Pasal Peraturan Presiden Nomor 16/2018 Peraturan Presiden Nomor 12/2021 Keterangan
Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang Tetap
dimaksud dengan:
1. Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang selanjutnya
disebut Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Peran
gkat Daerah yang dibiayai
oleh APBN/APBD yang
prosesnya sejak identifikasi
kebutuhan, sampai dengan
serah terima hasil pekerjaan.
2. Kementerian Negara Tetap
yang selanjutnya
disebut Kementerian
adalah perangkat
pemerintah yang
membidangi urusan
tertentu dalam
pemerintahan.
3. Lembaga adalah organisasi Tetap
non-Kementerian Negara
dan instansi lain pengguna
anggaran yang dibentuk
untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan
Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 atau peraturan
perundang-undangan
lainnya.
4. Perangkat Daerah adalah Tetap
unsur pembantu Kepala
Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan
Daerah.
5. Pemerintah Daerah adalah Tetap
kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
6. Lembaga Kebijakan Teop
Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang
selanjutnya disingkat LKPP
adalah lembaga
Pemerintah yang bertugas
mengembangkan dan
merumuskan kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
7. Pengguna Tetap
Anggaran yang
selanjutnya
disingkat PA adalah
pejabat pemegang
kewenangan
penggunaan
anggaran
Kementerian
Negara/Lembaga/
Perangkat Daerah.
8. Kuasa Pengguna Anggaran Tetap
pada Pelaksanaan APBN
yang selanjutnya disingkat
KPA adalah pejabat yang
memperoleh kuasa dari PA
untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung
jawab penggunaan anggaran
pada Kementerian
Negara/Lembaga yang
bersangkutan.
12. Kelompok Kerja Pemilihan yang 12. Kelompok Kerja Pemilihan yang 2. Mengubah kata
selanjutnya disebut Pokja selanjutnya disebut Pokja pimpinan
Pemilihan adalah sumber daya Pemilihan adalah sumber daya menjadi kepala.
manusia yang ditetapkan oleh manusia yang ditetapkan oleh
pimpinan UKPBJ untuk kepala UKPBJ untuk mengelola
mengelola pemilihan Penyedia. pemilihan Penyedia.
18. Pengelola Pengadaan 18. Sumber Daya Manusia 4. SDM PBJ terdiri
Barang/Jasa adalah Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dari: ASN dan
Fungsional yang diberi tugas, Pemerintah adalah Aparatur Sipil Non ASN PBJ
tanggung jawab, wewenang, dan Negara dan Non-Aparatur Sipil serta duraikan
hak secara penuh oleh pejabat Negara yang bekerja di bidang menjadi 2 jenis
yang berwenang untuk Pengadaan Barang/Jasa yaitu
melaksanakan Pengadaan Pemerintah.
a. Jabfung;
Barang/Jasa.
b. Personnel.
Tidak ada 18a. Pejabat Fungsional Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa yang
selanjutnya disebut Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa adalah
Aparatur Sipil Negara yang diberi
tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara
penuh oleh Pejabat yang
Berwenang untuk melaksanakan
kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa.
Tidak ada 18b. Personel selain Pejabat
Fungsional Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa yang selanjutnya
disebut Personel Lainnya adalah
Aparatur Sipil Negara, prajurit
Tentara Nasional Indonesia, dan
anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang diberi
tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara
penuh oleh Pejabat yang
Berwenang untuk melaksanakan
kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa.
19. Rencana Umum Pengadaan Tetap
Barang/Jasa yang selanjutnya
disingkat RUP adalah daftar
rencana Pengadaan Barang/Jasa
yang akan dilaksanakan oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat
Daerah.
27. Pelaku Usaha adalah setiap orang 27. Pelaku Usaha adalah badan usaha 5. Tidak dibatasi
perorangan atau badan usaha, atau perseorangan yang hanya
baik yang berbentuk badan hukum melakukan usaha dan/atau perusahaan
maupun bukan badan hukum kegiatan pada bidang tertentu. yang didirikan
yang didirikan dan berkedudukan dan
atau melakukan kegiatan dalam berkedudukan
wilayah hukum negara Republik atau
Indonesia, baik sendiri maupun berkegiatan di
bersama-sama melalui perjanjian Indonesia.
menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.
28. Penyedia Barang/Jasa Tetap
Pemerintah yang selanjutnya
disebut Penyedia adalah Pelaku
Usaha yang menyediakan
barang/jasa berdasarkan kontrak.
32. Jasa Lainnya adalah jasa non- Jasa Lainnya adalah jasa nonkonsultansi 7. Penegasan
konsultansi atau jasa yang atau jasa yang membutuhkan peralatan, bahwa jasa
membutuhkan peralatan, metodologi khusus, dan/atau keterampilan lainnya
metodologi khusus, dan/ atau dalam suatu sistem tata kelola yang telah merupakan
keterampilan dalam suatu sistem dikenal luas di dunia usaha untuk jasa selain
tata kelola yang telah dikenal luas menyelesaikan suatu pekerjaan. konsultasi.
di dunia usaha untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
35. Pembelian secara Elektronik yang 35. Pembelian secara Elektronik yang 9. E-purchasing
selanjutnya disebut E-purchasing selanjutnya disebut E-purchasing tidak hanya
adalah tata cara pembelian adalah tata cara pembelian untuk e-katalog
barang/jasa melalui sistem katalog barang/jasa melalui sistem katalog tetapi juga
elektronik. elektronik atau toko daring. untuk
pembelian
melalui toko
daring. LKPP
akan membuat
business
process baru
untuk e-katalog
yang akan
dituangkan ke
dalam
Peraturan
LKPP.
36. Tender adalah metode pemilihan Tetap
untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya.
37. Seleksi adalah metode pemilihan Tetap
untuk mendapatkan Penyedia
Jasa Konsultansi
38. Tender/Seleksi Internasional Tetap
adalah pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dengan peserta
pemilihan dapat berasal dari
pelaku usaha nasional dan pelaku
usaha asing.
39. Penunjukan Langsung adalah Tetap
metode pemilihan untuk
mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Konsultansi/Jasa Lainnya dalam
keadaan tertentu.
40. Pengadaan Langsung Tetap
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya adalah metode pemilihan
untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bernilai paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
Tetap
41. Pengadaan Langsung Jasa
Konsultansi adalah metode
pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Jasa Konsultansi yang
bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
Tetap
42. E-reverse Auction adalah metode
penawaran harga secara
berulang.
Tetap
43. Dokumen Pemilihan adalah
dokumen yang ditetapkan oleh
Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan/Agen Pengadaan
yang memuat informasi dan
ketentuan yang harus ditaati oleh
para pihak dalam pemilihan
Penyedia.
Tetap
44. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
yang selanjutnya disebut Kontrak
adalah perjanjian tertulis antara
PA/ KPA/PPK dengan Penyedia
Barang/Jasa atau pelaksana
Swakelola.
