Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA, BEBAN KERJA DAN


KELELAHAN KERJA (BURNOUT) DENGAN KINERJA
PERAWAT WANITA DI RSUD I LAGALIGO
KABUPATEN LUWU TIMUR

Hera1, Rasyidin2, Hasmin3

Program Studi Manajemen Keperawatan STIE AMKOP Makassar


herawatirb19@gmail.com
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
rasyidina@yahoo.com
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi NOBEL Makassar
hasmintamsah@gmail.com

ABSTRAK
Hera Wati Ramli, Pengaruh Konflik Peran Ganda, Beban Kerja dan Burnout dengan Kinerja Perawat
Wanita di RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur (dibimbing oleh Rasyidin Abdullah dan Hasmin)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 1) pengaruh konflik peran ganda terhadap kinerja perawat
wanita; 2) pengaruh beban kerja terhadap kinerja perawat wanita; dan 3) pengaruh kelelahan kerja
(brunout) terhadap kinerja perawat wanita di RSUD Ilagaligo Kabupaten Luwu Timur.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study bersifat survai analitik, dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan sample minimal size yang diolah dengan menggunakan program
komputer SPSS. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 116 perawat wanita dan sampel
sebanyak 86 orang. Data diperoleh melalui observasi dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) ada pengaruh yang signifikan antara konflik perang anda
terhadap kinerja perawat wanita, 2) ada pengaruh yang signifikan antara beban kerja dengan kinerja
perawat wanita, dan 3) ada pengaruh yang signifikan antara burnout dengan kinerja perawat wanita di
RSUD Ilagaligo Kabupaten Luwu Timur. Pada penelitian ini beban kerja adalah variabel yang paling
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perawat wanita di ruang rawat inap RSUD ILagaligo
Kabupaten Luwu Timur.

Kata kunci : Beban kerja, burnout, peran ganda dan kinerja perawat

ABSTRACT
Hera Wati Ramli, Influence of Double Role Conflict, Workload and Burnout with the Performance of Female
Nurses at RSUD I Lagaligo, East Luwu Regency (guided by Rashidin Abdullah and Hasmin). This study aims
to analyze 1) the effect of dual role conflict on the performance of female nurses; 2) the effect of workload on
the performance of female nurses; and 3) the influence of work fatigue (brunout) on the performance of female
nurses at Ilagaligo District Hospital of East Luwu.
This study uses cross sectional study method is an analytic survey, with sampling technique using a minimal
sample size processed by using SPSS computer program. The population of this research is 116 female nurses
and 86 samples. Data obtained through observation and questionnaire.
The results showed that 1) there was a significant influence between your war conflict on the performance of
female nurses, 2) there was a significant influence between workload and the performance of female nurses, and
3) there was a significant influence between burnout and the performance of female nurses at Ilagaligo District
Hospital East Luwu. In this study workload is the variable that has the most significant effect on the
performance of female nurses in the hospital ward of ILagaligo Hospital of East Luwu Regency.

Keywords: Workload, burnout, dual role and nurse performance

119
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Pendahuluan pelayanan keperawatan diantaranya masih


terbatasnya jumlah perawat dan fasilitas
Keperawatan sebagai profesi dan perawat sarana pendukung, kompetensi perawat
sebagai tenaga profesional yang belum terstandar, belum optimalnya
bertanggungjawab untuk memberikan fungsi manajemen keperawatan, masih
pelayanan keperawatan sesuai dengan kurangnya pengembangan keahlian
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki keperawatan, sementara perawat dituntut
secara mandiri maupun bekerjasama untuk melaksanakan pelayanan yang
dengan anggota kesehatan lainnya. berkualitas (Nurachmah, 2009). Pada sisi
Pelayanan keperawatan diberikan dalam yang lain pasien dan keluarga
bentuk penampilan kerja perawat harus mengharapkan layanan perawat yang
didasari oleh kemampuan yang tinggi ramah serta didukung oleh sikap menaruh
sesuai dengan standar asuhan keperawatan minat dan tampilan yang baik sehingga
sehingga dapat terjamin kualitasnya. membuat pasien dan keluarganya merasa
Burnout merupakan kondisi kelelahan tenang, aman dan nyaman di rumah sakit.
kerja yang dialami oleh perawat, yang Akumulasi dari kondisi ini merupakan
disebabkan oleh faktor personal, keluarga beban kerja bagi perawat. Konflik peran
dan lingkungan kerja. Jika terjadi burnout, inilah yang mesti diperhatikan sebagai
maka asuhan keperawatan tidak dapat faktor pembentuk terjadinya beban di
terlaksana dengan baik, karena burnout tempat kerja, meskipun ada faktor dari luar
memberi dampak terhadap finansial, fisik, organisasi seharusnya organisasi juga
emosi dan sosial terhadap profesi, klien memperhatikan hal ini. Karena pengaruh
dan organisasi (Perrewe, 2002). Hasil studi terhadap anggota yang bekerja dalam
pendahuluan dengan melakukan organisasi tersebut meningkatkan
wawancara secara acak pada 12 perawat pekerjaan yang dilakukan perawat memicu
wanita yang sudah berkeluarga di semua beban, karena perawat berhubungan
ruang rawat inap RSUD I Lagaligo langsung dengan dengan tekanan dari
didapatkan informasi bahwa perawat supervisor (kepala ruang, harus mampu
tersebut sering mengalami tekanan untuk menangani keluhan pasien dan
menyelesaikan pekerjaannya sebagai keluarganya, menghadapi pasien dalam
perawat dengan tugas-tugas keluarganya kegawatan, perawat juga dituntut
pada saat yang bersamaan, sebagian besar melaksanakan standar pelayanan prima,
menyatakan masih sering melakukan sikap menjadi patner dokter dalam setiap
aktivitas tugas-tugas dirumah yang belum kasus (baik penyakit menular maupun
tuntas pada saat waktu dinas dan tidak menular) dan melaksanakan advise
mengalami kesulitan konsentrasi saat dokter setiap saat. Beban kerja tidak hanya
bekerja diruangan sehingga seringkali berpengaruh pada individu, namun juga
tugas-tugasnya seperti pendokumentasian terhadap biaya organisasi dan industri.
askep tidak dapat diselesaikan dengan Begitu besar dampak dari beban kerja,
baik. Berdasarkan gambaran fenomena oleh para ahli perilaku organisasi telah
konflik peran ganda pada perawat wanita dinyatakan sebagai agen penyebab dari
yang berkeluarga di ruang rawat inap berbagai maslah fisik, mental, bahkan
RSUD I Lagaligo diduga merupakan salah output organisasi (Yun Iswanto, 1999 dan
satu faktor penyebab masih rendahnya Gabriel & Marjo, 2001). Berbagai alasan
kinerja perawat. Menjalankan peran dan tersebut cukup relevan menjadi pendukung
tanggungjawab sebagai perawat penelitian ini untuk dilakukan. Kesuksesan
profesional tentu tidaklah mudah dari kinerja perusahaan bisa dilihat dari
khususnya perawat wanita yang telah kinerja yang dicapai oleh karyawannya
berkeluarga. Permasalahan terkait oleh sebab itu perusahaan menuntut agar

