Anda di halaman 1dari 29

PENANGANAN KASUS PROLAPSUS UTERI PADA SAPI

BRAHMAN CROSS

TUGAS AKHIR

SRI RAHAYU
O 121 16 014

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENANGANAN KASUS PROLAPSUS UTERI PADA SAPI
BRAHMAN CROSS

Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Mencapai Gelar Dokter Hewan

Disusun dan Diajukan oleh:

TTD
SRI RAHAYU
O 121 16 014

Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan


Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
2017

ii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Sri Rahayu
NIM : O121 16 014
Program Studi : Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Fakultas : Kedokteran

a. Karya Tugas Akhir saya adalah asli.


b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari tugas akhir ini tidak asli
atauplagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi
akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, November 2017

Sri Rahayu

v
PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir koasistensi yang menjadi salah
satu syarat kelulusan. Shalawat beriring salam tak lupa kita panjatkan kepada
junjungan alam, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Pelaksanaan ko-asistensi ini kami telah banyak mendapatkan
bimbingan dan arahan dari Dokter Hewan pembimbing dilapangan, untuk itu pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Drh. Baso Yusuf, M. Sc selaku pembibing, Drh. A. Magfira Satya Apada,
M.Sc selaku penasehat akademik.Ungkapan terima kasih penulis haturkan kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. BS., selaku dekan fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
2. Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari, selaku ketua program studi Pendidikan Profesi
Dokter Hewan yang telah memberi motivasi penulis dengan berbagai
arahannya selama ini.
3. Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc, Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M. Sc., Drh.
Novi Susanty, Drh. Wa Ode Santa Monica, M. Si.,Drh. Baso Yusuf, M. Sc.,
Drh. Muhammad Fadhlullah Mursalim, M.Kes., dan Drh. Muhammad
Muflih Nur selaku koordinator bagian koasistensi
4. Drh. Baso Yusuf, M. Sc. selaku pembimbing tugas akhir yang telah banyak
membantu dalam mengarahkan pengerjaan tugas akhir.
5. Segenap Dokter Hewan selaku pembimbing lapangan yang telah
meluangkan waktu dan telah memberi motivasi penulis dengan berbagai
arahannya selama ini.
6. Segenap pegawai dan staf Program Studi Kedokteran Hewan Unhas yang
telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.
7. Orang tua tercinta yang sangat berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam
kehidupanpenulis. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui
nasehat, doa, daya, dan upaya senantiasa dicurahkan untuk penulis. Semua
Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.
8. Teman teman kelompok 3 yang yang sama sama berjuang dalam
penyelesaian koasisten selama setahun lebih.
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari semua yang telah mereka berikan, dan mudah-mudahan Allah
senantiasi memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan mereka
semua. Teriring ucapan Jazakumullah Khoiran Katsiro, Amin Ya Rabbal Alamiin.

v
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum mencapai
kesempurnaan baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya.Sehingga, kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan demi kesempunaan tugas akhir ini.Namun
penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 2017

PENULIS

vi
Sri Rahayu. O12116014. Penanganan Kasus Prolapsus Uteri pada sapi brahman
cross. Dibimbing oleh Drh. Baso Yusuf, M. Sc.
ABSTRAK

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan cara penanganan
prolapsus uteri yang terjadi pada sapi brahmanyang terjadi pasca partus yang
menyebabkan uterus keluar dari dalam rongga abdomen, hal ini disebabkan
karena indukan terlalu lama merejan dan bidang pijakan yang terlalu miring
sehingga otot pengantung uterus tidak dapat menahan uterus berada pada
posisinya yang menimbulkan uterus keluar. Dari pemeriksaan klinis yang
diperoleh di lapangan, uterus menggantung keluar dan sapi mengalami kelelahan
dan terus berbaring. Tindakan yang dilakukan berupa reposisi uterus kedalam
rongga abdomen dan penjahitan vulva dengan metode pursestring untuk
mencegah uterus kembali keluar, pengobatan yang diberikan berupa injeksi
procain penicillin dan vitamin. Pengamatan dilakukan selama seminggu untuk
mengetahui proses kesembuhan luka jahitan. Pada hari ketujuh luka mulai
mengering, jahitan pada vulva dibuka secara hati-hati dengan menggunakan
gunting dan vulva sudah kembali kebentuk normal sebelum terjadinya prolapsus
uteri. Untuk menghindari terjadinya kejadian berulang pada saat kebuntingan
kembali, sebaiknya sapi ditempatkan pada kandang yang kemiringannya tidak
terlalu tinggi.