45. Usaha Mikro adalah usaha Tetap
produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
46. Usaha Kecil adalah usaha Tetap
ekonomi produktif yang berdiri
sendiri dan dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai
atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang- Undang
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
47. Usaha Menengah adalah usaha Dihapus 10. Diganti dengan
ekonomi produktif yang berdiri mengutamakan
sendiri, yang dilakukan oleh orang Usaha Mikro,
perorangan atau badan usaha Usaha Kecil,
yang bukan merupakan anak dan Koperasi.
perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
Tetap
48. Surat Jaminan yang selanjutnya
disebut Jaminan adalah jaminan
tertulis yang dikeluarkan oleh
Bank Umum/ Perusahaan
Penjaminan/ Perusahaan
Asuransi/ lembaga keuangan
khusus yang menjalankan usaha
di bidang pembiayaan,
penjaminan, dan asuransi untuk
mendorong ekspor Indonesia
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di
bidang lembaga pembiayaan
ekspor Indonesia.
Tetap
49 Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi
yang diberikan kepada peserta
pemilihan/Penyedia berupa
larangan mengikuti Pengadaan
Barang/Jasa di seluruh
Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah dalam jangka waktu
tertentu.
Tetap
50. Pengadaan Berkelanjutan adalah
Pengadaan Barang/Jasa yang
bertujuan untuk mencapai nilai
manfaat yang menguntungkan
secara ekonomis tidak hanya
untuk Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah sebagai
penggunanya tetapi juga untuk
masyarakat, serta signifikan
mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan dalam
keseluruhan siklus
penggunaannya.
Tetap
53. Kepala Lembaga adalah Kepala
LKPP.
Tidak ada 54. Toko Dalam Jaringan yang selanjutnya 11. Penambahan
disebut Toko Daring adalah sistem ayat (54) yaitu
informasi yang memfasilitasi tentang Toko
Pengadaan Barang/Jasa melalui Dalam Jaringan
penyelenggara perdagangan melalui (Daring)
sistem elektronik dan ritel daring. beserta
definisinya.
Pasal 2 Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Tetap
Presiden ini meliputi:
a. Pengadaan Barang/Jasa di
lingkungan Kementerian/
Lembaga/ Perangkat Daerah
yang menggunakan anggaran
belanja dari APBN/APBD;
b. Pengadaan Barang/Jasa yang
menggunakan anggaran belanja
dari APBN/APBD sebagaimana
dimaksud pada huruf a, termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang
sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari pinjaman dalam
negeri dan/atau hibah dalam
negeri yang diterima oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah; dan/atau
c. Pengadaan Barang/Jasa yang
menggunakan anggaran belanja
dari APBN/APBD sebagaimana
dimaksud pada huruf a termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang
sebagian atau seluruhnya
dibiayai dari pinjaman luar negeri
atau hibah luar negeri.
Pasal 3 (1) Pengadaan Barang/Jasa dalam Tetap
Peraturan Presiden ini meliputi:
a. Barang;
b. Pekerjaan Konstruksi;
c. Jasa Konsultansi; dan
d. Jasa Lainnya.
(2) Pengadaan Barang/Jasa Tetap
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan secara
terintegrasi.
(3) Pengadaan Barang/Jasa Tetap
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan dengan
cara:
a. Swakelola; dan/atau
b. Penyedia.
Pasal 4 Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk: Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk:
a. menghasilkan barang/jasa yang tepat
a. menghasilkan barang/jasa yang dari setiap uang yang dibelanjakan, 1. Value for
tepat dari setiap uang yang diukur dari aspek kualitas, kuantitas, money juga
dibelanjakan, diukur dari aspek waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia; diukur dari
kualitas, jumlah, waktu, biaya, b. meningkatkan penggunaan produk aspek
lokasi, dan Penyedia; dalam negeri; kuantitas.
b. meningkatkan penggunaan c. meningkatkan peran serta Usaha
produk dalam negeri; Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi; 2. Usaha
c. meningkatkan peran serta Usaha d. meningkatkan peran pelaku usaha Menengah
Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha nasional; diganti menjadi
Menengah; e. mendukung pelaksanaan penelitian Koperasi.
d. meningkatkan peran pelaku dan pemanfaatan barang/jasa hasil
usaha nasional; penelitian;
e. mendukung pelaksanaan f. meningkatkan keikutsertaan industri
penelitian dan pemanfaatan kreatif;
barang/jasa hasil penelitian; g. mewujudkan pemerataan ekonomi
f. meningkatkan keikutsertaan dan memberikan perluasan 3. Perubahan
industri kreatif; kesempatan berusaha; dan redaksi yaitu
g. mendorong pemerataan ekonomi; mendorong
dan h. meningkatkan Pengadaan menjadi
h. mendorong Pengadaan Berkelanjutan. “mewujudkan”.
Berkelanjutan. 4. Perubahan
redaksi yaitu
mendorong
menjadi
“meningkatkan”
.
Tidak ada
(2a) Jaminan Sanggah Banding 2. Penambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat (2a) yaitu
huruf b hanya untuk pengadaan tentang
Pekerjaan Konstruksi. Jaminan
Sanggah
Banding hanya
untuk
pengadaan
Pekerjaan
(3) Jaminan sebagaimana dimaksud Tetap Konstruksi.
pada ayat (1) dapat berupa bank
garansi atau surety bond.
(4) Bentuk Jaminan sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (3) bersifat:
a. tidak bersyarat;
b. mudah dicairkan; dan
c. harus dicairkan oleh penerbit
jaminan paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja setelah surat
perintah pencairan dari Pokja
Pemilihan/PPK/Pihak yang
diberi kuasa oleh Pokja
Pemilihan/PPK diterima.
Tetap
(5) Pengadaan Jasa Konsultansi tidak
diperlukan Jaminan Penawaran,
Jaminan Sanggah Banding,
Jaminan Pelaksanaan, dan Jaminan
Tetap
Pemeliharaan.
(6) Jaminan dari Bank Umum,
Perusahaan Penjaminan,
Perusahaan Asuransi, lembaga
keuangan khusus yang
menjalankan usaha di bidang
pembiayaan, penjaminan, dan
asuransi untuk mendorong ekspor
Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di
bidang lembaga pembiayaan ekspor
Indonesia dapat digunakan untuk
semua jenis Jaminan.
Tetap
(7) Perusahaan Penjaminan,
Perusahaan Asuransi, dan lembaga
keuangan khusus yang
menjalankan usaha di bidang
pembiayaan, penjaminan, dan
asuransi untuk mendorong ekspor
Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di
bidang lembaga pembiayaan ekspor
Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) adalah Perusahaan
Penerbit Jaminan yang memiliki izin
usaha dan pencatatan produk
suretyship di Otoritas Jasa
Keuangan.
