3.1 Panduan Code Blue
3.1 Panduan Code Blue
Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya buku Pedoman Pelayanan Medis Reaksi Cepat (Code Blue)
RSIA “Fatimah” Lamongan dapat terselesaikan. Buku ini merupakan pedoman yang memuat
Susunan Organisasi dan Tata Laksana Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) RSIA “Fatimah”
Lamongan dalam rangka memberikan pelayanan penanganan kegawatdaruratan bila terjadi di
lingkungan RSIA “Fatimah” Lamongan, dalam rangka mendukung visi, RSIA “Fatimah”
Lamongan yaitu ‘’Terwujudnya Rumah Sakit yang dapat memberikan pelayanan
kepada ibu dan anak yang berkuwalitas”.
Demi kesempurnaan isi buku, maka kami sangat mengharapkan masukan dan saran
perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih baik di tahun yang akan datang. Semoga buku
Pedoman Pelayanan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) RSIA “Fatimah” Lamongan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
dr.Sesanti
NIK. 18251101
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keadaan gawat darurat medik merupakan peristiwa yang dapat menimpa
seseorang (untuk semua golongan umur dan jenis kelamin) atau sekelompok orang secara
tiba-tiba/sewaktu-waktu. Gawat darurat adalah suatu keadaan dimana seseorang secara
tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya
dan jiwanya (akan menjadi cacat atau mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan
segera. Keadaan ini memerlukan respons intervensi segera dalam hal ini adalah Tim
pelayanan medis kedaruratan yang meliputi tindakan resusitasi dan stabilisasi yang cepat
dan tepat agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan.
Disamping itu dibutuhkan suatu koordinasi antar unit pelayanan untuk melakukan
perawatan pasien maupun penentuan rujukan lebih lanjut. (pedoman SPGDT Menkes,
2006).
Pelayanan medis kedaruratan ini disebut dengan BLUE TEAM merupakan suatu
konsep penanganan gawat darurat intra hospital yang dapat diterapkan secara terpadu dan
terkoordinasi antar unit pelayanan dengan pengaturan dalam satu sistem dan
berkesinambungan. Konsep ini juga mengacu pada pelaksanaan Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia sejak tahun 2000 yang menekankan bahwa diperlukan respon cepat
untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Sistem ini menjadi penting karena
pasien gawat darurat cenderung meningkat dan dapat terjadi kapan saja, dimana saja
maupun pada siapa saja baik sehari-hari maupun pada saat bencana. Untuk
melaksanakannya diperlukan koordinasi antar berbagai sektor baik intra Rumah Sakit
maupun antar Rumah Sakit serta komponen penunjangnya yaitu sistem komunikasi,
transportasi dan sumber daya manusia terlatih (Suprijantoro, Sp.P, MARS, Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
disampaikan pada Rakerkesnas, Juni 2012).
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit Pasal 29 Ayat 1 bahwa rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan
gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya serta Keputusan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 106/Menkes/SK/l/2004 tentang
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) maka rumah sakit membentuk
3
suatu tim yang segera melakukan tindakan resusitasi dan stabilisasi kondisi darurat medik
yang dinamakan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue).
B. TUJUAN
1. Didapatkan kesamaan pola pikir tentang sistem penanganan kegawatdaruratan di
rumah sakit secara terpadu.
2. Diperoleh kesamaan pelayanan dalam penanganan kasus kegawatdaruratan medik
sehari-hari.
3. Memberikan pedoman baku bagi anggota Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) dalam
melaksanakan kegiatan penanganan pasien gawat darurat.
4. Membangun respon petugas rumah sakit pada pelayanan kesehatan dalam keadaan
gawat darurat.
5. Mempercepat response time kegawatdaruratan medik di rumah sakit untuk
menghindari kematian dan kecacatan.
C. RUANG LINGKUP
1.1 Panduan Pelayanan Medis Reaksi Cepat (Code Blue) ini membahas pembentukan
Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) dan koordinasi internal maupun eksternal Tim
Medis Reaksi Cepat (Code Blue), fungsi dan uraian tugas Tim Medis Reaksi Cepat
(Code Blue) serta manajemen Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) RSIA
“Fatimah” Lamongan.