Kata kunci : prolapsus uteri, sapibrahman, pursestring

vii
Sri Rahayu. O12116014. The Case Of Prolapsus Uteri in brahman Cow.
Suvervised by Drh. Baso Yusuf, M. Sc

ABSTRACT

This case study aims to determine the causes and ways of handling uterine
prolapse in brahman cows that occur post-partus which causes the uterus out of
the abdominal cavity, this is because the breeding is too long hitting and the
foothold is too skewed so that the uterine muscle can not be holding the uterus in
its position causing the uterus to come out. From the clinical examination
obtained in the field, the uterus hangs out and the cow is exhausted and continues
to lie down. Actions performed in the form of repositioning the uterus into the
abdominal cavity and the sewing of the vulva with purestring method to prevent
the uterus back out, the treatment provided in the form of procaine penicillin and
vitamin injections. Observations conducted for a week to find out the process of
healing stitches wound. On the seventh day the wound begins to dry, the stitches
on the vulva open carefully by using scissors and the vulva has resumed normal
form before the life of uterine prolapse. To avoid recurrence at the time of
pregnancy again, refine the cage to a slope that is not too high.

Key words : prolapsus uterine,brahman cow, pursestring

viii
DAFTAR ISI
Halaman judul .................................................................................................. i
Halaman pengajuan .......................................................................................... ii
Halaman persetujuan ........................................................................................ iii
Lembar pernyataan keaslian............................................................................. iv
Prakata .............................................................................................................. v
Abstrak ............................................................................................................. vii
Abstract ............................................................................................................ viii
Daftar isi ........................................................................................................... ix
Daftar gambar................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
1.4 Kegunaan Penulisan ................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sitem Reproduksi ...................................................................................... 3
2.2 Etiologi ...................................................................................................... 4
2.3 Gejala Klinis .............................................................................................. 5
2.4 Prognosa .................................................................................................... 5
2.5 penanganan................................................................................................. 5

BAB III MATERI DAN METODE


3.1 Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 8
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 8
3.3 Prosedur Kegiatan ..................................................................................... 8
3.3.1 Pemeriksaan Fisik
3.3.2 Penanganan Dan Pengobatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 10

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
5.2 Saran........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

LAMPIRAN .................................................................................................... 17
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 19

ix
DAFTAR GAMBAR

1.Anatomi Saluran Reproduksi Betina............................................................. 3


2.Bentuk Prolapsus Uteri pada Sapi ................................................................. 5
3.Pengaplikasian metode Buhner’s suture pada prolapsus uteri ...................... 6
4.Ilustrasi teknik penjahitan buhner ................................................................. 7
5.Persiapan penanganan prolapsus uteri ......................................................... 11
6.Proses penjahitan hewan yang mengalami prolapsus uteri .......................... 11
7.Perbandingan Aplikasi metode jahitan pursestring dan metode
Buhner’s suture ................................................................................................ 12
8.Pencucian uterus ........................................................................................... 17
9.Anastesi lokal dengan lidocaine ................................................................... 17
10.Bolus Colibact ............................................................................................ 17
11.Antibiotik Penicillin .................................................................................... 18

x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu gangguan reproduksi yang ditangani penulis pada saat mengikuti
koasisten magang profesi pilihan PPDH Unhas di UPTD Puskeswan Tamangapa,
Antang bersama dengan paramedik veteriner setempat adalah prolapsus uteri.
Seperti yang kita ketahui bahwa penanganan gangguan reproduksi di tingkat
usaha peternakan kecil masih kurang. Dengan adanya pembelajaran mengenai
kasus prolapsus uteri pada sapi dan penanganannya maka diharapkan sebagai
panduan pembelajaran bagi para pembaca khususnya petani ternak sehingga dapat
memperlancar usaha demi meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan jumlah
induk berkualitas. Hal ini demi memenuhi tuntutan kebutuhan pedet yang akan
dijadikan untuk peningkatan populasi maupun untuk kebutuhan daging dan juga
susu untuk memenuhi gizi masyarakat.
Prolapsus uteri adalah suatu kejadian yang umumnya terjadi pada sapi, dan
jika hal itu terjadi pengobatan yang cepat dan efektif dibutuhkan untuk
mempertahankan, memulihkan serta menjaga kesuburan dari hewan tersebut. Hal
ini biasanya terjadi pada 24 jam pertama setelah partus, namun ada beberapa
kejadian yang terjadi setelah beberapa hari setelah partus. Prolapsus uteri terjadi
ketika cornua uteri terlipat ke vagina setelah partus dan menonjol ke vulva (Potter,
2008).
Banyak faktor yang terkait dengan kejadian prolapsus uteri, yaitu kondisi
seperti keadaan uterus yang buruk, tertahannya fetus, kondisi yang meningkatkan
tekanan intra abdomen saat berbaring, distokia, kemiringan lantai, kebuntingan
yang telah berulang menyebabkan otot penggantung uterus yang sudah lemah
sehingga tidak dapat menahan berat uterus saat kebuntingan. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa 40% sapi bunting setelah mengalamiprolapsus uteri, yang
terlambat ditangani dapat menyebabkan kejadian septikemia yang fatal.
Keberhasilan pengobatan tergantung pada jenis kasus, durasi kasus, tingkat
kerusakan dan kontaminasi (Kumar, 2015; Burhan, 2012).
Studi kasus menyebutkan bahwa kejadian prolapsus uteri di Hokkaido, Jepang
pada sapi perah mencapai 76 ekor pada tahun 2000 yang tersebar di 42
peternakan, 10 dari 76 ekor yang prolapsus uteri dilaporkan mengalami kematian
karena terlambat dalam penanganan (Ishii et al., 2010). Bhattacharya et al., (2012)
melaporkan bahwa persentase kematian prolapsus uteri 9,09% dan diikuti dengan
kasus metritis 18.18%. Penulis juga mengemukakan bahwa kejadian prolapsus
pada sapi persilangan yang paling tinggi yaitu pada grade 1 (52, 38%), grade
3(33,33%) dan grade 2 (14,29%). Jenis penanganan yang direkomendasikan yaitu
anastesi epidural dengan lidocaine HCL 2 % kemudian membersihkan massa
uterus yang terkontaminasi melakukan penjahitan dengan metode jahitan
Buhner’s suture. Setelah seminggu jahitan pada vulva dibuka dan hewan kembali
normal (Kumar, 2015; Bhattacharya et al.,2012 )

