Anda di halaman 1dari 12

LANDASAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN

TEKNOLOGI DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM
Ahmad Syauqy Ridho
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Email korespondensi: syauqyridho1@gmail.com
Erih
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Email korespondensi:erihajah08@gmail.com
Fery Ahmad Komarudin
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Email korespondensi: feryakomarudin@gmail.com
Abstrak
Kemajuan suatu negara didukung oleh kualitas sumber daya manusia di dalamnya,
kemajuan teknologi dan pengetahuan merupakan dua hal yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan negara tersebut. Tantangan masa depan berupa perkembangan teknologi
informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, kemajuan industri kreatif dan budaya, pengaruh
serta dampak teknosains, menuntut pelaksanaan pengembangan kurikulum dengan landasan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih komprehensif. Kajian ini bertujuan untuk
menambah wawasan pembaca mengenai pentingnya peningkatan mutu sumber daya
manusia dengan memperbaiki pendidikan di Indonesia, salah satunya melalui
pengembangan kurikulum yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Metode
penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil kajian menjelaskan
bahwa lembaga pendidikan khususnya jalur sekolah harus mampu menunjang dan
mengantisipasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan ajar atau materi sepatutnya
hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer, baik berkaitan dengan
hasil perolehan informasi, ataupun cara memperoleh informasi tersebut dan
memanfaatkannya untuk masyarakat. Dibutuhkan pemanfaatan, pengembangan dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi supaya memberi implikasi terhadap
pengembangan sumber daya manusia.
Teknologi pendidikan berusaha memecahkan dan atau memfasilitasi pemecahan
masalah belajar manusia sepanjang hayat, di mana, kapan, dengan cara, dan oleh siapa saja.
Masalah belajar itu bisa dijumpai di rumah, di sekolah, di tempat ibadah, di tempat kerja, dan
ditenggah masyarakat. Dengan mengembangkan salah satu prinsip teknologi pendidikan
“belajar bisa dimana saja”, guru di kelas dan orang tua di rumah bisa meng- gunakan sarana
belajar yang sangat luas dan tidak terbatas pada ruang kelas dan kamar belajar. Mengemas
teknologi pendidikan dalam pendidikan agama Islam atau sebaliknya, tidaklah pas kalau kita
sendiri tidak mempunyai pemahaman yang utuh tentang pendidikan agama Islam itu sendiri.
Pendidikan Islam sebagai suatu sistem adalah pendidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan hamba Allah. Bersumber pada nilai-nilai keislaman yang
tertanam dan membentuk sikap hidup yang menjiwai nilai-nilai tersebut.

Kata Kunci Landasan; Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; Kurikulum; Pendidikan Agama Islam
Abstract
The progress of a country is supported by the quality of human resources in it. technological progress
and knowledge are two things that are very influential on the development of the country. Future challenges
include the development of information technology, the convergence of science and technology, the
advancement of creative and cultural industries, the influence and impact of science, demanding the
implementation of curriculum development with a more comprehensive foundation of science and
technology. This study aims to broaden the reader's insight on the importance of improving the quality of
human resources by improving education in Indonesia, one of which is through the development of a
curriculum based on science and technology. The research methods used was the qualitatif descriptive
approach. The results of the study explained that, educational institutions especially the school path must
be able to support and anticipating the progress of science and technology. Teaching materials or materials
should be the result of the development of contemporary science and technology, both related to the results
of information acquisition, or how to obtain this information and use it for the community. It takes the use,
development and mastery of science and technology in order to have implications for the development of
human resources.
Educational technology seeks to solve and or facilitate the solving of human learning problems
throughout life, where, when, by means, and by anyone. Learning problems can be found at home, at school,
in places of worship, at work, and in the community's hands. By developing one of the principles of
educational technology "learning can be anywhere", teachers in the classroom and parents at home can use
a wide range of learning facilities and are not limited to classrooms and study rooms. Packaging educational
technology in Islamic religious education or vice versa, is not appropriate if we ourselves do not have a
complete understanding of Islamic religious education itself. Islamic education as a system is education
that covers all aspects of life that are needed by the servants of Allah. Sourced from Islamic values that are
embedded and form an attitude to life that animates these values.

