Tentang Kami
SEG UGM-SC
Berita
Geofisiana
Akademik
Kirim Saran
Top of Form
Search
Search for: Search …
Bottom of Form
Geofisika merupakan bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah
atau prinsip-prinsip fisika. Asal kata geofisika yaitu “geo”, yang artinya bumi, dan fisika.
Akar keilmuan geofisika berasal dari geologi. Geofisika merupakan ilmu yang menerapkan
prinsip-prinsip fisika untuk mengetahui dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
bumi atau dapat pula diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bumi dengan menggunakan
prinsip-prinsip fisika.
Gempa bumi adalah gejala almian yang berupa gerakan goncangan atau getaran tanah yang
ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah akibat terjadinya patahan atau sesar
akibat aktivitas tektonik, letusan gunung api akibat aktivitas vulkanik, hantaman benda langit
(misalnya meteor dan asteroid), dan/atau ledakan bom akibat ulah manusia.
Pada umumnya, gempa bumi disebabkan oleh pergeseran/penyesaran di dalam kerak bumi.
Bumi terdiri dari beberapa lapisan yang berbeda sifat-sifatnya. Bagian inti bumi
mengeluarkan panas secara terus-menerus. Panas bumi ini menimbulkan energi yang dapat
mengakibatkan gerakan pada lapisan bumi.
Gempa bumi terjadi akibat adanya pelepasan energi yang mendadak pada pusat gempa bumi.
Pusat-pusat gempa bumi berada di pertemuan lempeng tektonik dan jalur sesar/patahan.
Dimana pertemuan lempeng tektonik? Di dunia dikenal adanya cincin api (ring of fire),
sedangkan di Indonesia adalah pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia serta lempeng
Pasifik.
Karakteristik gempa bumi yaitu tidak dapat dicegah dan peristiwanya sangat mendadak dan
mengejutkan. Bangunan yang ada belum menerapkan sistem bangunan ramah gempa.
Masyarakat tidak banyak memiliki pengetahuan tentang kegempaan.
Mengenali lingkungan sekitarnya bahwa tempat tinggalnya rawan bencana gempa bumi.
Masyarakat diberikan pengetahuan yang akan lebih bermanfaat ketika terjadi bencana
daripada menunggu informasi yang dimunculkan oleh lembaga yang berwenang. Masyarakat
akans elalu penuh dengan kewaspadaan.
Geofisika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi baik di atas
permukaan maupun bawah permukaan berdasarkan sifat fisik (fisika) bumi dan tentu saja
dengan cara menerapkan hukum-hukum fisika. Sifat fisik yang dipelajari adalah sifat
kelistrikan, kemagnetan bumi, penjalaran gelombang gempa/getaran, gravitasi (gaya berat),
dan gelombang elektromagnetik. Dari pengukuran sifat fisik bumi di atas permukaan bumi,
seorang geofisika bisa mengetahui kondisi bawah permukaan tanpa harus menyentuhnya atau
melakukan pengeboran. Contoh yang sangat dekat dengan kehidupan kita adalah penggunaan
alat USG (UltraSonoGraphy) oleh seorang dokter kandungan untuk melihat isi dalam
kandungan seorang ibu hamil. USG sendiri pada prinsipnya mempelajari penjalaran
gelombang suara (ultrasonic), dimana gelombang ultrasonic pancarkan oleh alat yang
digosokan di perut ibu hamil dan pantulannya diterima kembali oleh alat tersebut sehingga
oleh komputer yang ada disamping dokter tersebut sinyal tadi langsung diproses sehingga
bisa dipetakan kondisi dalam kandungan ibu hamil. Demikian juga apa yang dilakukan oleh
seorang geofisika, pengukuran atas permukaan bisa memprediksi kondisi bawah permukaan
tanpa harus menggalinya jadi wajar saja kalau seorang geofisikawan sering disebut “dokter
bumi”.