Pasal 31 (1) Jaminan Penawaran (1) Jaminan Penawaran sebagaimana 1. Istilah Nilai
sebagaimana dimaksud dalam dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) Total HPS
Pasal 30 ayat (2) diberlakukan diberlakukan untuk nilai HPS paling diubah menjadi
untuk nilai total HPS paling sedikit di atas Rp10.000.000.000,00 Nilai HPS.
sedikit di atas (sepuluh miliar rupiah).
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh (2) Jaminan Penawaran sebagaimana
miliar rupiah). dimaksud pada ayat (1) besarnya
(2) Jaminan Penawaran antara 1% (satu persen) hingga 3%
sebagaimana dimaksud pada (tiga persen) dari nilai HPS.
ayat (1) besarnya antara 1%
(satu persen) hingga 3% (tiga
persen) dari nilai total HPS.
(3) Pengadaan barang/jasa yang Tetap
dilakukan secara terintegrasi,
Jaminan Penawaran
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) besarnya antara 1%
(satu persen) hingga 3% (tiga
persen) dari nilai Pagu
Anggaran.
Pasal 32 (1) Jaminan Sanggah Banding (1) Jaminan Sanggah Banding 1. Perubahan ayat
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal (1) yaitu
Pasal 30 ayat (2) besarnya 1% 30 ayat (2a) besarnya 1% (satu tentang nilai
(satu persen) dari nilai total HPS. persen) dari nilai HPS. total HPS
(2) Untuk Pekerjaan Konstruksi (2) Untuk Pekerjaan Konstruksi menjadi nilai
terintegrasi, Jaminan Sanggah terintegrasi, Jaminan Sanggah HPS.
Banding sebagaimana dimaksud Banding sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 ayat (2) dalam Pasal 30 ayat (2a) besarnya
besarnya 1% (satu persen) dari 1% (satu persen) dari nilai Pagu
nilai Pagu Anggaran. Anggaran.
Pasal 33 (1) Jaminan Pelaksanaan Tetap
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) huruf c
diberlakukan untuk Kontrak
Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
nilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
(2) Jaminan Pelaksanaan Tetap
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak diperlukan, dalam
hal:
a. Pengadaan Jasa Lainnya
yang aset Penyedia sudah
dikuasai oleh Pengguna;
atau
b. Pengadaan Barang/Jasa
melalui E-purchasing.
(3) Besaran nilai Jaminan (3) Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah sebagai sebagai berikut:
berikut: a. untuk nilai penawaran terkoreksi
a. untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh
terkoreksi antara 80% persen) sampai dengan 100%
(delapan puluh persen) (seratus persen) dari nilai HPS,
sampai dengan 100% Jaminan Pelaksanaan sebesar
(seratus persen) dari nilai 5% (lima persen) dari nilai
HPS, Jaminan Pelaksanaan kontrak; atau
sebesar 5% (lima persen) b. untuk nilai penawaran terkoreksi 1. Perubahan ayat
dari nilai kontrak; atau di bawah 80% (delapan puluh (3) huruf b yaitu
b. untuk nilai penawaran persen) dari nilai HPS, Jaminan tentang nilai
terkoreksi di bawah 80% Pelaksanaan sebesar 5% (lima total HPS
(delapan puluh persen) dari persen) dari nilai HPS. menjadi nilai
nilai HPS, Jaminan HPS.
Pelaksanaan sebesar 5%
(lima persen) dari nilai total
HPS.
(4) Besaran nilai Jaminan
Pelaksanaan untuk pekerjaan Tetap
terintegrasi adalah sebagai
berikut:
a. untuk nilai penawaran
antara 80% (delapan
puluh persen) sampai
dengan 100% (seratus
persen) dari nilai Pagu
Anggaran, Jaminan
Pelaksanaan sebesar 5%
(lima persen) dari nilai
kontrak; atau
b. untuk nilai penawaran di
bawah 80% (delapan
puluh persen) dari nilai
Pagu Anggaran, Jaminan
Pelaksanaan sebesar 5%
(lima persen) dari nilai
Pagu Anggaran.
(5) Jaminan Pelaksanaan berlaku
sampai dengan serah terima Tetap
pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa Lainnya atau serah
terima pertama Pekerjaan
Konstruksi.
Pasal 34 (1) Jaminan Uang Muka Tetap
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) huruf d
diserahkan Penyedia kepada
PPK senilai uang muka.
(2) Nilai Jaminan Uang Muka
sebagaimana dimaksud pada Tetap
ayat (1) bertahap dapat dikurangi
secara proporsional sesuai
dengan sisa uang muka yang
diterima.
Pasal 35 (1) Jaminan Pemeliharaan Tetap
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) huruf e
diberlakukan untuk Pekerjaan
Konstruksi atau Jasa Lainnya
yang membutuhkan masa
pemeliharaan, dalam hal
Penyedia menerima uang retensi
pada serah terima pekerjaan
pertama (Provisional Hand Over).
(2) Jaminan Pemeliharaan
sebagaimana dimaksud pada Tetap
ayat (1) dikembalikan 14 (empat
belas) hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai.
(3) Besaran nilai Jaminan
Pemeliharaan sebesar 5% (lima Tetap
persen) dari nilai kontrak.
Pasal 36 (1) Sertifikat Garansi diberikan Tetap
terhadap kelaikan penggunaan
barang hingga jangka waktu
tertentu sesuai dengan ketentuan
dalam Kontrak.
(2) Sertifikat Garansi sebagaimana Tetap
dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh produsen atau
pihak yang ditunjuk secara sah
oleh produsen.
Pasal 37 (1) Penyesuaian harga dilakukan Tetap
dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. diberlakukan terhadap
Kontrak Tahun Jamak
dengan jenis Kontrak Harga
Satuan atau Kontrak
berdasarkan Waktu
Penugasan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan
yang telah tercantum dalam
Dokumen Pemilihan
dan/atau perubahan
Dokumen Pemilihan; dan
b. tata cara penghitungan
penyesuaian harga harus
dicantumkan dengan jelas
dalam Dokumen Pemilihan
dan/atau perubahan
Dokumen Pemilihan yang
merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Kontrak. Tetap
(2) Persyaratan dan tata cara
penghitungan penyesuaian harga
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. penyesuaian harga
diberlakukan pada Kontrak
Tahun Jamak yang masa
pelaksanaannya lebih dari 18
(delapan belas) bulan;
b. penyesuaian harga
sebagaimana dimaksud
pada huruf a diberlakukan
mulai bulan ke-13 (tiga
belas) sejak pelaksanaan
pekerjaan;
c. penyesuaian harga satuan
berlaku bagi seluruh
kegiatan/mata pembayaran,
kecuali komponen
keuntungan, biaya tidak
langsung (overhead cost),
dan harga satuan timpang
sebagaimana tercantum
dalam penawaran;
d. penyesuaian harga satuan
diberlakukan sesuai dengan
jadwal pelaksanaan yang
tercantum dalam Kontrak;
e. penyesuaian harga satuan
bagi komponen pekerjaan
yang berasal dari luar negeri,
menggunakan indeks
penyesuaian harga dari
negara asal barang tersebut;
f. jenis pekerjaan baru dengan
harga satuan baru sebagai
akibat adanya adendum
kontrak dapat diberikan
penyesuaian harga mulai
bulan ke-13 (tiga belas)
sejak adendum kontrak
tersebut ditandatangani; dan
g. indeks yang digunakan
dalam hal pelaksanaan
Kontrak terlambat
disebabkan oleh kesalahan
Penyedia adalah indeks
terendah antara jadwal
kontrak dan realisasi
pekerjaan.