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab terjadinya prolapsus uteri?
2. Bagamana cara penanganan prolapsus uteri?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko terjadinya prolapsus uteri
pada sapi
2. Untuk mengetahui cara penanganan yang tepat pada kejadian prolapsus
uteri

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan adalah untuk mengetahui cara penanganan prolapsus
uteri pada sapi dan menambah informasi kepada penulis dan pembaca
mengenai prolapsus uteri dan cara penanganannya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Reproduksi


Sapi betina memiliki organ reproduksi primer dan sekunder. Organ reproduksi
primer yaitu ovarium.Ovarium menghasilkan ova (sel telur) dan hormon-hormon
kelamin betina (estrogen dan progesteron).Organ reproduksi sekunder atau
saluran reproduksi terdiri dari oviduk, uterus, serviks, vagina, dan vulva.

Gambar 1. Anatomi Saluran Reproduksi Betina(Sumber: Anonimus, 2011 )

Ovarium menghasilkan sel telur dengan proses oogenesis yang disebut


sebagai siklus estrus memiliki rangkaian peristiwa yang pasti, baik fisiologis
maupun perilaku.Folikel-folikel pada ovarium mencapai kematangan melalui
tingkatan perkembangan yaitu folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier
(folikel yang sedang tumbuh), dan folikel de Graaf (folikel matang). Pada ovulasi,
bagian tipis pada folikel akan pecah. Setelah ovulasi, sel yang berkembang di
dalam folikel berdiferensiasi membentuk korpus luteum, yang memiliki fungsi
penting memproduksi progesteron.Sel telur yang dilepaskan tertangkap oleh
infundibulum dan bergerak ke saluran telur, di mana pembuahan terjadi jika ada
sperma, kemudian bergerak melalui saluran telur dan masuk ke uterus. Jika
dibuahi, maka akan terjadi perkembangan embriologis di dalam uterus (Turner,
2014)
Uterus terdiri dari kornu, korpus, dan serviks, melakukan sejumlah fungsi:
kontraksi uterus mempermudah pengangkutan sperma ke tuba fallopii, uterus
merupakan tempat pembentukan plasenta dan perkembangan fetus, menghasilkan
prostaglandin yang bisa menghancurkan fungsi korpus luteum
ovarium.Permukaan dalam uterus ruminansia mengandung penonjolan-penonjolan
seperti cendawandisebut caruncula.Uterus sapi memiliki 70-120 caruncula yang

3
berdiameter 10 cm dan terlihat seperti spon karena banyak lubang-lubang kecil
(crypta) yang menerima villi chorionik placental. Villi-villi chorion hanya
berkembang pada daerah tertentu pada selubung fetus (cotyledon) yang memasuki
caruncula. Cotyledon dan caruncula bersama-sama disebut placentoma (Lellan,
2009).
Serviks adalah suatu struktur berupa sphincter, terdapat dalam bentuk
lereng-lereng transversal dan saling menyilang disebut cincin-cincin annuler.
Berfungsi untuk mencegah masuknya mikroorganisme atau benda-benda asing ke
lumen uterus. Pada saat estrus, serviks akan terbuka sehingga memungkinkan
sperma memasuki uterus sehingga terjadi pembuahan serta menghasilkan cairan
mucus yang keluar melalui vagina (Prange, 2007)

