Anda di halaman 1dari 28

2.

1 Pengantar

Pengukuran dan perbaikan produktivitas di dunia usaha dan

organisasi non-komersial cukup beralasan kalau dikatakan

berawal dari pengalaman Amerika Serikat ketika negara tersebut

merasakan dampak negatif dari menguatnya daya saing Jepang

di pasar produk-produk manufakturing. Kemerosotan daya saing

produk-produk Amerika Serikat terhadap produk Jepang bukan

hanya terjadi dipasar internasional tetapi juga di pasar dalam

negeri Amerika Serikat. Pada awalnya, Amerika Serikat belum

menyadari bahwa kekalahan bersaing dari Jepang berpangkal

pada

semakin merosotnya produktivitas

tenaga kerja

perusahaan-perusahaan Amerika Serikat khususnya pada

industri manufaktur. Sebelum Perang Dunia II, Amerika Serikat

adalah salah satu negara yang mempunyai produktivitas tenaga

kerja tertinggi. Laporan menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan

produktivitas tenaga kerja di perusahaan-perusahaan industri

manufaktur Amerika Serikat mencapai rata-rata 3.2 % per tahun.

Setelah Perang Dunia II, produktivitas tenaga kerja negara

tersebut mengalami naik turun dan sejak tahun 1968 merosot

hingga 22 % dan selanjutnya mencapai titik terendah 0.6 %

dalam periode 1974-1980.

Pada sisi lain, negara-negara mitra dagang sekali gus

pesaing Amerika Serikat yaitu Kanada, Jerman Barat, Perancis


dan Jepang bahkan menunjukkan tingkat pertumbuhan

produktivitas yang semakin meninggi walaupun secara rata-rata

masih berada dibawah Amerika Serikat. Pada tahun 1980

misalnya, Kanada yang semula memiliki tingkat produktivitas

Scanned by TapSca

yang sangat rendah, secara bertahap terus meningkat sehingg

berhasil mencapai

92 % dari tingkat produktivitas Amerik.

Serikat. Tingkat produktivitas Perancis mencapai 88.7 % dan

Jepang mencapai 68.4 % dari produktivitas Amerika Serikat

Sejalan dengan kemerosotan produktivitas tenaga kerja Amerika

Serikat, pangsa pasar produk-produk negara tersebut mengalam

penyempitan. Seperti telah disebutkan di atas, kemerosotar

pangsa pasar Amerika Serikat pada awalnya masih terbatas

pada sektor manufakturing khususnya industri otomotif suatu

sektor yang telah lama diakui dunia dirajai oleh Amerika Serikat!

Lambat laun, kekalahan bersaing Amerika Serikat merembes ke

sektor yang lebih luas yaitu industri kimia dan kemudian

elektronik

Kekalahan yang semakin beruntun tersebut membuat publik

Amerika Serikat khawatir karena telah berdampak negatif

terhadap lapangan kerja. Masyarakat telah merasakan semakin

terhadap lapangan kerja. Masyarakat telah merasakan semakin

sulitnya mendapatkan pekerjaan yang ditandai dari jumlah

pengangguran yang semakin meningkat.


Situasi yang

mengkhawatirkan ini akhirnya memunculkan desakan dari

berbagai pihak agar Amerika Serikat segera mencari upaya dan

melakukan trobosan untuk merebut kembali pasar produk-produk

yang telah lama mereka kuasai. Diskusi-diskusi diselenggarakan

oleh berbagai pihak yang peduli terutama oleh organisasi-

organisasi swadaya masyarakat dan lembaga-lembaga profesi

untuk menemukenali alternatif strategi yang perlu

dipertimbangkan untuk dikaji secara mendalam. Dari berbagai

alternatif yang dipertimbangkan, salah satu yang dinilai cukup

efektif untuk merebut kembali daya saing mereka ialah melalu

perbaikan dan peningkatkan produktivitas tenaga kerja seperti

keadaannya sebelum Perang Dunia II

. Kesimpulan mengenai

perbaikan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja sebagai

kunci dalam pembangunan daya saing negara tersebut adalah

hasil dari debat yang paling panjang bahkan masyarakat awam

Juga turut membicarakannya.

