Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Nutrisi Pada Pasien Cedera Kepala


Yusnita Debora *, Yulia Wahyu Villyastuti*, Mohammad Sofyan Harahap*
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang

ABSTRACT
Hypermetabolic conditions often found in stroke or head injury patients, so it is not
uncommon to this situation will worsen the condition of the patient. This accelerated pace
with the fast hypermetabolic the old one so that the body would mobilize fats and proteins
that would later be used for energy. This situation can be prevented by administering the
nutrition in early time and in these condition the granting of enteral nutrients over
selected. Enteral nutrition can be granting via various pathways, such as through the
gaster, jejunum, or dudenum with the use of feeding tube For the success of a therapeutic
nutritional screening and assessment required nutritional state of patients.

ABSTRAK
Status hipermetabolik sering ditemukan pada pasien-pasien stroke ataupun cedera kepala,
sehingga tidak jarang keadaan ini akan memperburuk keadaan pasien. Laju
hipermetabolik ini dipercepat dengan puasa yang lama sehingga tubuh akan memobilisasi
lemak dan protein yang nantinya akan digunakan sebagai untuk energi. Keadaan ini dapat
dicegah dengan pemberian nutrisi secara dini dan pada keadaan ini lebih terpilih
pemberian enteral nutrisi. Pemberian enteral nutrisi ini dapat melalui berbagai jalur,
seperti melalui gaster, jejunum, ataupun dudenum dengan pemasangan “ feeding tube “
Untuk suksesnya suatu terapi nutrisi diperlukan penyaringan dan penilaian status gizi
pasien-pasien tersebut.

PENDAHULUAN intravaskuler dan trauma miokardium


Cedera kepala merupakan penyebab yang menyebabkan kegagalan pompa
utama morbiditas dan mortalitas di dunia, primer, bahkan bila trauma pada batang
angka kejadian cedera kepala menempati otak dapat langsung mempengaruhi
15-20 % kematian pada orang berusia 5 stabilitas kardiovaskuler. Hipotensi harus
hingga 35 tahun dan 1 % dari seluruh segera dicegah karena dapat
kematian pada orang dewasa. Di Amerika menyebabkan reduksi aliran darah otak
Serikat sekitar 1,4 juta orang menderita dan bila MAP (mean arterial pressure)
cedera kepala setiap tahunnya, dari semua rendah mengakibatkan iskhemik otak,
pasien 3500 pasien harus dirawat di ICU. sebaliknya bila hipertensi dapat
Penanganan modern terhadap cedera mengeksaserbasi edema vesogenik
kepala saat ini telah dilakukan oleh tim sehingga terjadi vasokontriksi dengan
dokter yang dipimpin oleh efek yang berbahaya bagi tekanan
neurointensifis, neuroanesthesi dan ahli intrakranial.1,2
bedah saraf.
Penanganan nutrisi juga memengang
Pasien dengan cedera kepala cenderung peranan penting dan disarankan dini
mengalami ketidakstabilan hemodinamik diberikan pada pasien dengan cedera
yang disebabkan penurunan volume kepala. Hal ini bertujuan agar dapat