Key Word Foundation; Sciene and Technology; Curriculum; Islamic Religious Education.
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu negara didukung oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) di
dalamnya, kemajuan teknologi dan pengetahuan merupakan dua hal yang paling memberi
pengaruh terhadap perkembangan negara tersebut. Semua negara maju di dunia disebabkan
karena kemampuan SDM yang ditunjang dengan kemajuan teknologi dalam mengolah
sumber daya alam mereka. Kemajuan teknologi informasi bergerak dengan cepat dan pesat
mengubah dunia secara modern dalam berbagai bidang. Berdasarkan data yang disebutkan
World Economic Forum (WEF) 2017 terkait Human Capital Index memperlihatkan peringkat
Indonesia dari peringkat 65 di tahun 2017, mengalami penurunan menjadi peringkat 87 dari
total 157 negara, dengan skor 0,53 [1]. Sebagai perbandingan, terdapat 3 negara di Asia
Tenggara yang memiliki peringkat di atas Indonesia; yaitu Singapura dengan skor 0,88 dan
Vietnam 0,67. Apabila Indonesia tidak melakukan perbaikan, dikhawatirkan anak-anak
Indonesia mengalami kesulitan untuk bersaing di tengah persaingan global. Oleh karena itu,
dalam lima tahun ke depan pemerintah merencanakan untuk fokus membentuk sumber daya
manusia unggul. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan sebuah proses terintegrasi
dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui dukungan sarana dan
prasarana dan keinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang diatur melalui undang-undang No. 20
tahun 2003 oleh Sekretaris Negara Republik Indonesia pada tanggal 8 Juli 2003 di Jakarta.
Sistem pendidikan Indonesia terus meningkatkan perubahan dengan tujuan menciptakan
sistem pendidikan yang lebih bermutu, dengan kurikulum yang lebih baik untuk melahirkan
lulusan yang lebih baik pula. Dalam konteks pendidikan yang mengaktualisasikan visi
pembelajaran abad 21, UNESCO menawarkan empat pilar dalam bidang pendidikan, yakni:
1) Learning to know, 2) Learning to do, 3) Learning to live together, 4) Learning to be.
Pendidikan yang membangun kompetensi “partnership 21st Century Learning” yaitu
menuntut peserta didik agar menguasai keterampilan, pengetahuan, dan
kemampuan di bidang media, teknologi dan informasi (R. N. Sajidan: 2018). Untuk
merealisasikan empat pilar tersebut, harus disusun dan dikembangkan suatu sistem
kurikulum secara saksama. Kurikulum yang disusun secara saksama itu antara lain
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) (Munir : 2010).
Zakiyah Daradjat berpendapat bahwa kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan
dalam bidang pendidikan dan diimplementasikan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (R.N Siregar, 2017 :67-89). Pengembangan kurikulum merupakan dinamika yang
dapat memberi respon terhadap tuntutan transformasi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, maupun globalisasi (Alhamuddin, 2014: 48-58).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perlu membangun perubahan pada sistem dan
isi pendidikan yang terwujud dalam pembaruan kurikulum. Asas perkembangan
pendidikan dan pembelajaran akan selalu mengikuti perkembangan IPTEK. Pengaruh
langsung dari kemajuan IPTEK di sini adalah dalam memberikan materi atau bahan yang
disampaikan dalam pendidikan.Oleh karena itu, kajian ini berfokus pada landasan IPTEK
dalam pengembangan kurikulum. Tujuan penelitian agar kurikulum sebagai pusat muatan
nilai tidak mengalami disparitas kualitas pendidikan, sehingga tidak melahirkan output
pendidikan yang „kelabakan‟ dalam beradaptasi dengan konteks sosial.
proses pendidikan merupakan seorang individu yang sedang berada dalam proses
perkembangan baik itu fisik, intelektual, sosial emosional, moral, mental, dan sebagainya. Oleh
karena itu untuk menjawab persoalan tersebut, dibutuhkan kurikulum pendidikan Agam
Islam yang lebih efektif dan relevan dengan hakikat manusia. Salah satunya dengan
didasarkan pada landasan psikologis. Sebagaimana tulisan ini yang membahas tentang
Landasan Psikologis dalam Kurikulum PAI.

METODOLOGI

Pendekatan pada penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif sebagai rancangan,


pedoman, ataupun acuan. Menurut Strauss dan Corbin sebagaimana yang dikutip oleh
(Mahmud, 2011), pendekatan kualitatif adalah jenis pendekatan penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik. Dengan kata lain, penelitian ini dilakukan secara deskriptif yang
berupa penjelasan mengenai fenomena yang terjadi dan telah diamati serta dikaji yang
berkaitan dengan landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam kurikulum PAI.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode content analysis (kajian isi).
Lexy J. Moleong (2017: 220) mengutip pernyataan Weber yang menyatakan bahwa kajian isi
adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik
kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan
mengkaji isi buku-buku atau pandangan-pandangan yang berkaitan dengan landasan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dalam kurikulum PAI.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer yaitu tentang landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
dalam kurikulum PAI. Sedangkan sumber data sekunder yang penulis gunakan diantaranya
jurnal pendidikan Islam dan buku-buku penunjang lainnya yang relevan dengan judul
penelitian.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Sebagaimana
pernyataan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong (2017: 157), data kualitatif berbentuk data
lunak, berupa kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan jenis data tertulis, yaitu data tentang landasan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dalam kurikulum PAI. Teknik yang digunakan dalam pengumpulkan data
yaitu studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini merupakan penelaahan terhadap pemikiran
para tokoh tentang landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam kurikulum PAI. Data
yang telah terkumpul akan dilakukan penganalisisan melalui proses satuan (unityzing),
kategorisasi, penafsiran dan penarikan simpulan (Lexy J. Moleong: 2016).

PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kurikulum PAI
Ilmu dalam bahasa Indonesia seringkali dipadankan dengan sains (science), dan
disandingkan dengan kata pengetahuan, menjadi ilmu pengetahuan. Ilmu ialah pemahaman
atau kesadaran mengenai suatu pengetahuan, dengan fungsi untuk mencari, menyelediki,
menganalisis suatu hipotesis. Ilmu memiliki arti sebuah pengetahuan yang didapat dengan
menempuh beberapa metode dalam belajar dan pengalaman. Ilmu dapat dikatakan sebuah
pengetahuan yang telah valid kebenarannya. Adapun pengetahuan merupakan suatu
informasi yang disadari dan diketahui seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara
mengalami atau mendapatkan dari orang lain. Akan tetapi pengetahuan belum bisa disebut
ilmu jika kebenarannya belum teruji. Asal muasal manusia memperoleh pengetahuan dari
fakta yang tidak akurat, tidak sistematis, dan tidak berdasar pada teori yang jelas. Sesuai
dengan berkembangnya budaya, manusia mulai menyusun teori mengenai banyak hal sesuai
fakta yang ada. Dalam perkembangannya, fakta beserta teori itu digunakan untuk memahami
fenomena lain yang didukung oleh pengalaman. Menurut Hilda Taba, pengetahuan itu
memiliki tingkatan berupa; a) Adanya konsep, b) Ide-ide pokok, c) Metode perumusan, dan
d) Fakta realitas (Z. Arifin :2017).
Beberapa syarat sesuatu bisa dikatakan sebagai ilmu, antara lain: a) Bersifat objektif, b)
Metodis yaitu cara yang dilakukan untuk mencegah adanya kesalahan dalam melakukan
pencarian terkait hakikat kebenarannya sesuatu, c) Sistematis yaitu sebuah rincian yang
terstruktur dalam melakukan pengkajian terhadap suatu objek serta dapat menyimpulkannya
menjadi lebih sederhana, d) Universal yaitu kebenaran yang didapat setelah melakukan
pengkajian bersifat umum yang artinya bisa diterima oleh semua atau sebagian besar
lingkungan dan realitas (R. Ariani: 2019). Pengetahuan dan pengalaman akan menjadi ilmu
pengetahuan apabila pengetahuan tersebut disusun dengan objektif, metodis, sistematis, dan
universal, sesuai prosedur kerja hukum kausalitas pada masalah yang dialami. IPTEK yang
dimiliki manusia pada awalnya sederhana, akan tetapi menginjak abad pertengahan
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Seiring dengan kemajuan teknologi, akal
manusia juga diajak berkembang. Hal ini dibuktikan ketika dahulu kala sangat mustahil ada
manusia yang dapat pergi ke bulan apalagi menginjakkan kaki di sana, namun kemajuan
IPTEK di pertengahan abad 20 membuktikan pesawat Apollo 11 berhasil mendarat di bulan
(N.S Sukmadinata : 2017). Perkembangan ilmu pengetahuan masa kini lahir berkat
sumbangsih pemikiran dan penemuan para filsuf seperti Socrates, Plato, Aristoteles,
Archimedes, Jhon Dewey dan lainnya. Perkembangan tersebut menghasilkan temuan baru di
bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya.
Teknologi hakikatnya merupakan implementasi dari ilmu pengetahuan dan menduduki
peranan penting dalam kehidupan manusia. Teknologi lahir dari karya pikir manusia melalui
proses ilmiah guna mencapai tujuan yang optimal, teknologi juga dapat diartikan sebagai
sarana manusia untuk menyediakan kebutuhan. Tujuannya ialah menciptakan suatu kondisi
yang efektif, efisien, dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Salah satu indikator
kemajuan peradaban manusia salah satunya dapat diukur dari kemajuan IPTEK. Teknologi
dibuat untuk mendukung kehidupan manusia di semua aspek. Adanya teknologi
memudahkan manusia dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada, namun sering
kali melampaui batas sehingga sering terjadi ketidakseimbangan dalam penggunaannya dan
kerakusan manusia yang menyebabkan terjadinya bencana alam.
IPTEK merupakan hasil dari gagasan- gagasan manusia dan bersifat objektif sehingga
mudah diterima dan dijangkau oleh masyarakat. Dengan adanya IPTEK dapat memudahakan
dalam menyampaikan informasi sehingga menyebabkan perubahan dan perkembangan pada
budaya. Perkembangan tersebut membuat pola pikir dan hidup masyrakat terus berubah
mengikuti kemajuan. Apabila masyarakat tidak dapat mengikutinya maka mereka akan
ketinggalan sehingga membuat mereka kesusahan dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Berdasarkan hal itu, sebuah bangsa atau Negara akan mengalami kemunduran karena rakyat
di dalamnya tidak mampu memanfaatkan sumber daya alam dalam hal IPTEK.
Di Indonesia sendiri pembangunan industri sampai saat ini belum sepenuhnya didukung
oleh potensi unggul baik pendidikan, termasuk sumber daya manusianya. Hal ini
ditunjukkan oleh Indeks Pendidikan, data yang digunakan untuk mengukur indeks
pendidikan terbatas pada data melek huruf dan gross enrolment ratio dari Sekolah Dasar,
Menengah hingga Perguruan Tinggi (SD, SM dan PT). IPTEK belum sepenuhnya
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia khususnya pendidik dan peneliti yang belum
mengembangkan penelitian secara optimal (Nazwirman : 2010). Pengajar harus terus
mengikuti perkembangan IPTEK supaya bisa menyampaikan materi pembelajaran yang
mutakhir dan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik saat ini dan masa depan. Dengan
demikian, menjadi searah dengan upaya pembaruan kurikulum yang seiring dengan
kemajuan IPTEK dalam hampir semua bidang kehidupan.
Pengembangan Kurikulum
Di dalam bahasa Arab, kurikulum biasa disebut dengan manhaj yang artinya jalan atau
cara . Sedangkan kurikulum berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 terkait Sistem Pendidikan
Nasional, kurikulum adalah sebuah alat dengan cara atau metode yang telah disiapkan untuk
menyelenggarakan tujuan yang sudah direncanakan. Kurikulum yang semulanya hanya
dimaknai dengan mata pelajaran, namun sekarang beralih pemaknaan menjadi semua
kegiatan yang bersangkutan dengan pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pendidikan
(T. Suharto : 2013). Menurut Doll bahwa terkait perubahan pemaknaan tersebut ialah dimana