Tetap
(6) Dalam hal dilakukan Penunjukan
Langsung untuk Penyedia Jasa
Konsultansi sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf d, diberikan
batasan paling banyak 2 (dua) kali.
Pasal 42 (1) Metode evaluasi penawaran Tetap
Penyedia Jasa Konsultansi dilakukan
dengan:
a. Kualitas dan Biaya;
b. Kualitas;
c. Pagu Anggaran; atau
d. Biaya Terendah.
(2) Metode evaluasi Kualitas dan Biaya Tetap
digunakan untuk pekerjaan yang
ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga
ahli, dan waktu penyelesaian
pekerjaan dapat diuraikan dengan
pasti dalam KAK.
(3) Metode evaluasi Kualitas digunakan Tetap
untuk pekerjaan yang ruang lingkup
pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan
waktu penyelesaian pekerjaan tidak
dapat diuraikan dengan pasti dalam
KAK atau untuk pekerjaan Penyedia
Jasa Konsultansi Perorangan.
(4) Metode evaluasi Pagu Anggaran Tetap
hanya digunakan untuk ruang lingkup
pekerjaan sederhana yang dapat
diuraikan dengan pasti dalam KAK
dan penawaran tidak boleh melebihi
Pagu Anggaran.
(5) Metode evaluasi Biaya Terendah Tetap
hanya digunakan untuk pekerjaan
standar atau bersifat rutin yang
praktik dan standar pelaksanaan
pekerjaannya sudah mapan.
Pasal 43 (1) Metode penyampaian dokumen Tetap
penawaran pada pemilihan Penyedia
Jasa Konsultansi melalui Pengadaan
Langsung dan Penunjukan Langsung
menggunakan metode satu file.
(2) Metode penyampaian dokumen
penawaran pada pemilihan Penyedia Tetap
Jasa Konsultansi melalui Seleksi
menggunakan metode dua file.
(2) Tender/Seleksi gagal dalam hal: (2) Tender/Seleksi gagal dalam hal:
a. terdapat kesalahan dalam proses a. terdapat kesalahan dalam proses
evaluasi; evaluasi;
b. tidak ada peserta yang b. tidak ada peserta yang
menyampaikan dokumen menyampaikan dokumen
penawaran setelah ada penawaran setelah ada
pemberian waktu perpanjangan; pemberian waktu perpanjangan;
c. tidak ada peserta yang lulus c. tidak ada peserta yang lulus
evaluasi penawaran; evaluasi penawaran;
d. ditemukan kesalahan dalam d. ditemukan kesalahan dalam
Dokumen Pemilihan atau tidak Dokumen Pemilihan atau tidak
sesuai dengan ketentuan dalam sesuai dengan ketentuan dalam 1. Perubahan
Peraturan Presiden ini; Peraturan Presiden ini; redaksi
e. seluruh peserta terlibat Korupsi, e. seluruh peserta terlibat korupsi, akronim KKN
Kolusi, dan Nepotisme (KKN); kolusi, dan/atau nepotisme; pada ayat (2)
f. seluruh peserta terlibat f. seluruh peserta terlibat huruf e dan
persaingan usaha tidak sehat; persaingan usaha tidak sehat; huruf i menjadi
g. seluruh penawaran harga Tender g. seluruh penawaran harga Tender korupsi, kolusi,
Barang/Pekerjaan Barang/Pekerjaan dan/atau
Konstruksi/Jasa Lainnya di atas Konstruksi/Jasa Lainnya di atas nepotisme.
HPS; HPS; Dengan arti
h. negosiasi biaya pada Seleksi h. negosiasi biaya pada Seleksi tidak pula,
tidak tercapai; dan/atau tercapai; dan/atau pengaturannya
i. KKN melibatkan Pokja i. korupsi, kolusi, dan/atau bersifat
Pemilihan/PPK. nepotisme melibatkan Pokja alternatif.
Pemilihan/PPK.
2. Penambahan
norma
(3) Prakualifikasi gagal sebagaimana (3) Tender Cepat gagal dalam hal: pengaturan
dimaksud pada ayat (1) dan a. ada peserta atau hanya 1 (satu) syarat
Tender/Seleksi gagal sebagaimana peserta yang menyampaikan syarat/kondisi
dimaksud pada ayat (2) huruf a dokumen penawaran setelah ada gagalnya
sampai dengan huruf h dinyatakan pemberian waktu perpanjangan; Tender Cepat.
oleh Pokja Pemilihan.
b. pemenang atau pemenang
cadangan tidak ada yang
menghadiri
c. verifikasi data kualifikasi;
d. ditemukan kesalahan dalam
Dokumen Pemilihan atau tidak
sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Presiden ini;
e. seluruh peserta terlibat korupsi,
kolusi, dan/atau nepotisme;
f. seluruh peserta terlibat
persaingan usaha tidak sehat;
dan/atau
g. korupsi, kolusi, dan/atau
nepotisme melibatkan Pokja
Pemilihan/PPK.
(4) Tender/Seleksi gagal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf i Tetap
dinyatakan oleh PA/KPA.
Tidak ada
(11) Tindak lanjut dari Tender Cepat gagal 6. Penambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat substansi
(3), Pokja Pemilihan melakukan reviu pengaturan
penyebab kegagalan Tender Cepat tindak lanjut
dan melakukan Tender Cepat kembali terhadap
atau mengganti metode pemilihan Tender Cepat
lain sebagaimana diatur dalam Pasal yang gagal.
