Anda di halaman 1dari 19

PRAKTEK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

IDENTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN K3 DI BIDANG RADIOLOGI


BLUD RS ULIN BANJARMASIN
Dosen Pengampu : Emi Murniati, S.ST, M.KES

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2/ KELAS 1B

1. Suci Apryana Jasmin (P1337430120040)


2. Nadila Nur Fauziah (P1337430120049)
3. Harti Lestari (P1337430120054)
4. Irsyad Dwi Hari Azmi (P1337430120064)
5. Lomas Wulandiningrum (P1337430120070)

PROGRAM STUDI RADIOLOGI SEMARANG PROGRAM DIPLOMA 3

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

SEMARANG 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami
dapat menyelesaikan modul laporan praktikum ini dengan judul “Idintifikasi Ssistem
Manajemen K3 di Bidang Radiologi”. Tujuan penulisan modul laporan praktikum ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas laporan praktikum mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3)

Modul laporan praktikum ini membahas tentang komitmen dan kebijakan,


perencananaan, penerapan, pengukuran dan evaluasi, peninjauan ulang dan peningkatan oleh
manajemen K3 di Bidang Radiologi

Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu Ibu Emi
Murniati, S.ST, M.KES.
2. Seluruh anggota kelompok 2
3. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu

Demikianlah harapan kami, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga
pembaca tentunya. Adanya saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah
selanjutya sangat dihargai, kami ucapkan terima kasih.

Semarang, 5 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Praktikum 2

1.2 Tujuan Praktikum 2

1.3 Alat dan Bahan 2

BAB II LANDASAN TEORI PRAKTIKUM 4

2.1 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja 5

2.1.1 Pengertian SIMK3 5

2.1.2 Tujuan SIMK3 5

2.1.3 Ketentuan SIMK3 5

2.2 Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi 5

2.2.1 Organisasi Proteksi Radiasi 5


2.2.2 Pemeriksaan Kesehatan 5
2.2.3 Proteksi Radiasi 5
2.2.4 Pendidikan dan Pelatihan 5
2.3 Kerangka Konsep 5

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 4

3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5

3.2 Langkah-langkah Praktikum 5

BAB IV HASIL DAN EVALUASI 5

BAB V PENUTUP 5

5.1 Kesimpulan 5

5.2 Saran 5
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktikum


Mengingat potensi bahaya radiasi yang cukup besar maka untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan personil, pemanfaatan radiasi harus menerapkan
manajemen keselamatan radiasi yang meliputi : penanggung jawab keselamatan
rasiadi, bidaya keselamatan, pemantauan Kesehatan, personil, Pendidikan dan
pelatihan, dan rekaman.
Keselamatan dan Kesehatan terhadap radiasi pengion yang selanjutnya disebut
keselamatan radiasi adalah upaya yang dilaksanakan untuk menciptakan kondisi yang
sedemikian agar efek radiasi terhadap manusia dan lingkungan hidup tidak melampaui
nilai batas yang ditentukan (BAPETEN 2020)
Sepertin di rumah sakit lain, RS Ulin Banjarmasin juga mempunyai unit
radilogi yang berperan penting. Unit radiologi berperan penting untuk beberapa kasus
yang hanya dapat didiagnosa dengan menggunakan pemeriksaan sinar-X seperti pada
kasus fraktur atau patah tulang.
Di unit radiologi, pekerja radiasi atau radiografer melaksanakan pemeriksaan
dengan menggunakan sinar-X yang diinstruksikan oleh dokter. Mulai dari persiapan
alat untuk pemeriksaan, melaksanakan pemeriksaan, menggunakan perlatan proteksi
radiasi, dan memproses menjadi sebuah film yang selanjutnya diserahkan kepada
dokter untuk menegakkan diagnose terhadap pasien.
Dengan memperhatikan aspek K3, diharapkan tidak ada tenaga kerja yang
mengalami gangguan Kesehatan dan meningkatkan produktivitas kerja. Upaya
mengendalikan risiko yang muncul dalam pemanfaatan radiasi wajib dipenuhi dan
dilaksanakan dengan baik agar tidak timbul kejadian yang tidak diinginkan dan
penyakit akibat kerja yang dapat merugikan semua pihak.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Tujuan Umum
Modul ini disusun untuk memberikan pengalaman belajar mandiri tentang
identifikasi sistem manajemen K3 di bidang radiologi.

1.2.2 Tujuan Khusus


1 Untuk mengetahui dan memahami urutan Sistem Manajemen K3 di
Bidang Radiologi (SIMK3).
2 Untuk mengetahui elemen dalam sistem manajemen keselamatan radiasi
pada Instalasi Radiologi BLUD RS Ulin Banjarmasin.

1.3 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan :
1. Buku catatan
2. Bulpoin
3. Data online tentang Sistem Manajemen K3 di Bidang Radiologi (SIMK3)
BAB II LANDASAN TEORI PRAKTIKUM

2.1 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja


2.1.1 Pengertian SIMK3
Menurut Permanaker No 05/Men/1996, SMK3 adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
perkembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
nyaman, efisien, dan produktif.
2.1.2 Tujuan SIMK3
Menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah penyakit akibat kerja serta terciptannya tempat kerja
yang aman, nyaman, dan produktif .
2.1.3 Ketentuan SIMK3
Menurut Rudiyanto ( 2002 ) untuk melaksanakan SMK3 di tempat kerja,
terdapat ketentuan – ketentuan yang wajib dilakukan yaitu :
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjamin
komitmen terhadap SMK3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
SMK3
c. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai
kebijakan, tujuan, dan sasaran K3.
d. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan
tindakan perbaikan dan pencegahan.
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3

2.2 Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi


Peraturan Pemerintah RI No. 63 tahun 2000 pasal 7 menyatakan bahwa
pengusaha instalasi harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi.
Kesehatan dan Keselamatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion yang selanjutnya
disebut Keselamatan Radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi
yang sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap manusia dan lingkungan hidup
tidak melampaui nilai batas yang ditentukan.

2.2.1 Organisasi Proteksi Radiasi

Pembentukan organisasi proteksi dimaksudkan agar ada kejelasan


kewajiban atau tugas dan tanggung jawab yang berhubungan dengan
keselamatan kerja terhadap radiasi. Proteksi radiasi yang baik bergantung pada
organisasi proteksi yang efisien dan efektif ( Depkes RI, 1984) Menurut
Depkes RI (1984) ada 3 unsur utama dalam organisasi proteksi ini, yaitu:

1. Penguasa Instalasi
Penguasa instalasi mempunyai tanggung jawab tertinggi terhadap
keselamatan personal dan anggota masyarakat lain yang berada di dekat
instalasi dibawah pengawasannya. Dalam melakukan tanggung jawabnya,
penguasa instalasi harus melaksanakan tindakan-tindakan sebagai berikut:
a) Membentuk organisasi proteksi radiasi dan atau menunjuk petugas
proteksi radiasi (PPR)
b) Hanya mengizinkan seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah
memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalaman kerja
dengan menggunakan radiasi
c) Menjelaskan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi
bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan sumber radiasi dalam
tugasnya serta memberikan latihan proteksi radiasi
d) Menyediakan aturan keselamatan yang berlaku dalam lingkungan
sendiri, termasuk aturan penanggulangan keadaan darurat.
e) Menyediakan fasilitas dan peralatan serta sarana kerja yang
diperlukan untuk bekerja dengan sumber radiasi, serta menyediakan
prosedur kerja yang diperlukan .
f) Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi dan
pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi
g) Memberitahu instalasi yang berwenang dan instalasi lain yang terkait
( misal kepolisian dan Dinas Pemadam Kebakaran) apabila terjadi
bahaya radiasi atau keadaan darurat lainnya.
2. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
Petugas proteksi radiasi perlu diberi wewenang yang memungkinkan
ia bertindak tepat pada waktunya sesuai dengan gawatnya bahaya yang
dihadapinya. Petugas proteksi radiasi diberi wewenang untuk mengambil
tindakan sebagai berikut:
a) Memberi instruksi teknis dan administrasi baik secara lisan atau
tertulis kepada pekerja radiasi tentang keselamatan kerja terhadap
radiasi yang baik
b) Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran
serendah mungkin dan tidak pernah mencapai batas tertinggi yang
berlaku
c) Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu yang
dapat menimbulkan kecelakaan radiasi
d) Menyarankan kepada penguasa instalasi radiasi tentang pemeriksaan
kesehatan bagi pekerja radiasi apabila diperlukan dan melaksanakan
pemonitoran radiasi serta tindakan proteksi radiasi.
e) Memberikan penjelasan dan menyediakan perlengkapan proteksi
radiasi yang memadai kepada pengunjung atau tamu apabila
diperlukan.
3. Pekerja Pelaksana Penyinaran
Semua pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan
radiasi di daerah kerjanya. Pekerja radiasi berkewajiban untuk :
a) Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan
keselamatan kerja radiasi
b) Melaksanakan petunjuk pelaksanaan kerja yang telah disusun oleh
PPR dengan benar
c) Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang dirasakan dan diduga
akibat penyinaran lebih atau masuknya radioaktif ke dalam tubuh
d) Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan keselamatan kerja yang
tersedia serta bertindak hati-hati, aman, disiplin untuk melindungi
dirinya sendiri maupun pekerja lainnya.
e) Melaporkan kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada
PPR.
2.2.2 Pemeriksaan Kesehatan

Pemegang izin wajib menyelenggarakan pemantauan kesehatan untuk


seluruh pekerja radiasi, dalam menyelenggarakan pemantauan kesehatan harus
melaksanakannya berdasarkan ketentuan umum kesehatan kerja, merancang
penilaian terhadap kesesuaian penempatan pekerja dalam melaksanakan
pekerjaan yang ditugaskan padanya, dan menggunakan hasil pemantuan
sebagai landasan informasi pada kasus munculnya penyakit akibat kerja
setelah terjadinya paparan radiasi berlebih. PPR harus menyimpan dan
memelihara hasil pemantuan kesehatan pekerja dalam jangka 30 ( tiga puluh )
tahun terhitung sejak tanggal pemberhentian pekerja yang bersangkutan.
Pemantuan kesehatan dilaksanakan melalui :

a) Pemeriksaan kesehatan, meliputi sebelum bekerja, selama bekerja dan


setelah bekerja.
b) Konseling. PPR memberikan konsultasi dan informasi yang lengkap
c) mengenai bahaya radiasi kepada pekerja dan kajian terhadap dosis yang
diterima pekerja.
d) Penatalaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus untuk pekerja yang
mendapatkan paparan radiasi berlebih.

Menurut Lukman yang dikutip dari Simanjuntak (2004), pemeriksaan


kesehatan meliputi

1. Pemeriksaan kesehatan calon pekerja


Pemeriksaan kesehatan ini meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan lengkap dengan memperhatikan jenis
pekerjaan yang akan dilakukan oleh calon pekerja yang meliputi
riwayat kesehatan dan latar belakang kesehatan keluarga. Setiap
orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat jasmani
dan rohani serta serendah – rendahnya berusia 18 ( delapan belas )
tahun.
b. Pemeriksaaan khusus pada organ yang dianggap peka terhadap
radiasi dipandang dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Misalnya
pemeriksaan hematologi, dermatologi, opthamologi, paru – paru,
neurologi, dan alat reproduksi.
2. Pemeriksaan Kesehatan Selama Bekerja

Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara


berkala sedikitnya sekali setahun. Pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus pada organ yang dianggap peka terhadap radiasi.

3. Pemeriksaan Kesehatan Setelah Bekerja

Pemegang izin harus memeriksakan kesehatan pekerja radiasi yang akan


memutuskan hubungan kerja dengan instalasi atom secara teliti dan
menyeluruh kepada dokter yang ditunjuk oleh pemegang izin dan
disetujui oleh instansi yang berwenang atas beban radiasi yang diterima
oleh pekerja radiasi.

4. Pelayanan Kesehatan pada Kecelakaan Radiasi

Jika terjadi kecelakaan radiasi, pemegang izin harus menyelenggarkan


pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi yang diduga menerima
paparan radiasi berlebih. dan perlengkapan pertolongan pertama harus
segera dapat tersedia didaerah kerja. Pertolongan pertama harus
didasarkan atas nasehat dokter atau ketentuan P3K..

2.2.3 Proteksi Radiasi


1. Falsafah Dasar Proteksi Radiasi
Menurut Akhadi (2000), untuk mencapai tingkat keselamatan
maksimal dalam penggunaan teknik nuklir, yaitu terciptanya keselamatan
dan kesehatan bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan, ICRP
menekankan dua asas proteksi radiasi yaitu:
a. Asas Justifikasi
Setiap kegiatan yang dapat mengakibatkan paparan radiasi
hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang cukup
mendalam dan diketahui, bahwa pemanfaatan dari kegiatan tersebut
cukup bisa dibandingkan dengan kerugian yang mungkin
ditimbulkan.
b. Asas Optimisasi
Paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harusditekan
serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan
social. Asas optimisasi mengandung pengertian bahwa setiap
komponen dalam program telah dipertimbangkan dengan seksama,
termasuk besarnya biayayang dijangkau.

2. Proteksi Terhadap Sumber Eksternal


Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik
yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang
berkaitan pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok
orang ataupun kepada turunannya terhadap kemungkinan yang merugikan
kesehatan akibat paparan radiasi (Akhadi, 2000). Proteksi radiasi
terhadap sumber eksternal dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a. Pengaturan waktu kerja dengan radiasi. Semakin pendek berada di
medan radiasi, semakin kecil dosis yang diterima.
b. Pengaturan jarak dengan sumber radiasi. Semakin jauh dari sumber
kan semaki kecil dosis radiasi yang diterima.
c. Penggunaan bahan pelindung radiasi. Semakin tebal bahan pelindung
akan semakin kecil dosis radiasi yang diterima.

3. Proteksi Terhadap Sumber Internal


Menurut Akhadi (2000), proteksi radiasi terhadap sumber internal
dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
a. Pengukungan
Pengukungan zat radioaktif dilakukan sedemikian rupa
sehingga zat radioaktif itu tidak tersebar ke lingkungan.Pengukungan
zat radioaktif ini dapat dilakukan dengan menggunakan lemari asam
yang dilengkapi dengan sistem ventilasi. Dengan sistem ventilasi ini
akan terjadi sirkulasi udara yang bersih sehingga dapat memperkecil
konsentrasi cemaran sekaligus mencegah tersebarnya zat radioaktif ke
dalam udara daerah kerja. Udara yang terkontaminasi dibuang keluar
setelah sebelumnya dialirkan melalui sistem filter untuk mengikat
radioaktif yang terdapat didalamnya.
b. Pemantauan
Apabila dipastikan telah terjadi pelepasan zat radioaktif ke
lingkungan, perlu dilakukan pemantauan kadar zat radioaktif baik
dalam medium udara, tanah maupun air. Untuk melengkapi
pemantauan radioaktif di lingkungan, perlu dilakukan pemantauan zat
radioaktif dalam tubuh. Pemantauan ini dimaksudkan untuk
memperkirakan jumlah penerimaan dosis perorangan yang diterima
personel dari sumber internal.
c. Pakaian Pelindung
Filosofi proteksi radiasi adalah untuk mengupayakan paparan
radiasi terhadap pekerja agar berada jauh dibawah nilai batas
maksimal. Oleh karena itu, pekerja harus memakai Alat Pelindung
Diri (APD). Pakaian pelindung bagi pekerja radiasi dapat berupa jas
lab, sarung tangan, sepatu, atau pembungkus sepatu, dan lain-lain.
Bila energi radiasi pancaran sinar-X adlah 90 kVp, apron pelindung
diri (Pb) harus sebanding dengan ketebalan timah 0,25 mm. Pakaian
pelindung ini harus jdimonitor untuk mengethaui ada tidaknya
kontaminan yang menempel pada pakaian tersebut. Para pekerja juga
harus dimonitor setiap meninggalkan daerah kontaminan.
d. Pelindung Pernafasan
Jika pekerja diperkirakan akan menerima dosis paparan
internal dari gas radioaktif di udara, maka masker untuk melidungi
pernafasan harus dikenakan. Alat pelindung yang digunakan untuk
tujuan proteksi radiasi ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
 Respirator jenis filter, hanya cocok digunakan untuk menyaring
debu radioaktif. Respirator ini tidak dirancang untuk menyaring
gas-gas radioaktif.
 Masker seluruh muka yang dilengkapi dengan tabung udara.
Peralatan ini dapat dipakai sebagai pelindung baik di daerah udara
yang terkontaminasi debu maupun gas-gas radioaktif.

2.2.4 Pendidikan dan Pelatihan


Setiap pekerja harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang
keselamatan radiasi. Pendidikan dan pelatihan ini harus disesuaikan antara lain
dengan :
a. Potensi paparan kerja.
b. Tingkat pengawasan yang diperlukan
c. Kerumitan pekerjaan yang akan dilaksanakan
d. Tingkat pelatihan yang telah diikuti oleh personil

2.3 Kerangka Konsep


Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu mengetahui gambaran manajemen
keselamatan radiasi sinar-X pada pekerja di unit radiologi Rumah Sakit sesuai
dengan PP RI No.63 tahun 2000, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Buku catatan
2. Bulpoin
3. Data online tentang Sistem Manajemen K3 di Bidang Radiologi (SIMK3)

3.2 Langkah-langkah Praktikum


1. Mahasiswa di buat kelompok maksimal 5 orang
2. Mahasiswa menentukan data yang akan disurvey
3. Mahasiswa melakukan surver
4. Mahasiswa melihat SIM K-3 dengan urutan : komitmen dan kebijakan, perencananaan,
penerapan, pengukuran dan evaluasi, peninjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen
5. Mahasiswa mengelompokkan tahapan yang sesuai dan yang tidak sesuai
6. Mahasiswa mencatat di buku catatan
7. Mahasiswa mendiskusikan hasil
8. Mahasiswa membuat laporan
BAB IV HASIL DAN EVALUASI

Urutan Sistem Manajemen K3 di Bidang Radiologi (SIMK3) meliputi :

1 Komitmen dan Kebijakan


Dalam sistem manajemen keselamatan radiasi diinstalasi radiologi harus
menetapkan komitmen dan kebijakan keselamatan dan Kesehatan kerja di radiologi,
menetapkan semua elemen personil, pelatihan Proteksi Radiasi, Pemantauan Kesehatan,
seta peralatan proteksi radiasi harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Kepala BAPETEN No.8 Tahun 2011 dan IAEA Basic Safety Standards No.
General Safety Requirements Tahun 2014.
2 Perencanaan
Dalam perencanaan sistem manajemen K3 di instalasi radiologi ini meliputi:
1. Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dalam instalasi
radiologi
2. Pemenuhan akan peraturan dan persyaratan lainnya dan memberlakukannya kepada
seluruh personil radiographer
3. Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja k3 sekaligus menjadi
informasi keberhasilan pencapaian sistem manajemen K3 di radiologi
4. Menetapkan sistem pertanggung jawaban dan saran untuk pencapaian kebijakan K3
di instalasai radiologi.
3 Penerapan
Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan
dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan
sasaran K3 di instalasi radiologi. Menerapkan kebijakan K3 harus dapat
mengintegrasikan Penerapan Perizinan serta Penerapan Persyaratan Sistem Manajemen
Radiologi yang meliputi: Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi, Personil, Pelatihan
Petugas proteksi Radiasi, Pemantauan Kesehatan, serta Rekaman.
Dalam proses continues improvement tentu saja melakukan peninjauan ulang
serta peningkatan kinerja adalah hal yang mutlak dilakukan oleh para praktisi K3. Ini
berguna sebagai perbaikan yang nyata dan juga bisa bermanfaat sebagai produktivitas
karyawan.
Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 meliputi :
 Untuk menjamin kesesuaian dan efektifitas penerapan SMK3, dilakukan peninjauan
terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi 
 Hasil peninjauan digunakan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja.  

Perbaikan dan peningkatan kinerja dilaksanakan dalam hal :


 Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
 Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
 Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
 Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan;
 Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
epidemiologi;
 Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja;
 Adanya pelaporan; dan/atau
 Adanya masukan dari pekerja/buruh.

4 Peninjauan Ulang
Peninjauan ulang kinerja K3 biasanya belum terlaksana dengan baik, secara
kesuluruhan semua kegiatan K3 hanya berdasarkan kesadaran pribadi masing masing
radiografer. Seharusnya dilakukan dengan adanya peninjauan ulang kinerja K3 setiap
tiga bulan sekali untuk mengevaluasi penerapan K3 di unit radiologi.

5 Peningkatan oleh Manajemen


Manajemen Perusahaan mempertahankan dan lebih meningkatkan lagi penerapan
SIMK3 di lingkungan kerjanya sesuai dengan syarat dan peraturan perundangundangan
yang berlaku. Contohnya :
1. Sangat diperlukan sosialisasi yang kontinyu dan terus menerus agar kecelakaan kerja
akibat ketidaktahuan petugas dapat dihindari
2. Perlu adanya penambahan ketenagaan spesilais radiologi dan radiografer dengan
mengacu pada standar ketenagaan Kepmenkes No. 1014/Menkes/SK/XI/2008
3. Pemeliharan terhadap peralatan proteksi radiasi agar selalu dalam keadaan memadai,
baik fisik maupun fungsi serta melakukan kerja sama dan koordinasi dengan pihak
K3RS dalam hal inventaris dan pemantauan cara pemakaian alat perlindungan diri
(APD) yang benar sebagai usaha proteksi radiasi.
Adapun hasil dari pengamatan yang telah kita lakukan terkait data online Sistem Manajemen
Keselamatan di Bidang Radiologi BLUD RS Ulin Banjarmasin meliputi :

1 Personil
Pada Instalasi Radiologi BLUD RS Ulin Banjarmasin, terdapat tiga orang
dokter radiologi yang berkompeten di bidangnya, diantaranya satu orang fisikawan
medis, satu orang petugas proteksi radiasi, dan satu orang pihak yang ditunjuk sebagi
wakil, serta dua puluh orang radiografer dengan latar Pendidikan minimal D-III
Radiologi.
2 Pelatihan Proteksi Radiasi
Berdasarkan Peraturan BAPETEN No.8 Tahun 2011 Pasal 12 Ayat 3, Pasal 23
Ayat 1, dan IAEA Basic Safety Standards No. General Safety Requirements Tahun
2014 Ketentuan No. 15 Paragraf 3.42 (c), pemegang izin wajib menyelenggarakan
pelatihan proteksi radiasi sebagai syarat dalam sistem manajemen keselamatan
radiasi. Namun, belum ada penyelenggaraan resmi dari pemegang izin atau pihak
manajemen BLUD RS Ulin Banjarmasin terkait pelatihan proteksi radiasi. Hanya
petugas protekis radiasi yang ditunjuk saja yang mengikuti seminar dan penyegaran
yang diselenggarakan oleh organisasi profesi.
3 Pemantauan Kesehatan
Mengenai pemantauan kesehatan pekerja radiasi/radiografer di BLUD RS Ulin
Banjarmasin dilaksanakan di awal sebelum melakukan aktivitasnya sebagai
radiografer, kemudian pemeriksaan berkala medical check-up yang dilakukan setahun
sekali. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada saat akan memutuskan hubungan
kerja belum terlaksana. Hal ini nantinya akan berpengaruh kepada penilaian kesehatan
pekerja dan penilaian kesesuaian antara kesehatan pekerja dengan kondisi
pekerjaannya dan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
4 Peralatan Proteksi Radiasi
Perlengkapan proteksi radiasi yang digunakan dalam unit kerja radiologi BLUD
RS Ulin Banjarmasin teridir dari tujuh alat :
 Surveimeter area, adalah alat untuk mengetahui kebocoran radiasi pada
lingkungan atau suhu area. Di Instalasi Radiologi BLUD RD Ulin
Banjarmasin terdapat empat unit surveimeter area.
 Surveimeter kontaminasi, adalah alat untuk mendeteksi kontaminasi zat
radioaktif pada suatu permukaan tubuh. Di Instalasi Radiologi BLUD RD Ulin
Banjarmasin terdapat satu unit surveimeter kontaminasi
 Pena dosimeter (pendose), adalah alat untuk mengetahui dosis radiasi yang
diterima langsung oleh petugas dan dapat dibaca langsung. Di Instalasi
Radiologi BLUD RD Ulin Banjarmasin terdapat delapan unit pena dosimeter.
 Sarung tangan Pb, adalah alat untuk melindungi bagian lengan saat
mengerjakan fluoroscopy. Di Instalasi Radiologi BLUD RD Ulin Banjarmasin
terdapat empat set sarung tangan Pb dengan ketebalan 2 mmPb.
 Thyroid Shield, adalah alat untuk melindungi organ thyroid. Di Instalasi
Radiologi BLUD RD Ulin Banjarmasin terdapat delapan unit thyroid shield.
 Apron whole-body, adalah alat untuk melindungi petugas, pasien, maupun
pendamping pasien dari bahaya radiasi. Di Instalasi Radiologi BLUD RD Ulin
Banjarmasin terdapat delapan unit apron whole-body.
 Lampu indikator radiasi, adalah alat untuk tanda. Berada pada setiap ruangan
dimana pesawat sinar-X ditempatkan.
5 Pemantauan Dosis Radiasi
Pemantauan terhadap dosis radiasi yang diterima oleh pekerja dilaksanakan
dengan menggunakan termoluminisensi dosimeter (TLD) sebagai alat pencatat dosis
radiasi yang diterima oleh setiap individu di lingkungan kerja radiologi diagnostik. Di
unit kerja Instalasi Radiologi BLUD RS Ulin Banjarmasin, TLD setiap pekerja yang
memiliki nomor seri berbeda-beda dikirim setiap tiga bulan sekali Balai Pengamanan
Fasilitas Kesehatan (BPFK) untuk diproses, yang nantinya akan dikirimkan kembali
hasil pengukuran dosis paparan radiasi yang telah diterima pekerja tersebut kembali
ke Instalasi Radiologi.
6 Rekaman
Rekaman yang berhubungan dengan sistem manajemen keselamatan radiasi
pada Instalasi Radiologi BLUD RS Ulin Banjarmasin meliputi dokumentasi
pemantauan kesehatan pekerja, dokumentasi pemantauan dosis dan paparan laju
radiasi, data inventarisasi terkait jumlah pesawat sinar-X dan ketersediaan alat APD,
dokumentasi form check-up harian, penggantian komponen pesawat sinar-X, laporan
hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X, dan standar operasional prosedur. Dokumen-
dokumen tersebut disimpan dengan rapi dalam lemari arsip ruangan petugas proteksi
radiasi, diurutkan, dan direkap menjadi beberapa bagian berdasarkan jenis-jenis
dokumen dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dilihat dari hasil yang telah kami paparkan di atas terkait Sistem Manajemen K3 di
Bidang Radiologi BLUD RS Ulin Banjarmasin, kita mengevaluasi bahwasannya, sistem
manajemen K3 di Instalasi Radilogi BLUD RS Ulin sudah sesuai dengan urutan SIMK3 dan
sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN.

Anda mungkin juga menyukai