Kontribusi penulis
Pekerjaan ini dilakukan atas kerjasama antara kedua penulis. Studi ini dirancang dan disusun
oleh semua penulis. Kedua penulis membaca dan menyetujui naskah akhir.
Informasi Artikel
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah di
Indonesia sebelum dan sesudah penerapan sistem e-budgeting dan sistem pengendalian intern pemerintah
dalam penyusunan dan pengelolaan keuangan daerah yang diukur dari pencapaian Wajar Tanpa
Pengecualian. dari Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (LHP BPK) atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD). Populasi penelitian ini adalah seluruh 542 pemerintah daerah di Indonesia dengan
sampel penelitian pemerintah daerah di Indonesia yang telah menerapkan e-budgeting dari tahun 2017
sampai tahun 2018. Metode penelitian ini adalah metode penelitian empiris kuantitatif dengan menggunakan
data sekunder dengan analisis data menggunakan Uji Independent sample T-test menggunakan software
SPSS 23.
Hasil pengujian hipotesis dengan Independent Sample T-test menggunakan software SPSS 23 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara daerah yang telah menerapkan sistem e-budgeting
terhadap kualitas pelaporan keuangannya dengan nilai t sebesar 8,287 dengan tingkat signifikansi 0,000. .
Pemerintah daerah yang telah menerapkan e-budgeting telah dapat memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian dari 105 Pemerintah Daerah atau sekitar 96%, sedangkan 4 pemerintah daerah lainnya belum
dapat mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian atau sekitar 4%. Sedangkan nilai rata-rata kualitas pelaporan
keuangan pemerintah daerah yang belum menerapkan e-budgeting dengan skor yaitu,
_____________________________________________________________________________________________________
1.7354 memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari 284 Pemda atau sekitar 66%, sedangkan 149
Pemda lainnya hanya mampu memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian atau sekitar 34%.
Hasil pengujian hipotesis dengan uji beda T juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara nilai rata-rata kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah yang memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian dengan skor SPIP sebesar 2,4890 yaitu 367 pemerintah daerah atau sekitar 92%. Sedangkan 34
pemerintah daerah sisanya belum mampu mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian atau sekitar 8%.
Sedangkan kualitas rata-rata pelaporan keuangan pemerintah daerah yang memiliki skor SPIP efektif 1,7035
atau pada tahap percontohan SPIP hanya 22 pemerintah daerah atau sekitar 16% yang mampu memperoleh
opini Wajar Tanpa Pengecualian, sedangkan sisanya 119 pemerintah daerah belum mampu. untuk mencapai
opini Wajar Tanpa Pengecualian atau sekitar 84% dengan nilai t sebesar 14,036 dengan tingkat signifikansi
0,000.
23
Setyawan dan Gamayuni; AJEBA, 14 (3): 22-31, 2020; Pasal no. AJEBA.55602
Rencana Kerja (RKPD) yang outputnya berupa Sistem pengendalian internal pemerintah terhadap
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Pagu kualitas pelaporan keuangan juga ditemukan. Menurut
Anggaran Prioritas (PPAS) yang didalamnya Bastian [7] temuan audit menggambarkan semua
terdapat Analisis Standar Belanja (ASB) dan Analisis informasi penting yang berkaitan dengan masalah
Standar Harga (ASH). audit tertentu. Dalam melaporkan kelemahan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan,
Mengenai hasil penelitian sebelumnya, masih pemeriksa harus mengidentifikasi kondisi yang dapat
terdapat perbedaan hasil terkait penerapan dilaporkan secara individual maupun kumulatif
e-budgeting dengan kualitas pelaporan keuangan. sebagai kelemahan material. Pemeriksa harus
Atyanta [4] berpendapat bahwa lemahnya sistem menempatkan temuan dalam perspektif yang wajar
kendali pelaksanaan anggaran pendapatan dan dalam kaitannya dengan pemberian opini audit.