38 ayat (1).
c. kerusakan sarana/prasarana
yang dapat mengganggu
kegiatan pelayanan publik;
Pasal 61 (1) Dikecualikan dari ketentuan dalam (1) Dikecualikan dari ketentuan dalam 1. Penambahan
Peraturan Presiden ini adalah: Peraturan Presiden ini adalah: redaksi yaitu
a.Pengadaan Barang/Jasa pada a. Pengadaan Barang/Jasa pada tentang Badan
Badan Layanan Umum; Badan Layanan Umum/Badan Layanan
b.Pengadaan Barang/Jasa yang Layanan Umum Daerah; Umum
dilaksanakan berdasarkan tarif b. Pengadaan Barang/Jasa yang Daerah.
yang dipublikasikan secara luas dilaksanakan berdasarkan tarif
kepada masyarakat; yang dipublikasikan secara luas
c.Pengadaan Barang/Jasa yang kepada masyarakat;
dilaksanakan sesuai dengan praktik c. Pengadaan Barang/Jasa yang
bisnis yang sudah mapan; dan/atau dilaksanakan sesuai dengan
d.Pengadaan Barang/Jasa yang praktik bisnis yang sudah mapan;
diatur dengan ketentuan peraturan dan/atau
perundang-undangan lainnya. d. Pengadaan Barang/Jasa yang
diatur dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
(2) Pengadaan Barang/Jasa pada Badan (2) Pengadaan Barang/Jasa pada Badan 2. Penambahan
Layanan Umum diatur tersendiri Layanan Umum/Badan Layanan Umum redaksi yaitu
dengan peraturan pimpinan Badan Daerah sebagaimana dimaksud pada tentang Badan
Layanan Umum. ayat (1) huruf a diatur tersendiri dengan Layanan
peraturan pimpinan Badan Layanan Umum
Umum/Badan Layanan Umum Daerah. Daerah.
3. Penambahan
Tidak ada (2a) Dalam hal Badan Layanan Umum dan ayat (2a) yaitu
Badan Layanan Umum Daerah belum tentang
memiliki peraturan pengadaan BLU/BLUD
barang/jasa tersendiri, pelaksanaan yang belum
Pengadaan Barang/Jasa pada Badan memiliki
Layanan Umum dan Badan Layanan peraturan
Umum Daerah berpedoman pada Pengadaan
Peraturan Presiden ini. Barang/Jasa
tersendiri
maka
berpedoman
pada Perpres
ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai 4. Perubahan
pengecualian dalam Pengadaan pengecualian dalam Pengadaan rujukan ayat
Barang/Jasa sebagaimana dimaksud Barang/Jasa sebagaimana dimaksud (3) yang
pada ayat (1) huruf b, ayat (1) huruf c, pada ayat (1) diatur dengan Peraturan sebelumnya
dan ayat (1) huruf d diatur dengan Kepala Lembaga. ayat (1) dan
Peraturan Kepala Lembaga. huruf menjadi
hanya ayat
saja.
Pasal 62 (1) Penelitian dilakukan oleh: Tetap
a.PA/KPA pada Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai penyelenggara penelitian;
dan
b.pelaksana penelitian.
(2) Penyelenggara penelitian Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a memiliki kewenangan:
a. menetapkan rencana strategis
penelitian yang mengacu pada
arah pengembangan penelitian
nasional;
b. menetapkan program penelitian
tahunan yang mengacu pada
rencana strategis penelitian
dan/atau untuk mendukung
perumusan dan penyusunan
kebijakan pembangunan nasional;
dan
c. melakukan penjaminan mutu
pelaksanaan penelitian.
(4) Nilai paket Pengadaan (4) Paket pengadaan Barang/Pekerjaan 3.Kenaikan nilai
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paket
Lainnya paling banyak Pagu Anggaran sampai dengan pengadaan
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima Rp15.000.000.000,00 (lima belas Barang/Jasa
ratus juta rupiah), dicadangkan dan miliar rupiah) diperuntukan bagi usaha Konstruksi/Jasa
peruntukannya bagi usaha kecil, kecil dan/atau koperasi. lainnya untuk
kecuali untuk paket pekerjaan yang usaha kecil
menuntut kemampuan teknis yang dan/atau
tidak dapat dipenuhi oleh usaha kecil. koperasi
menjadi Rp15
Miliar.
(5) LKPP dan Kementerian/ (5) Nilai Pagu Anggaran pengadaan 4. Perubahan
Lembaga/Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) redaksi ayat (5)
memperluas peran serta usaha dikecualikan untuk paket pekerjaan yaitu menjadi
kecil dengan mencantumkan yang menuntut kemampuan teknis tentang Nilai
barang/jasa produksi usaha kecil yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha Pagu Rp15
dalam katalog elektronik. kecil dan koperasi. Miliar
dikecualikan
untuk paket
pekerjaan yang
menuntut
kemampuan
teknis yang
tidak dapat
dipenuhi oleh
usaha kecil dan
koperasi
5. Perubahan
(6) Kementerian yang menyelenggarakan tentang
(5) Penyedia usaha non-kecil yang
urusan pemerintahan di bidang memperluas
melaksanakan pekerjaan dapat
koperasi dan usaha kecil dan peran usaha
melakukan kerja sama usaha
Pemerintah Daerah memperluas kecil dengan
dengan usaha kecil dalam bentuk
peran serta usaha kecil dan koperasi mencantumkan
kemitraan, subkontrak, atau
dengan mencantumkan barang/jasa barang/jasa
bentuk kerja sama lainnya, jika
produksi usaha kecil dalam katalog produksi usaha
ada usaha kecil yang memiliki
elektronik. kecil dalam
kemampuan di bidang yang
katalog
bersangkutan.
elektronik yang
sebelumnya
hanya untuk
usaha kecil dan
dilakukan oleh
LKPP dan
K/L/PD menjadi
memperluas
peran usaha
kecil dan
koperasi yang
dilakukan oleh
kementrian
yang
menyelenggara
kan urusan
pemerintah di
bidang koperasi
dan usaha kecil
dan Pemerintah
Daerah.
6. Penambahan
Tidak ada
(7) Penyedia usaha nonkecil atau koperasi ayat (7) yaitu
yang melaksanakan pekerjaan tentang
melakukan kerja sama usaha dengan Penyedia
usaha kecil dan/atau koperasi dalam usaha nonkecil
bentuk kemitraan, subkontrak, atau atau koperasi
bentuk kerja sama lainnya, jika ada yang
usaha kecil atau koperasi yang melakukan
memiliki kemampuan di bidang yang pekerjaan
bersangkutan. dapat
bekerjasama
dengan usaha
kecil atau
koperasi sesuai
kemampuan di
bidangnya
dalam bentuk
kemintraan,
subkontrak
atau kemitraan
lainnya.
7. Penambahan
Tidak ada (8) Kerja sama dengan usaha kecil dan/atau ayat (8) yaitu
koperasi sebagaimana dimaksud tentang
pada ayat (7) dicantumkan dalam kerjasama
Dokumen Pemilihan. sebagaimana
pada ayat (7)
dicantumkan
dalam
Dokumen
Pemilihan.