56 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009


Jurnal Anestesiologi Indonesia

memenuhi kebutuhan nutrisi ketika mana akan menekan respon imun dan
stabilitas hemodinamik dicapai. Nutrisi peningkatan terjadinya kegagalan multi
dapat menentukan outcome bagi pasien organ (MOF) yang berhubungan dengan
demi kelangsungan hidup dan kecacatan, infeksi nosokomial.
lebih lanjut lagi bila nutrisi diberikan
awal secara agresif dapat meningkatkan Nutrisi merupakan kebutuhan pokok,
fungsi imun dengan meningkatkan sel pembagian klasik pada fase-fase respon
CD4, rasio CD4-CD8 dan kepekaan inflamasi sistemik pada cedera kepala
limfosit T. Jalur pemberian nurisi atau trauma merupakan sarana yang
disesuaikan dengan kondisi klinis pasien, penting untuk menginterprestasikan
formula enteral lebih dipilih karena lebih kejadian metabolik komplek yang terjadi
fisiologis, tidak mahal dan resiko lebih selama trauma. mendiskripsikan ada 2
kecil daripada nutrisi parenteral total, fase yaitu ebb fase dan flow fase. Eeb
namun perlu pengawasan metabolisme fase terdiri atas respon awal terhadap
yang baik untuk mencegah efek samping injuri dimana keadaan hemodinamik
seperti hiperglikemia, ketoasidosis, tidak stabil, ekstremitas dingin dan
intoleransi gaster, diare yang hipometabolisme sering terjadi.
menimbulkan dehidrasi dan hipovolemia
Ebb fase lamanya bervariasi umumnya
relatif yang mengganggu stabilitas
berlangsung 24 jam pertama dan paling
hemodinamik.
lama selama 3 hari, gejala yang muncul
Pengelolaan Nutrisi adalah cardiak output yang rendah dan
Pasien dengan cedera kepala ataupun penurunan perfusi jaringan. Pada ebb fase
stroke merupakan salah satu bentuk terjadi penurunan penggunaan substrat
manifestasi dari trauma, yang akan dan penurunan fungsi dari sel-sel akan
menyebabkan gangguan keseimbangan terdepresi pada mayoritas jaringan tubuh.
metabolisme tubuh secara keseluruhan,
Gejala klinis lainnya dari fase akut syok
berupa hypermetabolisme dan
mencakup hipotensi sistemik dan aktivasi
katabolisme dengan hasil akhir adalah
dari sistem saraf otonom ( seperti
kehilangan protein dari sel – sel tubuh
berkeringat, sianosis perifer dan
dan pengurangan dari cadangan nutrient
takikardi). Flow fase ditandai oleh
tubuh.
peningkatan kardiak output dan
Mekanisme ini terjadi oleh aktifasi dari peningkatan kebutuhan energi dan
system neuro-humoral berupa pelepasan ekskresi dari nitrogen, pada phase
dari cathecol amine endogen yang terdiri hipermetabolik ini terjadi pelepasan
dari adrenalin noradrenalin, cortisol , juga insulin yang cukup tinggi tetapi efek
peningkatan dari hormone-hormon insulin ini tidak terlihat karena hormon-
glukagon, hormon pertumbuhan yang hormon anti insulin seperti glukagon,
mempunyai peranan penting gangguan cathecolamin serta kortisol yang
keseimbangan metabolisme tubuh, berupa dilepaskan juga dalam kadar yang
peningkatan laju proteolysis, lipolysis, tinggi,akibat dari ketidakseimbangan
serta terjadinya peningkatan kadar gula hormon ini menghasilkan peningkatan
darah. Keadaan ini akan diperberat lagi mobilisasi asam amino dan asam lemak
dengan adanya multiple trauma5 bebas dari otot perifer dan jaringan
lemak, dimana sebagian besar digunakan
Pasien cedera kepala mengalami sebagai sumber energi sedangkan yang
malnutrisi protein akut karena lainnya akan dibentuk langsung menjadi
hipermetabolisme yang persisten,yang

Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 57


Jurnal Anestesiologi Indonesia

glukosa dan melalui proses di hepar perawatan di Rumah Sakit . Dianjurkan


menjadi trigliserida6 dilakukan pada 48 – 72 Jam pertama pada
pasien-pasien ini segera setelah stroke
Sementara itu keadaan hipermetabolik terjadi ataupun paska bedah.7,8
akan melibatkan proses anabolik dan
katabolik dan dengan hasil akhir adalah Perubahan Metabolik selama Ebb dan
kehilangan protein dan lemak yang Flow phase9
sangat bermakna.
Ebb phase Flow phase
Perubahan-perubahan metabolik yang Hipometabolik Hipermetabolik
terjadi mempunyai hubungan dengan Hipotermi Hipertemi
Kebutuhan kalori Kebutuhan kalori tinggi
berat ringannya perubahan yang terjadi rendah
pada ebb phase dan flow phase. Produksi glukosa Produksi glukosa
normal meningkat
Berdasarkan hal diatas, maka pemberian Katabolisme protein Katabolisme protein
nutrisi sebaiknya diberikan pada saat flow ringan tinggi
phase, dimana umumnya pada ebb phase Hiperglikemi Normal atau
hiperglikemia
dilakukan resusitasi.
Katekolamin Normal atau meningkat
meningkat katekolamin
Selama flow phase pada status Glukortikoid Normal atau meningkat
hipermetobolik maka dukungan nutrisi meningkat glukokorticoid
penting untuk mencegahnya terjadinya Insulin rendah Insulin tinggi
terjadinya laju hiperkatabolisme yang Glukagon meningkat Normal atau glukagon
cepat dan berat. meningkat
Perfusi jaringan normal Kebutuhan jantung
Pasien-pasien yang dipuasakan lama dan meningkat
Temperatur Temperatur ekstremitas
dukungan nutrisi yang tidak adekuat baik ekstremitas rendah normal
ditinjau dari segi kalori dan protein akan Phase reanimation Phase recovery
menyebabkan perburukan kondisi umum
pasien-pasien tersebut.
Fase hipermetabolik yang terdiri dari
Seperti diketahui, pada pasien-pasien proses katabolik dan anabolik
dengan stroke ataupun post operasi otak, mengakibatkan kehilangan lemak dan
fungsi usus halus masih baik, tetapi oleh protein, yang dapat menyebabkan
karena pengaruh dari system neuro- perubahan komposisi tubuh secara
humoral tadi, maka sering kali terjadi keseluruhan yang ditandai dengan
perlambatan pengosongan isi lambung berkurangan cadangan prorein,
dan colon. karbohidrat yang disertai meningkatnya
cairan ekstraseluler (dan berkurangannya
Sehingga tidak jarang dalam keadaan
cairan intreaselulera)
demikian pasien akan dipuasakan cukup
lama, yang nantinya akan berpengaruh Terapi nutrisi jelas lebih baik diberikan
pada kondisi metabolisme tubuh selama fase flow dari pada fase ebb,
penderita tersebut. karena pada fase ebb resusitasi adalah
diprioritaskan, sebaliknya selama flow
Dukungan nutrisi secara dini pada pasien-
fase hipermetabolik terapi nutrisi penting
pasien stroke dan paska bedah otak
untuk mencegah efek dari puasa.
melalui jalur enteral, dapat mencegah laju
Penelitian dari metabolisme glukosa dan
katabolisme, mengurangi terjadinya
asam lemak bebas pada individu yang
komplikasi dan mengurangi lama
sehat menunjukkan bahwa konsentrasi