Untuk memahami dasar dari keefektifan perbaikan

produktivitas dalam membangun keunggulan bersaing, berikut

ini akan diuraikan keterkaitan antara produktivitas dengan

berbagai indikator makro. Pemahaman ini diperlukan untuk

Scanned by TapScan

membangun kesamaan pandang tentang peran strategis

perbaikan dan peningkatan produktivitas dalam peningkatan


daya saing serta faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam

perbaikan dan peningkatan produktivitas. Dalam bab berikutnya

akan dijelaskan berbagai perbandingan antara Amerika Serikat

dan Jepang dari sudut pandang ekonomi manufakturing dan

pengalaman dalam perbaikan produktivitas pada sektor tersebut.

Sebagian besar bahan ini merupakan hasil review dari sumber

Sumanth (1984)

2.2 Produktivitas dan Inflasi

Inflasi yang melanda suatu negara selalu dipandang sebagai

suatu kegagalan dari institusi yang berwenang dalam melakukan

pengendalian ekonomi negara tersebut. Inflasi tidak memberikan

keuntungan bagi pihak manapun terlebih bagi mereka yang

mempunyai pendapatan tetap seperti para pegawai pemerintah

dan swasta dan pengusaha kecil-menengah. Menurut para ahli

ekonomi, inflasi adalah efek bersama berbagai faktor yang

menyebabkan arus barang dan jasa mengalir ke pasar dalam

rentang waktu relatif lama lebih rendah dari arus uang yang

mengalir ke masyarakat.

Arus uang sering mengalir deras ke masyarak

berbagai bentuk seperti aliran kredit dari lembaga keuangan

kepada

para pengusaha dalam rangka

perluasan

pengembangan usaha, aliran uang sehubungan dengan proyek-

proyek investasi pemerintah dan swasta, kebijakan pemerintah


melalui proyek bantuan uang tunai kepada kelompok marginal

pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi dan lain-lain. Jika

aliran uang tersebut tidak dimanfaatkan oleh kelompok yang

menerima untuk meningkatkan produksi maka aliran barang dan

jasa ke pasar akan mengalami kemandekan yang berakibat

harga pasar akan meningkat. Tidak jarang terjadi bahwa pihak

penerima cash bukan memanfaatkan dana yang diterima untuk

kegiatan produksi tetapi malah digunakan untuk konsumsi.

Dalam situasi di atas, produktivitas negara tersebut secara

agregat mengalami kemerosotan.

Scanned by TapScan

Rekayasa Produktivitas

Masalah lain yang cukup serius yang menyebabkan inflasi

terjadi ialah beroperasinya ekonomi biaya tinggi. Situasi ekonomi

biaya tinggi ini selalu membebani sektor produksi dengan beban

biaya berlebihan karena berbagai alasan yang tidak relevan

dengan produksi. Akibatnya biaya produksi meningkat sehingga

dengan dana yang tersedia jumlah produk yang dihasilkan

semakin rendah.

Kenaikan biaya produksi cenderung

meningkatkan harga jual. Ketika harga pasar lebih rendah dari

harga jual maka penjualan menjadi mandek dan kegiatan

produksi berikutnya lebih merosot lagi. Keadaan ini pada

umumnya

ditemui di negara-negara berkernbang seperti


Indonesia, Filipina, Vietnam dan lain-lain. Sehubungan dengan

inflasi yang tidak jarang membuat ekonomi suatu negara

mengalami kemandekan, Willard Butcher dari Chase Manhattan

Bank (1979) mengatakan salah satu cara efektif untuk

memerangi inflasi dan sekali gus meningkatkan standar hidup

masyarakat ialah perbaikan produktivitas.

Eli Lilly Company yang merupakan sebuah perusahaan

farmasi terkemuka di Amerika Serikat berhasil membuktikan

pandangan Butcher. Ketika manajemen perusahaan tersebut

berhasil meningkatkan produktivitas total faktor sebesar 10.1 %

per tahun maka harga jual produk-produk yang dihasilkan dapat

diturunkan rata-rata sebesar 0.4 % per tahun tanpa mengganggu

arus kas dan keuntungan perusahaan (lihat Gambar-2.1).

rubahan Harga Jual

2.3 Produktivitas dan Standar Hidup

Negara-negara yang mempunyai produktivitas tenaga kerja

yang tinggi dengan tingkat pertumbuhan yang juga tinggi

memperlihatkan kecenderungan standar hidup masyarakat yang

tinggi pula. Produktivitas tenaga kerja yang dalam beberapa

tahun terus meningkat dan kemudian secara beruntun menurun

kembali telah dialami Amerika Serikat sepanjang tahun 1970-an.

