, ketika kaisar Cyrus agung mengalahkan
Babel pada tahun 539 SM.

Kemudian zaman kaisar. Menurut prasasti Behistum, Darius adalah pemuja Ahura
Mazda. Setelah Darius I, dalam prasasti Achaemenid, kaisar Akhemenid mengakui pengabdiannya
kepada Ahura Mazda, yang kemudian dikenal dalam sejumlah teks Zoroaster Avesta. Kemudian pada
pemerintahan Siculus, Raja sekitar tahun 60 SM muncul untuk mendukung Zoroaster.

Anda mungkin juga menyukai