Oleh :
Oleh :
Oleh :
Komisi Penguji
Mengetahui :
Ketua Program Studi Ilmu Kepala Balai Besar Pelatihan
Peternakan Peternakan (BBPP) Kupang
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas karya
dan kasih-Nya penulis dapat melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) hingga
penulisan laporan ini selesai dengan baik. Adapun judul laporan PKL adalah “Analisis
Finansial Usaha Pemeliharaan Ternak Sapi di Balai Besar Pelatihan Peternakan Noelbaki
Kabupaten Kupang”. PKL merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diprogram oleh
setiap mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, dimana dengan mengikuti
kegiatan PKL ini mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini, banyak sekali kesulitan yang
dihadapi, namun karena bantuan dan campur tangan banyak pihak maka penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan
2. Bapak Dr. Ir. Arnold E. Manu, MP selaku Pembantu Dekan I yang telah mengizinkan
4. Ibu Solvi Makandolu, S. Pt, M. Si, selaku pembimbing PKL yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing, memberi saran dan nasihat kepada
penulis sehingga penulisan laporan PKL ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan
baik.
5. Bapak Ir. Johanes G. Sogen. M.Sc, sebagai penguji yang telah meluangkan waktunya
6. Bapak Apri Handono, A. Pi, MM selaku kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan
iii
7. Bapak Ir. Fransiskus Mbapa, M. Si, selaku dosen pembimbing lapangan yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing penulis selama kegiatan
PKL berlangsung.
8. Pak Mada Handamai, S. ST, Pak Emanuel Jehamut, S. ST, Kak Alfons, Paman, Kak
Santos, Kak Luki, Kak Minggus, Kak Boma, Mas Ari, Kak Primus, Kak Berti, Adi
Doni dan adik-adik SMK Pertanian Eban yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
9. Bapak L. Hali dan mama S. Takandjandji, Bapak dan Mama Dira, Bapak dan Mama
Lita, Bapak dan Mama Io, serta semua keluarga yang sudah mendukung penulis baik
10. Rekan-rekan selokasi PKL Oskar, Paul, Patrick, Metri, Amir, Isto, Jason, Ika, dan
Tiada gading yang tak retak, demikan pula laporan ini. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan laporan ini. Akhir kata kiranya laporan ini mempunyai manfaat bagi yang
membaca.
Penulis
iv
ABSTRAK
Suatu kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) telah dilaksanakan di BBPP Kupang selama
bulan Agustus 2015. Tujuan dari PKL ini adalah untuk mengkaji kelayakan finansial usaha
pemeliharaan ternak sapi pada Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Noelbaki, Kabupaten
Kupang. Metode pelaksanaan PKL ini adalah dengan magang kerja (observasi partisipasi).
Analisis kelayakan finansial usaha pemeliharaan ternak sapi di BBPP Kupang menggunakan
kriteria investasi antara lain Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Return of
Investmen (ROI), Break Even Point (BEP). Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha
pemeliharaan sapi di BBPP Kupang memiliki nilai NPV sebesar Rp 138.915.652,-, serta BCR
sebesar 0,57,- BEP Produksi 30 ekor dari total produksi 60 ekor dan BEP Harga Rp
3.651.367,-. Return of Investmen (ROI) sebesar 130 %. Kesimpulan yang dapat diambil dari
PKL ini adalah usaha pemeliharaan sapi pada BBPP Kupang layak dijalankan.
v
ABSTRACT
FINANCIAL ANALYSIS OF BEEF CATTLE PRODUCTION IN BALAI BESAR
PELATIHAN PETERNAKAN NOELBAKI DISTRICT KUPANG
The one a job training was conducted in Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Noelbaki
Kupang during the month of August 2015. The purpose of study is to determine the financial
feasibility of beef cattle production in BBPP Kupang. The method used in this a job training
is internship (participatory observation). Financial feasibility analysis of beef cattle
production in BBPP Kupang uses some investment criteria such as Net Present Value (NPV),
Benefit Cost Ratio (BCR), Return of Investmen (ROI), and Break Even Point (BEP). The
analysis shows that beef cattle production in BBPP Kupang has results as following: NPV of
IDR 138.915.652,-; BCR of 0,57; BEP which is based on unit by 30 cattle and based on sales
of IDR 3.651.367,-; ROI of 130 %. The job traning conclusion is beef cattle production in
BBPP Kupang deserved an effort.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................................... vi
6.1.Kesimpulan ................................................................................................................ 30
LAMPIRAN .................................................................................................................... 33
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan peternakan yaitu berusaha mencapai suatu kondisi peternakan yang
tangguh; yang dicirikan dengan kemampuan mensejahterakan para petani peternak dalam
Peternakan yang tangguh memerlukan kerja keras, keuletan, dan kemauan yang kuat dari
peternak itu sendiri agar mencapai tujuan yang diinginkan. Keberhasilan yang ingin dicapai
tersebut memacu motivasi peternak untuk terus berusaha memelihara ternak diantaranya
ternak sapi secara terus menerus dan berusaha menjadikan usaha ini sebagai mata
Ternak sapi sebagai salah satu sumber penghasil daging, produktivitasnya masih sangat
memprihatinkan karena volumenya masih jauh dari target yang diperlukan konsumen.
Permasalahan ini disebabkan oleh produksi daging masih rendah. Beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu populasi dan produksi rendah (Sugeng, 2007). Kebutuhan daging sapi di
dalam negeri belum mampu dicukupi oleh peternak di Indonesia sebagai produsen lokal.
Produksi daging sapi di Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 485.330 ton, sedangkan
populasi sapi potong di Indonesia hingga tahun 2012 hanya mencapai 14.824.370 ekor
(Departemen Pertanian, 2012). Kondisi ini menyebabkan Indonesia melakukan impor ternak
sapi maupun daging sapi. Untuk mengantisipasi hal ini maka perlu dilakukan peningkatan
produktivitas ternak sapi potong melalui pengembangan usaha seperti pembibitan dan
1
penggemukan. Namun kegiatan ini membutuhkan proses dan tahapan yang mendalam
Berdasarkan gambaran tersebut, maka salah satu upaya dalam memacu perkembangan
usaha peternakan sapi adalah dengan melakukan analisis usaha untuk mengetahui
manfaatnya. Analisis usaha ini disebut juga feasibilitas study. Hasil analisis dapat digunakan
untuk menilai apakah usaha layak untuk dilaksanakan dan perlu dikembangkan atau tidak.
Oleh karena itu, penulis telah melakukan PKL dengan judul “Analisis Finansial Pemeliharaan
Ternak Sapi di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Noelbaki Kabupaten Kupang”
1.2. Tujuan
ternak sapi pada Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Noelbaki, Kabupaten Kupang.
1.3. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
secara tradisional, yang dicirikan dengan usaha hanya sebagai usaha keluarga atau sebagai
usaha sampingan. Menurut Soehadji dalam Saragih (2000), tipologi usaha peternakan dibagi
berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, dan diklasifikasikan kedalam 4
kelompok sebagai berikut : 1) Peternakan sebagai usaha sambilan, dimana ternak sebagai
pendapatan dari usaha ternak kurang dari 30 persen. 2) Peternakan sebagai cabang usaha,
dimana petani peternak mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak
sebagai cabang usaha. Dengan tingkat pendapatan dari usaha ternak 30 – 70 persen (semi
komersial atau usaha terpadu). 3) Peternakan sebagai usaha pokok, dimana peternak
mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha
sambilan (single comodity), dengan tingkat pendapatan usaha ternak 70 – 100 persen. 4)
Peternakan sebagai usaha industri, dimana komoditas ternak diusahakan secara khusus
(specialized farming) dengan tingkat pendapatan usaha ternak 100 persen (komoditi pilihan).
teknologi yang digunakan, dan banyaknya hasil yang dipasarkan, maka usaha peternakan di
Indonesia dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk, yaitu : 1) Usaha yang bersifat tradisional,
yang diwakili oleh petani dengan lahan sempit, yang mempunyai 1 – 2 ekor ternak, baik
ternak ruminansia besar, ruminansia kecil bahkan ayam kampung. 2) Usaha backyard yang
diwakili peternak ayam ras dan sapi perah yang telah memakai teknologi seperti kandang,
manajemen, pakan komersial, bibit unggul, dan lain – lain. 3) Usaha komersial adalah usaha
3
yang benar – benar menerapkan prinsip – prinsip ekonomi antara lain untuk tujuan
keuntungan maksimum.
Jenis-jenis sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah berkembang secara
turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Jenis-jenis sapi lokal tersebut hampir
disemua daerah di Indonesia, tetapi ada pula yang hanya terdapat di daerah-daerah tertentu
saja. Jenis sapi yang paling banyak terdapat di Nusa Tenggara Timur antara lain : 1) Sapi
Bali, merupakan keturunan dari Bos Banteng. Sapi Bali mempunyai bentuk dan karakteristik
yang sama dengan banteng dan tergolong sapi yang cukup subur, sehingga sapi Bali sangat
cocok sebagai ternak bibit yang potensial. Sapi Bali mempunyai fertilitas 83-86 persen
(Murtidjo,1990), tipe pekerja yang baik, persentase karkas yang tinggi, daging rendah lemak,
dan daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi. 2) Sapi Ongole, merupakan Bos Indicus yang
masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak
lipatan di bagian leher dan perut. 3) Sapi Peranakan Ongole, sapi ini juga dikenal sebagai sapi
Sumba Ongole merupakan hasil persilangan sapi dengan sapi Ongole). Sapi ini berwarna
putih dan berpunuk. Ongole asal India dengan sapi Madura secara grading up (Putria, 2008)
Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk
mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan
pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima.
Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu ataupun
masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan
biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung (Kadariah et al,
1999).
4
Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat
diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan
biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak
langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek (Kuntjoro 2002). Menurut Kadariah
(2001) benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit dan intangible
benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect
benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan
Analisis finansial diawali dengan analisis biaya dan manfaat dari suatu proyek.
earning proyek ; apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek
akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek akan berkembang
sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah 2001).
Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan
manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal,
biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya
modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang,
contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin – mesinnya, biaya
pendahuluan sebelum operasi, biaya – biaya lainya seperti penelitian. Biaya operasional
disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi,
biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi, contohnya biaya bahan mentah, tenaga
kerja, biaya perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek
5
Gittinger (1986) menyebutkan beberapa biaya yang menyangkut proyek pertanian
antara lain meliputi barang – barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan – cadangan tak
terduga, pajak, jasa pinjaman, serta biaya yang tidak diperhitungkan. Penambahan nilai suatu
proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam
waktu penjualan perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi,
proyek.
Biaya merupakan sejumlah uang yang dinyatakan dari sumber (ekonomi) yang
dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Daniel (2002) menyatakan bahwa biaya
produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi
atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani/peternak dalam proses produksi baik secara
menjadi dua, yaitu: a) biaya tetap (Fixed Cost) b) biaya tidak tetap (Varibael Cost). Biaya
tetap itu merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya dan akan terus dikeluarkan meskipun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Sedangkan biaya variabel itu dipengaruhi oleh
Rasyaf (1995) menyatakan bahwa biaya produksi dalam usaha peternakan dibagi atas
dua bagian utama yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang
harus dikeluarkan misalnya gaji pegawai bulanan, penyusutan, bunga atas modal, pajak bumi,
dimaksud dengan biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
besar kecilnya produksi. Biaya variabel merupakan jenis biaya yang besar kecilnya
berhubungan langsung dengan besarnya produksi (Mubyarto, 1995) atau berubah menurut
6
tinggi rendahnya output yang diproduksikan (Boediono, 2010). Biaya variabel terdiri dari
biaya bibit, obat-obatan dan biaya lain yang mempengaruhi tingkat produksi (Gilarso, 1993).
2.5. Penerimaan
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Selanjutnya ditambahkan Boediono (2010) yang
outputnya. Berdasarkan dua definisi diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
penerimaan adalah perkalian antara output dan harga jual yang akan diterima oleh produsen
membagi pendapatan kedalam dua golongan yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih.
Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik
yang dijual maupun yang tidak dijual, sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih
Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisa proyek
menurut dua kategori yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan
antara konsep ini adalah non discounting criteria tidak menyertakan konsep time value of
money (nilai waktu sekarang) sebagaimana yang diterapkan pada discounting criteria.
Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan
datang akan memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu sekarang
dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih
baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan perhitungan present
value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang
7
proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya diterima
atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan
datang.
Net Present Value atau manfaat sekarang neto adalah nilai sekarang dari arus
pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger 1986). Proyek akan
menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul
masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, manfaat sekarang arus manfaat
menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan
ketidakcukupan untuk mencakup kembali investasi. Lebih baik menanamkan uang disuatu
bank pada tingkat diskonto tertentu (atau menginvestasikannya pada proyek lain yang lebih
Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan
nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Suatu keuntungan dari Net B/C adalah bahwa
ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa
mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net B/C Ratio menunjukan besarnya
tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah.
Bila Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) kurang dari satu, maka manfaat sekarang dari
biaya – biaya pada tingkat diskonto tertentu akan lebih besar dari nilai sekarang manfaat dan
pengeluaran pertama ditambah pengembalian untuk investasi yang ditanamkan pada proyek
tidak akan dapat kembali. Nilai mutlak B/C Ratio akan berbeda tergantung kepada tingkat
suku bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat suku bunganya, semakin rendah nilai Net
B/C yang dihasilkan. Jika tingkat suku bunga yang dipilih cukup tinggi, maka Net B/C akan
Kasmir dan Jakfar (2003) menyebutkan Break Event Point (BEP) adalah titik pulang
pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan
8
sebuah proyek/usaha untuk dapat menutupi segala biaya operasi dan biaya-biaya
pemeliharaan beserta biaya modal lainnya maka dilakukan perhitungan BEP atau dengan
perkataan lain analisis Break Event Point (BEP) dipergunakan untuk melihat batas nilai atau
volume produksi dari suatu usaha. BEP bisa dihitung berdasarkan jumlah produksi (BEP
usaha sehubungan dengan modal yang digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh
tingkat perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. Semakin besar keuntungan
yang diterima maka semakin besar tingkat pengembalian modal, dan sebaliknya. Kelayakan
usaha diketahui dengan membandingkan ROI dengan tingkat suku bunga pinjaman. Suatu
usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman dan tidak
layak apabila ROI lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman (Soekartawi, 1993).
9
BAB III
METODOLOGI
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini berlangsung selama satu
bulan. Kegiatan dimulai tanggal 3 Agustus sampai dengan 31 Agustus 2015 di Balai Besar
PKL ini dilakukan dengan cara magang kerja (observasi partisipasi), yaitu penulis
secara aktif selama satu bulan melaksanakan pekerjaan pada peternakan sapi di BBPP
Noelbaki sesuai dengan ketentuan atau aturan yang telah ditetapkan oleh pimpinan pada
peternakan tersebut.
Evaluasi Hasil PKL yang dilakukan di BBPP Noelbaki dianalisis dengan metode
sebagai berikut :
10
3.3.3. Net Present Value (NPV).
Adalah selisih Present Value arus benefit (manfaat) dengan Present Value arus
cost (biaya), yang dapat ditulis dengan rumus (Gray, et al. 2002) :
𝒏 𝑩𝒕−𝑪𝒕
NPV = 𝒕=𝟎 𝟏+𝒊 𝒕
Keterangan:
Bt : Economic Benefit (penerimaan untuk pemeliharaan sapi) pada tahun ke t
Ct : Cost (pengeluaran untuk pemeliharaan sapi) pada tahun ke t
T : Tahun Investasi unit pemeliharaan sapi (Jangka Waktu)
n : Umur Investasi unit pemeliharaan sapi (1,2,3,…,n)
i : Social Discount Rate (Tingkat Suku Bunga)
Kriteria nilai NPV:
NPV > 0 Unit pemeliharaan tersebut layak untuk dijalankan
NPV = 0 Investasi dapat mengembalikan modal sebesar yang dikeluarkan
NPV < 0 Unit pemeliharaan sapi tersebut tidak layak untuk dijalankan
Keterangan:
Bt : Economic Benefit (penerimaan untuk unit pemeliharaan sapi) pada tahun ke -t
Ct : Cost (pengeluaran untuk unit pemeliharaan sapi) pada tahun ke t
T : Tahun Investasi unit pemeliharaan sapi (Jangka Waktu)
N : Umur Investasi unit pemeliharaan sapi (1,2,3,…,n)
i : Social Discount Rate (Tingkat Suku Bunga)
11
3.3.5. Break Even Point (BEP).
Dihitung sesuai petunjuk Kasmir dan Jakfar (2003) dengan formula sebagai
berikut:
Total Biaya
BEP (Produksi) = Harga penjualan
Total Biaya
BEP (Harga) = Total Produksi
12
BAB IV
BBPP Kupang terletak di jalan Timor Raya KM. 17, Dusun Kiuteta, Desa Noelbaki,
Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Berdiri
pada lahan dengan luas ± 9,2. BBPP Kupang berjarak ± 17 km dari ibukota provinsi. Dengan
batas-batas wilayah yaitu sebelah timur berbatasan dengan lokasi kantor BPTP (Balai
penduduk, sebelah selatan berbatasan dengan lokasi kantor BPTP Kupang dan sebelah utara
Lokasi ini terletak pada ketinggian 320 dpl dengan suhu berkisar 27-30 C dan dengan
kelembapan 60-70%. BBPP Kupang juga dilengkapi sarana dan prasana sebagai berikut yaitu
perkantoran, kelas, aula, perpustakaan, guest house, wisma, asrama peserta, ruang makan,
sarana pelatihan berupa kandang sapi, kandang kambing, kandang ayam, dan lahan hijauan,
13
4.1.2. Sejarah Singkat BBPP Kupang
menjadi BBPP Kupang. Berikut ini fase-fase perubahan pada instansi ini sampai menjadi
BBPP Kupang.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada BBPP Kupang ini secara garis besar
pada sub sektor peternakan yang menuntut pemerintah dalam hal Departemen Pertanian
untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi para penyuluh maupun masyarakat
Pada tahun 2007, sesuai tugas dan fungsinya yang semakin banyak, maka kapasitas
kelembagaan balai ditingkatkan dari Eselon III A menjadi Eselon II B dan wilayah kerja yang
sebelumnya meliputi seluruh Indonesia, kini dibatasi menjadi hanya meliputi 11 provinsi dan
142 kabupaten. Wilayah kerja yang dimaksud meliputi Nusa Tenggara, Bali, Sulawesi dan
Maluku. Dalam perjalanannya, sejak mengalami perubahan nama menjadi BBPP Kupang, Ir.
Muhammad Amir Saade, M.Si ditunjuk sebagai kepala balai dari tahun 2007-2011,
selanjutnya dipimpin oleh Bapak Apri Handono, A.Pi, MM dari tahun 2011- sekarang.
14
BBPP Kupang mempunyai tugas pokok melaksanakan dan mengembangkan teknik
pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan dibidang peternakan bagi aparatur dan non
aparatur pertanian. Dengan fungsi sebagai berikut : 1) Penyusunan rencana, program, dan
Melaksanakan Identifikasi Kebutuhan Diklat (IKD) dan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD)
bagi aparatur dan non aparatur pertanian; 5) Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan dibidang
dibidang ternak potong dan teknologi lahan kering; 7) Pengembangan pelaksanaan teknik
pelatihan peternakan bagi aparatur dan non aparatur pertanian; 8) Penyusunan bahan standar
agribisnis; 11) Pemberian pelayanan dan pengembangan teknik pelatihan teknis dan
kewirausahaan di bidang peternakan bagi aparatur dan non aparatur; dan 12) Pengelolaan
1. Visi.
Adapun visi dari BBPP Kupang adalah “Terwujudnya Balai Besar Pelatihan Peternakan
yang andal dalam menghasilkan SDM Pertanian yang profesional, berjiwa wirausaha dan
berwawasan global”.
2. Misi
15
b. Mengembangkan pelatihan kewirausahaan bagi non aparatur pertanian;
pertanian, perguruan tinggi, LSM, swasta di bidang peternakan dan lembaga terkait
lainnya;
bersertifikat;
Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang, tanggal 9 Oktober
2013.
16
Gambar 2. Struktur organisasi BBPP Kupang
Sumber : www.bbppkupang.org
4.1.5. Ketenagakerjaan
Jumlah pegawai yang terdapat di BBPP sebanyak 98 orang dengan kualifikasi dan
status yang dapat dilihat pada Tabel 2 diatas. Karyawan merupakan ujung tombak dalam
menentukan kelancaran pelaksanaan proses produksi. Karyawan yang bertugas pada instalasi
kandang sapi di BBPP Kupang berjumlah 7 orang. Pekerjaan berupa pencampuran pakan,
pemberian pakan pada ternak dan pembersihan kandang dilakukan oleh 3 orang, sedangkan
pemotongan pakan, penyiapan pakan, dan transportasi pakan dilakukan oleh 4 orang.
17
Upah/gaji karyawan pada BBPP Kupang berjumlah Rp 1.250.000,-/ bulan. Kecuali
Kualitas karyawan jika dilihat dari aspek pendidikan pada BBPP Kupang rata-rata
lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan apabila dilihat dari sisi pengalaman karyawan
yang ada di BBPP Kupang rata-rata sudah bekerja ± 7-10 tahun. Tentunya hal tersebut sangat
berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan, PKL sarana dan prasarana yang
digunakan pada pemeliharaan ternak sapi adalah lahan, kandang, gudang pakan, listrik,
instalasi air, mobil pick up, VIAR, dan peralatan (Chopper, gerobak, ember dan sekop) :
Lahan.- BBPP Kupang mempunyai lahan seluas ± 9,2 ha, yang digunakan untuk area
perkantoran, aula, asrama, wisma, tempat penginapan, instalasi kandang, dan lain-lain. Lahan
tersebut adalah milik negara. Khusus untuk lahan pemeliharaan ternak sapi terdiri dari 2
dan kandang kelompok. Konstruksi kandang dari beton dan besi. Luas kandang ± 90 m2.
Gudang Pakan.- Gudang pakan yang terdapat pada BBPP Kupang sebanyak 2 unit.
Satu unit digunakan untuk menampung dedak dan pakan olahan peserta diklat sedangkan unit
yang lain digunakan untuk menampung jerami padi sekaligus tempat pengolahan pakan.
18
Listrik.- Listrik diperlukan dalam proyek ini untuk keperluan perusahaan terutama
Instalasi air.- Air dalam proyek ini sangat diperlukan karena dalam pemeliharaan
ternak sapi berpengaruh langsung pada kehidupan ternak. Air dipergunakan sebagai air
minum untuk ternak dan membersihkan kandang. Air yang digunakan di BBPP Kupang
bersumber dari mata air di lokasi tersebut yang diambil menggunakan mesin pompa air.
Mobil Pick-Up.- Kendaraan ini diperlukan untuk keperluan angkutan pakan hijauan
dari lahan dan jerami yang dibeli dari masyarakat. Jumlah Pick Up di BBPP Kupang
sebanyak 1 unit.
pakan dari tempat pakan ke kandang. Jumlah VIAR (motor 3 roda) di BBPP Kupang
sebanyak 1 unit.
Jenis ternak sapi yang dipelihara di BBPP Kupang adalah sapi Bali, sapi Brahman, dan
sapi Angus. Populasi ternak sapi di BBPP Kupang senantiasa meningkat dari tahun ke tahun
dimana populasi pada tahun 2011 adalah sebanyak 18 ekor meningkat menjadi 31 ekor pada
tahun 2012 hingga pada akhir bulan agustus 2015 telah menjadi 60 ekor. Peningkatan
populasi diatas disebabkan lahirnya anak sapi setiap tahunnya dan juga dilakukan pembelian
Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh ternak yang mampu menyajikan
hara atau nutrient yang penting dan bermanfaat untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, dan
penggemukan (Rivai. 2009). Pakan yang digunakan dalam pemeliharaan ternak di BBPP
19
Kupang terdiri dari hijauan, batang pisang, dedak, jerami, dan garam; jerami padi biasanya
diberikan pada musim paceklik pakan yaitu antara bulan Agustus dan September. jerami
dibeli dari petani di Naibonat dengan harga Rp. 100.000,-/ truk untuk kebutuhan satu bulan.
menggunakan Chopper setelah itu, dilakukan pencampuran dan pengadukan pakan sampai
rata. Pendistribusian pakan ke kandang menggunakan motor VIAR. Pemberian pakan yang
dilakukan di BBPP Kupang sebanyak dua kali sehari. Pemberian pakan yang pertama
dilakukan pada pukul 08:00 WITA, dan yang kedua pada pukul 14:00 WITA.
Kontrol kesehatan ternak dilakukan apabila semua kegiatan atau aktivitas kandang telah
selesai. Kontrol kesehatan dilakukan dengan cara mengamati kondisi ternak secara umum
yang meliputi pengamatan nafsu makan, pengamatan kondisi ternak dan pengamatan pada
bagian – bagian ternak seperti luka – luka, borok ataupun rontok bulu. Apabila pada saat
kontrol kesehatan melihat ada tanda – tanda yang tidak sesuai dengan kondisi normal maka
Berdasarkan sejarah penyakit pada BBPP Kupang dimana ternak sering diserang
penyakit scabies, bloat, dan cacingan. Scabies dan bloat biasanya menyerang ternak pada
peralihan musim (Oktober dan November), sedangkan pemberian obat cacing tiap 3 bulan
sekali. Pemberian vitamin pada ternak sapi rutin dilakukan tiap bulannya. Maka penyediaan
20
4.2.5. Pembersihan Kandang
Kotoran yang menumpuk di kandang yang berasal dari feses dan urin akan
menghasilkan gas amoniak yang sangat menyengat yang dapat menyebabkan kesehatan sapi
tergangu, terutama gangguan pernapasan. Untuk mencegah hal tersebut maka kegiatan
pembersihan kandang rutin dilakukan pada saat penyiapan pakan atau dengan melihat kondisi
kandang.
PKL merupakan materi pengayaan dari aspek teknis manajemen pemeliharaan ternak sapi
Narasumber pada wawancara tersebut adalah karyawan kandang dan kepala bagian
21
BAB V
5.1.1. Pakan
Pakan bagi ternak mutlak diperlukan guna menunjang kebutuhan hidup pokok dan
produksi. Di BBPP Kupang sumber hijauan pakan ternak diadakan sendiri yaitu dengan
sphacelata), lamtoro (Leucaena leucocephala) sedangkan pakan tambahan berupa batang dan
daun pisang serta dedak padi dan jerami. Khusus dedak padi diperoleh dari luar dengan cara
dibeli dengan harga Rp.5000/Kg. Kebutuhan dedak padi dalam kurun waktu sehari sebesar 20
kg dengan jumlah ternak sebanyak 60 ekor. Selain itu, jika stok pakan habis ternak juga
diberikan jerami dengan harga setiap tahunnya berubah-ubah. Frekuensi pemberian pakan
sebanyak 2 kali sehari (pagi dan sore). Lahan untuk penanaman hijauan makan ternak seluas
30 are dengan pola tanam secara tumpang sari yang terdiri dari rumput raja/kinggrass
Dari segi kuantitas tenaga kerja bukanlah suatu hal yang sulit. Namun, untuk
mendapatkan tenaga kerja yang baik dan bertanggungjawab, diperlukan proses seleksi yang
cukup ketat dan diikuti proses pelatihan yang berlanjut. Dalam proses seleksi tenaga kerja,
perlu diperhatikan beberapa faktor, seperti pengalaman (memiliki sertifikat praktek kerja
22
Jumlah tenaga kerja secara keseluruhan sebanyak 7 orang yang terdiri atas 1 orang yang
status pegawai negeri sipil dan 6 orang tenaga honor. Hari kerja adalah 7 (tujuh) hari
Pada hari Sabtu dan Minggu kegiatan yang dilakukan hanya pemberian pakan yang
sudah disiapkan pada hari Jumat. Upah tenaga honor di BBPP Kupang adalah sebesar
Kandang bagi ternak sapi potong merupakan sarana yang diperlukan dalam
membudidayakan ternak. Kandang ternak berfungsi sebagai tempat berlindung dari sengatan
sinar matahari, guyuran hujan, dan tiupan angin kencang. Oleh karena itu, bangunan kandang
sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak harus bisa memberikan jaminan hidup yang
Uraian tersebut menunjukkan bahwa, kandang sangat besar manfaatnya untuk usaha
ternak sapi. Kondisi kandang di BBPP dilihat dari segi higienis sudah memenuhi syarat yang
baik dimana lokasi kandang yang lebih tinggi dari lingkungan sekitar dan lokasinya mudah
dibuat saluran atau pembuangan air, tempatnya terbuka. Dari segi sosial ekonomi juga sudah
memenuhi syarat dimana letaknya agak jauh dari pemukiman penduduk, dekat dengan
sumber air, mudah dijangkau kendaraan dan dekat dengan karyawan kandang. Bentuk
kandang yang ada pada peternakan BBPP Kupang terdiri dari kandang penggemukan dan
kandang pedet/koloni.
23
5.1.4. Manajemen Kesehatan
dilaksanakan dengan tepat, apabila diabaikan maka kesehatan akan terganggu. Ternak sapi
merupakan ternak yang cukup sensitif terhadap serangan penyakit. Penyakit yang menyerang
ternak sapi cukup banyak dan bervariasi, sehingga membutuhkan perhatian lebih dari
peternak terutama sistem manajemen kesehatan ternak. Untuk menghasilkan ternak sapi yang
sehat dan berproduksi tinggi, peternak harus memperhatikan kenyamanan ternak termaksud
dalam penanganan kesehatan ternak. Agar manajemen penanganan kesehatan ternak berjalan
dengan baik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah mengenal jenis penyakit yang
menyerang ternak sapi, sistem penanganan penyakit atau tindakan pencegahan dan tindakan
pengobatan.
Epizootica) meskipun belum pernah terjangkit pada ternak. Vaksin SE dengan perlakuan 2x
setahun pada bulan Februari dan Agustus. Adapun penyakit yang menyerang ternak sapi di
BBPP Kupang yaitu penyakit bloat. Selain pengobatan dilakukan pula pencegahan, agar
penyakit tersebut tidak lagi menyerang ternak. Salah satu pencegahan yang dilakukan adalah
menjaga kebersihan kandang, ternak dan pakan (terutama gudang pakan), serta lingkungan di
sekitar kandang ternak. Berikut ini jenis obat dan vitamin yang biasa digunakan di BBPP
24
5.1.5. Manajemen Limbah
biogas dan pembuatan bokashi dengan tujuan sebagai berikut: 1) Mengurangi bau yang tidak
pertumbuhan tanaman yang ada pada Kotoran Ternak Segar (KTS) atau mengoptimalkan
kesan kotor kegunaan kotoran ternak sebagai penyubur tanaman. 3) Menghilangkan kesan
kotor/menjijikkan. 4) Menghilangkan agen pathogen atau bibit rumput liar yang ada pada
limbah ternak. 5) Meningkatkan nilai jual pupuk untuk tambahan pendapatan peternak.
Pupuk kandang merupakan hasil sampingan ternak sapi. Produksi bokashi per bulan
Sistem pemasaran merupakan akhir dari rangkaian kegiatan dalam suatu usaha
peternakan. Sistem pemasaran yang dilakukan di BBPP Kupang adalah secara langsung
dimana pembeli/konsumen yang berasal dari berbagai profesi datang langsung ke perusahaan
tersebut untuk melakukan transaksi. Penjualan ternak sapi dilihat berdasarkan penampilan
ternak.
Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau
usaha dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria –
kriteria penilaian investasi yaitu NPV, Net B/C, BEP, dan ROI. Untuk menganalisis dengan
ketiga kriteria tersebut, digunakan arus kas (cashflow) untuk mengetahui besarnya manfaat
yang diterima dan biaya yang dikeluarkan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang
25
Selain itu, juga dilakukan analisis laba rugi yang akan menghasilkan komponen pajak
yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui pajak maka
Arus Penerimaan (Inflow).- Arus manfaat pada bisnis ini adalah selain dari penerimaan
penjualanan ternak juga diperoleh dari kompensasi atas biaya pemeliharaan ternak sapi untuk
sarana diklat.
a) Penerimaan
Sumber penerimaan yang diperoleh pada BBPP Kupang adalah hasil penjualan ternak sapi
dengan harga jual berkisar antara Rp 8.000.000,- - Rp. 6.500.000,-/ekor dan penjualan
pupuk bokasi. Sebesar Rp. 2000,-/kg yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Selain penerimaan diatas, inflow pada BBPP Kupang juga bersumber dari APBN sebagai
kompensasi atas biaya pemeliharaan ternak yang digunakan sebagai sarana diklat bagi
penyuluh. Besarnya kompensasi yang diberikan adalah Rp. 5.000.000,-/ekor tanpa melihat
Arus Pengeluaran (Outflow).- Komponen biaya akan dikelompokkan menjadi dua bagian
26
a) Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan faktor – faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi. Biaya investasi pada pemeliharaan
ternak sapi di BBPP Kupang dikeluarkan pada pada tahun pertama. Total biaya investasi
yang dilakukan BBPP Kupang untuk pemeliharaan ternak sapi adalah sebesar Rp.
346.925.000,-.
b) Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama pemeliharaan
ternak berjalan. Biaya ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya
yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah
27
output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh BBPP Kupang meliputi gaji
karyawan, biaya penyusutan, bahan bakar dan listrik. Adapun rincian dari biaya tetap
dapat dilihat pada Tabel 8. Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah selama proses
produksi berlangsung. Unsur – unsur yang termasuk ke dalam biaya variabel pakan sapi,
obat – obatan dan vitamin. Rincian biaya variable dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah.
Cash flow pemeliharaan ternak sapi di BBPP Kupang dapat dilihat pada Tabel 9 di
bawah ini.
persetujuan tentang layak tidaknya suatu usaha ditinjau dari besar kecilnya arus penerimaan
NPV yang di peroleh pada pemeliharaan ternak sapi di BBPP Kupang pada tingkat
suku bunga 15 % adalah sebesar Rp 138.915.652,-. Ini menunjukkan bahwa usaha tersebut
dapat dilanjutkan karena nilai NPV lebih besar dari Nol. Hal ini berarti perusahaan akan
memperoleh manfaat lebih besar daripada total biaya yang di keluarkan selama menjalankan
usaha.
28
5.3.2. B/C Ratio
Perhitungan B/C Ratio diperoleh hasil sebesar 0,57. Artinya bahwa setiap pengeluaran
sebesar Rp. 1,- maka akan diperoleh laba atau keuntungan sebesar Rp. 0,57,-. Hal ini
menunjukkan bahwa perbandingan antara penerimaan uang diperoleh lebih besar bila
dibandingkan dengan total biaya uang telah digunakan selama proses produksi.
BEP adalah titik balik pokok di mana total pendapatan sama dengan total biaya. BEP
BEP produksi yang diperoleh dari hasil analisis usaha pemeliharaan ternak sapi di
BBPP Kupang adalah sebanyak 30 ekor. Artinya dengan menjual 30 ekor ternak sapi, usaha
BEP harga yang diperoleh sebesar Rp 3.705.367,-. Artinya, usaha tersebut akan
mencapai titik impas jika harga penjualan per ekor sapi sebesar Rp 3.705.367,- dari harga
Nilai ROI pada usaha penggemukan sapi potong di BBPP Kupang adalah sebesar
130 %. Nilai ROI tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp. 10.000,- modal yang
menyatakan bahwa ROI merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
Semakin tinggi nilai ROI, maka semakin baik kinerja perusahaan dalam memanfaatkan
aktiva.
29
BAB VI
PENUTUP
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka usaha pemeliharaan ternak sapi di
BBPP Kupang layak secara finansial dengan kriteria Net Present Value (NPV) sebesar Rp
138.915.652,-.. Net Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,57 dimana setiap pengeluaran sebesar
Rp. 1,- akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,57,-. BEP Produksi 30 ekor dari total
produksi 60 ekor dan BEP Harga Rp3.651.367 ,-, Return of Investmen (ROI) sebesar 130 %.
30
DAFTAR PUSTAKA
Gray, C., P. Simanjutak, L.K. Sabur, P.F.L. Maspaitella dan R.C.G Varley. 2002.
Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Hoddi. A. H., Rombe. M.B., Dan Fahrul. 2011. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi Potong
Di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jurnal Agribisnis. Vol. X (3). Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanudin.
Kadariah et al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia. Jakarta.
Kuntjoro. 2002. Kelayakan Finansial Proyek. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
31
Rangkuti, F. 2011. Analisa SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Rivai, A. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong (Fattening) Pada PT
Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekarwati. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press,
Jakarta.
32
33
Lampiran 1. Biaya dan Penerimaan BBPP Kupang Tahun 2015
B IAYA
A. Inve s tas i Uraian Volume /B ulan Satuan Total Volume (1 Tahun) Total
Kandang 2 75.000.000 150.000.000
Gudang Pakan 2 25.000.000 50.000.000
Cooper 1 20.000.000 20.000.000
Gerobak Dorong 2 125.000 250.000
Sekop 5 75.000 375.000
Ember Pakan 23 150.000 3.450.000
Ember Minum 8 10.000 80.000
Selang Air 2 135.000 270.000
Pick Up 1 100.000.000 100.000.000
VIAR (motor 3 roda) 1 22.500.000 22.500.000
Total B . Inve s tas i 346.925.000
B . Ope ras ional
B iaya Te tap
Total Penyusutan/Tahun 17.382.000
Total B . Te tap 17.382.000
B iaya Variabe l
Tenaga Kerja 6 orang 1.000.000/orang 12 bulan 72.000.000
Listrik 75 Kwh 1.000/Kwh 900 Kwh 900.000
Bahan Bakar
a. Solar 360 liter 6.500/liter 4320 liter 28.080.000
b. Bensin 90 liter 7.500/liter 1080 liter 8.100.000
Jerami Padi 3 Truck 100.000/Truck 300.000
Dedak 1050 kg 5.000/kg 12600 kg 63.000.000
Garam 450 kg 5.000/kg 5400 kg 27.000.000
Obat-obatan & Vitamin
a. Ivomec 525.000/botol 1 botol 525.000
b. Guzanex 175.000/botol 1 botol 175.000
c. Wormzol 3 pcs /3 bulan 180.000/3 pcs 12 pack 720.000
d. Tympanol SB. 1 botol 25.000/ botol 12 botol 300.000
e. Vitamin B Com 2 botol 25.000/botol 24 botol 600.000
Total B . Variabe l 201.700.000
Total B . Ope ras ional 219.082.000
PENERIM AAN
Ternak
a. Jantan 10 ekor 8.000.000 80.000.000
b. Betina 7 ekor 6.500.000 45.500.000
Pupuk Bokashi 12000 kg 2.000 24.000.000
Kompensasi APBN 60 ekor 5.000.000 300.000.000
Total Pe ne rimaan 449.500.000
33
Lampiran 2. Net Cash Flow BBPP Kupang Tahun 2015
CASH INFLOW
Penjualan Ternak 125,500,000
Penjualan Pupuk Bokashi 24,000,000
Kompensasi APBN 300,000,000
Total Pe ne rimaan 449,500,000
CASH OUTFLOW
Biaya Investasi 346,925,000
Total Inve s tas i 346,925,000
Biaya Tetap 17,382,000
Biaya Variabel 201,700,000
Pajak 15 % 67,425,000
Total Pe nge luaran 286,507,000
35
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan PKL
36
Selang Air Pick Up
Obat yang diberikan pada ternak sapi Setelah ikut upacara HUT RI ke-70
37