BRAHMAN CROSS
TUGAS AKHIR
SRI RAHAYU
O 121 16 014
TTD
SRI RAHAYU
O 121 16 014
ii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Sri Rahayu
v
PRAKATA
Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir koasistensi yang menjadi salah
satu syarat kelulusan. Shalawat beriring salam tak lupa kita panjatkan kepada
junjungan alam, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Pelaksanaan ko-asistensi ini kami telah banyak mendapatkan
bimbingan dan arahan dari Dokter Hewan pembimbing dilapangan, untuk itu pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Drh. Baso Yusuf, M. Sc selaku pembibing, Drh. A. Magfira Satya Apada,
M.Sc selaku penasehat akademik.Ungkapan terima kasih penulis haturkan kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp. BS., selaku dekan fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
2. Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari, selaku ketua program studi Pendidikan Profesi
Dokter Hewan yang telah memberi motivasi penulis dengan berbagai
arahannya selama ini.
3. Drh. Fika Yuliza Purba, M.Sc, Drh. Dini Kurnia Ikliptikawati, M. Sc., Drh.
Novi Susanty, Drh. Wa Ode Santa Monica, M. Si.,Drh. Baso Yusuf, M. Sc.,
Drh. Muhammad Fadhlullah Mursalim, M.Kes., dan Drh. Muhammad
Muflih Nur selaku koordinator bagian koasistensi
4. Drh. Baso Yusuf, M. Sc. selaku pembimbing tugas akhir yang telah banyak
membantu dalam mengarahkan pengerjaan tugas akhir.
5. Segenap Dokter Hewan selaku pembimbing lapangan yang telah
meluangkan waktu dan telah memberi motivasi penulis dengan berbagai
arahannya selama ini.
6. Segenap pegawai dan staf Program Studi Kedokteran Hewan Unhas yang
telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.
7. Orang tua tercinta yang sangat berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam
kehidupanpenulis. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui
nasehat, doa, daya, dan upaya senantiasa dicurahkan untuk penulis. Semua
Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.
8. Teman teman kelompok 3 yang yang sama sama berjuang dalam
penyelesaian koasisten selama setahun lebih.
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari semua yang telah mereka berikan, dan mudah-mudahan Allah
senantiasi memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan mereka
semua. Teriring ucapan Jazakumullah Khoiran Katsiro, Amin Ya Rabbal Alamiin.
v
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum mencapai
kesempurnaan baik dari segi bahasa, isi maupun analisisnya.Sehingga, kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan demi kesempunaan tugas akhir ini.Namun
penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Makassar, 2017
PENULIS
vi
Sri Rahayu. O12116014. Penanganan Kasus Prolapsus Uteri pada sapi brahman
cross. Dibimbing oleh Drh. Baso Yusuf, M. Sc.
ABSTRAK
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan cara penanganan
prolapsus uteri yang terjadi pada sapi brahmanyang terjadi pasca partus yang
menyebabkan uterus keluar dari dalam rongga abdomen, hal ini disebabkan
karena indukan terlalu lama merejan dan bidang pijakan yang terlalu miring
sehingga otot pengantung uterus tidak dapat menahan uterus berada pada
posisinya yang menimbulkan uterus keluar. Dari pemeriksaan klinis yang
diperoleh di lapangan, uterus menggantung keluar dan sapi mengalami kelelahan
dan terus berbaring. Tindakan yang dilakukan berupa reposisi uterus kedalam
rongga abdomen dan penjahitan vulva dengan metode pursestring untuk
mencegah uterus kembali keluar, pengobatan yang diberikan berupa injeksi
procain penicillin dan vitamin. Pengamatan dilakukan selama seminggu untuk
mengetahui proses kesembuhan luka jahitan. Pada hari ketujuh luka mulai
mengering, jahitan pada vulva dibuka secara hati-hati dengan menggunakan
gunting dan vulva sudah kembali kebentuk normal sebelum terjadinya prolapsus
uteri. Untuk menghindari terjadinya kejadian berulang pada saat kebuntingan
kembali, sebaiknya sapi ditempatkan pada kandang yang kemiringannya tidak
terlalu tinggi.
vii
Sri Rahayu. O12116014. The Case Of Prolapsus Uteri in brahman Cow.
