PANUM
GADAR, KMB, JIWA
Di Susun
Oleh:
OLEH:
Fardiansya, S.Kep.,M.Kes
2020
SOP MENJAHIT LUKA/HECTING
No Dokumen No Revisi Halaman
... ... ...
STANDAR Tanggal Terbit Disetujui oleh
OPERSIONAL ... ...
PROSEDUR
Pengertian Menjahit luka/hecting proses mendekatkan tepi tepi luka dan
menahannya dengan benang sampai tensile luka tersambung
kembali.
Tujuan 1. Untuk mengoptimalkan pelayanan perawatan luka supaya
tidak terjadi nya infeksi
2. Untuk memercepatkan proses penyembuhan
3. Untuk membuat klien merasa lebih nyaman
4. Mendekatkan tepi luka dan menahannya dengan benang
sampai jaringan yang putus tersebut terhubung kembali
Non steril :
1. Plester
2. Verband Role gs
3. Gunting plester (5)
4. Bengkok (1)
5. Lampu sorot
Obat :
1. Lidocain 2% / compositem (gs)
2. Sofratul (gs)
3. Betadine/povidon
4. ATS injeksi
5. Aquadest steril / Nacl 0,9 %
Instruksi Kerja A. Tahap Prainteraksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menyakan persetujuan/kesiapan pasien
C. Tahap kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mempersiapkan penderita dan Pelaksanaan Hecting
3. Pasien ditidurkan dengan nyaman, posisi
menyamakan lokasi luka
4. Melakukan anastesi dengan lidocain pada jaringan
yang luka sampai luka tidak sakit lagi saat dites
5. Membersihkan luka dengan Aquadest / NACL 0,9 %
sampai bersih betul, terakhir dengan betadine kalau
perlu lakukan necrotomi/ debridement
6. Lakukan penjahitan lapis demi lapis di mulai dari
lapisan yang dalam, jika ada perdarahan atasi
perdarahannya
7. Setelah penjahitan selesai tutup luka dengan
sofratulle, kemudian tutup dengan kassa steril
8. Berikan ATS pada luka kotor yang dalam > 1 cm
Dosis ATS:
Anak-anak < 14 tahun ½ ampul / 750 Unit IM
9. Berikan HE pada pasien untuk menjaga luka agar
tetap bersih dan kering, obat diminum sesuai aturan
/ cara/efeknya, waktu kontrol lagi
10. Alat-alat dibersihkan dan catat pada status pasien
D. Tahap Terminasi
1. Melakuka evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembr catatatan
keperawatan
5. Pasien kontrol setiap 3 hari sekali dan dirumah agar
luka dijaga jangan sampai kena air
6. Jahitan dibuka pada hari ke 5 untuk area kepala dan
wajah, untuk area lain hari ke 7 – 10
Macam-macam Jahitan Luka
Jenis jahitan dalam pembedahan banyak sekali. Dikenal beberapa jahitan
sederhana, yaitu jahitan terputus, jahitan kontinu, dan jahitan intradermal.
Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri.
Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang
banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain. Digunakan
juga untuk jahitan situasi.
Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan
jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan bila terjadi
infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan
waktu lebih lama untuk mengerjakannya.
2. Jahitan Matras
a. Jahitan Matras Horizontal
Gambar 3. Interrupted horizontal mattress suture
3. Jahitan Kontinu
Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila salah
satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang
dipakai untuk menjahit kulit.
a. Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over)
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju.
Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan
penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
4. Jahitan Intradermal
Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa satu garis
saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.