2.2 Etiologi
Prolapsus uteri adalah penonjolan uterus dari vulva dengan permukaan
mukosa berwarna merah, kadang nekrosis jika tidak ditangani segera dan
terkontaminasi kotoran (Kumar, 2015). Prolapsus uteri telah tercatat pada semua
spesies hewan, Hal ini dianggap sebagai kondisi darurat dan harus ditangani
sebelum terjadi trauma mukosa, kontaminasi dan perdarahan fatal. Keparahan
prolapsus uteri dibedakan dalam beberapa tingkatan yaitu tingkatan 1, 2 dan 3.
Prolapsus uteri tingkat 1, mukosa vagina keluar dari vulva saat hewan berbaring
sedangkan pada saat berdiri tidak terlihat. Prolapsus uteri tingkat 2, mukosa
vagina terlihat saat ternak berdiri namun serviks belum terlihat, dan prolapsus
uteri tingkat 3, serviks dan vagina terlihat menggantung di vulva (Bhattacharyyaet
al., 2012), dan penulis mengemukakan jika grade 1 merupakan kejadian tertinggi
yang sering terjadi.
Berbagai faktor predisposisi menyebabkan prolaps uterus pada sapi,
yaitu hypocalcaemia, distokia berkepanjangan, besarnya fetus, penyakit kronis
dan paresis (Parmeret al., 2016). Penyebab prolapsus uteri yaitu karena ternak
bunting yang selalu dikandangkan, kurangnya exercise (latihan) menyebabkan
otot penggantung uterus tidak elastis dan kondisi kandang tempat ternak saat
partus kurang baik dimana bagian belakang lebih rendah dari permukaan tanah
daripada bagian depan. Penyebab lain terjadinya prolapsus uteri yang umumnya
terjadi setelah kelahiran yaitu inkoordinasi kontraksi peristaltikdimana perejanan
yang kuat dan kontraksi pada abdomen dan tendon diafragma yang berlangsung
terus menurus meski janin sudah keluar. Prolapsus uterus juga terjadi karena
keadaan ligament penggantung uterus yang lemah (Burhan,2012).

4
Gambar 2. Sapi dengan prolapsus uteri dengan tanda panah putih (caruncula; tempat
perlekatan membran fetus merupakan vaskularisasi ke fetus), tanda panah
hitam (mukosa uterus; lapisan paling dalam uterus), dan tanda panah
biru(saluran kelamin luar betina; vulva) (Sumber: Bhattacharyyaet al., 2012)

2.3 Gejala klinis


Gejala klinis yang terlihat pada kejadian prolapsus uteri yaitu keluarnya
uterus ditandai dengan adanya jaringan yang berwarna merahdan edematous
menggantung ke belakang kakipada saat berdiri dan biasanya terkontaminasi
dengan kotoran jika ternak dalam keadaan berbaring, hewan menunjukkan tanda-
tanda ketidaknyamanan (Patra, 2014).

2.4 Prognosa
Keberhasilan pengobatan tergantung pada jenis kasus, durasi kasus,
tingkat kerusakan dan kontaminasi (Kumar, 2015). Menurut penelitian yang
dilakukan Ishii et al. (2017), ketika terjadi prolapsus uteri, tingkat pemulihan
indukan yang berdiri 100% dan untuk yang berbaring pada posisi terendah yaitu
37%. Hal ini dapat disimpulkan jika pada saat berdiri tingkat kontaminasi kotoran
dapat dihindari. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesembuhan dari prolapsus
uteri termasuk teknik perawatan dan lingkungan (Oakley, 2014). Tidak adanya
hipokalsemia berat dapat menunjukan prognosa yang baik (Potter, 2008).

2.5 Penanganan
Prolapsus uteri kronis biasanya ditangani dengan menggunakan teknik
jahitan pada vulva dengan metode buhner’s suture. Anestesi epidural digunakan
dalam penanganan ini. Teknik jahitan perivaginal Buhners, Massa prolapsus
dibersihkan secara menyeluruh dengan larutan saline, lakukan anastesi epidural
(os coccygeal vertebrae 1 dan 2) dengan lidocaine hidrocholida 2 %, hewan
direstrain sebelum dilakukan tindakan, lapisan membran fetus dipisahkan terlebih
dahulu dan massa uterus dicuci dengan larutan antiseptik. Massa uterus
dimasukkan kedalam rongga abdomen dan dilakukan penjahitan dengan metode
buhner;s suture, jahitan kemudian dibuka setelah 7 – 10 hari.Untuk beberapa

5
kasus kronis di negara lain dalam penangananprolapsus uteribiasanya dengan
pemotongan atau disembelih(Dey, T.et al., 2017; Nayak, 2011).

Gambar 3. Aplikasi Buhner’s suture pada sapi yang mengalami prolapses uteri dengan
menggunakan selang infus (Sumber: Makhdoomi et al., 2014)

Penanganan yang dilakukan pada kasus prolapsus uteri yaitu jika indukan
pada saat berdiri dengan massa uterus yang menggantung, dilakukan anastesi
epidural dengan lidocaine hcl 2%, selain itu diberikan terapi cairan berupa ringer
lactat. Plasenta dilepaskan dengan lembut kemudian massa uterus dicuci dengan
larutan antiseptik. Kemudian secara hati-hati massa uterus direposisi ke dalam
rongga abomen kemudian dilakukan penjahitan vulva dengan teknik modifikasi
buhner suture. Untuk memaksimalkan perawatan maka jahitan dilepas pada hari
ketujuh atau hari kesepuluh (Dey, T. et al., 2017).