Ketika produktivitas tenaga kerja meningkat, jumlah masyarakat

Amerika Serikat yang berhasil menikmati kehidupan yang lebih

baik meningkat tajam. Konsumsi meningkat kearah luxury goods.


Tetapi ketika produktivitas tenaga kerja kemudian menurun,

tidak sedikit pula masyarakat terpaksa mengorbankan konsumsi

barang-barang mewah yang pernah mereka nikmati. Banyak

anggota masyarakat yang malah kesulitan mendapatkan rumah

karena sewa dan harga rumah, kendaraan meningkat tajam

akibat inflasi. Kelompok masyarakat yang berpendapatan

menengah hanya dapat mencegah kemerosotan drastis standar

hidup apabila suami dan istri bekerja.

Produktivitas tenaga kerja juga memperlihatkan korelasi

yang kuat dengan tingkat upah. United States Bureau of Labor

Statistics menemukan pada perusahaan swasta bahwa pada

tingkat produktivitas tenaga kerja meningkat, upah rata-rata per

jam juga secara agregat memperlihatkan peningkatan sehingga

daya beli rumah tangga juga meningkat (lihat Gambar-2.2)

Sebaliknya juga terjadi ketika produktivitas tenaga kerja merosot,

Scanned by TapScanner

OUW

Sebepa

uth mencapai

bank sumber daya (in fue) 49 Ackopend Produktivitas

Output

upah rata-rata karyawan swasta jaga merosot. Situasi yang

demikian tidak ditemukan pada perusahaan milik pemerintah.

yg optimal

240
240

220

Upah per jam

200

200

180

180

Biaya tenaga kerja

Upah per jam & Biaya Tenaga Kerja (5)

160

160

140

140

120

Output per man-hour

120

100

100

1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982

Gambar.2.2: Produktivitas Tenaga Kerja vs Upah per Jam

Sumber: Sumanth (1984)

2.4 Produktivitas dan Tingkat Pemekerjaan

Pemekerjaan (employment) sering dipandang sebagai salah

satu ukuran keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan

pembangunan. Bahkan kata employment telah dijadikan isu


politik pada setiap masa kampanye karena tingginya kepedulian

mayarakat terhadap masalah yang berkaitan dengan

pemekerjaan. Perhatikan situasi Indonesia sebelum dan sesudah

krisis ekonomi melanda negeri ini sejak pertengahan 1997 yang

lalu. Tingkat penangguran (unemployment) yang semula hanya 6

dicapai TOTO ProduKUVIO

Hubungan antara pemekerjaan dan produktivitas tenaga

kerja temyata sering disalahartikan. Tidak sedikit para pekerja

bahkan pejabat pemerintah berpendapat bahwa tingkat

produktivitas berlawanan arah dengan pemekerjaan dalam arti

jika produktivitas tenaga kerja berhasil ditingkatkan maka akan

terjadi pemutusan hubungan kerja. Keyakinan tersebut berakar

dari asumsi bahwa jika seseorang pekerja mampu melaksanakan

perkerjaan lebih banyak tentu jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan untuk mencapai target yang sama tentu makin sedikit,

Akibat pandangan ini maka para manajer perusahaan

menghadapai kesulitan dalam meyakinkan para pekerjanya untuk

meningkatkan produktivitas masing-

masing.