Pasal 66 (1). Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Tetap
Daerah wajib menggunakan produk
dalam negeri, termasuk rancang.
bangun dan perekayasaan nasional. (2) Kewajiban penggunaan produk dalam
(2). Kewajiban penggunaan produk dalam negeri sebagaimana dimaksud pada 1. Perubahan
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila terdapat pada ayat (2)
ayat (1) dilakukan jika terdapat produk dalam negeri yang memiliki mengenai
peserta yang menawarkan penjumlahan nilai Tingkat Komponen redaksi tentang
barang/jasa dengan nilai Tingkat Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai kewajiban
Komponen Dalam Negeri (TKDN) Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) penggunaan
ditambah nilai Bobot Manfaat paling sedikit 40% (empat puluh produk dalam
Perusahaan (BMP) paling rendah persen). negeri
40% (empat puluh persen). sebagaimana
(3) Nilai TKDN dan BMP sebagaimana ayat (1).
dimaksud pada ayat (2) mengacu pada
(3). Perhitungan TKDN dan BMP
daftar inventarisasi barang/jasa 2. Perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada ayat (3)
produksi dalam negeri yang diterbitkan
dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai
oleh kementerian yang
peraturan perundang-undangan. acuan yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perindustrian. digunakan
untuk nilai
TKDN dan
BMP.
(3a) Kewajiban penggunaan produk dalam
negeri sebagaimana dimaksud pada 3. Penambahan
ayat (2) dilakukan pada tahap ayat (3a)
Perencanaan Pengadaan, Persiapan mengenai
Pengadaan, atau Pemilihan Penyedia. kewajiban
penggunaan
produk dalam
negeri
sebagaimana
dimaksud ayat
(2) dalam
beberapa
tahapan
pengadaan
barang/jasa.
4. Perubahan
(4). Ketentuan sebagaimana dimaksud (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
pada ayat (2) dan ayat (3) pada ayat (3a) dicantumkan dalam yaitu tentang
dicantumkan dalam RUP, spesifikasi RUP, spesifikasi teknis/KAK, dan pencantuman
teknis/KAK, dan Dokumen Pemilihan Dokumen Pemilihan. produk dalam
negeri
sebagaimana
dimaksud pada
ayat (3a).
Pasal 70
(1) Pengadaan Barang/Jasa secara Tetap
elektronik dengan memanfaatkan E-
marketplace.
(2) E-marketplace Pengadaan Tetap
Barang/Jasa menyediakan
infrastruktur teknis dan layanan
dukungan transaksi bagi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah dan Penyedia berupa:
a. Katalog Elektronik;
b. Toko Daring; dan
c. Pemilihan Penyedia.
(3) LKPP mempunyai kewenangan untuk Tetap
mengembangkan, membina,
mengelola, dan mengawasi
penyelenggaraan E-marketplace
Pengadaan Barang/Jasa.
(4) Dalam rangka pengembangan dan
pengelolaan E-marketplace Tetap
Pengadaan Barang/Jasa, LKPP dapat
bekerja sama dengan UKPBJ
dan/atau Pelaku Usaha.
(5) Dalam rangka pengembangan E-
marketplace sebagaimana dimaksud Tetap
pada ayat (4), LKPP menyusun dan
menetapkan peta jalan
pengembangan E-marketplace
Pengadaan Barang/Jasa.
Pasal 71 (1) Ruang lingkup SPSE terdiri atas: Tetap
a. Perencanaan Pengadaan;
b. Persiapan Pengadaan;
c. Pemilihan Penyedia;
d. Pelaksanaan Kontrak;
e. Serah Terima Pekerjaan;
f. Pengelolaan Penyedia; dan
g. Katalog Elektronik.
(2) SPSE sebagaimana dimaksud pada Tetap
ayat (1) memiliki interkoneksi dengan
sistem informasi perencanaan,
penganggaran, pembayaran,
manajemen aset, dan sistem informasi
lain yang terkait dengan SPSE.
(3) Sistem pendukung SPSE meliputi
a. Portal Pengadaan Nasional; Tetap
b. Pengelolaan Sumber Daya
Manusia Pengadaan
Barang/Jasa;
c. Pengelolaan advokasi dan
penyelesaian permasalahan
hukum;
d. Pengelolaan peran serta
masyarakat;
e. Pengelolaan sumber daya
pembelajaran; dan
f. Monitoring dan Evaluasi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai 4. Perubahan pada
pengelolaan katalog elektronik pengelolaan katalog elektronik ayat (5) yaitu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tentang
diatur dengan Peraturan Kepala diatur dengan Peraturan LKPP. ketentuan
LKPP. pengelolala
katalog
elektronik sesuai
Peraturan
Kepala LKPP
diganti Peraturan
LKPP.
Pasal 72a Tidak ada 1. Barang/jasa yang ditransaksikan 1. Penambahan
melalui Toko Daring memiliki kriteria: a. ayat (1)
standar atau dapat distandarkan; b. mengenai
memiliki sifat risiko rendah; c. harga kriteria
sudah terbentuk di pasar. barang/jasa
yang
ditransaksikan
melalui Toko
Daring;
2. Barang/jasa sebagaimana dimaksud 2. Penambahan
pada ayat (1) tidak ditayangkan pada ayat (2)
Katalog Elektronik. mengenai tidak
ada
penayangan
produk
barang/jasa
pada Katalog
Elektronik
sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1);
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Toko 3. Penambahan
Daring diatur dalam Peraturan Kepala ayat (3)
Lembaga. mengenai
ketentuan
lanjutan
mengenai Toko
Daring dalam
Perlem.
c. pengembangan sistem
informasi yang dibutuhkan oleh
pemangku kepentingan.
1. Perubahan
Pasal 74 (1) Sumber Daya Manusia (1) Sumber Daya Manusia Pengadaan pada ayat (1)
Pengadaan Barang/Jasa terdiri Barang/Jasa terdiri atas: tentang uraian
atas: SDM PBJ.
a. Sumber Daya Pengelola
a. Pengelola Pengadaan Fungsi Pengadaan
Barang/Jasa;
Barang/Jasa di lingkungan
Kementerian/ Lembaga/ b. Sumber Daya Perancang
Pemerintah Daerah; Kebijakan dan Sistem
Pengadaan Barang/Jasa;
b. Aparatur Sipil dan
Negara/Tentara
Nasional Indonesia/ c. Sumber Daya Pendukung
Kepolisian Negara Ekosistem Pengadaan
Republik Indonesia di Barang/Jasa.
lingkungan
Kementerian
Pertahanan dan
Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
dan/atau
(2) Sumber Daya Manusia (2) Sumber Daya Pengelola Fungsi 2. Perubahan
Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Barang/Jasa pada ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat tentang
sebagaimana dimaksud pada
(1) huruf a merupakan sumber daya
ayat (1) huruf b dan ayat (1) pengertian
manusia yang melaksanakan fungsi
huruf c memiliki kompetensi di pengadaan barang/jasa di SDM Pengelola
bidang Pengadaan lingkungan Fungsi
Barang/Jasa. Kementerian/Lembaga/Pemerintah Pengadaan
Daerah. Barang/Jasa.
(3) Sumber Daya Manusia (3) Sumber Daya Perancang Kebijakan 3. Perubahan
Pengadaan Barang/Jasa dan Sistem Pengadaan pada ayat (3)
sebagaimana dimaksud pada Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b tentang
ayat (1) berkedudukan di UKPBJ. pengertian
merupakan sumber daya manusia
yang melaksanakan perancangan SDM
kebijakan dan sistem Pengadaan Perancang
Barang/Jasa. Kebijakan dan
Sistem
Pengadaan
Barang/Jasa.