Sekarang timbul pertanyaan di benak kita, bagaimana mereka bisa mengetahui kondisi bawah
permukaan tanpa harus menggalinya? Metode apa yang mereka gunakan? parameter dan sifat
fisik apa yang mereka ukur? Alat apa saja yang digunakan untuk mengukurnya? Gambar di
bawah ini bisa memberi gambaran tentang metode geofisika:
Metode-metode Geofisika
(sumber: http://geosciences.unsyiah.ac.id/)
Metode-Metode Geofisika
1. Metode Seismik
2. Gravitasi/Gaya berat
Metode geofisika yang mengukur nilai gaya berat suatu kawasan berdasarkan perbedaan
densitas/massa jenis batuan bawah permukaan bumi. Prinsipnya nilai gravitasi di atas
permukaan bumi berbeda dimasing-masing kawasan dan sangat bergantung pada padat
tidaknya batuan bawah permukaan. Alat yang digunakan adalah gravimeter yang sangat
sensitif untuk mengukur percepatan gravitasi bumi. Dalam hal kebencanaan, metode
gravitasi/gaya berat ini bisa digunakan untuk memetakan sinkhole.
3. Magnetik
Metode untuk mempelajari bawah permukaan berdasarkan sifat kemagnetan batuan. sifat
kemagnetan batuan sangat bergantung pada sifat suseptibilitas dan remanen magnet yang
sudah ada sejak zaman bahelak. Alat yang digunakan dalam metode ini adalah
Magnetometer, dulu penulis pernah menggunakan magnetometer jenis proton untuk
mencari/memetakan bijih besi bawah permukaan dan hasilnya sungguh luar biasa. Dalam
bidang kebencanaan, metode magnetik bisa digunakan untuk mencari pipa pembuangan
limbah bawah permukaan, tangki minyak bawah permukaan, kapal/ferry yang tenggelam di
laut, dan lain-lain.
Mempelajari bawah permukaan bumi berdasarkan sifat kelistrikan bumi adalah prinsip dasar
metode geolistrik. Sifat kelistrikan yang bisa diamati adalah resistivitas, konduktivitas,
chargeabilitas dan potensial yang di bumi itu sendiri. Metode geolistrik resistivitas sangat
cocok digunakan untuk mencari lapisan pembawa air bawah permukaan karena sifat air yang
sangat tidak resistif. Alat yang digunakan adalah resistivity meter dan beberapa dinas di
Provinsi Aceh memiliki alat tersebut dan saya pribadi siap membantu untuk menjalankan
Alat Resistivity meter yang dimiliki. Untuk mitigasi bencana, alat ini bisa digunakan untuk
mencari bidang gelincir sebelum terjadi longsor.
5. Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik yang ada di alam baik yang berasa dari lapisan ionosfer,
gelombang radio komunikasi militer, dan gelombang elektromagnetik yang di kontrol
sumbernya oleh manusia diyakini akan merambat ke bawah permukaan bumi dan
menginduksi material konduktif sehingga menghasilkan gelombang elektromagnetik
sekunder, ini merupakan prinsip dasar kerja metode elektromagnetik. Nilai gelombang
elektromagnetik sekunder ini sangat bergantung pada kondisi material konduktif bawah
permukaan bumi. Alat yang digunakan adalah TURAM EM – Scintrex, VLF-T-IRIS dan
lain-lain. Dalam hal kebencanaan, pengukuran elektromagnetik bisa digunakan untuk
mengukur kedalaman Sesar, untuk kasus Sumatra bisa digunakan untuk mengetahui kedalam
sesar Sumatra.
6. Georadar
Metode geofisika sering digunakan untuk memetakan kondisi bawah permukaan dangkal.
Parameter yang diukur dalam pengukuran Georadar adalah waktu perambatan gelombang
radio yang dipancarkan dan diterima kembali oleh alat. Alat yang sering digunakan pada
pengukuran georadar adalah GPR (ground penetrating radar). Karena metode ini jangkauanya
sangat dangkal (kedalaman <25 meter) dan alat ini cocok digunakan untuk survey geoteknik.
Baru-baru ini, georadar digunakan untuk melihat isi dalam Gunung Padang (bidang
arkeologi) tanpa harus ngebor. Dalam hal kebencanaan, metode ini bisa digunakan untuk
menilai kelayakan sebuah bangunan, memetakan rekahan bawah permukaan, pipa gas bawah
permukaan, dan lain-lainnya.