Pada saat ini, para manajer perusahaan di berbagai belahan

dunia mulai dari Amerika Serikat hingga Jepang, Inggris dan

India berupaya meyakinkan para pekerja tentang upaya mereka

untuk menjamin pekerjaan bagi siapa saja yang berjasa dalam

meningkatkan produktivitas. Mereka mencoba membangun cara

berpikir rasional berdasarkan fakta-fakta masa lalu bahwa secara


agregat, jumlah tenaga kerja yang direkrut perusahaan yang

mengalami kenaikan produktivitas bukan menurun seperti sering

ditakuti tetapi malah meningkat. Di Amerika Serikat, para manajer

yang merujuk hasil penelitian McKee pada tahun 1979

menjelaskan bahwa ketika tingkat pertumbuhan produktivitas

tenaga kerja Amerika Serikat menurun sebesar 2 %, tingkat

pengangguran di negara tersebut mencapai 5.7 %. Tetapi setelah

produktivitas tenaga kerja berhasil ditingkatkan sebesar dua kali

lipat dalam beberapa tahun kemudian, tingkat pengangguran

menurun tajam menjadi hanya tinggal 1 %. Selanjutnya, ketika

masa puncak krisis energi melanda negara tersebut pada tahun

1982, penurunan produktivitas tenaga kerja terjadi kembali dan

tingkat pengangguran melonjak tajam hingga 9%

Scanned by TapScanner

Perusahaan industri yang menggunakan teknologi tingg juga

menunjukkan situasi yang tidak berbeda Perusahaan

perusahaan yang berhasil meningkalkan produktivitas secara

nyata menunjukkan pertambahan jumlah tenaga kerja Di Inggris

dari 10 perusahaan yang berhasil meningkatkan produktviles

tenaga kerjanya secara berkelanjutan mengalami peningkatan

jumlah tenaga kerja hingga 25%

Berkat dukungan fakta-fakta tersebut secara berangsur pare

pekerja kemudian dapat menerima pandangan tentang adanye

hubungan positif antara peningkatan produktivtas tenaga kerje

dan pertambahan lowongan kerja keyakinan tersebut juge


tumbuh pada para pemimpin serikat pekerja yang setelumnya

mencurigai para manajer yang selalu berupaya mengurang

pengeluaran perusahaan melalui penurunan beban biaya buruh

dengan cara peningkatan produktivitas

2.5 Produktivitas dan kekuatan Politik

Setiap negara tidak terkecuali Indonesia dalam kancan point

internasional selalu berupaya memperlihatkan pengaruhnya

kepada masyarakat internasional. Negara yang bernasi

menanamkan pengaruhnya akan mendapat pengakuan politik

yang semakin kuat. Pengaruh yang dimaksud antara lain

keterlibatan yang tinggi dalam penanganan masalah-masalah

internasional seperti penyelesaian konflik dan krisis internasional

Tetapi, pengarun yang

negara memiliki ekonomi yang kuat. Jika perekonomian berhasil

ditumbuhkan secara berkelanjutan melalui kekuatan mountivitas

maka negara tersebut secara spontan disegani di forum

internasional. Amitai Etzioni (1980) dari George Washington

University's Center for Policy Research mengatakan bahwa

peningkatan produktivitas Amerika Serikat tidak hanya

dibutuhkan untuk peningkatan standar hidup masyarakat tetap

juga untuk memelihara ketahanan nasional dan kekuatan politik

internasional.

Apabila suatu negara gagal dalam memelihara pertumbuhan

produktivitas tenaga kerjanya yang berujung pada melemahnya

perekonomian nasional negara tersebut maka diplomasi pol


Scanned by TapScanner

-- Outivitas

juga akan semakin sulit dilakukan. Hal ini pernah di alami

Indonesia ketika perekonomian nasional sedang berada dalam

krisis yang berkepanjangan diplomas internasional yang

dijalankan oleh pemerintah untuk mempertahankan dua pulau

Sipadan can Ligitan yang letaknya berada diperbatasan

indonesia dan negara tetangga Malaysia mengalami kegagalan

Dalam hubungan kekuatan ekonomi terhadap kekuatan politik

internasional. Sumanth mengatakan bahwa semakin tergantung

perekonomian suatu negara terhadap bantuan negara lain maka

semakin lemah kekuatan politik dan daya diplomasi negara

negara tersebut. James A. Skidmore Jr. seorang pengusaha

terkenal di Amerika Serikat bahkan berpendapat bahwa

mudahnya terjadi konflik antar negara yang berbatasan sebagian

disebabkan oleh rendahnya produktivitas negara tersebut. Jika

negara-negara berhasil meningkatkan produktivitas masing-

masing secara berkelanjutan maka potensi perang akan menurun

secara tajam. Setiap negara tidak bersedia menurunkan

produktivitas nasionalnya karena peperangan.

2.6 Produtivitas dan kekuatan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh

berbagai faktor yang salah satu diantaranya yang cukup penting

ialah produktivitas tenaga kerja. Investasi yang selalu dipandang

sebagai unsur utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi


tidak akan memberikan arti besar apabila produktivitas tenaga

kerja relatif rendah. Harrod & Domar yang mengemukakan

konsep ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) memperlihatkan

hubungan antara pertambahan kapital (1) terhadap kenaikan

output nasional (AGDP) membuktikan hal tersebut.