120
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

para karyawannya mampu menampilkan melakukan tugas adminitrasif, ditambah


kinerja yang optimal karena baik buruknya lagi dengan tugas kolaborasi. Sehingga
kinerja yang dicapai oleh karyawan akan diasumsikan bahwa rendahnya kinerja
berpengaruh pada kinerja dan keberhasilan perawat di RSUD I Lagaligo dapat
perusahaan secara keseluruhan, (Azazah disebabkan oleh faktor beban kerja.
Indriani 2009). Kinerja seorang perawat Penjelasan tersebut diatas dapat
dapat dilihat dari mutu asuhan diasumsikan bahwa burnout merupakan
keperawatan yang diberikan pada pasien. dapat merupakan faktor yang berhubungan
Pada dasarnya yang dijadikan acuan dalam dengan kinerja perawat di RSUD I
menilai kualitas pelayanan keperawatan Lagaligo, sebagaimana hasil penelitian
adalah dengan menggunakan standar Suprianta (2012), menyimpulkan ada
praktek keperawatan. Tenaga perawat hubungan yang signifikan antara kelelahan
merupakan tenaga yang paling banyak dan kerja dengan kinerja perawat di RSUD
paling lama kontak dengan pasien, maka Pandeglang. Sejumlah faktor yang
kinerja perawat harus selalu ditingkatkan diasumsikan sebagai faktor penyebab
dalam pemberian asuhan keperawatan. rendahnya kinerja perawat, akan tetapi
Sindrome kelelahan kerja (burnout) dapat kenyataannya tidak semua perawat wanita
juga dialami oleh perawat wanita yang yang berkeluarga dengan kinerja rendah.
berkerja di RSUD I Lagaligo. Fakta yang Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa
peneliti temukan pada seorang perawat faktor dari individu yang meliputi usia,
wanita yang berkeluarga di ruang jenis kelamin, pendidikan, lama kerja
perawatan inap kelas III yang dapat menjadi faktor confounding terhadap
mengeluhkan mengalami kelelahan fisik, kinerja perawat. Berdasarkan asumsi-
emosi lebih labil dan sering sakit kepala, asumsi yang telah diuraikan maka penulis
menyatakan merasa bosan dengan tertarik untuk melakukan penelitian
pekerjaannya yang menurutnya terasa tentang Pengaruh Konflik Peran Ganda,
sangat monoton dan terlalu banyak Beban Kerja Dan Burnout Dengan Kinerja
tuntutan. Seringkali perawat tersebut tidak Perawat Wanita di RSUD I Lagaligo Kab.
disiplin dan absen dari pekerjaannya Luwu Timur Tahun 2016.
sempat terbesit untuk beralih profesi. Hal
ini tidak berbeda secara substansial dengan Kerangka Teori & Hipotesis
penelitian Nontji (2003) dalam Utami Perawat wanita yang telah menikah dan
(2009) tentang hubungan beban kerja punya anak memiliki peran dan tanggung
dengan kinerja perawat secara umum yang jawab yang lebih berat daripada perawat
smenyimpulkan beban kerja mempunyai wanita yang masih lajang. Peran ganda
korelasipositif dengan kinerja perawat pun dialami oleh perawat wanita tersebut
(r=0,710 p=<0,05). Fenomena beban kerja karena selain berperan di dalam keluarga,
juga merupakan masalah yang dialami perawat wanita tersebut juga berperan di
oleh perawat wanita di RSUD I Lagaligo. dalam karirnya. Perawat yang mengalami
Hasil studi pendahuluan dengan tingkat konflik pekerjaan-keluarga dan
melakukan wawancara pada perawat keluarga-pekerjaan tinggi dapat
wanita secara acak diperoleh informasi mengalami penurunan kinerja karena akan
bahwabeban kerjanya dirasakan terlalu lebih dikuasai oleh pekerjaannya yang
berat dan hal ini terkait dengan jumlah mengakibatkan perawat tidak bisa
perawat yang belum proporsional memenuhi tanggung jawab keluarganya,
dibandingkan dengan jumlah pasien, karena mengurangi kualitas kehidupan
manajemen ruangan belum optimal keluarganya tetapi stress mempunyai
sehingga tugas-tugas perawat makin berat dampak positif dan dampak negatif.
karena disamping melakukan layanan Dampak positif stress pada tingkat rendah
keperawatan kepada pasien juga harus

121
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

sampai pada tingkat moderat bersifat kemampuan individu dalam


fungsional dalam arti berperan sebagai pencapaiannya. Menurut Ilyas (2002)
pendorong peningkatan kinerja pegawai, dalam Wahyudi (2010) bahwa ada tiga
sedangkan pada tingkat negatif stress pada faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu
tingkat yang tinggi adalah penurunan pada faktor individu, faktor organisasi dan
kinerja karyawan yang drastis (Robbins, faktor psikologi. Faktor dari individu yang
2010).
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,
Kinerja Perawat lama kerja dapat menjadi faktor
Kinerja adalah hasil yang diberikan oleh confounding yang membuat bias suatu
seseorang dalam menjalankan tugas dan penelitan tentang kinerja karyawan.
tanggung jawab yang dibebankan
Konflik Peran Ganda
kepadanya. Setiap harapan mengenai
bagaimana individu tersebut berperilaku, Konflik dianggap sebagai konsekuensi
akan menunjukkan perannya dalam suatu perpasive, normal, dan tak terhindarkan
organisasi (Minner, 1990 dalam Rivai, dari kehidupan sosial dan organisasi,
2011). (Coser, 1956; Rollof,1987 dalam Stocker,
Kinerja karyawan merupakan hasil kerja
2007). Konflik yang terjadi seringkali sulit
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang karyawan dalam untuk dihindari, namun tidak semua
melaksanakan tugasnya sesuai dengan konflik yang terjadi memiliki konsekuensi
tanggung jawab yang diberikan kepadanya negatif, bahkan konflik bisa meningkatkan
(Mangkunegara, 2009). Sedangkan kinerja para pegawai. Paden dan Buchler
menurut Prawirosentono (1999) dalam dalam Jimad, (2010) mendefinisikan
Wahyudi (2010) bahwa kinerja atau konflik peran ganda merupakan konflik
performance adalah hasil kerja yang dapat peran yang muncul antara harapan dari dua
dicapai oleh seseorang atau kelompok peran yang berbeda yang dimiliki oleh
orang dalam suatu organisasi sesuai seseorang. Di pekerjaan, seorang wanita
dengan wewenang dan tanggungjawabnya yang profesional diharapkan untuk agresif,
masing-masing dalam rangka mencapai kompetitif, dan dapat menjalankan
tujuan organisasi bersangkutan secara
komitmennya pada pekerjaan. Di rumah,
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
wanita sering kali diharapkan untuk
dengan moral dan etika.
Dari berbagai pengertian tersebut diatas, merawat anak, menyayangi dan menjaga
pada dasarnya kinerja menekankan apa suaminya. Netemeyer et al. dalam
yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu Hennessy, (2005) mendefinisikan konflik
pekerjaan atau apa yang keluar (outcome). peran ganda sebagai konflik yang muncul
Bila disimak lebih lanjut apa yang terjadi akibat tanggung jawab yang berhubungan
dalam sebuah pekerjaan atan jabatan dengan pekerjaan mengganggu
adalah suatu proses yang mengolah input permintaan, waktu dan ketegangan dalam
menjadi output (hasil kerja). Penggunaan keluarga. Hennessy (2005) selanjutnya
indikator kunci untuk mengukur hasil mendefisikan konflik peran ganda ketika
kinerja individu, bersumber dari fungsi- konflik yang terjadi sebagai hasil dari
fungsi yang diterjemahkan dalam kewajiban pekerjaan yang mengganggu
kegiatan/tindakan dengan landasan standar kehidupan rumah tangga.
yang jelas dan tertulis. Mengingat kinerja Konsep Beban Kerja
mengandung komponen kompetensi dan Beban kerja adalah tuntutan pekerjaan
produktifitas hasil, maka hasil kinerja yang dipunyai sehari-hari dan dianggap
sangat tergantung pada tingkat sebagai sumber beban. Adapun beban

