Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DALAM MENINGKATKAN

PENGETAHUAN KOGNITIF SISWA DAN MUTU PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 90
JAKARTA
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah
Sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan program studi Strata Dua (S.1)
untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

TESIS

Oleh:
Felinda Rahma Greaty Az Zahra
NIM : 2370134149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS PTIQ JAKARTA
2024 M./1445 H.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Melihat masifnya dampak pandemi dan kesulitan yang dihadapi jika guru
tetap menjelaskan pelajaran menggunakan kurikulum 2013, pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan penggunaan kurikulum
darurat. Kurikulum ini cukup membantu guru untuk tetap memberikan
pembelajaran kepada siswa, guru dapat memotong materi pembelajaran kepada
siswa, guru dapat memotong materi pembelajaran dan mengambil materi esensial
yang penting bagi siswa. Seolah belajar dari masa awal pandemi covid-19,
Pemerintah mencanangkan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
kurikulum baru yang dikenal dengan nama kurikulum merdeka belajar, tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.1

Kurikulum Merdeka ialah kebijakan yang dirancang oleh pemerintah untuk


membuat sebuah lompatan besar dalam aspek kualitas pendidikan agar
menghasilkan peserta didik dan lulusan yang unggul dalam menghadapi tantangan
masa depan yang komplek. Bagi pendidik dan peserta didik inti dari kurikulum
merdeka ialah kemerdekaan berpikir. Kurikulum Merdeka dapat dapat mendorong
terbentuknya karakter jiwa merdeka di mana pendidik dan peserta didik dapat
secara leluasa dan menyenangkan mengeksplorasi pengetahuan, sikap dan
keterampilan dari lingkungan.2

Perkembangan mengarah pada bagaimana cara seseorang itu tumbuh,

1
Desliana, ”Kurikulum Darurat Bantu Guru dan Orang Tua Dalam Pembelajaran
Selama Pandemi”, (27 Desember 2021).
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/12/kurikulum-darurat-bantu-guru-dan-orang-tua-
dalam-pembelajaran-selama-pandemi (diakses, 20 juni 2023. 16.30)
2
Agustinus Tanggu Daga. Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di
Sekolah Dasar, (NTT: Jurnal Educatio, 2021, Vol. 7 No.3), 1075.
https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio/article/view/1279/880 (diakses pada 10 Juni 2023,
10.41)
beradaptasi dan berubah dalam hidupnya. Manusia menjalani tiga itu melalui
perkembangan fisik, kepribadian, perkembangan sosial, perkembangan kognitif
(berpikir) dan perkembangan bahasa. Pencapaian tumbuh kembang siswa yang
maksimal sangatlah penting. Salah satunya yaitu kognitif. Menurut Krause,
Bochner dan Duchesne, konitif adalah kemampuan untuk berpikir, melihat,
memahami dan mengingat segala sesuati di sekitar kita, termasuk proses mental
mengatur, menyerap dan mencerna semua informasi.

Kognitif juga merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan


seorang siswa, yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan
merupakan penentu besar keberhasilan akademik seorang siswa. Guru sebagai
tenaga pendidik yang bertanggung jawab untuk melakukan interaksi edukatif di
dalam kelas dengan siswa harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang
perkembangan kognitif siswa. Dengan pemahaman tersebut, guru akan mampu
memberikan layanan pendidikan datau melakukan proses pembelajaran yang
disesuaikan dengan kapasitas kognitif siswa yang dihadapinya.

Dalam proses meningkatkan kognitif siswa mesti dimulai dengan penerapan


pembelajaran yang kreatif agar pelajaran terkesan menyenangkan bagi siswa,
namun penerapan pembelajaran guru di sekolah-sekolah sangat monoton dan
terkesan membosankan, bahkan banyak siswa yang mengeluh dengan sistem
pendidikan nasional selama ini, salah satu keluhannya adlaah nilai sebagai
patokan kecerdasan siswa. Sebagian guru banyak menggunakan metode ceramah
di kelas yang cenderung membuat siswa jenuh; anak-anak masih menjadi objek
dalam belajar sehingga mereka kurang kreatif karena proses KBM masih
didominasi guru. Guru ingin membantu siswa untuk mengerjakan ketertinggalan
dikelas, namun waktu dihabiskan hanya untuk mengerjakan administrasi tanpa
manfaat yang jelas. Guru mengetahui potensi siswa tidak dapat diukur dari hasil
ujian, namun dikejar oleh angka yang didesak oleh berbagai pemangku
kepentingan. Guru ingin mengajak siswa ke luar kelas untuk belajar dari dunia
sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutupi petualangan. Selain itu,
masalah yang baru muncul adalah proses pembelajaran bagi peseta didik di tengah
keterbatasan gadget dan kuota internet, guru yang membebankan tugas banyak
kepada peserta didik para peserta didik kebingungan karena dari pembelajaran
yang diberikan oleh guru minim timbal balik.

Uraian tersebut diatas menggambarkan bahwa ciri keberhasilan belajar dan


mutu pembalajaran tidak semata-mata dilihat dari segi kognitif, tetapi mesti
melihat aspek-aspek lain seperti aspek efektif dan aspek psikonotorik.
Pengevaluasian salah satu aspek saja akan menyebabkan pengajaran kurang
bermutu dan memiliki makna yang bersifat komprehensif.

Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam


menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati, hingga mengimani ajaran
Agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut Agama
lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Sikap seorang anak tergantung pada pembinaan yang di berikan kepada


mereka. Dengan demikian, pembinaan yang paling urgen adalah aspek keagamaan
sehingga akan terbentuk generasi muda yang beriman, bertaqwa, beramal sholeh
dan termenifestasikan dalam tingkah lakunya. Menyadari tanggung jawab besar
seorang pendidik dalam pendidikan agama Islam khususnya di sekolah, maka
seorang guru dituntut untuk mampu mengembangkan kreatifitas dalam rangka
mendukung tercapainya hasil pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan
harapan ajaran agama Islam.

Pembelajaran di sekolah dikatakan bermutu apabila memilih ouput yang


berhasil menurut standar umum sebab dalam sebuah pembelajaran dilaksanakan
dalam sebuah proses yang bermutu dan berkualitas maka sudah pasti outputnya
pun akan baik. Sebaliknya bilamana pelaksanaan proses pembelajaran itu kurang
bagus maka hal itupun akan terlihat pada outputnya yang juga kurang bagus.

Dalam konteks mutu pembelajaran, proses ouput dan manajemen adalah tiga
hal yang tidak dapat dipisahkan, ketiga-tiganya harus dipahami secara utuh.
Apabila manajemen pembelajaran dan fungsi-fungsinya itu berjalan dengan baik,
maka prosesnyapun juga akan menjadi baik. Bilamana prosesnya itu baik maka
outputnyapun akan bermutu. Dalam beberapa faktapun menunjukkan bahwa tidak
adanya peningkatan mutu pembalajaran cenderung disebabkan oleh pengelolaan
kualitas pembelajaran yang sering kali tidak jelas, misalnya pengelolaan tempat
belajar, pengelolaan siswa, bagaimana mengaktifkan mereka dalam proses belajar
mengajar, pengelolaan isi atau materi pembelajaran dan pengelolaan sumber
belajar dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka pun


Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jawa Tengah, mengaku prihatin
dengan adanya laporan dari sejumlah Dinas Pendidikan, yang menerangkan
bahwa masih sedikitnya guru yang dinilai siap. Menyikapi hal tersebut, Ketua
PGRI Jawa Tengah, Muhdi menegaskan, perlu lompatan-lompatan agar semua
guru bisa mengimplementasikan kurikulum merdeka, seperti dengan mengadakan
pelatihan atau workshop. Hal tersebut juga tidak lepas dari mepetnya waktu
persiapan tenaga pendidikan dalam memahami dan mempelajari konsep
kurikulum merdeka.3

Implementasi kurikulum merdeka sedikit banyaknya dipengaruhi oleh


persepsi dan interpretasi yang dimiliki oleh guru-guru, Menurut Nurwiatin, tujuan
kurikulum merdeka ini adalah agar para guru, siswa serta orangtua bisa
mendapatkan suasana yang menyenangkan. Diharapkan dari merdeka belajar ini
guru dan siswa dapat merdeka dalam berpikir sehinga hal ini dapat
diimplementasikan dalam inovasi guru dalam menyampaikan materi kepada
siswa, tidak hanya itu siswa juga dimudahkan dalam merdeka belajar karena siswa
dimudahkan dalam berinovasi dan kreativitas dalam belajar.4

Kembali membangun semangat siswa dan menarik para siswa untuk kembali

3
Guru Belajar.ID ”Guru yang Belum Paham Kurikulum Merdeka”, (23 Agustus 2022)
https://gurubelajar.id/guru-yang-belum-paham-kurikulum-merdeka/ (diakses, 14 juni 2023. 16.30)
4
Nurwiatin, N. 2022. "Pengaruh Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar Dan
Kesiapan Kepala Sekolah Terhadap Penyesuaian Pembelajaran Di Sekolah." Jurnal Pendidikan,
Sains dan Teknologi. Vol. 9, No. 2, h 484.
https://www.journalstkippgrisitubondo.ac.id/index.php/EDUSAINTEK/article/view/537/330
(diakses pada 10 Juni 2023, 11.23)
meningkatkan pengetahuan kognitif siswa dan mutu pembelajaran merupakan
tugas baru pengajar pasca terbitnya kurikulum merdeka belajar. Peningkatan
pengetahuan kognitif dan mutu pembelajaran ialah hasil diperoleh setelah
melakukan kegiatan baik dilakukan oleh individu maupun oleh suatu kelompok.
Oleh karena itu, sangat penting halnya untuk mengetahui sejauh mana sistem
kurikulum merdeka berpengaruh dalam meningkatkan mutu pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 90 Jakarta, karena secara tidak langsung
bisa menjadi tolak ukur yang diperoleh oleh masyarakat.

Maka dari itu, berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Kognitif Siswa dan Mutu Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Dan Budi Pekerti Di SMP Negeri 90 Jakarta”

Anda mungkin juga menyukai