Anda di halaman 1dari 3

Hadirin jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, 

    Kita sekarang sudah melewati separuh dari bulan


Syawal. "Syawal" berarti meningkat. Kita telah melewati bulan kesembilan dalam hitungan bulan
hijriah, yaitu bulan Ramadhan yang mulia. Pada bulan kemarin, dosa orang-orang mukmin telah
diampuni oleh Allah subhanahu wa ta’ala sehingga diibaratkan bagi orang-orang yang memenuhi
hak Ramadhan, akan menjadi fitrah kembali sebagaimana anak yang baru dilahirkan dari rahim
ibunya. Bagaimana anak yang dilahirkan dari rahim ibunya? Artinya ia mempunyai kehidupan yang
baru, yakni kehidupan di alam dunia.    Begitu pula bulan Syawal ini. Bulan Syawal, bulan kesepuluh,
bagi orang-orang yang kemarin menjalankan Ramadhan dengan baik semestinya bulan ini adalah
bulan kehidupan baru, sebuah kehidupan yang lain daripada sebelum bulan Ramadhan kemarin.
Bulan ini merupakan momentum pembaharuan kita untuk berusaha menapaki kehidupan dengan
cara-cara yang lebih baik. Bulan Syawal ini adalah bulan kelahiran baru kita. Bukan justru bulan
kematian kita. Jangan sampai kita yang kemarin saat bulan Ramadhan kita rajin beribadah malam,
mengaji Al-Qur'an, bersedekah, I’tikaf dan lain sebagainya, namun karena sekarang ini sudah tidak
Ramadhan lagi, kita hentikan semua rutinitas baik tersebut. Kalau kita berhenti melakukan rutinitas
baik yang selama ini dijalankan pada bulan Ramadhan, berarti bulan Syawal ini sebagai bulan
kematian. Apabila kita ingin bulan Syawal ini sebagai bulan suci yaitu bulan kelahiran, sebagaimana
orang yang baru lahir, seorang anak mulai bisa menghirup udara dunia, lambungnya mulai
berfungsi, ada hal-hal yang baru. Itu namanya kelahiran. Maka bulan Syawal ini, kita seharusnya
mempunyai kebaikan-kebaikan yang baru lagi, yang baru lagi dan seterusnya. Bukan malah
mematikan kebaikan-kebaikan yang sudah berjalan.    Begitu pula hati kita, karena kelahiran baru.
Dalam mengelola hati, selayaknya bagaimana kita berusaha menjadikan hati kita sebagai hatinya
orang yang hidup, selalu berdzikir kepada Allah, ingat Allah, selalu peka terhadap masalah keluarga,
sosial, dan lain sebagainya. Ini namanya hati yang lahir dan hidup di bulan Syawal. Jangan jadikan
hati kita sebagai hati yang mati, tidak ingat Allah, tidak peka terhadap urusan sesama, menyakiti
orang lain, menggunjing dan lain sebagainya, maka ini termasuk hati mati yang tidak merasakan
kelahiran kembalinya bulan Syawal. Naudzu billah.    Dengan begitu, barangsiapa yang bisa
menghidupkan Ramadhan sepanjang hari dan bulan selama setahun penuh sampai tiba bulan
Ramadhan berikutnya, maka saat orang tersebut dipanggil oleh Allah, ia akan kembali kepada Allah
dalam keadaan suci kapan pun Allah mau memanggil ke rahmat-Nya. Ia patut merayakan
kepulangannya kepada Allah karena ia selalu menjaga napas Ramadhan sepanjang tahun setelah
bulan Ramadhan.    Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:      Artinya: “Sesungguhnya zaman itu selalu
berputar sebagaimana semula yaitu ketika Allah menciptakan langit dan bumi.”    Zaman boleh
berganti, namun semangat kita harus semakin meningkat untuk menjalankan ibadah-ibadah kepada
Allah subhanahu wa ta’ala.    Maasyiral hadirin hafidhakumullah,   Kita bukan lah orang yang
menyembah waktu seperti bulan Ramadhan dan kita tidak menyembah tempat seperti Masjidil
Haram, Masjid Nabawi, dan lain sebagainya. Kita menyembah Allah tanpa terkait dengan lokasi
mana pun. Kalau kita menyembah Allah terkait dengan lokasi atau waktu saja, tentunya bagi orang
yang meninggalkan kota Makkah dan Madinah, misalnya, mereka akan menjadi malas-malasan,
karena tidak berada di tempat mulia.    Tempat-tempat yang mulia, waktu dan bulan yang mulia
bisa jadi akan selalu berubah seseuai perputaran waktu dan lokasi domisili seseorang, namun
tempat dan waktu mempunyai Tuhan yang tidak silih berganti, tidak berubah-ubah. Waktu dan
bulan sepanjang masa memilik Tuhan yang tidak pernah berganti selamanya. Dialah Allah
subhanahu wa ta’ala.    ‫" فَاَل‬Allah tidak terpengaruh oleh waktu."   "Dan Ia tidak terdiri atas unsur
waktu."    "Dia ada sebelum masa dan tempat tercipta."   "Dia tahu apa yang telah dan akan terjadi.
Dia pula tahu hal-hal yang tidak akan pernah terjadi karena Dia tahu apa yang akan terjadi jika satu
hall tersebut itu terjadi."   "Jika Allah menghendaki sesuatu itu terjadi, maka perintah Allah akan
terwujud secepat antara jeda pembacaan huruf kaf dan nun dalam kalimat kun."     "Apabila Dia
menghendaki Dia hanya mengatakan kun, maka kemudian akan terwujud."   Dia lah Tuhan yang
maha murah. Barangsiapa kenal dengan Tuhannya, pasti akan mencintainya. Bagi orang yang kenal
dengan Allah, tidak ada yang ia miliki kecuali kecintaan dia kepada Allah. Bagaimana mungkin ada
orang yang dalam hatinya sudah terpatri kecintaan kepada Allah akan mencintai selain Allah?.
Kecintaan ini lah yang telah ditanamkan dalam madrasah atau sekolahan yang bernama Madrasah
Bulan Ramadhan.    Kecintaan ini lah yang menjadi fondasi penting, sehingga sampai ada sahabat
yang berkata kepada Baginda Nabi:    "Ya Rasulallah, kapan kiamat akan terjadi?"   Rasul tidak
langsung menjawab. Beliau kembali menanyakan balik kepada sahabat tersebut:    “Apa yang sudah
kamu persiapkan menghadapi kiamat itu?”    “Saya tidak mempersiapkan shalat yang banyak, tidak
pula puasa dan sedekah, Ya Rasul. Namun aku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.”    Mendengar
jawaban sahabat satu tadi, Rasul kemudian bersabda:   “Kamu akan bersama orang yang kamu
cintai.” (HR. Bukhari)    Dengan hadits di atas, para sahabat mengaku tidak pernah bergembira
melebihi kegembiraan mereka setelah mendengar hadits tersebut.    Ada sahabat lain yang
bertanya kepada Rasulullah. “Ya Rasul, jelaskan kami tentang satu Islam yang dengan jawaban Anda
nanti, saya tidak butuh jawaban lagi setelahnya.”    Rasul kemudian menjawab ada dua hal, yaitu     
“Katakan, yang pertama, saya iman kepada Allah.”    Kedua,    “Lalu konsistenlah memegang kalimat
itu terus-menerus.”    Dengan istiqamah, maka orang menjadi tidak peduli, entah itu Ramadhan
sudah kelewat atau tidak, yang namanya cinta kepada Allah, maka akan istiqamah dalam beribadah,
mestinya selalu merawat ketakwaan-ketakwaan yang telah dibina dalam Madrasah Ramadhan
kemarin untuk dibawa secara terus menerus sepanjang tahun.    Ciri-ciri orang mukmin adalah
sangat cinta kepada Allah    Artinya: “Orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS Al-
Baqarah: 165)    Tentu saja, kita akan selalu merindukan Ramadhan tahun depan. Bagaimana kita
tidak rindu, sedangkan Ramadhan adalah bulan yang pernah bertemu dan digunakan oleh
Rasulullah menjalankan berbagai macam kebaikan. Yang namanya cinta, jika tidak bertemu
langsung orang yang dicintai, tentu akan merasa cukup gembira dengan bertemu dengan orang
atau hal-hal yang bertemu langsung dengan orang yang dicintai. Ramadhan adalah bulan mulia yang
pernah digunakan semaksimal mungkin oleh Rasulullah untuk beribadah, maka kalau kita cinta
kepada Allah dan Rasul, kita tentu juga merindukan Ramadhan.    Hadirin hafidhakumullah,    Pada
bulan Ramadhan, kita diperintahkan untuk puasa selama sebulan penuh. Maka, pada bulan Syawal
ini, kita biasakan puasa tersebut pada setiap seminggu dua kali yaitu pada hari Senin dan Kamis.
Hari Senin adalah hari dilahirkannya Baginda Nabi Agung Muhammad ‫ﷺ‬, sedangkah
hari Kamis adalah hari dimana amal setiap hamba dilaporkan periodik mingguan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, maka Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬lebih suka amalnya saat dilaporkan
kepada Allah, beliau dalam kepada berpuasa. Selain puasa mingguan, ada pula puasa sunnah
bulanan, yaitu setiap tanggal 13,14, 15 pada setiap bulan hijriahnya, kita disunnahkan untuk
berpuasa.    Begitu pula tarawih, mengajarkan kita untuk shalat malam, maka mari kita biasakan
untuk shalat malam secara rutin walau dua rakaat saja dalam semalam.    Dengan adanya bulan
Syawal ini, atas dasar latihan selama Ramadhan, semoga menjadikan ibadah kita semakin
meningkat, tidak justru menurun kualitasnya, yang pada akhirnya kelak kita akan kembali kepada
Allah selalu dalam keadaan bersih karena selalu membawa nilai-nilai Ramadhan   

Ustadz Ahmad Mundzir, pengajar di Pesantren Raudhatul Quran an-Nasimiyyah, Semarang 

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/107605/khutbah-jumat-menghidupkan-spirit-ramadhan-
sepanjang-masa

Anda mungkin juga menyukai