Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN KURIKULUM CAMBRIDGE PADA 3

SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

Agus Yulianik
Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Email: agusyulianik@mhs.unesa.ac.id

Mohammad Syahidul Haq, M.Pd


Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Email: mohammadhaq@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelompokan variabel kedalam kelompok faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan kurikulum Cambridge di 3 sekolah dasar di Kabupaten Tulungagung. Subyek
penelitian ini meliputi SDI Qurrota A’yun Ngunut, SDI Bayanul Azhar Sumbergempol, dan SD Zumrotus
Salamah Kedungwaru. Penelitian ini menggunakan kuantitatif survey dengan menggunakan kuesioner sebagai
instrumen pengumpulan data dengan responden sebanyak 58 siswa kelas VI yang kesemuanya adalah populasi.
Data diolah menggunakan teknik analisis uji analisis faktor konfirmatori. Hasil penelitian menyatakan variabel
guru, sarana prasarana pendidikan, keterlibatan orangtua siswa, iklim&budaya sekolah dan kepemimpinan
kepala sekolah transformasional mempengaruhi keefektifan pelaksanaan kurikulum Cambridge. Kelima variabel
tersebut dapat direduksi menjadi dua faktor. Faktor 1 terdiri atas variabel guru, sarana prasaran pendidikan, dan
keterlibatan orangtua siswa serta diberi nama faktor dukungan pembelajaran. Faktor 2 terdiri atas variabel
iklim&budaya sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah transformasional serta diberi nama faktor lingkungan
sosial-psikologis. Pada tabel communalities variabel guru memiliki nilai sebesar 0,802 atau 80,2% artinya sekitar
80,2% varians dari variabel guru bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Variabel sarana prasarana
pendidikan nilai communalities sebesar 0,705 atau 70,5%. Variabel keterlibatan orangtua siswa nilai
communalities sebesar 0,749 atau 74,9%. Variabel iklim&budaya sekolah nilai communalities sebesar 0,686
atau 68,6%. Variabel Kepemimpinan kepala sekolah transformasional nilai communalities sebesar 0,704 atau
70,4%.

Kata Kunci : kurikulum cambridge, analisis faktor konfirmatori, guru, sarana prasarana pendidikan, keterlibatan
orangtua, iklim&budaya sekolah, kepemimpinan transformasional

Abstract
The purpose of this research is to know data reduction of some variables into the factors that inflences the
implementation Cambridge curriculum in 3 primary schools in Tulungagung. The Subyect of the researches are
Qurrota A’yun islamic elementary school in Ngunut regency, Bayanul Azhar islamic elementary school in
Sumbergempol regency, and Zumrotus Salamah elementary school in Kedungwaru regency. The research
planning uses quantitative research are used to collect data from 58 students class VI who they are the
popullation. The data analysis uses confirmatory factor analysis. The results of the study stated that the teacher
variables, educational infrastructure, parents involvement, school culture&climate and transformasional
principals leadership influenced the Cambridge curriculum. These five variables can be reduced to two factors.
Factor 1 consist of the teacher variables, educational infrastructure, parents involvement and had named the
learning support factor. Factor 2 consist of school culture&climate variables and transformasional principals
leadership and had named social-psychological enviromental factor. In the communaities table the teacher
variable has a value of 0,802 or 80,2% variance from the teacher variable can explaind by the factors formed.
Educational infrastructure variables has a value of 0,705 or 70,5%. The parents involvement variables has a
value of ,749 or 74,9%. The school culture&climate variables has a value of 0,686 or 68,6%. The
transformasional principals leadership has a value of 0,704 or 70,4%.

Keywords : cambridge curriculum, confirmatory analysis factor, teacher, educational infrastructure advice,
parent involvement, school climate, and the transformational headmaster’s leadership.

