Anda di halaman 1dari 44

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DI CAPAI


1. Mampu melakukan analisis masalah gizi ganda {kurus (wasting), pendek (stunting), gemuk, dan anemia gizi}
pada balita dengan menggunakan OOPP,
2. Mampu membuat proposal promosi kesehatan, dengan mempertimbangkan Ottawa charter,
3. Mampu menyusun materi edukasi gizi dengan mempertimbangkan karakteristik sasaran.

B. SKENARIO
“Aduh Balitaku …”
Indonesia saat ini mengalami masalah gizi ganda. Data riskesdas 2013 menunjukan bahwa prevalensi kurus
(wasting) 12,1%, pendek (stunting) 37,2%, gemuk 11,9%, dan anemia gizi 28,1%. Program pemerintah yang
sudah ada masih belum efektif menyelesaikan masalah gizi pada balita. Analisis menggunakan OOPP dilakukan
sebagai landasan pembuatan proposal promosi kesehatan (Health Promotion) dengan mempertimbangkan
Ottawa Charter. Hasil Analisis juga dijadikan sebagai landasan penyususnan materi edukasi gizi (nutrition
education) dengan mempertimbangkan karakteristik sasaran.

C. DAFTAR UNCLEAR TERM


1. OOPP
Perencanaan berbasis tujuan dari mulai pemecahan masalah sampai analisis program yang
bersifat partisipatori.
2. Masalah Gizi ganda
Permasalahn gizi yg terdiri dari kelebihan dan kekurangan zat gizi , yang mana masalah satu belum
selesai muncul masalah baru.
3. Anemia
Kekurangan sel darah merah kurang zat besi, kehilangan darah berlebih(kamus gizi). Penurunan
kuantitas sel darah merah (Dorlan)
4. Wasting
Kurang gizi dengan indeks BB/TB <-2SD WHO 2005 (kamus gizi). Proses kehilangan atau kerusakan
bertahap disertai emasiasi (Dorland )
5. Promkes
Kegiatan penyebaran info kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan social.
6. Ottawa Charter
Piagam Ottawa

1
7. Edukasi Gizi
Kegiatan pemberian info gizi tujuan meningkatkan pengetahuan
8. Stunting
Masalah gizi kronis (dari mulai masa dalam rahim sampai 2 thn) TB/U <-2SD (Kamus Gizi).

D. DAFTAR CUES
Mampu melakukan analisis masalah gizi ganda {kurus (wasting), pendek (stunting), gemuk, dan anemia gizi}
balita dengan menggunakan OOPP sebagai landasan pembuatan proposal promosi kesehatan, dengan
mempertimbangkan Ottawa charter. Hasil analisa tersebut kemudian dijadikan landasan penyusunan materi
edukasi gizi dengan mempertimbangkan karakteristik sasaran.

E. Daftar Learning Objective


1. Parameter dan indicator masalah gizi balita?
2. Pogram pemerintah apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah gizi balita, sebutkan
kelebihan dan kekurangan program pemerintah yang telah ada serta mengapa program pemerintah
belum efektif?
3. Apa saja langkah-langkah OOPP?
4. Edukasi Gizi (media, sasaran, karakteristik, cara membuat design, aspek2 yang diperhatikan, metode,
materi) serta Gambaran Umum PROMKES (strategi dan prinsip promkes berdasarkan Ottawa Charter
langkah2 promkes, media, sasaran, karakteristik, cara membuat design, aspek2 yang diperhatikan,
metode, materi)
5. Apa saja perbedaan yang menonjol edukasi gizi dan promosi kesehatan?
6. Apa indicator keberhasilan Promosi Kesehatan?

F. Hasil Brain Storming


1. Parameter dan indicator masalah gizi balita
Parameter :
Masalah Gizi Parameter Cut-Off
Wasting BB/TB atau BB/PB >-2SD
Gemuk BB/U >2SD
Stunting TB/U >-2SD
Anemia Hemoglobin <11gr/dL

PHI stunting :
2
Low < 20
Medium 20-30
High 30-40
Very High >40

PHI Wasting :
Wasting 5-10
High 10-15
Very high >15%

PHI Obesitas
10%
2. Pogram pemerintah apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah gizi balita, sebutkan
kelebihan dan kekurangan program pemerintah yang telah ada serta mengapa program pemerintah
belum efektif?
Program kelebihan kekurangan
Pemberian Kapsul vit.A (februari, - Dapat memberikan vit.A dosis - Monitoring msh kurang.
agustus) tinggi di semua balita, - Mahal perlu dana besar
- Mudah dlm pemberiannya
PMT pemulihan - Bisa memberikan makanan - Makanan yang diberikan
yang memenuhi kebutuhan tidak sesuai dengan sasaran
gizi - Kurang penyebarannya
- PMT pemulihan jika terhenti,
maka gagal
- Mahal, politik
PMT penyuluhan posyandu - Dapat membantu tambah - Yang konsumsi bukan
asupan gizi sasaran
- Menarik partisipasi masya
untuk mau berkunjung
posyandu
Pembrian micronutrient (sirup - Dapat membantu - Bentuk kurang menarik
besi) atau taburia memberikan tambahan balita sulit menerima
micronutrient pada balita - Rasaya kurang menarik
- Memperbaiki status gizi - Salah penggunaan rasa
berubah
- Butuh pelatihan khusus
Posyandu - Mendeteksi pertumbuhan - Kurang partisipasi
3
- Jika terdapat balita BB kurang masyarakat
maka lebih cepat ditangani - Mendapat kader handal
- Semakin banyak yg sadar sulit.
tentang kesehatan - Kurang pengetahuan ttg
posyandu
- Kurang terlatih kadernya
akhirnya pendeteksian
pertumbuhan keliru
PMT-ASI - Lebih mudah makannya - Sasarannya gak tepat.
- Rasa enak, bentuk menarik - Distribusi langsungbanyak
distribusi masyarakat lama
rusak karna tikus
- Anggota keluarga lain juga
ikut makan

 Mengapa kurang efektif:


1. Kurang monitoring, AG kurang, AG memegang banyak program
2. Kurang partisipasi, masalah gizi balita diacuhkan karena belum menganggap penting.
3. Tidak mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat
4. Tidak melihat penyebab pasti tiap wilayah

3. Langkah-langkah OOPP
a. Situational analysis
b. Identifikasi masalah
c. Objective annalysis
d. alternative analysis
e. intervensi
f. monitoring

4. Edukasi Gizi (media, sasaran, karakteristik, cara membuat design, aspek2 yang diperhatikan, metode,
materi) serta Gambaran Umum PROMKES (strategi dan prinsip promkes berdasarkan Ottawa Charter
langkah2 promkes, media, sasaran, karakteristik, cara membuat design, aspek2 yang diperhatikan,
metode, materi)
4
Langkah-langkah menentukan materi edukasi Gizi
- Masalah apa
- Sasaran siapa
- Kisi-kisi materi penyuluhan
Yang diperhatikan supaya materi edukasi efektif
- Ada gambar
- Mudah dipahami
- Bahasa mudah
- Warna, tulisan jelas
- Perlu diperhatikan norma2
- Tidak konteks tual berdasarkan sasaran
- Video, gambar lbh efektif
- Melibatkan partisipasi responden
Promosi kesehatan
- Isinya umum
- Metode:
- Media: iklan layanan masyarakan
- Sasaran: kondisi kesehatan masyarakat luas
- Tujuan: preventif masalah kesehatan
- Tidak bersifat secara langsung

5. Apa saja perbedaan yang menonjol edukasi gizi dan promosi kesehatan

Edukasi Gizi Promosi kesehatan


- Isi lebih ke masalah gizi - Isinya umum
- Metode: konseling, penyuluhan, - Metode:
bekerjasama media elektronik, - Media: iklan layanan masyarakan
- Media: leaflet, poster - Sasaran: kondisi kesehatan masyarakat luas
- Sasaran: khusus seseorang yang - Tujuan: preventif masalah kesehatan
punya masalah gizi - Tidak bersifat secara langsung massal
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan
masyarakat ttg gizi
- Bersifat langsung

5
6. Indicator keberhasilan Promosi Kesehatan
o Pemerintah setiap tahun ada target kerja, RPJ RJP. Evaluasi program, dimonitor dari target
atau angka prevalensinya
o evaluasi, indicator PMT: partisipasi(80% masyarakat), kenaikan BB (200gr/mgg)
o Cakupan penerimaannya berapa persentasenya di wilayah itu
o Indicator cakupan vit. A 85%, tahun 2014 100%
o Keluarga Sadar Gizi cakupannya 100%
o Angka kematian bayi dan Ibu.
o Adanya kenaikan BB setlah kenaikan BB dan MP ASI
o Indikatornya Balita Gibur ditangani
o Angka balita BGM <5%

G. HIPOTESA AWAL

Masalah Gizi
Pada Balita

Program PHI
Pemerintah
6
Indikator

Analisis
OOPP

Proposal
Promosi Kesehatan

Promosi Edukasi
Kesehatan

Ottawa
Charter

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJEKTIF

1. OOPP
Perencanaan program yang berorientasi pada tujuan, yang berupa seperangkat perencanaan yang
digunakan secara bertahap mulai dari analisis keadaan hingga rancangan program/kegiatan
(Lakhoua,2011)

7
Perencanaan program yang berorientasi pada tujuan dengan teknik perencanaan partisipatif, di mana
semua pihak yang terlibat mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang akan di bahas dalam program
da menyiapkan rencana program (ILO-IPEC, 2002)

2. Masalah Gizi ganda


Masalah gizi kurang belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih. kelebihan
gizi atau obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia dewasa (Dewi Sartika, 2011).

Masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Penyebab masalah gizi tersebut
berbeda, masalah gizi kurang biasanya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya ketersediaan pangan,
kurang sanitasi, dan kurangnya pengetahuan masyarakat. Namun, masalah gizi lebih disebabkan karena
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang
gizi, menu seimbang dan kesehatan (Mardayanti, 2008)

Double Burden of Malnutrition (DBM), Ko-eksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrient  dan
mikronutrient disepanjang kehidupan pada populasi, masyarakat, keluarga, dan bahkan individu yang
sama(Indonesia Health Sector Review, 2012). Contohnya anak stunting, intervensi salah gizi lebih baik.
3. Promkes
Upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pemebelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat sesuai social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan
kesehatan (Fitriani S, 2011).

Program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan / peningkatan)


pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi
dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya) dalam rangka memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes, 2009).

4. Ottawa Charter
Piagam Ottawa tahun 1986 merupakan hasil dari konferensi Internasional pertama mengenai promosi
kesehatan yang menjadi acuan bagi promosi kesehatan termasuk di Indonesia. dalam Piagam Ottawa
aktivitas utama promosi kesehatan adalah Advokasi, Pemberdayaan (Enabling), dan Mediasi (Mediating)
(Fitriani Sinta, 2011)

8
5. Edukasi Gizi
Suatu kegiatan yang berupaya untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya
meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan
penyakit. (BPJS, 2014)

Merupakan kombinasi dari strategi pendidikan dan dukungan lingkungan yang dirancang untuk
memberikan informasi mengenai pemilihan makanan, prilaku makan dan gizi yan berkaitan dengan
kesehatan dan kesejahteraan yang disampaikan di bebrapa tempat dengan melibatkan tingkat individu,
masyarakat dan pembuat kebijakan (Contento, 2011 dalam McNulty 2013).

Kombinasi dari strategi pendidikan dan dukungan lingkungan yang dirancang untuk memberikan informasi
mengenai pemilihan makanan, prilaku makan dan perilaku sadar gizi sehingga memunculkan suasana
kondusif dan kesejahteraan di suatu populasi (FAO,2013)

CUES
Mampu melakukan analisis masalah gizi ganda {kurus (wasting), pendek (stunting), gemuk, dan anemia gizi} pada
balita dengan menggunakan OOPP sebagai landasan pembuatan proposal promosi kesehatan, dengan
mempertimbangkan Ottawa charter. Hasil analisa tersebut kemudian dijadikan landasan penyusunan materi
edukasi gizi dengan mempertimbangkan karakteristik sasaran sesuai dengan program pemerintah yang sudah ada.

6. Parameter dan indicator masalah gizi balita


Masalah Gizi Indikator Parameter Cut-Off
Wasting TB atau PB, BB, BB/TB atau BB/PB, - Wasting = <-2 SD WHO Child
IMT, U IMT/U Growth Standard Median
(WHO, 2010).
- Sangat Kurus = < -3 SD
- Kurus = -3 SD sampai < -2 SD
IMT/U
- Sangat Kurus = < -3 SD
- Kurus = -3 SD sampai < -2 SD
(Kemenkes RI, 2010)
Gemuk BB, TB atau PB, BB/TB atau BB/TB, BB/TB atau BB/PB
9
IMT, U IMT/U - Overweight = > 2 SD WHO
Child Growth Standar
Median
(WHO, 2010)
- Gemuk = > 2 SD
IMT/U
- Gemuk = > 1 hingga 2 SD
(Kemenkes RI, 2010)
Stunting TB atau PB, U TB/U untuk balita - Stunting = <-2 SD WHO Child
usia >2 tahun atau Growth Standard Median
balita <2 tahun yang (WHO, 2010).
diukur panjang - Sangat Pendek = < -3 SD
badannya > 85 cm - Pendek = -3 SD sampai < -2 SD
PB/U untuk balita (Kemenkes RI, 2010)
usia <2 tahun atau
balita usia >2 tahun
yang diukur tinggi
badannya <85 cm
(Fahmida,2007)

TB/U atau PB/U


Anemia Hb, U Hb/U Anemia = < 11gr/dL
Anemia rendah 100-109
Moderate 70-99
Severe <70
(WHO, 2011)

PHI (Public Health Indicator)

Kategori Stunting Anemia Underweight Wasting Overnutrition


Low <20 <4,9 = Normal <10 <5
Medium 20-29 Mild = 5 - 19,9 10-19 5-9
>10%
High 30-39 Moderate = 20 - 39,9 20-29 10-14
Very High >=40 severe = >40 >=30 >=15

10
  ( Fahmida, 2007 ; WHO, 2010 ; Gibson, 2005)

7. Pogram pemerintah apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah gizi balita, sebutkan
kelebihan dan kekurangan program pemerintah yang telah ada serta mengapa program pemerintah
belum efektif.
Program Pemerintah
 PROGRAM BOK
Tujuan Program meningkatkan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan prefentif dalam mencapai
target MDGs bidang kesehatan tahun 2015. Untuk bidang gizi masuk dalam MDGs 1 yaitu menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan, melalui upaya menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk.
 SUN Movement
Saat ini Pemerintah Indonesia menyepakati untuk mengikuti gerakan “Scaling Up Malnutrition” (SUN
Movement) yang mana disebut sebagai Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dengan fokus pada
1000 hari pertama kehidupan (Gerakan 1000 HPK). pada program ini terdapat intervensi yang bersifat
sensitif dan spesifik. Intervensi spesifik merupakan program-program yang langsung berhubungan dengan
kesehatan. Contoh kegiatan pada sasaran balita yaitu:
a. Kelompok 0-6 bulan = Promosi menyusui (Konseling individu dan kelompok)
b. Kelompok 7 - 23 bulan =
1. Promosi menyusui
2. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) Perubahan perilaku, perbaikan MP-ASI
3. Suplementasi Zink
4. Zink untuk manajemen diare
5. Pemberian obat cacing
6. Fortifikasi besi
7. Pemberian kelambu berinsektisida malaria (Pedoman Gerakan 1000 HPK,2013)
 PKGBM (Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat) Untuk Mencegah Stunting
Program inisiatif pemerintah Indonesia dengan dukungan hibah dari Amerika Serikat melalui Millenium
Challenge Corporation yang dimulai pada tahun 2014 hingga 2018. Program dilaksanakan di 11 Provinsi
(Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo,
Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan)
yang meliputi 64 Kabupaten dan 499 Kecamatan. Kegiatan :
a. Pelatihan Konseling Pemberian Makanan untuk Ibu, Bayi dan Anak (PMIBA) dan Pelatihan
Pemantauan Pertumbuhan.

11
b. Penyediaan Suplemen Gizi Mikro “Taburia”.
c. Pelatihan Higiene dan Sanitasi
d. Keterlibatan Sektor Swasta

 Kegiatan Direktorat Bina Gizi


1. Pusat
a. Penyusunan  NSPK bidang gizi
b. Peningkatan kapasitas dan orientasi SDM gizi (Penilaian Pertumbuhan Balita, Tatalaksana
Anak Gizi Buruk, Konseling Menyusui, Pencegahan dan Penanggulangi Gizi Lebih pada Anak
Sekolah, Manajemen Pemberian TTD, Kapsul Vitamin A dan Taburia, dll).
c. Sosialisasi dan Advokasi terpadu (Gernas Perbaikan Gizi, Pedoman Seimbang, ASI Taburia,
Vit A dan TTD, Roundtable Discussion, Rakor LP/LS, dll).
d. Pengadaan Makanan Tambahan (MP-ASI, PMT Bumil, dan PMT-AS) dan Manajemen
Distribusi PMT.
e. Pengadaan Alat Penunjang Gizi (Antropometri Kit, Konseling menyusui Kit, Iodina test, Buku
Pedoman Gizi, Leaflet/Poster Gizi).
f. Surveilans Gizi, Monev, dan Bimtek.
g. Dukungan Manajemen.