ht

(2.1

ICOR =

AGDP:

dimana

= Investasi pada tahun t

GDP: = Gross Domestic Product pada tahun

ICOR = Parameter investasi

Scanned by TapScanner

Dan rumus di atas, parameter ICOR yang hen

ditentukan oleh

adalah

Dari rumus di atas parameter ICOR yang besarannya

ditentukan oleh rasio investasi terhadap kenaikan pendapatan

gambaran

produktivitas kapital

dalam

bentuk

kebalikannya. Parameter tersebut merupakan ukuran berapa

besar investasi dibutuhkan untuk setiap satu satuan kenaikan


pendapatan yang ingin diperoleh dalam periode tertentu. Sebagai

contoh, bila parameter ICOR = 5, maka dapat diartikan bahwa

untuk mendapatkan $ 1 kenaikan pendapatan dibutuhkan

investasi sebesar $ 5. Hal ini mengindikasikan bahwa makin

tinggi bilangan ICOR, produktivitas investasi semakin rendah dan

sebaliknya makin rendah bilangan ICOR, produktivitas investasi

semakin tinggi

Rumus di atas dimodifikasi dengan cara membagi ruas

kanan masing-masing dengan GOP sehingga diperoleh

persamaan sebagai berikut:

(1)/(GDPU)

ICOR =

(A GDPt)/(GDP)

(2.2)

Jika (4GDP GDP adalah tingkat pertumbuhan ekonomi

nasional atau yang diberi simbol g maka diperoleh:

(1)

ICOR =

(GDP) (9)

(2.3)

atau

I = (ICOR)(9)(GDP) ........

(2.4)

Persamaan (2.4) menjelaskan hubungan proporsional antara

tingkat pertumbuhan ekonomi atau g terhadap besarnya investasi


pada periode t. Jika GDP pada awal tahun adalah $ 1.000 juta

dan diharapkan sepanjang tahun takan tumbuh sebesar 6%

pada dan parameter ICOR = 5 maka besarnya investasi yang

dibutuhkan sepanjang tahun untuk mendapatkan pertumbuhan

ekonomi sebesar 6% ialah

= (5)(0.06)($ 1.000.juta)

$ 300 juta

25

Scanned by TapScanner

Jika selama tahun jumlah investasi sebesar $ 300 juta

dilaksanakan maka pertumbuhan ekonomi sebesar 6% akan

dapat dicapai. Besarnya kenaikan GDP ialah 0.06 x $ 1.000 juta

= $ 60 juta. Dengan demikian, total GDP pada akhir tahun atau

awal tahun t+1 adalah $ 1.060 juta. Hal ini menunjukkan bahwa

dengan investasi sebesar $ 300 juta akan meningkatkan

pendapatan sebesar $ 60 juta sehingga pada akhir tahun menjadi

$ 1.060 juta atau tumbuh sebesar 8 %

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa besarnya parameter

ICOR menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Makin

tinggi bilangan ICOR makin rendah produktivitas investasi

sehingga untuk mendapatkan satu satuan pertumbuhan ekonomi

dibutuhkan investasi yang lebih besar pula dan sebaliknya makin

rendah bilangan /COR, makin tinggi produktivitas investasi

Pengaruh dari

produktivitas investasi terhadap


perekonomian Amerika Serikat dijelaskan oleh Robert Lawrence

dari Brooking Institute secara gamblang. Berdasarkan data yang

dimilikinya beliau menunjukkan bahwa pada saat produktivitas

amarile orient to

Faktor yang mempengaruhi produktivitas

olbawan COCCINO

memberikan pengaruh yang cukup signifikan.

Scanned by TapScanner

Rekayasa Produktivitas

2.7.1 Investasi

Ukuran besar atau kecilnya investasi suatu negara pada

umumnya dinyatakan dalam persentase terhadap GNP. Investasi

dikatakan besar apabila setiap tahun negara bersangkutan

melakukan investasi yang mencapai 30 % atau lebih dari GNP

negara tersebut. Berdasarkan hasil analisis statistik pertumbuhan

investas terhadap pertumbuhan produktivitas Amerika Senkat

terdapat korelasi yang sangat kuat antara besamya investasi dan

tingkat produktivitas. Dalam analisis tersebut, investasi diukur

dari persentase terhadap GNP (Gross National Product) seperti

terlihat dalam Gambar-2.3

Koefisien korelasi 0.9

Jeping

Jerman.

