Anda di halaman 1dari 27

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

INDONESIA IMPLICIT SELF-ESTEEM TEST (IISeT)


Devina Wicaksana,
Christiany Suwartono

Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
devina.wicaksana@yahoo.com;
christiany.suwartono@atmajaya.ac.id

Abstrak:
Penggunaan alat ukur yang berbentuk self-report terbentur dengan
adanya kendala bahwa manusia terkadang tidak mengatakan yang sebenarnya
ada dalam dirinya. Hal ini bisa terjadi karena adanya keterbatasan manusia
dalam melakukan introspeksi. Kendala ini juga dapat dikarenakan adanya
faktor social desirability bias.
Untuk meminimalisir hal tersebut, dibutuhkan adanya suatu metode
pengukuran yang tidak perlu “menanyakan secara langsung” mengenai atribut
psikologis yang hendak diukur. Pengukuran implisit yang sudah mulai luas
dikenal adalah prosedur Implicit Association Test. Di Indonesia sendiri sudah
ada beberapa penelitian yang melibatkan prosedur IAT di dalamnya, namun
peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh aspek psikometri dari alat ukur
Indonesia Implicit Self-Esteem Test (IISeT). IISeT dikembangkan sebagai
langkah baru dalam menyediakan pengukuran konstruk self-esteem secara
implisit. Validiasi IISeT dilakukan dengan menggunakan metode correlation
with other test, yaitu pengukuran eskplisit menggunakan Rosenberg Self-
Esteem Scale (RSeS).
Pada penelitian ini, peneliti hendak menguji validitas IISeT dengan
metode convergent-discriminant validation. Uji validitas konvergen
menggunakan alat ukur Personalized Implicit Self-Esteem Test (PISeT). Uji
validitas diskriminan menggunakan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale.
Penelitian ini dilakukan di Unika Atma Jaya Kampus Semanggi dan
melibatkan sebanyak 90 orang partisipan. Penelitian ini dijalankan dalam dua
tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data untuk uji validitas, sedangkan
tahap kedua untuk pengujian reliabilitas alat ukur IISeT.
Hasil uji convergent-discriminant membuktikan bahwa alat ukur IISeT
valid dalam mengukur konstruk implicit self-esteem. Hasil uji reliabilitas test-
retest membuktikan bahwa alat ukur IISeT reliabel dalam mengukur implicit

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 297
self-esteem. Di samping hasil utama penelitian, ditemukan juga tidak adanya
efek urutan pengadministrasian alat ukur.

Kaca kunci: Validitas, Reliabilitas, Indonesia Implicit Self-Esteem


Test, Implicit Self-Esteem.

Pendahuluan inventori kepribadian. Dalam pengi-


sian tes-tes yang berbentuk skala
Penggunaan alat ukur psiko- lapor diri, biasanya responden diminta
logis dalam suatu proses asesmen untuk melakukan introspeksi terhadap
memiliki beberapa keuntungan. Alat keadaan dirinya sendiri agar dapat
ukur psikologis yang diadministra- mengisi alat ukur tersebut.
sikan secara klasikal sesuai digunakan Telah banyak diketahui bahwa
untuk situasi pemeriksaan yang individu tidak selalu „mengutarakan
membutuhkan efisiensi tinggi. Situasi pemikiran mereka‟, dan dikhawati-
pemeriksaan melibatkan jumlah parti- rkan bahwa orang-orang pada
sipan yang cukup banyak serta umumnya tidak selalu „mengetahui
rentang waktu yang cukup sempit. apa yang ada dalam pikiran mereka‟.
Selain untuk mengatasi masalah Ketika orang mengatakan bahwa
efisiensi, pendekatan psikometri juga mereka cenderung lebih puas terhadap
biasa digunakan untuk pengambilan dirinya sendiri apabila dibandingkan
keputusan berupa seleksi atau dengan keadaan diri orang lain,
penilaian yang melibatkan orang terkadang orang tidak benar-benar
banyak (Trull, 2005). jujur dengan pernyataan tersebut,
Alat ukur psikologis terbagi begitu pula sebaliknya. Kendatipun
dalam dua jenis berdasarkan sampel demikian, mereka juga tidak dapat
perilaku yang hendak diukur, yaitu dikatakan berpura-pura. Mungkin saja
optimal performance test dan typical hal ini dikarenakan yang pertama kali
performance test. Pada Optimal terakses pada kesadaran mereka
performance test, individu diminta adalah “individu yang baik adalah
untuk mengerjakan tes dengan individu yang puas dengan keadaan
mengerahkan seluruh kemampuan dirinya sendiri”.
mereka sebaik mungkin. Sedangkan Selain itu, jawaban tersebut
pada typical performance test, dapat juga dipengaruhi oleh adanya
individu diminta untuk menjawab faktor social desirability, di mana
butir-butir pertanyaan sesuai dengan orang-orang cenderung menjawab
kondisi perasaan, minat dan sikap pertanyaan sesuai dengan apa yang
yang sebenarnya mereka alami dianggap baik serta diinginkan oleh
(Cronbach, 1960). Tes-tes yang masyarakat. Meehl dan Hathaway
mengukur kinerja tipikal biasanya (dalam Griffith, 2006) membedakan
berbentuk skala lapor diri atau antara kebohongan individu dalam

298 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
mengerjakan tes yang dilakukan mengenai informasi yang diinginkan
secara sadar dengan yang dilakukan (Garownsky & Payne, 2010).
secara tidak sadar, atau disebut Menurut pendekatan psiko-
sebagai social desirability bias. analisis yang boleh dikatakan cukup
Social desirability didefinisikan tradisional, segala perilaku dan
sebagai motif bawah sadar yang tindakan manusia yang tampak dari
menyebabkan individu “berbohong” luar (overt) sesungguhnya merupakan
(Griffith, 2006). manifestasi dari keadaan bawah sadar
Usaha-usaha para peneliti untuk individu (Feist & Feist, 2006).
mengatasi kerentanan partisipan Artinya, bawah sadar atau uncon-
antara lain dengan mengembangkan sciousness memegang peranan yang
berbagai alat tes untuk mendeteksi hal lebih besar dan lebih krusial dalam
tersebut. Alat-alat tes tersebut antara menentukan perilaku individu.
lain Marlowe-Crowne Social Desir- Apabila bergerak ke pendekatan yang
ability Scale (1960), Lie Scale (1975), relatif lebih modern, hal ini dapat
Motivational Distortion pada 16 PF dijelaskan melalui pendekatan kog-
(1949), dan Validity Scale pada nitif, khususnya mengenai implicit
MMPI (1943) (dalam Gregory, 1996). memory. Implicit memory di-
Ketiga alat ukur kepribadian definisikan sebagai pengaruh dari
yang telah disebutkan di atas, yaitu pengalaman masa lampau terhadap
EPQ, 16 PF, dan MMPI, dinyatakan performa seseorang setelahnya (atau
mengukur kepribadian seseorang pada masa kini), tanpa adanya
walaupun berangkat dari akar teori memori yang disadari pada penga-
yang berbeda. Kendatipun demikian, laman sebelumnya (Jacoby & Dallas,
ketiganya memiliki sebuah ciri khas 1981). Konsep inilah yang mem-
yang dimiliki bersama. Ciri khas bentuk definisi mengenai sikap
tersebut adalah, alat ini “menanyakan implisit, yaitu jejak dari pengalaman
secara langsung” sejumlah pernyataan masa lampau yang tidak dapat
kepada responden yang mengisinya. teridentifikasi melalui cara introspeksi
Sekali lagi, responden tetap diminta yang memun-culkan perasaan,
untuk mengisi dengan cara menye- pikiran, ataupun perilaku menyukai
suaikan antara pernyataan yang ada atau tidak menyukai terhadap objek
dengan kondisi yang terdapat dalam sosial tertentu. Di ranah psikologi
diri mereka sendiri. sosial, konsep yang memiliki fokus
Berangkat dari penjelasan di perhatian pada proses-proses otomatis
atas, dibutuhkan adanya suatu atau implisit atau bawah sadar yang
pengukuran yang dapat mengakses mendasari penilaian serta perilaku
indikator-indikator mengenai atribut sosial seseorang dikenal dengan
psikologis tanpa harus meminta istilah Implicit Social Cognition
partisipan menjawab secara langsung (Gawronski & Payne, 2010).

