Anda di halaman 1dari 43

MANAJEMEN

PERSEDIAAN
LIDYA RAT N A SA RI T EJOSA PU T RA , S.A K., M.A K
BIAYA PERSEDIAAN
Jika permintaan akan suatu produk atau bahan baku diketahui dengan pasti untuk
periode waktu tertentu (biasanya satu tahun), terdapat dua biaya utama yang terkait
dengan persediaan yaitu:
o Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan → jika persediaan berupa bahan baku
atau barang yang dibeli dari sumber luar
o Biaya persiapan dan biaya penyimpanan → jika bahan baku atau barang diproduksi
secara internal)

Jika permintaan tidak diketahui dengan pasti, maka akan timbul kategori ketiga dari
biaya persediaan yaitu biaya habisnya persediaan (stockout cost)
BIAYA PERSEDIAAN
o Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya-biaya untuk menempatkan dan menerima pesanan.
Contoh: biaya pemrosesan pesanan (biaya administrasi dan dokumen), biaya asuransi, untuk
pengiriman, dan biaya pembongkaran.

o Biaya persiapan atau penyetelan (setup cost) adalah biaya-biaya untuk menyiapkan peralatan dan
fasilitas sehingga dapat digunakan untuk memproduksi produk atau komponen tertentu. Contoh: upah
pekerja bagian produksi yang tidak terpakai, biaya fasilitas produksi yang tidak terpakai, dan biaya uji
coba produksi.

o Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya untuk menyimpan persediaan. Contoh: asuransi, keusangan,
biaya peluang dari dana yang terikat dalam persediaan, biaya penanganan, dan ruang penyimpanan
persediaan.

o Biaya habisnya persediaan (stockout cost) adalah biaya-biaya yang terjadi karena tidak dapat
menyediakan produk ketika diminta pelanggan. Contohnya: penjualan yang hilang (baik saat ini
maupun masa depan), biaya ekspedisi (meningkatnya beban transportasi, lembur, dll), serta biaya
akibat produksi yang terganggu.
ALASAN TRADISIONAL MEMILIKI PERSEDIAAN
Menetapkan Persediaan
Kesalahan dalam menetapkan persediaan dapat berakibat fatal:
Persediaan terlalu kecil → Hilangnya kesempatan untuk menjual dan
memperoleh laba
Persediaan terlalu besar → Adanya biaya besar sehingga memperkecil
laba dan memperbesar resiko

Fokus Pengelolaan Persediaan


Berapa unit yang harus dipesan (atau diproduksi)?
Kapan pemesanan harus dilakukan (atau persiapan dilaksanakan)?
Economic Order Quantity (EOQ)
o EOQ menunjukkan jumlah kuantitas bahan baku yang optimal untuk setiap kali melakukan pemesanan.

o Total Cost = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

Total Cost = PD/Q + CQ/2

Di mana,

TC = total biaya pemesanan (atau persiapan) dan biaya penyimpanan

P = biaya menempatkan pesanan dan penerimaan pesanan (atau biaya persiapan pelaksanaan produksi)

D = jumlah permintaan tahunan yang diketahui

Q = jumlah unit yang dipesan setiap kali pesanan dilakukan (atau ukuran lot produksi)

C = biaya penyimpanan satu unit persediaan selama satu tahun.


Economic Order Quantity (EOQ)
2 𝑥 𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂
𝐸𝑂𝑄 =
𝐶𝑈𝑥 𝐶𝐶

EOQ = Economic Order Quantity / kuantitas bahan baku yang dipesan untuk sekali order
RU = Required Units / kebutuhan material dalam setahun (annually)
CO = Cost per Order / biaya order setiap kali memesan bahan baku
CU = Cost per Unit / biaya per unit atas bahan baku
CC = Carrying Cost Ratio / biaya penyimpanan sebagai persentase (%) CU
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑅𝑈
= = 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟
𝐸𝑂𝑄 𝐸𝑂𝑄
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝑅𝑈 𝑥 𝐶𝑂
= = 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 cost 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟
𝐸𝑂𝑄 𝐸𝑂𝑄
𝐸𝑂𝑄
= 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟
2
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 %𝑐𝑎𝑟𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑥 𝐸𝑂𝑄 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶 𝑥 𝐸𝑂𝑄
= = 𝑐𝑎𝑟𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑦𝑒𝑎𝑟
2 2
𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑥 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 %𝑐𝑎𝑟𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑠𝑡 + 𝐸𝑂𝑄
+ = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡
𝐸𝑂𝑄 2
𝑅𝑈𝑥𝐶𝑂 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶 + 𝐸𝑂𝑄 AC = total biaya persediaan tahunan
AC = +
𝐸𝑂𝑄 2 ( biaya pemesanan + penyimpanan persediaan)
2 𝑥 𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑥 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟
𝐸𝑂𝑄 =
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 %𝑐𝑎𝑟𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑠𝑡

Example: 2 𝑥 2,400 𝑥 $20


𝐸𝑂𝑄 = = 800 unit
Demand per year (RU) = 2,400 units $0.75 𝑥 20%
Cost per unit (CU) = $0.75
Ordering cost (CO)= $20 per order 𝑅𝑈𝑥𝐶𝑂 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶 𝑥 𝐸𝑂𝑄
AC = +
% Carrying cost (CC) = 20% 𝐸𝑂𝑄 2

2,400𝑥$20 $0,75 𝑥 20% 𝑥 800


AC = +
800 2
Total Cost (AC) = $60 + $60 = $120

Number of order = 2,400 / 800 = 3X


Contoh:
PT. ABC membutuhkan 80 unit material per bulan setiap kali pesan. Terdapat biaya
pesan Rp100.000. Material yang dibeli PT. ABC memiliki harga beli per unit
Rp10.000 dan terdapat biaya lainnya yaitu pajak 10%, insurance 2%, dan
transportasi 18%. Biaya penyimpanan material di gudang, diestimasikan sebesar
15% dari total harga perolehan material.
Diminta :
1. Hitung harga perolehan material per unit
2. Hitung total kebutuhan material dalam setahun & biaya penyimpanan per unit.
3. Berapa EOQ nya?
4. Berapa kali PT. ABC harus melakukan order dalam setahun?
RU = 80 unit per bulan Pajak = 10%
CO = Rp100.000 Asuransi = 2%
CU = Rp10.000 per unit Transportasi = 18%
CC = 15%
1. Total harga perolehan material per unit :
2. Total kebutuhan material dalam setahun ?
Harga beli material = 10.000
RU = 80 unit/bulan x 12 bulan = 960 unit / tahun
Pajak 10% = 1.000

Asuransi 2% = 200 Biaya penyimpanan (CC) per unit?


(Biaya penyimpanan sebagai % CU)
Transportasi 18% = 1.800
CC = 15% x 13.000 = 1.950
Total harga perolehan material per unit (CU)
= 10.000 + 1.000 + 200 + 1.800 = 13.000
3. 4. Jumlah order dalam setahun =
2 𝑥 960 𝑥 200.000
𝐸𝑂𝑄 = = 313,78 unit
13.000 𝑥 15% Jumlah order = RU / EOQ = 960 / 313,78 = 3,06 x

Artinya, setiap kali order, PT. ABC memesan Artinya, dalam setahun, PT. ABC harus melakukan
bahan baku sebanyak kurang lebih 313 unit order sebanyak 3 kali order.
Rumus EOQ & Proses Produksi
2 𝑥 𝐷𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑 𝑥 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑑𝑒𝑟 CO = estimasi dari set up cost
𝐸𝑂𝑄 =
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 %𝑐𝑎𝑟𝑟𝑦𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑠𝑡 CU = biaya produksi variabel per unit

Contoh:
Item persediaan A88 diproduksi 2 𝑥 6.000 𝑥 $62 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖𝑎𝑝𝑎𝑛
𝐸𝑂𝑄 =
dengan biaya persiapan (CO) seperti $2 biaya produksi variabel per unit 𝑥 20%
biaya tenaga kerja untuk mengatur dan
menyesuaikan kembali mesin sebesar $744.000
𝐸𝑂𝑄 =
$62. Biaya produksi variabel (CU) $0,40
sebesar $2 per unit; kebutuhan per 𝐸𝑂𝑄 = 1.860.000
tahun 6.000 unit; biaya penyimpanan
per tahun 20%. Maka jumlah optimum 𝐸𝑂𝑄 = 1.364 unit
daru suatu proses produksi:
Reorder Point
Selain menentukan EOQ, perusahaan juga perlu menentukan waktu pemesanan
kembali bahan baku yang akan digunakan atau yang disebut dengan Reorder Point.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pemesanan :
- Waktu yang diperlukan untuk pengiriman
- Tingkat penggunaan persediaan
- Jumlah persediaan pengaman (safety stock)
Reorder point (ROP) adalah titik dimana jumlah persediaan bahan baku menunjukkan
waktunya untuk mengadakan pesanan kembali.
ROP menunjukkan waktu optimal saat dimana perusahaan harus melakukan order
material ke supplier.
Terminologi dalam ROP:

Lead time / waktu tunggu → jeda waktu mulai dari order dibuat hingga material
berada di gudang dan siap digunakan.
Safety stock / stock pengaman → jumlah material yang harus ada sebagai anitisipasi
agar tidak terjadi stock out / kekurangan material sehingga menghentikan produksi.
Order point / titik pemesanan → waktu dimana pesanan harus dibuat.
Normal lead time / waktu tunggu normal → jeda waktu tunggu rata-rata yang
biasanya berlaku tanpa adanya peristiwa force major.
Abnormal lead time / waktu tunggu abnormal → jeda waktu tunggu dengan
memperhitungkan adanya peristiwa force major.
REORDER POINT
DEMAIND IS CERTAIN
A. Reorder point = Number of unit sold x Lead Time
Example: EOQ = 1.000 units. Number of unit sold 250 package
per week and the lead time is 2 weeks.
➢Reorder point = 2 x 250 = 500 units
➢Thus, an order should be placed when inventory drops to 500 units

B. Reorder point = Rate of usage x Lead time


Example: EOQ = 500 units. To produce a refrigerator uses 50 parts
per day and the lead time is 4 days.
➢Reorder point = 4 x 50 = 200 units
➢Thus, an order should be placed when inventory drops to 200 units.
A
REORDER
B
POINT
B GRAPH
REORDER POINT
DEMAIND IS UNCERTAIN (SAFETY STOCK)

Purchase order → Barang tidak langsung sampai → menunggu beberapa minggu →


perusahaan tetap melakukan penjualan → stok barang akan berkurang → jumlah barang
harus masih dalam safety stock
Supaya stock tetap aman, maka jumlah sesaat sebelum barang datang juga harus sama
dengan atau di atas safety stock.
Barang yang dipesan – barang yang terjual saat menunggu pesanan datang = safety stock.
Barang yang dipesan ini minimal = safety_stock + barang yang terjual saat mengunggu
pesanan datang.
Nilai reorder point ini harus di atas nilai safety stock, mengingat ada jeda waktu antara
pemesanan dan penerimaan barang.
REORDER POINT
DEMAIND IS UNCERTAIN (SAFETY STOCK)
Persediaan pengaman (safety stock) dapat dihitung dengan mengalikan waktu tenggang
dengan selisih antara tingkat penggunaan maksimal dan tingkat penggunaan rata-rata”.

Penggunaan Maksimal XX

Penggunaan rata-rata (XX)

Selisih XX

Waktu tenggang (dikali) XX

Persediaan pengaman XX

ROP = (tingkat rata-rata penggunaan x tenggang waktu) + Persediaan pengaman


REORDER POINT
DEMAIND IS UNCERTAIN (SAFETY STOCK)
Contoh:
Jika komponen lemari es digunakan pada tingkat 60 komponen, bukannya 50, maka
perusahaan akan menggunakan 200 komponen selama tiga sepertiga hari.
Artinya, penggunaan maksimal komponen lemari es adalah 60 unit per hari, rata-rata
penggunaan adalah 50 unit per hari, dan waktu tunggu adalah empat hari, maja
persediaan pengaman dihitung sebagai berikut:
Maximum usage 60
Average usage 50 ROP = (Average rate of usage x Lead time) + Safety stock
Difference 10 ROP = (50 x 4) + 40
Lead time x4 ROP = 240 units
Safety stock 40
REORDER POINT
DEMAIND IS UNCERTAIN (SAFETY STOCK)
Contoh :