3. Penambahan
(3) Pengelola Pengadaan ayat (3) tentang
Barang/Jasa dapat ditugaskan tugas lain yang
sebagai PPK, membantu tugas dapat dilakukan
PA/KPA, melaksanakan oleh Pengelola
persiapan pencantuman Pengadaan
barang/jasa dalam katalog Barang/Jasa.
elektronik, dan ditugaskan sebagai
Sumber Daya Pendukung
Ekosistem Pengadaan Barang/Jasa.
4. Penambahan
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (4) tentang
pada ayat (2) dikecualikan untuk pengecualian
Kementerian/Lembaga dalam hal: kewajiban pada
ayat (2)
a. nilai atau jumlah paket
pengadaan di Kementerian/Le
Kementerian/Lembaga tidak mbaga.
mencukupi untuk memenuhi
pencapaian batas angka kredit
minimum pertahun bagi
Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa; atau
6. Penambahan
ayat (6) tentang
(6) Personel Lainnya sebagaimana persyaratan
dimaksud pada ayat (5) wajib sertifikat
memiliki sertifikat kompetensi di
kompetensi di
bidang Pengadaan Barang/Jasa.
bidang PBJ
Personil
Lainnya
terhadap ayat
(5).
7. Penambahan
ayat (7) tentang
(7) Dalam hal Personel Lainnya persyaratan lain
belum memiliki sertifikat yaitu sertifikat
kompetensi di bidang Pengadaan PBJ tingkat
Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) wajib dasar yang
memiliki sertifikat Pengadaan wajib dimiliki
Barang/Jasa tingkat dasar/level-1. Personil
Lainnya apabila
syarat ayat (6)
tidak terpenuhi;
8. Penambahan
ayat (8) tentang
(8) Sumber Daya Pengelola Fungsi kedudukan
Pengadaan berkedudukan di SDM Pengelola
UKPBJ. Fungsi
Pengadaan
yaitu dalam
UKPBJ.
9. Penambahan
ayat (9) tentang
pengecualian
(9) Atas dasar pertimbangan kedudukan
kewenangan, Sumber daya SDM Pengelola
pengelola fungsi Pengadaan Fungsi
Barang/Jasa yang ditugaskan Pengadaan
sebagai PPK dapat berkedudukan sebagai PPK
di luar UKPBJ. boleh di luar
UKPBJ.
1. Penambahan
Pasal 74B Tidak ada (1) Kementerian/Lembaga/Pemerintah pasal 74B ayat
Daerah yang wajib memiliki (1) yaitu
Pengelola Pengadaan
tentang
Barang/Jasa menyusun Rencana
Aksi Pemenuhan Pengelola kewajiban bagi
Pengadaan Barang/Jasa. Kementerian/Le
mbaga/Pemerin
tah Daerah
memiliki
Pengelola
Pengadaan
Barang/Jasa
menyusun
Rencana Aksi
Pemenuhan
Pengelola
Pengadaan
Barang/Jasa;
4. Penegasan 74B
ayat (2) huruf a
2) Anggota Pokja Pemilihan
selain Pengelola (2) yaitu
Pengadaan tentang syarat
Barang/Jasa anggota
dilaksanakan oleh Anggota Pokja
Pegawai Negeri Sipil Pemilihan
yang memiliki sertifikat selain
kompetensi dan/atau Pengelola
sertifikat keahlian tingkat
dasar/level-1 di bidang Pengadaan
Pengadaan Barang/Jasa Barang/Jasa
dilaksanakan
oleh Pegawai
Negeri Sipil
yang memiliki
sertifikat
kompetensi
dan/atau
sertifikat
keahlian tingkat
dasar/level-1 di
bidang
Pengadaan
Barang/Jasa.
5. Penegasan 74B
b. pelaksanaan tugas Pejabat ayat (2) huruf b
Pengadaan yang tidak dapat
yaitu tentang
dilakukan oleh Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa, syarat
dilakukan oleh Pegawai pelaksanaan
Negeri Sipil yang memiliki tugas Pejabat
sertifikat kompetensi Pengadaan
dan/atau sertifikat keahlian yang tidak
tingkat dasar/level-1 di dapat dilakukan
bidang Pengadaan
oleh Pengelola
Barang/Jasa.
Pengadaan
Barang/Jasa,
dapat dilakukan
oleh Pegawai
Negeri Sipil
yang memiliki
sertifikat
kompetensi
dan/atau
sertifikat
keahlian tingkat
dasar/level-1 di
bidang
Pengadaan
Barang/Jasa.
6. Penambahan
(3) Dalam hal Kementerian/ pasal 74B ayat
Lembaga/Pemerintah Daerah (3) mengenai
belum memiliki Pengelola ketentuan
Pengadaan Barang/Jasa, sampai Kementerian/Le
tersedianya Pengelola Pengadaan
mbaga/Pemerin
berdasarkan rencana aksi
pemenuhan Pengelola Pengadaan tah Daerah
belum memiliki
Barang/Jasa sebagaimana Pengelola
dimaksud pada ayat (1), Pengadaan
pelaksanaan tugas Pokja Barang/Jasa
Pemilihan/Pejabat Pengadaan
sampai
dilaksanakan oleh:
tersedianya
Pengelola
a. Pegawai Negeri Sipil yang Pengadaan
memiliki sertifikat berdasarkan
kompetensi dan/atau rencana aksi
sertifikat keahlian tingkat pemenuhan
dasar/level-1 di bidang
Pengelola
Pengadaan Barang/Jasa;
dan/atau Pengadaan
Barang/Jasa
b. Agen Pengadaan.
sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) maka
pelaksanaan
tugas Pokja
Pemilihan/Peja
bat Pengadaan
dilaksanakan
oleh PNS
dengan yang
memiliki
sertifikat
kompetensi
dan/atau
sertifikat
keahlian tingkat
dasar/level-1 di
bidang
Pengadaan
Barang/Jasa;
dan/atau, dan
agen
pengadaan.
7. Penambahan
pasal 74B ayat(
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai 4) yaitu tentang
rencana aksi pemenuhan ketentuan lebih
Pengelola Pengadaan lanjut mengenai
Barang/Jasa sebagaimana rencana aksi
dimaksud pada ayat (1) diatur
pemenuhan
dalam Peraturan LKPP.