PENGERTIAN
dan siklus pada seseorang yang mengalami henti nafas dan henti jantung
TUJUAN
yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung
paru (RJP)
PERSIAPAN ALAT
3. minta pertolongan
4. mengatur posisi pasien dng posisi supin ditempat yg keras dan datar
5. langkah-langkah BHD
ada 3 tehnik membebaskan jalan nafas : head til, chinlif, jaw trust
mulut dng ibu jari & jari telunjuk ) dan croos swib
kain )
b. Breating (pernafasan )
menggunakan stetoskop
apabila terjadi henti nafas maka berikan bantuan nafas 2x. spasi
kembali
c. Cirkulasi
cek nadi karotis tdk lebih dari 10 dtk dng cara jari telunjuk dan
tinggikan)
Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary
D. Disability
Cek pupil mata, apabila cahaya di dekatkan ke mata maka pupil mengecil,
NILAI GCS
(4) : spontan
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun
rangsang nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada &
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
E. EKSPOSURE
Environment Control
Buka baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah
hipotermi/kedinginan
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESSI II
Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGETIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu menyebutkan jati diri sendiri:
nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby.
TUJUAN Klien mampu menyebutkan jati diri kelompok
lain: nama lengkap, nama panggilan, asal,
hoby.
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan
interaksi interpersonal
INDIKASI
b. Klien kerusakan komunitas verbal yang telah
berespon sesuai stimulus.
a. Tipe recorder
b. Kaset mari kemari
PERSIAPAN
c. Bola tennis
ALAT
d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR
N BUTURAN YANG NILAI
O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan
klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4
N Nilai = Jumlah Score
A
N NILAI
BUTURAN YANG DINILAI
O 2 1 0
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
dan masing-masing memakai
name tag
2. Menanyakan perasaan klien
hari ini dan menanyakan
apakah sudah mencoba
berkenalan
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main:
- Klien harus mengerti kegiatan
dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari
kelompok harus meminta izin
dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Masing-masing menyebutkan
jati diri
Score = 8
NB Nilai: Jumlah Score
N NILAI
BUTURAN YANG DINILAI
O 2 1 0
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan langkah
berikutnya: tape recorder akan
dinyalakan saat music
terdengar bola tennis
dipindahkan dari satu peserta
ke peserta lain. Saat music
dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis
mendapat giliran untuk
bertanya tentang kehidupan
pribadi anggota kelompok
yang ada disebelah kanannya
dengan cara: memberikan
salam, memanggil nama
panggilannya, menanyakan
kehidupan pribadi misalnya
orang terdekat siapa?
2. Terapis menyalakan tape dan
mengedarkan bola lalu
menghentikan. Saat music
dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis
mendapat giliran untuk
bertannya tentang kehidupan
pribadi anggota kelompok
yang ada di sebelah kanannya
dengan cara: member sala,
memanggil nama
panggilannya, menanyakan
kehidupan pribadi
3. Ulangi langkah no. 2 sampai
semua peserta mendapat
giliran
4. Terapis memberikan pujian,
setiap kali pasien selesai
menceritakan perasaannya.
Score = 8
NC Nilai = Jumlah Score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK: SOSIALISASI SESI VI
Terapi yang berupaya memfasilitasi
PENGERTIAN kemampuan sejumlah klien dengan masalah
hubungan sosial.
Klien mampu bekerjasama dalam permainan
sosialisaasi kelompok
TUJUAN
a. Bertanya dan meminta sesuai dengan
kebutuhan pada orang lain
b. Menjawab dan memberi pada orang lain
a. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan
INDIKASI interaksi interpersonal
b. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah
berespon sesuai stimulus
a. Tape recorder
b. Kaset mari kemari
PERSIAPAN
c. Bola tennis
ALAT
d. Buku catatan dan bolpoint
e. Jadwal kegiatan klien
f. f. Kartu kwartet
PROSEDUR
N BUTURAN YANG NILAI
O DINILAI 2 1 0
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak
dengan klien yang sesuai
indikasi
2. Mempersiapkan alat dan
tempat (peserta duduk
melingkar dalam suasana
ruang yang tenang dan
nyaman)
Score = 4
N Nilai = Jumlah Score
A
A. Pengertian
Restrain adalah terapi dengan alat – alat mekanik atau manual untuk membatasi
mobilitas fisik klien, dilakukan pada kondisi khusus, merupakan intervensi
yang terakhir jika perilaku klien sudah tidak dapat diatasi atau di kontrol
dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan (Widyodinigrat. R,
2009).
B. Tujuan
1. Membatasi aktifitas fisik.
2. Mengamankan tindakan khusus.
3. Mencegah bahaya pada pasien dan orang lain.
4. Mencegah kerusakan lingkungan fisik
5. Membantu mengatasi perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan
pengobatan.
6. Mempertahankan terapi sebagai terapi perilaku yang berkelanjutan.
7. Mengurangi jumlah stimulasi yang diterima pasien.
8. Memenuhi permintaan pasien atau keluarga untuk pengendalian perilaku
eksternal (pastikan bahwa tindakan ini telah dikaji dan berindikasi
terapeutik).
9. Ancaman terhadap integritas fisik berhubungan dengan penolakan pasien
untuk beristirahat, makan dan minum.
C. Kebijakan
1. Pelaksanaan restrain diberikan oleh tenaga yang kompeten (dokter, perawat,
bidan dan fisioterapis ).
2. Pelaksanaan restrain diberikan pada pasien untuk membatasi pasien dari
kebebasan bergerak, aktifitas fisik atau akses normal pada badannya sendiri,
maka perlu adanya metode tindakan sebagai pelindung
D. Prosedur
1. Persiapan alat :
1) Format Persetujuan Restrain
2) Lembar Informasi tentang rentrain
3) Alat Restrain Sesuai jenisnya :
a. Restrain Mumi atau Bedong
b. Restrain Jaket
c. Restrain Elbow
d. Restrain Extremitas
2. Persiapan pasien / keluarga :
Pasien dan keluarga diberitahu tentang maksud dan tujuan serta prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan :
1) Ucapkan salam
2) Lakukan cucitangan
3) Pastikan identitas pasien.
4) Ciptakan suasana yang nyaman dan dan aman
5) Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda
6) Lakukan asesmen tentang Restrain
7) Jelaskan tentang Restrain yang akan dilakukan ( Alasan dipasang Restrain,
berapa lama dan akan berakhir,antisipasi ketidaknyamanan.
8) Jelaskan tentang
a. Restrain Mumi atau Bedong :
Teknik ini dilakukan untuk bayi agar tidak bergerak dan jatuh atau untuk
mengontrol pergerakan selama pemeriksaan
Tatalaksana
1) Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah
satu ujungnya dilipat ketengah.
2) Bayi diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada
dilipatkan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan.
3) Lengan kanan bayi kearah bawah rapat dengan tubuh, sisi kanan
selimut ditarik ke tengah melintasi bahu kanan anak dan dada
diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.
4) Lengan kiri anak diletakkan lurus rapat dengan tubuh anak, dan
sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dikunci di
bawah tubuh anak bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan
ditarik ke arah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan
pin pengaman, mummy untuk mencegah gerakan bayi atau anak
saat dilakukan tindakan tertentu.
b. Restrain Jaket
A. Definisi
Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan salah satu jenis terapi fisik yang
merupakan pilihan untuk indikasi terapi pada beberapa kasus gangguan
psikiatri. Indikasi utama adalah depresi berat
B. Indikasi
1. Gangguan Depresi Mayor
Indikasi yang paling sering untuk penggunaan ECT adalah gangguan
depresif berat atau ganggaun depresi mayor.
ECT harus dipertimbangkan sebagai terapi pada pasien yang gagal dalam
uji coba medikasi, mengalami gejala yang parah atau psikotik, mencoba
bunuh diri atau membunuh dengan mendadak, atau memiliki gejala agitasi
atau stupor yang jelas. ECT efektif untuk gangguan depresi berat dengan
gangguan bipolar.
3. Skizofrenia
Pemberian ECT pada pasien skizofrenia diberikan bila terdapat:
C. Kontraindikasi
ECT tidak memiliki kontraindikasi absolut, hanya situasi di mana seorang
pasien pada peningkatan risiko dan memiliki peningkatan kebutuhan
pemantauan ketat. Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk ECT,
dan pemantauan janin umumnya dianggap tidak perlu kecuali kehamilan
risiko tinggi atau rumit.
D. Prosedur Kerja
Informed Consent
Proses informed consent harus didokumentasikan dalam catatan medis pasien
dan harus mencakup diskusi tentang gangguan dan pilihan untuk tidak menerima
pengobatan.
Persiapan Pasien
Sebelum ECT dilakukan pasien perlu dipersiapkan dengan cermat meliputi :
- Pemeriksaan fisik dan kondisi pasien (jantung, paru-paru, tulang dan otak)
- Pasien harus puasa minimal 6 jam sebelum ECT dilakukan
- Persiapkan pasien agar tidak takut dengan pengalihan perhatian, atau
dengan pemberian premedikasi
- Perhiasan, jepit rambut atau gigi palsu perlu dilepas terlebih dahulu
- Bantuan perawat untuk mencegah terjadinya luksasi/fraktur saat terjadi
kejang.
Persiapan Alat :
- Mesin ECT lengkap
- Kasa basah untuk pelapis elektrode
- Tabung dan masker oksigen
- Penghisap lendir
- Obat-obat : coramine, adrenalin
- Karet pengganjal gigi agar lidah tidak tergigit
- Tempat tidur datar dengan alas papan
Pelaksanaan :
- Pasien tidur terlentang tanpa bantal dengan pakaian longgar
- Bantalan gigi dipasang
- Perawat memegang rahang bawah/kepala, bahu, pinggul dan lutut
- Dokter memeberikan aliran listrik melalui 2 elektrode yang ditempelkan
dipelipis. Akan terjadi kejang tonik terlebih dahulu diikuti kejang klonik
dan kemudian akan terjadi fase apneu beberapa saat sebelum akhirnya
bernafas kembali seperti biasa. Fase apneu ini sangat penting diperhatikan
tidak boleh terlalu lama.
Gambar 1. ECT
Pengawasan pasca ECT :
- Penting dilakukan pengawasan karena pasien biasanya masih belum sadar
penuh.
- Kondisi vital kembali seperti semula, biasanya pasien tertidur. Kadang-
kadang dapat juga pasien menjadi gelisah dan bergerak tidak menentu
seperti delirium. Pada fase ini sangat perlu diawasi sampai kesadaran pulih
kembali.
- Setelah sadar, pasien biasanya bingung dan mengalami disorientasi bahkan
amnesia. Perlu distimulasi dengan cara mengajak berkomunikasi,
membantu memulihkan orientasi dan ingatan secara bertahap. Berikan
suasana tenang dan nyaman.
E. Penempatan Elektrode
ECT Bilateral
Posisi untuk elektroda pada ECT bilateral diilustrasikan pada Gambar 2.7-1
(A). Pusat elektroda harus 4 cm di atas, dan tegak lurus, titik tengah dari garis antara
sudut lateral mata dan meatus auditori eksternal. Satu elektroda diletakkan untuk
setiap sisi kepala, dan posisi ini disebut sebagai ECT temporal. (Beberapa penulis
menyebut ECT frontotemporal.) Ini merupakan posisi yang direkomendasikan untuk
elektroda ECT bilateral karena ini telah menjadi posisi standar dan tidak dapat
diasumsikan bahwa temuan penelitian terbaru dapat diekstrapolasi untuk posisi
lainnya di ECT bilateral . Ada eksperimen lain untuk posisi elektroda di ECT bilateral
yaitu ECT frontal, di mana jarak elektroda hanya sekitar 5 cm (2 inci) dan masing-
masing sekitar 5 cm di atas jembatan hidung. Sebuah modifikasi lebih baru di mana
elektroda diterapkan lebih lanjut selain telah diteliti karena para peneliti menyarankan
bahwa berkhasiat sebagai ECT bilateral tradisional, tetapi dengan risiko yang lebih
rendah dari efek samping kognitif. Inggris ECT Review Group (2003) tidak
menemukan perbedaan yang signifikan antara ECT tradisional dan ECT bilateral baik
dalam kemanjuran klinis atau efek samping kognitif.
Jika tidak terjadi kejang, stimulasi harus segera diikuti dengan stimulasi
berulang pada intensitas stimulus yang lebih tinggi. Pada kejang yang
berlangsung kurang dari 25 detik, stimulus harus diulang sekali lagi. Jika hal
ini menghasilkan suatu kejang yang pendek, maka intensitas stimulus harus
ditingkatkan, dan harus diberikan stimulus ketiga. Jika stimulasi gagal untuk
menimbulkan kejang yang adekuat, maka saat pengobatan harus diakhiri.
Karena keadaan refrakter terhadap kejang berikut yang terjadi setelah kejang,
maka harus dibiarkan berlalu interval 60 hingga 90 detik sebelum mengulangi
stimulasi, selama waktu ini pasien harus diventilasi dengan oksigen.
1. Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa
metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan
dialisat melewati membran semi permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi
2. Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati
dengan terapi konservatif
3. Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat
mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal
4. Prosedur
a. Persiapan Sebelum Hemodialisa
1) Persiapan pasien
a) Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD
(instruksi dokter)
b) Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak
bisa dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh
dokter spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter
penanggung jawab HD.
c) Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat
traveling dari RS asal.
d) Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
e) Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
f) Keadaan umum pasien
g) Keadaan psikososial
h) Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
i) Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV,
HIV, CT, BT
j) Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
2) Persiapan mesin
a) Listrik
b) Air yang sudah diubah dengan cara:
(1) Filtrasi
(2) Softening
(3) Deionisasi
(4) Reverse osmosis
c) Sistem sirkulasi dialisat Sistem proporsioning
Acetate / bicarbonate
d) Sirkulasi darah Dializer / hollow fiber Priming
3) Persiapan alat
a) Dialyzer
b) Transfusi set
c) Normal saline 0.9%
d) AV blood line
e) AV fistula
f) Spuit
g) Heparin
h) Lidocain
i) Kassa steril
j) Duk
k) Sarung tangan
l) Mangkok kecil
m) Desinfektan (alkohol/betadin)
n) Klem
o) Matkan
p) Timbangan
q) Tensimeter
r) Termometer
s) Plastik
t) Perlak kecil
4) Langkah-langkah
a) Setting dan priming
1) Mesin dihidupkan
2) Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line
dari bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl
(perhatikan sterilitasnya)
3) Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan
selang arteri, selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan
selang darah venous
4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump
dengan menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis
berputar sesuai arah jarum jam)
5) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah
arteri, tampung cairan ke dalam gelas ukur
6) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
b. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah
(inlet) di bawah
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk
menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya
kecepatan aliran darah 100 rpm)
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline,
habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah
Qb dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan
“preparation”, artinya: consentrate dan RO telah tercampur dengan
melihat petunjuk conductivity telah mencapai (normal: 13.8 – 14.2).
Pada keadaan “preparation”, selang concentrate boleh disambung ke
dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri
vena
a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis
melakukan ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang
sebanyak 500 cc dalam waktu 10 menit
e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG
reached” artinya UFG sudah tercapai Pemberian heparin pada
selang arteri Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit
pada selang arteri. Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin
mengisi ke seluruh selang darah dan dialyzer, berikan kecepatan
100 rpm.
c. Dialyzer siap pakai ke pasien Sambil menunggu pasien, matikan flow
dialisat agar concentrate tidak boros.
Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi
untuk membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350
rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal saline sebanyak
2000 cc
C. MEMULAI HEMODIALISA
Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital dan
berat badan pre hemodialisa