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 299
Salah satu metode pengukuran dilakukan oleh Hanani (2011) untuk
yang tidak perlu menanyakan secara mengukur preferensi dalam mengkon-
langsung mengenai atribut psikologis sumsi healthy food dan junk food pada
yang hendak diukur adalah Implicit remaja. Penelitian yang melibatkan
Association Test (IAT) yang dicetus- prosedur IAT berikutnya dilakukan
kan oleh Greenwald, McGhee, dan oleh Hartono (2012). Dalam
Schwartz (1998). Implicit Associa- penelitian ini, dikembangkan alat ukur
tion Test merupakan prosedur pengu- Indonesian Implicit Self-Esteem Test
kuran yang menggunakan komputer (IISeT). Alat ukur IISeT ini
dalam pengerjaannya. IAT mengukur digunakan untuk mengukur implicit
kekuatan asosiasi yang melibatkan self-esteem.
dua buah konsep yang menjadi fokus Dari dua penelitian mengenai
penelitian (atau yang disebut juga sikap implisit yang telah dilakukan,
sebagai konsep target). Konsep target peneliti tertarik untuk meninjau lebih
ini biasanya saling bertolak belakang, jauh penelitian Hartono (2012)
namun memiliki kedudukan yang mengenai self-esteem. Self-esteem
setara dalam suatu kategori. Konsep telah menjadi salah satu topik yang
target tersebut misalnya konsep laki- paling banyak didiskusikan dalam
laki – perempuan, orang tua – orang dunia psikologi modern ini. Selama
muda, bunga – serangga, dan lain- kurun waktu 30 tahun terakhir, self-
lain. Selain menggunakan dua buah esteem telah menjadi topik untuk
konsep target, IAT juga melibatkan lebih dari 25.000 publikasi ilmiah
dua buah konsep atribut, misalnya yang pernah diterbitkan. Selain itu,
menyenangkan – tidak menyenang- self-esteem juga banyak berkaitan
kan, negatif – positif, baik – buruk dengan konstruk-konstruk psikologis
(Nosek, Greenwald, & Banaji, 2005). lainnya, baik yang bersifat objektif
Tugas-tugas yang terdapat dalam IAT maupun subjektif. Konstruk-konstruk
bertujuan untuk mengetahui asosiasi- tersebut antara lain: prestasi
asosiasi antara berbagai konsep target akademik, kepuasan terhadap citra
dan atribut dengan cara mengukur tubuh, perilaku konsumen, pola asuh,
seberapa cepat seseorang dapat kepuasan dalam pernikahan, dan
mengkategorisasikan stimulus yang masih banyak lagi (Zeigler-Hill &
termasuk dalam kategori konsep Jordan, 2010).
target dengan kata-kata positif atau Self-esteem memegang peranan
negatif. yang cukup besar khususnya dalam
Di Indonesia sendiri, sudah ada psikologi klinis. Contohnya saja,
beberapa penelitian yang menerapkan dalam Schreiber, Bohn, Aderka,
prosedur IAT untuk mengukur Stangier, dan Steil (2012), pandangan
konstruk psikologis yang bersifat kognitif menyatakan bahwa disfungsi
implisit (Hanani, 2011; Hartono, pandangan terhadap diri sendiri
2012). Penelitian IAT pertama memainkan peranan yang penting
300 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
dalam keberlangsungan gangguan (2012) adalah Rosenberg Self-Esteem
Social Anxiety Disorder (SAD) pada Scale (RSeS) yang dikembangkan
orang dewasa dan remaja. Khususnya, oleh Rosenberg (1965). Prosedur
pandangan yang negatif terhadap diri korelasi yang dilakukan olehnya
sendiri berkontribusi terhadap terjadi- menghasilkan koefisien korelasi
nya penyimpangan antara persepsi sebesar r(92) = .221, p < .05.
diri dengan standar milik orang lain, Berdasarkan hasil korelasi ini, peneliti
yang akhirnya mengarah pada tersebut menyimpulkan bahwa alat
meningkatnya ketakutan akan pe- ukur IISeT dinyatakan valid.
nilaian negatif dari orang lain. Berkenaan dengan pengukuran
Menurut Schreiber et al (2012), untuk self-esteem secara implisit, Greenwald
mendapatkan gambaran yang kompre- dan Farnham (2000) melakukan
hensif, sangatlah penting untuk penelitian eksperimental yang meng-
memeriksa kedua tipe self-esteem gunakan prosedur IAT self-esteem.
pada individu dengan SAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan uraian di atas, dapat implicit self-esteem dan explicit self-
disimpulkan bahwa Self-esteem esteem adalah dua konstruk yang
merupakan salah satu indikator berbeda namun berkorelasi secara
kesehatan mental. Dengan demikian, positif (Greenwald & Farnham,
diperlukanlah prosedur pengukuran 2000). Kemudian, menurut Anastasi
yang tepat untuk mengakses self-esteem dan Urbina (1997), metode validasi
yang sebenarnya terdapat dalam diri correlation with other test merupakan
manusia. Hal ini tentunya untuk metode validasi yang tergolong dalam
memudahkan usaha para psikolog klinis construct-identification procedure.
atau peneliti untuk menyelami lebih Salah satu persyaratan dalam
dalam pengetahuan tentang manusia itu menggunakan metode ini adalah, kedua
sendiri. Berangkat dari pernyataan di alat ukur yang skor-skornya akan
atas, langkah yang diambil oleh dikorelasikan haruslah mengukur
Hartono (2012) merupakan suatu konstruk yang menurut theoritical
kontribusi yang penting dalam framework memang sudah seharusnya
perkembangan pengu-kuran psikologi, ber-korelasi atau tidak berkorelasi.
khususnya dalam Berdasarkan uraian di atas, peneliti
pengukuran implicit self-esteem menyimpulkan bahwa metode vali-dasi
dengan menggunakan IISeT. yang telah dilakukan pada penelitian
Alat ukur IISeT ini telah Hartono (2012) ada baiknya untuk
divalidasi secara eksternal dengan ditinjau lebih lanjut. Hal ini
menggunakan metode correlation dikarenakan alat ukur IISeT dan
with other test, yaitu mengorelasikan Rosenberg Self-Esteem Scale
skor dari alat ukur IISeT dengan alat mengukur dua konstruk yang berbeda.
ukur self-esteem eksplisit. Alat ukur IISeT dinyatakan mengukur konstruk
eksplisit yang digunakan Hartono implicit self-esteem, sedangkan RSeS

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 301
mengukur konstruk explicit self- terhadap deskripsi diri yang masuk
esteem. sehingga mendapatkan kategori-
Untuk menjembatani permasa- kategori yang fix. Kategori stimulus
lahan tersebut, peneliti memutuskan tersebut terdiri dari nama panggilan
melakukan penelitian uji validitas dan sehari-hari partisipan, nama panggilan
reliabilitas dari alat ukur IISeT. partisipan dalam lingkungan keluarga,
Penelitian uji validitas ini dilakukan jenis kelamin partisipan, status
agar alat ukur IISeT dapat digunakan akademis partisipan, urutan kelahiran,
secara layak dengan didukung oleh serta hobi partisipan.
atribut psikometri yang tepat dan Sesuai dengan namanya, alat
terstandarisasi. Metode uji validitas ukur PISeT ini terdiri dari stimuli
yang akan peneliti gunakan adalah yang dirancang secara personal sesuai
convergent-discriminant validation dengan deksripsi diri yang diberikan
yang termasuk dalam construct- oleh partisipan penelitian. Kategori
identification procedure. Penelitian stimuli yang masuk ini telah
ini dilakukan dengan menggunakan ditetapkan melalui proses coding yang
alat ukur Personalized Implicit Self- sistematis sebelumnya. Dengan
Esteem Test (PISeT) sebagai alat ukur demikian, isi stimulus dalam alat ukur
validasi konvergen dan RSeS sebagai PISeT tetap terkendali dan ter-
alat ukur validasi diskriminan. standarisasi. Peneliti memiliki dasar
PISeT ini dibuat oleh rekan pemikirian bahwa hal-hal yang lebih
peneliti dalam satu area penelitian, personal dan pribadi mengenai diri
yaitu penelitian Mirayana, Wicaksana sendiri akan lebih cepat terakses dari
& Suwartono (2012). PISeT bawah sadar dibanding hal-hal yang
merupakan alat ukur yang dibuat lebih umum. Dengan demikian
untuk mengukur self-esteem secara diharapkan alat ukur PISeT dapat
implisit. PISeT berbeda dengan alat menjadi alat ukur validasi konvergen
ukur IISeT yang menggunakan yang lebih tepat.
stimulus yang umum di dalam alat Untuk prosedur uji reliabilitas,
ukurnya. Stimulus yang terdapat peneliti menggunakan metode uji
dalam IISeT antara lain: “Aku”, reliabilitas yang digunakan oleh
“Saya”, “Daku”, “Diriku”, “Priba- Hartono (2012), yaitu metode dengan
diku”, dan “Gue”. Sebaliknya, alat dua kali administrasi, yaitu test-retest.
ukur PISeT yang peneliti gunakan Hal ini dikarenakan konstruk Self-
menggunakan stimulus yang didapat- Esteem sendiri merupakan tipe
kan langsung dari hasil elisitasi konstruk yang relatif menetap dalam
stimulus dengan orang yang akan diri seseorang dalam waktu lama
menjadi partisipan dalam penelitian (tidak dinamis).
ini. Setelah melakukan elisitasi
stimulus, Mirayana, Wicaksana &
Suwartono (2012) melakukan coding

