Anda di halaman 1dari 58

MODUL PRAKTIKUM

PANUM
GADAR, KMB, JIWA

Di Susun
Oleh:

OLEH:

Fardiansya, S.Kep.,M.Kes

Ns. Megawati, S.Kep.,M.Kes

Ns. Fitrah Ramadani, S.Kep.,M.Kes

Ns. Dewi Mulfiyanti, S.Kep., M.Kes

Ns. Andi Haryati, S.Kep

Ns. Andi Bintang, S.Kep

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN LAPATAU BONE

2020
SOP MENJAHIT LUKA/HECTING
No Dokumen No Revisi Halaman
... ... ...
STANDAR Tanggal Terbit Disetujui oleh
OPERSIONAL ... ...
PROSEDUR
Pengertian Menjahit luka/hecting  proses mendekatkan tepi tepi luka dan
menahannya dengan benang sampai tensile luka tersambung
kembali.
Tujuan 1. Untuk mengoptimalkan pelayanan perawatan luka supaya
tidak terjadi nya infeksi
2. Untuk memercepatkan proses penyembuhan
3.  Untuk membuat klien merasa lebih nyaman
4.    Mendekatkan tepi luka dan menahannya dengan benang
sampai jaringan yang putus tersebut terhubung kembali

Kebijakan Dilakukan oleh perawat yang terampil.


Petugas Perawat
Peralatan Alat Steril :
1. Nalvoeder, gunting jaringan (1)
2. Pinset anatomi (1)
3. Pinset chirrurge (1)
4. Cup solution/ kom kecil (1)
5. Arteri klem (2),
6. Duk klem (2)
7. Duk lobang (1)
8. Nal hecting cutting dan tapper (qs)
9. Benang catgut dan side
10. Kasa steril

Non steril :
1. Plester
2. Verband Role gs
3. Gunting plester (5)
4. Bengkok (1)
5. Lampu sorot

Obat :
1. Lidocain 2% / compositem (gs)
2. Sofratul (gs)
3. Betadine/povidon
4. ATS injeksi
5. Aquadest steril / Nacl 0,9 %
Instruksi Kerja A. Tahap Prainteraksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menyakan persetujuan/kesiapan pasien

C. Tahap kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan penderita dan Pelaksanaan Hecting
3. Pasien ditidurkan dengan nyaman, posisi
menyamakan lokasi luka
4. Melakukan anastesi dengan lidocain pada jaringan
yang luka sampai luka tidak sakit lagi saat dites
5. Membersihkan luka dengan Aquadest / NACL 0,9 %
sampai bersih betul, terakhir dengan betadine kalau
perlu lakukan necrotomi/ debridement
6. Lakukan penjahitan lapis demi lapis di mulai dari
lapisan yang dalam, jika ada perdarahan atasi
perdarahannya
7. Setelah penjahitan selesai tutup luka dengan
sofratulle, kemudian tutup dengan kassa steril
8. Berikan ATS pada luka kotor yang dalam > 1 cm
Dosis ATS:
Anak-anak < 14 tahun ½ ampul / 750 Unit IM
9. Berikan HE pada pasien untuk menjaga luka agar
tetap bersih dan kering, obat diminum sesuai aturan
/ cara/efeknya, waktu kontrol lagi
10. Alat-alat dibersihkan dan catat pada status pasien

D. Tahap Terminasi
1. Melakuka evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembr catatatan
keperawatan
5. Pasien kontrol setiap 3 hari sekali dan dirumah agar
luka dijaga jangan sampai kena air
6. Jahitan dibuka pada hari ke 5 untuk area kepala dan
wajah, untuk area lain hari ke 7 – 10
Macam-macam Jahitan Luka
Jenis jahitan dalam pembedahan banyak sekali. Dikenal beberapa jahitan
sederhana, yaitu jahitan terputus, jahitan kontinu, dan jahitan intradermal.

1. Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture)

Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri.
Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang
banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan
juga untuk jahitan situasi.
Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan
jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi
infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan
waktu lebih lama untuk mengerjakannya.

Gambar 2. Interrupted over and over suture.

2. Jahitan Matras
a. Jahitan Matras Horizontal

Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum


disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan
pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.

 
Gambar 3. Interrupted horizontal mattress suture

b. Jahitan Matras Vertikal

Jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka kemudian


dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh
jahitan ini.

Gambar 4. Interrupted vertical mattress suture

c. Jahitan Matras Modifikasi


Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka
seberangnya pada daerah subkutannya.
 

Gambar 5. Interrupted semi-mattress suture

3. Jahitan Kontinu

Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah
satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang
dipakai untuk menjahit kulit.
a. Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over)
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
 

Gambar 6. Continuous over and over sutures

b. Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture)


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan
sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan
variasi jahitan jelujur biasa.
Gambar 7. Ford suture pattern

4. Jahitan Intradermal

Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis
saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.

Gambar 8. Continuous intracutaneous


SOP BHD

(BANTUAN HIDUP DASAR)

PENGERTIAN

- Merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kondisi

jiwa seseorang pada saat mengalami kegawatdaruratan.

- BHD adalah serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan

dan siklus pada seseorang yang mengalami henti nafas dan henti jantung

TUJUAN

1.      Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernafasan

2.      Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari pasien

yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung

paru (RJP)

PERSIAPAN ALAT

1.    Troly emergency yang berisi :

a.       Ambubag e. Penlighth

b.      Gudel f. Tissue

c.       Spatel g. Kasa

d.      Neckkoler h. Handsoon

2.       Penghisap lender / suction lengkap dan siap pakai


1. Dalam Menolong Pasien, Si penolong Harus Memperhatikan 3A : Aman

pasien, Aman penolong & Aman lingkungan

2. nilai respon pasien dng cara menepuk bahu

3. minta pertolongan

4. mengatur posisi pasien dng posisi supin ditempat yg keras dan datar

5. langkah-langkah BHD

a. airway (jalan nafas)

ada 3 tehnik membebaskan jalan nafas : head til, chinlif, jaw trust

 apabila ada jejas dimuka dan dada, dicurigai fraktur cervikalis

jadi tehnik membebaskan jalan nafas yg bisa dilakukan : jaw

trust. penolong yg lain memasangkan neckoler

 perhatikan isi didalam mulut apakah masih ada sisa muntahan

atau penghambat jalan nafas dng cara croos finger (membuka

mulut dng ibu jari & jari telunjuk ) dan croos swib

( membersihkan mulut dngan telunjuk tangan yg dibaluti dng

kain )