Suvervised by Drh. Baso Yusuf, M. Sc
ABSTRACT
This case study aims to determine the causes and ways of handling uterine
prolapse in brahman cows that occur post-partus which causes the uterus out of
the abdominal cavity, this is because the breeding is too long hitting and the
foothold is too skewed so that the uterine muscle can not be holding the uterus in
its position causing the uterus to come out. From the clinical examination
obtained in the field, the uterus hangs out and the cow is exhausted and continues
to lie down. Actions performed in the form of repositioning the uterus into the
abdominal cavity and the sewing of the vulva with purestring method to prevent
the uterus back out, the treatment provided in the form of procaine penicillin and
vitamin injections. Observations conducted for a week to find out the process of
healing stitches wound. On the seventh day the wound begins to dry, the stitches
on the vulva open carefully by using scissors and the vulva has resumed normal
form before the life of uterine prolapse. To avoid recurrence at the time of
pregnancy again, refine the cage to a slope that is not too high.
viii
DAFTAR ISI
Halaman judul .................................................................................................. i
Halaman pengajuan .......................................................................................... ii
Halaman persetujuan ........................................................................................ iii
Lembar pernyataan keaslian............................................................................. iv
Prakata .............................................................................................................. v
Abstrak ............................................................................................................. vii
Abstract ............................................................................................................ viii
Daftar isi ........................................................................................................... ix
Daftar gambar................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
1.4 Kegunaan Penulisan ................................................................................... 2
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
5.2 Saran........................................................................................................... 14
LAMPIRAN .................................................................................................... 17
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 19
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu gangguan reproduksi yang ditangani penulis pada saat mengikuti
koasisten magang profesi pilihan PPDH Unhas di UPTD Puskeswan Tamangapa,
Antang bersama dengan paramedik veteriner setempat adalah prolapsus uteri.
Seperti yang kita ketahui bahwa penanganan gangguan reproduksi di tingkat
usaha peternakan kecil masih kurang. Dengan adanya pembelajaran mengenai
kasus prolapsus uteri pada sapi dan penanganannya maka diharapkan sebagai
panduan pembelajaran bagi para pembaca khususnya petani ternak sehingga dapat
memperlancar usaha demi meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan jumlah
induk berkualitas. Hal ini demi memenuhi tuntutan kebutuhan pedet yang akan
dijadikan untuk peningkatan populasi maupun untuk kebutuhan daging dan juga
susu untuk memenuhi gizi masyarakat.
Prolapsus uteri adalah suatu kejadian yang umumnya terjadi pada sapi, dan
jika hal itu terjadi pengobatan yang cepat dan efektif dibutuhkan untuk
mempertahankan, memulihkan serta menjaga kesuburan dari hewan tersebut. Hal
ini biasanya terjadi pada 24 jam pertama setelah partus, namun ada beberapa
kejadian yang terjadi setelah beberapa hari setelah partus. Prolapsus uteri terjadi
ketika cornua uteri terlipat ke vagina setelah partus dan menonjol ke vulva (Potter,
2008).
Banyak faktor yang terkait dengan kejadian prolapsus uteri, yaitu kondisi
seperti keadaan uterus yang buruk, tertahannya fetus, kondisi yang meningkatkan
tekanan intra abdomen saat berbaring, distokia, kemiringan lantai, kebuntingan
yang telah berulang menyebabkan otot penggantung uterus yang sudah lemah
sehingga tidak dapat menahan berat uterus saat kebuntingan. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa 40% sapi bunting setelah mengalamiprolapsus uteri, yang
terlambat ditangani dapat menyebabkan kejadian septikemia yang fatal.