pengertian tentang kurikulum yang semulanya berkenaan dengan mata pelajaran atau studi
namun sekarang berubah menjadi semua kegiatan di dalam pembelajaran yang diupayakan
oleh sekolah (Sukirman: 2013). Beberapa tahun terakhir terjadi pola pikir terkait mendidik
anak, di mana sebelumnya para orang tua mempercayakan tentang pendidikan anaknya
sepenuhnya kepada guru, padahal waktu di luar sekolah lebih banyak dihabiskan oleh anak,
artinya seorang lebih sering di rumah dan bersama keluarga dan yang seharusnya orang tua
lah yang mendidik anaknya bukan menyerahkannya kepada guru. Oleh karena semakin
berkembangnya IPTEK membuat kurikulum sekolah harus terus mengikuti kemajuan
tersebut, sehingga akhirnya kurikulum memiliki banyak tanggung jawab dan permasalahan
yang harus diselesaikan untuk dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kemajuan dari
IPTEK. Beberapa penjelasan tersebut menunjukkan betapa luas pengertian kurikulum.
Supaya mendapatkan pelajaran yang luas, seorang siswa harus memiliki pengalaman dalam
bergaul dengan semua anggota atau orang yang terlibat di sekolah dan alat-alat yang ada.
Para ahli serta pelaksana kurikulum berbeda-beda dalam mengartikan “pengembangan”
kurikulum. Winarno Surahmad dalam Sukiman, mengartikan kegiatan pengembangan
kurikulum ialah usaha dalam mengembangkan dan menyempurnakan perencanaan yang ada
di dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum ialah istilah yang komprehensif, di dalamnya
meliputi: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (M. Ibrahim: 2010). Dalam pengembangan
kurikulum, tidak hanya menyertakan orang yang terlibat langsung dengan dunia pendidikan
saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, di antaranya: politikus, pengusaha, orang
tua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang memiliki kepentingan dengan
pendidikan. Dalam hal ini, lembaga sekolah bertanggung jawab menerapkan kerangka kerja
dalam mengoptimalkan kurikulum. Di dalam kerangka kerja tersebut berisi informasi
mengenai: 1) Apa yang harus dipelajari dan dipahami peserta didik (subyek), 2) Apa
kompetensi peserta didik, 3) Berapa lama mereka dapat belajar (jam belajar), dan 4) Dengan
cara bagaimana peserta didik belajar (tatap muka, tugas individu, tugas terstruktur). Pada
hakikatnya kurikulum mengarah pada tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa. Cerdas yang ingin dicapai di sini bukan hanya pandai dan terampil tetapi
mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memanfaatkan kepandaian serta keterampilan
tersebut dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.
Tahapan pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan mengembangkan keempat
elemen utama kurikulum, antara lain: mengembangkan tujuan, materi, metode dan evaluasi.
Setiap elemen kurikulum merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan saling
memengaruhi. Sebagaimana pendapat Munir, dalam pengembangan kurikulum, setiap
pengembangan satu komponen dapat memengaruhi pengembangan komponen yang
lain. Pengembangan kurikulum perlu juga memerhatikanprinsip-prinsip pengembangan
yang menjadi rambu-rambu kaidah yang terkandung dalam kurikulum itu sendiri. Terutama
pada tahap perencanaan yang menggambarkan ciri suatu kurikulum.
Menurut Sukmadinata , prinsip kurikulum terbagi menjadi dua yaitu:
Prinsip umum, antara lain:
a. Prinsip relevansi
Kesesuaian atau relevan terbagi menjadi dua jenis, relevansi internal dan eksternal.
Relevansi internal yaitu menyesuaikan antar komponen kurikulum (tujuan, isi, metode,
evaluasi) agar mencapai tujuan tertentu, belajar, dan kemampuan peserta didik. Kurikulum
dapat dinilai baik jika terdapat koherensi dan konsistensi antar komponen dalam relevansi
internal. Relevansi eksternal yaitu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat
(masa kini dan masa depan). Kurikulum dituntut menyiapkan program belajar bagi peserta
didik agar dapat beradabtasi dengan lingkungan masyarakat dimana ia berada. Pakar
pengembang kurikulum harus memiliki wawasan tentang kehidupan masyarakat masa
sekarang dan masa yang akan datang, artinya pengembang kurikulum harus dapat
memprediksi masa depan agar dapat memenuhi kebutuhan relevansi eksternal.
b. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum harus lentur, artinya sistem yang ada dalam kurikulum memberi alternatif
dalam mencapai tujuan, menyesuaikan strategi dan metode dengan situasi dan kondisi
tertentu.
c. Prinsip efektivitas
Kurikulum berorientasi kepada tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai instrumen
pencapaian tujuan, maka jenis dan karakteristik tujuan harus jelas. Kejelasan tujuan akan
mengarah pada penentuan isi, metode dan sistem evaluasi juga model dan konsep kurikulum
apa yang hendak digunakan. Tujuan tersebut dapat mempermudah implementasi kurikulum.
d. Prinsip efisiensi
Pengembang kurikulum harus memahami situasi dan kodisi tempat kurikulum akan
dilaksanakan, tujuannya agar desain kurikulum memenuhi prinsip „praktis‟ atau mudah
diterapkan di lapangan.
e. Prinsip kontinuitas
Kurikulum yang disusun harus berkesinambungan baik antar kelas maupun jenjang
pendidikan, dengan tujuan agar proses belajar mengajar bisa maju secara berkesinambungan.
Maka dibutuhkan kerja sama antara pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang
pendidikan.
Prinsip khusus
Prinsip-prinsip khusus hanya berlaku pada tempat dan situasi tertentu. Misalnya suatu
jenjang dan jenis pendidikan di masing-masing wilayah memiliki karakteristik berbeda di
beberapa aspek. Prinsip tersebut menunjukkan adanya perbedaan penggunaan prinsip yang
khas. Prinsip- prinsip khusus, yaitu:
a. Prinsip mengenai tujuan pendidikan.
b. Prinsip mengenai isi pendidikan.
c. Prinsip mengenai proses pembelajaran.
d. Prinsip mengenai alat bantu dan media pembelajaran.
e. Prinsip mengenai evaluasi.

B. Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kurikulum PAI


Landasan pengembangan kurikulum layaknya fondasi bangunan. Gedung menjulang
tinggi akan roboh jika berdiri di atas fondasi yang rapuh, oleh karena itu sebelum
membangun sebuah gedung maka perlu membangun fondasi yang kokoh terlebih dahulu.
Perkembangan IPTEK juga sebagai pemacu kemajuan pembangunan. Perkembangan IPTEK
secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pembaruan isi atau materi pendidikan, penggunaan strategi dan media
pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi (M.Putri: 2016). Materi pelajaran sepatutnya
hasil perkembangan IPTEK kontemporer, baik berhubungan dengan hasil perolehan
informasi, ataupun cara memperoleh informasi tersebut dan memanfaatkannya untuk
masyarakat. Tentu dalam proses pengembangan kurikulum harus tetap mengacu kepada
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Dukungan IPTEK kepada pembangunan dapat
mewujudkan masyarakat maju, mandiri dan sejahtera. Perkembangan IPTEK semakin cepat
dan persaingan antar-bangsa makin meluas. Oleh karena itu dibutuhkan
pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK yang mana akan memberi
implikasi terhadap pengembangan SDM. Tercapainya kemampuan SDM agar
dapat memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK, maka ada beberapa hal yang
dijadikan sebagai dasar, yaitu: a) Pembangunan IPTEK selayaknya berada dalam
keseimbangan yang efektif juga dinamis dengan pembinaan SDM, pelaksanaan penelitian,
pengembangan sarana prasarana IPTEK, b) Penyusunan IPTEK terarah pada peningkatan
kehidupan bangsa dan kualitas kesejahteraan, c) Pembangunan IPTEK sepadan dengan nilai-
nilai agama, kondisi sosial budaya, nilai luhur, dan lingkungan hidup, d) Penyusunan IPTEK
harus berdasar pada upaya peningkatan efektivitas penelitian,efisiensi, produktivitas
dan pengembangan yang lebih tinggi, e) Pembangunan IPTEK harus dapat memberikan
solusi penyelesaian masalah konkret (Oemar Hamalik : 2013).
Proses penyempurnaan kurikulum atau pengembangan kurikulum menjadi otonomi
sekolah. Sekolah diberi hak penuh dalam mengembangkan kurikulum, supaya kurikulum
sekolah dicocokkan dengan kondisi sekolah masing-masing, yaitu menyesuaikan kondisi
peserta didiknya dan potensi daerah yang ada. Pendapat tersebut selaras dengan
penyempurnaan yang terus dilakukan oleh pengembang kurikulum di Indonesia. Seringkali
kita mendengar istilah “ganti menteri pendidikan, ganti kurikulum”, padahal pergantian
kurikulum sudah menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja bagi negara di dunia dengan
pendidikan yang maju. Hal itu dilakukan untuk mendorong relevansi pendidikan terhadap
tantangan zaman, sehingga kurikulum yang diterapkan di lembaga pendidikan Indonesia
tidak mungkin stagnan. Pengembangan kurikulum bukan tentang abstraksi, akan tetapi
mempersiapkan berbagai alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari ide-ide
dan beberapa penyesuaian lain yang dinilai penting (Oemar Hamalik: 2010). Supaya
kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK maka harus memperhatikan kebutuhan
masyarakat, industri, menyesuaikan dengan teknologi yang berkembang saat itu,
menyesuaikan pola hidup, syarat dan tuntunan tenaga kerja, serta menginterpretasi
kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan IPTEK. Audrey Nicholls dan Howard
Nicholls berpendapat bahwa pengembangan kurikulum ialah Perencanaan kesempatan-
kesempatan belajar agar membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang
diinginkan dan mengukur sampai di mana perubahan tersebut telah terjadi dalam diri peserta
didik.
Saat ini pemerintah dan seluruh penggerak pendidikan terus berjuang dan bekerja sama
untuk mengembangkan kurikulum. Sebagaimana perkembangan saat ini, banyak inovasi
pembelajaran yang diimplementasikan di berbagai sekolah, contohnya multimedia
pembelajaran interaktif online, untuk media pembelajaran online baik audio, visual, maupun
audio visual di antaranya: 1) Radio edukasi Kemdikbud, 2) suara edukasi, 3) Jogja belajar
radio, 4) Podcast English first (podcast untuk belajar listening bahasa Inggris), 5) Sumber
belajar Kemdikbud audio, 6) Google classroom, 7) Microsoft teams, 8) Moodle, 9) Kelas digital