302 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Kajian Teoritis dung kepercayaan diri, baik yang
Self-esteem didefinisikan seba- dilakukan secara konstruktif maupun
gai sikap positif ataupun negatif yang secara destruktif (dalam Raevuori,
dimiliki seseorang terhadap dirinya Dick, Keski-Rahkonen, Pulkkinen,
sendiri (Rosenberg, 1965). Dengan Rose, Rissanen, Kaprio, Viken, &
kata lain, self-esteem merupakan Silventoinen, 2007).
evaluasi terhadap diri sendiri, yaitu Implicit self-esteem (Greenwald &
aspek evaluatif dari pengetahuan Banaji, 1995) didefinisikan sebagai
terhadap diri sendiri yang men- efek sikap diri terhadap evaluasi
cerminkan seberapa besar orang mengenai objek-objek yang berkaitan
menyukai dirinya sendiri. Tafarodi dengan diri sendiri dan objek-objek
dan Swann (2001) membahasakan yang tidak berkaitan dengan diri
ulang pengertian self-esteem menurut sendiri, yang tidak teridentifikasi
Rosenberg sebagai perasaan menge- (atau teridentifikasi secara tidak
nai diri sendiri, di mana seseorang akurat) secara introspektif. Karpinski
merasa dirinya cukup baik dan dan Steinberg (2006) kemudian mem-
berharga. Menurut Zeigler-Hill dan batasi definisi mengenai implicit self-
Jordan (20120), explicit self-esteem esteem menjadi “kekuatan fungsi
dapat dipandang sebagai penilaian evaluatif dari asosiasi-asosiasi ter-
yang berasal dari evaluasi terhadap hadap diri sendiri, yang bekerja secara
diri sendiri yang dianggap valid oleh relatif otomatis di luar ranah
individu. kesadaran”. Secara lebih sederhana,
Self-esteem berhubungan erat Dijksterhuis (2004) mendefinisikan
dengan fungsi kepribadian. Menurut implicit self-esteem sebagai “sikap
Buhrmester, Fuman, Wittenberg, dan implisit terhadap diri sendiri”
Reis (1988), orang dengan self-esteem (implicit attitude toward the self).
yang tinggi cederung memiliki
inisiatif, kebahagiaan, dan kepuasan Metode
terhadap hidup. Sebaliknya, orang
Partisipan
dengan self-esteem yang rendah
cenderung memiliki kesehatan fisik Populasi dari penelitian ini
yang kurang baik (Nirko, Lauroma, adalah mahasiswa aktif Fakultas
Siltanen, Tuominen, & Vanhala, Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta
1982). Dalam beberapa situasi, self- kampus Semanggi. Mahasiswa-maha-
esteem yang rendah berkaitan dengan siswi Fakultas Psikologi UNIKA
gangguan depresi dan gangguan Atma Jaya berada pada tahap
makan Di sisi lain, self-esteem yang perkembangan dewasa muda (emer-
tinggi tampaknya merupakan konsep ging adulthood) di mana menurut
yang lebih heterogen. Self-esteem Santrock (2008), pada tahap ini
yang tinggi dapat meningkatkan individu berada dalam akhir tahap
inisiatif dan tindakan yang mengan- perkembangan remaja akhir. Dengan

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 303
demikian, diasumsikan individu yang maka alat ukur ini jelas memiliki
tergabung dalam populasi penelitian skala pengukuran interval karena
telah mengalami masa pencarian jati sesuai dengan bentuk respon yang
diri dan telah menemukan letak self- diadopsi, yaitu likert equal-appearing
esteem dalam sistem nilai yang ada interval.
dalam dirinya. Sesuai dengan namanya, alat
Teknik pengambilan sampel ukur Rosenberg Self-Esteem Scale
yang digunakan adalah convenience merupakan alat ukur berbentuk skala
sampling, karena peneliti mengang- sikap (Likert Equal Appearing
gap bahwa setiap orang sebetulnya Interval) dengan empat buah interval
dapat menyediakan data yang peneliti yang terdiri dari 10 butir pernyataan
butuhkan untuk penelitian ini. Dengan (contoh alat ukur dapat dilihat pada
kata lain, partisipan yang ber- bagian lampiran C). Responden
kecimpung tidak diharuskan memiliki diminta untuk memberikan rating
karakteristik tertentu yang spesifik. terhadap setiap pernyataan berdasar-
kan sejauh mana pernyataan-
Instrumen Pengukuran pernyataan tersebut sesuai dengan
keadaan diri responden. Respon yang
Rosenberg Self-Esteem Scale (RSeS)
diberikan dapat terentang mulai dari
Rosenberg Self-Esteem Scale Sangat Tidak Setuju (STS) yang
merupakan alat ukur self-esteem yang diberi skor 1, Tidak Setuju (TS) yang
dikembangkan oleh Rosenberg diberi skor 2, kemudian Setuju (S)
(1965). Alat ukur ini dikembangkan yang diberi skor 3, dan terakhir respon
berdasarkan teori self-esteem yang Sangat Setuju (SS) yang diberi skor 4.
dicetuskannya sendiri, di mana ia Aturan pemberian skor ini berlaku
mendefinisikan self-esteem sebagai untuk butir-butir pernyataan yang
hasil evaluasi terhadap diri sendiri bersifat favorable saja, yaitu butir
atau aspek evaluatif dari pengetahuan nomor: 1, 3, 4, 7, dan 10. Untuk butir-
terhadap diri sendiri yang mereflek- butir pernyataan yang bersifat
sikan sejauh mana orang menyukai unfavorable (yaitu butir 2, 5, 6, 8, dan
diri mereka sendiri (dalam Zeigler- 9), prosedur pemberian skor yang
Hill & Jordan, 2010). berlaku adalah reverse scoring.
Ditinjau dari skala pengukuran- Pernyataan yang dijawab dengan STS
nya, alat ukur Rosenberg Self-Esteem diberi skor 4, TS diberi skor 3, S
Scale ini memiliki tingkat skala diberi skor 2, dan SS diberi skor 1.
pengukuran pada level interval.
Dengan menggunakan skala interval, Indonesia Implicit Self-Esteem Test
perbedaan yang sama antara angka- (IISeT)
angka pada skala mencerminkan Alat ukur Indonesia Implicit
perbedaan besaran yang sama. Self-Esteem (IISeT) ini dicetuskan
Berdasarkan penjelasan tersebut, oleh Hartono (2012) dan dinyatakan

304 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
mengukur konstruk implicit self- setiap stimulus yang muncul di tengah
esteem. Alat ukur ini merupakan layar komputer ke dalam empat buah
pengukuran berbasis komputer yang kategori yang telah ditentukan. Dalam
menerapkan prosedur Implicit Asso- alat ukur IISeT ini, keempat kategori
ciation Test. IISeT dapat dijalankan ini dibagi lagi menjadi dua kelompok,
oleh program Inquisit 3 yang dilun- yaitu kategori target dan kategori
curkan oleh Millisecond Software atribut. Kategori target terdiri dari
pada tahun 2011. kategori “Diri Sendiri” dan “Orang
Alat ukur IISeT menggunakan Lain”, dan masing-masing kategori ini
script Standard IAT, di mana alat ukur terdiri dari 6 item atau stimulus.
ini terdiri dari tujuh buah blok Kategori atribut terdiri dari kategori
(semacam subtes pada paper and “Menyenangkan” dan “Tidak Menye-
pencil test) dan jenis stimulus yang nangkan”, masing-masing kategori
ditampilkan berupa kata-kata. Setiap terdiri dari 8 item atau stimulus.
blok terdiri dari 20 buah trial, kecuali Ringkasan stimulus dari kategori
blok keempat dan ketujuh yang terdiri target dan kategori atribut alat ukur
dari 40 buah trial. Konsep dasar dari IISeT ini meliputi:
tugas ini adalah mengategorikan

Tabel
Daftar Stimulus Target dan Stimulus Atribut Alat Ukur IISeT
Diri Sendiri Orang Lain Menyenangkan Tidak
Menyenangkan
Aku Kamu Bahagia Jijik
Saya Engkau Puas Buruk
Daku Dikau Nyaman Licik
Diriku Dirinya Menarik Jahat
Pribadiku Loe Baik Bodoh
Gue Beliau Hebat Murung
Bangga Hampa
Yakin Benci