Asumsikan suatu perusahaan menggunakan satu item yang dipesan 10 kali per tahun. Biaya dari
satu kali kehabisan persediaan adalah sebesar $30 , biaya penyimpanan sebesar $0,50 per
tahun per unit, dan probabilitas terjadinya kehabisan persediaan diestimasikan sebagai berikut
untuk berbagai tingkat persediaan pengaman :

Persediaan Pengaman Probabilitas Kehabisan


(unit) Persediaan (%)
0 40
50 20
100 10
200 5

Tabel biaya penyimpanan dan total biaya kehabisan persediaan pada setiap tingkat persediaan
pengaman ditentukan sebagai berikut :
Reoder Point

Note:
Tingkat persediaan pengaman yang
(D) = B x C
optimum (optimum safety stock) adalah
(E) = D x Cost of running out of
100 unit, karena total biaya kehabisan
inventory (i.e. $30)
persediaan dan total biaya
(F) = A x Carrying cost per unit
penyimpanan diminimalkan pada
per year (i.e. $0.50)
tingkat ini.
(H) = E + F
Menentukan Besarnya Safety Stock
Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time ditambah persentase
tertentu sebagai persediaan pengaman.
Contoh:
◦ Suatu perusahaan elektronik memerlukan bahan baku per hari sebanyak 500
unit dengan waktu tunggu 4 hari. Jika kebutuhan pengamannya ditetapkan
sebesar 50% dari kebutuhan per hari, tentukan titik pemesanan kembali!
◦ Jawaban:
ROP = (4 x 500 unit) + 50% (4 x 500 unit)
= 2.000 unit + 1.000 unit = 3.000 unit
Menentukan Besarnya Safety Stock
Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time ditambah penggunaan
selama periode tertentu sebagai persediaan pengaman.
Contoh:
◦ Suatu perusahaan elektronik memerlukan bahan baku per hari sebanyak 500
unit dengan waktu tunggu 4 hari. Jika kebutuhan pengamannya ditetapkan
sebesar kebutuhan selama 3 hari, tentukan titik pemesanan kembali!
◦ Jawaban:
ROP = (4 x 500 unit) + (3 x 500 unit)
= 2.000 unit + 1.500 unit = 3.500 unit
.
Contoh:
PT. ABC menggunakan material sebanyak 10 unit per hari. Waktu tunggu
(Lead Time) untuk sekali pesan adalah 5 hari yang terdiri dari waktu tunggu
normal 3 hari dan waktu tunggu abnormal untuk berjaga-jaga jika terjadi
extraordinary condition selama 2 hari. Saat ini PT. ABC masih memiliki stok
material sebanyak 80 unit.

Diminta :
Berapa ROP?
Berapa Safety Stock?
Jika sekarang tanggal 1 Januari, kapan PT. ABC harus melakukan order?
Normal usage (NU) = 10 unit per hari
Lead Time = 5 hari (Normal Lead Time = 3 hari
& Abnormal Lead Time = 2 hari)
Sisa stok awal 80 unit

Berapa order point? Berapa safety stock?


OP = Lead Time x Normal Usage SS = Abnormal Lead Time x Normal Usage
SS = 2 hari x 10 unit/hari
OP = 5 hari x 10 unit/hari SS = 20 unit
OP = 50 unit Artinya, PT. ABC harus memiliki stok
pengaman sebanyak 20 unit agar tidak
Artinya, PT. ABC harus melakukan
terjadi stock out.
order ketika sisa stok materialnya
sebanyak 50 unit.
Jika sekarang tanggal 1 Januari, kapan PT. ABC harus melakukan order?
Jumlah unit dipakai dari sekarang ke titik order point :
= 80 unit – 50 unit
= 30 unit

Jumlah hari dari sekarang sampai ke hari order :


= 30 unit : 10 hari/unit
= 3 hari
Jika sekarang tanggal 1 Januari, maka PT. ABC harus memesan barang pada
tanggal 4 Januari.
MANAJEMEN PERSEDIAAN
JUST-IN TIME (JIT)
o Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang
yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.

o Manufaktur JIT adalah suatu system berdsarkan tarikan permintaan yang membutuhkan barang untuk ditarik
melalui system oleh permintaan yang ada, bukan didorong ke dalam system pada waktu tertentu berdasarkan
permintaan yang diantisipasi.

o Konsep JIT adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari
pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat
menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.

o JIT memiliki dua tujuan strategis yaitu meningkatkan laba dan memperbaiki posisi bersaing perusahaan.Kedua
tujuan ini dicapai dengan mengendalikan biaya (yang memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan
peningkatan laba), memperbaiki kinerja pengiriman, dan meningkatkan kualitas.
KARAKTERISTIK DASAR
JUST-IN TIME (JIT)
o Tata letak pabrik

➢ JIT mengganti tata letak pabrik tradisional ini dengan suatu pola sel manufaktur.