rumah belajar Kemdikbud, 10)Zoom, 11) Ruang guru, 12) Zenius, 13) Quipper, 14) Visual
novel berbasis gamifikasi dan banyak lagi aplikasi serta media lainnya, kemudian evaluasi
pembelajaran dengan menggunakan geschool.net yang dapat diakses melalui smartphone,
iphone, ataupun komputer. Selain itu, peranan pendidik sangat penting dalam penyampaian
materi ajar yang telah disusun dalam kurikulum. Dengan demikian, pengembangan IPTEK
dalam pengembangan kurikulum harus dilakukan oleh pendidik melalui pemanfaatan media
belajar, sumber belajar, sistem penyampaian, pengembangan dimulai dengan unit-unit belajar
yang melibatkan berbagai langkah disertai dengan uji coba diteruskan dengan unit-unit lain.
Mengemas teknologi pendidikan dalam pendidikan agama Islam atau sebaliknya,
tidaklah pas kalau kita sendiri tidak mempunyai pemahaman yang utuh tentang pendidikan
agama Islam itu sendiri. Pendidikan Islam sebagai suatu sistem adalah pendidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan hamba Allah. Bersumber pada nilai-
nilai keislaman yang tertanam dan membentuk sikap hidup yang menjiwai nilai-nilai
tersebut. Mengingat luasnya jangkauan yang harus digarap oleh pendidikan Islam, maka
pendidikan Islam harus bersifat terbuka terhadap tuntutan kesejahteraan umat manusia, baik
tuntutan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun tuntutan pemenuhan
kebutuhan hidup rohani. Kebutuhan tersebut akan semakin melebar sejalan dengan
meluasnya tuntutan hidup manusia itu sendiri.
Pendidikan Islam selalu bersumber pada nilai-nilai agama. Menanamkan dan
membentuk sikap hidup yang menjiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan ilmu
pengetahuan sejalan dengan nilai- nilai Islam yang melandasinya. Salah satu kekhususan
pendidikan Islam dan itu menjadi kelebihannya adalah apa yang ditanamkan berupa nilai-
nilai keislaman tersebut seratus persen kebenaranya karena bersumber dari al-Qur’an dan al-
Hadits. Sangat sulit mencari bahkan mungkin tidak ada pendidikan di dunia yang materinya
digaransi kebenaranya. Dan itu menjadi modal utama pendidikan Islam karena out-put yang
dihasilkan bergaransi baik dan maslahat.Prinsip dasar pendidikan Islam tentang kehidupan
manusia di dunia adalah bahwa manusia di dunia ini menanam untuk dipetik hasilnya nanti
di akhirat. Oleh sebab itu segala aktivitas kependidikan yang dilakukan harus diarahkan juga
untuk kepentingan akhirat. Secara konsisten dan berkesinambungan pendidikan spiritualitas
menjadi dasar dalam pendidikan Islam.
Secara umum, materi bahasan dalam pendidikan Islam ada tiga ; pertama tentang akidah
yang berupa pokok-pokok keimanan, yang menjadi benteng seorang muslim dalam menjalani
hidup di dunia. Kedua adalah syari’ah yang mencakup keislaman dan inti ajaran Islam.
Kemudian yang ketiga adalah akhlak yang merupakan ihsan seorang yang berakidah dan dan
bersyari’ah. Seandainya seorang mampu memperoleh dan menerapkan ketiganya maka akan
terjadi pertumbuhan dan perkembangan dalam perikehidupan yang seimbang. Masih ada
beberapa pemahaman dikotomis dalam ilmu, lantas membagi pendidikan menjadi
pendidikan “umum” dan pendidikan “agama”, hal tersebut memberi pemahaman yang rancu
untuk memaknai pendidikan agama itu sendiri. Bukankah pelajaran fisika kalau kita cermati
hakekatnya adalah pelajaran keimanan juga? Seperti halnya biologi yang dianggap sebagian
orang sebagai pelajaran umum. Maka sangatlah sesuai apa yang diusung Ismail Faruki dan
Mochtar Naim yaitu “Islamisasi ilmu pengetahuan”, sehingga tidak ada lagi ilmu Islam dan
bukan ilmu Islam. Tujuan pendidikan secara teoritis dibedakan menjadi: tujuan keagamaan
(al-Ghardu ad-Diny) dan tujuan keduniaan (al-Ghardu ad- Dunyawi) seperti yang diingatkan al-
Ghazali. Hal tersebut dimaksudkan membentuk pribadi khalifah fil Ardh yang dapat
mensinergikan fitrah, roh, kemauan, dan akal. Menurut Abdurrahman an-Nahlawy, ada
empat tujuan umum dalam pendidikan Islam yaitu; akal, bakat asal (dasar), kekuatan dan
potensi. Pendidikan akal dalam pendidikan agama Islam mempunyai tempat yang istimewa.
Akal adalah modal terbesar yang dimiliki manusia. Dengan akalnya, manusia mencapai
kesempurnaan dan mengembangkan potensi.

