Anda di halaman 1dari 4

Perawatan Bedah Pada Kasus Impaksi Gigi Premolar Dengan Posisi

Inverted Dengan Akses Bukal Ekstraoral


Magnabosco Neto AE1* ,Gregio SLP2, Simm Filho JW3
Department of Oralofand
Department OralMaxillofacial Surgery,
and Maxillofacial Hospital
Surgery, São Hospital
Hospital Indaial José – Joinville
– Indaial – Santa– Santa Catarina
Catarina – Brazil
– Brazil
Department of Oral and Maxillofacial Surgery, Hospital São Hospital José – Jaraguá do Sul – Santa Catarina – Brazi

Pendahuluan

Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke lengkung gigi dalam waktu tertentu. Impaksi gigi dapat
disebebkan oleh karena adanya hambatan dari gigi sekitar atau adanya gangguan dari jaringan
keras dan jaringan lunak, dan sebagainya. Gigi yang tidak dapat erupsi dan tidak mampu untuk
tumbuh dengan baik ke posisi fungsionalnya akan menjadi gigi impaksi. Non-fungsional,
abnormal, dan patologis impaksi gigi permanen mempunyai prevalensi sekitar 5.6-28.3% dan
merupakan hal yang menjadi masalah pada seluruh cabang departemen dentistry. Pada
beberapa kejadian, gigi yang impaksi dikategorikan sebagai mekanisme kegagalan erupsi, yang
menghasilkan maloklusi gigi.

Urutan frekuensi terjadinya impaksi gigi dimulai dari molar ketiga, diikuti oleh kaninus maksila,
premolar mandibula, kaninus mandibula, premolar maksila, insisivus maksila, dan molar kedua
(gigi insisivus bawah dan molar pertama dan kedua sangat jarang terjadi anomali ini).
Multifaktorial yang menyebabkan impaksi gigi ini adalah tidak tersedianya tempat untuk gigi
tersebut erupsi. Molar ketiga mandibula adalah kasus yang paling sering terjadi, namun pada
beberapa kasus perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk gigi premolar. Impaksi gigi premolar
yang bermigrasi harus dilakukan observasi dan hanya akan dihilangkan jika disertai dengan
kondisi atau jika ekstraksi dibutuhkan untuk perawatan orthodontic.

Gigi Premolar mandibula mempunya pertumbuhan yang sangat bervariasi, menjadikan ini
sebagai tipe gigi yang sering hilang, kecuali gigi molar ketiga.

Literatur ini mengandung case report dan pembelajaran komprehensive pada premolar
inverted yang impaksi. Studi ini bertujuan untuk melaporkan kasus pembedahan dari gigi
premolar yang impaksi dengan posisi terbalik, dengan akses ekstra bukal.

Clinical Surgical Case Report

Pasien wanita usia 20 tahun datang ke Klinik Bucomaxilofacial Surgery yang di rujuk oleh
Orthodontist. Pada oemeriksaan intra-bukal, terdapat kehilangan gigi premolar kedua rahang
bawah. Saat dilakukan pemeriksaan radiografi panoramik, terdapat kehilang gigi premolar
kedua rahang bawah (45) dan impaksi gigi premolar (35) yang berada dalam posisi inverted,
pada rahang sebelah kiri. Pada pemeriksaan ekstra-oral, tidak ditemukan adanya perubahan
klinis. Pemeriksaan tomografi diperlukan untuk mengetahui posisi gigi oremolar terhadap basis
mandibula.

Oleh karena posisi gigi oremolar yang terlalu eksterior pada basis mandibula, maka dokter
merencanakan ekstraksi melalui bukal yang dilakukan dibawah general ansthesia.

Dilakukan insisi dan pembebasan flap pada basis rahang bawah kiri, dan posterior osteoctomy
dengan drill yang ditempelkan pada handpiece motor, untuk membebaskan mahkota gigi.