1.2 Penatalaksanaan penanganan kegawatdaruratan yang efisien, efektif, seragam dan
aman disesuaikan dengan regulasi serta standar yang berlaku di RSIA “Fatimah”
Lamongan.
D. KEBIJAKAN
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/PER/
III/2011 tentang Podoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi
Intensif di Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit.
4
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 106/Menkes/SK/I/2004
tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.
7. Keputusan Direktur Nomor: 800/8848/302/2016 tentang Pembentukan Tim Medis
Reaksi Cepat (Code Blue) di lingkungan RSIA”Fatimah” Lamongan.
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) RSIA Fatimah Lamongan dibentuk pada tanggal 02
Januari 2016 dengan susunan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) terdiri dari:
Penanggung jawab : - Direktur RSIA “Fatimah” Lamongan
- Kepala Bidang Pelayanan & Penunjang
Ketua tim : dr. Sesanti
Wakil ketua : Budijono AMd. Kep .SPsi
Sekretaris I : dr. Alif Al Amin
Sekretaris II : Lusiana Wijaya,SKep.Ns
Anggota : 1. dr. Elok Erlita Nur Farradina
2. dr. Moh Heri Eriyanto
3. May’rofi Witanti, AMdKep
4. Lis Sa’adatur R,Skep.Ns
5. Lara Kristika,AMdKep
6. Ruri Widyasetya,AMdKep
7. Purwanti,AMdKep
8. Vigati Handayani,AMdKep
9. Eriska Rizki N, AMdKep
10. Nis Utami
Agar pelaksanaan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) dapat berjalan dengan tertib dan
lancar maka disusun uraian tugas dari Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) sebagai berikut:
A. Ketua Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue):
1) Mengembangkan program Medis Reaksi Cepat di RSIA “Fatimah” Lamongan.
2) Menyusun panduan dan prosedur terkait dengan program Tim Medis Reaksi Cepat
(Code Blue).
3) Mengaktifkan dan meningkatkan kinerja Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue).
4) Menentukan lokasi titik posko Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) sesuai dengan
hasil kajian kebutuhan dan respon time.
5) Membuat rencana kerja serta pelaksanaan dan pengendalian kinerja Tim Medis Reaksi
cepat (Code Blue).
6) Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumber daya manusia,
peralatan, logistik dalam memfasilitasi Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue).
6
7) Melaksanakan evaluasi melalui rapat koordinasi untuk menyusun rencana kegiatan
berikutnya.
8) Bekerjasama dengan Urusan SDM & Diklat RSIA “Fatimah” Lamongan untuk
melakukan pelatihan internal penanganan kegawat daruratan pasien di Rumah Sakit.
9) Dalam pelaksanaan tugasnya ketua bertanggung jawab kepada Direktur RSIA
“Fatimah” Lamongan.
B. Wakil Ketua
1) Membantu ketua dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan
mengendalikan komando Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue).
2) Mengkoordinir tugas-tugas kesekretariatan, humas dan rumah tangga Tim Medis
Reaksi Cepat (Code Blue).
3) Membantu ketua dalam mengembangkan Program Medis Reaksi Cepat di RSIA
“Fatimah” Lamongan.
4) Membantu ketua menyusun panduan dan prosedur terkait dengan program Tim Medis
Reaksi Cepat (Code Blue).
5) Membantu ketua bekerjasama dengan Urusan SDM& Diklat RSIA “Fatimah”
Lamongan untuk melakukan pelatihan internal penanganan kegawat darutan pasien di
Rumah Sakit.
6) Mewakili Ketua Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) apabila ketua berhalangan.
7) Wakil ketua bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim Medis Reaksi Cepat
(Code Blue).
C. Sekretaris
1) Menyelenggarakan administrasi umum dan pelaporan.
2) Menyediakan informasi terbaru dan data terbaru sesuai hasil laporan dan evaluasi.
3) Membuat dan menyelenggarakan agenda rapat dan evaluasi secara rutin dan berkala.
4) Membantu ketua dalam mengembangkan program Medis Reaksi Cepat di RSIA
“Fatimah” Lamongan.