Pengelola
Pengadaan
Barang/Jasa
sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) diatur
dalam
Peraturan
Kepala
Lembaga.
a. pengelolaan Pengadaan
Barang/Jasa;
b. pengelolaan layanan
pengadaan secara
elektronik;
d. pelaksanaan pendampingan,
konsultasi, dan/ atau
bimbingan teknis; dan
3. Penambahan
(5) Pembentukan UKPBJ
Tidak ada ayat(5) yaitu
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikecualikan bagi tentang
Lembaga yang tidak memenuhi pengecualian
kriteria untuk membentuk pembentukan
UKPBJ. UKPBJ
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1)
bagi
Lembaga
yang tidak
memenuhi
kriteria untuk
membentuk
UKPBJ.
b. kepatuhan terhadap
peraturan;
c. pencapaian TKDN;
e. pencadangan dan
peruntukan paket untuk
usaha kecil; dan
f. Pengadaan Berkelanjutan.
(5) Menteri/kepala
lembaga/kepala daerah Tetap
memfasilitasi masyarakat
dalam melakukan
pengawasan terhadap
pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.
Tetap
(6) LKPP mengembangkan sistem
pengaduan Pengadaan
Barang/Jasa.
1. Perubahan
Pasal 78 (1) Perbuatan atau tindakan (1) Dalam hal peserta pemilihan: redaksi pada
peserta pemilihan yang ayat (1) menjadi
dikenakan sanksi dalam a. menyampaikan dokumen
atau keterangan "Dalam hal
pelaksanaan pemilihan
Penyedia adalah: palsu/tidak benar untuk peserta
memenuhi persyaratan pemilihan : ".
a. menyampaikan dokumen yang ditentukan dalam
atau keterangan Dokumen Pemilihan;
palsu/tidak benar untuk
memenuhi persyaratan b. terindikasi melakukan
yang ditentukan dalam persekongkolan dengan
Dokumen Pemilihan; peserta lain untuk
mengatur harga
b. terindikasi melakukan penawaran;
persekongkolan dengan
peserta lain untuk c. terindikasi melakukan 2. Perubahan
mengatur harga korupsi, kolusi, dan/atau redaksi ayat (1)
penawaran; nepotisme dalam pemilihan huruf c yaitu
Penyedia; atau tentang akronim
c. terindikasi melakukan KKN dari KKN
dalam pemilihan Penyedia; menjadi
atau korupsi, kolusi,
dan/atau
nepotisme.
d. mengundurkan diri dengan
d. mengundurkan diri alasan yang tidak dapat
dengan alasan yang diterima oleh Pejabat 3. Perubahan
tidak dapat diterima Pengadaan/Pokja redaksi ayat (1)
oleh Pejabat Pemilihan/Agen huruf d yaitu
Pengadaan/Pokja Pengadaan, peserta pemberian
Pemilihan/Agen pemilihan dikenai sanksi sanksi
Pengadaan. administratif. administratif
kepada peserta
pemilihan
dimana
mengundurkan
diri dengan
alasan yang
tidak dapat
diterima oleh
Pengadaan/Pok
ja
Pemilihan/Agen
Pengadaan.
e. sanksi denda.
Tetap
(5) Pelanggaran atas ketentuan
sebagaimana dimaksud pada:
a. sanksi digugurkan
dalam pemilihan;
b. Sanksi Daftar Hitam;
c. Sanksi penghentian
sementara dalam sistem
transaksi E-purchasing;
dan/atau
d. sanksi penurunan
pencantuman Penyedia
dari katalog elektronik.
Pasal 82 (1) Sanksi administratif dikenakan (1) Sanksi administratif dikenakan 1. Penghapusan
kepada PA/ KPA/ PPK/ Pejabat kepada PA/KPA/PPK/Pejabat pengenaan
Pengadaan/Pokja Pemilihan/ Pengadaan/Pokja Pemilihan yang sanksi kepada
PjPHP/PPHP yang lalai melakukan lalai melakukan suatu perbuatan PjPHP/PPHP,
suatu perbuatan yang menjadi yang menjadi kewajibannya. karena fungsi
kewajibannya. digantikan oleh
PPK.
(2) Pemberian sanksi administratif Tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian/pejabat
yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Sanksi hukuman disiplin ringan, (3) Sanksi hukuman disiplin ringan, 2. Penghapusan
sedang, atau berat dikenakan sedang, atau berat dikenakan pengenaan
kepada PA/ KPA/ PPK/ Pejabat kepada PA/KPA/PPK/Pejabat sanksi kepada
Pengadaan/Pokja Pemilihan/ Pengadaan/ Pokja Pemilihan yang PjPHP/PPHP,
PjPHP/ PPHP yang terbukti terbukti melanggar pakta integritas karena fungsi
melanggar pakta integritas berdasarkan putusan Komisi digantikan oleh
berdasarkan putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, PPK.
Pengawas Persaingan Usaha, Peradilan Umum, atau Peradilan
Peradilan Umum, atau Peradilan Tata Usaha Negara.
Tata Usaha Negara.
Pasal 85 (1) Penyelesaian sengketa kontrak (1) Penyelesaian sengketa Kontrak 1. Pada ayat (1)
antara PPK dan Penyedia dalam antara PPK dan Penyedia dalam terdapat
pelaksanaan Kontrak dapat pelaksanaan Kontrak dapat tambahan
dilakukan melalui layanan dilakukan melalui: penyelesaian
penyelesaian sengketa kontrak, a. layanan penyelesaian kontrak
arbitrase, atau penyelesaian sengketa Kontrak; melalui Dewan
melalui pengadilan. b. arbitrase; Sengketa
c. Dewan Sengketa Konstruksi; Konstruksi.
(2) LKPP menyelenggarakan layanan atau
penyelesaian sengketa kontrak d. penyelesaian melalui
sebagaimana dimaksud pada ayat pengadilan.
(1).
(2) Layanan penyelesaian sengketa 2. LKPP
Kontrak sebagaimana dimaksud menyelenggar
pada ayat (1) huruf a akan layanan
diselenggarakan oleh LKPP. penyelesaian
sengketa
kontrak.
a. Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan wajib dijabat oleh
Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat
(1) huruf a paling lambat 31
Desember 2020;
b. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan yang dijabat oleh
Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 74 ayat (1) huruf b wajib
memiliki sertifikat kompetensi di
bidang Pengadaan Barang/Jasa
paling lambat 31 Desember
2023;
c. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan yang dijabat oleh
personel lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat
(1) huruf c wajib memiliki
sertifikat kompetensi di bidang
Pengadaan Barang/Jasa paling
lambat 31 Desember 2023;
d. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan wajib memiliki
Sertifikat Keahlian Tingkat Dasar
di bidang Pengadaan
Barang/Jasa sepanjang belum
memiliki sertifikat kompetensi di
bidang Pengadaan Barang/Jasa
sampai dengan 31 Desember
2023
Pasal 90 Tetap
Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan
dan Keamanan dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan
di bidang industri pertahanan.
d. perencanaan pengadaan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18;
e. Konsolidasi Pengadaan
Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21;
f. persiapan Swakelola
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23, dan pelaksanaan
Swakelola sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47;
g. persiapan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25;
o. pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 50 sampai dengan Pasal
58;
q. pengecualian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61;
r. Tender/Seleksi Internasional
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63;
u. kelembagaan Pengadaan
Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75;