 agar lidah tdk jatuh ke belakang gunakan gudel

b. Breating (pernafasan )

 look (melihat) : melihat pergerakan dada pasien

 listen (mendengarkan ) : apakah ada suara nafas tambahan, bisa

menggunakan stetoskop

suara nafas tambahan bisa berupa snoring (suara ngorok ),

gargling ( suara berkumur2)


 feel ( merasakan ) : merasaka hembusan nafas pasien dng cara

mendekatkan pipi penolong di dkt hidung pasien

 apabila terjadi henti nafas maka berikan bantuan nafas 2x. spasi

anatar bantuan nafas 1 & 2 : 2 dtk, wkt tsb digunakan u/ melihat

pergerakan dada pasien. pada saat memberi bantuan nafas,

hidung pasien ditutup kemudian dibuka pada saat melihat

pergerakan dada kemudian ditutup dan diberikan bantuan nafas

kembali

c. Cirkulasi

 cek nadi karotis tdk lebih dari 10 dtk dng cara jari telunjuk dan

jari tengah diletakkan pas ditenggorokan kemudian diarahkan

ke samping u/ merasakan ada tidaknya arteri karotis, apabila tdk

teraba maka lakukan rjp. letakkan tangan 2 jari di atas

prosesus sifoideus. dengan posisi tangan rip margin, lakukan rjp

dengan kedalaman 5 cm, sebanyak 30x resusitasi dan 2x

bantuan nafas dilakukan 5x setelah itu di cek kembali arteri

karotis dan pernafasan pasien apabila tidak ada perubahan

lakukan kembali resusitasi dan bantuan nafas 30 : 2

 Lihat adanya perdarahan eksterna/interna

 Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress,

Elevation (istirahatkan lokasi luka, kompres es, tekan/bebat,

tinggikan)
 Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary

refill time, nadi, sianosis, pulsus arteri distal

D. Disability
 Cek pupil mata, apabila cahaya di dekatkan ke mata maka pupil mengecil,

apabila di jaukan dari cahaya , pupil mata melebar

 NILAI GCS

 Eye (respon membuka mata) :

(4) : spontan

(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)

(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan

kuku jari) (1) : tidak ada respon

 Verbal (respon verbal) :

(5) : orientasi baik

(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )

disorientasi tempat dan waktu.

(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun

tidak dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

 Motorik (respon motorik) :

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi

rangsang nyeri)

(4) : withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi

stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &

kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).


(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,

dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).

(1) : tidak ada respon

E. EKSPOSURE

Environment Control

Buka baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah

hipotermi/kedinginan

STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESSI 1


Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGERTIAN kemampuan seumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu menyebutkan jati diri: nama
TUJUAN
lengkap, nama panggilan, asal, hoby.
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan
interaksi interpersonal
INDIKASI
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah
berespon sesuai stimulasi
PERSIAPAN a. Tape recorder
ALAT b. Kaset mari kemari
c. Bola tennis
d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR
N BUTURAN YANG NILAI
O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan
klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4
N Nilai = Jumlah Score
A

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
terapeutik
2. Menanyakan perasaan
klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan
kegiatan
4. Menjelaskan aturan main:
-    Klien harus mengerti
kegiatan dari awal sampai
akhir
-    Bila ingin keluar dari
kelompok harus meminta
izin dari terapis
-    Lama kegiatan 45 menit
-    Masing-masing
menyebutkan jati diri
Score = 8
NB Nilai: Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan
langkah berikutnya: tape
recorder akan dinyalakan
saat music terdengar bola
tennis dipindahkan dari
satu peserta ke peserta
lain. Saat music dihentikan
peserta yang sedang
memegang bola tennis
menyebutkan salam, nama,
nama panggilan, dan hoby
2. Terapis menyalakan tape
dan mengedarkan bola lalu
menghentikan. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis menyebutkan salam,
nama, nama panggilan,
dan hoby.
3. Tulis nama panggilan pada
kertas dan pakaikan
4. Ulang langka ke 3 sampai
semua mendapatkan
giliran
5. Terapis memberikan
pujian, setiap kali pasien
selesai menceritakan
perasaannya.
Score = 8
NC Nilai = Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan
pasien setelah mengikuti
TAK
2. Memberikan pujian atas
pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien
melatih berkenalan dengan
orang lain
4. Membuat kontrak kembali
untuk TAK berikutnya
Score = 8
N Nilai = Jumlah Score
D

  
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESSI II
Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGETIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu menyebutkan jati diri sendiri:
nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby.
TUJUAN Klien mampu menyebutkan jati diri kelompok
lain: nama lengkap, nama panggilan, asal,
hoby.
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan
interaksi interpersonal
INDIKASI
b. Klien kerusakan komunitas verbal yang telah
berespon sesuai stimulus.
a. Tipe recorder
b. Kaset mari kemari
PERSIAPAN
c. Bola tennis
ALAT
d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR
N BUTURAN YANG NILAI
O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan
klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4
N Nilai = Jumlah Score
A