Italie
Perancis

Inggris

Aterika Serikat

25

30

35

10

15

20

Investas (% GNP)

Gambar-2.3: Pengaruh Investasi Terhadap

Produktivitas Pada Berbagai Negara

Sumber: Sumanth (1984)

Tingkat

Perbaikan

Gambar-2.3 menunjukkan bahwa negara Amerika Serkat

yang persentase investasi terhadap GNP rendah tidak mampu

mencapai perbaikan produktivitas yang juga rendah sedangkan

Jepang yang persentase inustasi terhadap GNP tinggi mampu

mencapai perbaikan produktivitas yang tinggi pula, Jerman, Italia

dan Perancis berada pada tingkat moderat Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat investasi

dengan persentase perbaikan produktivitas cukup tinggi yaitu

090
Scanned by TapScanner

Revan Produkti

ta

in

bd

bi

2.7.2 Rasio kapital-Tenaga Kerja

Seperti halnya dengan investasi, rasio kapital terhadap

tenaga kerja juga mempunyai korelasi langsung yang cukup kuat

dengan Indeks produktivitas. Makin tinggi perbandingan antara

kapital terhadap tenaga buruh makin tinggi indeks produktivitas

yang dicapai oleh negara tersebut. Keadaan ini dapat dijelaskan

bahwa semakin besar kapital yang digunakan dalam proses

produksi atau makin rendah jumlah tenaga kerja dilibatkan

karena penggunaan kapital yang lebih besar maka makin tinggi

indeks produktivitas. Hal ini berlaku untuk kegiatan produksi yang

bersifat otomasi dan repetitif.

360

340

2.7.3 Riset dan Pengembangan

Besarnya pengeluaran pemerintah untuk kegiatan riset dan

pengembangan sering digunakan sebagai salah satu indikator

perbandingan kemajuan suatu negara. Seperti halnya dengan

inestasi pengeluaran untuk riset dan pengembangan dinyatakan

dalam persentase GNP. Amerika Serikat membelanjakan


sebesar 1,45 % dari GNP untuk riset dan pengembangan pada

28

Scanned by TapScanner

Relay Pedia

tahun 1975, kurang lebih ama dengan Perancis 11 42 %) dan

agri sebesar 1 50% Tetapi Jerman membelanjakan jauh lebih

besar yaitu sebe 209 Produktivitas Jemman ternyata

berantau di atas produktivitas Amerika Serikal, Perancis dan

2.7.4 Utilisasi kapital

Sumanth mendefinisikan tingkat utilisasi sebagai persentase

waktu yang tersedia pabrik dalam keadaan beroperasi

. Definisi

ini menunjukkan bahwa tidak seluruh waktu yang tersedia pabrik

dalam keadaan beroperasi akibat dari berbagai faktor misalnya

sebagian dan mesin produksi dalam keadaan rusak, bahan baku

belum tersedia jadwal produksi antar proses operasi tidak

sinkron dan lain-lain Jika jam kerja pabrik dirancang misalnya

40 jam per minggu yaitu 8 jam per handan 5 han por minggu dan

dan jumlah jam kerja tersebut hanya 32 jam, pabrik beroperasi

secara efektif maka dikatakan tingkat utilisasi pabrik tersebut

ialah (32/40) X 100 % -80%. Pengalaman pabrik-pabrik di

Amerika Serikat secara agregat menunjukkan pola seperti terlihat

dalam Gambar 2-5

B6

Utilisasi kapasitas
130

128

84

82

Indeks Produktivitas Output/am-orang

80

Persentase Kapasitas Digunakan

122

78

120

Output per jam-orang

76

118

74

1984

1976

1977 1978

1979 1980 1981 1982 1983

Tithun

Gambar 25: Utilisasi Kapasitas Versus Produktivitas

Senor Sumath (1984)

29

Scanned by TapScanner

2.7.5 Biaya Energi

Biaya energi merupakan salah satu faktor serius dalam


mempengaruhi produktivitas Dunia telah mengalami berabe

kali situasi krisis energi sejak tahun 1973 hingga w Wie

pada tahun 1979 akibat perang Timur Tengah terjadi

harga minyak bumi lebih dan dua kali lipal yaiku dan

barrel melonjak menjadi $ 32-35 per barrel Senyor

461 461 14:15

4G 58

BAB II PENTING...

manufaktur di negara-negara lain seperti Jepang carton

maka tingkat permintaan bahan bakar minyak menurun am

hingga mencapai harga $ 45 per barrel.