Magnitudo
Magnitudo adalah besaran energi gempa, biasanya diukur dalam satuan Skala Richter,
besaran ini merupakan perbandingan secara logaritmik dari amplitude gelombang gempa
yang direkam oleh seismograf terhadap sebarang amplitudo gempa lain yang lebih kecil.
Sebagai contoh, sebuah gempa dengan magnitude 5.0 Skala Richter memiliki amplitudo
getaran 10 kali lebih besar dari gempa yang terekam dengan amplitudo 4.0 Skala Richter.
Dalam contoh diatas, Gempa yg dilaporkan memiliki skala 5.6 Skala Richter (SR).
Episenter
Episenter adalah titik pusat gempa yang berada di atas permukaan bumi, dibawah titik ini
terjadi pelepasan energi dari batuan, yang juga menandai terjadinya sebuah patahan di kerak
bumi. Dari info gempa diatas, diberitakan bahwa pusat gempa diatas permukaan bumi berada
166 Km di sebelah Barat Daya Kabupaten Simeulue, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Hiposenter
Hiposenter adalah titik pusat gempa di dalam bumi, tepat di titik terjadi perlepasan energi
dari batuan yang menandai terjadinya gempa bumi. Diberitakan untuk gempa ini, hiposenter
berada 10 km dibawah permukaan bumi. Istilah lain dari hiposenter adalah fokus.
Referensi:
http://geosciences.unsyiah.ac.id/kemahasiswaan/penelitian-mahasiswa/102-peran-geofisika-
dalam-dunia-kebencanaan.html
http://www.hagi.or.id/knowledge/info-gempa-1/
http://www.ibnurusydy.com/peran-geofisika-dalam-mitigasi-dan-monitoring-bencana/
http://www.sigana.web.id/index.php/ancaman-bencana/geofisika.html
Categories: PenelitianUmum
1 Comment
Reply
Leave a Reply
Top of Form
Name *
Email *
Website
Post Comment
Bottom of Form
Related Posts
Bumi
Magnetotelurik (MT) adalah metode elektromagnetik pasif yang mengukur perubahan medan
magnet dan medan listrik secara alamiah. Dengan mengetahui kedua perubahan tersebut di
suatu tempat maka dapat diketahui nilai konduktivitas di bawah permukaan bumi. Metode
MT dilakukan dengan mengukur medan listrik menggunakan elektroda dan koil untuk
mengukur medan magnet yang diletakkan di permukaan tanah.
Gambar 2. Sumber sinyal magnetotelurik (a) petir dan (b)solar wind (sumber :
http://majalah1000guru.net)
Sumber sinyal untuk metode magnetotelurik adalah medan magnetik yang berasal dari dalam
dan luar bumi serta memiliki rentang frekuensi yang bervariasi. Medan magnet yang berasal
dari dalam disebabkan oleh pergerakan mantel bumi terhadap inti bumi, contohnya solar
wind. Sedangkan, medan magnet yang berasal dari luar bumi adalah medan magnet yang
dihasilkan di atmosfer dan magnetosfer, seperti peristiwa petir yang menyambar. Semua
sumber medan magnetik tersebut memiliki nilai yang bervariasi terhadap waktu, tetapi yang
dimanfaatkan pada metode magnetotelurik hanya medan magnetik yang berasal dari luar
bumi dengan rentang frekuensi yang lebih besar. Metode MT mempunyai rentang frekuensi
yang panjang sehingga mampu untuk investigasi dari kedalaman beberapa puluh meter
hingga ribuan meter di bawah permukaan bumi.
Hasil pengolahan data metode magnetotelurik satu dimensi berupa grafik resistivitas semu
dan fase terhadap frekuensi (grafik MT), dan nantinya data-data satu dimensi pada semua
titik pengukuran tersebut akan diinversi dan digabungkan menjadi satu lintasan. Hasil
pengolahan inversi data berupa gambar dua dimensi nilai resistivitas terhadap kedalaman.