2. Daerah
a. Peningkatan kapasitas SDM gizi (Penilaian Pertumbuhan Balita, Tatalaksana Anak Gizi
Buruk, Konseling Menyusui, Pencegahan dan Penanggulangi Gizi Lebih pada Anak Sekolah,
dll).
b. Sosialisasi dan Advokasi terpadu (Gernas Perbaikan Gizi, Pedoman Seimbang, ASI Taburia,
Vit A dan TTD, Roundtable Discussion, Rakor LP/LS, dll).
c. Pemantauan Status Gizi (PSG).
d. Pengadaan Makanan Tambahan (MP-ASI dan PMT Bumil) dan manajemen distribusi.
e. Surveilans Gizi provinsi dan kab/kota
f. Monev dan Bimtek ke Kab/Kota dan Puskesmas
g. Pelacakan Kasus Gizi Buruk
(Sugihantono A, 2014)

12
Kelebihan dan kekurangan program pemerintah yang telah ada

Program Kelebihan Kekurangan


Posyandu  Mengetahui perkembangan  Sasaran posyandu terlalu banyak
balita sehingga sering tidak tercakup
 Ibu hamil yg ada didaerah bisa  Kader kurang komitmen dan banyak
memeriksakan kesehatan lebih yang kurang terlatih
dekat  Dukungan masyarakat khususnya stake
 Memberdayakan SDM lokal holder kurang (yatinem, 2009)
seperti kader, tokoh agama,  Permasalahan Geografis, jarak
tokoh masyarakat posyandu jauh, seperti di kabupaten
 Tersedianya dana BOK yang indramayu 2 Km, dan wilayah Papua
menjadi daya ungkit peningkatan kabupaten Wamena harus berjalan kaki
kinerja puskesmas termasuk 2-3 jam.
dalam pembinaan posyandu
yang berdampak pada
penimbangan D/S (LAKIP Direktorat Bina Gizi, 2012)
(LAKIP Direktorat Bina Gizi, 2012)
 Dapat mengkonfirmasi balita gizi
buruk dengan cepat sehingga
intervensi yang diberikan tepat
(Kemenkes RI, 2011)
PKGBM  Program terencana dan  Memerlukan biaya yang besar.
(Proyek terintegrasi dengan baik.  Membutuhkan partisipasi aktif pelatih
Kesehatan  Faktor-faktor yang konseling untuk calon konselor gizi
dan Gizi mempengaruhi stunting akan dalam menyampaikan materi gizi.
Berbasis diupayakan untuk diperbaiki  Perlu upaya lanjutan untuk cara
Masyarakat) menjadi lebih baik. mengonsumsi Taburia bagi balita agar
Untuk  Melatih perusahaan swasta lebih dapat diterima dengan baik.
Mencegah inovatif untuk menghasilkan  Adanya peluang penyalahgunaan dana.
Stunting makanan tambahan atau
suplemen gizi mikro yang dapat
diterima masyarakat dan
13
berkualitas.
 Keberlanjutan program sudah
direncanakan.
SUN  Seluruh aspek dipersiapkan  Memerlukan biaya yang besar.
Movement dengan baik untuk  Membutuhkan kerjasama lintas sektor.
mensukseskan program yang  Perlu dukungan masyarakat dalam
dicanangkan. mensukseskan program.
 Bentuk kegiatan dapat  Dana besar
diinovasikan dengan program
atau kebiasaan daerah setempat.
 Kegiatan memiliki target
pencapaian hasil yang jelas. (Kemenkes RI, 2011)
PMT  Peningkatan asupan energi dan  Kendala dalam pendistribusian
protein (Handayani et al, 2008)
(Fitriyanti F, et al, 2012)  Masih kurangnya manajemen program
 Meningkatkan status gizi balita dan sumber daya terutama
(Rizal et al, 2012) keluarga/ibu/pengasuh
(Sulistyaningsih, 2012)
Program BOK
Pendidikan  Meningkatkan Partisipasi  Ketenagaan kurang
Gizi (PMT masyarakat untuk keposyandu  Tidak berkelanjutan
Penyuluhan,
Penyuluhan,
Konseling
ASI dan MP
ASI)

Pelayanan  Mendeteksi Pertumbuhan balita/  Ketenagaan kurang


Gizi penemuan kasus
(Posyandu,
Sweeping,
PSG, Survei)

Tata  Pemanfaatan Bahan makanan lokal  Tidak tepat sasaran , karena kasus tidak
Laksana Gizi mengumpul
(PMT
14
Pemulihan
Balita)
Pelayanan  Memberikan kecukupan Vit A pada  Penyedian kapsul vitamin A tidak tepat
Kesehatan balita waktu
Balita
(Pemberian
Kapsul
Vitamin A,
Sweeping)

Pelayanan  Mencukupi kebutuhan gizi bumil  Tidak berkesinambungan


Kesehatan
Ibu Hamil
(PMT Bumil
KEK)

(Kemenkes RI, 2013)


Pemberian  Dapat menanggulangi atau  Petugas gizi tidak mengetahui metode
MP ASI mencegah kasus gizi kurang atu perhitungan sasaran MP ASI karena
buruk pada balita dengan situasi jumlah sasaran ditentukan oleh Dinas
darurat maupun situasi khusus. Kesehatan.
 100 gram produk menganung energi  Sulit mengontrol pemberian MP ASI
minimum 400 kcal dengan protein 8 karena kesibukan orang tua dan jarak
- 12 gram dengan kulitas protein anatara rumah kader dan sasaran yang
tidak kurang dari 70% kasien. jauh.
 Adanya peningkatan BB blita setelah  Rata-rata MP ASI tidak hanya dikonsumsi
pemberian MP ASI oleh sasaran namun juga anggota
keluarga lain.
 Tidak adanya pencatatan MP ASI yang
diterima dan didistribusikan oleh kader.

(Kemenkes RI, 2013; As’ad, 2014) (As’ad, 2014)


Pemberian  Mengandung 12 macam vitamin dan  Kurangnya buku pedoman yang disediakan

bubuk 4 macam mineral yang sangat oleh Dinak Kesehatan, dimana hanya
taburia dibutuhkan oleh balita dan mampu terdapat 1 buku pada setiap posyandu.
mencegah terjadinya anemia.  Masih terdapat kesalahan car pemberian
15
 Pemberian taburi tidak mengubah bubuk taburia.
kebiasaan makan anak.  Masih terdapat beberapa balita yang tidak
 Penyimpanan, penggunaan dan mau makan makanan yang dicampur
penyiapannya praktis dengan bubuk taburia karena bau obat.

(Wahyuni, 2014) (Wahyuni, 2014)


Penyuluhan  Sarana pemberian edukasi mengenai  Kurangnya ketersediaan alat peraga
Ibu balita di pemberian ASI eksklusif, MP ASI, penyuluhan.
posyandu pemberin ASI hingga usia 2 tahun,  Rendahnya pengetahuan kader mengenai
pemberian vitamin A, dln. materi penyuluhan.
 Adanya rasa sungkan pada kader untuk
memberikan penyuluhan.
(Kemenkes RI, 2011) (Badawi, 2014)

