Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HIPERTENSI

Dosen Pengampu : Nurul Sri Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kes.

Oleh :
NOVIRA PRATIWI
18613221

Program Studi D3 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Novira Pratiwi


Nim : 18613221
Judul : Laporan Pendahuluan Hipertensi

Telah disetujui dalam rangka mengikuti praktek klinik keperawatan D III


Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo di
ruang 5 Rumah Sakit Islam Surabaya.

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan


LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. Definisi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI,
2013). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price &
Wilson, 2006).

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan pada ginja, jantung, dan otak bila tidak dideteksi secara
dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2013). Klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7 terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2 (Yogiantoro,
2009).

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Darah (mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

B. Tanda Gejala
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya
mengalami gejala ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:

1. Sakit kepala parah


2. Pusing
3. Penglihatan buram
4. Mual
5. Telinga berdenging
6. Kebingungan
7. Detak jantung tak teratur
8. Kelelahan
9. Nyeri dada
10. Sulit bernapas
11. Darah dalam urin
12. Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga

C. Etiologi

Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,


genetik(faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan merokok,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen
(Kemenkes RI, 2013).

Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki berat badan


lebih atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai resiko yang lebih
besar terkena hipertensi. Pada umumnya penyebab obesitas atau berat badan
berlebih dikarenakan pola hidup (Life style) yang tidak sehat (Rahajeng &
Tuminah, 2009).

Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri


sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi
esensial. Teori esensial menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh
faktor yang saling mempengaruhi, dimana faktor yang berperan utama dalam
patofisiologi adalah faktor genetik dan paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu
asupan garam, stres, dan obesitas (Dwi & Prayitno 2013).

D. Patofisiologi

Hipertensi adalah suatu penyakit multifaktorial yang timbul disebabkan


interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi adalah (Yogiantoro, 2009) :

1. Faktor resiko seperti: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok,
genetis.
2. Sistem saraf simpatis:
a. Tonus simpatis
b. Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: Endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodelling dari endotel, otot
polos, dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.
4. Pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin, dan aldosteron.

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam


pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan
Darah= Curah Jantung x Tahanan Perifer.

E. Manifestasi Klinis

Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi


bertahun-tahun, dan berupa:

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah.


2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).

F. Pemeriksaan Penunjang
Berikut tahapan pemeriksaan darah yang benar dengan menggunakan alat
pengukur tekanan darah (sphygmomanometer), agar didapatkan hasil yang akurat:

a. Pasien tidak boleh berolahraga, merokok, dan mengonsumsi minuman


dengan kandungan kafein 30 menit sebelum pemeriksaan tekanan darah
dilakukan.
b. Pasien diminta untuk duduk dengan tenang di kursi, dengan kaki berpijak
pada lantai.
c. Pastikan buang air kecil sebelum melakukan pemeriksaan darah.
d. Baik dokter maupun pasien tidak boleh berbicara selama pemeriksaan
dilakukan.
e. Lepas pakaian yang menutupi area pemasangan manset.
f. Tekanan darah diukur pada kedua lengan. Untuk pengukuran tekanan
darah selanjutnya, gunakan lengan dengan tekanan darah yang lebih tinggi
untuk mengukurnya.
g. Pengukuran tekanan darah diulang minimal 2 kali dengan jeda 1-2 menit.

Bila diperlukan, dokter akan menganjurkan pemeriksaan penunjang, seperti


pemeriksaan darah, urin, atau foto rontgen, untuk melihat kemungkinan
komplikasi yang sudah ditimbulkan akibat hipertensi.

G. Komplikasi

Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain
dalam tubuh. Jika dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan darah tinggi bisa
menimbulkan penyakit-penyakit serius, seperti:

1) Aterosklerosis
Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang kemudian
disertai dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah. Kondisi ini
disebut aterosklerosis. Aterosklerosis ini dapat menimbulkan serangan
jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer.
2) Kehilangan penglihatan
Kondisi ini terjadi karena penebalan dan penyempitan pembuluh
darah di mata.
3) Terbentuk aneurisma
Tingginya tekanan darah bisa memicu pembuluh darah melemah
dan melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut, pembuluh darah bisa pecah
dan menyebabkan kematian.
4) Gagal ginjal
Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan pembuluh darah di
ginjal.
5) Gagal jantung
Tingginya tekanan darah membuat jantung bekerja lebih keras
untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
6) Demensia vaskuler
Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada aliran darah ke otak.

H. Penatalaksaan

Penanganan hipertensi pada umunya dimaksudkan untuk mencapai tekanan


darah dalam batas normal atau 130/80 mmHg. Pada pengidap diabetes ataui
penyakit ginjal menahun, besar tekanan darah yang dianjurkan sebaiknya dibawah
130/80 mmHg. Cara penatalaksanaan dibedakan atas cara nonmediokamentosa
dan terapi dengan obat-obatan.

a) Nonmediokamentosa

Olahraga teratur, Restrikasi natrium, pembatasan natrium (garam dapur)


terbukti efektif menurunkan tekanan darah pada 60% pasien, Pendekatan diet,
yaitu mengonsumsi makanan yang kaya akan buah, rendah lemak atau bebas
lemak hewani. Pola diet ini cukup efektif menangani hipertensi berdasarkan riset
National Institute of Health (NIH) di Amerika Selatan, Penghentian konsumsi
alkohol dan rokok, Menghindari stress (Agoes, 2008).

b) Terapi dengan obat-obatan


1. Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken.
2. Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghmabat reseptor angiotensin
II, Alfa bloker, alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.
3. Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein
nuria inhibitor ACE, gagal jantung ibhibitor ACE diuretic,
hipertensi sistolik. terisolasi, infark miokard beta bloker (non ISA)
inihibitor ACE (dengan disfungsi sistolik). (Mansjoer, 2001).

Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat
disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau
mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan
darah adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal penurunan dosis
obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah terkontrol
dengan baik selama satu tahun. Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi
diantaranya:

1. Diuretik
Diuretik adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan
darah akan turun dan efek hipotensifnya kurang kuat. Obat yang sering
digunakan adalah obat yang daya kerjanya panjang sehingga dapat
digunakan dosis tunggal, diutamakan diuretic yang hemat kalium seperti
spironolacture, HCT, Cholotalidore, dan indopanide.
2. Alfa-Bloker
Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek
hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya
hipotensi ostotatik dan tachikardia maka jarang digunakan. Seperti
prognosin dan terazosin.
3. Beta-Blocker
Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti
diduga kerjanya berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga
mengurangi daya dan frekuensi kontrasi jantung. Dengan demikian
tekanan darah akan menurun dan daya hipotensinya baik. Seperti :
propanolol, alterolol, pindolol.
4. Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non
adrenalin sehingga menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan
turunya tekanan darah, penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek
hipotensi ostatik seperti uonidire, euanfacire dan netelopa.
5. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding osteriole
sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah
menurun seperti hidralazine dan tecrazine.
6. Antagonis Kalsium
Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat
pemasukan ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek
vasidilatasi dari turunya tekanan darah seperti : nipedipin dan verapamil.
7. Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat angiotensin converting enzyme yang berdaya vasokontriksi
kuat seperti coptopril. (capoten) dan enalprit. (Gunawan, 2001).

Prinsip pengobatan farmakologi

a. Dimulai dosis rendah, dinaikan secara perlahan.


b. Kombinasi obat yang sesuai dosis rendah sehingga mengurangi efek
samping.
c. Bila respon kecil atau terdapat efek samping, diberikan golongan obat lain.
d. Penggunaan obat berefek jangka panjang, sehingga cukup diberikan sekali
sehari akan memperbaiki kepatuhan penderita dan variabilitas tekanan
darah (Joewono, 2003).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
 Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
 Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi
vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
 Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan.
 Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayatpenyakit ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
 Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,
glikosuria.
6. Neurosensori
 Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit
kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan
secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman
tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakit kepala.
8. Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasan bunyinafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

B. Diagnosa Dan Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul dan Rencana Keperawatan pada Klien


dengan Hipertensi adalah :

1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
a. Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi,
tidak terjadi iskemia miokard.
b. Intervensi keperawatan :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan
tehnik yang tepat.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian
kapiler.
5. Catat edema umum.
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat
ditemapt tidur/kursi.
8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan
leher.
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan.
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan
darah.
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai
indikasi.
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
c. Hasil yang diharapkan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang
menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang yang dapat
diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
2) Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
a. Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
b. Intervensi keperawatan :
1. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit
penerangan.
2. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan.
3. Batasi aktivitas.
4. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin.
5. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan.
6. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres
es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari
konstipasii.
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit
kepala dan tampak nyaman.
3) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
a. Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
b. Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur.
2. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk
dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia.
3. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan.
4. Amati adanya hipotensi mendadak.
5. Ukur masukan dan pengeluaran.
6. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
7. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan.
d. Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan
yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang
dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal. Haluaran urin 30 ml/ menit ada
tanda-tanda vital stabil.
4) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan diri
a. Tujuan ; Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
b. Intervensi keperawatan :
1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur.
2. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan
stress.
3. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian,
tujuan dan efek samping atau efek toksik.
4. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa
pemeriksaan dokter.
5. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk
dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan
muntah.
6. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil.
7. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat
berat.
8. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai
pesanan.
9. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang
tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang
mengandung kafein, teh serta alcohol.
10. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan pengetahuan dan
ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini. Melaporkan pemakaian
obat-obatan sesuai pesanan.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
a. Kriteria Hasil : klien dapat mengidentifikasi hubungan antara
hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola makan,
melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu.
b. Intervensi :
1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dengan kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada
darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh).
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi
masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan
kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung,
kelebihan masukan garam. volume cairan intra vaskuler dan dapat
merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi
untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka
program sama sekali tidak berhasil).
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
(mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit
terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan / penyuluhan).
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien,
Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan
masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori
dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat
badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui
kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan).
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian
termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan. (memberikan data dasar
tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat
makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana
pasien telah / dapat mengontrol perubahan).
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari
makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es
krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur,
produk kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak).
jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis).
8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan
konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual).
6) Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
a. Kriteria Hasil : Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan
konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping /
kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan
mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
b. Intervensi :
1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,
keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme
adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan
kedalam kehidupan sehari-hari).
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidak mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah.
(Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu
utama TD diastolic).
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap
stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang
terhadap stressor).
4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan
partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan
memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan
kerjasama dalam regiment teraupetik.
5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup.
Tanyakan pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan
merupakan apa yang anda inginkan. (Fokus perhtian klien pada
realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa
yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan
focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan personal).
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang
membatalkan tujuan diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus
diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak
menentu dan tidak berdaya).
DAFTAR PUSTAKA

Agus, G., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi, Edisi & Revisi & Pelunasan,
ITB; Bandung, 199-200
Corwin, EJ 2009, Buku Saku Patofisiologi, 3 edn; EGC: Jakarta
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI
Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2; konsep klinis proses-proses penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta
Rahajeng E, Tuminah, Sulistyowati. 2009 Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia. Jakarta; Pusat Penelitian Biomedis dan
Farmasi Badan Penelitian Kesehatan RI, Jakarta
Yogiantoro, M., 2009. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, A.W., et al eds. Buku
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5th ed. Jilid II. Jakarta: Interna
Publishing, 1079-1085.

Anda mungkin juga menyukai