Gambar 4. Contoh grafik MT (a) Frekuensi terhadap resistivitas semu, dan (b) frekuensi
terhadap fase (sumber : Syahwanti Hezliana. Dkk. 2014)
Magnetotelurik dapat diterapkan dalam studi eksplorasi panas bumi (geothermal). Dalam
eksplorasi panas bumi dilakukan dua survei pendahuluan, yang pertama adalah survei
geokimia untuk mengetahui kandungan kimia dalam sumber panas tersebut dan survei
geofisika yang bisa menggunakan metode magnetotelurik untuk mengidentifikasi struktur
bawah permukaan tanah seperti caps rock (batuan tudung), reservoir, dan sumber panas.
Dengan menggunakan metode MT hasilnya akan berupa penampang tahanan jenis semu
(apparent resistivity) bawah permukaan. Nilai tahanan jenis semu pada komponen eksplorasi
panas bumi seperti caps rock adalah <10 Ωm, lapisan reservoir memiliki nilai tahanan jenis
semu 10-60 Ωm, dan sumber panas bumi memiliki nilai tahanan jenis semu sebesar >60 Ωm.
Frekuensi yang digunakan dalam MT berkisar 10-4 – 104 Hz.
Sumber panas bumi jenis hidrothermal sangat melimpah dan paling umum ditemui di
Indonesa. Hal ini diakibatkan oleh adanya tumbukan Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan
Lempeng Indo-Australia. Interaksi antarlempeng menyebabkan adanya arus konveksi di
mantel bumi, di mana arus konveksi ini menyebabkan adanya hidrothermal. Pelaksanaan
eksplorasi panas bumi di permukaan diperkirakan adanya perambatan panas dari bawah
permukaan atau adanya fluida panas bumi yang mengalir ke atas melalui rekahan-rekahan
batuan.
Daftar Pustaka
Sulistio I., dkk. 2018. Aplikasi Metode Magnetotellurik Dalam Kegiatan Eksplorasi Panas
Bumi Di Daerah “X”. Bandung : Prosiding Teknik Pertambangan. Vol.IV, No. 2 (2018),
Hal.703.
Geofisiana
Sumber: https://www.usgs.gov/
Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah Ring of Fire. Hal tersebut menyebabkan
Indonesia memiliki banyak gunung api yang masih aktif. Dengan banyaknya gunung api
tersebut Indonesia tentunya memiliki beberapa keuntungan yang didapatkan. Salah satunya
yaitu potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan.
Panas bumi merupakan jenis energi terbarukan yang ramah lingkungan. Dalam proses
eksplorasi serta eksploitasinya tidak begitu memerlukan lahan permukaan yang besar. Selain
itu, energi panas bumi sifatnya tidak dapat diekspor. Sehingga, energi panas bumi sangat
cocok untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan energi di Indonesia.
Sumber: https://www.researchgate.net/
Menurut data terbaru Badan Geologi hingga bulan Desember 2019, potensi panas bumi di
Indonesia mencapai angka 23,9 Giga Watt (GW). Akan tetapi realisasi pemanfaatan energi
panas bumi tersebut masih terbilang cukup kecil. Berdasar data Direktorat Panas Bumi, dari
besarnya potensi tersebut baru dimanfaatkan sebesar 8,9% atau sekitar 2130,6 Mega Watt
(MW). Daerah di Indonesia yang memiliki potensi panas bumi terbesar yaitu Provinsi Jawa
dan Sumatra.
Berikut ini ada beberapa faktor bahwa energi panas bumi belum dimanfaatkan secara
maksimal oleh Indonesia:
Sumber:
Humas EBTKE. (2020). Potensi Besar Belum Termanfaatkan, 46 Proyek Panas Bumi Siap
Dijalankan, [Online]. Available at: http://ebtke.esdm.go.id/ [Diakses pada 9 Juni 2020].
Mary, R., dkk. (2017). Panas Bumi Sebagai Harta Karun Untuk Menuju Ketahanan Energi.
Jurnal Ketahanan Nasional, 23(2), pp.217-237.
Kaldera merupakan sebuah kawah vulkanik yang terbentuk akibat adanya proses erupsi yang
sangat besar. Erupsi tersebut disertai dengan runtuhnya batuan penyangga ke dalam dapur
magma. Batuan penyangga gunung api retak dikarenakan magma yang terus menerus
medesak keluar dengan volume yang sangat besar. Hingga pada akhirnya, batuan tersebut
runtuh dan menghasilkan kawah vulkanik. Umumnya, kaldera dikelilingi oleh sisi-sisi yang
curam.
Kaldera tidak selalu terbentuk akibat erupsi yang besar. Erupsi kecilpun juga memiliki
kemungkinan dapat membentuk kaldera dengan cara magma beserta material lainnya
menerobos melalui celah-celah yang telah ada. Mekanismenya hampir sama, yaitu terjadi
kekosongan pada dapur magma. Akibatnya, ruang kosong tersebut diisi oleh material yang
ada diatasnya.
Kaldera yang tebentuk akibat adanya erupsi gunung berapi. Kaldera tersebut lama kelamaan
terisi oleh air ataupun salju. Salah satu contoh kaldera tipe ini yaitu Crater Lake di Oragon.
Resurgent Caldera
Kaldera yang terbentuk oleh satu gunung api tetapi memiliki dapur magma yang banyak dan
tersebar di beberapa titik yang sangat luas. Pada tipe ini dapat membentuk kaldera yang
berukuran cukup besar yaitu berdiameter 9 hingga 62 mil. Salah satu contoh kaldera tipe ini
yaitu Taman Nasional Yellowstone di Amerika Serikat.
Shield Volcano Caldera
Kaldera yang terbentuk akibat erupsi yang masif serta pelepasan magma gunung api dengan
waktu yang berbeda. Hal tersebut mengakibatkan terbentuknya kaldera dengan ukuran kecil
serta bagian sisi yang berbentuk hampir bertingkat. Contoh kaldera tipe ini yaitu terdapat di
Kepulauan Galapagos.
Kaldera Toba sendiri terbentuk dikarenakan adanya erupsi yang sangat dahsyat sekitar
kurang lebih 74.000 tahun lalu. Erupsi yang sangat dahsyat tersebut telah memakan banyak
korban jiwa serta ada pula beberapa spesies yang terancam punah. Selain itu erupsi tersebut
juga memengaruhi iklim di dunia. Dahsyatnya erupsi yang terjadi pada Gunung Toba tersebut
diakibatkan oleh adanya pergerakan yang sangat tinggi pada lapisan bawah bumi. Kantong
magma Gunung Toba bertambah besar dikarenakan adanya suplai dari banyaknya lelehan
sedimen akibat tumbukan Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng
Benua Eurasia. Gesekan kedua lempeng tersebut diperkirakan mecapai kedalaman hingga
150 km di bawah bumi. Menurut penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa di
bawah Kaldera Toba itu sendiri terdapat dua dapur magma yang terpisah. Masing-masing
dapur magma itu diperkirakan dapat menampung volume kurang lebih 34.000 km3.
Sumber : https://www.kompasiana.com/
Selain dari adanya aktivitas vulkanik dari dapur magma, terbentuknya Kaldera Toba juga
dipengaruhi oleh adanya kegiatan vulkano-tektonik. Tumbukan lempeng yang sangat kuat
dari lempeng Indo-Australia menyebabkan timbulnya sesar geser. Sesar tersebut merupakan
sesar yang cukup besar yaitu memanjang hingga 1.700 km dari Teluk Lampung hingga Aceh.
Sesar tersebut dijuluki dengan Sumatera Fault Zone.
Geosite Sipiso Piso-Tongging
(Sumber: Dream.co.id)
Geosite Silalahi-Sabungan
Bentang Alam Geosite Silalahi-Sabungan
(Sumber: https://thumb.viva.co.id/)
Geosite Silalahi-Sabungan berlokasi di Kabupaten Dairi atau berada pada sisi barat laut dari
Kaldera Toba yang mana merupakan jalan penghubung antara Tongging dengan Sumbul dan
Sidikalang. Area ini berwujud lembah yang sangat besar dan terdapat reruntuhan formasi
Kaldera Toba. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya bongkahan-bongkahan yang
berukuran bervariasi dari berbagai macam batuan penyusun dinding kaldera.
Geosite Haranggol
(Sumber: Ekanews.com)
Geosite Sibaganding
(Sumber: https://www.tobacalderageopark.com/ )
Geosite Taman Eden
Salah Satu Kenampakan Bentang Alam di Geosite Taman Eden
(Sumber: Pariwisatasumut.net)
Geosite Taman Eden berlokasi di Kabupaten Toba Samosir. Tersusun atas batuan dasar yang
terdiri dari Palaeozoic slate dan meta mudstone. Pada kawasan ini juga ditemukan ar terjun
akan tetapi tidak setinggi air terjun Sipisopiso. Geosite Taman Eden merupakan kawasan
hutan konservasi yang ditumbuhi oleh beraneka macam jenis tumbuhan.
Geosite Balige-Liang Sipege-Meat
Batu Basiha
(Sumber: Batakindonesia.org)
Geosite Balige-Liang Sipege-Meat berlokasi di Kabupaten Toba Samosir. Pada geosite
tersebut terdapat gua karst dan air terjun yang bernama Sigura-gura. selain itu juga terdapat
Batu Basiha, yang mana merupakan batuan andesit hasil proses pendinginan magma yang
mengalir pada saat terjadinya letusan Gunung Toba. Batu Basiha memiliki struktur kekar
kolom.
Geosite Situmurun-Blok Uluan
(Sumber: https://www.tobacalderageopark.com/ )
Geosite Hutaginjang
(Sumber: https://asset.kompas.com/ )
Geosite Muara Sibandang
Salah Satu Kenampakan Bentang Alam di Geosite Muara Sibandang
(Sumber: https://www.tobacalderageopark.com/ )
Geosite Sipinsur-Baktiraja
(Sumber: https://www.tobacalderageopark.com/ )
Geosite Bakara-Tipang
(Sumber: https://www.amazingtoba.com/)
Geosite Tele – Pangururan
Salah Satu Kenampakan Bentang Alam di Geosite Tele – Pangururan
(Sumber: https://www.jejakpiknik.com/ )
Geosite Pusuk Buhit
Geosite Geosite Pusuk Buhit berlokasi di Kabupaten Samosir. Bentang alam pada kawasan
ini yaitu Gunung Pusuk Buhit. Gunung tersebut memiliki ketinggain 1982 mdpl. Gunung
tersebut sudah lama tenang akan tetapi masih bisa berpotensi meletus. Komposisi Gunung
Pusuk Buhit sebagian besar didominasi oleh pyroxene andesite dan hornblende dacite.
Geosite Hutatinggi – Sidihoni
(Sumber: https://www.tobacalderageopark.com/)
(Sumber: Pariwisatasumut.net)
Geosite Simanindo – Batu Hoda terletak di bagian Utara Pulau Samosir. Daerah ini
merupakan zona oblique up-lifted dari peristiwa “Resurgent”. Salah satu bentang alam yang
terkenal pada geosite ini adalah Pantai Batu Hoda. Simanindo merupakan kawasan yang
dibentuk oleh endapan danau alterasi Youngest Toba Tuff (YTT), ditemukan di sekitar pntai
hingga lepas pantai utara.
Geosite Ambarita – Tuktuk
(Sumber: https://www.tobacalderageopark.com/ )
Geosite Ambarita – Tuktuk berlokasi di Kabupaten Samosir. Geosite ini terletak di sebuah
semenanjung yang terbentuk dari formasi kubah lava Tuktuk Dacitic.
Referensi
Anonim. 2012. “Toba Big Bang”74.000 Tahun Yang Lalu: Katastrofi Geologi. [daring]
Diambil dari: <http://geomagz.geologi.esdm.go.id/toba-big-bang-74000-tahun-yang-lalu-
katastrofi-geologi/> [Diakses pada 24 Agustus 2020]
Beranda
Departemen Akademik
Departemen Humas
Departemen Internal
Departemen Kewirausahaan
Departemen Meditasi
Departemen Memikat
Departemen PSDM
Geolibrary
Kirim Saran
Makna
Pengurus
Pengurus Inti
SEG UGM – SC