1
cfhJurnal Manajemen Pendidikan Volume 01 Nomor 01 Tahun 201zfddg8, 1-8

PENDAHULUAN Primary. Cambridge Primary telah diterapkan


oleh 90 negara di dunia dan lebih dari 950
The Global Competitiveness Index
sekolah telah menerapkan dalam
2017-2018 yang dirilis oleh World Economic
pembelajarannya salah satunya di Indonesia. Di
Forum, Indonesia saat ini berada pada rangking
Indonesia tercatatat ada 192 sekolah yang
ke 36 dari total 140 negara dengan skor 4,68
menerapkan kurikulum cambridge mulai dari
(Score Range 1-7), rangking Indonesia ini naik
dasar sampai menengah yakni 84 sekolah di
dari tahun lalu 2016 yang berada pada rangking
Jakarta, 34 sekolah di Jawa Timur, 17 sekolah di
41. Hasil ini memang tidak terlalu buruk, namun
Jawa Barat (dikutip dari CNN Indonesia Tahun
jika dibandingkan dengan negara-negara
2016). Sedangkan di Kabupaten Tulungagung
tetangga yang berkembang hasil ini masih kalah
sendiri sekolah dasar yang menerapkan
bersaing seperti Singapura (peringkat 2 dengan
kurikulum cambridge ada 4 sekolah, yaitu SDI
skor 5,71), Malaysia (peringkat ke 23 dengan
Qurrota A’yun Ngunut, SDI Bayanul Azhar
skor 5,17) dan Thailand (peringkat ke 32 dengan
Sumbergempol, SD Zumrotus Salamah
skor 4,72). Peningkatan kualitas sumberdaya
Kedungwaru dan MI Al Azhaar Bandung.
manusia sangat perlu ditingkatkan. Upaya
Proses pengadopsian dan
peningkatan hanya dapat dilakukan melalui
pengintegrasian kurikulum nasional dan
pendidikan.
kurikulum asing di sekolah titik pentingya adalah
Peran penting pendidikan dalam
tahap pengimplementasian kurikulum. Proses
kemajuan bangsa terletak pada output (lulusan).
implementasi kurikulum di sekolah secara nyata
Pengelolaan pendidikan yang baik akan
terwujud dalam bentuk sistem pembelajaran.
mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia.
Pembelajaran dikatakan sebagai sistem karena
Pengelolaan pendidikan memerlukan keselarasan
pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan
antar berbagai komponen, dimana salah satu
membelajarkan siswa dan melibatkan berbagai
komponen penting dalam pendidikan terletak
komponen. Sistem pembelajran terdiri dari tiga
pada pengelolaan kurikulum di satuan lembaga
subsistem yatu subsistem perencanaan
pendidikan.
pengajaran, subsistem pelaksanaan pengajaran,
Penerapan kurikulum asing atau
dan subsistem evaluasi. Subsistem pelaksanaan
kurikulum internasional berguna melengkapi
pengajaran merupakan implementasi dari
kurikulum nasional yang digunakan sehingga
perencanaan yang erat kaitannya dengan
mampu memberikan yang terbaik bagi peserta
prosedur yang ditempuh siswa dan guru dalam
didik mengingat pesatnya perkembangan ilmu
praktik pembelajaran, oleh karena itu
pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya
keberhasilan kurikulum sangat tergantung pada
eksistensi kurikulum dalam pendidikan adalah
subsistem pelaksanaan ini. Ada beberapa faktor
sebagai alat pendeteksi atau meramal dinamika
yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem
kebudayaan dan peradapan umat manusia di
pembelajaran diantaranya adalah guru, sarana
masa depan. Hal ini sesuai dengan salah satu
prasarana pendidikan, faktor keterlibatan
peranan kurikulum itu sendiri yakni peranan
orangtua siswa, faktor iklim & budaya sekolah,
kreatif dimana peranan kreatif berperan
dan faktor kepemimpinan kepala sekolah, namun
menciptakan atau menyusun suatu hal yang baru
kepemimpinan kepala sekolah disini peneliti
sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa
meneliti gaya kepemimpinan transformasional
sekarang dan di masa mendatang.
dimana dalam penerapan kurikulum cambridge
Ema Parwitasari mengungkapkan
yang tergolong masih jarang dan baru ini kepala
kurikulum nasional terlalu teoritis. Pelajar yang
sekolah dituntut untuk menjadi agen perubahan
telah lulus Ujian Nasional Bahasa Inggris
di lingkungannya (sekolah).
ternyata tetap tidak bisa membaca dalam bahasa
Penelitian ini menggunakan 5 variabel
Inggris, mendengarkan berita bahasa Inggris
meliputi guru, sarana prasarana pendidikan,
apalagi berkomunikasi. Disinilah diperlukan
keterlibatan orangtua siswa, iklim budaya
perbaikan dimana salah satunya pengadopsian
sekolah, dan kepemimpinan kepala sekolah
kurikulum Cambridge. Materi Cambridge sangat
transformasional. Kelima variabel tersebut
memperhatikan sisi praktis dari setiap
mempengaruhi pelaksanaan kurikulum di
matapelajarannya. Seseorang tidak mungkin
sekolah ditinjau dari aktor atau pelaku dalam
dapat lulus sertifikat Bahasa Inggris Cambridge
pelaksanaan kurikulum di sekolah dan ditinjau
jika tidak mampu memahami bahasa Inggrisnya
dari faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
dengan baik.
proses sistem pembelajaran-dimana keberhasilan
Kurikulum Cambridge kini telah
kurikulum sangat tergantung pada subsistem
diterapkan oleh lebih dari 10.000 sekolah di 160
pelaksanaan pembelajaran ini.
negara di dunia. Kurikulum Cambridge dengan
Tujuan dari penelitian ini untuk (1)
level dasar yang setara untuk diterapkan untuk
mengetahui variabel-variabel yang
jenjang pendidikan dasar adalah level Cambridge