5) Membantu ketua menyusun panduan dan prosedur terkait dengan program Tim Medis
Reaksi Cepat (Code Blue).
6) Membantu ketua bekerjasama dengan Urusan SDM& Diklat RSIA “Fatimah”
Lamongan untuk melakukan pelatihan internal penanganan kegawat daruratan pasien
di Rumah Sakit.
7
7) Melaksanakan tugas sebagai Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue).
8) Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan
solusi untuk pembelajaran.
9) Sekretaris bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim Medis Reaksi Cepat (Code
Blue).
D. Anggota
1) Melaksanakan tugas sebagai Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) yaitu melakukan
tindakan resusitasi dan stabilisasi pada seseorang atau sekelompok orang yang
mengalami kegawat kedaruratan medis.
2) Membantu ketua dalam mengembangkan Program Medis Reaksi Cepat di RSIA
“Fatimah” Lamongan.
3) Membantu ketua menyusun panduan dan prosedur terkait dengan Tim Medis Reaksi
Cepat (Code Blue).
4) Membantu ketua bekerjasama dengan Urusan& SDM Diklat RSIA “Fatimah”
Lamongan untuk melakukan pelatihan internal penanganan kegawat daruratan pasien
di Rumah Sakit.
5) Melakukan pengecekan ketersediaan alat-alat serta obat-obatan di trolley emergency.
6) Melakukan pengecekan fungsi alat-alat kesehatan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegawat daruratan.
7) Melakukan pengecekan tanggal kadaluarsa obat-obatan yang tersedia.
8) Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta mengembangkan
solusi untuk pembelajaran.
9) Anggota bertanggung jawab langsung kepada Ketua Tim Medis Reaksi Cepat (Code
Blue).
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) dipimpin oleh
seorang dokter sebagai Team Leader dibantu oleh perawat pelaksana serta berkoordinasi
dengan Kepala Ruangan/Penanggung Jawab Shif atau dokter penanggung jawab pasien.
Kualifikasi dokter dan perawat tim code blue adalah sebagai berikut:
1. Dokter yang menjadi Team Leader adalah dokter yang telah mendapatkan sertifikat
ACLS/PPGD
2. Perawat yang memberikan layanan resusitasi harus telah mengikuti pelatihan Bantuan
Hidup Dasar, pelatihan Bantuan Hidup Lanjut, dan pelatihan Tim Medis Reaksi Cepat
(Code Blue). Selain itu perawat yang telah mengikuti pelatihan Bantuan Hidup Lanjut
8
harus mengikuti praktik lapangan dalam Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) atau
pada unit-unit yang ditunjuk dalam lingkungan RSIA “Fatimah” Lamongan.
Apabila terjadi keadaan gawat darurat medis perawat Tim Medis Reaksi Cepat (Code
Blue) yang sedang bertugas sebagai perawat ruangan akan segera beralih tugas menjadi
anggota Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue). Perawat tersebut akan memberikan
tanggung jawab tugasnya kepada perawat ruangan lainnya dengan cara melapor kepada
penanggung jawab shift agar dilanjutkan tugasnya oleh perawat lain selama pelaksanaan
kegawatdaruratan. Tugas-tugas yang dapat dilakukan perawat tim code blue saat tidak ada
pemanggilan kegawatdaruratan terbagi menjadi tugas perawat pada daerah Hot Zone dan
Cold Zone. Perawat pada daerah Cold Zone berfungsi seperti biasa yaitu bekerja sesuai
dengan unit tempatnya bekerja. Sedangkan perawat pada daerah Hot Zone merupakan
perawat Free Job dan dapat melakukan pengecekan ketersediaan alat-alat serta obat-
obatan di troli emergensi, pengecekan fungsi alat kesehatan yang digunakan untuk
kegiatan pertolongan gawat darurat, pengecekan tanggal kadaluarsa obat-obat emergensi
serta merapikan catatan dan laporan kegiatan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) yang
telah dilakukan.
9
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. KRITERIA PASIEN
Pasien yang mengalami kegawat daruratan medis yaitu henti jantung dan henti napas
dapat segera memulai pengaktifan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) dengan kriteria
kegawatan sebagai berikut:
a. Airway: Ancaman gangguan napas
b. Breathing:
Henti napas.
Perubahan mendadak saturasi oksigen <90% dengan pemberian suplementasi
oksigen.
Perubahan laju napas:
0 – 3 bulan >60 ×/menit.
4 – 12 bulan >50 ×/menit.
1 – 4 tahun >40 ×/menit.
5 – 12 tahun >30 ×/menit.
12 tahun >30 ×/menit.
c. Circulation:
Semua henti jantung
Perubahan laju jantung (×/menit):
0 – 3 bulan <100 atau >180.
4 – 12 bulan <100 atau >180.
1 – 4 tahun <90 atau >160.
5 – 12 tahun <80 atau >140.
> 12 tahun <60 atau >130.
Perubahan mendadak pada tekanan darah sistolik (mmHg):
0 – 3 bulan <50.
4 – 12 bulan <60.
1 – 4 tahun <70.
5 – 12 tahun <80.
>12 tahun <90.
Perubahan mendadak produksi urin <50 cc/4 jam
10
d. Neurology :
Penurunan kesadaran tiba-tiba (penurunan GCS >2 poin)
Kejang berulang atau lama
e. Pasien lain yang keadaan umumnya memburuk dan mencemaskan yang tidak sesuai
kriteria di atas.
12
Kemudian berikan kesempatan dada untuk mengembang kembali secara
sempurna setelah setiap kompresi. Berikut ini adalah langkah dalam melakukan
kompresi dada:
1. Baringkan pasien pada permukaan yang datar dan keras.
2. Letakan telapak satu tangan di atas pertengahan dada pasien, antara puting atau
dua jari kaudal sudut kosta. Letakkan tangan lain di atas tangan pertama.
Posisikan siku bahu tepat di posisi segaris di atas posisi tangan.
13
siklus. Bila ada penolong lain, perintahkan orang tersebut memberikan bantuan
napas dua kali setelah anda melakukan 30 kompresi.
5. Bila pasien tidak merespon setelah 5 siklus (sekitar 2 menit) dan AED
(Authomatic External Defibrilator) tersedia dan anda sudah pelatihan, gunakan
alat tersebut dan ikuti perintahnya. Bila AED/petugas terlatih tidak tersedia
lanjutkan RJP hingga ada tanda-tanda atau hingga petugas emergensi medis
mengambil alih.
17
BAB IV
LOGISTIK
Laci ketiga berisi alat-alat yang digunakan dalam tata laksana jalan napas dan intubasi
endotrakeal (airway devices)
Bentuk
No Nama Obat dan Kekuatan Sediaan Jumlah
Sediaan
1 ETT # 3,5 Biji 1
2 ETT # 5,0 Biji 1
3 ETT # 6,0 Biji 1
4 ETT # 6,5 Biji 1
5 ETT # 7,0 Biji 1
6 ETT # 7,5 Biji 1
7 Hypavix Biji 1
8 KY Jeli Biji 1
9 Laringoskop Anak Biji 1
10 Laringoskop Dewasa Biji 1
11 Mayo # 1 60 mm Biji 1
12 Mayo # 3 70 mm Biji 1
21
Bentuk
No Nama Obat dan Kekuatan Sediaan Jumlah
Sediaan
13 Mayo # 80 mm Biji 1
14 Mess # 11 Biji 1
15 Nasofarigeal Airways # 7 Biji 1
16 Nasofarigeal Airways # 8 Biji 1
17 Sarung Tangan Steril # 7 Biji 1
18 Suction Kateter # 6 Biji 1
19 Suction Kateter # 8 Biji 1
20 Suction Kateter # 10 Biji 1
21 Suction Kateter # 12 Biji 1
22 Suction Kateter # 14 Biji 1
23 Tongue Spatel Biji 1
Laci keempat berisi alat-alat yang digunakan untuk bantuan pernapasan (breathing
devices)
Bentuk
No Nama Obat dan Kekuatan Sediaan Jumlah
Sediaan
1 Extention Tube Biji 1
2 Jackson Reeves Biji 1
3 Kassa Gulung Biji 1
4 Kassa Steril Biji 1
5 Masker Nebulizer Anak Biji 1
6 Masker Nebulizer Dewasa Biji 1
7 Nasal Canula Anak Biji 1
8 Nasal Canula Dewasa Biji 1
9 NRBM Anak Biji 1
10 NRBM Dewasa Biji 1
11 Stetoskop Biji 1
12 Stilet Dewasa Biji 1
13 Stilet Anak Biji 1
14 Trachea Tee Biji 1
15 Spidol Permanen Biji 1
16 Gunting Biji 1
22
Bentuk
No Nama Obat dan Kekuatan Sediaan Jumlah
Sediaan
1 Dextrosa 10 % 500 ml Fls 2
2 Dextrosa 5 % 500 ml Fls 2
3 Manitol 20 % 500 ml Fls 1
4 Natrium Klorida 0,9 % 100 ml Fls 2