Kenaikan harga minyak bumi yang terjadi pada tahun 1979

dan 2008 telah meningkatkan biaya produksi yang cuku

signifikan. Walaupun produktivitas parsial tenaga kerja terras

dinaikkan, akibat kenaikan harga sumberdaya energi terus

menerus terjadi maka tidak hanya produktivitas parsial energ

yang turun drastis tetapi juga produktivitas total melorot tam

Akibat pengalaman buruk tersebut, dunia bisnis khususnya

sektor industri manufaktur semakin jeli dalam mencan tekning

yang hemat energi karena situasi krisis energi masih akan terus

mengancam di masa yang akan datang sehubungan dengan

cadangan bahan bakar fosil tersebut yang sudah sangat menos

2.7.6 Etika Kerja

Sejak tahun 1965, Institute for Social Research Universitas


Michigan telah mengingatkan dunia manufakturing agar masing

masing menghitung jumlah jam kerja sebenanya yang

digunakan pada setiap hari kerja Menurut Thomas Jerster

direkur dari lembaga riset tersebut jumlah jam kerja karyawan

yang dibayar oleh perusahaan pada umumnya lebih besar dan

jumlah jam kerja sesungguhnya yang digunakan karyawan untuk

perusahaan. Beliau lebih lanjut mengatakan selisih antara jam

kerja yang dibayar dan jam kerja yang digunakan sebenarnya

ternyata semakin melebar yaitu daru 5% pada tahun 1985

30

Scanned by TapScanner

menjadi 15 % pada tahun 1980. Semakin merososinya jumlah

jam kerja yang digunakan dalam kegiatan produktif dipersalisan

mencinkan semakin merosotnya disiplin dan olika hele pare

karyawan Hampir tidak ada pihak yang mempermasalahkan

situasi ini termasuk dan lingkungan manajemen perusahaan

2.7.7 Kekhawatiran Akan Kehilangan Pekerjaan

Para karyawan terutama dan kelompok pekerja sering

dilanda rasa khawatir setiap kali kontrak alau order para

pelanggan yang mereka sedang kerjakan menderat lampung

Kekhawatiran tersebut bersumber dan kelanjutan pekerjaan

mereka apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan korak

atau order-order berikutnya Akibatnya sebagian para penerje

sering menunjukkan kegairahan kerja yang menurun yang terima

dari berbagai bentuk kelambanan bekerja


Situasi seperti diatas juga terlihat apabila

perusahaan memperkenalkan metode atau teknik baru dalam

mempercepat penyelesaian

pekerjaan

penolakan dilakukan walaupun dalam bentuk atau car

halus seperti kekurangseriusan dalam mengikut 50%

implementasi cara baru tersebut menunjukkan kesulitan

menyesuaikan dari cara lama dan sebagainya

Permasalahan diatas tentu tidak

menjadi

suatu

III

2.8 Krisis Produktivitas

Walaupun para eksekutif pada hampir semua instansi

pemerintah dan swasta

serta para manajer perusahaan

memahami arti dan manfaat produktivitas dalam menumbuhkan

dan memperkokoh daya saing mereka, budaya kerja yang

mencerminkan produktivitas yang tinggi masih belum terinat

Secara nyata. Masalah ini dapat dilihat dalam praktek rekrutinen

pegawai di instansi pemerintah atau penambahan tenaga kerja

Scanned by TapScanner

Rekayasa Produktivitas

perusahaan-perusahaan. Sangat jarang alasan perekrutan atau


penambahan tenaga kerja dilakukan berdasarkan analisis

produktivitas tetapi lebih kepada pertimbangan standar-standar

yang ditetapkan oleh manajemen. Pada instansi pemerintah

standar-standar yang digunakan pada umumnya mengacu pada

peraturan formal seperti standar jumlah pegawai per jabatan,

rasio jumlah pegawai per volume kegiatan dan lain-lain.

Pada perusahaan perkebunan negara misalnya sering

digunakan standar kebutuhan tenaga buruh 0.4 orang buruh per

ha luas areal. Syarat-syarat rekrutmen juga lebih mengacu pada

peraturan formal seperti batas usia, tingkat pendidikan, kondisi

kesehatan dan lain-lain. Pada perusahaan swasta, kebutuhan

jumlah tenaga buruh lebih ditentukan oleh pertimbangan

supervisor yang bertanggung jawab dalam setiap jabatan. Tidak

sedikit pula menggunakan rasio tenaga buruh per ton produk

yang dihasilkan sebagai standar. Jika rasio antara jumlah tenaga

buruh terhadap jumlah produk yang dihasilkan berada dibawah

standar maka perekrutan tenaga baru segera dilakukan.