2
mempengaruhi keefektifan pelaksanaan perencanaan yang erat kaitannya dengan prosedur
kurikulum Cambridge pada 3 sekolah dasar di yang ditempuh siswa dan guru dalam praktik
Kabupaten Tulungagung, (2) mengetahui faktor pembelajaran, oleh karena itu keberhasilan
yang dapat mewakili varibel-variabel yang kurikulum sangat tergantung pada subsistem
mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pelaksanaan ini.
kurikulum Cambridge pada 3 sekolah dasar di Peneliti menggunakan teori Slavin
Kabupaten Tulungagung. (2009) untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
Saylor dan Alexander (1964) pembelajaran kurikulum Cambridge pada 3
menyatakan bahwa kurikulum sebagai “the total sekolah dasar sebagai berikut: 1)Kualitas
effort of the school to going about desired Pembelajaran (Quality of Insurance), 2)Tingkat
outcomes in school and out of school situations”. pengajaran yang tepat (Appropriate Level Of
Intinya bahwa kurikulum merupakan segala Instruction), 3)Apresiasi (Incentive, 4)Waktu
usaha sekolah untuk mencapai hasil yang (Time).
diinginkan di sekolah dan diluar situasi sekolah. Terdapat beberapa faktor yang dapat
Tentu saja yang dimaksud di sekolah dan diluar mempengaruhi keefektifan implementasi
situasi sekolah disini adalah kegiatan belajar dan kurikulum di sekolah ditinjau dari aktor/pelaku
memberi pengalaman kepada siswa yang dapat dalam implementasi kurikulum di sekolah
dilakukan diluar kelas bahkan diluar sekolah (Altricher, 2005) serta ditinjau dari faktor-faktor
yang dibawah tanggung jawab guru (sekolah). yang mempengaruhi kegiatan proses sistem
Definisi kurikulum ini menandakan bahwa pembelajaran (Sanjaya, 2008) diantaranya adalah
kurikulum itu luas tidak hanya terbatas pada mata guru, sarana prasarana, keterlibatan orangtus
pelajaran yang dipelajari, tetapi kesemua usaha siswa, iklim&budaya sekolah, dan
sekolah dalam mencipta pengalaman belajar kepemimpinan kepala sekolah.
termasuk dalam arti kurikulum. Yamin (2008:49) menyatakan bahwa
Undang-Undang Sistem Pendidikan guru harus peka terhadap perubahan yang terjadi
Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan di dalam dunia pendidikan termasuk perubahan
bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana kurikulum. Sehingga guru perlu beradaptasi
dan pengaturan mengenai tujuan, sisi, dan bahan dengan perubahan kurikulum tersebut. Hal
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2008:53)
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk bahwa guru harus memahami kurikulum yang
mencapai tujuan pendidikan tertentu”. dipakai ditempat bekerja dengan sebaik-baiknya.
Hamalik (2008:238) menyatakan Teori Altricher 2005 yang menyebutkan 3
implementasi kurikulum adalah penerapan atau indikator penting dari guru sebagai faktor-faktor
pelaksanaan program kurikulum yang telah yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum
dikembangkan dalam tahap sebelumnya yaitu: 1)Competencies and attitude,
kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan 2)Participation in decision making, dan
pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan 3)Quality of collegial relationship.
penyesuaian terhadap situasi lapangan dan Wina Sanjaya (2008:200)
karakteristik peserta didik baik perkembangan mengungkapkan keuntungan sekolah yang
intelektual, emosional serta fisiknya. memiliki sarana prasarana yang lengkap yaitu:
implementasi kurikulum merupakan salah satu pertama, kelengkapan sarana prasarana dapat
bagian penting dari manajemen kurikulum karena menumbuhkan gairah dan motivasi guru
posisinya yang strategis dengan komponen mengajar. Ketersediaan sarana yang lengkap
manajemen lainnya untuk menyampaikan tujuan memungkinkan guru memiliki berbagai pilihan
dan isi kurikulum kedalam proses pembelajaran yang dapat digunakan untuk melaksanakan fungsi
di sekolah. mengajarnya dan menambah gairah guru
Sanjaya (2008) menyatakan efektivitas mengajar. Kedua, kelengkapan sarana prasarana
berhubungan dengan tingkat keberhasilan pendidikan dapat memberikan pilihan pada siswa
pelaksanaan pembelajaran yang didesain guru untuk belajar karena siswa memiliki gaya belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektvitas yang berbeda-beda. Dimyati dan Mudjiono
dalam konteks kurikulum suatu program (2009:17) mengungkapkan bahwa sarana sekolah
pembelajaran dinyatakan tinggi manakala meliputi: 1) media pembelajaran, 2) alat-alat
program tersebut dapat mencapai tujuan seperti pembelajaran, 3) perlengkapan sekolah,
yang diharapkan. Proses implementasi kurikulum sedangkan prasarana sekolah meliputi: jalan
di sekolah secara nyata terwujud dalam bentuk menuju sekolah dan penerangan sekolah.
sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran terdiri Orangtua sebagai pendidik utama karena
dari tiga subsistem yatu subsistem perencanaan pendidikan yang diterima dari orangtua adalah
pengajaran, subsistem pelaksanaan pengajaran, pendidikan yang mendasar dan dapat
dan subsistem evaluasi. Subsistem pelaksanaan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.
pengajaran merupakan implementasi dari Orangtua yang memiliki keterlibatan dalam
belajar akan berpengaruh positif terhadap