Diksusi

Gigi impaksi adalah gigu yang tidak dapat atau tidak mampu untuk muncul ke posisi normal dan
merupakan kondisi patologis yang membutuhkan perawatan. Semua gigi permanen dapat
terjadi impaksi, namun gigi yang paling sering terjadi impaksi adalah molar ketiga maksila dan
mandibula, kaninus atas, premolar kedua atas dan bawah, dan insisivus sentral rahang atas.
Gigi molar ketiga adalah gigi yang paling sering impaksi pada manusia, bedah ekstraksi adalah
oerawatan yang paling sering dilakukan. Beberapa tipe impaksi meliputi vertikal, horizontal,
bukal, lingual, dan inverted. Etiologi impaksi adalah multifaktorial. Gigi impaksi dapat pula
berhubungan dengan penyakit periodontal, karies, kista odontogenik, tumor, suatu massa,
fraktur mandibula, dan resopsi akar gigi sekitar.
Etiologi gigi impaksi selain pada molar ketiga sukar ditentukan. Trauma intrusive juga dapat
menyebabkan impaksi, terutama pada kasus dimana jaringan periodontal yangbrusak, terutama
pada segmen anterior. Untuk kasus pada anak-anak, sebagian besar gigi muncul kembali. Erupsi
gigi dapat dihambat oleh gigi sekitarnya, densitas tulang, atau jaringan lunak. Gigi berdesakan
yang disebabkan oleh diskrepansi ujuran rahang atau gigi, atau karena premature loss gigi
molar kedua desidui tanpa perawatan space maintainer. Hak ini menyebabkan tidak ada nya
space yang cukup untuk gigi premolar kedua untuk erupsi ke lengkung rahang. Konsekuensinya,
gigi oremolar kedua akan erupsi pada sisi palatal atau lingual, ataupun terjadi impaksi gigi.
Kasus yang sama juga bisa disebabkan oleh karena persistensi gigi molar kedua desidui.

Ada beberapa teori yang menjelaskan terjadinya gigi yang menetap. Pertama adalah
diskrepansi ukuran rahang yang berhubungan dengan ukuran gigi. Teori lain membuktikan
bahwa kemunculan gigi yang menetap disebabkan oleh karena kebiasaan makan yang tidak
menstimulasi pertumbuhan mandibula yang dapat menyebabkan impaksi gigi. Pada sebagian
besar kasus premolar impaksi ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan rutin atau
merupakan rujukan dari departemen lain. Beberapa kasus impaksi premolar juga diindikasikan
untuk dilakukan pencabutan untuk perawatan orthodontic. Posisi gigi yang menyimpang-
seperti infraoklusi, molar pertama maksila ektopik mesial, kaninus disversi palatal, transposisi
gigi, rotasi gigi- mendapat perhatian lebih sebagai anomali gigi yang berhubungan dengan
genetik.

Perawatan impaksi gigi membutuhkan kekooperqtifan multodisiplin antara orthodontist, dokter


bedah mulut, dan pada beberapa kasus dokter bidang periodontal. Perawatan orthodontic dan
bedah mulut pada gigi impaksi dapat menghasilkan gigi kembali ke lengkung normal. Secara
teori, dapat dimungkinkan untuk seluruh gigi mengikuti jalur erupsi yang salah dan menjadi
impaksi gigi pada tulang alveolar ataupun juga mungkin menuju ke anatomi lain seperti nasal
atau sinus cavity, ramus mandibula, arau batas tepi dari mandibula. Sebagai tambahan, gigi
kemungkinan tidak erupsi oleh karena efek langsung maupun tidak langsung dari kista dan
neoplasma, atau herediter. Maka dari itu, sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan secara
menyeluruh disertai radiography ketika didapatkan kasus gigi yang tidak tumbuh ke lengkung
normal gigi. Gigi impaksi untuk protokol oerawatan orthodontik, meliputi eksposure, reposisi,
auto-transplantasi, dan pencabutan. Perawatan bedah meliputi rute intraoral dan ekstraoral,
bergantung pada lokasi gigi.

Seringkali ekstraksi gigi dapat dilakukan bergantung pada etiologi impaksi. Literature mengenai
impaksi premolar jarang ditemukan, walaupun angka kejadian impaksi premolar kedua rahang
bawah mencapai 24% dari seluruh jenis impaksi.
Kesimpulan

Diagnosa awal dari impaksi gigi dengan erupsi ektopik memberikan dokter bedah untuk
melakukan oerawatan interseptive untuj mencegah komplikasi. Pada pendekatan surgical untuk
pembebasan gigi impaksi, harus di pertimbangkan posisi anatomi, dan apabila mempunyai
kondisi yang baik maka harus disertakan perencanaan perawatan orthodonti. Ketika posisinya
tidak menguntungkan, maka harus segera dibuang dengan rencana perawatan yang adequat.

Meskipun begitu, jika gigi berada pada posisi dengan akses sulit, seperti pada angulus atau
batas bawah mandibula, extraoral removal dapat dilakukan. Etiologi impaksi gigi adalah
multifaktorial, membutuh pendekatan interdisiplinary yang menjadikan sukar untuk dilakukan
pemilihan perawatan yang tepat pada kasus impaksi yang tidak mempunyai kemungkinan
reposisi ke lengkung normal.

Anda mungkin juga menyukai