6
Ga
Gambar 4. Ilustrasi teknik penjahitan buhner (Peter, 2017)

Pada Gambar 4 diatas menunjukkan teknik penjahitan buhner yaitu,


setelah dilakukan anastesi epidural, vulva dicuci dan dilakuka penjahitan kurang
lebih satu cm dibuat pada garis tengah di bawah vulva masukkan ke dalam lapisan
subcutan dan arahkan tangan yang memegang jarum hingga mengelilingi bibir
vulva mencapai vulva bagian atas dekat dengan anus dan keluarkan jarum, jarum
kemudian dilewatkan kembali hingga ke bagian bawah vulva dan kemdian
dilakukan simpul pada kedua ujung tali (Peter, 2017).

7
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan penaganan prolapsus uteri pada sapi brahmanini dilaksanakan di
UPTD Puskeswan Tamanagapa Antang pada bulan Agustus 2017.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam proses penanganan prolapsus uteri antara
lain needle holder (OneMed, PT. Jayamas Medica Industri, Indonesia),
benang silk(type: Silk + Jarum 1/2GT 35mm, Diameter: 2/0, 3/0, Panjang:
75cm, OneMed, PT. Jayamas Medica Industri, Indonesia), pinset anatomis
(Panjang 14cm, OneMed, PT. Jayamas Medica Industri, Indonesia), gunting
(runcing-runcing,OneMed, PT. Jayamas Medica Industri, Indonesia), plastik
gloves, spuit 1cc (1cc disposable syringe, OneMed,PT. Jayamas Medica
Industri, Indonesia).
Bahan yang digunakan Gula pasir, air bersih, minyak kelapa, lidocaine
2 % (berisi lidocine hcl 20mg, 2ml per ampul, Phapros, Semarang),povidon
iodin(larutan antiseptic mengandung povidone iodin10%, OneMed, PT.
Jayamas Medica Industri, Indonesia), colibact bolus (Tiap bolus mengandung
Sulfadiazin 1.000mg Trimethoprim 200mg, Sapi dan kuda 2-4
bolus. Kambing, domba dan babi 1-2 bolus, PT. Sanbe Farma, Indonesia),
procaine penisilin (mengandung procaine benzylpenicillin Meiji Indonesia),
biodin (mengandung adenosin tripospat, garam aspartate, sodium selenite
dan vitamin B12, Romindo, Indonesia).

3.3 Prosedur kegiatan


3.3.1 Pemeriksaan Klinis
Induk sapi yang mengalami prolapsus uteri berbaring kelelahan
setelah partus dan uterus seluruhnya keluar dari rongga abdomen,
keadaan uterus kotor karena hewan berbaring sehingga uterus berada
di lantai. Mengalami oedamatous atau ppembesaran ukuran.

3.3.2 Penanganan dan pengobatan


Alat dan bahan dipersiapkan kemudian tangan petugas dicuci
bersih dan memakai gloves. Sebelum mereposisi uterus, tangan diberi
pelicin dengan menggunakan minyak kelapa. Uterus di cuci dengan
air bersih dicampur dengan iodin dan ditaburi dengan gula hingga
uterus mengecil.
Berusaha untuk mereposisi uterus ke dalam rongga abdomen.
Reposisi ini dilakukan dengan cara mendorong uterus ke dalam
rongga abdomen. Pendorongan uterus ini dilakukan dengan mengikuti
proses perejanan induk sapi. Jika induk tidak merejan maka
pendorongan dilakukan tetapi jika induk merejan maka uterus ditahan
sehingga tidak keluar. Setelah uterus kembali ke posisinya, kemudian
bolus colibact dimasukkan kedalam uterus.

8
Anastesi lokal dengan penyuntikan lidocaine 2% disekitar vulva
untuk menghindari rasa sakit pada saat dilakukan penjahitan.
Melakukan penjahitan vulva menggunakan benang silk dengan
pola pursestring secara continue mengelilingi bibir vulva, kemudian
simpul ikatan kedua ujung benang hingga bibir vulva saling
menempel. Injeksi antibiotik procain penicillin dan biodin 10ml.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kasus yang ditemukan di Puskeswan Tamangapa, Antang dilaporkan