3
cfhJurnal Manajemen Pendidikan Volume 01 Nomor 01 Tahun 201zfddg8, 1-8

perkembangan belajar anak yang nantinya akan mengungkapkan secara sederhana sebuah
berdampak pada prestasi belajar di sekolah. variabel akan mengelompok ke suatu faktor
Schunk (2010:74) menyatakan tanggungjawab (terdiri dari variabel-varaibel yang lainnya pula)
dan keterlibatan orangtua terhadap pendidikan jika variabel tersebut berkorelasi dengan
anak-anaknya dapat berupa: 1) Memenuhi sarana sejumlah varaibel lain yang masuk dalam
prasarana yang dibutuhkan, 2) Pengawasan kelompok faktor tertentu.
kegiatan belajar di rumah, 3) Pengawasan Penelitian ini dilakukan di 3 Sekolah
kegiatan belajar di sekolah, dan 4) Pemberian dasar di Kabupaten Tulungagung yang
motivasi. menerapkan Cambridge Primary Curriculum.
Masaong dan Tilomi (2011:179) Ketiga sekolah dasar tersebut meliputi: SDI
mengungkapkan budaya sekolah adalah sistem Qurrota A’yun kecamatan Ngunut, SDI Bayanul
makna yang dianut bersama warga sekolah yang Azhar kecamatan Sumbergempol dan SD
membedakannya dengan sekolah lain. Reichers Zumrotus Salamah Kecamatan Kedungwaru.
dalam Milner dan Khoza (2008:158) Penelitian ini termasuk penelitian populasi
mengungkapkan bahwa iklim sekolah karena melibatkan seluruh siswa kelas VI dengan
menggambarkan persepsi bersama menyangkut rincian sebagai berikut: 1) SDI Qurrota A’yun
berbagai hal yang yang ada di sekeliling kita Ngunut sejumlah 21 siswa, 2) SDI Bayanul
termasuk kebijakan organisasi, dan prosedur Azhar Sumbergempol sejumlah 22 siswa, dan 3)
pelaksanaannya. Jadi dapat diambil kesimpulan SD Zumrotus Salamah Kedungwaru sejulah 15
bahwa budaya lebih mengarah kepada sistem siswa sehingga total keseluruhan responden 58
nilai sekolah (permanen membangun organisasi) siswa. Pelaksanaan penelitian dimulai tanggal 15
dan iklim sekolah merupakan persepsi personel sampai dengan 24 September 2018. Sedangkan
sekolah terkait kualitas. Steve Kelner dalam proses ujicoba instrumen dilakukan di MI Al
Dame (2009) menyebutkan ada enam dimensi Azhar Bandung Tulungagung pada siswa kelas
iklim organisasi yaitu: 1)Flexibility Confirmity, VI yang berjumlah 30 siswa dilakukan pada
2)Responsibility, 3)Standards, 4)Rewards, tanggal 08 September 2018.
5)Clarity, dan 6)Team commitment. Pada uji validitas instrumen penelitian
Kepemimpinan transformasional Yukl menggunakan uji validitas logis dimana setiap
(2013:313) mengungkapkan bahwa pernyataan dujikan kepada dosen ahli yang biasa
kepemimpinan transformasional para pengikut disebut validator dan uji validitas empiris
memberikan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, untukmengukur validitas item menggunakan
dan penghormatan terhadap pemimpin dan Pearson Correlation. Hasil uji validitas variabel
mereka termotivasi untuk melakukan pekerjaan guru 23 dari 24 butir pernyataan dinyatakan
lebih dari awal apa yang telah mereka tetapkan. valid. Pada variabel sarana prasarana sekolah 22
Menyadarkan pentingnya tugas yang dilakukan, dari 23 butir pernyataan dinyatakan valid, dan
mendorong untuk melampaui kepentingan pada variabel keterlibatan orangtua siswa 29 dari
mereka sendiri demi kepentingan organisasi, dan 33 butir pernyataan dinyatakan valid. Sedangkan
menjunjung kebutuhan karyawan. Kepala untuk variabel iklim & budaya sekolah 26 dari 29
sekolah dalam menerapkan dan butir pernyataan dinyatakan valid. Pada variabel
mengintegrasikan kurikulum Cambridge yang kepemimpinan transformasional kepala sekolah
notabene kurikulum asing maka harus bertidak 23 dari 29 butir pernyataan dinyatakan valid.
sebagai katalisator perubahan (agent of change). Pada variabel keefektifan pelaksanaan kurikulum
Bass dan Avolio tahun 1999 dalam European Cambridge 15 dari 16 butir pernyataan
Journal Of Work and Organizational Psychology dinyatakan valid. Sehingga total ada 138 butir
disebutkan ada 4 faktor kepemimpinan pernyataan yang dinyatakan valid dari total 154
transformasional yaitu: 1)Idealized influence, butir pernyataan pada uji coba instrumen.
2)Inspirational motivation, 3)Intelectual Reliabilitas alat ukur pada penelitian ini akan
stimulation, 4)Individualized consideration. diuji dengan menggunakan teknik komputasi
Alpha Crombach. Hasil uji reliabilitas tersebut
METODE menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
Penelitian ini menggunakan metode koefiensi Alpha yang bagus sekali yaitu
kuantitatif dengan teknik analisis data yang reliabilitas variabel guru 0,925; reliabilitas
digunakan adalah analisis faktor dengan bantuan variabel sarana prasaran pendidikan 0,929;
software SPSS for Windows 24. Rancangan reliabilitas varibel keterlibatan orangtua siswa
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini 0,925; reliabilitas variabel iklim budaya sekolah
adalah penelitian korelasional. Melihat besarnya 0,910; dan reliabilitas variabel kepemimpinan
korelasi antar variabel maka dapat dilakukan kepala sekolah transformasional 0,881.
pengelompokkan variabel kedalam faktor. Penelitian ini berhubungan dengan analisis
Tujuan analisis faktor itu sendiri adalah faktor multivariat dengan cara mengukur persepsi
mengelompokkan sejumlah variabel kedalam responden untuk menjelaskan korelasi berbagai
satu atau dua faktor. Santoso (2010) indikator independen yang dipakai, karena