Keberhasilan pengobatan tergantung pada jenis kasus, durasi kasus, tingkat
kerusakan dan kontaminasi (Kumar, 2015; Burhan, 2012).
Studi kasus menyebutkan bahwa kejadian prolapsus uteri di Hokkaido, Jepang
pada sapi perah mencapai 76 ekor pada tahun 2000 yang tersebar di 42
peternakan, 10 dari 76 ekor yang prolapsus uteri dilaporkan mengalami kematian
karena terlambat dalam penanganan (Ishii et al., 2010). Bhattacharya et al., (2012)
melaporkan bahwa persentase kematian prolapsus uteri 9,09% dan diikuti dengan
kasus metritis 18.18%. Penulis juga mengemukakan bahwa kejadian prolapsus
pada sapi persilangan yang paling tinggi yaitu pada grade 1 (52, 38%), grade
3(33,33%) dan grade 2 (14,29%). Jenis penanganan yang direkomendasikan yaitu
anastesi epidural dengan lidocaine HCL 2 % kemudian membersihkan massa
uterus yang terkontaminasi melakukan penjahitan dengan metode jahitan
Buhner’s suture. Setelah seminggu jahitan pada vulva dibuka dan hewan kembali
normal (Kumar, 2015; Bhattacharya et al.,2012 )
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab terjadinya prolapsus uteri?
2. Bagamana cara penanganan prolapsus uteri?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko terjadinya prolapsus uteri
pada sapi
2. Untuk mengetahui cara penanganan yang tepat pada kejadian prolapsus
uteri
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan adalah untuk mengetahui cara penanganan prolapsus
uteri pada sapi dan menambah informasi kepada penulis dan pembaca
mengenai prolapsus uteri dan cara penanganannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
berdiameter 10 cm dan terlihat seperti spon karena banyak lubang-lubang kecil
(crypta) yang menerima villi chorionik placental. Villi-villi chorion hanya
berkembang pada daerah tertentu pada selubung fetus (cotyledon) yang memasuki
caruncula. Cotyledon dan caruncula bersama-sama disebut placentoma (Lellan,
2009).
Serviks adalah suatu struktur berupa sphincter, terdapat dalam bentuk
lereng-lereng transversal dan saling menyilang disebut cincin-cincin annuler.
Berfungsi untuk mencegah masuknya mikroorganisme atau benda-benda asing ke
lumen uterus. Pada saat estrus, serviks akan terbuka sehingga memungkinkan
sperma memasuki uterus sehingga terjadi pembuahan serta menghasilkan cairan
mucus yang keluar melalui vagina (Prange, 2007)
2.2 Etiologi
Prolapsus uteri adalah penonjolan uterus dari vulva dengan permukaan
mukosa berwarna merah, kadang nekrosis jika tidak ditangani segera dan
terkontaminasi kotoran (Kumar, 2015). Prolapsus uteri telah tercatat pada semua
spesies hewan, Hal ini dianggap sebagai kondisi darurat dan harus ditangani
sebelum terjadi trauma mukosa, kontaminasi dan perdarahan fatal. Keparahan
prolapsus uteri dibedakan dalam beberapa tingkatan yaitu tingkatan 1, 2 dan 3.
Prolapsus uteri tingkat 1, mukosa vagina keluar dari vulva saat hewan berbaring
sedangkan pada saat berdiri tidak terlihat. Prolapsus uteri tingkat 2, mukosa
vagina terlihat saat ternak berdiri namun serviks belum terlihat, dan prolapsus
uteri tingkat 3, serviks dan vagina terlihat menggantung di vulva (Bhattacharyyaet
al., 2012), dan penulis mengemukakan jika grade 1 merupakan kejadian tertinggi
yang sering terjadi.