Mengapa program pemerintah belum efektif

1. Kurangnya koordinasi antar pemerintahan dan terbatasnya kepemimpinan


2. Perhatian yang kurang di masyarakat untuk proaktif dalam mencegah masalah gizi
3. Organisasi profesi gizi yang masih amburadul/belum terorganisasi secara baik
4. Tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat  masih rendah (LAKIP Direktorat Bina Gizi,
2012).
5. Kurangnya kemampuan tenaga dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling (LAKIP Direktorat Bina
Gizi, 2012).
6. Kurangnya Standart pelayanan gizi yang lengkap dan jelas
7. Peran Puskesmas lebih focus pada pengobatan dan masih memperhatikan pengembangan kesehatan
masyarakat dan perventif
8. Peran ahli gizi masih undervalued dan kurang dimanfaatkan
9. Masih kurangnya ahli gizi yang bekerja di tingkat provinsi dan kabupaten
(WPHNA,2013)
10. Peran serta dukungan dari stake holder masih kurang, pemerintah kurang menggalang kerjasama dengan
lintas program dan lintas sektor terkait promosi kesehatan dimana potensi dari stakeholder (lintas sektor,
16
lintas program, organisasi masyarakat, LSM< organisasi proksi, media massa, dan dunia usaha) itu sendiri
membantu pelaksanaan program kesehatan.
11. Tujuan dan sasaran dari program kesehatan masih ada yang belum sesuai sasaran. Dalam hal ini seperti
misalkan program pemberian PMT ASI dimasyarakat masih ada yang belum sampai pada target. dimana
masyarakat itu sendiri belum memahami sepenuhnya untuk siapa PMT ASI diberikan sehingga perlu
adanya pendekatan lagi dan pemberian informasi terkait hal tersebut.
12. Kinerja dari kader posyandu dan tenaga kesehatan lain masih kurang hambatan yang perlu diperhatikan
oleh pemerintah adalah kurangnya pelatihan penyegaran kader, kurangnya supervisi, beban/waktu yang
berlebihan, distribusi insentif yang tidak sama dengan kader lainnya, proses pemilihan kader yang tidak
tepat, kurangnya staf dan peralatan yang mendukung, serta kurangnya penghargaan dari petugas
kesehatan dan perilaku dari kader ataupun tenaga kesehatan yang kurang tepat.
13. Kurang monitoring serta evaluasi program yang sudah berjalan, pemerintah dan tenaga kesehatan terkait
kurang memantau bagaimana program yang telah berjalan apakah tujuan dan sasaran program kesehatan
sudah sesuai dengan target yang ingin dicapai.
14. penyediaan sumber daya (tenaga kesehatan, sarana, dan dana) masih belum memadai, pemerintah harus
mengoreksi apakah sumber daya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan sudah
cukup/memadai misalkan ahli gizi .
15. Metode atau media yang digunakan sebagai sarana untuk penyampaian informasi masih kurang baik.,
metode yang dimaksud disini yaitu komunikasi. pemilihan metode harus dilakukan dengan
memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budayanya).
(Nastiti, 2010)
16. Konsisten Komitmen Politik
 Konsisten terhadap anggaran untuk kesehatan dan gizi.
 Komitmen politik untuk memperoleh advokasi dari lembaga internasional dan nasional seperti
UNICEF, FAO / WFP, WHO, LSM, Perguruan Tinggi, dll.
17. Cost Efectivenes
 Efektivitas biaya program mulai perencanaan hingga evaluasi kegiatan / program.
18. Fungsi Manajemen Sistem Informasi
 Merupakan hal yang sangat krusial pada program monitoring dan pengambilan keputusan pada tiap
level.
 Penyampaian informasi melalui media (koran, radio, televisi, dll) sangat membantu menjangkau
sasaran (masyarakat).

17
19. Bentuk strategi untuk mengatasi masalah pangan berbeda-beda antar keluarga yang satu dengan yang lain
tergantung faktor demografi, sosial ekonomi dan masalah yang dihadapi keluarga.
20. Perbaikan gizi melalui pendekatan multisektoral yaitu perbaikan ekonomi, kecukupan konsumsi makanan
dan higiene sanitasi pribadi dan lingkungan, sehingga  faktor-faktor yang mempengaruhi harus sejalan
(Saragih B, 2010)
21. Kepedulian masyarakat dalam penanggulangan masalah gizi masih rendah.
22. Keterlibatan dan perhatian pihak LSM di pusat dan daerah terhadap masalah gizi masyarakat belum
memadai
23. Kegiatan dan ketersediaan media promosi masih sangat terbatas
24. Pelayanan kesehatan masih menitikberatkan pada upaya kuratif dan rehabilitative
25. Praktik di lapangan , komitmen tiap pemerintah daerah bervariasi/fluktuatif
(Aritonang, 2012)

8. Langkah-langkah OOPP
a. Situational analysis
Pengumpulan semua data yang relevan berkaitan dengan kondisi suatu kelompok populasi:
 Nutritional Assesment → mengkaji mengumpulkan data terkait gizi ABCDR kemudian dilakukan
sintesa data guna mempermudah suatu masalah.
 Participation Analysis → menganalisa semua pihak yang terkait dengan kemungkinan masalah,
meliputi karakteristik, kekuatan, kelemahan ketertarikan, motivasi dan bagaimana strategi untuk
mengajak mendukung intervensi yang kan dilakukan.
b. Problem Analysis
Mengidentifikasi suatu masalah terkait dengan apa saja yang ingin diperbaiki berdasarkan
masalah yang ditemukan. Analisa masalah ini dapat digambarkan melalui problem tree. Masalah yang
diangkat dikelompokkan berdasarkam 3 domain intake, clinic, dan behaviour.
c. Objective Analysis
Mengidentifikasi tujuan-tujuan yang dapat dicapai dari hasil pemecahan masalah-masalah
yang ada. Objective analysis merupakan bagian dari intervensi.
d. Alternative analysis
Proses ini merupakan proses menetapkan pendekatan program yang paling memberi harapan
untuk berhasil.

18
e. Project Planning Matrix
Pengembangan rancangan program yang taat azas dalam suatu kerangka logis. sebelum
ke PPM kita harus menetapkan intervensi gizi, monitoring serta evaluasi program yang dipilih
menganalisa pihak-pihak yang terkait dengan program yang mengkaji kepentingan dan
potensinya.
PPM terdiri dari Goal, Purpose, outcome, output, kegiatan dan mencantumkan pula
asumsi penting terkait jalannya program.
(Lakhoua, 2011)
Logical framework (kerangka kerja logis) merupakan panduan kerja untuk menetukan dan
menggambarkan suatu ringkasan mengenai rancangan atau desain program pembangunan dalam
bentuk matrik dengan memperhatikan sumber pembuktian , indika dan sejumlah asumsi.
kerangka kerja logis terdiri dari :
a) tujuan/ goal: merupakan capain akhir yang diharapkan dari suatu kegiatan atau progra
pembangunan sebagai bentuk kesinambungan dibentuk dalam pencapaian maksud
program
b) sasaran/ strategic objectives/ purpose/ outcome merupakan perubahan yang diharapkan
dicapai melalui pelaksanaan  program atau setiap aspek pengembangan dalam jangka
waktu tertentu
c) intermediate result merupakan capaian atau hasil-hasil perubahan perilaku yang
diharapkan dalam rangka pencapaian sasaran atau strategic objectives
d) hasil kerja/ output menunjukan apa yang harus dicapai dari pelaksanaan program dalam
rangka pencapaian maksud program
(Sumpeno, 2011)
Berdasarkan ILO (International Labour Organization) tahapan OOP di bagi menjadi 3 tahapan
besar yaitu persiapan, analisis dan perencanaan.
A. Tahapan persiapan
 Situasional analysis
 Participation Analysis yaitu mengidentifikasi dan memilih semua pihak yang memiliki
hubungan dengan perencanaan program
B. Tahapan Analisis
 mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan program
 membuat pohon masalah yang berkaitan dengan program (problem analysis)

19
 membuat pohon tujuan yang berkaitan dengan program (objective analysis)
 memilih alternatif penyelesaian masalah berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
dan menetapkan fokus program yang akan dilaksanakan (alternatif analysis)
C. Tahapan Perencanaan
 membuat matrix penyelesaian program PPM
(ILO-IPEC, 2002)
 

9. Edukasi Gizi (media, sasaran, karakteristik, cara membuat design, aspek2 yang diperhatikan, metode,
materi) serta gambaran umum PROMKES (strategi dan prinsip promkes berdasarkan Ottawa Charter
langkah2 promkes, media, sasaran, karakteristik, cara membuat design, aspek2 yang diperhatikan,
metode, materi)
EDUKASI
A. MEDIA  
MEDIA EDUKASI GIZI
a. Alat bantu lihat (Visual Aids)
Alat ini digunakan untuk membantu menstimulasi indera mata pada proses. Ada 2
bentuk yaitu ;
1. Alat yang diproyeksikan, missal slide, film, dsb
2. Alat yang tidak diproyeksikan
 2 dimensi, gambar, peta, bagan, dll
 3 dimensi, missal bola dunia, boneka peragaan.
b. Alat bantu dengar (Audio Aids)
Adalah alat bantu yang dapat menstimulasi indera pendengaran pada waktu proses.
Missal piringan hitam, radio, pita suara, dll
c. Alat bantu lihat-dengar (Audio-Visual Aids)
Misalnya televise dan video cassette
(Fitriani, 2011).