58 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009


Jurnal Anestesiologi Indonesia

substrat tidak terpengaruh oleh keadaan malnutisi berat. TPN bisa berguna pada
hipermetabolik. Pada prinsipnya fase pasien dengan short gut syndrome,
hipermetabolik perubahan metabolisme beberapa tipe fistula GI atau chylothorax.
oksidasi lebih digunakan daripada
penggunaan substrat lemak. Nutrisi enteral lebih disukai dalam
metode pemberian nutrisi pada pasien
Pada trauma dan sepsis kebutuhan nutrisi dengan kemoterapi atau radioterapi atau
berbeda pada keadaan puasa karena setelah menjalani operasi, mengalami
terdapat respon hipermetabolik dengan luka bakar, trauma, sepsis, gagal ginjal,
kebutuhan glukosa dan energi untuk kegagalan hepar, dan kegagalan respirasi.
menghasilkan kalori yang lebih untuk Nutrisi parenteral diindikasikan pada
fungsi organ vital, pemeliharaan dan pasien jika nutrisi enteral tidak mungkin
perbaikan kerusakan jaringan. Untuk dilakukan (cth, fungsi saluran pencernaan
keluaran yang lebih baik, rekomendasi yang tidak adekuat). Nutrisi enteral lebih
khusus mencakup inisiasi asupan nutrisi murah daripada nutrisi parenteral.
dalam 24 hingga 48 jam pertama setelah
masuk ICU. Nutrisi Enteral
Nutrisi enteral merupakan rute yang lebih
Nutrisi enteral dibutuhkan untuk fungsi disukai baik pada pasien anak maupun
usus yang optimal: pemeliharaan baarier dewasa. Cara pemberian nutrisi enteral
usus dan system imun pada usus dan dapat melalui beberapa rute : oral, pipa
sekresi immunoglobulin A (IgA). Total lambung (cth, nasogastrik atau gastric),
parenteral nutrition (TPN) berperan atau small bowel feeding tube (cth.,
dalam imunosupresi; ini diduga berkaitan nasoduodenal, gastroduodenal, jejunal).
dengan lipid intravena, yang mngandung
asam lemak rantai panjang omega 6 yang Keuntungan nutrisi enteral adalah :
tinggi. Penelitian melaporkan
 Pemberian dini nutrisi enteral pada
peningkatan risiko infeksi dibandingkan
pasien trauma akan meningkatkan
dengan nutrisi enteral pada pasien yang
outcome pasien
mengalami trauma, luka bakar,
pembedahan, atau kemoterapi dan terapi  Cost efective
radiasi pada kanker. Tingkat mortalitas  Komplikasi dari pemasangan vena
yang lebih tinggi (daripada nutrisi sentral berkurang
enteral) pernah dilaporkan pada pasien
yang mendapat TPN yang juga menjalani
kemoterapi atau radioterapi atau cedera
luka bakar. TPN tidak lebih baik daripada
nutrisi enteral pada pasien dengan
inflammatory bowel disease atau
pancreatitis. Nutrisi enteral total
(TEN/Total Enteral Nutrition) lebih
dipilih dari pada TPN karena alasan
keamanan, murah, fisiologis dan tidak
membuat hiperglisemia. Intoleransi TEN
dapat terjadi, yaitu muntah, distensi atau
cramping abdomen, diare, keluarnya
makanan dari selang nasogastrik.
Pemberian TPN secara dini tidak
diindikasikan kecuali pasien mengalami

Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 59


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Algoritme pemberian nutrisi enteral

Perbedaan komposisi Parenteral dan Komplikasi utama dari pemberian nutrisi


Enteral Nutrisi enteral adalah sebagai berikut:
Nutrisi Nutrisi Nutrisi Enteral  Aspirasi (pneumonia, pneumonitis
Parenteral kimia, ARDS)
Karbohidrat Dextrose Simple sugars,
complx  Kekacauan metabolic (cth. Gangguan
starches dan elektrolit, hiperglikemia); ini lebih
fiber jarang daripada dengan nutrisi
Nitrogen Amino acids Amino acids, parenteral.
sources peptides, intact
 Diare
proteins
(whey, casein,  Penempatan pipa nutrisi yang meleset
soy) (cth., pneumothoraks, empiema,
Fats Long-chain Medium chain perforasi usus)
fatty acids triglycerides,  Kelebihan pemberian nutrisi
(soy-based long-chain
intralipids are fatty acids
primarily (omega-3 atau Indikasi nutrisi enteral adalah pada semua
omega 6) omega 6) pasien yang airway dan fungsi usus baik,
Vitamin Should be Present in sedangkan kontraindikasi nutrisi enteral
added before formulations adalah :
administration
Trace Should be Present in  Gangguan fungsi usus seperti
elements added before formulations
administration obstruksi, iskhemik usus
 Peritonitis generalisata