Tugas mengkategorikan ini sedang berlangsung. Apabila kata/


dapat dikerjakan dengan menekan stimulus yang muncul di tengah layar
tombol “E” dan “I” pada keyboard komputer berasal dari judul kategori
komputer. Huruf “E” mewakili nama yang berada di sebelah kanan, maka
kategori yang muncul di sisi kanan trial tersebut dapat dijawab dengan
layar monitor, sedangkan huruf “I” menekan tombol “I”, begitu pula
mewakili nama kategori yang muncul sebaliknya. Jika partisipan melakukan
di sisi kiri layar monitor pada saat tes kesalahan dalam me-ngerjakan tugas

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 305
pengkategorian ini, maka akan kategori yang mungkin saja berbeda,
muncul tanda silang berwarna merah bertukar tempat, atau bisa saja
di tengah layar. Hal ini berarti gabungan antara kategori target dan
partisipan harus segera memperbaiki kategori atribut. Berikut merupakan
pengerjaannya dengan menekan tom- rincian alat ukur Indonesia Implicit
bol yang benar sesegera mungkin. Self-Esteem yang dikerjakan oleh
Pada setiap block, alat ukur partisipan:
IISeT akan menyajikan pasangan

Tabel
Alat Ukur IISeT yang Dikerjakan oleh Partisipan
Block N Response Key Assignments
Task
Trials Left key (“E”) Right key (“I”)
1 20 Mengategorikan target Diri Sendiri Orang Lain
stimuli
2 20 Mengategorikan attribute Menyenangkan Tidak
stimuli Menyenangkan
3 20 Mengategorikan Diri sendiri – Orang lain –
penggabungan dari target Menyenangkan Tidak
dan attribute stimuli Menyenangkan
4 40 Mengategorikan Diri sendiri – Orang lain –
penggabungan dari target Menyenangkan Tidak
dan attribute stimuli Menyenangkan
5 20 Mengategorikan target Orang lain Diri sendiri
stimuli yang telah dibalik
6 20 Mengategorikan Orang lain – Diri sendiri –
penggabungan dari target Menyenangkan Tidak
dan attribute stimuli yang menyenangkan
telah dibalik
7 40 Mengategorikan Orang lain – Diri sendiri –
penggabungan dari target Menyenangkan Tidak
dan attribute stimuli yang menyenangkan
telah dibalik

Berikut merupakan contoh stimulus yang muncul pada alat ukur IISeT:

306 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Contoh Trial IISeT yang Dikerjakan Partisipan

Personalized Implicit Self-Esteem menggambarkan dirinya. Kategori-


Test (PISeT) kategori tersebut antara lain: status
Alat ukur PISeT ini merupakan akademis, urutan kelahiran, jenis
alat ukur berbasis komputer yang kelamin, karakter/ sifat, organisasi,
menerapkan prosedur Implicit hobi, jumlah saudara, dan status
Association Test dalam pengerjaan-nya. dalam keluarga. Dari hasil kategori-
Alat ukur ini juga dinyatakan mengukur kategori tersebut, peneliti membuat
implicit self-esteem. Seper-ti namanya, alat ukur PISeT sebanyak 10 buah
perbedaan alat ukur ini dengan alat untuk selanjutnya diujikan pada pilot
ukur IISeT terletak pada stimuli yang study ke 10 partisipan.
lebih spesifik dan personal dengan Dari hasil pilot study yang
atribut pengisinya. Dalam dilakukan, peneliti menemukan bah-
pengembangannya, Mirayana, wa stimulus dari kategori karakter
Wicaksana & Suwartono (2012) tidak relevan karena rancu dengan
melakukan kegiatan elisitasi stimulus stimulus dari kategori atribut (Menye-
terlebih dahulu untuk mengetahui nangkan dan Tidak Menyenangkan).
kategori-kategori aspek identitas mana Selain stimulus dari kategori karakter,
saja yang lebih cepat terakses pada stimulus dari kategori jumlah saudara
kesadaran partisipan ketika diminta dan status dalam keluarga dihilangkan
untuk menggambarkan dirinya. karena hal ini sudah terangkum dalam
Dari hasil elisitasi stimulus yang stimulus kategori urutan kelahiran.
dilakukan terhadap 114 mahasiswa, Stimulus dari kategori organisasi juga
didapatkan delapan buah kategori dihilangkan karena nama organisasi
stimulus yang paling banyak muncul yang disebutkan oleh partisipan
ketika responden diminta untuk hampir semuanya terlalu panjang.

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 307
Apabila tetap dipakai, dikhawatirkan satu objek yang berasosiasi dengan
dapat membuat pengukuran D-IAT self adalah nama orang itu sendiri
yang muncul terlalu besar karena efek (Dijksterhuis, 2004; Gebauer, Riketta,
membaca pernyataan yang terlalu Broemer, & Maio, 2008).
panjang (respons yang muncul tidak Struktur PISeT hampir sama
lagi spontan). dengan IISeT, dimana dalam alat ukur
Sebagai substitusi dari beberapa ini terdapat tujuh buah blok
stimulus yang telah dihilangkan, pengerjaan. Cara pengerjaannya pun
peneliti memasukkan kategori nama sama, yaitu mengategorikan stimulus
panggilan sehari-hari dan nama yang muncul di tengah layar ke dalam
panggilan partisipan penelitian di kategori yang berada di sisi sebelah
dalam keluarga. Hal ini dilakukan kiri atau sebelah kanan monitor.
dengan pertimbangan bahwa nama Tugas pengategorian ini juga diker-
panggilan merupakan objek yang jakan dengan menekan tombol “E”
cukup kuat asosiasinya dengan diri dan “I” pada keyboard. Berikut adalah
sendiri. Selain itu, beberapa penelitian rincian stimulus yang digunakan
lain juga menyebutkan bahwa salah dalam alat ukur PISeT:

Tabel
Daftar Stimulus Target dan Stimulus Atribut Alat Ukur PISeT
Diri Sendiri Orang Lain Menyenangkan Tidak Menyenangkan
Nama Nama panggilan Bahagia Jijik
panggilan sehari-hari orang
sehari-hari lain
partisipan
Nama Nama panggilan Puas Buruk
panggilan orang lain dalam
partisipan keluarga
dalam keluarga
Status Status akademis Nyaman Licik
akademis orang lain
partisipan
Urutan Urutan kelahiran Menarik Jahat
kelahiran orang lain
partisipan
Jenis kelamin Jenis kelamin Baik Bodoh
partisipan yang berlawanan
dengan partisipan
Hobi partisipan Hobi orang lain Hebat Murung
Bangga Hampa
Yakin Benci

308 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Personalized Implicit Self-Esteem Test
juga terbukti reliabel dengan koefisien
Berdasarkan perhitungan uji reliabilitas test-retest sebesar r (38) =
validitas dan reliabilitas yang peneliti .525, p < .01 serta Standard Error of
lakukan pada data field, dapat Measurement (SEM) sebesar .23.
disimpulkan bahwa alat ukur RSeS
valid dan reliabel dalam mengukur Hasil Penelitian
konstruk self-esteem. Peneliti melaku- Penelitian ini dibagi menjadi
kan uji validitas pada alat ukur ini dua tahap, di mana tahap pertama
dengan menggunakan metode internal adalah pengambilan data di lapangan
consistency dan memakai teknik untuk uji validitas. Tahap kedua
corrected item-total correlation. pengambilan data dilakukan untuk
Koefisien korelasi yang peneliti kepentingan uji reliabilitas pada
gunakan adalah Pearson Product- ketiga alat ukur yang digunakan.
Moment Correlation Coefficient. Alat Tahap pertama yang merupakan
ukur ini dinyatakan valid dengan pengambilan data uji validitas diikuti
index validitas sebesar .426 dan range oleh sebanyak 90 partisipan,
antara .017– .614. Hasil uji reliabilitas sedangkan tahap kedua untuk uji
dengan menggunakan metode test- reliabilitas diikuti oleh sebanyak 81
retest menghasilkan indeks reliabilitas partisipan. Berikut merupakan data
sebesar r (38) = .738, p < .01 dengan demografi partisipan yang ber-
Standard Error of Measurement kecimpung dalam pengambilan data
(SEM) sebesar 1,945. Alat ukur uji validitas dan reliabilitas:

Tabel
Data Demografi Partisipan Uji Validitas (N=90) dan Reliabilitas (N=81)
Demografi Uji Validitas Uji Reliabilitas
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
Usia 18 tahun 3 3,33% 3 3,7%