C. Aktualisasi Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Kurikulum


PAI
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian
muslim, mu’min, dan muhsin yang menitikfokuskan segala amal perbuatannya hanya untuk
mencari keridhaan Allah Swt..Ketercapaian tersebut, perlu disertai dengan proses
pembelajaran secara efektif. Hal tersebut tidak cukup dengan mengajarkan suatu ilmu
pengetahuan, melainkan perlu disertai dengan pendidikan teknologi yang bisa menempatkan
dirinya pada penggunaan teknologi yang Ahsan. Dalam pengembangan kurikulum PAI, Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi merupakan salah satu landasan penting yang harus
dipertimbangkan dalam dunia pendidikan. Keberadaan teknologi pendidikan dapat
menjembatani pelbagai kendala yang selama ini sering muncul dalam pendidikan agama
Islam, sehingga modernisasi sistem pendidikan Islam menjadi urgen. Ali bin Abi Thalib dan
konon Umar bin Khattab memberikan nasehat bijak dalam kaitan mengembangkan hal-hal
baru yang teknologis “Ajarilah anak-anakmu (dengan pengetahuan) yang bukan seperti
kamu pelajari, karena mereka diciptakan untuk generasi (zaman) yang berbeda dengan
zamanmu”
Pembelajaran berbasis teknologi menawarkan kesederhanaan dalam penyampaian
materi pelajaran. Pelajaran fiqih misalnya pada bab mawaris yang dalam pengajaran
konvensional terkesan rumit, maka dengan pendekatan teknologis lebih dapat
disederhanakan, dikongkritkan dalam “jembatan keledai” yang mudah dalam peta konsep
yang jelas. Dengan sedikit kreatifitas, Buku-buku hadits yang tebal dan berat dapat diringkas
dengan sistematis dan simpel dalam sebuah CD (compac disc) yang murah dan bisa di kamar
belajar yang sempit tanpa harus ke perpustakaan. Dan lagi, dengan sentuhan teknologi
pendidikan dalam segala aspeknya, materi-materi pembelajaran tersebut terlihat “hidup”.
Al-Qur’an sendiri secara tersirat mengisyaratkan untuk menemukan sesuatu yang baru
karena ilmu Allah tiada batasnya “Katakanlah : “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS.
Al-Kahfi :109) dan diantara kandungan ayat tersebut adalah bahwa ilmu dan teknologi dapat
terus dikembangkan. Kreativitas dan inovasi adalah “lautan luas” tiada batas. Pengajaran
berbasis teknologi membuka pintu selebar-lebarnya pintu kreativitas selama hal tersebut
tidak sampai menerjang norma-norma agama dan mengecilkan materi agama Islam secara
substantif.
Indonesia menuju masyarakat Informasi. Neisbit mengingatkan, bahwa saat ini kita
tengah bermigrasi dari masyarakat industri ke masyarkat informasi. Dalam masyarakat
informasi, peran teknologi sangatlat strategis, karena hal itu berarti “kecepatan”. Siapa yang
menguasai informasi, dialah rajanya. Dalam konteks pendidikan, kita bisa memaknainya
dalam bentuk pendidikan yang menjaman. Kemampuan pendidikan (baca: sekolah)
menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat yang terus berkembang adalah salah satu
indikasi budaya mutu yang telah terbentuk. Sekolah harus dapat mengambil peran dalam
proses transformasi pendidikan. Out put yang berkualitas dengan gradasi maksimal dalam
perkembangan teknologi tinggi adalah tuntutan yang mutlak dipenuhi dalam putaran zaman
yang serba cepat ini.
Ada fenomena menarik akhir-akhir ini dalam pendidikan pesantren “modern” ada model
pesantren baru yang biasa lazim disebut “pesantren virtual”. Dalam konteks kekinian,
“santri” yang tidak sempat mondok di pesantren sekarang tersedia “ponpes” di dunia maya.
Cukup meng-klik situs-situs tertentu dan itu banyak tersedia, orang bisa dengan mudah
mendalami materi-materi bahasan yang dulu hanya bisa dijumpai di surau-surau kecil di
pedesaan.
Kebutuhan akan teknologi dalam terapanya pada kurikum pesantren sama besarnya
dengan kebutuhan akan ilmu-ilmu agama itu sendiri. Apalagi dalam dunia masif sekarang
ini orang cenderung “kosong” dalam ramainya dunia. Maka kenapa tidak, kita
memanfaatkan fasilitas yang memudahkan tersebut. “Antum a’lamu bi umuri dunyakum”
begitulah nasehat Rasulullah mengomentari hal-hal yang bersinggungan dengan urusan
keduniaan.