20
B. PRINSIP MEMBUAT MEDIA EDUKASI
Prinsip pembuatan media edukasi:
1. Mudah dibuat
2. Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal
3. Mencerminkan kebiasaan , kehidupan dan kepercayaan setempat
4. Ditulis atatu digambar dengan sederhana
5. Menggunakan bahsa setempat yang mudah dimengerti oleh mesyarakat
6. Memenuhi kebutuhan petugas kesehatn dan masyarakat
(Fitriani, 2011)

Kelebihan dan kekurangan media Edukasi :


o Kelebihan : Murah, menjangkau banyak sasaran, lebih dapat diterima, dapat menstimulasi
inisiatif perubahan diri
o Kekurangan :Ikatan dengan pengguna lemah, unreliable, dilusi content, susah difollow-up
(John Hopkins University, 2006)

C. KARAKTERISTIK SASARAN
Edukasi gizi pada masyarakat dikenal dengan usaha perbaikan gizi, sasaran edukasi gizi lebih
fokus kepada golongan rawan yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan balita (Syamsu, 2005).
Karakteristik Sasaran Edukasi
1) Individu yang mempunyai masalah kesehatan terkait gizi
2) Individu/masyarakat yang ingin melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah gizi
3) Individu yang ingin mencapai status gizi optimal (persagi, 2010)

Karakteristik Balita
Menurut karakteristiknya balita dibagi 2 kategori, yaitu anak usia 1-3 tahun (Batita) dan
anak pra sekolah. anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, sedangkan untuk anak usia
prasekolah anak menjadi konsumen aktif, karena anak mulai bergaul dengan lingkungan baru
sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. (BPS, 1999 dalam Muksin 2011)
karakteristik orang tua

21
Hampir semua orang tua menginginkan anaknya untuk memiliki hidup dengan kualitas
yang lebih baik dari mereka dan banyak dari mereka bekerja keras Untuk tujuan / harapan
tertentu (UNICEF, 2011).
Dalam mengarahkan orang tua untuk memberikan intervensi pada anak mereka
diperlukan komunikasi yang baik. karena perubahan balita sangat bergantung dengan perubahan
perilaku orang tuanya. (Rachel A.et al. 2001)

D. ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM EDUKASI


 aspek materi: kelengkapan materi, keakuratan materi, kegiatan yang mendukung materi,
kemuktahiran materi, upaya meningkatkan kompetensi
 aspek penyajian: materi yg disajikan dengan mempertimbangkan kebermaknaan dan
kebermanfaatan, tampilan menarik, variasi dalam cara penyampaian informasi,
memperhatikan kode etik, memperhatikan kesetaraan gender
 aspek bahasa: menggunakan bahasa yang baik dan benar, kejelasana bahasa, istelah yang
digunakan mudah dipahami, kesesuaian bahasa
(Ramadhani, 2008)
 tujuan materi harus jelas
 kata-kata mudah difahami dan familiar bagi peserta
 menggunakan kalimat yang jelas
 menggunakan bahasa yang baik
 isi materi akurat
 informasi yang diberikan kredible dan sesuai untuk sasaran dan sesuai dengan kebutuhan
peserta
 design grafik, teks dan gambar harus menarik
 tidak kontekstual
 tidak menggunakan jenis dan ukuran yang susah dibaca
(Healtstate)

E. SASARAN
 Utama
a. Masyarakat dari berbagai kelompok usia
b. Masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi
c. Masyarakat dari berbagai lapisan pendidikan

22
 Sasaran antara :
a. Penentu kebijakan
b. Pengelola program
c. Lembaga swadaya masyarakat
d. Kader
e. Organisasi profesi
f. Media massa
g. Dunia usaha
h. Mitra pembangunan internasional
i. Lembaga pendidikan :
 Sekolah : TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan tinggi
 Madrasah : RA, MI, MTS, MA, PTAI
 Pondok Pesantren
j. Lembaga sosial dan keagamaan
k. Kelompok komunitas
Sasaran pendidikan dapat bersifat :
1. Perorangan, misalnya pasien dan ibu hamil
2. Kelompok, misalnya murid dalam kelas, mahasiswa dalam ruangan kuliah
3. Umum, misalnya pengunjung pameran dan hadirin dalam suatu pertemuan

F. CARA MEMBUAT DESIGN MEDIA


1. Menialai kebutuhan peserta edukasi meliputi :
 siapa sasaran yang akan diberikan edukasi
 apa yang dibutuhkan untuk peserta
 menetapkan tujuan dari edukasi
 menetapkan metode yang cocok yang akan digunakan sesuai dengan sasaran
2. menetapkan pesan pokok (materi)
3. mengevaluasi materi edukasi gizi dengan memperhatikan aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam pembuatan materi
4. pretest materi, untuk mengetahui apakah materi sudah sesuai sebelum disajikan ke
peserta
5. menggunakan materi secara efektif
(helathstate)

23
6. Identifikasi sasaran yang akan di edukasi
7. Pilih metode , media dan alat yang sesuai sasaran dan kemajuan teknologi komunikasi
(kemenkes RI, 2014)
Beberapa media dan aturan pembuatannya :
a. Poster adalah suatu pesan singkat dalam bentuk gambar dan atau tulisan dengan tujuan
mempengaruhi seseorang untuk menginginkan sesuatu yang ditawarkan dan untuk
mempengaruhi agar orang itu bertindak.
syarat : dibuat dalam tata letak yang menarik, dapat dibaca oleh orang yang lewat dengan jarak 6
meter, kata-kata tidak boleh lebih dari tujuh kata, harus dapat menggugah emosi, ukuran
umumnya 50x70 cm atau 35x50 cm
b. Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipat sehingga dapat terdiri dari beberapa halaman.
terkadang berisi tulisan tentang sesuatu masalah yang menunjukkan suatu saran/tujuan tertentu.
Selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah
dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. ukuran 20x30 cm, berisi tulisan 200-400 kata, isi
harus bisa ditangkap dengan sekali baca. yang harus diperhatikan dalam membuat leaflet:
 Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai.
 Tuliskan apa tujuannya
 Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet
 Kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan
 Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya bagaimana bentuk
tulisan, gambar serta tata letaknya.
 Buatkan konsepnya
 Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hampir sama dengan kelompok
sasaran.
 Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi
(Field book, tanpa tahun)
c. Lembar balik merupakan suatu alat peraga yang menyerupai album gambar. biasanya terdiri dari
lembaran-lembaran yang berukuran sekitar 50 cm x 75 cm, atau 38 cm x 50 cm disusun dalam
urutan tertentu dan diikat (dibendel) pada bagian atasnya. yang berukuran kecil seperti buku
yang disebut flipbuk atau lembar balik meja berukuran kurang lebih 21 cm x 28 cm.
d. flash card merupakan sejumlah kartu bergambar yang biasanya berukuran 25 cm x 30 cm,
dengan tujuan meyampaikan masalah tertentu. gambar-gambar dapat dicetak dari foto dan
dapat digambar dengan tangan.

24
e. food model merupakan seperangkat alat-alat yang berbentuk seperti bahan makanan asli dengan
pengelompokkan masing-masing mulai dari sumber karbohidrat, protein, lemak, sayur dan buah
dan susu. food model berisi ukuran/berat per masing-masing bahan makanan (per 100 gram)
lengkap dengan kandungan gizinya (energi, protein, lemak, karbohidrat).
f. Booklet merupakan suatu alat dalam bentuk buku yang digunakan untuk mencatat apa yang
dikonsumsi oleh responden dan biasanya ada keterangan-keterangan tambahan didalamnya
dengan tujuan agar responden memahami tujuan pengisian buklet tersebut seperti misalnya
buku saku food record. buklet umumnya dapat digunakan untuk orang yang melek huruf dan bisa
menulis.
(supariasa, 2014)

G. TUJUAN EDUKASI
 mengubah pengetahuan, pendapat

 mengubah sikap dan persepsi

 menanamkan kebiasaan

 tujuan pengguna peraga

 sebagai alat bantu pendidikan

 untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah

 untuk mengingatkan informasi

 untuk menjelaskan fakta-fakta

 Menekankan hubungan antar nutrisi, aktivitas fisik dan kesehatan dengan penekanan khusus pada

kebutuhan gizi ibu hamil, pasca melahirkan,  wanita menyui, bayi dan anak-anak balita.
 Membantu individu dengan merekomendasikan gizi untuk mencapai perubahan positif terkait

pola makan dan aktivitas fisik.


(USDA, 2005)

PROMKES
A. STRATEGI DAN PRINSIP MENURUT OTTAWA CHARTER
Strategi promosi kesehatan berdasarkan Piagam Ottawa yaitu: empowerment, Social support dan
advocacy. Yang di Indonesia diterjemahkan menjadi pemberdayaan masyarakat, Bina Suasana, dan
Advokasi.

