DOI : 10.24843/metamorfosa.v06.i01.p19
https://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa/article/view/47294
METAMORFOSA
Journal of Biological Sciences
eISSN: 2655-8122
http://ojs.unud.ac.id/index.php/metamorfosa
INTISARI
Tomat (Lycopersicum esculentum) adalah salah satu tanaman sayuran terpenting di Sumatera
Barat. Di provinsi ini, tomat ditanam di daerah dataran tinggi Solok, Padang Panjang, Tanah Datar dan
Bukittinggi. Setiap tahun, meningkatnya permintaan tanaman ini berasal dari provinsi lain di Sumatra
dan Jawa. Peluang ini merangsang aktivitas agribisnis tomat di Sumatera Barat, namun tanaman
tersebut mati karena penyakit layu bakteri yang paling parah yang disebabkan oleh Ralstonia
solanacearum. Tujuan dari penelitian ini untuk memilih antagonis Pseudomonas fluorescens sebagai
agen kontrol biologis terhadap R. solanacearum. Kandidat antagonis P. fluorescens dikumpulkan dari
tomat yang sakit dengan gejala R. solanacearum di beberapa perkebunan tomat di Sumatera Barat.
Studi antagonis dilakukan Maret hingga Juli 2016 di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas. Masing-masing kandidat yang dikumpulkan untuk
menemukan karya antagonis, dan ditumbuhkan antagonis dengan R. solanacearum pada media Nutrient
Agar. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat 16 isolat P. fluorescens yang terjadi. Kemampuan
antagonis terbaik di antara para kandidat adalah dari Pfi dengan zona diameter 4,95 cm.
Kata kunci: tomat, Ralstonia solanacearum, Pseudomonas fluorescens, agen kontrol biologi, Pfi
ABSTRACT
Tomato (Lycopersicum esculentum) is one of the most important vegetable crops produce in West
Sumatra. In this province, tomato are cultivated at highland regions of Solok, Padang Panjang, Tanah
Datar and Bukittinggi. Annually, the increasing demand of this crop comes from other provinces in
Sumatra and Java. This opportunity stimulate tomato’s agribusiness activity in West
Sumatra. However, the crop succumb to the most destroyed bacterial wilt disease caused by Ralstonia
solanacearum. The aims of this study to select antagonist Pseudomonas fluorescens as a biological
control agent against R.solanacearum. The candidates of antagonist P. fluorescetn were collected
from diseased tomato with R. solanacearum’s symptom in several tomato’s plantations in West
Sumatra. Study of the antagonist was conducted from March to July 2016 at the Laboratory of
Microbiology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Andalas University. To find the antagonist
work, each of the collected candidate was grown opposite R. solanacearum on Nutrient Agar
medium. The result found that there were 16 isolates of P. fluorescens occurred. The best antagonist
ability amongst the candidates was from Pfi with diameter zone was 4.95 cm.
Keywords: tomato, Ralstonia solanacearum, Pseudomonas fluorescens, biological control agent, Pfi
119
JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 119-122 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122
120
JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 119-122 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122
121
JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 119-122 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122
Pseudomonas fluorescens. P. fluorescens meng- penyebab penyakit layu bakteri pada tanaman
hasilkan 2 antibiotik Chlorinated phenylpyrol tomat (L. esculentum). Zona hambat terbesar
yaitu : Pyroluteorin dan Pyrolnitrin. Antibiotik didapatkan pada isolat Pfi yaitu 4,95 cm.
Pyrolnitrin efektif terhadap pertumbuhan R.
solanacearum, antibiotik ini dapat bertahan 30 DAFTAR PUSTAKA
hari dalam tanah lembab tanpa kehilangan Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Produksi
aktivitasnya (Habazar and Yaherwandi, 2006). sayuran dan buah-buahan. Indonesia.
Mekanisme yang terjadi antara Pseudomonas Habazar, T dan Yaherwandi. 2006.
fluorescens ini bersifat antagonis yaitu Pengendalian hayati hama dan penyakit
peristiwa yang terjadi yang menyebabkan tumbuhan . Padang : Universitas Andalas
tertekannya aktivitas suatu organisme jika dua Press.
atau lebih berada pada tempat yang berdekatan Hadietomo, R. S. Mikrobiologi dasar dalam
(Semangun, 1996). praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Tabel 1. Diameter zona hambat Nesmith WC, Jenkins SF Jr. 1985. Influence of
Pseudomonas fluorescens dengan Ralstonia an antagonist and controlled matric
solanacearum (cm) potential on the survival of Pseudomonas
Perlakuan Rerata diameter (cm) solanacearum in tour North Carolina
Isolat B 1,23 soils. Phytopatology.
Isolat C2 1,27 Parjono. 2008. Pseudomonas sp. sebagai
Isolat D 2,40 pemacu pertumbuhan dan pengendali
hayati fungsi patogen akar tanaman
Isolat E 1,54
kedelai. Disertasi online. Program
Isolat E1 1,31 Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Isolat G 1,39 Pudjiatmoko. 2008. Pengamatan penyakit layu
Isolat H 1,31 bakteri pada tanaman tomat
Isolat H2 1,68 (Licopersicom esculentum) di Greenhouse
Isolat I 4,95 dan pengujian agen antagonis. Laporan
masalah khusus penyakit tanaman.
Isolat K 1,02
Puslitbang Holtikultura. 2004. Hasil-hasil
Isolat M 1,29 penelitian holtikultura pelita V. Jakarta:
Isolat Mb 1,18 Badan Litbang Pertanian.
Semangun. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman
Kemampuan Pseudomonas fluorescens Holtikultura di Indonesia. Yogyakarta :
dalam menghambat R. solanacearum juga Universitas Gajah Mada
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam Semangun. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit
menghasilkan siderofor. Menurut Parjono Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas
(2008), siderofor yang dihasilkan oleh Gajah Mada
Pseudomonas fluorescens yang mampu meng- Suryadi, Y. 2009. Efektivitas Pseudomonas
ikat Fe pada lingkungan defisiensi Fe, sehingga flouresens terhadap penyakit layu bakteri
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan (Ralstonia solanacearum) pada tanaman
patogen, karena Fe menjadi tidak tersedia bagi kacang tanah. Jurnal Hama Penyakit
patogen. Tumbuhan Tropika.
Supriyono. 2010. Uji kompatibilitas dua agensia
KESIMPULAN hayati Pseudomonas fluorescens dan
Berdasarkan penelitian yang telah actinomycetes dalam menghambat
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan R. solanacearum secara in
Pseudomonas fluorescens mampu menghambat vitro. Skripsi online. Universitas
pertumbuhan dari bakteri R.solanacearum Pembangunan Nasional Veteran.
122