Penutup
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, lembaga
pendidikan, khususnya jalur sekolah harus mampu menunjang dan mengantisipasi
perkembangan IPTEK baik yang dihadapi saat ini maupun tantangan masa depan. Kedua, materi
atau bahan ajar sepatutnya hasil perkembangan IPTEK kontemporer, baik berkaitan dengan hasil
perolehan informasi, ataupun cara memperoleh informasi tersebut dan memanfaatkannya untuk
masyarakat. Ketiga, pengembang kurikulum memperhatikan kebutuhan masyarakat, industri,
pola hidup, lapangan kerja, serta menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka
kepentingan IPTEK supaya kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK. Keempat,
dibutuhkan pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK yang akan memberi implikasi
terhadap pengembangan sumber daya manusia. Kelima, teknologi hendaknya menjadi alat bagi
manusia untuk menggapai tujuan hidupnya. Keenam, prinsip teknologi pendidikan dalam
pendidikan agama Islam harus pada aspek manfaat. Ketujuh, teknologi pendidikan hanyalah
salah satu solusi praktis memecahkan persoaal pembelajaran pada aspek cara atau metode
sehingga bukan sebagai obat yang dapat “menyembuhkan segala penyakit”.

DAFTAR PUSTAKA
Kompas.com. “Indeks Modal Manusia Indonesia Kalah Jauh dari Singapura dan Vietnam”.
Jakarta, 2019.
M. I. Dacholfany. “Inisiasi Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam dalam
Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Islami di Indonesia dalam Menghadapi Era
Globalisasi”. At-Tajdid, vol. 1, no. 1, pp. 1–13, 2017.
R. N. Sajidan. Peningkatan Proses Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran Abad 21 dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran SMK. Surakarta: Direktorat Pembinaan SMK,
2018.
Lexy .J. Moleong, (2016), Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Alfabeta, 2010.
R. N. Siregar. “Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Sekolah”. Stud. Multidisipliner, vol. 4, no. 2, pp. 67–89, 2017.
Alhamuddin. “Sejarah Kurikulum di Indonesia”. Nur El-Islam, vol. 1, no. 2, pp. 48–58, 2014.
Z. Arifin. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2017.
R. Ariani. “Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pendidikan dalam
Pengembangan Multimedia Interaktif Program Pasca Sarjana Pendidikan Fisika, FMIPA
Universitas Negeri Padang”. J. Penelit. Pembelajaran Fis., vol. 5, no. 2, pp. 155–162, 2019.
N. S. Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum. Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2017.
Nazwirman. “Pembangunan IPTEK di Indonesia”. Cakrawala, vol. 10, no. 1, pp. 43–49, 2010.
Nurmadiah. “Kurikulum Pendidikan Agama Islam”. J. AL-AFKAR, vol. III, no. Kurikulum,
p. 43, 2014.
T. Suharto. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013.
D. Sukirman & A. Nugraha. Landasan Pengembangan Kurikulum. 2014.
M. Ibrahim. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Biologi. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2012.
M. Putri. “Manajemen Kurikulum Program Basic Technology Education (Pendidikan
Teknologi Dasar) di SMP AL Kautsar Bandar Lampung”. Tesis. Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 2016.
O. Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
S. Subarkah. “Manajemen Pengembangan Kurikulum SMP Alam Al Aqwiya Cilongok
Banyumas”. Tesis. IAIN Purwokerto, 2016.
M. Asri. “Dinamika Kurikulum di Indonesia”. Model. J. Progr. Stud. PGMI, vol. 4, no. 2, pp.
192–202, 2017.
O. Hamalik. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.

Anda mungkin juga menyukai