Anda di halaman 1dari 4

"We Can Do It!

"

Pembuat : J. Howard Miller

Tahun pembuatan : 1943

Aliran : Bergaya realisme

Ukuran : 17 X 22 inch

Media : kertas

Teknik pembuatan :

Teknik percetakan yang memungkinkan untuk produksi massal dan murah dengan
teknik litografi yang diciptakan pada tahun 1796 oleh Senefelder Alois dari Jerman. didasari
pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur. Digunakan permukaan berpori,
biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur; gambar dibuat pada permukaan batu
dengan medium berminyak. Kemudian dilakukan pengasaman , untuk mentransfer minyak ke
batu, sehingga gambar ‘terbakar’ pada permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut
air, menutupi permukaan batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak).
Batu lantas dibasahi, air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium
gambar berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke
seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya menempel
pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian selembar kertas lembap diletakkan pada
permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press. Teknik
litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang sangat
kecil.

Makna :

"We Can Do It!" (bahasa Indonesia: Kita Dapat Melakukannya!) adalah sebuah
poster propaganda masa perang Amerika yang diproduksi oleh J. Howard Miller pada tahun
1943 untuk Westinghouse Electric sebagai sebuah gambar inspirasional untuk meningkatkan
semangat buruh. Gambar yang menggetarkan tersebut dijadikan sebagai propaganda gentle
untuk mendorong semangat karyawan dan tetap berproduksi dari ketertinggalan. Busana
merah, putih dan biru yang ditampilkan merupakan sebuah panggilan halus untuk
patriotisme, salah satu taktik berkelanjutan dari komite kerja sama produksi perang.

Sejarah :

Pada 1942, artis Pittsburgh J. Howard


Miller diminta oleh Komite Kerja Sama
Produksi Perang internal Westinghouse Electric,
melalui sebuah agensi periklanan, untuk
membuat serangkaian poster untuk dijadikan
simpanan para buruh perusahaan tersebut.
Tujuan proyek poster tersebut adalah untuk
membangkitkan semangat buruh, mencegah
absensi, menjawab pertanyaan-pertanyaan
buruh yang ditujukan kepada manajemen, dan
mengurangi ketegangan buruh atau serangan
pabrik. Tidak lebih dari 1,800 salinan dari
poster "We Can Do It!" seukuran 17 kali 22
inch (559 kali 432 mm) dicetak

Slogan "We Can Do It!" diyakini tidak


diinterpretasikan oleh para buruh pabrik sebagai
memperkuat wanita itu sendiri; gambar tersebut
menjadi subyek pada serangkaian paternalistik,
mengkontrol poster yang mempromosikan
otoritas manajemen, kapabilitas karyawan dan persatuan perusahaan, dan para buruh
tampaknya mengerti bahwa gambar tersebut memiliki arti "Westinghouse Employees Can Do
It" (bahasa Indonesia: Para Karyawan Westinghouse Dapat Melakukannya), semua bekerja
bersama-sama.

Poster tersebut jarang terlihat pada Perang Dunia II. Poster tersebut ditemukan kembali pada
awal 1980an dan banyak diproduksi ulang dalam berbagai bentuk, yang tak hanya disebut
"We Can Do It!", tetapi juga disebut "Rosie the Riveter" yang mengambil nama dari figur
ikonik seorang buruh produksi perang wanita perkasa. Gambar "We Can Do It!" digunakan
untuk mempromosikan feminisme dan masalah politik lainnya pada permulaan 1980-an.[1]
Gambar tersebut dijadikan sampul majalah Smithsonian pada 1994 dan dicantumkan dalam
sebuah perangko surat kelas pertama AS pada 1999. Gambar tersebut diikutsertakan dalam
bahan-bahan kampanye untuk beberapa politikus Amerika pada 2008, dan dikerjakan ulang
oleh seorang artis untuk menyambut wanita pertama yang menjadi Perdana Menteri Australia
pada 2010. Poster tersebut merupakan salah satu dari sepuluh gambar yang paling diminta di
National Archives and Records Administration.

Setelah penemuan kembali, para pengamat sering berasumsi bahwa gambar tersebut selalu
digunakan sebagai panggilan untuk menginspirasikan para buruh wanita untuk ikut upaya
perang. Namun, pada masa perang, gambar tersebut hanya digunakan di Westinghouse,
hanya disimpan pada Februari 1943, dan tidak untuk merekrut namun untuk mengajak agar
wanita bekerja lebih giat. Kaum feminis dan lainnya meningkatkan anggapan tersebut dan
menampilkan pesan tersebut dengan mencantumkan gambar tersebut dalam berbagai bentuk
yang berbeda, yang meliputi kekuatan diri, promosi kampanye, periklanan, dan parodi.

Pada 1982, poster "We Can Do It!" diproduksi ulang dalam sebuah artikel majalah, "Poster
Art for Patriotism's Sake" (bahasa Indonesia: Seni Poster untuk Mengguncangkan
Patriotisme), sebuah artikel Washington Post Magazine tentang poster-poster dalam koleksi
National Archives.[14]

Pada tahun-tahun berikutnya, poster tersebut dipilih kembali untuk mempromosikan


feminisme. Kaum feminis memandang gambar tersebut menampilkan tubuh perempuan yang
perkasa. "We" (Kita) dianggap memiliki arti "We Women" (Kita Perempuan),
mempersatukan seluruh wanita dalam persaudarian bertarung melawan pertidaksamaan
gender. Penggunaan tersebut sangat berbeda dari penggunaan poster tersebut pada 1943
untuk menkontrol para karyawan dan menghindari ketegangan buruh. Profesor sejarah
Jeremiah Axelrod menyatakan bahwa gambar tersebut merupakan kombinasi femininitas
dengan "komposisi maskulin (hampir macho) dan bahasa tubuh."

Majalah Smithsonian menampilkan gambar tersebut pada sampulnya pada Maret 1994, untuk
mengundang para pembaca untuk membaca artikel pilihan tentang poster-poster masa perang.
Layanan Pos AS membuat sebuah perangko 33¢ pada Februari 1999 berdasarkan pada
gambar tersebut, dengan menambahkan kata "Women Support War Effort" (bahasa
Indonesia: Wanita Dukung Upaya Perang). Sebuah poster Westinghouse dari 1943 disimpan
di Museum Sejarah Amerika Nasional, sebagai bagian dari pameran yang menampilkan
barang-barang dari 1930an dan '40an.

Apresiasi :

Saat ini, gambar tersebut telah menjadi sangat dikenal, jauh dari keperluan aslinya
pada PDII. Gambar tersebut telah ditampilkan dalam bentuk kemeja, tato, cangkir kopi,
magnet kulkas—sehingga beberapa produk berbeda, yang Washington Post sebuah sebagai
bahan suvenir "paling disorot", tersedia di Washington, D.C. Gambar tersebut digunakan
pada 2008 oleh beberapa pengkampanye regional yang bekerja untuk memilih Sarah Palin,
Ron Paul dan Hillary Clinton. Michelle Obama ditampilkan dalam bentuk gambar tersebut
oleh beberapa hadirin Rally to Restore Sanity and/or Fear 2010. Gambar tersebut telah
dipakai oleh perusahaan-perusahaan seperti Clorox yang menggunakan gambar tersebut
dalam iklan-iklan untuk alat pembersih rumah tangga, dengan menampilkan wanita yang
memakai cincin kawin pada tangan kirinya. Parodi-parodi dari gambar tersebut meliputi
wanita terkenal, pria, hewan dan karakter fiksi. Sebuah boneka kepala goyang dan mainan
action figure diproduksi. Museum Anak-Anak Indianapolis menampilkan sebuah replika
setinggi 4-by-5-kaki (1,2 by 1,5 m) yang dibuat oleh artis Kristen Cumings dari ribuan
permen Jelly Belly.

Setelah Julia Gillard menjadi perdana menteri Australia perempuan pertama pada Juni 2010,
seorang seniman jalanan Melbourne yang menyebut dirinya Phoenix menempelkan wajah
Gillard dalam sebuah versi monokrom dari poster "We Can Do It!". AnOther Magazine
mempublikasikan sebuah foto dari poster tersebut yang diambil di Hosier Lane, Melbourne,
pada Juli 2010, menampilkan bahwa tanda "Komite Kerja Sama Produksi Perang" di kanan
bawah telah digantikan dengan pointing URL untuk photostream Flickr Phoenix. Pada Maret
2011, Phoenix memproduksi versi berwarna yang bertuliskan "She Did It!" (bahasa
Indonesia: Ia Melakukannya) di kanan bawah, kemudian pada Januari 2012, ia
membubuhkan tulisan "Too Sad" (bahasa Indonesia: Terlalu Sedih) secara diagonal di
sepanjang poster tersebut untuk mewakili ketidaksetujuannya dengan perkembangan politik
Australia.

Geraldine Doyle meninggal pada Desember 2010. Utne Reader mengiringinya dengan
gambar sampul Januari–Februari 2011 mereka: sebuah parodi dari "We Can Do It!" yang
menampilkan Marge Simpson sedang memperlihatkan tangan kanannya dalam kepalan tinju.]
Para penyunting majalah tersebut mengekspresikan penyesalan terhadap kepergian Doyle,
"yang tampaknya inspirasi untuk karakter Rosie".[39]

Sebuah gambar stereoskopik (3D) dari "We Can Do It!" dibuat untuk kredit penutup film
pahlawan super 2011 Captain America: The First Avenger. Gambar tersebut dijadikan
sebagai latar belakang kartu judul aktris Inggris Hayley Atwell.

Anda mungkin juga menyukai