4
indikator yang dipakai berasal dari landasan teori dianalisis dengan melihat dari besarnya
yang sudah ada maka ini maka analisis faktor ini nilai eigenvalue. Susunan eigenvalues
termasuk analisis faktor konfirmatori. Santoso selalu diurutkan dari terbesar hingga
(2010) menyatakan bahwa tahapan dalam analisis terkecil dengan kriteria bahwa angka
faktor adalah 1) Pembentukan matriks korelasi, eigenvalue dibawah 1 tidak digunakan
2) Menentukan jumlah faktor, 3) Melakukan dalam menghitung jumlah faktor yang
rotasi faktor, dan 4) Memberikan nama faktor. terbentuk.
HASIL DAN PEMBAHASAN Initial Eigenvalues
Com-
1. Pembentukan Matriks Korelasi ponent
% of Cumulative
a. KMO dan Bartlett Test of Sphericity Total Variance %
Kaisyer-Meyer-Olkin (KMO) dan Bartlett 1 2,453 49,056 49,056
Test of Sphericity digunakan untuk 2 1,194 23,877 72,933
melihat besarnya korelasi atau hubungan 3 ,669 13,372 86,305
antar variabel dan melihat kecukupan 4 ,401 8,017 94,322
sampel. Adapun persyaratan kecukupan 5 ,284 5,678 100,000
dalam hubungan korelasi antar variabel Nilai pada Eigenvalues menunjukkan
dapat diperoleh apabila nilai p-value bahwa hanya ada 2 faktor yang
<0,05 dan nilai KMO >0,5. Apabila telah mempunyai nilai eigen >1. Sehingga 5
memnuhi persyaratan tersebut maka variabel tersebut dapat direduksi kedalam
variabel yang diteliti dapat dianalisis lebih 2 faktor.
lanjut. b. Nilai Presentase Variansi Total
Jika kelima variabel diekstraksi menjadi
Kaiser-Meyer-Olkin Measure ,672 dua faktor maka diperoleh variansi total
of Sampling Adequacy. sebagai berikut:
Bartlett's Approx. Chi- 59,307 1) Jika kelima variabel direduksi
Test of Square menjadi 1 faktor maka akan
Sphericit df 10 diperoleh variansi total sebagai
y
Sig. ,000 berikut 2,453/5 x 100% = 49,056%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai 2) Jika kelima variabel direduksi
KMO sebesar 0,672 (KMO >0,5) dan nilai menjadi 2 faktor maka diperoleh
significant p-value 0,000 (p-value <0,05). variansi total sebagai berikut 1,194/5
Sehingga persyaratan untuk analisis faktor x 100% = 23,877%, dan variansi
telah terpenuhi, variabel-variabel yang kumulatif total untuk kedua faktor
diteliti dapat dianalisis lebih lanjut. adalah 49,056% + 23,877%=
b. Measures of Sampling Adequacy (MSA) 72,933%
Ant Guru ,661 -,417 -,481 ,251 -,153 Setelah mereduksi variabel-variabel
iim a penelitian menjadi dua faktor dengan
age Sarpras -,417 ,711a -,232 -,201 ,115 hasil nilai variansi total kumulatif sebesar
Cor Keterli -,481 -,232 ,745a ,123 ,106 72,933% maka memiliki arti bahwa dua
rela batan faktor sudah dapat mewakili kelima
tion Ortu variabel yang mempengaruhi
Iklim& ,251 -,201 ,123 ,589a -,371 pelaksanaan kurikulum Cambridge di 3
Budaya sekolah dasar di Kabupaten Tulungagung
Kep. -,153 ,115 ,106 -,371 ,527a yang dapat menjelaskan kira-kira sebesar
Kepsek 72,933%.
Transfo c. Nilai Scree Plot
rmasio- Scree Plot merupakan tampilan visual
nal
dari nilai eigen value.
Berdasarkan tabel Anti-image Matriks diatas
ditunjukkan bahwa kelima variabel memiliki
nilai MSA diatas 0,5 sehingga tidak perlu lagi
menghilangkan variabel dan dapat dianalisis
faktor lebih lanjut. Hal ini juga menjawab
hipotesis bahwa X1, X2, X3, X4, dan X5
semuanya berpengaruh terhadap variabel Y.
2. Menentukan Jumlah Faktor
a. Nilai Eigen
Pada langkah ini akan diketahui jumlah
Setelah melihat garis, perhatikan nilai
faktor yang dapat diterima atau layak eigen yang dihasilkan oleh component
mewakili seperangkat variabel yang number. Pada tampilan garis scree plot

5
cfhJurnal Manajemen Pendidikan Volume 01 Nomor 01 Tahun 201zfddg8, 1-8

diatas, hanya ada 2 component number satu faktor dan sebaliknya akan memiliki
yang memiliki nilai eigen >1. Hal ini nilai yang rendah untuk masuk faktor
menunjukkan bahwa 2 faktor lainnya
merupakan jumlah yang baik untuk Rotated Component Matrix
mereduksi kelima variabel dalam Component
penelitian ini. 1 2
3. Melakukan Rotasi Faktor Guru ,884 -,145
a. Communalities Sarpras Pend ,839 ,021
Communalities adalah jumlah kuadrat Keterlibatan Ortu Siswa ,832 -,239
masing-masing faktor loading sebuah Iklim Budaya Sekolah -,208 ,802
variabel (Santoso, 2010). Variabel- Kepemimpinan Kepsek -,014 ,839
Transformasional
variabel yang ada dijelaskan didalam
faktor yang terbentuk, dengan asumsi d. Komponen Transformasi Matriks
bahwa semakin besar nilai communalities Component 1 2
semakin erat hubungannya dengan faktor 1 ,903 -,429
yang terbentuk. 2 ,429 ,903
Initial Extraction Nilai-nilai yang terdapat pada diagonal,
Guru 1,000 ,802 antara component 1 dengan 1, component 2
Sarpras Pend. 1,000 ,705 dengan 2. Terlihat kedua nilai jauh diatas
Keterlibatan Ortu 1,000 ,749 0,5 yaitu 0,903. Hal ini menunjukkan bahwa
Siswa kedua faktor (component) yang telah
Iklim Budaya 1,000 ,686 terbentuk sudah tepat, karena memiliki nilai
Sekolah korelasi yang tinggi.
Kep. Kepsek 1,000 ,704 4. Memberikan Nama Faktor
Transformasional
Hasil Pengelompokan Variabel
Extraction Method: Principal Component
Analysis. Faktor Variabel
Nilai yang diperoleh dari kelima variabel 1 Guru
> 0,5 maka dapat diartikan bahwa Sarana prasarana pendidikan
keseluruhan variabel yang digunakan Keterlibatan orangtua siswa
memiliki hubungan yang relatif kuat 2 Kepemimpinan kepala
dengan komponen utama yang terbentuk. sekolah-transformasional
b. Komponen Matriks Iklim&budaya sekolah
Pada tahap ini menentukan nilai dari Santoso (2010) menyatakan, sebuah
factor loading kelima variabel. Nilai faktor haruslah diberi nama yang sedapat
factor loading variabel pada faktor yang mungkin mencerminkan isi dari faktor
terbentuk menunjukkan besarnya tersebut. Faktor 1 terdiri atas variabel guru,
korelasi antara suatu variabel dengan sarana prasarana pendidikan, dan
faktor yang membentuknya. keterlibatan orangtua siswa. Jika akan diberi
Component Matrix nama, faktor tersebut bisa dinamakan Faktor
Component Dukungan Pembelajaran. Hal ini berarti rata-
1 2 rata siswa menyatakan keefektifan kegiatan
Guru ,861 ,248 pembelajaran dengan kurikulum Cambridge
Sarpras Pend. ,749 ,379 pada sekolah dasar paling besar dipengaruhi
Keterlibatan Ortu ,854 ,141 oleh guru yang disiplin&kompeten, sarana
Siswa prasarana pendidikan yang lengkap, dan daya
Iklim Budaya Sekolah -,532 ,635 dukung penuh orangtua siswa terhadap
Kep. Kepsek -,372 ,752 prestasi siswa. Ketiga variabel tersebut turut
Transformasional besar pengaruhnya terhadap kelancaran
Maka didapat hasil faktor 1 terdiri dari proses pembelajaran di sekolah dan prestasi
guru, sarana prasarana pendidikan, dan siswa.
keterlibatan orangtua siswa. Faktor 2 Faktor 2 terdiri atas variabel
terdiri dari iklim&budaya sekolah dan kepemimpinan transformasional kepala
kepemimpinan kepala sekolah sekolah dan variabel iklim&budaya sekolah.
transformasional. Jika akan diberi nama mungkin bisa
c. Rotasi Komponen Matriks dinamakan Faktor Lingkungan Sosial-
Rotasi dilakukan untuk mendapatkan psikologis. Hal ini berarti sekelompok siswa
hasil faktor-faktor dengan factor loading menyatakan keefektifan kegiatan
yang jelas untuk dapat diinterpretasi. pembelajaran dengan kurikulum Cambridge
Seluruh variabel penelitian memiliki pada sekolah dasar juga dipengaruhi oleh
factor loading yang tinggi pada salah kepemimpinan kepala sekolah

6
transformasional serta iklim&budaya variabel guru, sarana prasaran pendidikan,
sekolah yang kondusif. dan keterlibatan orangtua siswa. Faktor 1
Interprestasi hasil didasarkan pada skala diberi nama faktor dukungan pembelajaran.
angka yaitu skala likert yang diberikan kepada Faktor 2 terdiri atas variabel iklim&budaya
responden dengan rentang niai 1 sampai 4. sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah
Angka bergerak dari negatif (angka 1 untuk transformasional. Faktor 2 diberi nama faktor
sangat tidak setuju) ke positif (angka 4 untuk lingkungan sosial-psikologis.
sangat setuju). Maka, secara logika semakin 3. Berdasarkan hasil pada tabel communalities
angka output mendekati nilai 4, semakin variabel guru memiliki nilai sebesar 0,802
responden berpersepsi positif terhadap variabel atau 80,2% artinya sekitar 80,2% varians dari
tertentu dan sebaliknya semakin kecil nilai variabel guru bisa dijelaskan oleh faktor yang
output maka responden berpersepsi negatif. terbentuk (pada Component Matrix ada 2
Korelasi variabel guru, sarana prasarana component) berarti ada 2 faktor terbentuk.
pendidikan, dan keterlibatan orangtua siswa Variabel sarana prasarana pendidikan nilai
adalah positif terlihat dari tabel Rotated communalities sebesar 0,705 atau 70,5%.
Component Matrix nilai terbesar mereka pda Variabel keterlibatan orangtua siswa nilai
faktor 1 nilainya positif semua. Nilai positif ini communalities sebesar 0,749 atau 74,9%.
melambangkan bahwa semakin kompeten guru, Variabel iklim&budaya sekolah nilai
semakin lengkap sarana prasarana pendidikan, communalities sebesar 0,686 atau 68,6%.
dan semakin semakin kuat dukungan orangtua Variabel Kepemimpinan kepala sekolah
siswa maka akan semakin efektif pelaksanaan transformasional nilai communalities sebesar
kurikulum Cambridge dalam pembelajaran 0,704 atau 70,4%. Kelima variabel memiliki
siswa di sekolah. Pada faktor 2 korelasi variabel nilai communalities yang tinggi > 0,5
iklim&budaya sekolah dan kepemimpinan sehingga dapat dikatakan bahwa kedua faktor
kepala sekolah transformasional juga bernilai yang terbentuk yaitu faktor dukungan
positif sehingga semakin kondusif pembelajaran dan faktor lingkungan sosial-
iklim&budaya sekolah dan kepemimpinan psikologis sudah dapat mewakili kelima
kepala sekolah yang bijaksana maka semakin variabel diatas.
tepat sasaran pencapaian tujuan kurikulum
dalam arti efektivitas pelaksanaan kurikulum Saran
Cambridge di sekolah dapat dicapai. Setelah memperoleh hasil penelitian peneliti
Beberapa keterangan diatas dapat peneliti memberikan saran kepada beberapa pihak
simpulkan bahwa kelima variabel yaitu guru, sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut:
sarana prasarana pendidikan, keterlibatan 1. Bagi subyek penelitian
orangtua siswa, iklim&budaya sekolah, dan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kepemimpinan kepala sekolah transformasional gambaran bagi subyek penelitian bahwa
mempengaruhi keefektifan pelaksanaan faktor-faktor yang mempengaruhi
kurikulum Cambridge pada kegiatan pelaksanaan kurikulum Cambridge di
pembelajaran di sekolah dasar. Kelima variabel sekolah dasar di pengaruhi oleh dua faktor.
tersebut dapat diwakili dalam dua faktor yaitu
Kedua faktor tersebut adalah faktor
faktor dukungan pembelajaran dan faktor
dukungan pembelajaran dan faktor
lingkungan sosial-psikologis. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan kurikulum lingkungan sosial-psikologis. Berdasarkan
Cambridge pada 3 sekolah dasar di kabupaten total nilai dari jawaban responden pada
Tulungagung meliputi faktor dukungan angket didapat data bahwa nilai terendah
pembelajaran dan faktor lingkungan sosial- berasal dari variabel keterlibatan orangtua
psikologis. siswa khususnya pada aspek pengawasan
kegiatan belajar di rumah. Kepala sekolah
PENUTUP diharapkan dapat memberikan penyadaran
Kesimpulan kepada orangtua untuk mendampingi
Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai putra/putrinya ketika belajar terutama pada
berikut: matapelajaran yang mengintegrasikan
1. Variabel guru, sarana prasarana pendidikan, kurikulum Cambridge. Kepala sekolah juga
keterlibatan orangtua siswa, iklim&budaya perlu memberi saran orangtua agar
sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah
membiasakan berkomunikasi dengan bahasa
transformasional mempengaruhi keefektifan
pelaksanaan kurikulum Cambridge pada 3 Inggris di rumah ketika dengan
sekolah dasar di Kabupaten Tulungagung. putra/putrinya, sehingga anak akan
2. Kelima variabel tersebut dapat direduksi menguasai kosakata lebih banyak sehingga
menjadi dua faktor. Faktor 1 terdiri atas lebih terampil berbahasa dan berprestasi di
sekolah.

7
cfhJurnal Manajemen Pendidikan Volume 01 Nomor 01 Tahun 201zfddg8, 1-8

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana


2. Bagi peneliti selanjutnya Prenada Group. Edisi Pertama
Kelemahan dari penelitian ini adalah Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariat:
kurangnya penelitian relevan yang sesuai Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
dengan penelitian ini. Bagi peneliti PT. Elex Media Komputindo
selanjutnya yang ingin meneliti mengenai Saylor, J.Gallen dan William Alexander. 1964.
Curriculum Planning: For Better Teaching
faktor-faktor yang mempengaruhi
and Learning. New York United States of
pelaksanaan kurikulum Cambridge pada
America
sekolah dasar dapat menggunakan atau Schunk, D.H., Pintrich, P.R., Meece, J.L. 2010.
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang Motivation in Education: Theory, Research
turut mempengahi pelaksanaan kurikulum and Applications. (3rd ed.) New Jersey USA:
Cambridge di sekolah. Perlu juga Pearson Education Inc.
menambahkan lebih banyak lagi teori-teori Slavin, Robert, E. 2009. Cooperative Learning
dan penelitian yang relevan sehingga dapat Teori Riset dan Praktek. Bandung: Nusa
memperluas penelitian tersebut. Media
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Daftar Pustaka Nasional. 2009. Jakarta: Sinar Grafika
Altricher, Herbert. 2005. Curriculum Website Cambridge Aessment dengan alamat
Implementation-Limiting and Facilitating http://www.cie.org.uk diakses pada tanggal
Factors, Johannes Kepler University. 13 Desember 2017
Published in Peter Nentwig and David Yamin, Martinis. 2008. Profesionalisasi Guru
Wadington (eds.): Context Based Learning of dan Implementasi KTSP. Jakarta: Grafindo
Science. Waxmann: Munster Linz, Austria. Persada
www.oise.utoronto.ca, diakses pada 28 Yukl, Gary. 2013. Kepemimpinan dalam
Februari 2017 Organisasi. Jakarta: Indeks. Ed. Kelima
Bass, Bernard dan Avolio. 1999. Two Decades of
Research and Development in
Trnasformational Leadership. European
Journal Of Work and Organizational
Bushra, Fatima, Usman Achmad, dan Asvir
Naveed 2011. Effect of Transformational
Leadership on Employee’s Job Satisfaction
and Organizational Commitment in Backing
Sector of Lahore (Pakistan). International
Journal of Business and Socila Science. Vol.
2 No. 18.
Deddy S. 2016. Mengenal Sistem Pendidikan
Cambridge dilansir CNN Indonesia 2016
dengan alamat website
https://student.cnnindonesia.com diakses
pada tangal 13 Desember 2017
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Masaong dan Arfan A.Tilomi. 2011.
Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence
(Sinergi Kecerdasan Intelektual, Emosional,
dan Spiritual untuk Meraih Kesuksesan yang
Gemilang). Bandung: Alfabeta
Milner, Karen dan Hariett Khoza. 2008. A
Comparison of Teacher Stress and School
Climate Across Schools with Different Matric
Success Rates. South African Journal of
Education, 28 (2008) page 155-173
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Anda mungkin juga menyukai