122
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

kerja disini dapat dibedakan pengertiannya sumbangan lebih banyak kepada


menjadi dua, yaitu beban kerja yang organisasinya. Burnout merupakan
berlebihan (overload) dan beban kerja kelelahan yang disebabkan karena individu
yang di bawah rata-rata (underload) bekerja keras, merasa bersalah, merasa
(Rivai, 2011). tidak berdaya, merasa tidak ada harapan,
Beban kerja adalah lama dan beratnya kesedihan yang mendalam, merasa malu,
serta banyaknya tugas dikantor yang menghasilkan perasaan lelah dan tidak
meliputi, resiko kerja yaitu dampak yang nyaman, yang pada gilirannya
dapat dialami oleh para karyawan meningkatkan rasa kesal. Apabila hal itu
khususunya saat bekerja. Beban kerja terjadi pada jangka panjang maka individu
adalah jumlah kegiatan yang harus tersebut akan mengalami kelelahan karena
diselesaikan oleh seseorang ataupun telah berusaha memberikan sesuatu secara
sekelompok orang selama periode waktu maksimal namun memperoleh apresiasi
tertentu dalam keadaan normal. yang minimal.
Sedangkan menurut Kepmenpan no. Cherniss, (1980) dalam Adi, (2010)
75/2004, beban kerja adalah sejumlah menyatakan burnout adalah keadaan stres
target pekerjaan atau target hasil yang yang dialami individu dalam jangka waktu
harus dicapai satu satuan waktu tertentu. yang lama dan dengan intensitas yang
Dan menurut Permendagri No.12/2008, cukup tinggi, ditandai dengan kelelahan
beban kerja adalah besaran pekerjaan yang fisik, mental, dan emosional, serta
harus dipikul oleh suatu jabatan/unit rendahya penghargaan terhadap diri
organisasi dan merupakan hasil kali antara sendiri yang mengakibatkan individu
volume kerja dan norma waktu (Panjaitan, merasa terpisah dari lingkungannya dan
2011). menyebabkan perubahan sikap dan
Beban kerja berlebihan dan beban kerja perilaku. Burnout biasanya terjadi bukan
terlalu sedikit merupakan pembangkit karena satu atau dua kejadian yang
stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih traumatis tetapi karena akumulasi bertahap
lanjut ke dalam beban kerja dari tekanan kerja yang berat (Santrock,
berlebih/terlalu sedikit “kuantitatif”, yang 1995). Dalam konsep ini individu
timbul sebagai akibat dari tugas-tugas menganggap suatu pekerjaan sebagai
yang terlalu banyak/sedikit diberikan stresor atau sumber stres. Berdasarkan
kepada tenaga kerja untuk diselesaikan tinjauan teoritis diatas maka dapat
dalam waktu tertentu, dan beban kerja digambarkan kerangka teori hubungan
berlebih/terlalu sedikit “kualitatif”, yaitu antara variabel konflik peran ganda, beban
jika orang merasa tidak mampu untuk kerja dan burnout.
melakukan tugasnya, atau tugas tidak
menggunakan ketrampilan atau potensi
dari tenaga kerja (Panjaitan, 2011).
Konflik
peran
Burnout ganda
Freudenberger dalam Supriatna, (2012)
menyatakan bahwa burnout adalah suatu Burnout Kinerja
bentuk kelelahan yang disebabkan karena perawat
seseorang bekerja terlalu intens,
berdedikasi dan berkomitmen, bekerja
terlalu banyak dan terlalu lama serta Beban
memandang kebutuhan dan keinginan Kerja
mereka sebagai hal kedua. Hal ini
menyebabkan individu tersebut merasakan
adanya tekanan-tekanan untuk memberi

123
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Hubungan variabel konflik peran ganda besar, khususnya untuk jabatan seperti
terhadap kinerja perawat Ketua Jurusan/Program Studi dan
Menurut Netemeyer et al. dalam Sekretaris Jurusan/Program Studi. Mereka
Hennessy, (2005) mendefinisikan konflik mengungkapkan bahwa mereka merasa
peran ganda sebagai konflik yang muncul terganggu karena banyak tugas yang
akibat tanggung jawab yang berhubungan terpaksa dikerjakan padahal tugas tersebut
dengan pekerjaan mengganggu bukanla tanggung jawab mereka.
permintaan, waktu dan ketegangan dalam
keluarga, dan dalam pekerjaan dapat Hubungan variabel kelelahan (burnout)
mempengaruhi kinerja. terhadap kinerja perawat
Pada Hasil penelitian Pohan (2007) Cherniss, (1980) dalam Adi, (2010)
menemukan konflik peran ganda pada menyatakan burnout adalah keadaan stres
perawat wanita di Rumah Sakit Umum yang dialami individu dalam jangka waktu
Padangsidempuan tergolong rendah yang lama dan dengan intensitas yang
sebanyak sebanyak 42 orang (31.58%), cukup tinggi, ditandai dengan kelelahan
dan tidak ada (0%) orang yang mengalami fisik, mental, dan emosional, serta
konflik peran yang tinggi, artinya perawat rendahya penghargaan terhadap diri
tersebut telah mampu menyeimbangkan sendiri yang mengakibatkan individu
perannya dalam pekerjaan dan rumah merasa terpisah dari lingkungannya dan
tangga. menyebabkan perubahan sikap dan
perilaku.
Hubungan variabel beban kerja Dari hasil penelitian Erlina (2010)
terhadap kinerja perawat menemukan kejadian burnout pada
Beban kerja berlebihan dan beban kerja perawat yang memiliki tingkat burnout
terlalu sedikit merupakan pembangkit dengan kategori tinggi sebanyak 20,37%,
stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih dan perawat yang memiliki tingkat
lanjut ke dalam beban kerja burnout dengan kategori sedang sebanyak
berlebih/terlalu sedikit “kuantitatif”, yang 51,85%. Sedangkan perawat yang
timbul sebagai akibat dari tugas-tugas memiliki tingkat burnout dengan kategori
yang terlalu banyak/sedikit diberikan rendah sebanyak 27,78%. Adali dan
kepada tenaga kerja untuk diselesaikan Priami (2002) pada 223 dari lima rumah
dalam waktu tertentu, dan beban kerja sakit yang ada di Athena, Yunani dengan
berlebih/terlalu sedikit “kualitatif”, yaitu keseluruhan sampel yang diambil bekerja
jika orang merasa tidak mampu untuk pada Unit Gawat Darurat (UGD), Unit
melakukan tugasnya, atau tugas tidak Perawatan Intensif (ICU) dan Ruang
menggunakan ketrampilan atau potensi Penyakit Dalam. Hasil penelitian
dari tenaga kerja (Panjaitan, 2011). menyebutkan bahwa tingkat burnout pada
Hasil pengujian (Eduard, 2011) tiga unit tersebut berada pada level sedang.
menunjukkan bahwa kelebihan beban Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh
kerja berpengaruh signifikan secara positif Riatiningsih (2007) juga menyebutkan
terhadap tingkat burnout, artinya bahwa bahwa tingkat burnout pada perawat
semakin tinggi tingkat kelebihan beban Instalasi Rawat Inap I Rumah Sakit Umum
kerja akan menyebabkan burnout juga Dr. Saiful Anwar Malang yang mencapai
akan tinggi. Berdasarkan hasil observasi di tingkat tinggi berjumlah 13 perawat, 50
lapangan ditemui fenomena bahwa dosen perawat memiliki tingkat burnout sedang,
yang merangkap jabatan struktural pada dan 10 perawat memiliki tingkat burnout
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) kecil di rendah. Kedua penelitian tersebut
wilayah pulau Ambon memiliki lebih menyatakan bahwa secara umum tingkat
banyak tugas dibandingkan dengan dosen burnout yang dialami oleh para perawat
di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berada pada tingkat sedang.