belanja menjadi kendala dalam mencapai opini Namun penelitian [8] menyatakan bahwa sistem
Wajar Tanpa Pengecualian. Berbeda dengan hasil pengendalian internal tidak mempengaruhi opini audit
penelitian [5], menurutnya, peran transparansi BPK. Hasil penelitian [9] juga menyatakan bahwa
dalam penerapan e-budgeting di sektor publik tidak kelemahan SPIP tidak mempengaruhi opini disclaimer.
signifikan karena informasi bersifat eksklusif dan
tidak semua pihak dapat mengaksesnya. 2. SASTRA ULASAN DAN
PERKEMBANGAN HIPOTESIS
24
Setyawan dan Gamayuni; AJEBA, 14 (3): 22-31, 2020; Pasal no. AJEBA.55602
akuntabilitas keuangan negara adalah 1). Manajemen pemerintah lebih berperan sebagai
Pemenuhan dari LKPD dengan Pemerintah pengurus karena dipengaruhi oleh jenis layanan
Standar Akuntansi (SAP). 2). Kecukupan Keuangan yang diberikan, tingkat kapasitas manajemen
Pernyataan Informasi. 3). publik, jenis insentif dan sanksi yang digunakan,
Efektivitas Sistem Pengendalian Internal. 4). Kepatuhan dan frekuensi informasi yang dibutuhkan dimana
dengan peraturan perundang-undangan. Setelah pengelola dana masyarakat diharapkan dapat
memeriksa laporan keuangan, BPK akan menerbitkan bekerja dengan baik. untuk kepentingan prinsipal
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). LHP berisi opini yaitu warga negara dan lembaganya.
audit atas LKPD. Pendapat BPK atas LKPD diberi
peringkat 1 sd 5 yang terdiri dari Disclaimer, Wajar 2.2 Penganggaran elektronik
Tanpa PengecualianPendapat, Berkualifikasi Pendapat,
Tidak Memenuhi Syarat dengan Pendapat Penjelasan, dan E-Budgeting adalah sistem informasi pengelolaan
Tidak Memenuhi Syarat dengan Opini Penjelasan dan Opini keuangan daerah yang terintegrasi dengan
Wajar Tanpa Pengecualian. tahapan-tahapan berurutan menggunakan program
aplikasi komputer berbasis web mulai dari tahap
Menurut Mardiasmo [10] kualitas pelaporan perencanaan penganggaran hingga pertanggungjawaban
keuangan sektor publik merupakan informasi yang anggaran yang berpedoman pada peraturan
komprehensif untuk membandingkan realisasi perundang-undangan yang berlaku dalam rangka
pendapatan,pengeluaran, transfer, pembiayaan, penyempurnaan kualitas belanja dan akuntabilitas
aset, kewajiban, dana ekuitas, dan arus kas pengelolaan keuangan daerah serta menjaga konsistensi
pelaporan dan pembiayaan kesatuan dengan Sebuahperencanaan dan pengendalian. Tahapan e-budgeting
anggaran yang telah ditentukan dengan menilai terdiri dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD),
kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Pagu Prioritas
efisiensi entitas pelapor dan membantu menentukan Anggaran Sementara (PPAS) yang meliputi Standar
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Kualitas Analisis Belanja (ASB) dan Analisis Standar Harga (ASH),
pelaporan keuangan pada sektor publik sangat erat Anggaran Rencana Kegiatan (RKA)) SKPD, Rencana
kaitannya dengan akuntabilitas yang mengacu pada Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dan Dokumen
Standar Akuntansi Pemerintahan berupa penyajian Pelaksanaan Anggaran (DPA).
informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan pertanggungjawaban entitas pelapor
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Penganggaran elektronikjaminan konsistensi dan
akuntabilitas antara perencanaan program dan
LKPD merupakan salah satu bentuk perwujudan kegiatan terhadap anggarannya. E-budgeting
teori kepengurusan pada organisasi sektor publik memfasilitasi proses penyusunan anggaran belanja
seperti organisasi pemerintah. Dalam LKPD, daerah yang bertujuan transparansi bagi
pemerintah daerah harus mengungkapkan data masing-masing pihak serta meningkatkan kualitas
akuntansi yang relevan dan informasi lainnya APBD dalam hal pemenuhan Rencana
secara relevan, jelas, dan rinci. LKPD yang dibuat Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
oleh pemerintah daerah akan digunakan oleh ketepatan nilai, kode akun dan akuntabilitas serta
berbagai pihak yang membutuhkan laporan konsistensi antara anggaran program dan kegiatan
keuangan untuk pengambilan keputusan dan menuju realisasinya. Ritchi dkk. [12] melakukan
evaluasi kebijakan. Pihak legislatif dan eksekutif penelitian dimana hasil penelitian menunjukkan
dapat menggunakan LKPD untuk mengambil bahwa terdapat pengaruh positif antara
keputusan ekonomi dan berbagai rencana strategis penggunaan e-budgeting terhadap kualitas sistem
daerah. Implikasi dari teori kepengurusan untuk informasi akuntansi dan pelaporan keuangan
penelitian ini adalah bagaimana LKPD dapat pemerintah daerah. Studi lain oleh Mancini et al.
menjelaskan keberadaan pemerintah daerah [13] menemukan bahwa terdapat pengaruh positif
sebagai lembaga yang dipercaya dapat berupa fleksibilitas, konektivitas jaringan, dan
menampung aspirasi masyarakat, dapat integrasi data serta tingkat transparansi informasi
memberikan pelayanan yang baik kepada keuangan atas keberhasilan sistem informasi
masyarakat, mampu mengemban tanggung jawab keuangan pemerintah. Wirasedana dkk. [14]
keuangan yang diamanatkan kepada saya t, menyatakan bahwa organisasi sektor publik yang
menghadapi masalah penganggaran berupa
Manajemen pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan penyimpangan anggaran yang signifikan
untuk kepentingan prinsipal dengan bertindak sebagai pengurus. cenderung menghadapi kurangnya sinkronisitas
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh [11] yang yang lebih jelas antara tujuan yang ditetapkan dan
menunjukkan bahwa program yang
25
Setyawan dan Gamayuni; AJEBA, 14 (3): 22-31, 2020; Pasal no. AJEBA.55602
dilakukan agar berdampak pada efektivitas ukuran, sifat, dan kompleksitas pemerintah daerah
program dan kegiatan pembangunan serta dengan itu efektivitas dan
pelayanan publik. kemampuan sistem pengendalian internalnya
sesuai dengan Peraturan BPKP No.4 tahun
Johansson dkk. [15] menjelaskan bahwa 2016.
penganggaran dan kontrol anggaran adalah pusat
dalam perencanaan, pengendalian, dan Menurut Zhou dan Zhou [17] ada hubungan antara
akuntabilitas dalam organisasi sektor publik. Alasan auditor independen dan pengungkapan masalah
penting penganggaran dalam organisasi sektor pengendalian internal. Auditor wajib mengeluarkan
publik adalah bahwa sumber daya yang opini yang bersih atau opini Wajar Tanpa
dialokasikan harus digunakan untuk meningkatkan Pengecualian jika tidak menemukan masalah
kesejahteraan rakyat. Hasil penelitian lain yang material dalam pengendalian internal perusahaan.
dilakukan oleh Srivastava [16] menemukan bahwa Jika temuan kelemahan SPIP rendah maka
penerapan e-budgeting baik dari segi kebijakan kemungkinan mendapatkan opini Wajar Tanpa
pemerintah, administrasi pelayanan publik, laporan Pengecualian tinggi. Kawedar [18] dalam
rencana, dan realisasi anggaran berpengaruh penelitiannya menyimpulkan bahwa salah satu
positif terhadap tingkat kualitas informasi penyebab turunnya opini audit di Kabupaten
keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah Purworejo adalah karena meningkatnya
sehingga berdampak pada peningkatan kasus-kasus terkait kelemahan SPIP. Lebih lanjut
kepercayaan masyarakat dalam hal transparansi [19] dalam kesimpulan penelitiannya disebutkan
anggaran. Kualitas sistem informasi akuntansi akan bahwa adaperbedaan di pendapat
tiga hal yang menjadi di
penyebab BPK
menghasilkan informasi akuntansi yang baik yaitu Pemeriksaan LKPD Kabupaten Empat Lawang, yakni
data informasi yang dihasilkan relevan, karena ketidaksesuaian ketiganya
elemen dari audit yaitu SPIP
efektivitas, kepatuhan terhadap peraturan
H1: Ada Peningkatan Kualitas Lokal perundang-undangan yang berlaku dan penyajian
Pelaporan Keuangan Pemerintah setelah laporan keuangan dengan kriteria yang telah
penerapan E-Budgeting. ditetapkan, yang dalam penelitian ini membuktikan
bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh
2.3 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah positif terhadap opini audit.