oleh warga adanya indukan sapi brahman cross yang mengalami kejadian
prolapsus uteri, berumur tiga tahun. Menurut pemiliknya, ini merupakan
kebuntigan yang ketiga. Untuk pemberian pakan selama kebuntingan pemilik
biasanya memberikan ke kandang dan kadang juga melepaskan untuk mencari
makan sendiri. Sesaat sebelum partus, induk terus merejan dan ditempatkan pada
lantai pijakan miring. Proses kelahiran terjadi secara normal namun setelah
beberapa jam pasca partus uterus keluar dan menggantung.
Dari pemeriksaan klinis yang ditemukan sapi hanya berbaring dan tampak
kelelahan pasca partus dan uterus sudah keluar dari rongga abdomen dan
menggantung, uterus sudah terpisan dari selaput fetus namun kondisi uterus kotor
dan bercampur dengan pasir, terjadi oedematous atau pembesaran bentuk uterus.
Berdasarkan anamnesa dan temuan klinis yang ditemukan di lapangan,
dapat didiagnosa hewan tersebut mengalami prolapsus uteri, dimana uterus
menggantung keluar di vulva sesaat setelah melahirkan. Prolapsus uteri adalah
suatu kondisi keluarnya uterus karena adanya tekanan yang mendorong ke luar
tubuh melalui liang vagina dan terjadi karena ketidakmampuan atau kelemahan
jaringan ikat dan muskulus untuk menopang uterus (Azawi, 2012).
Untuk penanganan yang dilakukan pada kasus prolapsus uteri dengan
penjahitan vulva menggunakan pola jahitan pursestring yaitu, pertama mencuci
uterus yang sudah terkontakminasi dengan air bersih yang ditambahkan antiseptic
iodine. Sebelum direposisi uterus ternak yang keluar dari vulva ditaburi gula pasir
dengan tujuan agar uterus bisa mengecil sehingga memudahkan untuk reposisi.
Massa uterus yang keluar ditempatkan pada alas plastik dan dicuci, kemudian
diberikan gula sehingga massa uterus tetap lunak dan akan membantu
menyusutkan jaringan yang membengkak (Hopper, 20016). Ketika terjadi
prolapsus uteri massa uterus menjadi keras dan membengkak sehingga pemberian
agen osmotik secara topikal untuk mengurangi atau mencegah edema dan
mengeluarkan cairan yang berada dalam uterus (Bhattacharyya et al., 2012).
Kemudian dilakukan reposisi secara hati-hati dengan melakukan palpasi
dan mendorong uterus kedalam rongga abdomen. Pendorongan uterus ini
dilakukan dengan mengikuti proses perejanan induk sapi. Jika induk tidak
merejan maka pendorongan dilakukan,tetapi jika induk merejan maka uterus
ditahan sehingga tidak keluar. Setelah uterus kembali ke dalam rongga abdomen,
obat dimasukkan intra uterus melalui vulva yaitu colibact bolus yang merupakan
kombinasi sulfadiazine dan trimethoprim yang diindikasikan untuk melindungi
uterus terhadap infeksi bakteri akibat dari prolapsus uteri.

10
Gambar 5.Persiapan Penanganan pada Prolapsus Uteri

Vulva dijahit dengan menggunakan benang silk untuk mencegah uterus


keluar kembali, sebelum dilakukan penjahitan lakukan anastesi lokal
menggunakan lidocaine satu ampule di sekitar vulva untuk mengurangi rasa sakit
pada hewan pada saat dilakukan penjahitan sesuai pada Gambar 5 terlampir.
Penjahitan luka yang dilakukan di lapangan adalah dengan pola purestring, teknik
jahitan ini dapat dilakukan dengan cepat.

Gambar 6. Proses Penjahitan dengan Teknik Jahitan Purestring

Metode penanganan prolapsus uteri yang dilakukan di lapangan sesuai yang


dilakukan dalam penelitian Parmar et al., (2016) yaitu pertama pencucian uterus
yang keluar dengan menggunakan air bersih dan larutan salin kamudian reposisi
kedaam rongga abdoment dan dijahit dengan metode buhner’s suture secara
melingkar pada sekitar vulva untuk menghindari uterus keluar kembali.

11
Metode jahitan buhner sama denganmetode jahitan pursesrting, namun
penggunaan jahitan dengan menggunakan selang infus atau tali nylon, namun
pada prinsipnya sama-sama digunakan untuk memperkecil ukuran lubang saluran
kelamin betina dan menahan keluarnya kembali organ uterus yang telah
dimasukkan.

A B
Gambar 7.Perbandingan antara hasil penjahitan yang dilakukan di lapangan dengan
sumber literatur A. Hasil Penjahitan Vulva dengan metode jahitan pursestring
yang kami lakukan di lapangan; B.Aplikasi penjahitandengan metode Buhner’
Suture (Sumber:Bhattacharyyaet al., 2012 )

Pada Gambar 7 merupakan perbandingan metode penjahitan vulva yang


kami lakukan dengan paramedik lapangan dengan beberapa jurnalpenelitian
prolapsus uteri yang ditemukan.Teknik penanganan prolapsus uteri yang
digunakan sama, yaitu penjahitan mengelilingi vulva seperti yang terlihat pada
kedua gambar diatas (Abdullah, 2014; Makhdoomi et al., 2014; Bhattacharyya et
al., 2012; Parmar et al., 2016).
Setelah dilakukan penanganan mulai dari pembersihan uterus yang kotor,
reposisi uterus kedalam rongga abdomen, pemberian antibiotik colibact dan
anastesi lokal dengan lidocaine 2% disekitar vulva dan penjahitan mengelilingi
vulva dengan metode pursestring, selanjutnya pasien diberi pengobatan yaitu
injeksi intra muscular (IM) biodin 10 ml untuk menstimulasi tubuh secara umum
terutama pada tonus otot karena kelemahan setelah melahirkan dan juga untuk
meningkatkan daya tahan tubuh ternak serta injeksi procain penicillin. .
Pemberian antibiotik procaine penicillin yang merupakan kombinasi
antibiotik penicillin sebagai golongan antibiotik betalaktam sedangkan procain
merupakan anastesi lokal. Kombinasi keduanya bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit pada pemberian secara intramuscular. Pemilihan antibiotik ini selain

12
berfungsi sebagai antibiotik juga digunakan untuk analgesik penahan rasa sakit
agar hewan tidak stres.
Biodin memiliki kandungan Adenosin Triphosphat, sebagai energi cadangan
siap pakai, berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh hewan.Garam
Aspartarte, berperan dalam mengatur keseimbangan ion-ion tubuh pada proses
metabolisme sel tubuh hewan. Sodium selenite, sangat berperan dalam mengatur
reaksi enzimatis pada proses metabolisme sel dan berfungsi juga sebagai
antioksidan.Vitamin B12, berperan pada proses metabolisme tubuh hewan.
Kontrol dilakukan pada minggu pertama setelah penanganan oleh petugas
lapangan, bekas jahitan pada vulva tidak ditemukan infeksi, vulva tidak menonjol.
Indukan sudah melakukan aktifitas normal dan nafsu makan baik, tidak
menunjukkan gejala kelemahan. Sehingga pertimbangan untuk melepaskan
jahitan dilakukan karena jahitan vulva sudah mengering.
Untuk menghindari indukan sapi mengalami prolapsus uteri pada saat
bunting,sebaiknya memperhatikan pemberian pakan yang teratur untuk
menghindari obesitas, exercise dan tidak selalu dikandangkan serta penempatan
indukan pada bidang kemiringan 5cm dibelakang sapi (Ratnawati et al.,
2007).Penanganan prolapsusuteri segera dan tepat diperlukan untuk menghindari
komplikasi serius yang dapat mempengaruhi infeksi uterus, infertilitas dan
kematian akibat septicemia (Abdullah, 2014).

13
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Prolapsus uteri adalah suatu kondisi dimana keluarnya uterus karena
adanya tekanan yang mendorong keluar tubuh melalui liang vagina dan
terjadi karena ketidakmampuan atau kelemahan otot penggantung uterus
(mesosalfing) untuk menopang uterus. Berdasarkan anamnesa dan temuan
klinis yang ditemukan dilapangan dapat disimpulkan bahwa hewan tersebut
mengalami prolapsus uteri dengan uterus menggantung keluar di vulva.
Pengobatan yang diberikan yaitu pemberian antibiotic colibact secara
intrauterina, dan antibiotik procain penicillin secara intramuskular dan
multivitamin biodin secara intramuskular, serta dilakukan penjahitan di
vulva dengan metode pursestring untuk mencegah keluarnya uterus kembali
dan jahitan dibuka seminggu setelah penanganan

1.2 Saran
Sebaiknya tim pemeriksa kesehatan hewan memberi sosialisai kepada
masyarakat yang mempunyai usaha peternakan, mengenaimanajemen
pemeliharansapiyang benar sehinggabisa menanggulangi dan meminimalisir
kasus gangguan reproduksi pada ternak besar seperti prolapsus uteri.

14
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2011. Female Anatomy Reproductive. University of Florida.
Gainesville, Florida.

Abdullah, F., Yusuf Abba, Lawan Adamu, Abdulnasir Tijjani, Konto Mohammed,
Abdinasir Yusuf Osman, Abdul Aziz Saharee, Abdul Wahid Haron. 2014.
Management of Grade I Vaginal Prolapse in a Friesian Cross. Department
of Veterinary Clinical Studies. Department of Veterinary Pathology and
Microbiology. Research Centre for Ruminant Disease, Faculty of Veterinary
Medicine, Universiti Putra Malaysia.

Azawi, O.I., Aziz, D.M.,Al-Hyani, O.H. 2012. Vaginal and Cervical Prolapse
Complicated with Herniation of Urinary Bladder in a Cow : A Case Report.
Asian Pacific Journal of Reproduction 231-232.

Bhattacharyya, H.K., Fazili, M.R., Buchoo, B.A.,Akand, A.F. 2012. Genital


Prolapse in Crossbred Cows: Prevalence, Clinical Picture and Management
by a Modified Buhner’s Technique Using Infusion (DRIP) Set Tubing as
Suture Material. Teaching Veterinary Clinical Complex, Faculty of
Veterinary Sciences and Animal Husbandry. Sher-e-Kashmir University of
Agricultural Sciences and Technology of Kashmir ShuhamaAlusteng,
Srinagar, Jammu and Kashmir, India.

Burhan, W. 2012. Treatment And Handling Uterine Prolapse In The Cattle.


http://breedinglivestock. /2012/06/treatment-and-handling-uterine-prolapse
(06 Juni 2012)

Dey T., Sonnet Poddar Mukti Barua. 2017. Clinical Management of Uterine
Prolapse in Non-raising Hindquarter Condition of Cross Breed Dairy Cow.
Department of Medicine and Surgery, Faculty of Veterinary Medicine,
Chittagong Veterinary and Animal Sciences University, Bangladesh

Hopper, R. 2016. Prolapse of the vagina, cervix, or uterus.


(https://extension.msstate.edu/sites/default/files/pdf/vet_may2016_0.pdf)

Ishii, M, Aoki1, T., Yamakaw, Uyama, T., El-khodery, S., Matsui, Miyake, Y.
2010. Uterine prolapse in cows: Effect of raising the rear end on the clinical
outcomes and reproductive performance. Obihiro University of Agriculture
and Veterinary Medicine, Obihiro, Hokkaido, Japan Faculty of Veterinary
Medicine, Mansoura University, Mansoura, Egypt.

Oakley G.E. 2014. Survival and Fertility of Dairy Cows Following Uterine
Prolapse. New Zealand Veterinary Journal

15
Kumar A., Senthil , And A.Yasotha. 2015. Correction and Management of Total
Uterine Prolapse in A Crossbred Cow. Journal of Agriculture and
Veterinary Science.
Lellan, B. 2009. Anatomy of the Cow's Reproductive System. Alberta agricultural
and forestry.

Makhdoomi, D.M., Mohsin Ali Gazi, H.K., Batacharya, Sofi. 2014. Surgical
Management of Uterine Prolapse in a Cow. Department of Veterinary
Clinics. Faculty of Veterinary Sciences and Animal Husbandry. Sher-e-
Kashmir University of Agriculture Science and Technology. Shuhama,
Alusteng.

Nayak S., Samantara. 2011. Surgical Correction of Chronic Cerivco-Vaginal


Prolapse in a Red Sindhi Cow through Intravaginal approach.
Department of Veterinary Surgery & Radiology,College of Veterinary
Science & Animal Husbandry,Orissa University of Agriculture and
Technology, Bhubaneswar - 751 003, Orissa, India.
Parmar, V., Bhavsar, J.A., Chaudhary, G.M., Desai, G.D., Rajgor, B.B.2016.
Therapeutic Management Of Post Partum Uterine Prolapse In Kankrej
Cattle. College of Veterinary Science and Animal Husbandry
Sardarkrushinagar Dantiwada Agricultural University.

Patra, B. K., Nahak A. K., Dash, S. K. , Sahu, S., Das, S. P., Das, S. Mohanty,
D.N. 2014. Cervico Vaginal Prolapse in a Pregnant Cow and Its
Management. Teaching Veterinary Clinical Complex, College of
Veterinary Science & Animal Husbandry, OUAT, Bhubaneswar. India.

Peter, A. 2017. Vaginal, Cervical, and Uterine Prolapse. Veterinary Clinical


Sciences,(https://veteriankey.com/vaginal-cervical-and-uterine-prolapse/)
College of Veterinary Medicine, Purdue University, West Lafayette,
Indiana, USA (24 Agustus 2017).

Potter. 2008. Prolapse of the uterus in the cow. The Royal Veterinary College,
Hawkshead Lane, Hatefield, Hertfordshire.

Prange, and Duby. 2007. Anatomy of the Cow’s Reproductive Tract. West
Virginia University Extension Service

Ratnawati D., Wulan Cahya Pratiwi, Lukman Affandhy. S, Grati. 2007. Petunjuk
Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Turner, J. 2014. Reproductive Tract Anatomy and Physiology of the Cow.


Department of Extension Animal Sciences and Natural Resources, New
Mexico State University.

16
LAMPIRAN

Gambar 8. Pencucian uterus dengan air bersih

Gambar 9. Anastesi Lokal dengan Lidocine

Gambar 10. Bolus Colibact Intra Uterine

17
Gambar 11. Antibiotik Penicilin

18
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 04 September 1991 di


Bulucenrana, Sidrap, anak dari Abd. Muin Tanro (alm.)
dan Hj. Hadrah, S.Pd. Penulis merupakan anak ketiga dari
lima bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di
SD Negeri 04 Maroangin tahun 2003, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Maiwa dan lulus
pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan
pendidikan di SMAN 1 Maiwa, Enrekang.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran
Hewan pada tahun 2015 di Universitas Hasanuddin dan
pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan pada
Program Profesi Dokter Hewan (PPDH) di Universitas
yang sama.

19

Anda mungkin juga menyukai