Usia 19 tahun 3 3,33% 3 3,7%

Usia 20 tahun 23 25,56% 18 22,22%

Usia Usia 21 tahun 41 45,56% 34 41,98%

Usia 22 tahun 14 15,56% 13 16%

Usia 23 tahun 4 4,44% 4 4,94%

Usia 24 tahun 2 2,22% 1 1,23%

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 309
Usia 25 tahun 0 0 5 6,2%

Laki-laki 19 21,11% 19 23,46%


Jenis
Kelamin Perempuan 71 78,89% 62 76,54%

Tionghoa 49 54,44% 53 65,43%

Batak 7 7,78% 6 7,4%

Jawa 15 16,67% 17 20,98%

Sunda 2 2,22% 1 1,23%

Manado 3 3,33% 0 0

Jakarta 1 1,1% 0 0

Indonesia 7 7,78% 1 1,23%


Suku Minang 1 1,1% 1 1,23%
Bangsa
Minang-Jawa 1 1,1% 2 Lain2: 2,47%
Batak- 1 1,1% 0
Tionghoa

Padang- 1 1,1% 0
Sunda

Jawa-Sunda- 1 1,1% 0
Flores

Flores 1 1,1% 0

Hasil Utama Penelitian IISeT dengan alat ukur PISeT,


sedangkan uji diskriminan dilakukan
Peneliti melakukan uji validitas dengan mengorelasikan alat ukur
dengan menggunakan metode konver- IISeT dengan alat ukur RSeS.
gen-diskriminan untuk alat ukur Pengolahan data dilakukan dengan
IISeT. Uji konvergen dilakukan bantuan program Statistical Package
dengan mengorelasikan alat ukur for Social Sciences 17 for Windows.

310 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Tabel
Uji Korelasi antara Implicit dan Explicit Self-Esteem (N=90)
Rosenberg Self-
D-IAT PISeT D-IAT IISeT
Esteem Scale
r 1 .229* -.092
D-IAT PISeT
Sig. (2-tailed) .030 .388
r .229* 1 .007
D-IAT IISeT
Sig. (2-tailed) .030 .948
Rosenberg r -.092 .007 1
Self-Esteem Sig. (2-tailed)
Scale .388 .948
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel di atas, dapat beda melalui metode Confirmatory


dilihat bahwa D-IAT IISeT ber-korelasi Factor Analysis (CFA).
positif dan signifikan dengan D-IAT Dilihat dari coefficient of
PISeT dengan r(88) = 0.229, p< determination-nya, korelasi antara
.05. Hal ini mengindikasikan bahwa alat ukur IISeT dengan PISeT meng-
kedua tipe IAT sama-sama mengukur hasilkan r2 = .052. Hal ini
kosntruk implicit self-esteem. Hal ini mengindikasikan bahwa varians da-
juga sesuai dengan pernyataan Teige- lam variabel yang diukur oleh PISeT
Mocigemba et al (2010) bahwa berkontribusi sebanyak 5.2% dalam
semakin besar kemiripan struktural varians skor-skor dari alat ukur IISeT.
antara IAT dengan pengukuran impli- Peneliti melakukan uji reliabi-
sit lainnya, maka besaran korelasi litas terhadap alat ukur IISeT dengan
yang dihasilkan pun semakin tinggi menggunakan teknik test-retest. Teknik
dan signifikan. D-IAT IISeT juga ini dapat mengidentifikasi adanya time
berkorelasi positif dengan RSeS sampling error dari sifat alat ukur yang
walaupun korelasinya tidak sig- hendak diuji, yaitu IISeT. Berdasarkan
nifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penghitungan reliabilitas dengan
meskipun keduanya sama-sama koefisien korelasi pearson product
mengukur self-esteem seseorang, moment, didapatkan koefisien
namun RSeS mewakili pengukuran reliabilitas sebesar r(79)= .307 (p < .01).
konstruk explicit self-esteem, sedang- Angka ini menghasil-kan coefficient of
kan IISeT mewakili pengukuran deter-mination sebesar r2 = .094. Hal
konstruk implicit self-esteem. Hal ini ini berarti 9.42% dari varians observed
sesuai dengan hasil penelitian dari score pada penge-tesan kedua dapat
Greenwald dan Farnham (2000) yang diprediksikan dari varians observed
menyatakan bahwa konstruk implicit score pada tes pengetesan pertama.
self-esteem dan explicit self-esteem Koefisien kore-lasi ini signifikan,
merupakan dua konstruk yang ber- sehingga dengan

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 311
demikian alat ukur IISeT ini Error of Measu-rement (SEM)
dinyatakan reliabel dalam mengukur sebesar .316. Berikut merupakan tabel
konstruk implicit self-esteem. Selain estimasi true score dari alat ukur
itu, alat ukur IISeT memiliki Standard IISeT:

Tabel
Estimasi True Score Alat Ukur IISeT
Estimasi Reliabilitas Test-retest reliability .307
σM (SD = .38) .316
Standard Error of 68% Confidence Interval Observed Score ± .316
Measurement (SEM) 95% Confidence Interval Observed Score ± .619
99% Confidence Interval Observed Score ± .815

Hasil Tambahan Penelitian definisi self-esteem dari Guindon


(2010) (dalam Hartono, 2012) yang
Peneliti juga melakukan pengu- menyatakan bahwa self-esteem meru-
jian dependent/ paired sample t-test pakan sikap dari evaluasi individu
untuk skor-skor pada alat ukur IISeT mengenai konsep dirinya, di mana
dan PISeT. Berdasarkan hasil pe- dapat dikatakan bahwa konsep diri
ngolahan data, ternyata terdapat membutuhkan atribut-atribut yang
perbedaan yang signifikan pada skor- langsung berkaitan dengan diri
skor partisipan ketika diukur dengan individu itu sendiri.
menggunakan alat ukur IISeT dan Untuk mengetahui adanya efek
PISeT (t(89) = 5.169 ; p < .05). urutan pengadministrasian alat ukur
Melalui hasil uji t-test for terhadap skor-skor yang didapatkan,
dependent sample tersebut, dapat peneliti menggunakan teknik statistik
disimpulkan bahwa stimuli yang One-way ANOVA for independent
digunakan pada alat ukur PISeT (M = samples. Berdasarkan hasil pengo-
.861, SD = .316) menghasilkan skor lahan data, ditemukan bahwa pada
D-IAT yang lebih tinggi secara skor PISeT (F = 2.364; p > .05) dan
siginfikan dibanding stimulus-sti- RSeS (F = .884; p > .05) tidak
mulus yang terdapat dalam alat ukur terpengaruh oleh urutan peng-
IISeT (M = .621, SD = .387). administrasian pada saat pengambilan
Berdasarkan hal tersebut, dapat data dilakukan. Kendatipun demikian,
disimpulkan bahwa stimulus yang skor pada alat ukur IISeT menun-
lebih dekat secara personal dengan jukkan adanya perbedaan yang
diri sendiri lebih mudah untuk signifikan (F = 3.050, p < .05).
terakses di kesadaran dibanding Dengan demikian, peneliti memutus-
stimulus-stimulus yang bersifat umum kan untuk melakukan uji post hoc test
pada IISeT. Hal ini sesuai dengan dengan menggunakan teknik Scheffe.

312 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Dari hasil post hoc test, ditemukan alat ukur IISeT juga terbukti reliabel
bahwa semua p-value yang dihasilkan dalam mengukur konstruk implicit
lebih besar daripada level of self-esteem.
significance yang digunakan (alpha
level = .05). Dengan demikian dapat Diskusi
diartikan bahwa tidak ada pasangan Ada beberapa poin menarik
urutan pengadministrasian alat ukur yang dapat menjadi bahan diskusi
yang menghasilkan perbedaan skor dalam penelitian ini. Poin pertama
yang signifikan. Dengan kata lain, mengenai prosedur pengujian reliabi-
ketiga alat ukur ini dapat diletakkan litas alat ukur. Menurut Anastasi dan
pada urutan mana saja apabila akan Urbina (1997), reliabilitas mengacu
diadministrasikan pada suatu tes pada konsistensi skor yang diperoleh
klasikal. melalui individu yang sama,
Dari hasil pengujian indepen- menggunakan alat ukur yang sama
dent sample t-test, ternyata tidak atau ekuivalen, dengan situasi
terdapat perbedaan yang signifikan pengetesan yang relatif sama. Pada
antara partisipan laki-laki dengan penelitian ini, prosedur yang
partisipan perempuan apabila ditinjau diterapkan untuk pengetesan pertama
melalui alat ukur IISeT (t(88) = .261; p dan pengetesan kedua tidak begitu
> .05). Sebaliknya, ada perbedaan sama situasinya. Secara lebih spesifik,
yang signifikan antara skor-skor pada pengetesan pertama para
partisipan laki-laki dengan partisipan partisipan diminta untuk mengisi
perempuan apabila ditinjau dengan ketiga alat ukur di laboratorium
menggunakan alat ukur PISeT (t(88) = komputer fakultas psikologi. Kondisi
2.764; p < .01). Berdasarkan hasil ini secara tidak langsung membuat
penelitian tersebut, dapat dikatakan situasi pengetesan lebih terkendali,
bahwa alat ukur PISeT dapat lebih karena dilakukan dalam ruang kelas
peka dalam membedakan implicit tertutup sehingga kebisingan dapat
self-esteem yang dimiliki oleh lebih diminimalisir. Pada pengujian
partisipan perempuan dengan parti- kedua, prosedur pengambilan data
sipan laki-laki. dilakukan dengan menggunakan
laptop, sehingga pengambilan data
Diskusi dan dapat berjalan lebih fleksibel. Artinya,
partisipan bebas untuk mengisi alat
Simpulan Simpulan ukur kapan saja dan di mana saja agar
Kesimpulan yang didapatkan lebih memudahkan bagi partisipan.
dari hasil penelitian ini adalah: alat Dengan demikian, terjadi perbedaan
ukur IISeT valid dalam mengukur situasi antara pengetesan pertama dan
konstruk implicit self-esteem dengan pengetesan kedua. Hal yang menarik
menggunakan metode convergent and adalah, hasil pengujian reliabilitas alat
discriminant validation. Selain itu, ukur Rosenberg Self-Esteem Scale,