5 Natrium Klorida 0,9 % 500 ml Fls 2
6 Natrium Klorida 3 % 500 ml Fls 1
7 Ringer Laktat 500 ml Fls 2
Troli emergensi diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh Petugas Tim
Medis Reaksi Cepat (Code Blue) sedangkan untuk tas emergensi diletakkan pada unit
yang tidak memungkinkan menggunakan troli contohnya gedung bertingkat dan lahan
parkir. Sesuai dengan hasil rapat koordinasi serta pengamatan di lingkungan Rumah Sakit,
serta 5 buah tas emergensi yang akan diletakkan dibeberapa titik strategis di lingkungan
Rumah Sakit yaitu:
1. Ruang UGD(1 tas emeregensi)
Tas ini digunakan pada keadaan emeregensi di UGD dan dan IRJ dan kondisi code
blue
2. Ruang Kamar operasi (1 tas emergensi)
Tas ini digunakan pada keadaan emergesi di Kamar operasi dan RR
3. Ruang Kamar Bersalin (1 tas emergensi)
Tas ini digunakan pada keadaan emergensi di vk bersalin.
23
Komunikasi dalam menunjang pengaktifan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue)
dalam penanganan keadaan gawat darurat di Rumah Sakit menjadi hal yang sangat
penting. Agar informasi dapat segera tersampaikan dengan baik dan lancar maka
komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas, benar dan secara seragam maka digunakan
format pelaporan sesuai yang disusun oleh Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue). Karena
banyaknya unit kerja di lingkungan Rumah Sakit serta mempertimbangkan
penatalaksanaan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu di lingkungan Rumah
Sakit maka dipandang perlunya pembentukan call center emergensi sebagai pusat
penerimaan informasi.
Alat komunikasi yang digunakan adalah pesawat HT (Handy Talky) yang
digunakan secara intern di dalam lingkungan rumah sakit. Pesawat HT akan
menginforrmasikan panggilan emergensi maka Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) dari
masing-masing bagian / semua petugas RSIA “Fatimah” Lamongan menuju ke tempat
sesuai informasi dimana ditemukan pasien/korban sesuai kriteria pemanggilan yaitu henti
nafas maupun henti Jantung, dewasa atau anak-anak.
Pada saat petugas rumah sakit mengaktifkan Code Blue dan sudah mendengarkan
suara operator maka petugas rumah sakit harus menyebutkan “Code Blue’ pada awal
pelaporan. Hal ini akan memudahkan call center dalam mencatat informasi yang
disampaikan serta waktu pelaporan. Informasi yang harus disampaikan pada saat melapor
kepada call center adalah nama pelapor dan jabatan pelapor. Selain itu, petugas harus
menyebutkan identitas pasien yaitu nama pasien, jenis kelamin, umur pasien, lokasi pasien
ditemukan serta kondisi pasien yang menyebabkan petugas mengaktifkan code blue.
Identitas pasien yang penting dilaporkan agar tidak terjadi kesalahan dalam peñata
laksanaan serta memenuhi kriteria sasaran keselamatan pasien, namun apabila korban
bukan pasien yang sedang dirawat di lingkungan rumah sakit maka petugas cukup
menyebutkan jenis kelamin dan perkiraan umur korban. Setelah selesai melapor petugas
hendaknya tidak menutup telepon dengan terburu-buru karena operator akan mengulang
informasi yang dilaporkan. Apabila informasi tersebut sudah benar petugas akan
mengatakan benar tetapi apabila informasi tersebut salah maka petugas sebaiknya
mengulang informasi dengan jelas dan singkat.
Sebagai operator call center emergency diperlukan respon yang cepat pula dalam
menerima laporan maupun dalam pengaktifan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) agar
tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan kegawatdaruratan medik. Karena
banyaknya macam keadaan emergensi di lingkungan rumah sakit maka pada saat
menerima telepon emergensi sebaiknya mengucapkan emergency call center RSIA
24
“Fatimah” Lamongan dan operator menanyakan jenis emergensi yang akan dilaporkan.
Apabila pelapor menyebutkan jenis emergensi yaitu “code blue” maka operator segera
mengambil buku register code blue dan mencatat nama dan jabatan pelapor. Buku register
code blue hendaknya selalu berada di dekat pesawat telepon emergensi dan kemudian
operator juga mencatat identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur), lokasi pasien
ditemukan serta kondisi pasien. Setelah mengulang informasi kepada pelapor maka
operator segera mencatat waktu pelaporan.
Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) yang bertugas saat itu dengan menggunakan
radio panggil satuan pengamanan yaitu Handy Talky (HT). Handy Talky menjadi salah
satu pilihan alat aktivasi code blue karena alat ini mampu berhubungan langsung ke
semua Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) yang tersebar di lingkungan rumah sakit
dengan frekuensi yang sama sehingga Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) terdekat
dengan lokasi kejadian dapat segera menuju lokasi untuk melakukan resusitasi. Selain itu
HT mudah dalam penggunaannya dan informasi dapat segera tersampaikan tanpa kendala
sinyal yang signifikan sehingga koordinasi tim menjadi lebih baik dan lebih cepat. Namun
ada sedikit kekurangan dalam penggunaan alat komunikasi yang sifatnya searah ini yaitu
pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) tidak bisa berbicara pada saat
yang bersamaan sehingga komunikasi dilakukan secara bergiliran, dan speaker pada alat
ini tidak sebaik pada alat komunikasi lainnya maka pada saat berbicara harus
menggunakan kecepatan sedang irama yang baik serta kata-kata yang jelas dan singkat.
Komunikasi pada HT dapat didengar oleh Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) yang
tersebar dibeberapa lokasi maka hendaknya dalam penyampaian informasi tetap
memperhatikan sopan santun dalam berkomunikasi. Selain itu juga hendaknya
menghindari penyebutan nama dan jabatan petugas kecuali nama pasien yang mengalami
kegawatdaruratan medik. HT ini hanya dipergunakan untuk keperluan komunikasi Tim
Medis Reaksi Cepat (Code Blue) RSIA “Fatimah” Lamongan baik untuk mengaktifan tim,
klarifikasi, maupun meminta bantuan kepada Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue)
setempat. Orang-orang yang memegang HT pada periode waktu tertentu selain call center
emergency ditentukan sesuai mekanisme penjadwalan yang berlaku di pengaturan jaga
residen anestesi sebagai Team Leader atau jadwal jaga Tim Medis Reaksi Cepat (Code
Blue). Dalam perawatan alat komunikasi sehari-hari juga perlu diperhatikan pengisian
baterai HT secara berkala menggunakan charger yang tersedia, Baterai HT disimpan pada
wadah yang bebas lembab dan hindari suhu yang terlalu panas. Sebelum disimpan
sebaiknya baterai di-changer terlebih dahulu dan hindari charge baterai dalam kondisi HT
on dan jika terpaksa sebaiknya tidak digunakan untuk memancar.
25
Untuk memberikan panduan bagi petugas call center dan Tim Medis Reaksi Cepat
(Code Blue) dalam penyampaian maupun penerimaan informasi maka disusunlah format
khusus. Pada saat penggunaan alat ini, HT harus dalam keadaan posisi tegak dan jarak HT
dengan mulut ± 2,5 cm agar suara dapat terdengar jelas di speaker HT. Jika akan
berbicara tekanlah tombol Push to Talk (PTT) selama ± 2 detik dan segera lepas tombol
setelah selesai berbicara. Pada awal panggilan Tim sebutkan “code blue” dan tunggu
jawaban dari Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) (receiver). Bila panggilan pertama
tidak langsung dijawab tunggu ± 5 detik baru panggil kembali, Hentikan pemanggilan
apabila tidak mendengar jawaban setelah dilakukan upaya pemanggilan sebanyak lebih
dari 5 (lima) kali lalu gunakan alat komunikasi yang lain. Apabila receiver menjawab
panggilan informasi code blue yaitu nama pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien,
lokasi pasien ditemukan dan kondisi pasien dapat segera dilaporkan. Setelah melapor
tunggulah jawaban dari receiver (Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue)) yaitu
“ditindaklanjuti” dan kemudian catatlah waktu saat petugas call center mulai
mengaktifkan code blue.
C. BIAYA
Segala biaya yang dikeluarkan akibat pelaksanaan tim code blue dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja RSIA “Fatimah” Lamongan.
26
BAB V
PENGENDALIAN MUTU/EVALUASI
27
BAB VI
DOKUMENTASI
Setelah kegiatan pertolongan pasien selesai Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue)
harus segera menyelesaikan dokumentasi penatalaksanaan. Lembar observesi yang digunakan
juga harus disertakan dalam rekam medis pasien. Pada saat melakukan serah terima pasien di
ruangan, Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) menuliskan berita acara serah terima pasien
disertai tanda tangan petugas Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) dan perawat ruangan.
Selain itu Petugas Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) juga mengisi berita acara
penggunaan troli ataupun tas emergensi untuk kemudian dokter ruangan ataupun team leader
menuliskan resep obat maupun bahan habis pakai yang digunakan untuk pertolongan
kegawatdaruratan.
Sedangkan Operator Call Center juga mencatat laporan kegawatdaruratan yang
diterima pada buku registrasi serta mencatat waktu pelaporannya. Waktu untuk aktivasi Tim
Medis Reaksi Cepat (Code Blue) serta respon time Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) juga
sebaiknya dicatat agar kegiatan Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue) mudah dievaiuasi.
Respon time yang dimaksud adalah waktu dimana Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue)
berhasil mencapai lokasi kejadian yang harus dilaporkan oleh Tim Medis Reaksi Cepat (Code
Blue) kepada Operator Call Center menggunakan sarana komunikasi Handy Talky.
Catatan Registrasi Code Blue
Jam
Jenis
Nama Jabatan Nama Lokasi Jam Aktivasi Respon Keter-
No Kelamin Umur Kondisi
Pelapor Pelapor Pasien Pasien Laporan Code Time angan
Pasien
Blue
28
Berita Acara Penggunaan Perbekalan Farmasi Troli Emergensi
Pada hari
Jam : Tanggal : Bulan : Tahun :
ini
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jabatan :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa saya telah membuka dan menggunakan perbekalan
farmasi yang tersedia di dalam troli emergensi dengan nomor kunci ____________________
yang berada di area/ruang :
(sebutkan area/ruang penyimpanan troli)
Karena telah terjadi keadaan emergensi :
(sebutkan)
Pada pasien :
Nama
Tgl. Lahir
No. RM
Status
Demikian berita acara ini saya buat rangkap 4 (empat) untuk dipergunakan sebagaimana
mestinnya.
Mengetahu, Lamongan,
Atasan Langsung Yang Membuka
(nama terang dan tanda tangan) (nama terang dan tanda tangan)
29
Ekspedisi Serah Terima Laporan Jaga Tim Medis Reaksi Cepat (Code Blue)
Lamongan, .......................................
Yang menyerahkan, Yang menerima,
( ) ( )
BAB VII
30
PENUTUP
Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Medis Reaksi Cepat ( Code Blue ) ini
maka diharapkan setiap petugas yang terkait di Rumah Sakit Ibu Dan Anak “
Fatimah “ Lamongan agar dapat melaksanakan ketentuan yang terdapat pada Panduan
ini dengan sebaik – baiknya.
Ditetapkan di : Lamongan
Pada tanggal :
DIREKTUR RSIA “FATIMAH”
LAMONGAN
31
PANDUAN CODE BLUE
33