60 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009


Jurnal Anestesiologi Indonesia

 Syok berat Pemberian makanan melalui jalur ini


 Distensi abdomen setelah pemberian dapat dilakukan segera setelah
enteral pembedahan otak, setelah motilitas usus
 Abses intraabdomen, pankreatitis mulai bekerja, tanpa menunggu motilitas
berat gaster yang biasanya lambat.
 Pasien koma dengan resiko aspirasi
Posisi ujung kateter yang paling baik
 Nyeri hebat setelah makan pada Post Pyloric acces adalah dibawah
 Short bowel syndrome ligametum Treitz, sehingga reflux
 Muntah yang intraktabel makanan ke gaster dapat dikurangi,
 Diarrhea berat dibandingkan dengan ujung kateter yang
terletak dibawah Pylorus.
Jalur penggunaan nutrisi enteral. Ada 2 jalur untuk pemberian makanan
melalui pipa post- pyloric ini, yaitu :
Gastric acces
Ada 2 jenis ” Gastric Acces” yang dapat a. Melalui pipa naso-enterik, yang
digunakan, yaitu : terdiri dari pipa naso-duodenal dan
melalui pipa naso-jejunal, biasanya
a. Melalui Naso- Gastric Tube ( NGT )/
untuk watu yang pendek, kurang dari
pipa naso-gastrik.
4 minggu.
Biasanya digunakan dalam waktu
Ukuran pipa yang biasanya
yang singkat, tidak lebih dari 4
digunakan berkisar antara 8 – 12
minggu, pemasangan mudah dapat
French dengan panjang berkisar
secara “ blind “ ataupun dengan
antara 114 – 152 Cm ( 45 – 60
bantuan radiology.
inches). Untuk pemasangan biadanya
b. Melalui Gastrostomy. digunakan fasilitas endoscopik
Digunakan pada pemakaian jangka ataupun secara radiologik.
lama, yaitu lebih dari 4 minggu, dapat
b. Melalui pipa jejunostomy, biasanya
dipasang dengan bantuan endoscopik,
digunakan untuk pemberian nutrisi
radiologik dan teknik pembedahan.
enteral dalam waktu yang lama.
Post-Pyloric Access Pemasangan pipa ini dapat dilakukan
Cara ini merupakan salah satu pilihan dengan bantuan endoscopik atau
untuk pemberian nutrisi enteral kalau dengan cara pembedahan.
tidak dapat dilakukan pemasangan pipa
melalui gaster, atau pada keadaan dimana Nutrisi Parenteral
pemberian nutrisi secara dini harus Nutrisi perenteral sebaiknya diberikan
dilakukan. jika nutrisi enteral tidak mungkin
diberikan (cth., short gut syndrome,
Indikasi pemberian nutrisi melalui Post- chylothorax). Kegagalan pengosongan
Pyloric Acces, adalah : lambung bukan merupakan indikasi TPN,
namun lebih kepada small bowel feeding
a. Adanya risiko terjadinya refluks tube. Kebanyakan pasien dengan diare
cairan lambung dan risiko aspirasi. dapat dikelola dengan nutrisi enteral.
b. Adanya kontraindikasi pemberian Secara keseluruhan, pengelolaan TPN
makanan melalui gaster, seperti pada paling baik dilakukan oleh tim spesialis
gangguan motilitas gaster, atau nutrisi terlatih. Indikasi nutrisi parenteral
adanya abnormalitas pada saluran :
makanan bagian atas.

Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 61


Jurnal Anestesiologi Indonesia

 Traktus gastrointestinal tidak  Termasuk separuh elektrolit yang


berfungsi dianjurkan untuk nutrisi parenteral.
 Traktus gastrointestinal tidak
mungkin dipergunakan
Terapi nutrisi parenteral memiliki 2
 Intestinal rest diperlukan
kategori yaitu terapi nutrisi suportif dan
nutrisi parenteral total. Komplikasi utama
Kontraindikasi nutrisi perenteral : yang berhubungan dengan pemberian
 Absorbsi dan dapat menerima TPN sebagai berikut :
makanan dengan adekuat baik
peroral, gastric tube maupun  Kegagalan pemasangan jalur vena
enteral tube sentral (pneumothorax, hemothorax,
perforasi arteri karotis)
 Hemodinamik tidak stabil
 Kekacauan metabolic (hiperglikemia,
 Syok dan defisiensi cairan
gangguan elektrolit)
ekstraseluler
 Imunosupresi
 Gagal nafas, PaO2 <80 % dab
PaCO2 > 50% kecuali diberikan  Peningkatan risiko infeksi (catheter-
ventilator mekanik. Metabolisme related sepsis, pneumonia, abses)
KH akan meningkatkan produksi  Disfungsi liver (infiltrasi lemak,
CO2 yang akan memperberat kolestasis, kegagalan hepar)
gagal nafas  Atrofi usus ( diare, translokasi
 Terminal stage, brain death bakteri)
karena alasan biaya  Trombosis vena
 Kelebihan pemberian nutrisi

Nutrisi parenteral dapat diberikan lewat


jalur vena perifer atau sentral. Nutrisi Penyaringan dan penilaian status gizi
perenteral yang melalui vena sentral pasien stroke dan paska bedah otak
tergantung pada kebutuhan kalori,
volume yang diberikan serta kondisi Penyaringan status gizi (nutritional
pasien, komponen yang terbaik : screening), adalah suatu proses untuk
 Asam amino > 5% mengenal sifat khusus yang mempunyai
 Dekstrosa > 20% hubungan dengan masalah gizi pasien.
 Lemak Maksud dari penyaringan ini adalah
 Mengandung vitamin, mineral dan untuk mengidentifikasi pasien dengan
trace elements status nutrisi yang jelek dan masalah
 Osmolalitas >700 mOsm/kg H2O. yang berhubungan dengan status gizi
pasien tersebut.
Nutrisi parenteral yang melalui vena Sedangkan Penilaian status gizi
perifer juga tergantung pada kondisi (nutritional assessment) adalah suatu
klinis, kebutuhan, toleransi terhadap proses pengumpulan data dan evaluasi
volume. Metode ini menggunakan klinik, meliputi dietary, komposisi tubuh,
formula dengan ketentuan : data biokimia (laboratorium) dan
 Osmolalitas < 700 mOsm/kg H2O, identifikasi pasien status gizi yang buruk
maksimal 900 mOsm/kg H2O untuk menyusun program terapy nutrisi
 Total kcal dibatasi oleh konsentrasi yang akan diberikan.
dan rasio volume pemberian