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 313
Indonesia Implicit Self-Esteem Test, yang sama dan signifikan (r(88) = .229;
dan Personalized Implicit Self-Esteem p < .05). Berdasarkan hasil korelasi
Test, ketiganya memberikan bukti tersebut, dapat dikatakan bahwa
bahwa alat ukur tersebut konsisten metode validasi dari alat ukur implisit
dalam mengukur konstruk implicit untuk ke depannya lebih baik
dan explicit self-esteem antara waktu dikorelasikan dengan alat ukur yang
pengetesan yang berbeda. Dengan juga berbentuk implisit. Hal ini
demikian, dapat dikatakan bahwa baik sejalan dengan gagasan yang
konstruk implicit self-esteem dan diutarakan oleh Campbell dan Fiske
explicit self-esteem keduanya meru- (1959) tentang pendekatan dualisme
pakan trait yang cenderung menetap dalam mengukur validitas dengan
dalam diri manusia. menggunakan metode convergent-
Berdasarkan hasil uji validitas discriminant. Metode yang mereka
convergent-discriminant yang telah perkenalkan bernama Multitrait-
dilakukan, dapat dilihat bahwa antara Multimethod Matrix (dalam Anastasi
alat ukur implicit self-esteem dan & Urbina, 1997).
explicit self-esteem berkorelasi negatif Multitrait-Multimethod Matrix
dan tidak signifikan. Hal ini hampir merupakan metode pembuktian
senada dengan penelitian Greenwald validitas dengan menggunakan bebe-
dan Farnham (2000) yang meng- rapa metode pengukuran untuk
korelasikan antara IAT self-esteem mengukur suatu konstruk yang sama
dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. (multi-method), serta menggunakan
Pada penelitian ini, kedua alat ukur beberapa konstruk yang berbeda yang
berkorelasi tetapi tidak signifikan diukur dengan menggunakan metode
(r(143) = .105; p > .05). Hasil ini cukup pengukuran yang sama (multitrait).
berbeda dengan penelitian Hartono Asumsi dasarnya adalah, koefisien
(2012) yang menyatakan bahwa IAT validitas harus lebih tinggi dari
self-esteem berkorelasi positif dan koefisien-koefisien korelasi antara
signifikan dengan Rosenberg Self- konstruk yang berbeda yang diukur
Esteem Scale (r(92) = .221; p < .05). dengan metode yang berbeda pula.
Hasil dari ketiga penelitian ini cukup Koefisien validitas juga harus lebih
divergen, sehingga peneliti membu- tinggi dari korelasi antara konstruk
tuhkan adanya penelitian lanjutan yang berbeda yang didapatkan dengan
yang menginvestigasi hubungan metode yang sama. Contohnya saja,
antara pengu-kuran implisit dengan untuk menerapkan prosedur multi-
pengukuran eksplisit dalam mengukur trait-multimethod matrix pada pene-
konstruk yang sama. litian mengenai konstruk implicit self-
Peneliti kemudian mengacu esteem ini, dapat dilakukan pengo-
pada hasil korelasi yang didapatkan relasian IAT self-esteem dengan
antara alat ukur IISeT dengan PISeT. pengukuran self-concept dan need for
Keduanya berkorelasi dengan arah achievement yang ditinjau dari
314 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
metode pengukuran yang berbeda- mana saja terlebih dahulu tanpa
beda. Dapat juga dilakukan peng- mempedulikan efek priming terhadap
korelasian dengan pengukuran lain skor-skor tes.
yang sama-sama mengukur self- Pada penelitian ini, peneliti juga
esteem namun dengan metode menghitung perbedaan skor-skor self-
berbeda (misalnya dengan menggu- esteem, baik dari pengukuran eksplisit
nakan tes proyektif dan name-letter maupun implisit, antara partisipan
task). Hal ini membawa diskusi ke laki-laki dengan partisipan perem-
pengenalan tentang bentuk pengu- puan. Hasil perhitungan menyatakan
kuran implisit lain yang ada dalam bahwa tidak ditemukan adanya
ranah psikologi sosial. perbedaan yang signifikan antara
Zeigler-Hill dan Jordan (2010) partisipan laki-laki dan partisipan
menyebutkan beberapa alat pengu- perempuan pada alat ukur IISeT (t(88)
kuran self-esteem yang bersifat non- = .795; p > .05). Demikian juga
reaktif yang telah dikembangkan halnya pada pengukuran dengan
beberapa tahun terakhir. Di antaranya menggunakan Rosenberg Self-Esteem
adalah: name-letter task (Kitayama & Scale (t(88) = .474; p > .05). Hal ini
Mayumi, 1997), Implicit Self- sejalan dengan penelitian yang
Evaluation Survey, Go/No-Go Asso- dilakukan Greenwald dan Farnham
ciation Task, signature effect, Single- (2000), yang menghasilkan penemuan
Category IAT, dan masih banyak lagi. serupa bahwa IAT self-esteem dan
Namun demikian, walaupun Zeigler- Rosenberg Self-Esteem Scale tidak
Hill dan Jordan (2010) menyediakan menunjukkan perbedaan yang
berbagai ragam pilihan untuk signifikan antara partisipan laki-laki
mengukur implicit self-esteem, sejauh dan perempuan. Sebaliknya, hasil
ini belum dicapai kesepakatan yang perhitungan menyatakan bahwa ter-
jelas mengenai metode manakah yang dapat perbedaan yang signifikan
paling baik dalam menangkap antara partisipan laki-laki dengan
gambaran konstruk implicit self- partisipan perempuan pada alat ukur
esteem. PISeT (t(88) = 2.764; p < .05).
Melalui penelitian ini juga, Pada prosedur pengerjaan IAT,
diketahui bahwa urutan peng- partisipan diharuskan dapat mem-
administrasian alat ukur tidak ber- bedakan arah kiri dan kanan pada
pengaruh dalam skor-skor Self-Esteem layar monitor agar dapat meng-
yang diukur, baik yang berbentuk kategorikan stimulus-stimulus yang
implisit maupun yang eksplisit. muncul di tengah layar secepat
Dengan demikian, pada situasi mungkin. Menurut Kalat (2009),
pengadministrasian alat ukur implicit kemampuan spasial laki-laki secara
dan explicit self-esteem di penelitian umum dua kali lebih besar daripada
selanjutnya, administrator tes dapat kemampuan spasial pada perempuan.
bebas mengadministrasikan alat ukur Berdasarkan pernyataan tersebut,