25
a. Pemberdayaan masyarakat adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok
masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS
b. Bina Suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong
dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan
melestarikannya.
         Ada 3 kategori :
 Individu
Dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat yang menjadi panutan
 Kelompok
Dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat seperti RT, RW,  Majelis Pengajian,
Organisasi wanita
 Publik
Dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan kemitraan dan pemanfaatan
media-media komunikasi seperti radio, tv, koran, majalah, situs internet.
c. Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang diperhitungkan
dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi
(Kemenkes, 2011)
Kemenkes RI, 2011 strategi ditambah :
d. Kemitraan
kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait
dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka dan tokoh masyarakat, media massa dan lain-
lain.
PRINSIP:
1) Empowment (Pemberdayaan)
Yaitu cara yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan control lebih besar atau keputusan
dan tindakan yang mempengaruhi kesehatan
2) Partisipative (Partisipasi)
Yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam mengambil keputusan
3) Holistic (Menyeluruh)
Yaitu memperhatikan hal yang mempengaruhi kesehatan
4) Equitable (Kesetaraan)
Memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang didapat oleh klien

26
5)  Intersectoral lintas sector)
Yaitu bekerja dengan kemitraan da instansi terkait
6) Sustainable (Berkelanjutan)
Yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan berkelanjutan dalam jangka panajng
7) Multi strategi
Yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakan
(Depkes RI, 2008)

B. METODE PROMKES
Metode Promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, sasaran yang
dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi
1. berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode Penyuluhan Langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
Termasuk di sini antara lain : kunjungan runah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa,
pertemuan di posyandu.
b. Metode tidak langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan
sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi
dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukkan film.
2. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telpon dll
b. Pendekatan Kelompok
Dalam hal ini petugas promosi berhubungan dengan sekelompok sasaran. Beberapa
metode penyuluhan yang masuk dalam kategori ini antara lain: pertemuan, demonstrasi, diskusi
kelompok, pertemuan FGD.
c. Pendekatan Massal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran
yang jumlahnya banyak. beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : pertemuan
umum, pertunjukkan kesenian, penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, pemutaran film
dll.

27
3. Berdasarkan Indera Penerima
a. Metode melihat/ memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera
penglihatan seperti: penempelan poster, pemasangan gambar/ foto, pemasangan koran dinding,
pemutaran film
b. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
misalnya: penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah
c. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk: demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba,
dan dicoba)
    (Field Book, Metode dan Media Promkes)
Bentuk dari metode individual ada 2 bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan counseling) yaitu :
1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya
3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran penuh pengertian
akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
Metode pendekatan kelompok
Metode pendekatan kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil,
karena metodenya akan berbeda.
a. Kelompok besar
1) Ceramah
Adalah metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
Media pendukung yang digunakan , seperti bahan serahan (handout), transparansi yang
ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCDm tulisan-tulisan di
kartu metaplan dan kertas plano, dll.
2) Seminar
Hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

28
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara
dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Tujuan penggunaan metide ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat
atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Dibuat
sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara
peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan
pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga
diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (brain storming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah,
kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung
dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak
boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukakan pendapat, tiap
anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (snow balling)
Pelaksanaan metode  ini dimulai dari tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1
pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5
menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut,
dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya menjadi diskusi
seluruh kelas.
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Pelaksanaan metode ini dimulai dari kelompok yang secara langsung dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil kemudidan dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama
dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.
Selanjutnya dicari kesimpulannya dari tiap kelompok tersebut.
5) Memainkan peran (role play)
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk “menghadirkan” peran-
peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu “pertunjukan peran” di dalam

29
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan
penilaian terhadanya.
6) Permainan simulasi
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan
ketrampilan peserta belajar (ketrampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini
memindahkan suatu situasi yang nyata kedalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya
kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya.
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam
bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya seperti bermain
monopoli dengan menggunakan dadu, gacu (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa
orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

Metode pendidikan massa


Pada umumnya bentuk pendekatan/cara ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan atau
melalui media massa. Contoh :
1) Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu , misalnya Hari Kesehatan Nasional misalnya oleh menteri atau
penjabat kesehatan lain.
2) Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada
hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
3) Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah melalui Tv atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan
massa. Contoh : “praktek dokter herman susilo” di televisi.
4) Sinetron “Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan kesehatan
massa. Sinetron jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (tahun 2008)
(Fitriani, 2011)

C. KOMPONEN PROMKES
1. Kebijakan berwawasan
Kebijakan dan peraturan perundangan - undangan harus konsisten dalam promosi kesehatan
2. Lingkungan yg mendukung

30
Ada interaksi yang kompleks antara individu dan lingkungan sosial, dan fisik. lingkungan sosial dan
fisik harus mendukung perilaku sehat dan upaya individu untuk mengadopsi dan mempertahankan
perilaku sehat
3. memperkuat pemberdayaan individu
Masyarakat memperoleh kepemilikan dan kontrol atas usaha kolektif. pengembanga masyarakat
mengacu pada sumber daya manusia yang ada dan materi masyarakat untuk meningkatkan swadaya
dan dukungan sosial untuk memperkuat partisipasi masyarakat.
4. Keterampilan individu
Kesehatan dipromosikan oleh keterampilan yang sesuai untuk perubahan perilaku dan pemeliharaan.
5. Reorientasi kesehatan
Peran sektor kesehatan harus bergerak semakin keah promosi kesehatan selain tanggung jawab
untuk menyediakan layanan klinis dan kuratif
(Hubley and copeman, 2013).

D. SASARAN
1. individu
2. keluarga
3. tatanan sarana kesehatan, institusi pendidikan,tempat kerja dan tempat umum (pengunjung dan
pengguna jasa)
4. organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/LSM dan media masa
5. petugas kesehatan
6. Lembaga pemerintah lintas sektor/politisi.
(Fitriani, 2011)
a. Sasaran primer: pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
b. Sekunder : Para pemuka masyarakat (pemuka adat, pemuka agama, petugas kesehatan, pejabat, dll),
organisasi kemasyarakatan dan media massa
c. Tersier: para penentu kebijakan public

E. MEDIA
1. Benda asli
Yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Yang termasuk dalam macam alat peraga
ini antara lain : Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat diatas tinja dll

31
2. Benda tiruan
Yaitu benda yang ukurannya lain dari ukuran sebenarnya (benda tiruan). Benda tiruan dapat dibuat
dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen dan plastik.
3. Gambar grafis
Seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan dll
4. Gambar alat optic
Seperti : foto, slide dan film (Field Book,

Berdasarkan fungsi:
1. media cetak = booklet, leaflet, flyer, foto, flip chart, rubrik/tulisan- tulisan pada surat kabar/majalah
2. media elektronis = televisi, radio, video
3. media papan (Billboard) (Notoatmodjo,2005)

Beberapa media dan aturan pembuatannya :


A. Poster
Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata.
Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dnegan tujuan memengaruhi seseorang agar
tertarik atau bertindakan pada sesuatu. Makna kata-kata dalam poster harus jelas dan tepat serta
dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih enam meter. Poster biasanya ditempelkan pada
suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir
jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi,
kartun, gambar atau foto.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan poster :
a) Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar, dan warna yang
mencolok.
b) Dapat dibaca (eye cather) orang yang lewat.
c) Kata-kata tidak lebih dari tujuh kata.
d) Mengunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian.
e) Dapat dibaca dibaca dari jarak enam meter.
f) Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor ini, bangga, dan lain-
lain.

32
g) Ukuran yang besar: 50 x 70 cm, kecil : 35 x 50 cm.
Dimana tempat pemasangan poster :
o Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana orang sering berkumpul,
seperti halte bus, dekat pasar, dekat toko/warung.
o Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan lain-lain.
Cara pembuatan poster :
 Pilih subjek yang kan dijadikan topik, misal kesehatan lingkungan, sanitasi, PHBS, dan
lain-lain.
 Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, misal keluarga yang menggunakan jamban
untuk BAB.
 Gambarkan pesan tersebut dalam gambar.
 Pesan dibuat menyolok, singkat, cukup besar, dan dapat dilihat pada jarak enam
meter, misalnya “Stop buang air besar sembarangan !”.
 Buat dalam warna yang kontras sehingga jelas terbaca, misal kombinasi warna merah
yang tidak bertabrakan yaitu biru tua-merah, hitam-kuning, merak kuning, biru tua-
biru muda.
 Hindarkan tambahan-tambahan yang tidak perlu ditulis.
 Gambar dapat sederhana.
 Perhatikan jarak huruf, bentuk dan ukuran.
 Tes/uji poster pada teman, apakah poster sudah bisa memcapai maksudnya atau
tidak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain poster. Poster secara umum terdiri atas
beberapa bagian, yaitu :
1.    Judul (head line)
2.    Subjudul (sub head line)
3.    Body copy/copy writing, dan
4.    Logo dan indentitas.
B. Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, padat, mudah
dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana. Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan
selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan tujuan
tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm yang berisi tulisan 200 – 400 kata. Ada beberapa leaflet
yang disajikan secara berlipat.

33
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya
deskripsi pengolahan air ditingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare serta pencegahannya, dan
lain-lain. Isis harus bisa ditangkap dnegan sekali baca. Leaflet dpat diberikan atau disebarkan pada
saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan Focus Group Discussion (FGD), pertemuan
posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
C. Papan Pengumuman (Billboard)
Papan pengumuman biasanya dibuat dari papan dengan ukuran 90 x 120 cm, biasa dipasang di
dinding atau ditempat tertentu seperti balai desa, posyandu, masjid, puskesmas, sekolah, dan lain-
lain. Pada papan tersebut gambar-gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topik tertentu.
Bahan yang diperlukan :
·      Tripleks ukuran 90 x 120 cm
·      Kertas berwarna
·      Gunting
·      Paku payung
·      Huruf-huruf atau tulisan
·      Koleksi gambar-gambar dalam segala ukuran

F. LANGKAH-LANGKAH:
Langkah-langkah pelaksanaan Promosi Kesehatan dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
Langkah-langkah Promosi di Puskesmas
Pelaksanaan promkes di Puskesmas pada dasarnya adalah penerapan strategi promkes yaitu
pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di tatanan sarana kesehatan khususnya puskesmas.
Langkah awalnya berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas
puskesmas agar mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang disandang pasien/ klien.
Keberhasilan pelaksanaan promkes di Puskesmas merupakan tanggung jawab dari Dinas Kesehatan
Kab/ Kota. Petugas Puskesmas harus mendapat pendampingan oleh fasilitator dari Dinkes Kab/ Kota
agar mampu melaksanakan:
a. Pengenalan Kondisi  Puskesmas
b. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di Puskesmas
c. Musyawarah kerja
d. Perencanaan Partisipatif
e. Pelaksanaan Kegiatan, dan
f. Pembinaan Kelestarian

34
Langkah-langkah Promkes di Masyarakat
Langkah-langkah promosi kesehatan di Puskesmas mencakup:
a. Pengenalan Kondisi Wilayah, dilakukan oleh fasilitator dan petugas Puskesmas dengan mengkaji
data Profil Desa atau Profil kelurahan dan hasil analisis situasi perkembangan desa/kelurahan.
Data dasar yang perlu dikaji berkaitan dengan pengenalan kondisi wilayah (Data Geografi dan
Demografi dan Data Kesehatan)
b. Survei Mawas Diri
c. Musyawarah Desa/ Kelurahan
d. Perencanaan Partisipatif
e. Pelaksanaan Kegiatan (Pemberdayaan, Bina Suasana, Advokasi)
f. Evaluasi dan Pembinaan Kelestarian
(Kemenkes, 2011)
Langkah-langkah promosi kesehatan
1. Pemahaman masyarakat dan pelibatan populasi target
Pemahaman merupakan upaya untuk menemukan sebanyak mungkin segala sesuatu tentang populasi
target dan lingkunga tempat mereka berada. Pelibatan merupakan upaya untuk menarik siapa saja yang
ada dalam populasi untuk terlibat dalam tahap awal proses perencanaan program.
2. Pengkajian kebutuhan populasi target
Proses pengumpulan data dan analisa informasi untuk membentuk pemahaman kan persoalan, sumber
daya dan kendala yang ada pada populasi target, karena berkaitan dengan penegembangan program
promosi kesehatan.
3. Penetapan sasaran dan tujuan
Tujuan umum dan tujuan khusus merupakan landasan dari sutu program.
4. Pengembangan kegiatan intervensi yang memepertimbangkan kondisi khusus suatu lingkungan
Meruapakn proses mendesain kegiatan yang akan membantu populasi target memenuhi tujuan khusus
mereka dan pasa akhirnya mencapai tujuan umum mereka.
5. Penetapan intervensi
Menuangkan program terencana ke dalam praktik.
6. Evaluasi hasil
Proses penentuan nilai atau kelayakan tujuan suatu subjek oeleh perencanaan dengan membandingkan
terhadap standar keberterimaan yang ada.
(Widyastuti, 2013).

35
10. Apa saja perbedaan  yang menonjol edukasi gizi dan promosi kesehatan
Edukasi Gizi Promosi kesehatan
1) Diberikan kepada subjek yang memiliki 1) Diberikan kepada seluruh masyarakat baik yang
masalah gizi memiliki masalah gizi atau tidak (Kemenkes RI,
2) karakteristik edukasi : lebih menekankan 2011)
pada Transfer pengetahuan 2) karakteristik promosi : menekankan pada
3) sasaran : kelompok rawan gizi bagaimana upaya yang dilakukan mempunyai
4) metode : tergantung dari tujuan bisa pengetahuan yang baik tetapi juga dapat
berupa ceramah, diskusi, role play memperbaiki derajat/status kesehatannya.
5) media : berupa poster, leaflet, lembar 3) sasaran : masyarakat secara luas (baik yang
balik, flashcard, food model, buklet berisiko rawan gizi maupun yang tidak)
6) Edukasi merupakan intervensi dari 4) metode : bisa berupa ceramah, penyampaian
promosi kesehatan melalui media cetak, internet, radio, dan tv
7) Evaluasi bisa langsung tergantung dari (elektronik)
bentuk kegiatannya 5) media : bisa dari media cetak (leaflet, poster, dll),
kalender, majalah, media luar ruang seperti
baliho media elektronik : tv, radio, vcd, film, lagu-
lagu, serta internet. (supariasa, 2014 ; fitriani,
2011)
6) Terdapat Visi Misi yang harus dicapai, Evaluasi
terencana dan berjangka waktu.

11. Indicator keberhasilan Promosi Kesehatan


Input:
 adanya organisasi khusus promosi kesehatan
 pemenuhan standar tenaga profesional di kabupaten/kota
 pemenuhan standar sarana promosi kesehatan di kota/kabupaten

Proses:
 adanya kebijakan sektor yang mendukung pengembangan perilaku dan lingkungan sehat
 frekuensi melalui media massa (tv 5x/minggu, radio 1x/hari, koran 2x/minggu).
 jumlah kelompok potensial yang bergerak bidang kesehatan di kabupaten/kota (5 kelompok per
kecamatan).
36
Output:
 perorangan: perbaikan persentase faktor perilaku beresiko (aktifitas fisik, diet/gizi baik dan tidak merokok)
80%.
 persentase tatanan keluarga sehat (PHBS) 65%
 ratio desa/posyandu 1:5
   (Maryam, 2014)
Indikator dampak
 indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan yaitu terciptanya PHBS di
masyarakat. tatanan yang dianggap mewakili untuk dievaluasi adalah tatanan rumah tangga. jadi indikator
dampaknya adalah berapa persentase keluarga atau rumah tangga yang telah mempraktekkan PHBS.
(Kepmenkes RI, 2007)
Ditinjau dari aspek lainnya indicator keberhasilan dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Indikator input : meliputi SDM, dana, bahan-bahan dan alat yang mendukung kegiatan
pemenuhan standar, sarana promosi kesehatan, pemenuhan standar tenaga profesional dan
adanya organisasi /lembaga khusus promosi kesehatan
b. indikator proses : jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang dilaksanakan,
jumlah tokoh masyarakat yang terlibat
c. indikator output : jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah
masyarakat yang telah meningkatka pengetahuan dan merubah perilaku tentang kesehatan
d. indikator outcome : peburunan angka kesakitan. kematian dan kelahiran, peningkatan status gizi
(pratiwi, 2013)

37
I. HIPOTESA HASIL

Masalah Gizi

Wasting Stunting Overweihgt Anemia

Parameter PHI
Indikator

Program Pemerintah Tidak Efektif Analisis OOPP

Proposal Promkes Ottawa Charter


SUN Movement PKGBM

Promosi Kesehatan

38
Edukasi Gizi Karakteristik Sasaran
Metode Media Materi

Indikator Keberhasilan

Input Proses Output Dampak

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dalam melakukan analisis masalah gizi ganda {kurus (wasting), pendek (stunting), gemuk, dan
anemia gizi} pada balita kita harus mengetahui cut-off masing-masing dari masalah gizi tersebut, setelah
itu kita juga harus mengetahui berapa persen masalah dan tepat atau tidak kita sebut itu masalah dengan
membandingkan dengan PHI. Penyelesaian masalah dapat dibuat dengan menggunakan metode OOPP
yang mana OOP ini merupakan perencanaan suatu program berbasis tujuan dengan beberapa tahapan
yaitu Situational analysis (Pengumpulan semua data yang relevan berkaitan dengan kondisi suatu
kelompok populasi), Problem Analysis (Mengidentifikasi suatu masalah terkait dengan apa saja yang ingin
diperbaiki berdasarkan masalah yang ditemukan. Analisa masalah ini dapat digambarkan melalui problem
tree. Masalah yang diangkat dikelompokkan berdasarkam 3 domain intake, clinic, dan behaviour.),
Objective Analysis (mengidentifikasi tujuan-tujuan yang dapat dicapai dari hasil pemecahan masalah-
masalah yang ada. Objective analysis merupakan bagian dari intervensi), Alternative analysis (proses ini
merupakan proses menetapkan pendekatan program yang paling memberi harapan untuk berhasil),
Project Planning Matrix (Pengembangan rancangan program yang taat azas dalam suatu kerangka
logis),PPM ini yang nantinya kita kerjakan sebagai intervensi kita terhadap masalah gizi yang ada. Selain itu
kita juga mengetahui membuat proposal promosi kesehatan yang mempertimbangkan Ottawa charter.
Yang mana strategi pembuatan proposal ini adalah terdiri dari 3 strategi dasar yaitu empowerment, Social
support dan advocacy, namun di Indonesia strategi ini dikembangkan dengan menambahkan satu strategi
lagi yaitu kemitraan. Dengan penambahan strategi ini justru makin menguatkan strategi yang ada. Banyak