62 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Berdasarkan hal ini maka dalam klinik stabilitas. Branched-chain amino acids
dikenal 3 jenis status nutrisi pasien, yaitu: (BCAA) dapat memperbaiki status
mental pada pasien dengan ensefalopati
1. Kwashiorkor ( Malnutrisi akut ). hepatic, karena mereka terutama
2. Marasmus ( Malnutrisi khronis ) dimetabolisme oleh otot perifer di
3. Marasmic-kwashirokor. samping hepar.
Untuk penilaian status gizi pasien Lemak
tersebut, maka yang penting adalah : Asam linoleat merupakan asam lemak
esensial; kebutuhan manusia 7% sampai
1. Komposisi tubuh ( dapat diukur 12% dari total kalori yang disuplai
menggunakan anthropometrik ). sebagai asam linoleat. Asam linoleat
2. Data2 biokimia, meliputi ( Serum merupakan suatu asam lemak rantai
albumin, jumlah limfosit total, serum panjang omega 6 polyunsaturated (yang
transferin, serum prealbumin, total terbukti berperan imunosupresif) dan
iron binding capacity, serum merupakan precursor membrane asam
cholesterol ). arakidonat. Soy-based lipid yang
3. Klinik ( SGA = Subjective Global digunakan dalam larutan TPN adalah
Assesment ), meliputi : Perubahan asam lemak omega-6. The omega 3
berat badan, perubahan pola makan, polyunsaturated fatty acids (PUFA)
gejala2 GIT, functional capacity, ditemukan pada minyak ikan dan asam
apakah berhubungan dengan penyakit linoleat; mereka mngurangi produksi
lain yang berhubungan dengan status prostaglandin dienoik (cth., PGE2), TNF,
gizi. IL-1, dan sitokin pro inflamasi lainnya.
The medium chain triglycerides (MCTs)
Langkah selanjutnya adalah penetuan merupakan sumber energy yang baik dan
kebutuhan cairan, energi dan protein serta larut air. MCTs memasuki sirkulasi lewat
trace element yang akan digunakan pada saluran pencernaan. Short-chain fatty
pasien dengan stroke, ataupun paska acids (SCFA) (cth. Asam butirat dan
operasi otak. propionate) merupakan sumber energy
utama untuk usus (terutama kolon) dan
Kebutuhan Nutrien Spesifik
diturunkan dari serat yang dapat
Nitrogen dimetabolisme, seperti pectin dan guar.
Beberapa asam amino menjadi esensial
Karbohidrat
pada saat seseorang sakit berat; dikenal
Pati dan gula adalah sumber energi yang
dengan “asam amino esensial
baik. Serat memiliki beberapa manfaat.
kondisional” dan meliputi glutamine,
Serat metabolit dikonversikan ke SCFA
sistein, arginin, dan taurin. Sebagai
oleh bakteri di kolon. Sumber serat lain
tambahan, beberapa asam amino
menjadi kotoran, yang meningkatkan
tampaknya memiliki peran spesifik.
massa feses, melunakkan feses, member
Sebagai contoh, glutamine digunakan
bentuk feses, dan member stimulasi
sebagai sumber primer oleh enterosit dan
massa pada usus.
sel imun, dan arginin dibutuhkan untuk
penyembuhan luka optimum dan fungsi Asam Nukleat
imun. Sistein dan glutamine dibutuhkan Asam nukleat (cth., RNA) diperlukan
untuk sintesis glutation. Perhatikan untuk fungsi imun dan ditambahkan
bahwa glutamine (terutama sistein) tidak untuk formulasi penguat sistem imun.
ada dalam larutan TPN karena masalah

Volume I, Nomor 1, Tahun 2009 63


Jurnal Anestesiologi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
1. Werner C, Engelhard K, Pathophysiology of
Traumatic Brain Injury. British Journal of
Anaesthesia 2007 : 99(I) :4-9

2. Helmy A, Vizcaychipi M, Gupta A.K,


Traumatic Brain Injury : Intensive care
management, British Journal of Anaesthesia
2007 ; 99 ; 32-42

3. Srinivasa. R, The Intensive Care Unit, at the


Mid Yorkshire Hospital NHS : 2008, 91-5

4. Morgan Edward, Mikhail S. Maget, Murray


J. Michael, Anesthesia for Neurosurgery, In
Clinical Anesthesiology, 4th ed. The
McGraw-Hill 2006 : 631-8

5. Gupta.A.K, Summors. A, Nutrition in The


Neurocritical Care Unit, In : Notes in
Neuroanaesthesia and critical care, Green
Wich Medical Media London : 2001 : 212-3.

6. Zaloga GP in : Report of the twelfth Ross


Round on Medical Issues Columbus OH.
Ross Laboratories, 1992:44-51.

7. Ghambari C . Protocol for Nutrition Support


of Neuro Intensive Care Unit Patient. A
Guide for Residents. The internet Journal of
Emergency and Intensive Care Medicine
1999: vol 3N1.

8. Linda L Liu . Nutritional Support. Handbook


of Neuroanesthesia 3rd ed. Ed. Philipia,
Newfiled & James E Cottrell. Lippincott
Williams & Wilkins. 1999 ; 385 – 97.

9. Escallon J, Metabolic Response to Starvation,


Infection and Trauma, In : Total Nutritional
Therapy, Version 2,0, Abboth Laboratories,
2003 : 104-14

64 Volume I, Nomor 1, Tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai