Anda di halaman 1dari 11

Jl. Ungaran No.

69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa


Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

LEGAL OPINION

Oleh:

Nama : Elvinna Aniendya Virginnawati

Nim : 8111419025

Presensi : 28

Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara

Jadwal Kuliah : Selasa, Pukul 13.00 WIB ruang K1.312

Rombel : 01 (Satu)

Jenis Tugas : Ujian Akhir Semester Hukum Administrasi

Negara

Dosen Pengampu : Arif Hidayat, S.H.I., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2020
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

ATTORNEY, LEGAL CONSULTANT AND MEDIATOR

LEGAL OPINION
INKONSISTENSI PEMERINTAH DALAM MENGATASI
PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DALAM
PRESPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

LEGAL OPINION/PENDAPAT HUKUM

INKONSISTENSI PEMERINTAH DALAM MENGATASI PANDEMI CORONA


VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DALAM PRESPEKTIF HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA

PROBLEM STATEMENT/PERMASALAHAN

1. Bahwa sejak Presiden Republik Indonesia menetapkan Virus Corona sebagai


Bencana Nasional, Pemerintah mengeluarkan beberapa upaya untuk
menanggulangi bencana ini dengan mengeluarkan Peraturan. Peraturan yang kerap
diterapkan di beberapa daerah yaitu pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
2. Bahwa penyebaran virus corona di Indonesia semakin hari semakin meningkat,
bahkan beberapa daerah menerapkan kembali kebijakan PSBB. Beberapa kegiatan
yang melibatkan banyak orang sulit untuk dihindari, akan tetapi beberapa kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah mengharuskan masyarakatnya untuk menunda bahkan
mencegah kegiatan tersebut demi kemaslahatan bersama. Berbagai macam
peraturan dikeluarkan pemerintah guna menekan angka penyebaran virus. Santer
terdengar pemberitaan bahwa pemerintah akan menggelar PILKADA secara
serentak.
3. Bahwa PILKADA yang akan dilaksanakan serentak di 270 daerah yang akan
dilaksanakan pada September 2020, namun pemungutan suara tidak dapat
dilaksanakan sesuai jadwal karena pandemi dan kemudian diundur menjadi 9
Desember 2020. Argumentasi utama tentu saja soal menjaga kesinambungan
demokrasi dan menjaga stabilitas politik dalam negeri dan wabah Covid-19 masih
belum bisa diprediksi kapan berakhirnya.
4. Bahwa terdapat beberapa petugas bahkan bapslon yang terkonfirmasi positif
Covid-19 bahkan 3 bacalon meninggal dunia. Wabah penyakit ini di Indonesia
semakin hari semakin meningkat, akan tetapi kampanye diizinkan untuk
dilakukan secara tatap muka yang tidak menutup kemungkinan akan terjadi
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

kerumunan. Masifnya penyebaran Covid-19 diakibatkan masih banyaknya


kerumunan masyarakat yang menyebabkan mudahnya transmisi virus kepada orang
lain. Timbul kekhawatiran masyarakat akan tertular virus corona, sehingga mereka
enggan untuk menggunakan hak pilihnya.
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

STATEMENTS OF FACTS /POSISI KASUS

1. Bahwa pada akhir Desember 2019 muncul wabah penyakit menular di Kota
Wuhan China. Wabah penyakit tersebut disebabkan oleh virus corona jenis SARS-
CoV-2 atau yang saat ini disebut Corona Virus Disease 19(COVID-19). Awal bulan
Maret 2020, virus corona mulai masuk le Indonesia. Presiden Republik Indonesia,
telah menetapkan bahwa wabah penyakit ini sebagai bencana nasional non alam
karena menimbulkan banyak korban jiwa dan terus meningkat dari waktu ke waktu.
2. Bahwa pada bulan Maret 2020, Presiden Jokowi telah mengeluarkan Keppres yang
berisi tentang gugus tugas percepatan penanganan Covid-19. Selanjutnya pada
tanggal 10 April 2020, dikeluarkan pula kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) yang diterapkan di kota dengan tingginya potensi penyebaran virus.
Ddisusul pula oleh kementrian lain yang mengeluarkan kebijakan yang mayoritas
tujuannya sama ialah memperlambat laju penyebaran virus corona. Pemerintah
secara berhati hati dalam membuat beberapa peraturan dan memiliki harapan bahwa
peraturan yang telah dikeluarkan akan efektif.
3. Bahwa pada bulan September 2020, rencananya pemerintah akan menggelar
pesta demokrasi secara serentak di 270 daerah dengan melibatkan sekitar 105 juta
jiwa. Akan tetapi, setelah dilaksanakannya Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada
21 September 2020 disepakati bahwa PILKADA serentak dilaksanakan pada 9
Desember 2020. KPU memiliki target partisipan sebesar 77,5%, KPU harus
mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam PILKADA 2020.
4. Bahwa pada 26 September - 15 Oktober 2020 Badan pengawas pemilu (Bawaslu)
mencatat ada 612 pelanggaran protokol kesehatan. Terhadap pelanggaran tersebut
Bawaslu hanya memberikan sanksi berupa peringatan secara tertulis. Pelanggaran
tersebut terjadi akibat dari diizinkannya kampanye secara tatap muka. Bawaslu juga
mencatat ada 16.468 kegiatan kampanye yang diadakan secara tatap muka.
5. Bahwa pada bulan September hingga November 2020, dinyatakan bahwa tiga
komisioner KPU terkonfirmasi positif Covid-19, ialah Arief Budiman, Pramono
Ubaid dan Evi Novida Gintin serta satu Komisioner Bawaslu RI, Dewi Pettalolo .
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

Tercatat pula 63 Bapaslon yang terkonfirmasi positif Covid-19, bahkan 3 bacalon


meninggal dunia yaitu calwakot Banjarbaru Nadjmi Adhani, Cawabup Way Kanan
Edward Antony dan Cawabup Sidoarjo Ahmad Syarifudin.
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

APPLICABLE LAW/DASAR HUKUM


1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penetapan Perppu Nomor 2 Tahun
2020 tentang perubahan ketiga UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang pilkada Serentak.
5. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2020
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak Lanjutan dalam
Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

LAW ANALYSIS/ANALISIS HUKUM

“Solus Populi Suprema Lex Esto (keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi)”
De Legibus-Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)

1. Bahwa pemerintah seharusnya merealisasikan Pasal 28 G ayat (1) Undang


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan bunyi Setiap orang
berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi. Setiap warga negara yang tinggal di negara hukum yang bersistem demokrasi
seperti Indonesia, seharusnya martabat, HAM dan dasar kebebasan warganya
dijamin oleh negara secara sepenuhnya diterapkan secara universal. Adanya
PILKADA yang akan dilaksanakan secara serentak dibeberapa daerah dapat
dikatakan bertentangan dengan hak yang disebutkan pada Undang Undang
Dasar 1945.
2. Bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan
Pasal 4 yang berbunyi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau Faktor Risiko Kesehatan
Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
melalui penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan. Apabila pemerintah tetap
melaksanakan PILKADA serentak di masa pandemi yang penyebarannya belum
dapat terkendali, maka dapat dikatakan pemerintah kurang memperhatikan
kesehatan dan keselamatan rakyatnya. Sedangkan Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat dunia harusnya berkomitmen melakukan upaya untuk mencegah
terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia
sebagaimana yang diamanatakan dalam regulasi internasional dibidang kesehatan.
3. Bahwa pada pasal 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular yang berbunyi bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk
melaksanakan upaya penanggulangan wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1). Upaya penanggulangan wabah memiliki dua tujuan utama, ialah berusaha
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

