Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan anugrah yang
telah diberikan kepada penyusun, sehingga Pedoman Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Sadewa dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan pedoman kerja bagi semua pihak yang memberikan
pelayanan kepada pasien.
Dalam pedoman ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana penyelenggaraan
rekam medis di RSKIA Sadewa.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah menyusun dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Rekam
Medis Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Sadewa.
Sleman,
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar belakang
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit, penyelenggaraan
rekam medis merupakan faktor yang menentukan dan mencerminkan baik atau
buruknya pelayanan tersebut. Rekam Medis sangat mendukung bukan hanya untuk
menyelenggarakan proses pelayanan medis kepada pasien, tetapi juga untuk
pendidikan dan penelitian serta menjadi instrumen yang penting dalam menangani
masalah mediko-legal yang mungkin terjadi di rumah sakit. Tanpa didukung oleh
penyelenggaraan sistem rekam medis yang baik dan benar pelayanan rumah sakit
kurang berhasil dalam upaya meningkatkan mutu pelayanannya sebagaimana yang
diharapkan.
Rekam medis pada dasarnya merupakan kumpulan informasi dan dokumen
medis seorang pasien yang dicatat dan direkam oleh tenaga kesehatan di rumah sakit
berdasarkan rentetan aktifitas selama pasien mendapatkan pelayanan
kesehatanmengunjungi atau dirawat di rumah sakit. Informasi tersebut akan dijadikan
dasar di dalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan kesehatan
maupun tindakan medis lain yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke
rumah sakit.
Unit Rekam Medik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan seluruh
sumber daya dan fasilitas rekam medik, melaksanakan bimbingan pelaksanaan
pelayanan, penyusunan, pengolahan catatan medis, pengkodean, penyimpanan serta
pemantauan pelaksanaan rekam medis.Revisi dilakukan dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang rekam medis.
Dalam memberikan pelayanannya, unit Rekam Medis mempunyai misi
“mengelola rekam medis secara berkesinambungan, menyatu, aman, dan akurat
serta bersifat rahasia ( menyeluruh dan utuh )”
Unit Rekam Medis mempunyai visi “ mewujudkan rekam medis secara
berkesinambungan, menyatu, aman, dan akurat srta bersifat rahasia.”
Untuk itu Unit Rekam Medis mempunyai falsafah “Pelayanan secara
holistic ( menyeluruh dan utuh ) kepada setiap pasien”. Sehingga unit rekam medis
mempunyai tujuan“Agar informasi medis dapat berkesinambungan dari pelayanan
satu kepelayanan berikutnya”
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Rekam Medis adalah sebagai
petunjuk teknis pelaksanaan sistem penyelenggaraan rekam medisyang baik dan benar
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pencatatan data adalah pendokumentasian segala informasi medis seorang pasien
ke dalam rekam medis yang berbentuk data
2. Assembling adalah merakit dokumen rekam medis
3. Coding adalah memberikan suatu kode penyakit, kode tindakan yang berkaitan
dengan proses pelayanan kesehatan
4. Filing adalah kegiatan menyimpan, penataan atau penyimpanan rekam medis
untuk mempermudah pengambilan Kembali
5. Pelaporan adalah suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan
laporan sesuai secara cepat, tepat waktu dan akurat.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang
Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
'Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 204 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Saki
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan di Unit RM adalah setiap shif jaga terdapat jabatan
petugas rekam medis dan distributor rekam medis, yang bekerja sesuai uraian tugas
yang sudah ditentukan dan bertanggungjawab terhadap pelayanan unit RM di RSKIA
SADEWA. Masing-masing jabatan saling bekerjasama untuk memberikan pelayanan
yang optimal di unit RM, Terdapat 1 (satu) penanggung jawab (PJ) di Unit RM yang
bertanggung jawab untuk mengawasi kondisi pelayanan di Unit nya.
Unit RM terbagi menjadi 3 (tiga) shif kerja, yaitu dinas pagi, siang, dan
malam. Dalam kondisi tertentu Unit RM ada yang bertugas shif middle. Apabila ada
karyawan yang mengalami sakit atau anggota keluarga ada yang meninggal atau
musibah lainnya maka penjadwalan dinas diatur kembali oleh PJ Unit.
C. PENGATURAN JAGA
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas dan peralatan disediakan agar menunjang tercapainya pelayanan kesehatan
yang efisien yaitu:
1) Unit Rekam Medis mempunyai lokasi untuk menyelenggaraan rekam medis agar
efektif dan efisien
2) Ruang kerja memadai untuk petugas agar dapat mengelola rekam medis,
pengambilan dan distribusi rekam medis lancar
3) Ada ruang penyimpanan rekam medis aktif dan in aktif yang menjamin bahwa
rekam medis tidak hilang, rusak atau diambil oleh yang berhak
4) Peralatan kerja yang tersedia di Unit Rekam Medis yaitu:
E. CODING
Memberikan suatu kode penyakit, kode tindakan yang berkaitan dengan proses
pelayanan Kesehatan. Kode ICD 10 untuk diagnose pasien, dan ICD 9-CM untuk kode
Tindakan.
F. PELAPORAN
suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan sesuai secara
cepat, tepat waktu dan akurat.
G. FILING
adalah kegiatan menyimpan, penataan atau penyimpanan rekam medis untuk
mempermudah pengambilan Kembali
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Setiap pasien RSKIA Sadewa memiliki satu nomor Rekam medis.
2. Penyimpanan rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap disimpan didalam satu
tempat.
3. Setiap pasien yang pulang rawat inap dibuatkan Ringkasan Perawatan Pasien
(Resume).
4. Kegiatan pelayanan medis dilaksanakan dengan membuat sensus harian.
5. Seluruh pelayanan dokumen rekam medis dilaksanakan oleh petugas rekam medis.
6. Setiap pasien yang masuk ke RSKIA Sadewa melalui Front Office
7. Permintaan rekam medis hanya bisa diberikan untuk kepentingan pengobatan pasien
dan untuk kepentingan lain harus sesuai aturan.
8. Petugas rawat inap bertanggung jawab atas kembalinya berkas rekam medis pasien
rawat inap yang keluar perawatan dalm waktu kurang dari 2x24 jam,
9. Semua profesi tenaga Kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien
diwajibkan menulis seluruh pelayanan yang diberikan pada lembar rekam medis yang
sudah ditentukan, dilengkapi dengan tanda tangan / paraf dan nama.
10. Penanggung jawab berkas rekam medis bertanggung jawab atas pengembalian dan
pendistribusian berkas rekam medis.
11. Berkas rekam medis yang telah Kembali ke rekam medis tetapi belum lengkap, wajib
dilengkapi oleh profesi tenaga Kesehatan yang bersangkutan.
12. Instansi rekam medis bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah ditetapkan,
baik untuk kepentingan ekternal maupun internal.
13. Seluruh hasil pemeriksaan pelayanan penunjang wajib disertakan dilembar rekam
medis yang sudah ditentukan.
14. Instalasi rekam medis bertanggung jawab atas ketersediaannya informasi kegiatan
pelayanan dan indicator rumah sakit yang Sudah ditentukan,
15. Seluruh pelayanan rekam medis wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan,
16. Bagi pasien yang memerlukan data rekam medis, dapat diberikan resume atau
ringkasan perawatan pasien, hasil pemeriksaan dan Riwayat pelayanan telah
diberikan.
BAB VI
TATA LAKSANA
H. Cara Kerja
a.Pasien Rawat Jalan
Data Identitas dalam Berkas Rekam medis pasien diisikan oleh petugas
resepsionis dengan cara mewawancarai pasien dan harus diisi dengan lengkap,
benar dan akurat dan dimasukkan ke komputer setelah mendapat pelayanan.
b.Pasien Rawat Inap
Formulir Persetujuan Rawat Inap diisi oleh pasien atau penanggung jawab,
data ini harus diisi dengan lengkap, benar dan akurat dan langsung dimasukkan ke
komputer.
Pengkoreksian data dilaksanakan pada saat pasien mendaftar baik sebagai pasien
rawat jalan maupun rawat inap
Pasien keluar rumah sakit dapat dibedakan menjadi 2 ( dua ) yaitu keluar hidup
atau keluar meninggal dunia. Ada berbagai cara keluar rumah sakit, meliputi : pasien
diijinkan pulang, dirujuk ke rumah sakit lain, pindah ke rumah sakit lain, pulang
paksa, atau bahkan melarikan diri dari rumah sakit.
Prosedur Pasien Keluar Rumah Sakit :
1. Setiap pasien yang keluar rumah sakit harus sudah melunasi seluruh biaya
mendapat persetujuan dari dokter yang merawat.
2. Perawat mengisi lembar laporan aktivitas perawatan, tindakan medis, dan
pemeriksaan dan mengirim ke kasir.
3. Petugas kasir menjelaskan rincian biaya kepada penanggung jawab pasien.
4. Penanggung jawab pasien melunasi seluruh biaya perawatan selama dirawat
secara tunai atau kredit.
5. Bila penanggung jawab pasien sudah melunasi seluruh biaya, petugas kasir
memberikan bukti pelunasan (lembar putih) untuk diserahkan kepada perawat
dimana pasien dirawat.
6. Perawat memberikan lembar Pesanan pasien pulang kepada pasien atau keluarga
7. Pasien diijinkan untuk meninggalkan rumah sakit.
1. Kebaikannya:
Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan
rekam medis
Mengurangi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk peralatan dan ruangan
Tata kerja dan pengaturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah
distandarisasikan
Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan
Mudah untuk menerapkan sistem unit record
2. Kekurangannya:
Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan dan
rawat inap
Tempat penerimaan pasien harus bertenaga selama 24 jam
Penggunaan sistem sentralisasi yang paling tepat untuk dipilih mengingat
pelayanan akan mudah diberikan kepada pasien.
Antara rekam medis aktif dan in-aktif disimpan secara terpisah tetapi
masih dalam satu lokasi, namun tetap disimpan dengan sistem nomor langsung.
Hal ini mengingat file tersebut masih digunakan untuk penelitian dan pendidikan.
Sambil menunggu pelaksanaan pemusnahan, maka rekam medis tetap disimpan
sesuai ketentuan yang berlaku..
Rekam medis aktif adalah Rekam medis yang lama penyimpanannya
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal
terakhir pasien berobat dan memungkinkan rekam medis tersebut dipertahankan.
Rekam medis in Aktif adalah Rekam medis yang masa penyimpanannya 2
(dua) tahun setelah masa aktif.
Selain ketentuan rekam medis in aktif yang disebutkan diatas, ada
ketentuan lain yang dikhususkan untuk pasien gangguan jiwa, mata, kusta, pasien
anak-anak, pasien ketergantungan obat dan pasien warga asing. Dimana berkas
rekam medis untuk pasien-pasien tersebut disimpan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, yaitu :
Aktif In aktif
No Rekam Medis khusus
R Inap R Jalan R Inap R Jalan
1. Mata 10 th 5 th 2 th 2 th
2. Jiwa 5 th 10 th 5 th 5 th
3. Orthopedi 10 th 10 th 2 th 2 th
4. Paru 10th 5 th 2 th 2 th
5. Ketergantungan Obat 15 th 15 th 2 th 2 th
6. Kusta 15 th 15 th 2 th 2 th
7. Anak 24 th 24 th 2 th 2 th
8. Umum 5 th 5 th 2 th 2 th
9. Jantung 10 th 10 th 2 th 2 th
2. Kasus khusus
a. Kasus kriminal : pemerkosaan, pembunuhan, dsb
b. Pasien orang asing
c. Operasi plastik
d. Pasien kanker (Ca)
e. Ortopedi (fraktur)
f. Penyakit jiwa
g. Sterilisasi
Singkatan medis adalah singkatan istilah-istilah medis yang sudah dikenal dan dianut
yang diisi oleh petugas pemberi layanan di RSKIA SADEWA.
Tanda khusus adalah tanda-tanda khusus atau alergi yang harus dicantumkan pada
sampul luar kanan berkas rekam medis yang merupakan peringatan bagi pemberi
pelayanan medis.
R Ren Sinistra
S
ST Stone
UT Uterus
VU Vesica Urinaria
SV Splenic Vein
VCL Vena Cava Inferior
VH Vena Hepatica
VP Vena Porta
IHBD Intra Hepatal Bile Duct
EHBD Extra Depotal Bile Duct
M Mass
ASC Ascites
INT Intestine
BFC Ballon Foley Catheter
APP Appendix
BPD Biparietal Distance
FL Femur Length
CRL Crown Rumplength
PCS Pelviocalcyceal system
UPJ Urethero Pelvic Junction
UVJ Urethero Vesical Junction
MLP Makanan Lewat Pipa
TKTP Tinggi Kalori Tinggi Protein
RG Rendah Garam
RS Rendah Sisa
DH Diit Hati
DJ Diit Jantung
RP Rendah Protein
R Pur Rendah Purine
RCTSA Rendah Kalsium Tinggi sisa Asam
DM Diabetes Mellitus
MC Makanan Cair
MS Makanan Saring
ML Makanan Lunak
R Chol Rendah Cholesterol
RFT Renal Function Test
Hb Hemoglobin
IOID Intra Oseus Inter Dental
CPCD Cor Pulmonale Chronic Decompensata
UMN Upper Motor Neuron
CIN Cervical Intraepithelial Neoplasma
DKI Dermatitis Kontak Iritasi
SOO Syndrome Otak Organik
SVT Supra Ventrikel Rachicardi
CKR Cidera Kepala Ringan
CKS Cidera Kepala Sedang
CKB Cidera Kepala Berat
DOE Death on Emergency
FPD Feto Pelvic Disporposi
STP Secondary Thrombocytopeni Purpura
DNR Do Not Resusitasi
HPP Haemorhagic post partum
LSCS Low Segmen Cesarian Section
RUI Ruptura Uteri Imminen
PEB Pre Eclampsia Berat
CPD Cephalo Pelvic Disproportion
TOA Tubo Ovarial Absces
IUGR Intra Uterine Growth Refrection
PRM Premature Rupture of the Membrane
PPM Placenta Previa Marginalis
PPT Placenta Previa Totalis
PII Partus Imaturus Iminens
PPI Partus Prematurus Imminens
KPP Ketuban Pecah Premature
KPD Ketuban Pecah Dini
PLR Placenta Letak Rendah
Dbn Dalam batas normal
2
Angka tiga dalam lingkaran warna merah muda untuk penderita yang mendapat
pelayanan transfusi darah
Angka empat dalam lingkaran warna hijau untuk penderita yang dilakukan tindakan
Operasi
Angka lima dalam lingkaran warna ungu untuk penderita yang meninggal dunia
Angka enam dalam lingkaran warna hitam untuk penderita yang selama dirawat inap
tidak di Infus
3. Proses :
Resume dibuat oleh masing-masing dokter yang merawat pada waktu pasien
mengajuakn resume tersebut.
Bentuk resume disesuaikan dengan keperluan dan minimal memuat :
− Keluhan Utama
− Riwayat penyakit, Lama perjalanan Penyakit, Pengobatan terdahulu
− Pemeriksaan fisik
− Pemeriksaan penunjang, Laboratorium ( yang positif ), Radiologi, Lain-lain
( USG/ECG,PA )
− Konsultasi
− Diagnosa Akhir : ( Dx primer, Dx komplikasi, Dx Sekunder )
− Pengobatan / Tindakan
− Prognosis
− Keadaan keluar RS
− Tinjak Lanjut / Rujukan
H. Penulisan Diagnosa
Setiap pasien yang telah mendapat pelayanan kesehatan di unit rawat inap
RSKIA SADEWA dan mendapat ijin dari dokter yang merawat untuk pulang, harus
dituliskan diagnosa keluarnya. Diagnosa keluar harus ditulis secara lengkap disertai
diagnosa penyulit dan penyertanya dan dibuat sesuai kode klasifikasi internasional
(ICD) revisi X (sepuluh), paling lambat dalam waktu 1x24 jam setelah pasien
diijinkan keluar dari rumah sakit. Yang termasuk diagnosa keluar, adalah diagnosa
utama, diagnosa komplikasi, diagnosa sekunder, operasi dan tindakan, sebab kematian
dan otopsi bila dilakukan.
Diagnosa utama : diisi dengan diagnosa penyakit yang paling dominan yang
menyebabkan pasien harus dirawat di rumah sakit.
L. Informed Consent
1. KETENTUAN UMUM
a. Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab
seseorang (pasien) itu sendiri. Dengan demikian, sepanjang keadaan kesehatan
tersebut tidak sampai mengganggu orang lain, maka keputusan untuk
mengobati atau tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud, sepenuhnya
terpulang dan menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
b. Bahwa tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter untuk meningkatkan
atau memulihkan kesehatan seseorang (pasien) hanya merupakan suatu upaya
yang tidak wajib diterima oleh seseorang (pasien) yang bersangkutan. Karena
sesungguhnya dalam pelayanan kedokteran, tidak seorang pun dapat
memastikan hasil akhir dari diselenggarakannya pelayanan kedokteran
tersebut (uncertainty result), dan karena itu tidak etik sifatnya jika
penerimaannya dipaksakan. Jika seseorang karena satu dan lain hal, tidak
dapat dan atau tidak bersedia menerima tindakan kedokteran yang ditawarkan,
maka sepanjang penolakan tersebut tidak sampai membahayakan orang lain,
harus dihormati.
c. Bahwa hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdayaguna dan
berhasilguna apabila terjalin kerja sama yang baik antara dokter dengan
pasien, karena dokter dan pasien akan dapat saling mengisi dan melengkapi.
Dalam rangka menjalin kerja sama yang baik ini perlu diadakan ketentuan
yang mengatur tentang perjanjian antara dokter dan pasien. Pasien menyetujui
(consent), atau menolak, hak pribadinya dilanggar setelah dia mendapat
informasi dari dokter terhadap hal-hal yang akan dilakukan dokter sehubungan
dengan pelayanan kedokteran yang akan diberikan kepadanya.
d. Informed Consent terdiri dari kata informed yang berarti telah mendapat
informasi dan consent berarti persetujuan (ijin). Yang dimaksud dengan
informed consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent)
atau ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa
paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi cukup tentang tindakan
kedokteran yang dimaksud.
e. Bahwa, untuk mengatur keserasian, keharmonisan dan ketertiban hubungan
dokter dan pasien melalui pemberian informed consent harus ada pedoman
sebagai acuan bagi pemilik dan pengelola rumah sakit.
3. TUJUAN
Pedoman ini bertujuan agar dijadikan acuan bagi seluruh rumah sakit di
Indonesia dalam melaksanakan ketentuan tentang Informed Consent.
4. PENGERTIAN
1. Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
2. Tindakan Medik adalah tindakan yang bersifat diagnostic terapeutik yang
dilakukan terhadap pasien.
3. Tindakan invasive adalah tindakan medik langsung yang dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh.
4. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
5. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi
spesialis yang bekerja di rumah sakit.
6. Orang tua adalah ayah dan ibu.
7. Ayah :- Ayah kandung
- Termasuk “ayah” adalah ayah angkat yang ditetapkan
berdasarkan Hukum Adat.
8. Ibu :- Ibu kandung
- Termasuk “ibu” adalah ibu angkat yang ditetapkan
berdasarkan Hukum Adat.
9. Suami :- Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan
dengan seorang perempuan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
10. Istri :- Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan
dengan seorang laki-laki berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
- Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1
(satu) istri, persetujuan/penolakan dapat dilakukan oleh
salah satu dari mereka.
11. Wali adalah orang yang menurut hukum menggantikan orang lain yang belum
dewasa untuk mewakilinya dalam melakukan perbuatan hukum, atau orang
yang menurut hukum menggantikan kedudukan orang tua.
12. Induk Semang adalah orang yang berkewajiban untuk mengawasi serta ikut
bertanggungjawab terhadap pribadi orang lain, seperti pimpinan asrama dari
anak perantauan, atau kepala rumah tangga dari seorang pembantu rumah
tangga yang belum dewasa.
13. Gangguan Mental adalah sekelompok gejala psikologik atau perilaku yang
secara klinis yang menimbulkan penderitaan dan gangguan dalam fungsi
kehidupan seseorang mencakup Gangguan Mental Berat, Retardasi Mental
Sedang, Retardasi Mental Berat, Dementia Senilis.
14. Pasien Gawat Darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya (dikutip dalam buku
Pedoman Pelayanan Gawat Darurat, Cetakan ke II, Departemen Kesehatan
1995, Nomor 362, 28 Ind P, halaman 2).
O. Otopsi
Otopsi adalah pelayanan pembuatan laporan tertulis mengenai hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh dokter Forensik untuk mengetahui penyebab kematian pasien,
otopsi dilakukan bagi pasien yang mengalami kematian karena kasus kecelakaan atau
kematian yang tidak wajar . Hasil otopsi dapat digunakan untuk membantu pihak
penyidik yang berwenang ( polisi, polisi militer, hakim, jaksa) dalam penyelidikan
tindak pidana yang diperkarakan untuk keperluan pengadilan. Di RSKIA SADEWA
tidak melayani permintaan otopsi, bila ada permintaan pelayanan otopsi maka rumah
sakit akan mengirim/merujuk jenasah ke rumah sakit yang berwenang yaitu RSUP DR.
SARDJITO.
Prosedur pelayanan Otopsi:
1. Penyidik yang berwenang (polisi) menuju recepsionis, dan menyerahkan lembar
permintaan Otopsi .
2. Petugas recepsionis mengantarkan ke unit rekam medis.
3. Petugas rekam medis mencatat permintaan otopsi pada buku permintaan Surat
Keterangan Medis (SKM).
4. Petugas rekam medis menginformasikan permintaan otopsi ke dokter
penanggungjawab pelayanan UGD.
5. Dokter penanggungjawab pelayanan UGD membuatkan surat pengantar permintaan
otopsi yang ditujukan ke RSUP yang berwenang.
6. Jenasah dikirim ke RSUP yang dituju dengan ambulance/mobil pribadi/mobil polisi.
P. Laporan Kecelakaan
Laporan kecelakaan merupakan salah satu jenis laporan yang dibuat berdasarkan
data keadaan morbiditas pasien UGD, digolongkan berdasarkan penyebab terjadinya
kecelakaan, golongan umur, jumlah pelayanan / kunjungan, keadaan pasien pulang atau
masuk rumah sakit. Data dibuat dalam periode waktu bulanan,dan dikirim tanggal 10
bulan berikutnya. laporan dibuat rangkap 3 dan dikirim keDinas kesehatan kota, arsip
kesekretariatan dan Rekam medis.
BAB V
UPAYA PENINGKATAN MUTU
BAB VI
UPAYA KESELAMATAN