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 315
peneliti dapat mengasumsikan bahwa masuk untuk di-coding, untuk
skor-skor partisipan laki-laki pada selanjutnya dipakai dalam konstruksi
pengerjaan IAT ini akan lebih tinggi tes PISeT ini. Sekali lagi peneliti
daripada partisipan perempuan karena memerlukan informasi lebih jauh
menguasai pembedaan kiri dan kanan mengenai efek latar belakang
dengan lebih baik. Namun berda- akademik partisipan, khususnya ber-
sarkan hasil pengolahan data, dari kaitan dengan fakultas asal partisipan
kedua IAT yang diadminis-trasikan, (eksakta atau non-eksakta).
rata-rata skor kelompok partisipan Hal berikutnya adalah mengenai
perempuan lebih tinggi dari rata-rata kontrol dari stimulus dalam kategori
skor partisipan laki-laki. Bahkan pada “Orang Lain”. Dalam penelitian ini
alat ukur PISeT, Mean D-IAT belum ada kontrol yang ketat dengan
partisipan perempuan lebih tinggi konten stimulus yang terdapat dalam
secara signifikan dibanding kelompok kategori “Orang Lain”. Penelitian
partisipan laki-laki. Berdasarkan hasil Karpinski (2004) menunjukkan ada-
penelitian ini, dapat dikatakan bahwa nya perbedaan skor yang signifikan
kemampuan spasial tidak berperan ketika stimulus yang dipasangkan
sebagai extraneous variable dalam dalam kategori “Orang Lain” berasal
pengerjaan alat ukur PISeT dan IISeT. dari figur yang tidak spesifik, dengan
Poin diskusi berikutnya adalah stimulus yang berasal dari figur yang
tentang proporsi partisipan yang spesifik (dating partner atau teman
berasal dari fakultas eksakta dengan dekat dari partisipan penelitian).
partisipan yang berasal dari fakultas Lebih jauh lagi, Karpinski menya-
non-eksakta pada tahap elisitasi takan bahwa esteem IAT tidak dapat
stimulus di penelitian Mirayana, dikatakan hanya mengukur “self-
Wicaksana & Suwartono (2012). Dari esteem” dari partisipan semata, tetapi
114 partisipan yang mengikuti tahap juga secara tidak langsung mengukur
elisitasi stimulus pada penelitiannya, “other-esteem” dari partisi-pan.
sebanyak 82.5% partisipan berasal Penelitian berikutnya dapat mem-
dari fakultas non-eksakta seperti perhatikan adanya peran dari “Orang
ekonomi dan psikologi. Sisanya Lain” dalam pengukuran konstruk
sebanyak 17.5% partisipan berasal implicit self-esteem dengan meng-
dari berbagai fakultas yang tergolong gunakan prosedur IAT.
eksakta, yaitu bioteknologi, kedokte- Berkaitan dengan pentingnya
ran, teknik, arsitektur, dan sebagai- pengukuran implicit self-esteem yang
nya. Fakultas tempat para partisipan bersifat total terhadap diri sendiri
menimba ilmu mungkin saja dapat (tidak terkontaminasi dengan pengu-
mempengaruhi bagaimana partisipan kuran “other esteem” [Karpinski,
menggambarkan dirinya sendiri. Hal 2004]), ada prosedur Implicit
ini kemudian bisa saja mempengaruhi Association Test lainnya yang
stimulus-stimulus apa saja yang memungkinkan pengukuran terhadap
316 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
hanya satu konsep target. Prosedur ini busi skor dari pengukuran implisit.
dikenal dengan nama single target Dari data yang peneliti dapatkan,
IAT, yang tidak memerlukan dua buah hampir sebagian besar partisipan
konsep yang saling bertolak belakang, memiliki skor D-IAT yang bernilai
seperti “Diri sendiri” versus “Orang positif. Artinya, hampir sebagian
lain”. besar partisipan memiliki kecen-
Selanjutnya, peneliti mengacu derungan untuk menjadi diri sendiri
pada definisi self-esteem dari dibandingkan menjadi orang lain.
Greenwald dan Banaji (1995) bahwa Peneliti masih ingin mencari tahu
implicit self-esteem adalah efek dari lebih lanjut apakah hasil ini di-
sikap terhadap diri sendiri yang secara karenakan sampel yang diuji berasal
introspektif tidak teridentifikasi (atau dari fakultas psikologi (yang memiliki
teridentifikasi secara tidak akurat) stereotype memiliki self-esteem yang
dalam mengevaluasi objek-objek yang tinggi), ataukah hal ini dikarenakan
berkaitan dengan diri sendiri dan faktor social desirability seperti yang
objek-objek yang tidak berkaitan diungkapkan oleh Crowne dan
dengan diri sendiri. Kalimat definisi Marlowe (1960). Penelitian berikut-
ini mengandung makna evaluasi nya yang akan membahas mengenai
seseorang terhadap dirinya sendiri, korelasi implicit dan explicit self-
sedangkan prosedur IAT yang esteem diharapkan dapat menyertakan
digunakan dalam penelitian ini alat ukur yang dapat mengukur social
tergolong IAT afektif. Hal ini desirability, impression management,
dikarenakan stimulus-stimulus yang atau self-deception. Hal ini untuk
menjadi konsep atribut berasal dari mengetahui kerentanan individu yang
kata-kata menyenangkan dan tidak menjadi partisipan untuk terjebak
menyenangkan, yang lebih berkaitan dalam response bias.
dengan perasaan suka seseorang
terhadap dirinya sendiri. Greenwald Saran Metodologis
dan Farnham (2000) memperkenalkan Berikut merupakan beberapa hal
adanya IAT evaluatif yang dibuat yang dapat dijadikan bahan pertim-
dengan menggunakan konsep atribut bangan untuk perbaikan di penelitian
berupa kata-kata sifat/ trait seperti berikutnya, baik di bidang pengujian
“cerdas”, “baik hati”, “jujur”, “jelek”, atribut psikometri, maupun berkaitan
dan sebagainya. Peneliti ingin dengan implicit dan explicit self-
menginvestigasi apakah terdapat esteem itu sendiri. Pertama, untuk
perbedaan skor yang signifikan ketika peneliti berikutnya ada baiknya
atribut yang digunakan adalah kata- mengkaji ulang hasil korelasi antara
kata evaluatif. penelitian Hartono (2012) dengan
Poin terakhir adalah mengenai hasil penelitian ini. Pada penelitian
sampel penelitian yang kemudian Hartono (2012), hasil korelasi antara
berpengaruh terhadap sebaran distri- implicit self-esteem dengan explicit

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 317
self-esteem berkorelasi positif dan mempertimbangkan latar belakang
signifikan pada alpha level .05. Di akademik para partisipan. Hal ini
lain pihak, penelitian ini memberikan salah satunya dapat dicapai dengan
hasil bahwa korelasi antara implicit menyeimbangkan partisipan yang
self-esteem dengan explicit self- berasal dari latar belakang eksakta
esteem tidak ada yang signifikan. dengan yang berasal dari latar
Penelitian berikutnya akan sangat belakang non-eksakta.
dibutuhkan untuk mengetahui se- Sejalan dengan penelitian
sungguhnya bagaimana hubungan Karpinski (2004), penelitian berikut-
antara explicit self-esteem dan implicit nya juga dapat lebih mengendalikan
self-esteem dalam diri individu. Hal stimulus yang muncul pada kategori
ini salah satunya dapat dicapai dengan “Orang Lain”, sehingga mental
mencoba menggunakan pendekatan imagery yang muncul di kepala
multitrait-multimethod matrix seperti partisipan pada saat mengerjakan IAT
yang diperkenalkan oleh Campbell self-esteem dapat lebih terkontrol. Hal
dan Fiske (dalam Anastasi & Urbina, ini dapat dicapai dengan meminta
1997). partisipan mengisi suatu demographic
Poin kedua adalah mengenai survey mengenai orang lain (seperti
pengujian reliabilitas. Berdasarkan misalnya dating partner atau teman
penjelasan pada bagian diskusi di baik) untuk kemudian dimasukkan
atas, penelitian berikutnya diharapkan dalam script IAT, atau dengan
dapat lebih mengendalikan situasi menggunakan bentuk lain dari
pengetesan antara pengambilan data standard IAT, yaitu single target IAT.
pertama (test) dan pengambilan data Poin saran kelima berkatian
kedua (retest). Hal ini dapat dicapai dengan aspek evaluatif dan afektif
antara lain dengan menyamakan yang ingin dicapai melalui peng-
setting tempat pengetesan pada ukuran IAT self-esteem. Pada
keduanya, sehingga peneliti dapat penelitian ini, yang digunakan oleh
lebih yakin bahwa error yang terjadi peneliti untuk konsep atribut adalah
hanya berasal dari time sampling konsep “Menyenangkan” dan “Tidak
error, yaitu dari jeda waktu antara Menyenangkan” yang lebih menekan-
kedua pengetesan. kan pada segi afektif. Penelitian
Poin ketiga membahas me- berikutnya dapat mencoba mengguna-
ngenai proporsi partisipan yang kan IAT evaluatif agar mendapat
mengikuti elisitasi stimulus pada gambaran bagaimana individu meng-
penelitian Mirayana, Wicaksana & evaluasi dirinya sendiri secara bawah
Suwartono (2012). Bagi peneliti be- sadar, ditinjau melalui aspek karakter
rikutnya yang hendak mengem- dirinya sendiri.
bangkan alat ukur implicit self-esteem Berkaitan dengan administrasi
baru dengan menggunakan metode alat ukur implisit dan eksplisit. Untuk
elisitasi stimulus, peneliti dapat administrasi alat ukur implisit, peneliti
318 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
menyarankan agar pada penelitian PISeT lebih tinggi secara signifikan
berikutnya, baik penelitian uji dibanding dengan alat ukur IISeT.
psikometri maupun penelitian yang Berdasarkan penelitian ini,
meninjau konstruk implisit lainnya, untuk penelitian pengembangan alat
menyediakan sesi trial terlebih dahulu ukur psikologi berikutnya, apabila ada
kepada partisipan menggunakan IAT peneliti yang hendak mengembang-
yang tidak mengukur sikap tertentu kan alat ukur self-esteem, ada baiknya
(misalnya bunga versus serangga mempertimbangkan dua dimensi dari
dengan konsep atribut positif dan self-esteem itu sendiri, yaitu implicit
negatif). Hal ini bertujuan untuk self-esteem dan explicit self-esteem.
membiasakan parti-sipan dengan pola Artinya, ada aspek-aspek dalam
pengerjaan IAT, sebelum masuk ke penilaian seseorang mengenai dirinya
pengetesan yang sebenarnya. Di sendiri yang sebetulnya berada di luar
samping itu, sesi latihan juga dapat proses kognitif dan kesadarannya,
bermanfaat untuk menurunkan test sehingga aspek-aspek yang tidak
sophistication yang dialami oleh disadari ini (atau disadari namun tidak
partisipan yang baru pertama kali akurat dalam proses introspeksinya)
mengerjakan IAT. Selain itu, dapat ikut berkontribusi dalam pengu-
mengingat kerentanan alat ukur kuran mengenai self-esteem sese-
berbentuk self-report terhadap social orang.
desirability bias, pengadministrasian Terakhir, pada para pengguna
alat ukur dapat dikombinasikan yang tertarik untuk mengetahui
dengan skala yang mengukur implicit self-esteem dengan menggu-
response bias untuk mengetahui nakan alat ukur IISeT ataupun PISeT,
sejauh mana individu yang ber- urutan pengadministrasian tidak perlu
partisipasi rentan untuk terjebak dihiraukan karena hal ini tidak
dalam social desirability bias. Hal ini memunculkan perbedaan skor yang
dapat dicapai salah satunya dengan signifikan. Jadi, test administrator
menggunakan alat ukur Marlowe- dapat bebas hendak mengadmini-
Crowne Social Desirabillity Scale strasikan tes manapun terlebih dahulu.
(1960).
Daftar Pustaka
Saran Praktis
Bagi kalangan praktisi di bidang Anastasi, A. & Urbina, S. (1997).
psikologi yang hendak menggunakan Psychological Testing (7th ed.).
alat ukur implisit, peneliti menyaran- New Jersey: Prentice Hall.
kan untuk menggunakan alat ukur Cronbach, L. J. (1960). Essential of
Personalized Implicit Self-Esteem Psychological Testing (2nd ed.).
Test. Hal ini dibuktikan dari hasil uji New York: Harper & Row
paired sample t-test di mana hasil Publishers.
pengukuran dengan menggunakan