memperkecil angka kematian wabah dan membatasi penularan dan penyebaran


penyakit agar penderita tidak bertambah banyak serta tidak meluas ke daerah
lain. PILKADA yang rencananya akan dilaksanakan secara serentak memiliki
potensi meluasnya penyebaran virus ini, mulai dari masa kampanye hingga pada
saat pemungutan suara.
4. Bahwa pasal 201A ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Penetapan Perppu Nomor 2 Tahun 2020 tentang perubahan ketiga UU Nomor 1
Tahun 2015 tentang pilkada Serentak dijelaskan bahwa pemungutan suara serentak
pada bulan Desember 2020 ditunda dan dijadwalkan kembali apabila tidak
dapat dilaksanakan karena bencana nasional pandemi Covid-19 belum
berakhir. Akan tetapi, PILKADA tetap dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2020
dimana pada bulan tersebut tingginya laju penyebaran virus belum bisa
dikendalikan. Sedangkan pemerintah telah menjanjikan vaksin akan tiba di
Indonesia pada 2021.
5. Bahwa Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak Lanjutan
dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019 (Covid-19),
diperbolehkan kampanye secara tatap muka yang disebutkan pada pasal 57.
Walaupun kampanye secara tatap muka dilarang menimbulkan kerumunan, tetapi
pasti tetap ada kecurangan dan pelanggaran terhadap larangan tersebut. Sedangkan
apabila terjadi pelanggaran terhadap larangan hanya akan dikenai sanksi
pembubaran paksa, peringatan secara tertulis, sanksi administratsi dan
penundaan pengundian nomor urut saja. Sanksi tegas berupa diskualifikasi
pencalonan tidak tercantum dalam PKPU 13/2020 perubahan kedua itu.
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

CONCLUSION/KESIMPULAN dan CLOSSING/PENUTUP

Dari analisa yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran seperti berikut :

1. Bahwa setelah pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait percepatan


penanganan Covid-19, kasus tersebut masih juga belum dapat dikendalikan di
Indonesia dan masih menunjukkan tren kenaikan dari waktu ke waktu. Performa
pemerintah dalam menangani Covid-19 dapat dibilang sangat kurang. Apalagi
dikeluarkannya kebijakan mengenai PILKADA serentak merupakan pertentangan
dari beberapa undang undang mengenai kesehatan salah satunya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan. Beberapa pelanggaran protokol
kesehatan saat diadakannya kampanye secara tatap muka juga banyak ditemui. Selain
itu, temuan 63 bapaslon yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan 3 bacalon yang
meninggal akibat Covid-19 dapat dijadikan alasan yang kuat untuk menunda
PILKADA serentak pada 2020 dan dapat dijadwalkan kembali apabila
penyebarannya dapat dikendalikan.
2. Seharusnya ketidaksiapan kerangka hukum dan penyelenggara PILKADA dalam
menghadapi PILKADA di tengah pandemi, mengkonfirmasi pentingnya penundaan
PILKADA Serentak 2020. Penundaan PILKADA menjadi pilihan realistis yang dapat
diambil karena PILKADA Serentak berpotensi menghasilkan kluster Covid-19 baru
yang cukup besar. Selain itu, melihat peforma buruk Pemerintah dalam penanganan
Covid-19 seperti tolerannya negara terhadap banyak pelanggaran protokol kesehatan,
semakin menguatkan wacana penundaan PILKADA. Keputusan untuk menunda
PILKADA karena alasan pandemi, akan berdampak signifikan terhadap penanganan
Covid-19 yang merenggut banyak korban jiwa. Penundaan PILKADA juga tidak
merenggut hak asasi dan medegradasi demokrasi, karena hak politik warga dapat
dikesampingkan oleh hak untuk hidup. Pelaksanaan PILKADA dapat ditunda hingga
masyarakat mendapatkan vaksinasi di tahun 2021.
3. Seharusnya salah satu yang membedakan demokrasi dengan krasi lainnya adalah
partisipasi warga. Segala bentuk partisipasi menyampaikan penundaan dan
rekomendasi ketentuan hukum sudah diabaikan. Lalu, kuantitas persentase pengguna
Jl. Ungaran No.69 Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa
Tengah
PHONE : (021) 23110 | FAX (021) 10123
EMAIL : info@Abuseri.associates.co.id

hak pilih yang bisa menggambarkan kualitas peserta, penyelenggara, serta pemilih
dalam pemilu dan demokrasi pun diabaikan. Obesitas kekuasaan dalam Pilkada 2020
lalu jadi punya slogan “dari, oleh, dan untuk penguasa itu sendiri”, bukan rakyat.
Pemaksaan penyelenggaraan pilkada 2020.
Demikian Legal Opinion yang telah disampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan
terimakasih.
Semarang, 1 Januari 2021
Hormat Saya,

Elvinna Aniendya V

Anda mungkin juga menyukai