39
sekali program-program yang ada atau intervensi dari promosi kesehatan salah satunya adalah edukasi
gizi. Menyusun materi edukasi gizi harus mempertimbangkan karakteristik sasaran. Mengapa demikian,
karena dengan kita mempertimbangkan karakteristik sasaran, kita bisa mengetahui apa saja alat yang
tepat digunakan untuk edukasi, materi apa saja yang akan disampaikan, aspek-aspek apa saja yang dapat
menghambat dan mempermudah jalannya edukasi sehingga edukasi yang kita berikan tepat sasatan, dan
bermanfaat bagi pengetahuan sasaran. Sebenarnya pemerintah juga mempunyai banyak sekali program
promosi kesehatan namun masih belum efektif jika dilihat dari indicator pencapaiannya, ada kelebihan
dan kekurangan masing-masing program maka dari itu kita menganalisia apa saja yang membuat program
pemerintah tidak efektif dan menganalisa pula bagaimana cara agar program pemerintah itu bisa efektif,
sehingga kesehatan kesejahteraan masyarakat bisa Indonesia tercapai.

B. Rekomendasi

Skenario komunitas week 15 kali ini dapat menambah pemahaman mahasiswa mengenai bagaimana
melakukan analisis masalah gizi ganda {kurus (wasting), pendek (stunting), gemuk, dan anemia gizi}
pada balita dengan menggunakan OOPP,mampu membuat proposal promosi kesehatan dengan
mempertimbangkan Ottawa charter, serta mampu menyusun materi edukasi gizi dengan
mempertimbangkan karakteristik sasaran. Diharapkan dengan skenario ini dapat mempermudah
mahasiswa dalam proses belajarnya serta praktek kerja lapangan.

40
DAFTAR PUSTAKA

As’ad, dkk. 2014. Studi Pelaksanaan Program MP ASI di Puskesmas Jongaya Kecamatan Tamale. Universitas
Hasanudin: Makasar
Badawi, MR. 2014. Kinerja Posyandu dalam Pelaksanaan Pembinan Gizi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan kembangan Jakarta Barat. Universitan Islam Indonesia Syarif Hidayatullah.
Balita, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Volume 11, Halaman 21-26.
BPJS Kesehatan. 2014. edukasi kesehatan (guidelines). jakarta : BPJS
Contento, I.R. 2011. Nutrition Education : Linking theory, research, and practice. Sudbury.MA : Jones &Barlett.
Depkes RI. 2008. Modul pelatihan bagi tenaga promosi kesehatan di puskesmas. Departemen kesehatan RI.
Dewi, BTAS. 2012. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tamabahan Bagi Balita di Posyandu Melati V RW V di
Kelurahan Lontar Kecamatan Sambi Kerep Kota Surabaya. UNESA.
Field Book. Metode dan Media Promosi Kesehatan. new.pamsimas.org
Fitriani, S. 2011. promosi kesehatan. yogyakarta : graha ilmu
Fitriani, Shinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fitriyanti, F & Mulyati T. 2012. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Terhadap Status Gizi
Balita Gizi Buruk di DInas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012. Universitas Diponegoro, Program Studi
Ilmu Gizi Fakultas Kedokterab. (Jurnal)
Handayani, L, dkk., 2008, Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Anak

41
Hubley and copeman. 2013. Health Promotion Needs Assessment
ILO-IPEC.2002.OOPP as Design Tool.ILO-IPEC.Thailand
Kemenkes RI. 2011. Panduan penyelenggaraan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang.
Dirjen bina Gizi dan kesehatan Ibu dan anak.
Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan. Kementerian Kesehatan RI
kementerian kesehatan RI. 2007. KEPMENKES NOMOR 585/MENKES/SK/V/2007. Pedoman pelaksanaan promosi
kesehatan di puskesmas. jakarta : KEMENKES RI.
Lakhoua, M.N. et al. 2011. Refining the Objectives Oriaented Project Planning (OOPP) into method of
Informational analysis by objectives. International Journal of Physical Science
LAKIP Direktorat Bina Gizi Tahun Anggaran 2012
Mardayanti, Purnama. 2008. Hubungan Faktor Risiko Dengan Status Gizi Pada Siswa Kelas 8 SLTPN 1 Bogor.
SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA
McNulty, J. 2013. Challenges and Issue in Nutrition Education. FAO
Notoatmodjo, Soekidjo dkk. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT.Asdi Mahasatya
Rachel, A. 2001. Midle Childhood and Adolesence Development. Oregon State University Extendsion Service
Reprinted. Juli.2001
Ramadhani. 2008. Analisis materi gizi pada pembelajaran sains kelas I-V di sekolah dasar Standar Nasional. FKM UI
Depok
Rizal, E. dan Hidayanti, L., 2012, Dampak Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Lokal Terhadap Peningkatan
Status Gizi (BB/TB Skor-Z) Pada Balita Gizi Kurus. Universitas Siliwangi, Fakultas Ilmu Kesehatan, (Jurnal)
Sugihantono A. 2014. Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan Bidang Gizi dan KIA. Pertemuan ilmiah dan
kogres PERSAGI XV
Sulistyaningsih, Ratih. 2012. Evaluasi Program Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Lokal
Terhadap Perbaikan Status Gizi Balita Di Kelurahan Saigon Dan Parit Mayor Kecamatan Pontianak Timur
Tahun 2012. (Journal)
Sumpeno. 2011. Perencanaan Desa Terpadu. Read Banda Aceh
Supariasa, IDN. 2014. pendidikan dan konsultasi gizi. jakarta : buku kedokteran EGC
UNICEF. 2011. Comunicating with Children. ISBN:878 – 0 – 5788-095127
USDA.2005. WIC Program Nutrition Education Guide. USDA.
Wahyuni, T, dkk. 2014. Studi Pelaksanaan Program Pemberian Bubuk Taburia di Puskesmas Sudiang Raya Kota
Makasar. Makasar: Universitas Hasanudin.
WHO. 2011. Hemoglobin Concentration for The Diagnosis of Anemia and Assessment of Severity. WHO
Widyastuti, P. 2013. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar Ed.14. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

42
World Bank. 2012. Indonesia Health Sector Review, Indonesia: Menghadapi Beban Ganda Nutrisi.
World Public Health Nutrition Association (WPHNA). 2013. Indonesia Nutrition Capacity Assesment.
wphna.org/publicationcapacity/

TIM PENYUSUN

A. KETUA
SUTOYO 145070309111003
B. SEKRETARIS
Sekretaris 1 :
MOTI RETMAESTI ZAHRA 145070309111014
Sekretaris 2 :
DANANG KURNIAWAN 145070309111005
C. ANGGOTA
LULU LUTHFIYA 145070309111001
PIPIT SEPTIANA 145070309111002
NI NENGAH ASTY KARTIKA SARI 145070309111004
RAHAYU SISWATI 145070309111006
NISATAMI HUSNUL 145070309111007
DERIZA USPRI 145070309111008
DWI NOVITASARI 145070309111009
NANDA INDAH PERMATASARI 145070309111010
PUNGKI PRIYO ADMOJO 145070309111011
IRWAN HARIADI 145070309111012
RIRI ARIANI 145070309111013

43
MAULIDDINNA AUWALIA MUSTOFA 145070309111015
D. FASILITATOR
Rahmi
E. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
- Mengarahkan mahasiwa dengan baik dan tepat pada waktunya saat proses diskusi apabila topik yang
dibicarakan melenceng dari pokok pembahasan
- Tidak memihak kepada pendapat mahasiswa, jadi bersikap adil dalam memberi penilaian keaktifan
- Mampu membimbing dengan baik sehingga mahasiswa menjadi terlatih dan bersungguh-sungguh
dalam mengikuti pembelajaran
- Membantu mahasiswa berpikir kritis

2. KOMPETENSI / HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI

Hasil belajar yang dicapai adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana melakukan analisis masalah
gizi ganda {kurus (wasting), pendek (stunting), gemuk, dan anemia gizi} pada balita dengan
menggunakan OOPP,mampu membuat proposal promosi kesehatan dengan mempertimbangkan
Ottawa charter, serta mampu menyusun materi edukasi gizi dengan mempertimbangkan karakteristik
sasaran.

44

Anda mungkin juga menyukai