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
terapeutik dan masing-
masing memasang name
tag.
2. Menanyakan perasaan
klien hari ini dan
menanyakan apakah sufah
mencoba memperkenalkan
diri
3. Menjelaskan tujuan
kegiatan
4. Menjelaskan aturan main:
-    Klien harus mengerti
kegiatan dari awal sampai
akhir
-    Bila ingin keluar dari
kelompok harus meminta
izin dari terapis
-    Lama kegiatan 45 menit
-    Masing-masing
memperkenalkan diri
dengan anggota lain
Score = 8
NB Nilai: Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan
langkah berikutnya: tape
recorder akan dinyalakan
saat music terdengar bola
tennis dipindahkan dari
satu peserta ke peserta
lain. Saat music dihentikan
peserta yang sedang
memegang bola tennis
menyebutkan salam, nama,
nama panggilan, dan hoby
2. Terapis menyalakan tape
dan mengedarkan bola lalu
menghentikan. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis menyebutkan salam,
nama, nama panggilan,
dan hoby anggota
kelompok yang ada
disebelah kanannya.
3. Ulang langka ke 2 sampai
semua mendapatkan
giliran
4. Terapis memberikan
pujian, setiap kali pasien
selesai
5. Terapis menyalakan tipe
recorder dan menghentikan
kembali. Saat music di
hentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis dimohon
memperkenalkan anggota
kelompok yang berada
disebelah kanannya kepada
semua kelompok
6. Terapis memberikan
pujian, setiap kali peserta
selesai
Score = 12
NC Nilai = Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan
pasien setelah mengikuti
TAK
2. Memberikan pujian atas
pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien
melatih berkenalan dengan
orang lain
4. Membuat kontrak kembali
untuk TAK berikutnya
Score = 8
N Nilai = Jumlah Score
D
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI III
Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu mengajukan pertanyaan tentang
kehidupan pribadi kepada satu orang
TUJUAN kelompok.
Menjawab pertanyaan tentang kehidupan
pribadi.
a. Klien menarik diri yang telah melakukan interaksi
interpersonal
INDIKASI
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah
berespon sesuai stimulasi
a. Tape recorder
b. Kaset mari kemari
PERSIAPAN
c. Bola tennis
ALAT
d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR
N BUTURAN YANG NILAI
O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak
dengan klien yang sesuai
indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4
N Nilai = Jumlah Score
A

N NILAI
BUTURAN YANG DINILAI
O 2 1 0
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
dan masing-masing memakai
name tag
2. Menanyakan perasaan klien
hari ini dan menanyakan
apakah sudah mencoba
berkenalan
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main:
-    Klien harus mengerti kegiatan
dari awal sampai akhir
-    Bila ingin keluar dari
kelompok harus meminta izin
dari terapis
-    Lama kegiatan 45 menit
-    Masing-masing menyebutkan
jati diri
Score = 8
NB Nilai: Jumlah Score

N NILAI
BUTURAN YANG DINILAI
O 2 1 0
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan langkah
berikutnya: tape recorder akan
dinyalakan saat music
terdengar bola tennis
dipindahkan dari satu peserta
ke peserta lain. Saat music
dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis
mendapat giliran untuk
bertanya tentang kehidupan
pribadi anggota kelompok
yang ada disebelah kanannya
dengan cara: memberikan
salam, memanggil nama
panggilannya, menanyakan
kehidupan pribadi misalnya
orang terdekat siapa?
2. Terapis menyalakan tape dan
mengedarkan bola lalu
menghentikan. Saat music
dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis
mendapat giliran untuk
bertannya tentang kehidupan
pribadi anggota kelompok
yang ada di sebelah kanannya
dengan cara: member sala,
memanggil nama
panggilannya, menanyakan
kehidupan pribadi
3. Ulangi langkah no. 2 sampai
semua peserta mendapat
giliran
4. Terapis memberikan pujian,
setiap kali pasien selesai
menceritakan perasaannya.
Score = 8
NC Nilai = Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan
pasien setelah mengikuti
TAK
2. Memberikan pujian atas
pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien
melatih berkenalan dengan
orang lain
4. Membuat kontrak kembali
untuk TAK berikutnya
Score = 8
N Nilai = Jumlah Score
D
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI IV
Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu menyampaikan dan
TUJUAN
membicarakan topic tertentu
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan
interaksi interpersonal
INDIKASI
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah
berespon sesuai stimulus
a. Tape recorder
b. Kaset mari kemari
PERSIAPAN c. Bola tennis
ALAT d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
f. White board
PROSEDUR
N BUTURAN YANG NILAI
O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak
dengan klien yang sesuai
indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4
N Nilai = Jumlah Score
A

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
terapeutik dan masing-
masing memakai name tag
2. Menanyakan perasaan
klien hari ini dan apakah
sudah latihan bercakap-
cakap dengan orang lain.
3. Menjelaskan tujuan
kegiatan
4. Menjelaskan aturan main:
-    Klien harus
mengertikegiatan dari awal
sampai akhir
-    Bila ingin keluar dari
kelompok harus meminta
izin dari terapis
-    Lama kegiatan 45 menit
-    Masing-masing
menyebutkan jati diri
Score = 8
NB Nilai: Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan
langkah berikutnya: tape
recorder akan dinyalakan
saat music terdengar bola
tennis dipindahkan dari
satu peserta ke peserta
lain. Saat music dihentikan
peserta yang sedang
memegang bola tennis
mendapat giliran untuk
menyampaikan suatu topic
yang ingin dibicarakan
misalnya cara mencari
teman, setelah semua
mendapat giliran. Tape
akan dihidupkan lagi dan
edarkan bolanya. Saat
music dihentikan peserta
yang sedang memegang
bola tennis mendapat
giliran untuk memilih
topic yang disukai dan
setelah masalah
ditentukan.
2. Terapis menyalakan tape
dan mengedarkan bola lalu
menghentikan. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis menyampaikan
suatu topic yang ingin
dibicarakan.
3. Tulis topic pada white
board. Topic yang
disampaikan secara
berurutan
4. Ulang langka no 2 dan 3
sampai semua
mendapatkan giliran
5. Hidupkan lagi tape dan
edarkan bola. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis mendapatkan giliran
untuk memilih topic yang
disukai
6. Ulangi no. 5 sampai semua
mendapat giliran
7. Terapis membantu
menentukan topic yang
paling banyak
8. Hidupkan lagi tape dan
edarkan bola. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis mendapatkan giliran
untuk member pendapat
tentang topic yang telah
ditentukan
9. Ulangi no.8 sampai semua
mendapat giliran
10. Terapis memberikan
pujian, setiap kali pasien
selesai menceritakan
perasaannya
Score = 16
NC Nilai = Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan
pasien setelah mengikuti
TAK
2. Memberikan pujian atas
pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien
bercakap-cakap tentang
topic tertentu
4. Membuat kontrak kembali
untuk TAK berikutnya
Score = 8
N Nilai = Jumlah Score
D
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI V
Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu menyampaikan dan
TUJUAN membicarakan masalah pribadi dengan orang
lain
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan
interaksi interpersonal
INDIKASI
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah
berespon sesuai stimulus
a. Tape recorder
b. Kaset mari kemari
PERSIAPAN c. Bola tennis
ALAT d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
f. White board
PROSEDUR
N BUTURAN YANG NILAI
O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak
dengan klien yang sesuai
indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4
N Nilai = Jumlah Score
A

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
terapeutik
2. Menanyakan perasaan
klien hari ini.
3. Menjelaskan tujuan
kegiatan
4. Menjelaskan aturan main:
-    Klien harus
mengertikegiatan dari awal
sampai akhir
-    Bila ingin keluar dari
kelompok harus meminta
izin dari terapis
-    Lama kegiatan 45 menit
-    Masing-masing
menyebutkan jati diri
Score = 8
NB Nilai: Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan
langkah berikutnya: tape
recorder akan dinyalakan
saat music terdengar bola
tennis dipindahkan dari
satu peserta ke peserta
lain. Saat music dihentikan
peserta yang sedang
memegang bola tennis
mendapat giliran untuk
menyampaikan suatu topic
yang ingin dibicarakan
misalnya cara mencari
teman, setelah semua
mendapat giliran. Tape
akan dihidupkan lagi dan
edarkan bolanya. Saat
music dihentikan peserta
yang sedang memegang
bola tennis mendapat
giliran untuk memilih
masalah yang dibicarakan
dan setelah masalah
ditentukan memberikan
pendapat.
2. Terapis menyalakan tape
dan mengedarkan bola lalu
menghentikan. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis menyampaikan
suatu topic yang ingin
dibicarakan.
3. Tulis topic pada white
board. Topic yang
disampaikan secara
berurutan
4. Ulang langka no 2 dan 3
sampai semua
mendapatkan giliran
5. Hidupkan lagi tape dan
edarkan bola. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis mendapatkan giliran
untuk memilih topic yang
dibicarakan
6. Ulangi no. 5 sampai semua
mendapat giliran
7. Terapis membantu
menentukan topic yang
paling banyak
8. Hidupkan lagi tape dan
edarkan bola. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis mendapatkan giliran
untuk member pendapat
tentang topic yang telah
ditentukan
9. Ulangi no.8 sampai semua
mendapat giliran
10. Terapis memberikan
pujian, setiap kali pasien
selesai menceritakan
perasaannya
Score = 16
NC Nilai = Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan
pasien setelah mengikuti
TAK
2. Memberikan pujian atas
pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien
bercakap-cakap tentang
masalah pribadi
4. Membuat kontrak kembali
untuk TAK berikutnya
Score = 8
N Nilai = Jumlah Score
D

  
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI VI
Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu bekerjasama dalam permainan
sosialisaasi kelompok
TUJUAN
a.       Bertanya dan meminta sesuai dengan
kebutuhan pada orang lain
b.      Menjawab dan memberi pada orang lain
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan
INDIKASI interaksi interpersonal
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah
berespon sesuai stimulus
a. Tape recorder
b. Kaset mari kemari
PERSIAPAN
c. Bola tennis
ALAT
d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
f. f.     Kartu kwartet
PROSEDUR
N BUTURAN YANG NILAI
O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak
dengan klien yang sesuai
indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4
N Nilai = Jumlah Score
A

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
terapeutik, masing-masing
memakai name tag
2. Menanyakan perasaan
klien hari ini dan apakah
telah bercakap-cakap
tentang masalah pribadi.
3. Menjelaskan tujuan
kegiatan
4. Menjelaskan aturan main:
-    Klien harus
mengertikegiatan dari awal
sampai akhir
-    Bila ingin keluar dari
kelompok harus meminta
izin dari terapis
-    Lama kegiatan 45 menit
-    Masing-masing
menyebutkan jati diri
Score = 8
NB Nilai: Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
C. KERJA
1. Terapis membagi 4 buah
kartu kwartet pada setiap
anggota sisanya diletakkan
diatas meja
2. Terapis meminta tiap
anggota menyusun kartu
sesuai serinya
3. Terapis menyalakan tape
dan mengedarkan bola lalu
menghentikan. Saat music
dihentikan peserta yang
sedang memegang bola
tennis memulai permainan
dengan cara:
a.    Meminta kartu yang
dibutuhkan kepada
anggota kelompok
disebelah kanannya.
b.    Jika kartu yang
dipegangnya telah lengkap
maka diumumkan pada
kelompok dengan
membaca judul dan
subjudul
c.    Jika kartu yang dipegang
tidak lengkap maka
diperkenankan mengambil
kartu yang berada diatas
meja.
d.   Jika anggota kelompok
memberikan kartu yang
dipegang pada yang
meminta ia berhak
mengambil satu kartu yang
berada diatas meja.
e.    Setiap menerima kartu
diminta mengucapakan
terima kasih.
4. Ulang langka no 2 dan 3
jika 3 b, 3 c terjadi
5. Terapis memberikan
pujian untuk tiap kali
keberhasilan klien
Score = 12
NC Nilai = Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan
pasien setelah mengikuti
TAK
2. Memberikan pujian atas
pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien
berlatih bekerjasama
4. Membuat kontrak kembali
untuk TAK berikutnya
Score = 8
N Nilai = Jumlah Score
D
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI VII
Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu menyampaikan pendapat
TUJUAN tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah
dilakukan.
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan
interaksi interpersonal
INDIKASI
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah
berespon sesuai stimulus
a. Tape recorder
PERSIAPAN b. Kaset mari kemari
ALAT c. Bola tennis
d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak
dengan klien yang sesuai
indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4

N Nilai = Jumlah Score


A

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam
terapeutik dan memakai
name tag
2. Menanyakan perasaan
klien hari ini apakah telah
latihan bekerjasama.
3. Menjelaskan tujuan
kegiatan
4. Menjelaskan aturan main:
-    Klien harus
mengertikegiatan dari awal
sampai akhir
-    Bila ingin keluar dari
kelompok harus meminta
izin dari terapis
-    Lama kegiatan 45 menit
-    Masing-masing
menyebutkan jati diri
Score = 8
NB Nilai: Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan
langkah berikutnya: tape
recorder akan dinyalakan
saat music terdengar bola
tennis dipindahkan dari
satu peserta ke peserta
lain. Saat music dihentikan
peserta yang sedang
memegang bola tennis
menyebutkan manfaat 6
kali TAKS.
2. Terapis menyalakan tape
dan menghentikan. Saat
music dihentikan peserta
yang sedang memegang
bola tenis menyebutkan
manfaat 6 kali pertemuan
TAKS
3. Ulang langka no 2 sampai
semua mendapatkan
giliran
4. Terapis memberikan
pujian, setiap kali pasien
berhasil
Score = 12
NC Nilai = Jumlah Score

N BUTURAN YANG NILAI


O DINILAI 2 1 0
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan
pasien setelah mengikuti
TAK
2. Memberikan pujian atas
pencapaian kelompok
3. Menyimpulkan 6
kemampuan pada 6 kali
pertemuan yang lalu
4. Menganjurkan agar pasien
melatih diri untuk 6
kemampuan yang telah
dimiliki
5. Penkes keluarga agar
memberi dukungan pada
klien
6. Membuat kontrak kembali
untuk evaluasi kemampuan
secara periodic
Score = 8
N Nilai = Jumlah Score
D
RESTRAIN

A. Pengertian
Restrain adalah terapi dengan alat – alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien, dilakukan pada kondisi khusus, merupakan intervensi
yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau di kontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan (Widyodinigrat. R,
2009).

B. Tujuan
1. Membatasi aktifitas fisik.
2. Mengamankan tindakan khusus.
3. Mencegah bahaya pada pasien dan orang lain.
4. Mencegah kerusakan lingkungan fisik
5. Membantu mengatasi perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan
pengobatan.
6. Mempertahankan terapi sebagai terapi perilaku yang berkelanjutan.
7. Mengurangi jumlah stimulasi yang diterima pasien.
8. Memenuhi permintaan pasien atau keluarga untuk pengendalian perilaku
eksternal (pastikan bahwa tindakan ini telah dikaji dan berindikasi
terapeutik).
9. Ancaman terhadap integritas fisik berhubungan dengan penolakan pasien
untuk beristirahat, makan dan minum.
C. Kebijakan
1. Pelaksanaan restrain diberikan oleh tenaga yang kompeten (dokter, perawat,
bidan dan fisioterapis ).
2. Pelaksanaan restrain diberikan pada pasien untuk membatasi pasien dari
kebebasan bergerak, aktifitas fisik atau akses normal pada badannya sendiri,
maka perlu adanya metode tindakan sebagai pelindung
D. Prosedur
1. Persiapan alat :
1) Format Persetujuan Restrain
2) Lembar Informasi tentang rentrain
3) Alat Restrain Sesuai jenisnya :
a. Restrain Mumi atau Bedong
b. Restrain Jaket
c. Restrain Elbow
d. Restrain Extremitas
2. Persiapan pasien / keluarga :
Pasien dan keluarga diberitahu tentang maksud dan tujuan serta prosedur
tindakan yang akan dilakukan.

3. Pelaksanaan :
1) Ucapkan salam
2) Lakukan cucitangan
3) Pastikan identitas pasien.
4) Ciptakan suasana yang nyaman dan dan aman
5) Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda
6) Lakukan asesmen tentang Restrain
7) Jelaskan tentang Restrain yang akan dilakukan ( Alasan dipasang Restrain,
berapa lama dan akan berakhir,antisipasi ketidaknyamanan.
8) Jelaskan tentang
a. Restrain Mumi atau Bedong :
Teknik ini dilakukan untuk bayi agar tidak bergerak dan jatuh atau untuk
mengontrol pergerakan selama pemeriksaan
 Tatalaksana
1) Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah
satu ujungnya dilipat ketengah.
2) Bayi diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada
dilipatkan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan.
3) Lengan kanan bayi kearah bawah rapat dengan tubuh, sisi kanan
selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan anak dan dada
diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.
4) Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan
sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dikunci di
bawah tubuh anak bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan
ditarik ke arah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan
pin pengaman, mummy untuk mencegah gerakan bayi atau anak
saat dilakukan tindakan tertentu.

b. Restrain Jaket

 Bentuk restrain yang diaplikasikan pada badan pasien, diletakkan


diluar pakaian atau piyama pasien
 Tatalaksana
1) Petugas mengekspresikan perasaan, kecemasan dan ketakutan
pasien terlebih dahulu.
2) Petugas mengedukasi pasien yang keluarga
3) Pilihlah alat pengikat yang tepat
4) Posisikan pasien dalam kondisi duduk jika tidak ada kontra
indikasi.
5) Pasangkan jaket restrain ke tubuh pasien. Jaket ini seperti baju tak
berlengan dengan dua buah tempat tali di samping kanan dan
kirinya untuk dilewati tali pengikat tersebut.
6) Pasangkan restrain pada pasien dengan cepat dan tepat.
7) Setelah restrain terpasang, masukkan tali pengikatnya kelubang di
samping kanan dan kiri.
8) Kedua tali tersebut diatas lalu dililitkan atau mengelilingi kasur
bawah
9) Petugas harus memastikan tidak ada bagian jaket yang berkerut di
punggung pasien.
10) Pastiakan antara restrain dan pasien masih terdapat ruang
(segenggaman tangan) agar pernafasan pasien tidak terbatasi.
11) Hindari mengikat restrain pada side rail tanpa tidur.
12) Amankan restrain dari jangkauan pasien.
13) Petugas harus melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
14) Selalu lakukan monitoring pada tubuh yang diikat
15) Berikan obat anti cemas bila perlu.
16) Petugas selalu perhatikan respon tindakan pengikatan tersebut
pada pasien.
17) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
c. Restrain Elbow

 Restrain ini digunakan pada umumnya untuk anak-anak atau bayi


guna mencegah anak menekuk tangan dan mencapai insisi atau alat
terapeutik lain yang menempel pada anak.
 Tatalaksana
1) Petugas mengeksplorasi perasaan, kecemasan dan ketakutan
pasien terlebih dahulu.
2) Petugas mengedukasi pasien dan keluarga.
3) Pilihlah alat pengikat yang tepat.
4) Pegang lengan klien.
5) Pasangkan ikatan ke klien.
6) Masukkan satu jari sebelum diikat agar tidak terlalu kencang.
7) Hindari mengikat restrain pada side rail tempat tidur.
8) Amankan restrain dari jangkauan pasien.
9) Melakukan pemeriksaan tanda vital (khususnya pada capillari
refill dan pulsasi proximal di lengan untuk mengetahui sirkulasi
pasien)
10) Selalu lakukan monitoring pada tubuh yang diikat
11) Berikan obat anti cemas jika perlu.
12) Petugas selalu perhatikan respon tindakan pengikatan tersebut
pada pasien.
13) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan. (tindakan
pengikatan dengan teknik Elbow Restraint terlampir)
d. Restrain Extremitas

 Restrain yang digunakan untuk membatasi gerak ekstremitas.


Teknik restrain ekstremitas akan menghentikan gerak keempat
ekstremitas sehingga tidak dapat melukai orang lain atau dirinya
sendiri.
 Tatalaksana
1) Petugas mengeksplorasi perasaan, kecemasan dan ketakutan
pasien terlebih dahulu.
2) Petugas mengedukasi pasien dan keluarga.
3) Pilihlah alat pengikat yang tepat.
4) Amankan pasien dan posisikan pasien ke kasur dalam keadaan
tengkurap dengan satu tangan dibelakang sedangkan perawat
lainnya memegangi kakinya.
5) Ikat atau berikan restrain dari tangan yang dominan (paling
kuat), tangan berikutnya, kaki dominan, kemudian kaki
berikutnya.
6) Ikat dengan cara membuat simpul clove restrain kemudian
ikatkan pada lubang dibawah tempat tidur.
7) Pada saat mengikat gunakan satu jari untuk menahan agar
ikatan tidak terlalu kuat.
8) Posisi pengikatan adalah satu tangan berada diatas dan satu
tangan disamping.
9) Hindari mengikat restrain pada side rail tempat tidur
10) Amankan restrain dari jangkauan pasien.
11) Sediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan.
12) Melakukan pemeriksaan tanda vital (khususnya pada capillari
refill dan pulsasi proximal di lengan untuk mengetahui
sirkulasi pasien).
13) Selalu lakukan monitoring pada tubuh yang diikat
14) Berikan obat anti cemas jika perlu.
15) Petugas selalu perhatikan respon tindakan pengikatan tersebut
pada pasien.
16) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

- Observasi respon pasien dan keluarga selama pembelajaran diberikan


- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalam proses diskusi
- Catat pada format yang sudah baku
- Simpan dalam dokumen rekam medik pasien
E. Unit terkait
1. IRJ
2. IRNA
3. IGD
4. ICU
5. Kamar Operasi
6. Instalasi Penunjang Medik
7. Instalasi Rehabilitasi Medik
Electroconvulsive Therapy
(ECT)

A. Definisi
Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan salah satu jenis terapi fisik yang
merupakan pilihan untuk indikasi terapi pada beberapa kasus gangguan
psikiatri. Indikasi utama adalah depresi berat

ECT (Electroconvulsive Therapy) merupakan perawatan untuk gangguan


psikiatri dengan menggunakan aliran listrik singkat melewati otak pasien
yang berada dalam pengaruh anestesi dengan menggunakan alat khusus.
Terapi Elektroconvulsive (ECT) adalah terapi yang aman dan efektif untuk
pasien dengan gangguan depresi berat, episode manik, dan gangguan mental
serius lainnya.1

B. Indikasi
1. Gangguan Depresi Mayor
Indikasi yang paling sering untuk penggunaan ECT adalah gangguan
depresif berat atau ganggaun depresi mayor.

ECT harus dipertimbangkan sebagai terapi pada pasien yang gagal dalam
uji coba medikasi, mengalami gejala yang parah atau psikotik, mencoba
bunuh diri atau membunuh dengan mendadak, atau memiliki gejala agitasi
atau stupor yang jelas. ECT efektif untuk gangguan depresi berat dengan
gangguan bipolar.

2. Mania (gangguan bipolar manik)


Pengobatan pilihan bagi mania adalah obat menstabilkan mood ditambah obat
antipsikotik. ECT dapat dipertimbangkan untuk mania parah terkait dengan:

• kelelahan fisik yang mengancam jiwa

• resistensi pengobatan (yaitu mania yang tidak menanggapi pengobatan


pilihan).

3. Skizofrenia
Pemberian ECT pada pasien skizofrenia diberikan bila terdapat:

 Gejala-gejala positif dengan onset yang akut.


 Katatonia
 Riwayat ECT dengan hasil yang baik.

C. Kontraindikasi
ECT tidak memiliki kontraindikasi absolut, hanya situasi di mana seorang
pasien pada peningkatan risiko dan memiliki peningkatan kebutuhan
pemantauan ketat. Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk ECT,
dan pemantauan janin umumnya dianggap tidak perlu kecuali kehamilan
risiko tinggi atau rumit.
D. Prosedur Kerja
Informed Consent
Proses informed consent harus didokumentasikan dalam catatan medis pasien
dan harus mencakup diskusi tentang gangguan dan pilihan untuk tidak menerima
pengobatan.
Persiapan Pasien
Sebelum ECT dilakukan pasien perlu dipersiapkan dengan cermat meliputi :
- Pemeriksaan fisik dan kondisi pasien (jantung, paru-paru, tulang dan otak)
- Pasien harus puasa minimal 6 jam sebelum ECT dilakukan
- Persiapkan pasien agar tidak takut dengan pengalihan perhatian, atau
dengan pemberian premedikasi
- Perhiasan, jepit rambut atau gigi palsu perlu dilepas terlebih dahulu
- Bantuan perawat untuk mencegah terjadinya luksasi/fraktur saat terjadi
kejang.
Persiapan Alat :
- Mesin ECT lengkap
- Kasa basah untuk pelapis elektrode
- Tabung dan masker oksigen
- Penghisap lendir
- Obat-obat : coramine, adrenalin
- Karet pengganjal gigi agar lidah tidak tergigit
- Tempat tidur datar dengan alas papan
Pelaksanaan :
- Pasien tidur terlentang tanpa bantal dengan pakaian longgar
- Bantalan gigi dipasang
- Perawat memegang rahang bawah/kepala, bahu, pinggul dan lutut
- Dokter memeberikan aliran listrik melalui 2 elektrode yang ditempelkan
dipelipis. Akan terjadi kejang tonik terlebih dahulu diikuti kejang klonik
dan kemudian akan terjadi fase apneu beberapa saat sebelum akhirnya
bernafas kembali seperti biasa. Fase apneu ini sangat penting diperhatikan
tidak boleh terlalu lama.

Gambar 1. ECT
Pengawasan pasca ECT :
- Penting dilakukan pengawasan karena pasien biasanya masih belum sadar
penuh.
- Kondisi vital kembali seperti semula, biasanya pasien tertidur. Kadang-
kadang dapat juga pasien menjadi gelisah dan bergerak tidak menentu
seperti delirium. Pada fase ini sangat perlu diawasi sampai kesadaran pulih
kembali.
- Setelah sadar, pasien biasanya bingung dan mengalami disorientasi bahkan
amnesia. Perlu distimulasi dengan cara mengajak berkomunikasi,
membantu memulihkan orientasi dan ingatan secara bertahap. Berikan
suasana tenang dan nyaman.
E. Penempatan Elektrode
ECT Bilateral
Posisi untuk elektroda pada ECT bilateral diilustrasikan pada Gambar 2.7-1
(A). Pusat elektroda harus 4 cm di atas, dan tegak lurus, titik tengah dari garis antara
sudut lateral mata dan meatus auditori eksternal. Satu elektroda diletakkan untuk
setiap sisi kepala, dan posisi ini disebut sebagai ECT temporal. (Beberapa penulis
menyebut ECT frontotemporal.) Ini merupakan posisi yang direkomendasikan untuk
elektroda ECT bilateral karena ini telah menjadi posisi standar dan tidak dapat
diasumsikan bahwa temuan penelitian terbaru dapat diekstrapolasi untuk posisi
lainnya di ECT bilateral . Ada eksperimen lain untuk posisi elektroda di ECT bilateral
yaitu ECT frontal, di mana jarak elektroda hanya sekitar 5 cm (2 inci) dan masing-
masing sekitar 5 cm di atas jembatan hidung. Sebuah modifikasi lebih baru di mana
elektroda diterapkan lebih lanjut selain telah diteliti karena para peneliti menyarankan
bahwa berkhasiat sebagai ECT bilateral tradisional, tetapi dengan risiko yang lebih
rendah dari efek samping kognitif. Inggris ECT Review Group (2003) tidak
menemukan perbedaan yang signifikan antara ECT tradisional dan ECT bilateral baik
dalam kemanjuran klinis atau efek samping kognitif.

Gambar 2. Posisi elektroda temporal (A) atau posisi temporopariental / Elia’s


positioning (B)
ECT Unilateral
Posisi Elia, di mana salah satu elektroda dalam posisi yang sama seperti dalam
ECT bilateral tradisional dan lainnya diaplikasikan di atas permukaan parietal dari
kulit kepala. Posisi yang tepat pada busur parietal tidak penting, tujuan adalah untuk
memaksimalkan jarak antara elektroda untuk mengurangi arus listrik dan untuk
memilih situs di mana busur elektroda dapat diterapkan dengan tegas dan datar
terhadap kulit kepala. ECT unilateral biasanya diaplikasikan di atas belahan non-
dominan, yang merupakan sisi kanan kepala di kebanyakan orang . Ini adalah posisi
yang dianjurkan dalam ECT unilateral karena ini telah menjadi standar, dan tidak
dapat diasumsikan bahwa temuan penelitian terbaru dapat diekstrapolasi untuk posisi
lainnya.
F. Stimulus Listrik dan Kejang
Stimulus listrik harus cukup kuat untuk mencapai ambang kejang (tingkat
intensitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan kejang). Stimulus listrik
diberikan dalam siklus, dan setiap siklus berisi gelombang positif dan gelombang
negatif. Ambang kejang dan lamanya sangat bervariasi diantara pasien dan
kemungkinan sukar untuk ditentukan. Tujuannya ialah untuk mencapai kejang
anatar 25-60 detik dengan menggunakan jumlah energi listrik terkecil. Sejumlah
peralatan ECT memungkinkan penentuan energi stimulus sebenarnya, dan nilai
ini harus dipertahankan serendah mungkin. Kejang yang lebih besar dari 60 detik
sering menunjukkan bahwa stimulus adalah ambang supra dan harus dikurangi
pada saat pengobatan berikutnya.

Jika tidak terjadi kejang, stimulasi harus segera diikuti dengan stimulasi
berulang pada intensitas stimulus yang lebih tinggi. Pada kejang yang
berlangsung kurang dari 25 detik, stimulus harus diulang sekali lagi. Jika hal
ini menghasilkan suatu kejang yang pendek, maka intensitas stimulus harus
ditingkatkan, dan harus diberikan stimulus ketiga. Jika stimulasi gagal untuk
menimbulkan kejang yang adekuat, maka saat pengobatan harus diakhiri.

Karena keadaan refrakter terhadap kejang berikut yang terjadi setelah kejang,
maka harus dibiarkan berlalu interval 60 hingga 90 detik sebelum mengulangi
stimulasi, selama waktu ini pasien harus diventilasi dengan oksigen.

G. Efek Samping ECT1


Kematian
Angka kematian dengan ECT adalah sekitar 0,002% per pengobatan dan 0,01
% untuk setiap pasien. Angka-angka ini menguntungkan dibandingkan dengan risiko
yang terkait dengan anestesi umum dan persalinan. Kematian akibat ECT biasanya
karena komplikasi kardiovaskular.
Efek terhadap Sistem Saraf Pusat
Efek samping umum yang terkait dengan ECT adalah sakit kepala,
kebingungan, dan delirium setelah kejang . Kebingungan ditandai dapat terjadi hingga
10 persen dari pasien dalam waktu 30 menit dari kejang dan dapat diobati dengan
barbiturat dan benzodiazepin. Delirium biasanya paling menonjol setelah beberapa
perawatan pertama pada pasien yang menerima ECT bilateral atau yang mengidap
gangguan neurologis. Delirium yang khas terjadi dalam beberapa hari atau paling
beberapa minggu.
Memory Efek samping lain dari Electroconvulsive Terapi
Fraktur sering disertai perawatan di hari-hari awal ECT. Dengan penggunaan
rutin relaksan otot, patah tulang dari tulang panjang atau vertebra seharusnya tidak
terjadi. Beberapa pasien, bisa terjadi pecah gigi atau mengalami sakit punggung
karena kontraksi selama prosedur. Nyeri otot dapat terjadi pada beberapa individu,
tetapi sering terjadi karena efek depolarisasi otot dengan suksinilkolin . Nyeri ini
dapat diobati dengan analgesik ringan, termasuk obat anti inflamasi nonsteroid
(NSAID). Sebuah minoritas yang signifikan dari pasien.
SOP HEMODIALISA

1. Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa
metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan
dialisat melewati membran semi permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi
2. Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati
dengan terapi konservatif
3. Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat
mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal
4. Prosedur
a. Persiapan Sebelum Hemodialisa
1) Persiapan pasien
a) Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD
(instruksi dokter)
b) Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak
bisa dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh
dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter
penanggung jawab HD.
c) Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat
traveling dari RS asal.
d) Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e) Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
f) Keadaan umum pasien
g) Keadaan psikososial
h) Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
i) Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV,
HIV, CT, BT
j) Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
2) Persiapan mesin
a) Listrik
b) Air yang sudah diubah dengan cara:
(1) Filtrasi
(2) Softening
(3) Deionisasi
(4) Reverse osmosis
c) Sistem sirkulasi dialisat Sistem proporsioning
Acetate / bicarbonate
d) Sirkulasi darah Dializer / hollow fiber Priming
3) Persiapan alat
a) Dialyzer
b) Transfusi set
c) Normal saline 0.9%
d) AV blood line
e) AV fistula
f) Spuit
g) Heparin
h) Lidocain
i) Kassa steril
j) Duk
k) Sarung tangan
l) Mangkok kecil
m) Desinfektan (alkohol/betadin)
n) Klem
o) Matkan
p) Timbangan
q) Tensimeter
r) Termometer
s) Plastik
t) Perlak kecil
4) Langkah-langkah
a) Setting dan priming
1) Mesin dihidupkan
2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line
dari bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl
(perhatikan sterilitasnya)
3) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan
selang arteri, selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan
selang darah venous
4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump
dengan menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis
berputar sesuai arah jarum jam)
5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah
arteri, tampung cairan ke dalam gelas ukur
6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah
(inlet) di bawah
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk
menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya
kecepatan aliran darah 100 rpm)
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline,
habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah
Qb dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan
“preparation”, artinya: consentrate dan RO telah tercampur dengan
melihat petunjuk conductivity telah mencapai (normal: 13.8 – 14.2).
Pada keadaan “preparation”, selang concentrate boleh disambung ke
dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri
vena
a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis
melakukan ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang
sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit
e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG
reached” artinya UFG sudah tercapai Pemberian heparin pada
selang arteri Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit
pada selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin
mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan
100 rpm.
c. Dialyzer siap pakai ke pasien Sambil menunggu pasien, matikan flow
dialisat agar concentrate tidak boros.
Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi
untuk membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350
rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal saline sebanyak
2000 cc

B. PUNKSI AKSES VASKULER

1. Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt


2. Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
3. Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan ke
dalam bak steril)
4. Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen
5. Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
6. Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan
betadine dan alcohol
7. Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan anestesi
lokal, kemudian desinfeksi
8. Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi

C. MEMULAI HEMODIALISA

Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan
berat badan pre hemodialisa

1. Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV blood


line diklem
2. Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin
otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left
3. Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar +
jumlah makan saat hemodialisa
4. Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
5. Tekan tombol time left = waktu yang akan deprogram
6. Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena
teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon. Na = 140
mmol)
7. Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)
8. Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
9. Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
10. Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
a. Matikan (klem) selang infuse
b. Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab
dengan kassa betadine sebagai desinfektan
c. Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
d. Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
e. Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika
f. aliran tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi
¾ bagian
g. Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya
cairan sisa priming
h. Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa
darah
i. Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet
Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya
diberi kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-masing sambungan
dikencangkan)
j. Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup
k. Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah
dari 100 rpm sampai dengan yang diinginkan
l. Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”
m. Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu
monitor, on, dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow)
n. Rapikan peralatan

D. PENATALAKSANAAN SELAMA HEMODIALISA

1. Memprogram dan memonitor mesin hemodialisa


a. Lamanya HD
b. QB (kecepatan aliran darah) 150 – 250 cc/menit
c. QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit
d. Temperatur dialisat 370C
e. UFR dan TMP otomatis
f. Heparinisasi
1) Dosis awal: 25 – 50 unit/kgBB
a) Diberikan pada waktu punksi
b) Sirkulasi extra corporeal 1500 unit
c) Dosis maintenance 500 – 2000 unit/jam diberikan pada waktu HD
berlangsung
2) Dosis maintenance 500 – 2000 u/jam Diberikan pada waktu HD
berlangsung Cara pemberian dosis maintenance
a) Kontinyu: diberikan secara terus menerus dengan bantuan pompa
dari awal HD sampai dengan 1 jam sebelum HD berakhir
b) Intermitten: diberikan 1 jam setelah HD berlangsung dan pemberian
selanjutnya dimasukkan tiap selang waktu 1 jam, untuk 1 jam
terakhir tidak berakhir
c) Minimal heparin: heparin dosis awal kurang lebih 200 unit,
selanjutnya diberikan kalau perlu
d) Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll)
e) Pemberian obat-obatan, transfusi, dll
f) Monitor tekanan
1) Fistula pressure
2) Arterial pressure
3) Venous pressure
4) Dialisat pressure
5) Detektor (udara blood leak detektor)
2. Observasi pasien
a. Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran)
b. Fisik
c. Perdarahan
d. Sarana hubungan sirkulasi
e. Posisi dan aktivitas
f. Keluhan dan komplikasi hemosialisa
g. MENGAKHIRI HEMODIALISA
3. Persiapan alat
a. Piala ginjal
b. Kassa steril
c. Betadine solution
d. Sarung tangan tidak steril
e. Perban gulung
f. Band aid (pelekat)
g. Gunting
h. Nebacetin powder antibiotic
i. Thermometer
j. Micropore
4. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan
b. Perawat memakai sarung tangan
c. Mesin menggunakan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UV =
angka UF)
d. Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca
“Reinfusion”
e. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital
f. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu
matikan
g. Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri
h. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa
betadine, tutuplah bekas tusukan dengan kassa betadine
i. Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline
secukupnya sampai bersih dan gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm
j. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa
betadine
k. Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan
tutuplah bekas tusukan dengan Band Aid (K/p dibalut dengan perban
gulung)
l. Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung
m. Observasi tanda-tanda vital pasien
n. Kembalikan alat-alat ke tempat semula
o. Perawat melepas sarung tangan
p. Perawat mencuci tangan

Anda mungkin juga menyukai