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 319
Crowne, D. P., & Marlowe, D. Greenwald, A. G., & Nosek, B. A.
(1960). A new scale of social (2001). Health of the Implicit
desirability independent of Association Test at age 3.
psychopathology. Journal of Zeitschrift für Experimentelle
consulting psychology, 24, 349- Psychologie, 48, 85 – 93.
354. Gregory, R. J. (1996). Psychological
Dijksterhuis, A. (2004). I like myself Testing: history, principles, and
but I don‟t know why: Enhan- applications (2nd ed.). Boston:
cing implicit self-esteem by Allyn & Bacon.
subliminal evaluative condi- Griffith, R. L. (2006). A Closer
tioning. Journal of Personality Examination of Applicant
and Social Psychology, 86, 345 Faking Behavior. New York:
– 355. Information Age Publishing.
Feist, J. & Feist, G. J. (2006). Hanani, G.T,, & Suwartono, C.
Theories of Personality (6th ed.). (2011). Kesadaran Memilih
New York: McGraw-Hill. Tipe Makanan: Studi Peng-
Gawronski, B. & Payne, B. K. (2010). ukuran Sikap Eksplisit dan
Handbook of Implicit Social Implisit. Jurnal Ilmiah Psiko-
Cognition: Measurement, Theo- logi, 5(1), 15-27.
ry, and Applications. New Hartono, A, & Suwartono, C. (2012).
York: The Guillford Press. Pengukuran Self Esteem dengan
Gebauer, J. E., Riketta, M., Broemer, Metode Self Report dan Implicit
P., & Maio, G. R. (2008). “How Association Test. Jurnal
mich do you like your name?” Pengukuran Psikologi dan
An implicit measure of global Pendi-dikan Indonesia, 2(2), 98-
self-esteem. Journal of 110.
Experimental Social Psycho- Inquisit 2.0.60616 [Computer
logy, 44, 1346 – 1354. software]. (2006). Seattle, WA:
Greenwald, A. G., & Banaji, M. R. Millisecond Software.
(1995). Implicit social cogni- Jacoby, L. L., & Dallas, M. (1981).
tion: Attitudes, self-esteem, and On the relationship between
stereotypes. Psychological Re- autobiographical memory and
view, 102, 4 – 27. perceptual learning. Journal of
Greenwald, A. G., & Farnham, S. D. Experimental Psychology: Ge-
(2000). Using the Implicit neral, 110, 306 – 340.
Association Test to Measure Kalat, J. W. (2009). Biological
Self-Esteem and Self-Concept. Psychology (10th ed.).
Journal of Personality and Wadsworth: Cengage Learning.
Social Psychology, 79, 1022 – Karpinski, A. (2004). Measuring
1038. implicit self-esteem using the
IAT: the role of the Other.
320 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Personality and Social Psycho- www.yorku.ca/rokada/psyctest/r
logy Bulletin, 30 (1), 22 – 34. osenbrg.pdf.
Kitayama, S. & Mayumi, R. (1997). Santrock, J. W. (2008). Life-span
Implicit self-esteem in Japan: Development (11th ed.). New
Name-letters and birthday num- York: McGraw-Hill Compa-
bers. Personality and Social nies.
Psychology Bulletin, 23 (7), 736 Schreiber, F., Bohn, C., Aderka, I. M.,
– 742. Stangier, U., & Steil, R. (2012).
Mirayana, Y., Wicaksana, D., & Discrepancies between implicit
Suwartono, C. (2012). Pengem- and explicit self-esteem among
bangan pengukuran implisit: adolescents with social anxiety
Personalized Implicit Self-Esteem disorder. Journal of Behavior
Test (PISeT) dengan metode Therapy and Experi-mental
Implicit Association Task. Artikel Psychiatry, 43, 1074 – 1081.
belum diterbitkan. Smith, C. T., & Nosek, B. A. (2012).
Millisecond Software. (2011). “Implicit Association Test”.
“Inquisit Tutorial”. Diakses Diakses pada 19 Januari 2012
pada 7 September 2011 dari dari
www.millisecond.com. http://projectimplicit.net/nosek/.
Nosek, B. A., Greenwald, A. G. & Tafarodi, R. W. & Swann, W. B. Jr.
Banaji, M. R. (2005). Under- (2001). Two dimensional self-
standing and Using the Implicit esteem theory and measu-
Association Test: II. Method rement. Journal of personality
Variables and Construct and individual differences, 31,
Validity. Personality and So- 653 – 678.
cial Psychology Bulletin, 31, Teige-Mocigemba, S., Klauer, K. C.,
166 – 180. & Sherman, J. W. (2010). “A
Raevuori, A., Dick, D. M., Keski- Practical Guide to Implicit
Rahkonen, A., Pulkkinen, L., Association Test and Related
Rose, R. J., Rissanen, A., Tasks”. Dalam Handbook of
Kaprio, J., Viken, R. J., & Implicit Social Cognition,
Silventoinen, K. (2007). Ge- diedit oleh Bertram Gaw-
netic and environmental factors ronski dan B. Keith Payne.
affecting self-esteem from age NY: Guilford Press.
14 to 17: a longitudinal study of Trull, T. J. (2005). Clinical Psycho-
Finnish twins. Psychological logy (7th ed.). Singapore:
Medicine, 37 (11), 1625 – 1633. Thomson Learning.
Rosenberg, M. (1965). Rosenberg Zeigler-Hill, V. & Jordan, C. H. “Two Faces of self-
Esteem: Implicit and Explicit Forms of Self-
Self-Esteem Scale. Diakses pada Esteem”. (2010). Dalam Handbook of Implicit
23 Maret 2012 dari http:// Social Cognition, diedit oleh Bertram
Gawronski dan B. Keith Payne. NY: Guilford
Press.

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 321
322 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai