Anda di halaman 1dari 14

Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

FORMULASI SALEP EKSTRAK AIR TOKEK


(Gekko gecko L.) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA
1)
Sugiyono, 2) Yulis Hernani, 3)Mufrod
1,2)
Program S-1 Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang
3)
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 55281 Indonesia
Email: sugiyono272@yahoo.com

ABSTRAK

Luka topikal merupakan cedera fisik yang mengakibatkan kerusakan


jaringan kulit. Proses penyembuhan yang cepat tanpa bekas luka sangat
diharapkan. Ekstrak air tokek (Gekko gecko L.) dengan kandungan asam amino
berkhasiat sebagai penyembuh luka, supaya praktis dan efektif maka
diformulasikan dalam bentuk sediaan salep. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh perbedaan tipe basis dan kadar ekstrak pada
karakteristik fisik sediaan salep dan proses penyembuhan luka. Salep ekstrak air
tokek dibuat dalam enam formula berdasarkan perbedaan tipe basis dan
konsentrasi kadar ekstrak (FI= basis hidrokarbon, FII= basis serap, dengan
konsentrasi ekstrak A=12,5%, B=25% dan C= 50%). Sediaan salep yang
diperoleh dilakukan uji organoleptik (tekstur, warna dan bau), uji homogenitas, uji
sifat fisik (daya sebar, daya lekat, viskositas dan pH) dan uji aktivitas
penyembuhan luka pada tikus putih jantan dengan metode Morton. Data uji sifat
fisik dianalisis dengan uji two-way anova dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variasi basis dan konsentrasi ekstrak berpengaruh
pada warna dan tekstur serta sifat fisik sediaan salep (P < 0,05). Hasil uji aktivitas
penyembuhan luka menunjukkan bahwa sediaan salep basis serap kadar ekstrak
sampai dengan 25% memberikan kecepatan penyembuhan yang efektif.

Kata Kunci : ekstrak air tokek, salep, penyembuhan luka.

1. PENDAHULUAN memungkinkan adanya infeksi

Luka merupakan cedera fisik mikroba (Sabale dkk., 2012).

yang mengakibatkan robekan dan Penyembuhan luka melibatkan

kerusakan jaringan kulit. pembentukan sel-sel secara terus

Penyembuhan merupakan proses menerus dan interaksi sel matrik

alami tubuh dalam regenerasi dalam tiga fase yang tumpang tindih.

kerusakan jaringan kulit dan Fase normal dalam penyembuhan

epidermal namun tingkat luka meliputi fase inflamasi (0-7

penyembuhannya sangat lambat dan hari), fase regenarasi (3-24 hari), dan

1093
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

fase remodeling (3-12 bulan atau tradisional lebih banyak digunakan


lebih) (Gadekar dkk., 2012). untuk mengatasi berbagai penyakit
Prinsip dasar penyembuhan kulit oleh hampir 80% populasi di
luka yang optimal adalah dengan dunia. Penggunaan tokek (Gekko
meminimalkan kerusakan jaringan gecko L.) untuk penatalaksanaan
dengan menyediakan perfusi jaringan kondisi dermatologis telah menjadi
dan oksigenasi yang cukup, suatu tradisi masyarakat yang dikenal
pemberian nutrisi yang tepat dengan sebagai Traditional Chinese Herbal
kondisi lingkungan penyembuhan Medicine (TCHM), aktivitas
luka yang lembab untuk farmakologinya tersebut karena
mengembalikan kontuinitas anatomi adanya beberapa senyawa asam
dan fungsi jaringan yang rusak dalam amino. Ekstrak kental tokek
waktu singkat (Gadekar dkk., 2012). diperoleh dengan metode dekokta,
Asam amino sebagai nutrisi yang yang merupakan metode umum
diaplikasikan secara topikal mampu untuk preparasi simplisia dalam
mengurangi inflamasi pada proses TCHM (Bensky dan Gamble, 1993).
penyembuhan luka dengan Penggunaan ekstrak kental secara
meningkatkan fungsi jaringan ikat langsung pada kulit kurang praktis
(fibroblast), dan sintesis kolagen dan tidak optimal, oleh karena itu
yang mempercepat re-epitalisasi perlu dibuat sediaan yang dapat
jaringan epidermis, pembentukan menempel pada permukaan kulit
pembuluh darah baru dalam waktu lama, dan bersifat
(neokapilarisasi), dan infiltrasi sel- oklusif sehingga efektif
sel radang pada daerah luka, menyembuhkan luka, yaitu sediaan
sehingga mempersingkat proses semisolid dalam bentuk salep.
penyembuhan luka (Corsetti dkk., Salep merupakan sediaan
2010). semisolid yang lunak, mudah
Penyembuhan luka dapat dioleskan, dan digunakan sebagai
dilakukan dengan obat modern obat luar pada kulit dan membran
maupun obat tradisional, dan mukosa (Allen, 2002). Pelepasan
menurut Babu dkk. (2002), obat bahan obat dari basis salep sangat

1094
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

dipengaruhi oleh faktor fisika-kimia b. Pengumpulan dan


baik dari basis maupun dari bahan pengolahan hewan tokek
obatnya, kelarutan, viskositas, Tokek dikumpulkan dan
ukuran partikel, homogenitas dan disortir untuk mendapatkan
formulasi. Formulasi sediaan salep keseragaman jenis dan bobot.
yang bersifat oklusif mengandung Tokek diolah dengan dipukul
basis yang berlemak dengan kepalanya menggunakan benda
pengemulsi air dalam minyak atau tumpul supaya pingsan atau
minyak dalam air (Aulton, 2007), mati, lalu disobek bagian perut
sedangkan absorpsi obat perkutan dan dibersihkan dengan air
perunit luas permukaan kulit mengalir. Tokek yang telah
meningkat sebanding dengan bersih dijemur dibawah sinar
bertambahnya konsentrasi obat matahari langsung sampai agak
dalam suatu pembawa (Ansel, 1989). kering, kemudian pengeringan
dilanjutkan dalam oven selama 8
2. METODE PENELITIAN
a. Bahan jam pada suhu 40-60ºC. Tokek

Simplisia yang digunakan kering diserbuk menggunakan

dalam penelitian ini adalah mesin penyerbuk dengan

simplisia hewan tokek dari diameter 1 mm.

spesies Gekko gecko L. dengan c. Pembuatan Ekstrak Air

berat rata-rata 200-300 gram, Tokek

panjang 12-15 cm dan usia 6-12 Ekstrak air tokek diperoleh

bulan. Bahan kimia untuk dengan metode dekokta.

pembuatan salep kecuali Dekokta ekstrak tokek dilakukan

dinyatakan lain berderajat dengan cara melarutkan

farmasetis yakni vaselin putih, 2921,540 gram serbuk simplisia

cera flava, tween 80, tokek dalam 15 liter cairan

metilparaben, propilparaben, penyari air pada suhu 90ºC

oleum citrus dan oleum rosae. selama 30 menit sambil sekali-


sekali diaduk, kemudian
disaring. Filtrat diuapkan dengan

1095
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

vacuum rotary evaporator, lalu fisik ekstrak, dan kandungan


sisa air dari filtrat diuapkan kimia menggunakan alat HPLC.
dalam cawan petri di atas e. Pembuatan Salep Ekstrak
penangas air sampai suhu 80ºC Air Tokek
sambil terus diaduk hingga Ekstrak air tokek
diperoleh ekstrak dengan diformulasi dalam basis pilihan
kekentalan tertentu. Rendemen yang sesuai, dengan
ekstrak dihitung dengan rumus : pertimbangan basis salep yang
Rendemen 
bobot ekstrak kental
X 100% . paling oklusif dan medukung
bobot serbuk simplisia
hidrasi pada kulit yaitu basis
d. Identifikasi Ekstrak Air
hidrokarbon dan basis serap.
Tokek
Formulasi salep ekstrak air tokek
Identifikasi ekstrak air tokek
dapat dilihat pada tabel I di
meliputi uji organoleptis, sifat
bawah ini:

Tabel I: Formulasi Salep Ekstrak Air Toke dengan Basi Serap dan
Basis Hidrokarbon

Bahan FI.A FI.B FI.C FII.A FII.B FII.C


(gram) (gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
Ekstrak tokek 5,000 10,000 20,000 5,000 10,000 20,000
Vaselin putih 33,060 28,310 18,810 31,320 26,820 17,820
Cera flava 1,740 1,490 0,990 - - -
Tween 80 - - - 3,480 2,980 1,980
Nipagin 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072
Nipasol 0,008 0,008 0,008 0,008 0,008 0,008
Corigen odoris 0,120 0,120 0,120 0,120 0,120 0,120
Berat Total 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000 40,000
Keterangan :
FI.A : Formulasi salep basis hidrokarbon dengan konsentrasi ekstrak tokek 12,5%
FI.B : Formulasi salep basis hidrokarbon dengan konsentrasi ekstrak tokek 25%
FI.C : Formulasi salep basis hidrokarbon dengan konsentrasi ekstrak tokek 50%
FII.A : Formulasi salep basis serap dengan konsentrasi ekstrak tokek 12,5%
FII.B : Formulasi salep basis serap dengan konsentrasi ekstrak tokek 25%
FII.C : Formulasi salep basis serap dengan konsentrasi ekstrak tokek 50%

Proses pembuatan salep hidrokarbon dan basis serap


ekstrak air tokek basis dengan cara fase I: vaselin putih

1096
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

dan cera flava atau tween 80 cawan pengukur lalu diukur


ditimbang, lalu dilebur pada viskositasnya menggunakan
suhu 70ºC. Fase II : ekstrak air alat Rion Rotor Viskotester
tokek, nipagin dan nipasol VT-04. Viskositas dilihat
ditimbang, lalu dicampur dan pada skala dalam alat setelah
dilarutkan bersama. Fase I tercapai kestabilan (Depkes
diaduk dengan magnetic stirrer RI, 1995).
dengan kecepatan 400 rpm 4) Uji daya lekat
sampai suhu turun 35ºC, Sediaan salep sebanyak
kemudian ditambahkan fase II 0,25 gram diletakkan di atas
ke dalam fase I sambil campuran gelas obyek yang telah
tetap diaduk secara terus ditentukan luasnya kemudian
menerus hingga homogen dan diletakan gelas obyek yang
terakhir masukkan corrigen lain di atas salep tersebut.
odoris (oleum rosae/oleum Salep diantara lempeng gelas
citrus). obyek ditekan dengan beban
f. Pengujian Sifat Fisik dan 100 g selama 5 menit. Gelas
Kimia Salep obyek yang saling menempel
1) Uji Organoleptis dipasang pada alat uji daya
Sediaan diamati tekstur lekat, dan dilepas dengan
dan warna secara visual dan beban seberat 80 gram,
bau secara penciuman. kemudian dicatat waktu saat
2) Uji homogenitas kedua gelas obyek tersebut
Sediaan salep sebanyak lepas (Rahmawati dkk.,
0,5 gram diletakkan di atas 2010).
obyek gelas kemudian 5) Uji daya sebar
diratakan, dan diamati secara Sediaan salep diuji secara
visual (Naibaho dkk., 2013). langsung daya sebarnya
3) Uji viskositas menggunakan alat
Sediaan salep sebanyak exstensometer (Voigt, 1984).
100 gram, dimasukkan dalam Sediaan salep ditimbang 0,5

1097
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

gram, diletakkan pada pusat Hewan uji yang


antara dua lempeng kaca digunakan dalam penelitian
extensometer, dibiarkan adalah 12 ekor tikus putih
selama 1 menit lalu ukur jantan galur wistar dengan
diameter salep yang berat 260-280 gram dan umur
menyebar. Anak timbangan 2-2,5 bulan. Pengujian
50 gram ditambahkan pada terhadap penyembuhan luka
lempeng sebelah atas, dilakukan menurut metode
didiamkan 1 menit, dicatat Morton (Ganju dan Pathak,
diameter salep yang 2013) caranya hewan dicukur
menyebar, diulangi masing– bulunya di daerah punggung
masing dengan penambahan sampai licin kemudian
sampai beban 250 gram pada dibersihkan dengan alkohol
tiap salep yang diperiksa 70%. Selanjutnya dibuat luka
(Rahmawati dkk., 2010). sayatan menggunakan pisau
6) Uji pH bedah steril dengan ukuran
Sediaan salep sebanyak panjang luka 2 cm dengan
30 gram diukur nilai pH-nya kedalaman 2 mm.
secara potensiometri (Allen, 2) Perlakuan dan pengamatan
2002), dengan mencelupkan Tikus jantan yang sudah
elektroda pH-meter Hanna dibuat luka, kemudian pada
instrument ke dalam sediaan masing-masing kelompok
salep. Nilai pH dilihat pada perlakuan hewan uji
skala dalam alat dan dicatat dioleskan salep sebanyak 10
setelah tercapai kestabilan. mg dengan frekuensi tiap 12
g. Pengujian Penyembuhan jam. Kelompok perlakuan
Luka hewan uji yang digunakan
1) Penyiapan hewan uji dan dapat dilihat pada tabel II
pembuatan luka dibawah ini :

1098
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

Tabel II : Tabel Penyiapan Hewan Uji

Kelompok Keterangan
Kelompok A Tikus mendapat formula FI.A
Kelompok B Tikus mendapat formula FI.B
Kelompok C Tikus mendapat formula FI.C
Kelompok D Tikus mendapat formula FII.A
Kelompok E Tikus mendapat formula FII.B
Kelompok F Tikus mendapat formula FII.C

Pengamatan kesembuhan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


secara visual dilakukan pada a. Ekstrak Air Tokek

hari ke 3; 5; 7 dan 10 pada Hasil Ekstraksi tokek

masing-masing kelompok. memperoleh rendemen 15,82%.

Kesembuhan luka ditandai Sifat fisika-kimia bahan baku

dengan pengeringan luka, obat sebaiknya dievaluasi

pembentukan kerompeng, sebelum membuat formulasi

penutupan luka dan dalam bentuk sediaan salep, hal

tumbuhnya kulit baru serta ini berpengaruh pada pemilihan

tumbuh bulu di sekitar luka basis salep yang tepat untuk

(Pongsipulung dkk., 2012). karakteristik dari ekstrak air


tokek yang bersifat polar.
Karakteristik sifat fisika-kimia
ekstrak air tokek dapat dilihat
pada tabel III.

Tabel III : Karakteristik Sifat Fisika-kimia Ekstrak Air Tokek

Parameter Keterangan Metode


Bentuk fisik Ektrak kental Visual
Warna Coklat kehitaman Visual
Bau Khas protein, amis menyengat Indra penciuman
Daya Lekat 8 detik Alat uji daya lekat
pH 5,66 Potensiometri
Viskositas 160 ( poise) Pengukuran
Kadar abu 7,19% Gravimetri
Kadar air 20,41% Gravimetri

1099
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

b. Identifikasi Senyawa Kimia berpengaruh pada tekstur dan


Ekstrak Air Tokek warna sediaan, tapi tidak
Analisis asam amino ekstrak berpengaruh pada bau
air tokek dilakukan secara HPLC sediaan.
dan menghasilkan sebelas 2) Homogenitas
macam senyawa asam amino, Uji homogenitas yang
yaitu asam apartam, asam dilakukan pada semua
glutamat, serin, glisin, arginin, sediaan salep memberikan
alanin, valin, phenylalanin, hasil yang homogen tiap
isoleusin, leusin dan lisin. Asam sediaan dilihat berdasarkan
amino merupakan “building adanya keseragaman warna
blocks” dalam pembentukan serta tidak adanya gumpalan
protein. Sistem limfosit, dan butiran
leukosit, fagosit, monosit, 3) Viskositas
makrofag dan sel imun terdiri Viskositas menunjukkan

dari protein yang diperlukan daya alir atau kekentalan

untuk memulai respon inflamasi suatu zat cair atau semipadat

dalam proses penyembuhan. (Schramm, 1998). Data

Pasokan protein yang cukup viskositas pada tabel IV

berperan dalam sintesis kolagen, menunjukkan bahwa

sehingga meningkatkan produksi perbedaan tipe basis

fibroblast, proliferasi sel menyebabkan perbedaan nilai

epidermal dan integritas kulit viskositas, salep basis

(Wild dkk., 2010). hidrokarbon diperoleh nilai

c. Salep Ekstrak Air Tokek viskositas 140-147 posie,

1) Organoleptik sedangkan pada salep basis


Hasil pemeriksaan serap diperoleh nilai
organoleptik pada semua viskositas 117-120 poise.
sediaan salep menunjukkan Analisis data viskositas
bahwa perbedaan tipe basis dengan uji anova dua jalan
dan kadar ekstrak diperoleh nilai signifikan

1100
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

terhadap formula 0,004 (P < Analisis data dengan uji


0,05) yang artinya ada anova dua jalan diperoleh
perbedaan nilai viskositas nilai signifikan terhadap
yang signifikan antara salep formula sebesar 0,000 (P <
dengan basis hidrokarbon dan 0,05) yang artinya ada
basis serap, sedangkan nilai perbedaan nilai daya sebar
signifikan terhadap yang signifikan antara salep
konsentrasi 0,993 (P > 0,05) dengan basis hidrokarbon dan
artinya tidak ada perbedaan basis serap, sedangkan nilai
nilai viskositas antar signifikan terhadap
konsentrasi ekstrak yang konsentrasi 0,002 (P < 0,05)
berbeda pada tipe basis yang artinya ada perbedaan nilai
sama. daya sebar antar konsentrasi
4) Daya Sebar ekstrak yang berbeda pada
Pengujian daya sebar tipe basis yang sama.
bertujuan untuk mengetahui 5) Daya Lekat
kelunakan massa salep Pengujian daya lekat
sehingga dapat dilihat bertujuan untuk mengetahui
kemudahan pengolesan waktu yang dibutuhkan oleh
sediaan salep ke kulit. salep untuk melekat di kulit.
Sediaan salep yang bagus Data hasil uji daya
dapat menyebar dengan menunjukkan bahwa salep
mudah di tempat aksi tanpa dengan basis hidrokarbon
menggunakan tekanan. memiliki daya lekat yang
Perbedaan daya sebar sediaan lebih lama berkisar 6,3
antara salep basis hingga 7, dari pada salep
hidrokarbon dan salep basis dengan basis serap berkisar
serap akan berpengaruh pada 3,3 hingga 4,7. Hal ini
kecepatan difusi zat aktif dipengaruhi oleh viskosistas
dalam melintasi membran. sediaan salep.

1101
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

Analisis data dengan uji yaitu pH 5,5 hingga 6, karena


anova dua arah diperoleh pH yang terlalu asam maupun
nilai signifikan terhadap terlalu basa dapat mengiritasi
formula sebesar 0,000 (P < kulit (Labrador-Grenfell
0,05) yang artinya ada Health, 2008).
perbedaan nilai daya lekat d. Pengujian Penyembuhan
yang signifikan antara salep Luka
dengan basis hidrokarbon dan Luka pada hewan uji
basis serap, sedangkan nilai dinyatakan sembuh dengan
signifikan terhadap ditandai adanya pembentukan
konsentrasi 0,619 (P > 0,05) keropeng, penutupan luka, dan
artinya tidak ada perbedaan tumbuhnya kulit baru serta bulu
nilai daya lekat antar di sekitar luka. Hasil
konsentrasi ekstrak yang pengamatan uji penyembuhan
berbeda pada tipe basis yang luka pada hewan uji dari semua
sama. sediaan salep menunjukkan
6) pH kesembuhan bahwa sedian salep
Pemeriksaan pH dengan basis serap sampai
merupakan salah satu bagian dengan konsentrasi 25% efektif
kriteria pemeriksaan sifat menyembuhkan luka dibanding
fisik dalam memprediksi dengan sediaan salep
kestabilan sediaan salep, hidrokarbon pada konsentrasi
dimana profile pH yang sama, dan peningkatan
menentukan stabilitas bahan konsentrasi ekstrak sampai 50%
aktif dalam suasana asam pada basis serap tidak
atau basa (Lachman, 1986). mempengaruhi kecepatan
Data pH menunjukkan bahwa penyembuhan. Hasil
nilai pH semua sediaan salep pengamatan kesembuhan luka
berkisar 5,62 hingga 5,79 dan tikus yang menggunakan salep
telah memenuhi syarat nilai basis hidrokarbon dan salep
pH yang aman untuk kulit, serap konsentrasi 25% dapat

1102
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

dilihat pada gambar 1 di bawah ini :

Pengamatan Hari ke-3 Hari ke-5 Hari ke-7 Hari ke-10


FII.A

FII.B

Gambar 1 : Gambar kesembuhan luka pada tikus yang dioleskan salep dengan ekstrak 25%
pada basis hidrokarbon dan salep dengan ekstrak 25% pada basis serap

Keterangan :
FI.B : Formulasi salep basis hidrokarbon dengan konsentrasi ekstrak tokek 25%
FII.B : Formulasi salep basis serap dengan konsentrasi ekstrak tokek 25%

Absorpsi obat pada sediaan berpengaruh pada kemampuan


salep secara umum tidak hanya kulit untuk menyerap obat
tergantung pada sifat fisika dengan memvariasikan domain
kimia bahan obat saja, tetapi lipid dari stratum corneum dan
juga tergantung pada sifat meningkatkan partisi obat ke
pembawa, kondisi kulit, dalam kulit (Dermawan dkk.,
konsentrasi obat, luas membran 2008). Pada basis salep serap
tempat sediaan menyebar, konsentrasi 25% juga
derajat kelarutan bahan obat baik mempunyai daya sebar yang
dalam minyak maupun air, efek paling luas yaitu 5,33 cm, dan
hidrasi kulit, waktu obat hal ini berpengaruh pada
menempel pada kulit (Ansel, kecepatan difusi zat aktif dalam
1989). Formulasi basis serap melintasi membran, semakin
kadar ektrak 25% ini luas membran, koefisien difusi
mengandung tween 80 sebagai makin besar, difusi obat akan
penetrai enhancher yang

1103
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

semakin meningkat (Hasyim basis serap sampai dengan


dkk, 2012). konsentrasi ekstrak 25% dapat
Pengamatan pada hari ke-3 menyembuhkan luka dengan
menunjukkan luka telah efektif dibandingkan dengan
mengering dan membentuk sediaan salep ekstrak tokek yang
keropeng karena adanya lain.
penurunan sel-sel radang
5. DAFTAR PUSTAKA
sehingga terjadi pembentukan
fibroblas, penurunan iNOS dan Allen, L. V., (Editor), 2002, The Art,
Science, and Technology of
NO, peningkatan TGF-β1 serta Pharmaceutical Compounding,
eNOS immunolabelling, 2nd Ed., 277-299, American
Pharmaceutical Assosiation,
sedangkan pada hari ke-5 Washington D. C.
menunjukkan luka telah
Ansel, H. C., 1989, Pengantar
menutup karena karena adanya Bentuk Sediaan Farmasi,
proses neo-angiogenesis diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Edisi keempat, 492-494,
sehingga penyembuhan luka Universitas Indonesia Press,
telah masuk tahap fase prolifersi Jakarta.
(garnulasi) yang umumnya Aulton, M. E., 2007, Aulton’s
dimulai sejak hari ke-3 hingga Pharmaceuticals, The Design and
Manufacture of Medicines, 3rd
proses kesembuhan sampai Ed., 383-385; 392-394; 405-409,
minggu ke-3 (Corsetti dkk., Churchill Livingstone Press,
New York.
2010).
Babu, M., Gnanamani, A.,
4. KESIMPULAN Radhakrishan, N., and Priya, K.,
2002, Healing Potential of Datura
Perbedaan tipe basis salep Alba on Burn Wounds in Albino
Rats, J. Ethnopharmacol, vol.
pada formulasi salep ekstrak
83, 193-199.
tokek menyebabkan adanya
Bensky, D., and Gamble, A., 1993,
perbedaan karakteristik (pH,
Chinese Herbal Medicine Materia
nilai viskositas, daya sebar dan Medica Revised Edition, 338,
Eastland Press Incorporated, USA.
daya lekat) serta ada perbedaan
tekstur dan warna. Sediaan salep

1104
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

Corsetti, G., D’Antona, G., Pharmamacology, vol. 7 (33), 2333-


Dioguardi, F. S., and Rezzani, R., 2340.
2010, Topical Application of
Dressing with Amino Acids Hasyim, N., Pare, K. L., Junaid, I.,
Improves Cutaneous Wound Kurniati, A., 2012, Formulasi dan
Healing in Aged Rats, J. Acta Uji Efektivitas Gel Luka Bakar
Histochemica Elsevier, vol. 112, Ekstrak Daun Cocor Bebek
497- 507. (Kalanchoe pinnata L.) pada
Kelinci (Oryctolagus cuniculus),
Das, I., 2010, A Field Guide to the Majalah Farmasi dan
Reptiles of South-East Asia: Farmakologi, vol. 16, no. 2,
Myanmar, Thailand, Laos, 89-94.
Cambodia, Vietnam, Peninsular
Malaysia, Singapore, Sumatra, Labrador-Grenfell Health, 2008, Skin
Borneo, Java, Bali, New Holland and Wound Care Manual,
Publisher. Newfounland and Labrador
Health Boards Association.
Dermawan, A., Arianto, A., and
Bangun, H., 2013, Study of The Lachman, L., Lieberman H. A., dan
Effect of Tween 80 and Palm Kanig J. L., 1986, Teori dan Praktek
Kernel Oil on in vitro Ascorbic Acid Farmasi Industri,
Penetration Through Rabbit Skin, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi,
International Journal of Pharm Tech Edisi ketiga, 1091-1096,
Reseach, vol. 5, no.3, 965-972. Universitas Indonesia Press.

Depkes RI., 1995, Farmakope Naibaho, O. H., Yamlean, P. V. Y.,


Indonesia, Edisi IV, 7; 9; 18; 186; Wiyono, W., 2013, Pengaruh Basis
551; 687; 713; 823; 1037- Salep Terhadap Formulasi Sediaan
1039, Departemen Kesehatan Salep Ekstrak Daun Kemangi
Republik Indonesia. (Ocimum sanctum L.) Pada
Kulit Punggung Kelinci Yang Dibuat
Gadekar, R., Saurabh, M. K., Infeksi Staphylococcus
Thakur, G. S., and Saurabh, A., aureus, Pharmacon Jurnal Ilmiah
2012, Studi of Formulation, Unsrat Manado, vol. 2, no. 2,
Characterisation and Wound Healing 27-33.
Potential of Transdermal Patches
of Curcumin, Asian Journal of Pongsipulung, G. R., Yamlean, P. V.
Pharmaceutical and Clinical Y., dan Banne Y., 2012, Formulasi
Research, vol. 5, 4, 225-230. dan Pengujian Salep Ekstrak
Bonggol Pisang Ambon (Musa
Ganju, K., and Pathak, A. K., 2013, paradisiaca var. sapientum
Evaluation of Wound Healing (L.)) Terhadap Luka Terbuka Pada
Activity of The Polyherbal and Kulit Tikus Jantan Galur Wistar,
Euphorbia Hirta Formulations, Africa Pharmacon Jurnal Ilmiah,
Journal of Pharmacy and Universitas Sam Ratulangi,
Manado, vol. 1, 2.

1105
Media Farmasi Indonesia Vol 11 No 2

Temu Giring (Curcuma heyneana


Sabale, P., Bhimani, B., Prajapati, C., Val&Zijp): Uji Sifat Fisik dan
and Sabale, V., 2012, An Overview Daya Anti Jamur terhadap Candida
of Medicinal Plants as Wound Albicans secara in Vitro, Skripsi,
Healers, Journal of Applied Fakultas Farmasi Universitas
Pharmaceutical Science, vol. 2 Muhamadiyah Surakarta.
(11), 143-150.
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran
Schramm, G., 1998, A Practical Teknologi Farmasi, diterjemahkan
Approach to Rheology and oleh Soendani Noerono S., Edisi
Rheometry, 2nd Edition, 20-21, kelima, 381; 551-553; Gadjah Mada
Gebrueder HAAKE GmbH University Press.
Karlsruhe, Federal Republic of
Germany. Wild, T., Rahbarnia, A., Kellner, M.,
and Sobotka, L., 2010, Nutrition,
Rahmawati, D., Sukmawati, A., dan Journal Nutrition Elsevier,
Indrayudha, P., 2007, Formulasi vol. 26, 862-866.
Krim Minyak Atsiri Rimpang

1106

Anda mungkin juga menyukai