124
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Metode Penelitian - Tidak mengalami konflik peran ganda


Desain yang digunakan dalam penelitian (skor< 30)
ini adalah cross sectional study dimana
peneliti melakukan observasi atau 1) Beban Kerja adalah beban yang
pengukuran variabel sesaat artinya subyek diterima Perawat dalam melaksanakan
diobservasi satu kali saja dan pengukuran pekerjaannya mencakup beban kerja
variabel independen dan dependen fisik dan beban kerja mental dengan
dilakukan saat pemeriksaan atau mengukur beratnya beban kerja yang
pengkajian data. Penelitian ini dialami.
dilaksanakan di RSUD I Lagaligo Hasil Ukur dimana, dari 22 item kuesioner
Kabupaten Luwu Timur yang yang menggunakan skala likert bobot
direncanakan akan dilaksanakan pada terendah adalah 1 dan tertinggi adalah 4,
bulan Juni - September 2016. Populasi sehingga kriteria objektif dari penelitian
dalam penelitian ini adalah tenaga ini adalah:
perawat wanita di ruang perawatan yang a. Kurang Baik, bila skor < 75%
ada di RSUD I Lagaligo sebanyak 116 b. Baik, bila skor ≥ 75 % (Standar
orang. Sementara populasi sample pada Depkes RI (Nursalam, 2011)
penelitian ini ditarik dengan 2) Brunout adalah suatu sindrom
menggunakan, besar sampel dihitung psikologis yang meliputi kelelahan
dengan menggunakan sample minimal size fisik, kelelahan emosional dan
dengan jumlah 89 responden. Metode kelelahan mental yang menyebabkan
Pemilihan sampel dilakukan dengan dua perubahan sikap dan perilaku,
tahapan. Tahapan pertama dengan penurunan pencapaian prestasi diri dan
proportionate stratified random sampling. depersonalisasi, dengan indikator :
- Physical exhaustion,
Defenisi Operasinal - Emotional exhaution
Dalam penelitian ini terdapat empat - Depersonalization
variabel yang saling terkait yaitu : Konflik - low or reduced personal
Peran Ganda adalah ketidakcocokan antara accomplishment
harapan yang berkaitan dengan suatu peran Dari 41 kuesioner yang menggunakan
yang dialami perawat wanita yakni sebagai skala likert bobot terendah adalah 1 dan
ibu rumah tangga dan sebagai perawat tertinggi adalah 4, sehingga 1 x 41 = 41
dimana dalam kondisi yang demikian, ditambah 4 x 41 = 164, hasilnya
kedua peran tersebut akan menimbulkan dijumlahkan lalu di bagi dua, sehingga
konflik sehingga salah satu peran tidak kriteria objektif dari penelitian ini adalah:
dapat dijalankan dengan baik. Indikator - Burnout (skor ≥ 103)
yaitu : - Tidak burnout (skor< 103)
- Work interfering with the family(WIF) 3) Kinerja Perawat adalah pernyataan hasil
- Family Interfering With The Work dari kerja perawat di RSUD Ilagaligo
(FIW) dalam melaksanakan standar asuhan
Dengan Skala Ukur Ordinal Dari 12 keperawatan terdiri dari: pengkajian,
kuesioner yang menggunakan skala likert diagnosa, perencanaan, implementasi,
bobot terendah adalah 1 dan tertinggi dan evaluasi.
adalah 4, sehingga 1 x 12 = 12 ditambah 4 Dari 48 item kuesioner yang menggunakan
x 12 = 48, hasilnya dijumlahkan lalu di skala likert bobot terendah adalah 1 dan
bagi dua, sehingga kriteria objektif dari tertinggi adalah 4, sehingga kriteria
penelitian ini adalah: objektif dari penelitian ini adalah:
- Mengalami konflik peran ganda (skor ≥ - Kurang Baik, bila skor < 75%
30) - Baik, bila skor ≥ 75 % (Standar
Depkes RI (Nursalam, 2011)

125
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Pengolahan data dilakukan dengan 1. Pengaruh Karakteristik dengan


menggunakan program komputer. Analisa Kinerja Perawat Wanita
data disesuaikan dengan skala pengukuran Kinerja Total P
variabel dan tujuan penelitian. Variabel Kurang Baik value
a. Chi Square N % n % N %
Menganalisis hubungan masing-masing Pendidikan
:
variabel bebas dan terikat. Uji statistik D.III 25 52.1 23 47.9 48 100 0.031
yang digunakan adalah Chi Square. Keperawat
Chi- Square Statistik Model yang diuji an
Ners 11 28.9 27 71.1 38 100
dipandang baik atau memuaskan bila Umur :
nilai Chi- Squarenya rendah. Semakin
≤ 31 tahun 33 44 42 56 75 100 0.294
kecil nilai χ2 semakin baik model itu > 31 tahun 3 27.3 8 72.2 11 100
dan diterima berdasarkan probabilitas Masa kerja
dengan cut off value sebesar p> 0,05 1- 5 tahun 24 43.6 31 56.4 56 100 0.657
> 5 tahun 12 38.7 19 61.3 31 100
(Hair et all, 1995 dalam Ferdinand,
Jumlah
2006). Untuk mengetahui anak : 31 53.4 27 46.6 58 100 0.002
kebermaknaan dari hasil pengujian 1-3 orang 5 17.9 23 82.1 28 100
tersebut dilihat dari p value kemudian > 3 orang

dibandingkan dengan nilai α=5% atau Analisis univariat memberikan


0,05. gambaran sebagian besar responden
b. Uji multivariate berpendidikan Diploma III Keperawatan
Analisis multivariat dilakukan dengan yaitu (55.8%), hal ini menjelaskan bahwa
tujuan untuk mengetahui besaran sebagian besar perawat wanita yang
pengaruh pada masing-masing variabel bekerja di ruang rawat inap RSUD I
bebas (lebih dari dua variabel) secara Lagaligo Kabupaten Luwu Timur adalah
bersamaan terhadap variabel terikat perawat vokasi yang memiliki kompetensi
serta mencari manakah variabel bebas sebagai perawat terampil.
yang paling berpengaruh terhadap Hasil analisis menemukan ada
variabel terikat. Untuk melihat pengaruh antara pendidikan dengan kinerja
pengaruh bersama-sama dimensi mutu parawat wanita di RSUD I Lagaligo
pelayanan keperawatan terhadap tingkat Kabupaten Luwu Timur (p: 0.031). Pola
kepuasan pasien, digunakan analisis pengaruh yang terbentuk adalah responden
Logistik Regression dengan yang berpendidikan D.III Keperawatan
pertimbangan variabel dependen berupa proporsi yang berkinerja baik dan kurang
variabel kategorik. Disini akan diuji hampir sama, sedangkan Ners mayoritas
apakah probabilitas terjadinya variabel berkinerja baik selama memberikan
terikat dapat diprediksi dengan variabel asuhan keperawatan. Sehingga dapat
bebasnya sehingga munculnya skor dikatakan bahwa perawat dengan
koefisien regresi yang pendidikan Ners lebih baik kinerjanya
menginterpretasikan besaran faktor dalam memberikan asuhan keperawatan.
yang berpengaruh secara signifikan Hasil penelitian ini sejalan dengan
(Ferdinand, 2006). penelitian Adji (2002) menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan merupakan
Hasil dan Pembahasan faktor yang mempunyai pengaruh paling
Dari hasil pengujian pada penelitian ini dominan dengan kinerja perawat (p =
melalui beberapa tahap hingga di tahap 0,001, OR= 80,325). Analisis univariat
permodelan akhir dimana dihasilkan dari memberikan gambaran sebagian besar
analisis multivariat. responden berusia ≤ 31 tahun yaitu 75
(87.2%). Hal ini menjelaskan bahwa
sebagain besar perawat wanita yang

126
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

bekerja di ruang rawat inap RSUD I RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu


Lagaligo Kabupaten Luwu Timur berada Timur.
pada rentang usia dewasa awal yang Berbeda dengan hasil penelitian
merupakan fase dimulainya berkomitmen lainnya yang menemukan masa kerja
untuk masa depan. berpengaruh dengan kinerja perawat.
Seperti hasil penelitian Wahyudi (2010),
Hasil analisi bivariat menunjukkan Nufus (2011) juga dan studi Lusiani
responden yang berumur > 31 tahun lebih (2004) menunjukkan bahwa kinerja
banyak yang berkinerja baik yaitu 72.2% perawat rumah sakit memiliki pengaruh
dibandingkan yang berusia ≤ 31 tahun yang bermakna dengan pengalaman kerja
yaitu 56% Hasil uji statistik menunjukkan dalam tahun. Menurut Robbin (2010) masa
tidak ada pengaruh antara umur dengan kerja dihubungan dengan pengalaman
kinerja perawat wanita dalam memberikan menekuni pekerjaan tertentu. Masa kerja
asuhan keperawatan di RSUD I Lagaligo menentukan seseorang dalam menjalankan
Kabupaten Luwu Timur dengan p : 0.294. tugas, semakin lama seseorang bekerja
Penjelasan yang dapat diberikan semakin terampil dan semakin cepat
adalah proporsi umur dalam penelitian menyelesaikan tugasnya, sehingga lama
mayoritas ≤ 31 tahun yaitu (87.2%). Bagi kerja akan memberikan pengalaman
perawat kedewasaan dari segi usia perawat mengasah keterampilannya.
merupakan predictor dalam menjaga dan Perawat senior juga dinilai lebih
meningkatkan kualitas pelayanan berpengalaman menangani problema yang
keperawatan. Hal ini menjadi logis karena terjadi di lapangan dan merupakan
perawat yang lebih muda meskipun lebih prediktor yang kuat terhadap komitmen
banyak mendapat mendapatkan pelajaran dan kepuasan kerja sehingga secara
analitik dari hasil pendidikan yang relatif langsung atau tidak akan berpengaruh
lebih baru akan tetapi pelajaran dari terhadap kinerja. Penjelasan yang dapat
pengalaman empiris yang masih kurang diberikan bahwa mutu pelayanan
yang memberi implikasi kesulitan dalam keperawatan berdasarkan pelaksanaan
mengatasai permasalahan dalam standar asuhan keperawatan yang
memberikan asuhan keperawatan. dilakukan oleh perawat wanita merupakan
Hasil analisis univariat menemukan proses yang dinamis dan senantias
bahwa masa kerja 1- 5 tahun yaitu 55 berfluktuasi dengan cepat. Pengalaman
(64%) Hal ini menjelaskan bahwa kerja yang lebih lama belum menjamin
sebagian besar sebagain besar perawat perawat senior akan lebih produktif
wanita yang bekerja di ruang rawat inap dibandingkan dengan perawat yunior, hal
RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Timur ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan
adalah perawat yang lebih yunior sehingga mengembangkan diri dengan mengikuti
diperediksi pengalaman kerja yang rendah perkembangan ilmu dan teknologi
dapat menampilkan kinerja yang kurang keperawatan dan sistem pengawasan dan
baik. supervisi kepatuhan perawat dan
Hasil analisis masa kerja menerapkan standar asuhan keperawatan.
menunjukkan perawat wanita yang sudah Hal ini di dukung oleh pernyataan perawat
bekerja > 5 tahun lebih banyak yang bahwa kegiatan supervisi maupun
mempunyai kinerja baik yaitu 61.3 % pengawasan belum dilaksanakan dengan
dibandingkan yang bekerja 1-5 tahun yaitu baik dan kemampuan melaksanakan
56.4%, perbedaan ini tidak bermakna asuhan keperawatan sesuai standar belum
secara statistik dengan nilai p : 0.657 memadai karena sebagian besar belum
artinya tidak ada pengaruh antara masa pernah mengikuti kegiatan pelatihan di
kerja dengan kinerja perawat wanita di bidang keperawatan.

127
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Hasil analisis jumlah anak Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
menunjukkan proporsi kenerja perawat penelitian Pohan (2007) menemukan
wanita yang memiliki anak > 3 orang lebih konflik peran ganda pada perawat wanita
banyak yang mempunyai kinerja di Rumah Sakit Umum Padang sidempuan
baik yaitu 82.1% dibandingkan dengan tergolong rendah sebanyak yaitu (31.58%).
yang memiliki anak 1-3 orang yaitu Hal ini memberi makna bahwa perawat
46.6%, perbedaan ini bermakna secara wanita di RSUD I Lagaligo Kabupaten
statistik dengan nilai p : 0.002 artinya ada Luwu Timur sebagian besar perawat
pengaruh antara jumlah anak dengan wanita belum mampu menyeimbangkan
kinerja perawat wanita di RSUD I perannya dalam pekerjaan dan rumah
Lagaligo Kabupaten Luwu Timur. tangga.
Hasil penelitian ini menunjukkan Hasil penelitian ini menemukan masih
perawat wanita yang memiliki anak > 3 banyak perawat wanita yang mengalami
orang berkinerja lebih baik jika konflik peran ganda sebesar 61.6%. Hasil
dibandingkan dengan perawat wanita yang analisis bivariat menyimpulkan ada
memiliki anak 1-3 orang. Penjelasan yang pengaruh antara konflik peran ganda
dapat diberikan yaitu bahwa perawat dengan kinerja diperoleh perawat wanita
dengan jumlah anak > 3 orang telah di ruang rawat inap RSUD I Lagaligo
memiliki pengalaman yang lebih baik Kabupaten Luwu Timur (p 0.009). Pola
dalam mendidik anak sehingga lebih pengaruh yang terbentuk adalah perawat
mampu melakukan pengaturan waktu wanita yang tidak mengalami konflik
antara kehidupan peran sebagai ibu dan peran ganda lebih banyak yang
perannya sebagai perawat. Meskipun mempunyai kinerja baik yaitu 75.8%
jumlah anak penting untuk diperhatikan dibandingkan yang mengalami konflik
karena peningkatan variabel tersebut yang peran ganda yaitu 47.2%. Sehingga dapat
melampaui titik optimal akan dikatakan bahwa perawat wanita yang
mempengaruhi kesejahteraan psikologi tidak mengalami konflik peran ganda akan
dan juga ekonomi karyawan sehingga pada lebih berkinerja baik dibandingkan
akhirnya mempengaruhi pula perilakunya perawat wanita yang mengalami konflik
dalam bekerja (Aryee et al., 2002). peran ganda. Hal ini terbukti dalam
2. Pengaruh Konflik Peran Ganda penelitian dimana nilai OR: 3.5 yang
dengan Kinerja Perawat Wanita berarti bahwa perawat wanita yang tidak
Kinerja Total mengalami konflik peran ganda lebih
Variabel Kurang Baik p OR berpeluang 3.5 kali berkinerja baik
n % N % N % (CI 95 dibandingkan dengan perawat wanita yang
%)
Konflik mengalami konflik peran ganda.
Peran
Ganda
Ya 28 52.8 25 47.2 53 100 0.00 3.5
Tidak 8 24.2 25 75.8 33 100 8* (1.338
-
9.156)
Total 36 41.9 50 58.1 86 100
Berdasarkan hasil analisis univariat
didapatkan gambaran bahwa diketahui
proporsi perawat wanita di RSUD I
Lagaligo Kabupaten Luwu Timur yang
mengalami konflik peran ganda lebih
banyak yaitu 53 perawat (61.6%)
dibandingkan yang tidak mengalami
konflik peran ganda yaitu 33 (38.4%).

128
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

3. Pengaruh Beban Kerja dengan 4. Pengaruh Burnout dengan Kinerja


Kinerja Perawat Wanita Perawat di Perawat wanita di RSUD I Lagaligo.
RSUD I Lagaligo. Kinerja Total
Variab Kurang Baik p OR (CI
Kinerja Total el n % N % N % 95 %)
Kurang Baik OR Burno
Varia p
(CI 95 ut
bel n % N % N %
%) Ya 24 66.7 12 33.3 36 100 0.000 6.4
Beba Tidak 12 24 38 76 50 100 * (2.451-
n 16.367)
kerja Total 36 41.9 50 58.1 86 100
Berat 21 55.3 17 44.7 38 100 2.72
0.0 (1.123
Opti Hasil analisis univariat menemukan bahwa
15 31.2 33 68.8 48 100 21* -
mal
6.578) proporsi perawat wanita dengan beban
Total 36 41.9 50 58.1 86 100 kerja optimal lebih banyak yaitu 48
(55.8%) dibandingkan dengan beban kerja
Hasil analisis univariat menemukan bahwa berat yaitu 38 atau (42.2%). Sehingga
proporsi perawat wanita dengan beban dapat dikatakan bahwa kepala ruangan di
kerja optimal lebih banyak yaitu 48 ruang rawat inap RSUD I Lagaligo
(55.8%) dibandingkan dengan beban kerja Kabupaten Luwu Timur telah
berat yaitu 38 atau (42.2%). Sehingga mengalokasikan sumber daya tenaga
dapat dikatakan bahwa kepala ruangan di perawat dengan mempertimbangkan beban
ruang rawat inap RSUD I Lagaligo kerjanya. Beban kerja ini tidak terlepas
Kabupaten Luwu Timur telah dari masing-masing individu perawat
mengalokasikan sumber daya tenaga karena setiap individu memiliki daerah
perawat dengan mempertimbangkan beban kerja dimana beban kerja yang tidak sesuai
kerjanya. Hal ini didasarkan dari hasil dapat menimbulkan stres kerja, bila terlalu
wawancara dengan kepala seksi perawatan berat akan menimbulkan kelelahan dan
bahwa setiap ruangan dilakukan bila beban kerja terlalu ringan dapat
pembagian beban kerja sesuai dengan menimbulkan kebosanan, tidak tertarik dan
kemampuan perorangan/kelompok, dan kelelahan kerja. Hasil analisis bivariat
mengatur mekanisme kerja antar masing- menyimpulkan ada pengaruh antara beban
masing anggota kelompok untuk hubungan kerja dengan kinerja perawat wanita di
dan koordinasi. Hasil analisis bivariat ruang rawat inap RSUD I Lagaligo
menyimpulkan ada pengaruh antara beban Kabupaten Luwu Timur (p : 0.025). Pola
kerja dengan kinerja perawat wanita di hubungan yang terbentuk adalah perawat
ruang rawat inap RSUD I Lagaligo wanita dengan beban kerja optimal lebih
Kabupaten Luwu Timur (p : 0.025). Pola banyak yang berkinerja baik yaitu 68.8%
hubungan yang terbentuk adalah perawat dibandingkan dengan beban kerja berat
wanita dengan beban kerja optimal lebih yaitu 44.7%. Sehingga dapat dikatakan
banyak yang berkinerja baik yaitu 68.8% semakin optimal beban kerja seorang
dibandingkan dengan beban kerja berat perawat akan semakin baik kinerjanya. Hal
yaitu 44.7%. Sehingga dapat dikatakan ini sesuai dengan nilai OR : 2.7 yang
semakin optimal beban kerja seorang berarti bahwa perawat wanita dengan
perawat akan semakin baik kinerjanya. Hal beban kerja optimal lebih berpeluang 2.7
ini sesuai dengan nilai OR : 2.7 yang kali berkinerja baik dibandingkan dengan
berarti bahwa perawat wanita dengan perawat wanita dengan beban kerja berat.
beban kerja optimal lebih berpeluang 2.7
kali berkinerja baik dibandingkan dengan
perawat wanita dengan beban kerja berat.

129
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

5. Variabel yang paling berpengaruh kapasitas yang dimiliki. Kesenjangan ini


dengan Kinerja Perawat wanita di menyebabkan timbulnya kegagalan dalam
RSUD I Lagaligo kinerja (performance failures). Hal inilah
Tabel. Permodelan Awal yang mendasari pentingnya pemahaman
Variabel B SE p OR 95 % CI dan pengukuran yang lebih dalam
Konflik 1.757 0.590 0.199 3.469 1.148-8.490 mengenai beban kerja. Untuk beban kerja
ganda
di RSUD I Lagaligi sendiri bagi para
Beban 1.353 0.623 0.030 3.259 1.076-7.877
kerja perawatnya dirasakan belum terlalu besar,
Burnout 2.092 0.604 0.001 3.123 1.038-8.404 namun diperlukan adanya evaluasi terus-
Pendidik -.159 0.583 0.785 0.853 0.727-2.672 menerus dalam upaya menerapkan sistem
an yang sesuai untuk para perawat dalam agar
Jumlah 1.489 0.683 0.029 1.226 1.059-8.861 beban kerja tidak terlalu berat dan
anak
membuat pekerjaan dapat berjalan dengan
Hasil analisis multivariate dengan baik dan maksimum terutama dalam
menggunakan analisis regresi logistik merawat para pasien. Perencanaan Sumber
akhirnya penelitian menyimpulkan Daya Manusia dengan baik merupakan hal
variabel yang paling berpengaruh dengan yang perlu diperhatikan agar beban kerja
kinerja perawat pada perawat wanita dari perawat tidak melebihi kapasitas dan
beban kerja dengan nilai OR : 3.204 tetap dapat memberikan kinerja terbaiknya
dengan taraf signifikan p : 0.007. Hal ini dalam melayani pasien. Hasil penelitian ini
berarti bahwa perawat wanita dengan menemukan adanya interaksi antara
beban kerja optimal lebih berpeluang 3.2 konflik peran ganda, beban kerja dan
kali berkinerja baik dibandingkan dengan burnout secara bersama-sama dengan
perawat wanita dengan beban kerja berat. kinerja pada perawat wanita dan variabel
Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari beban kerja diidentifikasi sebagai factor
mutu asuhan keperawatan yang diberikan yang paling dominan dengan kinerja.
kepada kepada pasien. Untuk Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lain dari pembangkit stres kerja. Untuk
beban kerja merupakan faktor yang harus jangka waktu tertentu bebannya sangat
diperhatikan untuk mendapatkan ringan dan saat-saat lain bebannya bisa
produktifitas kerja yang tinggi. berlebihan. Situasi tersebut dapat kita
Variabel B SE p OR 95 % jumpai pada tenaga kerja yang bekerja
CI pada rumah sakit khususnya perawat.
Beban 1.591 0.593 0.007 3.204 1.064-
kerja 8.651
Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat
Burnout 2.194 0.592 0.000 3.111 1.035- menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan
7.356 kerja dan kecenderungan meninggalkan
Jumlah 1.607 0.641 0.012 3.200 1.057- kerja (Munandar, 2006). Menurut
anak 8.704 Kusmiati (dalam Haryani, 2008), yang
Beban kerja sebagai suatu konsep yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah
timbul akibat adanya keterbatasan kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah
kapasitas dalam memproses informasi. rata-rata jam perawatan yang di butuhkan
Saat menghadapi suatu tugas, individu untuk memberikan pelayanan langsung
diharapkan dapat menyelesaikan tugas pada pasien serta dokumentasi asuhan
tersebut pada suatu tingkat tertentu. keperawatan. Semakin bertambah beban
Apabila keterbatasan yang dimiliki kerja yang ditanggung oleh perawat maka
individu tersebut menghambat atau akan semakin besar risiko perawat yang
menghalangi tercapainya hasil kerja pada bekerja di tempat tersebut untuk terkena
tingkat yang diharapkan, berarti telah stres kerja yang kemungkinan dapat
terjadi kesenjangan antara tingkat menimbulkan burnout.
kemampuan yang diharapkan dan tingkat

130
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Dari uraian diatas, dapat di ruang rawat inap RSUD I Lagaligo


disimpulkan bahwa ketika seorang perawat Kabupaten Luwu Timur, perawat
mempersepsikan beban kerjanya secara wanita yang tidak mengalami burnout
overload, maka perawat tersebut akan lebih berpeluang berkinerja baik
rentan terhadap stres, karena stres dibandingkan dengan perawat wanita
merupakan persepsi mengenai yang mengalami burnout.
ketidakseimbangan antara sumber-sumber 4. Beban kerja adalah variabel yang
individu dan tuntutan yang ditujukan pada paling berpengaruh secara signifikan
perawat yang bersangkutan. Kemudian dengan kinerja perawat wanita di ruang
perawat akan mengalami ketegangan rawat inap RSUD I Lagaligo
(strain) yaitu memberikan respon Kabupaten Luwu Timur
emosional sesaat terhadap
ketidakseimbangan. Setelah itu perawat
Daftar Pustaka
akan melakukan coping terhadap stresnya,
dan bila perawat mengalami kegagalan Ali, Zaidin (2010), Dasar-Dasar
dalam coping maka perawat tersebut akan Kepemimpinan Dalam Keperawatan.,
mengalami burnout. CV Trans Info Media, Jakarta
Aryasari, Alief Widyo. (2008). “Analisis
Simpulan Pengaruh Burnout Terhadap
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Kepuasan Kerja Untuk Meningkatkan
dilakukan dengan judul “Pengaruh Peran Kinerja Karyawan dan Service
Ganda, Beban Kerja Dan Kelehan Quality” 125 (Studi pada Bank
(Bruntout) Dengan Kinerja Perawat Mandiri Kota Semarang). Tesis
Wanita Di RSUD I Lagaligo Kabupaten Magister Manajemen Program Pasca
Luwu Timur” dimana peneliti menrik Sarjana Universitas Diponegoro,
simpulan dan saran berdasaran tujuan Semarang.http://undip.ac.id diakses 12
peneliti yang telah disebutkan di BAB Juni 2014
sebelumnya yaitu:
1. Ada pengaruh yang signifikan antara Burke, R.J. and Greenglass, E.R. 2001.
konflik peran ganda dengan kinerja “Hospital restructuring, Work-Family
perawat wanita di ruang rawat inap Conflict and Burnout among Nursing
RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu Staff”. Psychology and Health, Vol.
Timur (p 0.009), perawat wanita yang 16: 583-594.
tidak mengalami konflik peran ganda Cox, T., & Griffiths, A., (2000). Work
lebih berpeluang 3.5 kali berkinerja Related Stress in Nursing: Controlling
baik dibandingkan dengan perawat the Risk to Health, International
wanita yang mengalami konflik peran Labour Office Geneva.,
ganda. http//:Indomedia.com diakses, 10
2. Ada pengaruh yang signifikan antara Januari 2016
beban kerja dengan dengan kinerja
Davis dan Newstrom (2003), Organization
perawat wanita di ruang rawat inap
Behavior.,http://www.
RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu
getcollegecredit.com/images/
Timur, perawat wanita dengan beban
uploads/documents/Organizational_B
kerja optimal lebih berpeluang
ehavior.pdf, 8 Pebruari 2016
berkinerja baik dibandingkan dengan
perawat wanita dengan beban kerja Erlina (2010)., Hubungan Antara Persepsi
berat. Beban Kerja Dengan Burnout Pada
3. Ada pengaruh yang signifikan antara Perawat Di Rumah Sakit Daerah Dr.
burnout dengan kinerja perawat wanita Haryoto Lumajang. Malang: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

131
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Malang. http://arc.unm.ac.id Http://Www.Scribd.Com/Doc/229528


/files/(1247-H-2010)-pdf, diakses, 11 00, Pada Tanggal 13 Pebruari 2016
Januari 2016. Nursalam (2009).Konsep Dan Penerapan
Ferdinand, Augusty, (2006), “Metode Metodologi Penelitian Ilmu
Penelitian Manajemen”, Edisi 2, Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis,
Badan Penerbitan Universitas Dan Instrumen Penelitian. Salemba
Diponegoro Medika: Jakarta
Habibullah Jimad, (2010), Konflik Perrewe, P. L., Hochwarter, W. A., Rossi,
Pekerjaan-Keluarga, Stress Dan A. M.,Wallace, A., Maignan, I.,
Kinerja, Jurnal Bisnis Dan Castro, S. L., Ralston,D. A.,
Manajemen, Vol. 7 No.1, September Westman, M., Vollmer, G., Tang, M.,
2010 Wan, P., Van Deusen, C. A. 2002. Are
Work StressRelationships Universal?
Hennessy, (2005)
A Nine-RegionExamination of Role
Irham Fahmi, (2012)., Manajemen Stressors, General SelfEfficacy, and
Kepemimpinan, Teori & Aplikasi., Burnout. Journal of International 8,
Penerbit Alfabeta, Bandung pp. 163-187
Mangkunegara (2009)., Manajemen Pieter & Lubis, (2010), Pengantar
Sumber Daya Manusia Perusahaan, Psikologi untuk Kebidanan, Jakarta:
Edisi IV, Bandung Kencana Prenada Media Group.
Marquis, B.L, Dan C.J.Houston.(2012)., Potter & Perry. (2009). Fundamental Of
Kepemimpinan Dan Manajemen Nursing Care. Jakarta: EGC
Keperawatan, Teori & Aplikasi Edisi
Prihatini, L. D. (2008). Analisis Hubungan
4 Alih Bahasa Widyawati,Wilda Eka
Beban Kerja dengan Stres Kerja
Handayani, Fruriolina Ariani., Egc,
Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap
Jakarta,
RSUD Sidikalang. (Online), (http:
Munandar, A. (2006). Psikologi Industri //library.usu.ac.id, diakses 12 Juni
dan Organisasi. Jakarta: UI Press 2014
Ni Made Dwi Ariani Mayasari (2011) Renny Rantika dan Sunjoyo, (2011).,
Pengaruh Konflik Pekerjaan Keluarga Pengaruh Konflik Kerja-Keluarga
Terhadap Stress Kerja Perawat Terhadap Komitmen Organisasional
Wanita Rumah Sakit BaliMed Yang Dimediasi Oleh Kepuasan Kerja
Denpasar Dengan Dukungan Sosial Pada Profesi Perawat Di Rumah Sakit
Sebagai Variabel Moderasi, Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/detai Surakarta.,Jurnal Manajemen Teori
l-178- diakses, 2 Pebruari 2016 Dan Terapan.,Tahun 4, no. 2, Agustus
Notoatmodjo, (2010), Pendidikan dan 2011
perilaku kesehatan, Jakarta: Rineka Restiana (2004), Hubungan Kecerdasan
Cipta Emosional Perawat dengan Kinerja
Notoatmodjo, S., (2010), Metodologi Perawat menurut Persepsi Pasien di
Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Rindu B2 Rumah Sakit Umum Pusat
Cipta. Haji Adam Malik, Skripsi dibuka pada
tanggal 04 Juli 2014 dari
Nurahmah , (2009), Asuhan Keperawatan http://www.repository.usu.ac.id
Bermutu, Artikel PD Persi, Diakses
Dari Riatiningsih, L. (2007). Perbedaan
Burnout Pada Perawat

132
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Berkepribadian Introvert dan Undang Supriatna (2012)., Analisa


Ekstrovert di Rumah Sakit Umum dr. Pengaruh Konflik Peran Ganda Dan
Saiful Anwar Malang. Malang: Kelelahan Kerja Terhadap Kinerja
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Perawat RSUD Pandeglang.,
Negeri Malang. www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/
http://arc.unm.ac.id/files/(1454-H- libri2/detail. jsp?id=20313905.
2007)-pdf, diakses, 11 Januari 2016). diakses, 10 Januari 2016
Robbins, (2010), Perilaku Organisasi. Veithzal Rivai, Mulyadi. D
Jilid 2 ( Edisi Bahasa Indonesia). (2011),Kepemimpinan dan perilaku
Prenhallindo ; Jakarta Organisasi,PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta
RSUD I Lagaligo (2015), Laporan bidang
keperawatan RSUD I Lagaligo, 2015, Wahyudi (2010)., Hubungan Persepsi
Bidang Keperawatan tidak Perawat Tentang Persepsi Profesi
dipublikasikan Keperawatan Kepamampuan, Dan
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Ryan, P. (2009). “Integrated Theory Of
Perawat Pelaksana Di Rsud Dr Slamet
Health Behavior Change: Background
Garut. Tesis Program Pasca Sarjana
And Intervention Development.
Fik.Ui Digilib Digital 23543279
Clinical Nurse Specialist”. The
Accessed: 14/01/2016
Journal for advanced practice
Nursing. Vol. 23, No. 3:161-171 Yang Nini, et al. (2000). “Sources of
Work-Family Conflict: A Sino-U.S
Simamora, (2012), Buku Ajar Manajemen
Comparison of The Effects Of Work
Keperawatan, EGC, Jakarta
and Family Demands”. Academy of
Sugiyono.( 2008). Metode Penelitian Management Journal, Vol. 43, No. 1:
Bisnis. Cetakan Kesebelas. Bandung : 113-123
CV. Alfabeta.
Adali, E. & Priami, M. (2002). Burnout
Supratman, Utami (2009), Among Nurses in Intensive Care
Pendokumentasian Asuhan Units, Internal Medicine Wards and
Keperawatan Emergency Department in greek
Ditinjau Dari Beban Kerja Perawat di Hospitals. ICus and Nursing Web
Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta, Journal, (Online),
Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979- (http://www.nursing.gr/burnout. pdf
2697, Vol. 2 No. 1, Maret 2009: 7-12 diakses 12 Juni 2015)
Triaryati, N. (2003). Pengaruh adaptasi Andarika, R. 2004. Burnout pada Perawat
kebijakan mengenai work family issue Puteri RS. St. Elizabeth Semarang
terhadap absen dan turnover. Jurnal ditinjau Dari Dukungan Sosial,
Manajemen dan Kewirausahaan. 5 (1), Jurnal Psikologi. (Online), Vol. 1.
85-96 No. 1, Juli 2004
Ummu Hany Almasitoh. (2011)., Stres (http://www.psikologibinadarma.ac.i
Kerja Ditinjau Dari Konflik Peran d, diakses 5 Juni 2015).
Ganda Dan Dukungan Sosial Pada Arikunto, 2008, Prosedur Penelitian Suatu
Perawat., Penelitian Pengembangan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
dan Keislaman (LP3K). Vol 8 No.1 Cipta
2011 63-82Email:
mawar_4lhany@yahoo.co.id., diakses Aryasri, Alief Widyo. (2008). Analisis
2 Pebruari 2016 Pengaruh Burnout Terhadap
Kepuasan Kerja Untuk
Meningkatkan Kinerja Karyawan

133
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

dan Service Quality, 125 (Studi pada Kreitner dan Knicki (2006)., Job Burnout.
Bank Mandiri Kota Semarang). Annual Review of Psychology, Vol.
Tesis Magister Manajemen Program 52(1): 397-422.
Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro, Semarang. Marquis, B.L, dan.Houston. C.J, (2010).
Kepemimpinan dan Manajemen
Asmadi, (2008), Konsep dasar Keperawatan, Teori & Aplikasi
keperawatan, Jakarta: EGC Edisi 4, Alih Bahasa
Astarani, (2011), Hubungan Kecerdasan Widyawati,Wilda Eka Handayani,
Emosional Dengan Etos Kerja Fruriolina Ariani., EGC, Jakarta
Perawat Magang di Rumah Sakit Nurjayadi, R.D. (2004). Kejenuhan Kerja
Baptis Kediri, dari (Burnout) pada Karyawan. Jurnal
http://www.digilib.uns.ac.id. pada Ilmiah Psikologi Terapan (Psikologi
tanggal 21 Juni 2015 Phorenis). Jakarta: Fakultas
Blais (2007)., Praktik keperawatan Psikologi Universitas Tarumanegara.
profesional konsep perspektif, Edisi
4, Jakarta: EGC Nursalam M. Nurs (Honours)., (2014)
Manajemen Keperawatan: Aplikasi
Citra, Ade Ira. (2009). Pengaruh Dalam Praktik Keperawatan
Karakteristik Individu dan Profesional., Edisi 3,Salemba
Psikologis terhadap Kinerja Medika, Jakarta.
Perawat dalam Kelengkapan Rekam
Medis di Ruang Rawat Inap Rumah Nursalam, (2009) Konsep dan Penerapan
Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Metodologi Penelitian Ilmu
Diambil pada tanggal 12 Mei 2015 Keperawatan. Jakarta: Salemba
dari Medika.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/ Pangastiti (2011)., Analisis Pengaruh
123456789/6701/1/09E01915.pdf Dukungan Sosial Keluarga
Terhadap Burnout Pada Perawat
Dharma,S. (2012)., Manajemen Kinerja, Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa,
Falasafah Teori dan Penerapannya. eprints.undip.ac.id/29408
Pustaka Pelajar. Jogjakarta
Potter & Perry. (2009). Fundamental Of
Erlina (2010)., Hubungan Antara Persepsi Nursing Care. Jakarta: EGC
Beban Kerja Dengan Burnout Pada
Perawat Di Rumah Sakit Daerah Dr. PPNI (2009) , Standar Profesi Perawat
Haryoto Lumajang. Malang: Indonesia. Jakarta. Diupload melalui
Fakultas Ilmu Pendidikan www.ppni.go.id. Pada tanggal 13
Universitas Negeri Malang. Juni 2013
http://arc.unm.ac.id /files/(1247-H- Restiana (2011), Hubungan Kecerdasan
2010)-pdf, diakses, 11 Juni 2015). Emosional Perawat dengan Kinerja
Perawat menurut Persepsi Pasien di
Fahriadi (2008) Determinan Kinerja Rindu B2 Rumah Sakit Umum Pusat
Perawat Di Instalasi Rawat Inap Haji Adam Malik, Skripsi dibuka
RSUD Ratu Zalecha Martapura pada tanggal 04 Juli 2014 dari
Kabupaten Banjar Kalimantan http://www.repository.usu.ac.id
Selatan., dari http://lp.unand.ac.id
dibuka pada tanggal 04 juni 2015 Riani L.A. (2011). Budaya Organisasi
(Cetaka pertama). Yogyakarta :
Graha Ilmu.

134
Jurnal Mirai Management, Volume 1 Nomor 1, April-September 2016

Riatiningsih, L. (2007). Perbedaan


Burnout Pada Perawat
Berkepribadian Introvert dan
Ekstrovert di Rumah Sakit Umum dr.
Saiful Anwar Malang. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri
Malang.

Robbins, Stephen, P. (2010) Perilaku


Organisasi. Jilid 2 ( Edisi Bahasa
Indonesia). Prenhallindo ; Jakarta
Sharma, R. (2007). Indian Model of
Executive Burnout. Pentagon Press:
Journal of Organizational Behavior.
Vol. 32. No. 2. 23-38.

Sinamora, B. (2012), Buku Ajar


Manajemen Keperawatan, Egc,
Jakarta
Sitorus. R. (2006)., Model Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) di
Rumah Sakit . Penataan Struktur dan
Proses Pemberian Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat.
Panduan Implementasi. EGC. Jakarta
Veithzal Rivai, Mulyadi. D
(2011),Kepemimpinan dan perilaku
Organisasi,PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta

135

Anda mungkin juga menyukai