(SPIP)
Menurut Gamayuni [2] kasus kelemahan sistem pengendalian
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) internal dan ketidakpatuhan terhadap peraturan
menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia perundang-undangan yang terjadi di pemerintah daerah di
Nomor 60 Tahun 2008 adalah sistem dan prosedur Indonesia menunjukkan masih rendahnya kualitas pelaporan
untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian intern keuangan di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan fungsi SPIP
pemerintah daerah untuk memastikan pencapaian yang efektif untuk menciptakan pelaporan keuangan yang
tujuan melalui kegiatan yang efektif dan efisien, berkualitas (relevan dan andal), transparan dan akuntabel.
keandalan pelaporan keuangan, mengamankan
aset negara, dan kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan. SPIP terdiri dari 5 unsur yaitu H2: Terjadi Peningkatan Kualitas Lokal
Pelaporan Keuangan Pemerintah setelah
itu kontrol lingkungan Hidup, risiko penerapan SPIP.
penilaian, aktivitas kontrol, informasi dan
komunikasi, dan kontrol pemantauan. 3. METODOLOGI
26
Setyawan dan Gamayuni; AJEBA, 14 (3): 22-31, 2020; Pasal no. AJEBA.55602
melaksanakan uji statistik Uji Mandiri T-test dengan Laporan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian Badan
menggunakan SPSS 23. Data yang digunakan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan
dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa Pemerintah Daerah (LKPD).
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Laporan
Keuangan Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota di Indonesia tahun 2017-2018 berupa
Pendapat BPK, Data tingkat penerapan sistem Untuk membuktikan perbedaan sebelum dan
e-budgeting dan data penilaian penilaian Sistem sesudah penerapan e-budgeting terhadap kualitas
Pengendalian Intern Pemerintah Daerah diperoleh pelaporan keuangan daerah pemerintah di
dari BPKP. Pemilihan sampel dipilih dari tahun 2017 Indonesia, penulis melakukan serangkaian uji data
hingga 2018 karena Presiden mewajibkan seluruh yaitu Independent sample T-test dengan SPSS 23.
pemerintah daerah sesuai Permendagri Nomor 86 Independent Samples T-test membandingkan mean
Tahun 2017 untuk mulai menerapkan e-budgeting dari dua kelompok Independent untuk mengetahui
mulai tahun 2017. apakah terdapat bukti statistik bahwa mean
populasi terkait berbeda secara signifikan. .
Pelaksanaan e-budgeting diukur dengan tahapan
pelaksanaan dan integrasi sistem perencanaan dan
penganggaran pemerintah daerah dengan Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai
menggunakan Skor 1 sd 5 berdasarkan Peraturan berikut:
Permendagri No. 86 Tahun
2017 yang dijelaskan pada Tabel 1. 1. Sampel independen T-Test E-Budgeting:
Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai rata-rata kualitas
3.2 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pelaporan keuangan pemerintah daerah yang
(SPIP) telah menggunakan e-budgeting dengan skor
2,3101 mampu memperoleh nilai wajar tanpa
Variabel Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pengecualian. pendapat dari 105 Lokal
(SPIP) diukur dengan menggunakan skor SPIP 1 sd Pemerintah atau sekitar 96%, sedangkan 4
5 berdasarkan ketentuan Peraturan Badan pemerintah daerah lainnya belum mampu
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mencapai Wajar Tanpa Pengecualian atau
No.4 tahun 2016. sekitar 4%. Sedangkan nilai kualitas rata-rata
dari lokal pemerintah keuangan
Kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah pelaporan yang belum menerapkan
yang diukur dari pencapaian e-budgeting dengan skor 1,7354
Kategori Penilaian
Belum menerapkan e-planning dan e-budgeting 1
Implementasi e-planning selama 5 tahun (RPJMD dan Renstra) 2
Implementasi e-planning selama 5 tahun dan tahunan (RPJMD, Renstra, Musrenbang, 3
RKPD, Renja)
Integrasi e-planning, sistem e-budgeting (RPJMD, Renstra, ASB & SSH, Musrenbang, 4
RKPD, Renja, KUA PPAS)
Integrasi e-planning, sistem e-budgeting dengan pengelolaan keuangan daerah 5
(Implementasi Penuh) (RPJMD, Renstra, ASB & SSH, Musrenbang, RKPD, Renja, KUA
PPAS, Aplikasi Penganggaran, Administrasi Keuangan dan Pelaporan)
Sumber: Peraturan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017
SPIP Penilaian
Tidak tersedia Kurang dari 1.0 (0 <Skor <1.0)
Stub 1.0 hingga kurang dari 2.0 (1.0 <skor <2.0)
Mengembangkan 2.0 hingga kurang dari 3.0 (2.0 <skor <3.0)
Didefinisikan 3,0 hingga kurang 4,0 (3,0 <skor <4,0)
Dikelola dan Diukur 4,0 hingga 4,4 lebih sedikit (4,0 <skor <4,5)
Optimal Antara 4,5 hingga 5,0 (4,5 <skor <5)
Sumber: Peraturan BPKP No.4 tahun 2016
27
Setyawan dan Gamayuni; AJEBA, 14 (3): 22-31, 2020; Pasal no. AJEBA.55602
Tabel 4. Hasil uji-t sampel independen pemerintah daerah yang telah dan belum mengimplementasikan E-budgeting
Skor Kualitas Pelaksanaan Pelaporan Keuangan Jumlah Pemerintah Daerah Persentase t Sig. (2-tailed)
Penganggaran elektronik 2,3101 Pendapat yang tidak memenuhi syarat 105 96% 8,28 , 000
Pendapat tanpa pengecualian 4 4%
Non E-Budgeting 1.7354 Pendapat yang tidak memenuhi syarat 284 66%
Opini non-Wajar Tanpa Pengecualian 149 34%
SPIP 2.489 Pendapat yang tidak memenuhi syarat 367 92% 14,03,000
Pendapat tanpa pengecualian 34 8%
NON SPIP 1.7035 Pendapat yang tidak memenuhi syarat 22 16%
Pendapat tanpa pengecualian 119 84%
28
Setyawan dan Gamayuni; AJEBA, 14 (3): 22-31, 2020; Pasal no. AJEBA.55602
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dari 284 kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah
Pemda atau sekitar 66%, sedangkan 149 yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian
Pemda lainnya hanya dapat memperoleh memiliki tingkat kematangan SPIP dengan skor
Pendapat Tidak Wajar Tanpa Pengecualian atau 2.4890 atau dalam tahap berkembang dari 367 pemerintah
sekitar 34%. Berdasarkan nilai Tabel 4 t dari daerah sekitar 92%, sedangkan sisanya 34 pemerintah daerah
8,287 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Begitu belum mampu mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan atau sekitar 8%. Sedangkan kualitas rata-rata pelaporan
antara rata-rata LKPD yang menggunakan keuangan pemerintah daerah yang telah jatuh tempo SPIP
e-budgeting dan belum menerapkan e-budgeting dengan skor 1,7035 atau pada tahap percontohan SPIP hanya
terhadap kualitas pelaporan keuangan yang 22 pemerintah daerah atau sekitar 16% yang mampu
diukur dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian, sedangkan
sisanya 119 pemerintah daerah belum terkualifikasi. bisa
E-budgeting mampu mengurangi asimetri mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian atau
informasi antara pemerintah dan publik terkait
penggunaan anggaran dan alokasi sumber
daya publik. Hal ini dapat mengurangi konflik sekitar 84%. Berdasarkan nilai Tabel 4 t dari
keagenan dalam teori keagenan antara 14.036 dengan probabilitas signifikan sebesar 0.000.
pemerintah dan masyarakat. Akuntabilitas Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
sektor publik memiliki peran yang sangat perbedaan rata-rata LKPD yang memiliki tingkat
penting dalam penyelenggaraan pemerintahan kematangan SPIP yang lebih baik terhadap
kegiatan karena itu kualitas pelaporan keuangan yang diukur dengan
penerapan dari publik sektor opini Wajar Tanpa Pengecualian.
akuntabilitas bertujuan untuk memberikan akuntabilitas
kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan Sistem pengendalian intern pemerintah
berasal dari masyarakat. menyajikan informasi yang berguna mampu menjamin keandalan pelaporan
untuk pengambilan keputusan dan untuk akuntabilitas entitas keuangan pemerintah daerah melalui
pelapor atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. serangkaian penerapan SOP, proses otorisasi
Selain itu, hasil penelitian ini menguatkan teori kepengurusan berjenjang, pemisahan tugas, serta
dimana pemerintah daerah sebagai lembaga yang dapat pendokumentasian dan pencatatan. SPIP
dipercaya dapat memberikan pelayanan yang baik kepada membantu pemerintah dalam melakukan
masyarakat, mampu mengamanatkan tanggung jawab pengendalian dan evaluasi atas tanggung
keuangan sehingga tujuan ekonomi dapat terpenuhi dan jawab penggunaan dan pelaporan sumber
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. secara maksimal. daya keuangan yang diamanatkan kepadanya.
SPIP yang lebih baik akan dapat meminimalkan
temuan sistem
kelemahan.
pengendalianEfektif
internal intern
pengendalian di semua tingkatan dan tahapan
dalam organisasi mulai dari keberadaan
Partisipasi dan transparansi proses anggaran kebijakan, pembentukan organisasi,
dengan e-budgeting memberikan informasi penyusunan anggaran, sarana, dan prasarana,
keuangan yang lebih relevan dan terpercaya penentuan personel yang melaksanakan,
sebagai dasar penyusunan LKPD. Hasil tersebut penetapan prosedur dan kaji ulang pada
mengkonfirmasi hasil penelitian sebelumnya semua tahapan mempengaruhi kinerja dalam
yang dilakukan oleh [12] dimana hasil mencapai efektivitas dan efisiensi, ketaatan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada peraturan perundang-undangan dan
terdapat pengaruh positif yang signifikan keandalan penyajian
antara penggunaan e-budgeting terhadap dari pemerintah keuangan
kualitas sistem informasi akuntansi dan pernyataan yang berarti struktur pengendalian
pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hal internal yang lebih baik dari pemerintah daerah.
itu karena informasi menjadi lebih andal dan Semakin baik struktur pengendalian internal maka
mudah dilacak per pos anggaran terkait semakin baik kualitas pelaporan keuangan di
dengan aspek akuntabilitas perencanaan dan LKPD. Hasil ini mengkonfirmasi hasil penelitian
penganggaranpengelolaan dari setiap lokal sebelumnya yang dilakukan oleh [2] bahwa kasus
pemerintah. kelemahan pada sistem pengendalian internal dan
ketidakpatuhan dengan hukum dan
2. Mandiri Sampel Uji-T dari itu regulasi yang berlaku di pemerintah daerah di
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah: Di Indonesia menunjukkan buruknya kualitas pelaporan
Tabel 4 terlihat bahwa nilai rata-rata keuangan di Indonesia. Oleh karena itu sebuah
29
Setyawan dan Gamayuni; AJEBA, 14 (3): 22-31, 2020; Pasal no. AJEBA.55602
fungsi SPIP yang efektif diperlukan untuk menciptakan untuk mencapai opini yang tidak terkualifikasi. Pada
pelaporan keuangan yang lebih berkualitas (relevan, dapat prinsipnya, sistem e-budgeting mengotomatiskan proses
diandalkan, bisa dimengerti, sebanding, penyusunan dan pelaksanaan anggaran serta dokumen
akurat, lengkap dan tepat waktu). akan didokumentasikan melalui digital footprint sehingga
semua pemangku kepentingan dapat memantau untuk
5. KESIMPULAN meminimalisir terjadinya penyimpangan terkait realisasi
anggaran dan bertentangan dengan peraturan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan perundang-undangan. . Penerapan e-budgeting mampu
pada penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai mengatasi stealth budget dan penyalahgunaan anggaran
berikut: 1). Hasil penelitian ini mendukung hipotesis seperti markup, manipulasi spesifikasi barang dan
bahwa terdapat peningkatan kualitas pelaporan penyelewengan penggunaan anggaran yang berdampak
keuangan pemerintah daerah setelah penerapan pada kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah.
sistem e-budgeting dalam perencanaan,
penyusunan dan realisasi anggaran pemerintah
daerah. 2). Hasil penelitian ini juga mendukung
hipotesis bahwa terdapat peningkatan kualitas
pelaporan keuangan pemerintah daerah setelah 7. SARAN UNTUK LEBIH LANJUT
penerapan sistem pengendalian intern pemerintah STUDI
daerah (SPIP).
Untuk penelitian selanjutnya dapat menambah
jumlah sampel dan tahun objek penelitian karena
E-budgeting mampu mengurangi asimetri diharapkan seluruh pemerintah daerah di
informasi antara pemerintah dan publik terkait Indonesia telah menerapkan e-budgeting. Saran
penggunaan anggaran dan alokasi sumber daya dari penulis agar pemerintah daerah diharapkan
publik. Jaminan e-budgeting mampu membuat regulasi yang tepat sehingga
konsistensi dan akuntabilitas dapat mengoptimalkan penggunaan sistem
antara perencanaan program dan kegiatan menuju teknologi informasi dalam pelaksanaan
anggarannya. Partisipasi dan transparansi dalam e-budgeting.
proses anggaran dengan e-budgeting memberikan
informasi keuangan yang lebih relevan dan dapat
KEPENTINGAN BERSAING
diandalkan sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah yang berkualitas. Hasil
Penulis telah menyatakan bahwa tidak ada kepentingan
penelitian menunjukkan bahwa penerapan
yang bersaing.
e-budgeting dan SPIP mempengaruhi pendapat yang
memiliki implikasi praktis bagi pemerintah daerah
dalam melakukan perbaikan pengelolaan keuangan REFERENSI
daerah dan kualitas pelaporan keuangan daerah.
Pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan 1. Khoirunnisak Rizka. Implementasi
skor SPIP dan e-budgeting agar mampu menciptakan E-Budgeting Pemerintah Kota Surabaya
pelaporan keuangan yang berkualitas, transparan, dan dalam mewujudkan good governance.
akuntabel. Prosiding Seminar Nasional dan Call for
Paper Economics and Business (SNAPER-EBIS
6. REKOMENDASI 2017) - Jember. 2017; 249-256.
[ISBN: 978-602-5617-01-0]
Hasil penelitian ini penting sehingga disarankan 2. Gamayuni RR. Pengaruh kompetensi dan
agar: objektivitas auditor internal serta dukungan
manajemen terhadap efektivitas
Provinsi dan Kabupaten / Kota lokal intern audit fungsi dan
Pemerintah di Indonesia diharapkan menerapkan implikasi kualitas pelaporan keuangan pada
e-budgeting dalam penyusunan anggarannya karena pemerintah daerah. Int. J. Kebijakan Ekonomi
merupakan mandat dari presiden. Selain dapat di Negara Berkembang. 2018; 11 (3):
meningkatkan transparansi, akuntabilitas dana publik 2018.
dan pengendalian publik, juga dapat meningkatkan 3. Mardiasmo. Perwujudan transparansi dan
kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah. akuntabilitas publik melalui akuntansi sektor
E-budgeting mampu membantu pemerintah daerah publik: Sarana tata kelola yang baik.
yang selama ini belum mampu Pemerintah Akuntansi
Jurnal. 2006; 2 (1): 1-17.
30
Setyawan dan Gamayuni; AJEBA, 14 (3): 22-31, 2020; Pasal no. AJEBA.55602
4. Atyanta Ramya. Analisis Pendapat BPK atas 2 nd Konferensi Global Bisnis dan Ilmu Sosial.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi 2015; 673-680.
Kasus di Kabupaten X Jawa Timur). Jurnal 13. Mancini Daniela, Rita Lamboglia.
Ilmiah Universitas Brawijaya. 2011; 16. Akuntansi informasi sistem dan
Transparansi: Kerangka teoritis. Springer
5. Kolstad I, Wiig Arne. Apakah Transparansi adalah International Publishing AG. 2017; 249-262.
kunci untuk mengurangi korupsi di negara-negara
kaya sumber daya? Perkembangan Dunia. 2009; 37 14. Wirasedana IWP, Sisdyani EA, Setiawan IPE.
(3): 521-532. Kontrol anggaran penuh pada pemerintah
6. Badan Pemeriksa Keuangan. Hasil Laporan daerah di Bali dalam menghadapi gejolak
Audit Semester I-II 2018; 2019. anggaran. E-Jurnal Akuntansi. 2018; 25 (1):
Tersedia: www.bpk.go.id 300-327.
7. Bastian Indra. Audit Sektor Publik. 2. Edisi 15. Johansson T, Siverbo S. Itu
Jakarta: Salemba Empat; 2007. Safitri NLKSA, kesesuaian kontrol anggaran yang ketat dalam
8. Darsono. Pengaruh sistem pengendalian organisasi sektor publik yang menghadapi
internal dan temuan kepatuhan terhadap Pengelolaan
turbulensi anggaran. Akuntansi
opini audit pada pemerintah daerah. Penelitian. 2014; 26: 271-283.
Diponegoro Jurnal dari 16. Srivastava, Shirish C. Apakah e-government
Akuntansi. 2015; 5. menyediakan itu dijanjikan kembali ?,
9. Sunarsih. Faktor mempengaruhi BPK Transformasi Pemerintah: Orang-orang,
opini disclaimer atas laporan keuangan di Proses dan Kebijakan. 2011; 5 (2): 107-113.
lingkungan departemen di Jakarta. Jurnal 17. Zhou Zhang Y, kualitas komite audit Zhou N.,
dari Ekonomi Gunadarma independensi auditor, dan kelemahan
Universitas; 2013. pengendalian internal. Jurnal Akuntansi dan
10. Mardiasmo. Akuntansi sektor publik. Dan Kebijakan Publik. 2007; 26: 300-327. Kawedar
saya. Yogyakarta; 2009. 18. Warsito. Opini audit dan sistem pengendalian
11. Slyke David M. Van. Agen atau Pengurus: internal (Studi Kasus di Kabupaten PWJ yang
Menggunakanteori untuk memahami itu Memiliki Opini Audit yang Menurun). Jurnal
pemerintah - Hubungan Kontrak Layanan Akuntansi dan Auditing. 2010; 6 (1).
Sosial Nirlaba. Jurnal Penelitian dan Teori
Administrasi Publik. 2006; 17. 19.
Sipahutar Hottua, Siti Khairani. Analisis
Perubahan Pendapat BPK RI LHP Terhadap
12. Ritchi Hamzah, Ilham Wahyudi, Azhar Susanto. Laporan Keuangan Empat Pemerintah
Program penelitian pada faktor kunci keberhasilan Kabupaten Lawang Diterbitkan pada; 2013.
e-government dan dampaknya terhadap kualitas Tersedia: http: //eprints.mdp.ac.id.
informasi akuntansi. [Diakses pada 17 Juli 2019]
_________________________________________________________________________________
© 2020 Setyawan dan Gamayuni; Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan di bawah persyaratan Lisensi Atribusi Creative
Commons ( http://creativecommons.org/licenses/by/4.0 ), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam
media apa pun, asalkan karya asli dikutip dengan benar.
31