Berbagai faktor predisposisi menyebabkan prolaps uterus pada sapi,
yaitu hypocalcaemia, distokia berkepanjangan, besarnya fetus, penyakit kronis
dan paresis (Parmeret al., 2016). Penyebab prolapsus uteri yaitu karena ternak
bunting yang selalu dikandangkan, kurangnya exercise (latihan) menyebabkan
otot penggantung uterus tidak elastis dan kondisi kandang tempat ternak saat
partus kurang baik dimana bagian belakang lebih rendah dari permukaan tanah
daripada bagian depan. Penyebab lain terjadinya prolapsus uteri yang umumnya
terjadi setelah kelahiran yaitu inkoordinasi kontraksi peristaltikdimana perejanan
yang kuat dan kontraksi pada abdomen dan tendon diafragma yang berlangsung
terus menurus meski janin sudah keluar. Prolapsus uterus juga terjadi karena
keadaan ligament penggantung uterus yang lemah (Burhan,2012).
4
Gambar 2. Sapi dengan prolapsus uteri dengan tanda panah putih (caruncula; tempat
perlekatan membran fetus merupakan vaskularisasi ke fetus), tanda panah
hitam (mukosa uterus; lapisan paling dalam uterus), dan tanda panah
biru(saluran kelamin luar betina; vulva) (Sumber: Bhattacharyyaet al., 2012)
2.4 Prognosa
Keberhasilan pengobatan tergantung pada jenis kasus, durasi kasus,
tingkat kerusakan dan kontaminasi (Kumar, 2015). Menurut penelitian yang
dilakukan Ishii et al. (2017), ketika terjadi prolapsus uteri, tingkat pemulihan
indukan yang berdiri 100% dan untuk yang berbaring pada posisi terendah yaitu
37%. Hal ini dapat disimpulkan jika pada saat berdiri tingkat kontaminasi kotoran
dapat dihindari. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesembuhan dari prolapsus
uteri termasuk teknik perawatan dan lingkungan (Oakley, 2014). Tidak adanya
hipokalsemia berat dapat menunjukan prognosa yang baik (Potter, 2008).
2.5 Penanganan
Prolapsus uteri kronis biasanya ditangani dengan menggunakan teknik
jahitan pada vulva dengan metode buhner’s suture. Anestesi epidural digunakan
dalam penanganan ini. Teknik jahitan perivaginal Buhners, Massa prolapsus
dibersihkan secara menyeluruh dengan larutan saline, lakukan anastesi epidural
(os coccygeal vertebrae 1 dan 2) dengan lidocaine hidrocholida 2 %, hewan
direstrain sebelum dilakukan tindakan, lapisan membran fetus dipisahkan terlebih
dahulu dan massa uterus dicuci dengan larutan antiseptik. Massa uterus
dimasukkan kedalam rongga abdomen dan dilakukan penjahitan dengan metode
buhner;s suture, jahitan kemudian dibuka setelah 7 – 10 hari.Untuk beberapa
5
kasus kronis di negara lain dalam penangananprolapsus uteribiasanya dengan
pemotongan atau disembelih(Dey, T.et al., 2017; Nayak, 2011).
Gambar 3. Aplikasi Buhner’s suture pada sapi yang mengalami prolapses uteri dengan
menggunakan selang infus (Sumber: Makhdoomi et al., 2014)
Penanganan yang dilakukan pada kasus prolapsus uteri yaitu jika indukan
pada saat berdiri dengan massa uterus yang menggantung, dilakukan anastesi
epidural dengan lidocaine hcl 2%, selain itu diberikan terapi cairan berupa ringer
lactat. Plasenta dilepaskan dengan lembut kemudian massa uterus dicuci dengan
larutan antiseptik. Kemudian secara hati-hati massa uterus direposisi ke dalam
rongga abomen kemudian dilakukan penjahitan vulva dengan teknik modifikasi
buhner suture. Untuk memaksimalkan perawatan maka jahitan dilepas pada hari
ketujuh atau hari kesepuluh (Dey, T. et al., 2017).
6
Ga
Gambar 4. Ilustrasi teknik penjahitan buhner (Peter, 2017)
7
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan penaganan prolapsus uteri pada sapi brahmanini dilaksanakan di
UPTD Puskeswan Tamanagapa Antang pada bulan Agustus 2017.
8
Anastesi lokal dengan penyuntikan lidocaine 2% disekitar vulva
untuk menghindari rasa sakit pada saat dilakukan penjahitan.
Melakukan penjahitan vulva menggunakan benang silk dengan
pola pursestring secara continue mengelilingi bibir vulva, kemudian
simpul ikatan kedua ujung benang hingga bibir vulva saling
menempel. Injeksi antibiotik procain penicillin dan biodin 10ml.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Gambar 5.Persiapan Penanganan pada Prolapsus Uteri
11
Metode jahitan buhner sama denganmetode jahitan pursesrting, namun
penggunaan jahitan dengan menggunakan selang infus atau tali nylon, namun
pada prinsipnya sama-sama digunakan untuk memperkecil ukuran lubang saluran
kelamin betina dan menahan keluarnya kembali organ uterus yang telah
dimasukkan.
A B
Gambar 7.Perbandingan antara hasil penjahitan yang dilakukan di lapangan dengan
sumber literatur A. Hasil Penjahitan Vulva dengan metode jahitan pursestring
yang kami lakukan di lapangan; B.Aplikasi penjahitandengan metode Buhner’
Suture (Sumber:Bhattacharyyaet al., 2012 )
12
berfungsi sebagai antibiotik juga digunakan untuk analgesik penahan rasa sakit
agar hewan tidak stres.
Biodin memiliki kandungan Adenosin Triphosphat, sebagai energi cadangan
siap pakai, berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh hewan.Garam
Aspartarte, berperan dalam mengatur keseimbangan ion-ion tubuh pada proses
metabolisme sel tubuh hewan. Sodium selenite, sangat berperan dalam mengatur
reaksi enzimatis pada proses metabolisme sel dan berfungsi juga sebagai
antioksidan.Vitamin B12, berperan pada proses metabolisme tubuh hewan.
Kontrol dilakukan pada minggu pertama setelah penanganan oleh petugas
lapangan, bekas jahitan pada vulva tidak ditemukan infeksi, vulva tidak menonjol.
Indukan sudah melakukan aktifitas normal dan nafsu makan baik, tidak
menunjukkan gejala kelemahan. Sehingga pertimbangan untuk melepaskan
jahitan dilakukan karena jahitan vulva sudah mengering.
Untuk menghindari indukan sapi mengalami prolapsus uteri pada saat
bunting,sebaiknya memperhatikan pemberian pakan yang teratur untuk
menghindari obesitas, exercise dan tidak selalu dikandangkan serta penempatan
indukan pada bidang kemiringan 5cm dibelakang sapi (Ratnawati et al.,
2007).Penanganan prolapsusuteri segera dan tepat diperlukan untuk menghindari
komplikasi serius yang dapat mempengaruhi infeksi uterus, infertilitas dan
kematian akibat septicemia (Abdullah, 2014).
13
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Prolapsus uteri adalah suatu kondisi dimana keluarnya uterus karena
adanya tekanan yang mendorong keluar tubuh melalui liang vagina dan
terjadi karena ketidakmampuan atau kelemahan otot penggantung uterus
(mesosalfing) untuk menopang uterus. Berdasarkan anamnesa dan temuan
klinis yang ditemukan dilapangan dapat disimpulkan bahwa hewan tersebut
mengalami prolapsus uteri dengan uterus menggantung keluar di vulva.
Pengobatan yang diberikan yaitu pemberian antibiotic colibact secara
intrauterina, dan antibiotik procain penicillin secara intramuskular dan
multivitamin biodin secara intramuskular, serta dilakukan penjahitan di
vulva dengan metode pursestring untuk mencegah keluarnya uterus kembali
dan jahitan dibuka seminggu setelah penanganan
1.2 Saran
Sebaiknya tim pemeriksa kesehatan hewan memberi sosialisai kepada
masyarakat yang mempunyai usaha peternakan, mengenaimanajemen
pemeliharansapiyang benar sehinggabisa menanggulangi dan meminimalisir
kasus gangguan reproduksi pada ternak besar seperti prolapsus uteri.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2011. Female Anatomy Reproductive. University of Florida.
Gainesville, Florida.
Abdullah, F., Yusuf Abba, Lawan Adamu, Abdulnasir Tijjani, Konto Mohammed,
Abdinasir Yusuf Osman, Abdul Aziz Saharee, Abdul Wahid Haron. 2014.
Management of Grade I Vaginal Prolapse in a Friesian Cross. Department
of Veterinary Clinical Studies. Department of Veterinary Pathology and
Microbiology. Research Centre for Ruminant Disease, Faculty of Veterinary
Medicine, Universiti Putra Malaysia.
Azawi, O.I., Aziz, D.M.,Al-Hyani, O.H. 2012. Vaginal and Cervical Prolapse
Complicated with Herniation of Urinary Bladder in a Cow : A Case Report.
Asian Pacific Journal of Reproduction 231-232.
Dey T., Sonnet Poddar Mukti Barua. 2017. Clinical Management of Uterine
Prolapse in Non-raising Hindquarter Condition of Cross Breed Dairy Cow.
Department of Medicine and Surgery, Faculty of Veterinary Medicine,
Chittagong Veterinary and Animal Sciences University, Bangladesh
Ishii, M, Aoki1, T., Yamakaw, Uyama, T., El-khodery, S., Matsui, Miyake, Y.
2010. Uterine prolapse in cows: Effect of raising the rear end on the clinical
outcomes and reproductive performance. Obihiro University of Agriculture
and Veterinary Medicine, Obihiro, Hokkaido, Japan Faculty of Veterinary
Medicine, Mansoura University, Mansoura, Egypt.
Oakley G.E. 2014. Survival and Fertility of Dairy Cows Following Uterine
Prolapse. New Zealand Veterinary Journal
15
Kumar A., Senthil , And A.Yasotha. 2015. Correction and Management of Total
Uterine Prolapse in A Crossbred Cow. Journal of Agriculture and
Veterinary Science.
Lellan, B. 2009. Anatomy of the Cow's Reproductive System. Alberta agricultural
and forestry.
Makhdoomi, D.M., Mohsin Ali Gazi, H.K., Batacharya, Sofi. 2014. Surgical
Management of Uterine Prolapse in a Cow. Department of Veterinary
Clinics. Faculty of Veterinary Sciences and Animal Husbandry. Sher-e-
Kashmir University of Agriculture Science and Technology. Shuhama,
Alusteng.
Patra, B. K., Nahak A. K., Dash, S. K. , Sahu, S., Das, S. P., Das, S. Mohanty,
D.N. 2014. Cervico Vaginal Prolapse in a Pregnant Cow and Its
Management. Teaching Veterinary Clinical Complex, College of
Veterinary Science & Animal Husbandry, OUAT, Bhubaneswar. India.
Potter. 2008. Prolapse of the uterus in the cow. The Royal Veterinary College,
Hawkshead Lane, Hatefield, Hertfordshire.
Prange, and Duby. 2007. Anatomy of the Cow’s Reproductive Tract. West
Virginia University Extension Service
Ratnawati D., Wulan Cahya Pratiwi, Lukman Affandhy. S, Grati. 2007. Petunjuk
Teknis Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
16
LAMPIRAN
17
Gambar 11. Antibiotik Penicilin
18
RIWAYAT HIDUP
19