➢ Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin yang dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam
bentuk setengah lingkaran.

➢ Mesin-mesin diatur sehingga mereka dapat digunakan untuk melakukan berbagai operasi secara
berurutan.

➢ Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan produk atau kumpulan produk tertentu.

➢ Produk dipindah dari satu mesin ke yang lainnya dari awal hingga selesai.

➢ Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk mengoperasikan semua mesin dalam sel.
KARAKTERISTIK DASAR
JUST-IN TIME (JIT)
o Pengelompokan dan Pemberdayaan Karyawan

➢ Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga memiliki pengaruh pada relokasi
dukungan pelayanan pada sel.

➢ Sebagai tambahan dari pekerjaan produksi langsung, para pekerja sel dapat melakukan tugas
persiapan, memindahkan barang setengah jadi dari bagian ke bagian lain dalam sel, melakukan
perawatan pencegahan dan perbaikan kecil, melakukan inspeksi kualitas, dan melakukan tugas
pembersihan.

o Total Quality Control

➢ JIT perlu memberikan tekanan yang lebih kuat pada pengelolaan kualitas. Kualitas yang rendah
tidak dapat ditoleransi dalam suatu lingkungan manufaktur yang beroperasi tanpa persediaan.

➢ Total quality control pada intinya adalah suatu pengerjaan tanpa henti untuk suatu kualitas
sempurna, usaha untuk mendapatkan suatu desain produk dan proses manufaktur tanpa cacat.
KARAKTERISTIK DASAR
JUST-IN TIME (JIT)
o Ketelusuran Biaya Overhead

➢ Suatu system pembiayaan menggunakan tiga metode untuk membebankan biaya pada produk
individual: penelusuran langsung, penelurusan penggerak, dan alokasi. Dari ketiga metode,
penelusuran langsung paling akurat sehingga lebih disukai daripada dua metode lainnya.

o Pengaruh Persediaan

➢ JIT umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat rendah.

➢ Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari persediaan adalah vital bagi kesuksesan JIT.
Akan tetapi, ide pencapaian persediaan yang tidak signifikan menentang alas an tradisional untuk
menyimpan persediaan. Menurut pandangan tradisional, persediaan menyelesaikan permasalahan
yang mendasari tiap alasan.
PEMBEBANAN BIAYA PRODUK MANUFAKTUR
TRADISIONAL VS JIT
Biaya Manufaktur Lingkungan Tradisional Lingkungan JIT
Tenaga kerja langsung Penelurusan langsung Penelurusan langsung
Bahan baku langsung Penelurusan langsung Penelurusan langsung
Penanganan bahan baku Penelurusan penggerak Penelurusan langsung
Perbaikan dan Penelurusan penggerak Penelurusan langsung
pemeliharaan
Energi Penelurusan penggerak Penelurusan langsung
Suplai operasional Penelurusan penggerak Penelurusan langsung
Supervisi (departemen) Alokasi Penelurusan langsung
Asuransi dan pajak Alokasi Alokasi
Depresiasi pabrik Alokasi Alokasi
Depresiasi peralatan Penelurusan penggerak Penelurusan langsung
Pelayanan bea cukai Alokasi Penelurusan langsung
Pelayanan kafetaria Penelurusan penggerak Penelurusan penggerak
PERBANDINGAN MANUFAKTUR
JIT VS TRADISIONAL
JIT Tradisional
1. Sistem Tarik 1. Sistem dorong
2. Persediaan tidak signifikan 2. Persediaan signifikan
3. Pemasok kecil 3. Pemasok besar
4. Kontrak pemasok jangka panjang 4. Kontrak pemasok jangka pendek
5. Struktur sel 5. Struktur departemental
6. Tenaga kerja berkeahlian ganda 6. Tenaga kerja terspesialisasi
7. Pelayanan terdesentralisasi 7. Pelayanan tersentralisasi
8. Keterlibatan karyawan tinggi 8. Keterlibatan karyawan rendah
9. Gaya manajemen memfasilitasi 9. Gaya manajemen mengawasi
10. Pengendalian kualitas total 10. Tingkat kualitas yang dapat diterima
11. Dominasi penelusuran langsung 11. Dominasi penelusuran penggerak
(perhitungan biaya produk)
BIAYA PERSIAPAN DAN PENYIMPANAN
PENDEKATAN JUST-IN TIME (JIT)
JIT merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biaya penyimpanan dan biaya persiapan yang sangat berbeda
dari pendekatan tradisional. JIT tidak menerima biaya persiapan atau pemesanan.

o Kontrak jangka panjang, pengisian kembali yang berkelanjutan, pertukaran data elektronik dan JIT II

Menegosiasikan kontrak jangka panjang atas pasokan bahan baku dari luar tentu mengurangi jumlah pesanan dan
biaya pemesanan terkait.

Pengecer telah menemukan cara mengurangi biaya pemesanan dengan menerapkan pengisian kembali
berkelanjutan. Dengan pengisian kembali berkelanjutan (continuous replenishment), pembuat barang mengambil
alih fungsi manajemen persediaan pengecer. Pembuat barang memberi tahu pengecer kapan dan berapa banyak
persediaan yang harus dipesan kembali. Pengecer meninjau rekomendasi itu dan menyetujui pesanan jika memang
masuk akal.

Proses pengisian kembali yang berkelanjutan akan lebih dipermudah oleh pertukaran data elektronik, yaitu suatu
bentuk awal dari perdagangan elektronik yang pada intinya adalah suatu metode terotomatisasi dari pengiriman
informasi dari komputer ke komputer.

Contoh perusahaan yang menggunakan JIT II adalah Bose, IBM, Intel, Honeywell, dan AT&T.
Kinerja Jatuh Tempo:
Solusi Just-in Time (JIT)
o Kinerja jatuh tempo adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menanggapi
kebutuhan pelanggan.
o Sistem JIT memecahkan masalah kinerja jatuh tempo bukan dengan menimbun
persediaan tetapi dengan mengurangi waktu tunggu secara dramatis.
o Waktu tunggu yang lebih singkat akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi tanggal penyerahan dan merespon permintaan pasar dengan cepat. Jadi
daya saing perusahaan dapat meningkat.
o JIT memotong waktu tunggu dengan mengurangi waktu persiapan, memperbaiki
kualitas, dan menggunakan manufaktur sel.
Menghindari Penghentian Produksi Dan
Keandalan Proses: Pendekatan Just-in Time (JIT)
Penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan: kegagalan mesin, kecatatan bahan baku
atau subrakitan, dan ketidaktersediaan bahan baku atau subrakitan.

o Pemeliharaan Pencegahan Total

Kegagalan mesin nol adalah tujuan pemeliharaan pencegahan total (total preventive maintenance).
Dengan memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan pencegahan, Sebagian besar kegagalan mesin
dapat dihindari.

o Pengendalian Kualitas Total

Masalah komponen yang cacat dipecahkan dengan berusaha mencapai tingkat kerusakan nol. Karena
manufaktur JIT tidak mengandalkan persediaan untuk menggantikan komponen atau bahan yang rusak,
penekanan pada kualitas, baik untuk bahan baku yang diproduksi secara internal maupun dibeli secara
eksternal, meingkat tajam.
Menghindari Penghentian Produksi Dan
Keandalan Proses: Pendekatan Just-in Time (JIT)
Penghentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan: kegagalan mesin, kecatatan bahan baku
atau subrakitan, dan ketidaktersediaan bahan baku atau subrakitan.

o Sistem Kaban

Untuk menjamin komponen atau bahan baku tersedia ketika dibutuhkan, digunakan sistem Kaban, yaitu
sebuah sistem informasi yang mengendalikan produksi melalui penggunaan tanda atau kartu.

Sistem Kaban dasar menggunakan tiga kartu:

- Kaban Penarikan → merinci kuantitas proses berikutnya yang harus ditarik dari proses sebelumnya.

- Kaban Produksi → merinci kuantitas proses berikutnya yang harus diproduksi dari proses sebelumnya/

- Kaban Pemasok → digunakan untuk memberitahukan pemasok agar menyerahkan lebih banyak
komponen dan merinci kapan komponen tersebut dibutuhkan.
Diskon dan Kenaikan Harga:
Pembelian JIT vs Menyimpan Persediaan

o Secara tradisional, persediaan disimpan sehingga perusahaan dapat mengambil


keuntungan diskon kuantitas dan melindungi diri dari kenaikan harga di masa
mendatang atas barang yang dibeli. Tujuannya adalah menurunkan biaya persediaan.
o Solusi JIT adalah menegosiasikan kontrak jangka panjang dengan sejumlah kecil
pemasok terpilih yang berlokasi sedekat mungkin dengan fasilitas produksi dan
membangun keterlibatan pemasok secara lebih ekstensif.
o Dampak lain dari pembelian JIT adalah menurunkan biaya komponen yang dibeli
(biasanya ada penurunan antara 5-20%)
Keunggulan JIT

o Proses penerapan JIT dinamis


o Memungkinkan pengurangan lead time secara terus menerus
o Memungkinkan evaluasi terhadap pemasok
o Memungkinkan penghematan jumlah tenaga kerja
o Mampu menghilangkan aktivitas yang tidak perlu
o Meminimalkan persediaan
Keterbatasan JIT
o Perlu adanya kesamaan persepsi dan kesepakatan atau kontrak yang dibuat yang menyatakan bahwa produksi
yang akan dijalankan menggunakan sistem JIT. Apabila tidak terjadi kesepakatan sebelumnya, dikhawatirkan akan
mengalami hal-hal berikut ini:

• Pemasok terlambat memasok barang, maka produksi akan terhenti karena tidak memiliki cadangan persediaan.

• Antara pekerja dan manajemen tidak ada pengertian yang sama mengenai produksi just in time, maka sasaran
yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.

• Antara perusahaan dengan pemasok terjadi keretakan, dimana masing-masing pihak melanggar ketentuan
yang berlaku

o Sistem produksi JIT menuntut para pekerja untuk bekerja lebih giat agar target tercapai. Jika diperlukan, bekerja
lembur atau malam hari di luar jam kerja diperlukan agar volume produksi yang diminta pelanggan terpenuhi.

o Untuk mempercepat proses produksi, perusahaan membutuhkan pemasok yang tidak hanya mampu memasok
bahan baku yang berkualitas, namun lokasinya dekat dengan pabrik sehingga keterlambatan pengiriman bahan
baku dapat dihindari.

o Tidak ada persediaan untuk menyangga berhentinya produksi.


Teori Kendala
o Setiap perusahaan yang menghadapi sumber daya dan permintaan yang terbatas atas setiap produk.
Keterbatasan ini disebut kendala (constraint).

o Menurut theory of contraints (TOC), jika hendak memperbaiki kinerja, suatu perusahan harus
mengidentifikasi kendala-kendalanya, mengeksploitasi kendalanya dalam jangka pendek, serta
menemukan cara mengatasinya dalam jangka panjang.

o TOC berfokus pada tiga ukuran kinerja organisasi: throughput (adalah tingkat di mana suatu
organisasi menghaslkan uang melalui penjualan - sesuai dengan margin kontribusi), persediaan
(seluruh uang yang dikeluarkan organisasi dalam mengubah bahan baku menjadi throughput), dan
beban operasi (sebagai seluruh uang yang dikeluarkan organisasi untuk mengubah persediaan
menjadi throughput).

Berdasarkan ketiga ukuran ini, tujuan manajemen dapat dinyatakan sebagai meningkatkan throughput,
meminimalkan persediaan, dan menurunkan beban operasi.
Langkah-Langkah TOC

o Mengidentifikasi kendala-kendala perusahaan.


o Mengeksploitasi kendala-kendala yang meningkat.
o Menyubordinasi apapun, selain keputusan yang dibuat pada langkah2.
o Mengangkat kendala-kendala yang mengikat.
o Mengulangi proses.
SELAMAT MENGERJAKAN TUGAS KELOMPOK

Anda mungkin juga menyukai