Dalam setiap organisasi apakah perusahaan bisnis,

organisasi/ lembaga pendidikan, korporasi, instansi pemerintah,

lembaga pelayanan kesehatan dan sebagainya, produktivitas

tidak tumbuh dengan sendirinya. Banyak faktor kompleks yang

perlu diatur, dikordinasikan dan dikelola untuk menumbuhkan

produktivitas. Tidak disangkal bahwa ada organisasi yang tanpa

strategi yang jelas ataupun hanya melalui penggunakan

pendekatan trial-and-error berhasil mencapai


keberhasilan tertentu. Namun perlu disadari bahwa keberhasilan

yang demikian berkaitan erat dengan faktor economic cycle (Mali,

1978). Apabila faktor economic cycle berlalu maka perusahaan

tersebut sekonyong-konyong menjadi panik dan mempraktekkan

moral yang rendah yang kemudian berbuntut pada biaya tinggi

dan penjadwalan yang buruk.

Perbaikan poduktivitas yang efektif membutuhkan kesadaran

tinggi tentang pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan dan

sasaran organisasi. Sering para manajer melihat kemampuan

perusahaannya dalam mencapai target-target yang ditetapkan

lebih ditentukan oleh kemampuan anggran yang tersedia, dan

faktor pendekatan dalam sistem marketing. Sangat jarang

35

tingkat

Scanned by TapScanner

perhatian diarahkan kepada peningkatan produktivitas masing-

masing sumberdaya dalam membangun daya saing dalam

mencapai target-target perusahaan. Akibatnya, produktinfo

informasi information). Berikut ini akan diuraikan secara lebih

rinci berbagai faktor penyebab terjadinya krisis produktivitas di

suatu negara tidak terkecuali negara maju seperti Amerika Serikat

dan Eropah.

1). Meningkatnya jumlah pekerja kerah putih (white collar

workers) yang mengasumsikan output mereka yang bersifat

intangible tidak dapat atau sulit dikuantifikasi


Hampir pada semua organisasi baik pada perusahaan

industri manufaktur maupun jasa-jasa terjadi peningkatan jumlah

pekerja kerah putih secara mengejutkan

Mali (1978

menyebutkan bahwa manual blue-collar (pekerja kerah biru atau

para pekerja biasa) sekarang telah menjadi kelompok minoritas.

Mereka ditentukan sebagai bagian terbesar dalam organisas!

yang bergerak dalam bidang industri jasa, perawatan kesehatan,

Scanned by TapScanner

Rekayasa Produktivitas

lembaga pendidikan, instansi pemerintah, pelayanan sosial, riset

dan sebagainya. Pekerja kerah putih pada umumnya tidak

memiliki kebiasaan

untuk mengukur

dan mengevaluas

produktivitas kerja mereka bahkan dapat dikatakan mereka

bukan productivity minded. Hal ini terutama disebabkan output

mereka bersifat

intangible (tak berwujud) sehingga

produktivitasnya dianggap tidak perlu atau tidak dapat diukur.

Dalam organisasi manufakturing juga ditemukan hal yang sama.

Walaupun outputnya bersifat tangible, tidak sedikit departemen

atau unit-unit kerja pendukung seperti departemen sumberdaya

manusia (human resource) pengadaan procurement)

perancangan dan rekayasa (design and engineering


pemeliharaan (maintenance) dan lain-lain yang outputnya bersifat

intangible.

2) Sistem tunjangan (benefits) dan pemberian penghargaan

(rewards) yang tidak terkait dengan upaya peningkatan

produktivitas dan akuntabilitas

Akhir-akhir ini ada kecenderungan untuk menerapkan sistem

pemberian penghargaan dan berbagai benefit kepada karyawan

tanpa menghubungkannya dengan capaian produktivitas dan

akuntabilitas Hal tersebut sebagian besar ditemui pada

perusahaan yang berhasil meraup keuntungan yang relatif besar.

Markley, Presiden Timken Company mengatakan bahwa akibat

kebijakan pemberian penghargaan dan benefit tanpa

mengaitkannya dengan pencapaian produktivitas yang demikian

meluas di perusahaan-perusahaan Amerika telah menimbulkan

inflasi karena tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas kinerja)

yang seimbang. Beliau menunjukkan angka kenaikan upah dan

gaji dalam 20 tahun telah mencapai 135 % tetapi produktivitas

hanya meningkat sebesar 60 %. Akibatnya, biaya hidup semakin

meningkat dan tuntutan kenaikan upah dan gaji semakin

meningkat lagi yang kemudian membentuk lingkaran tertutup

(closed cycle) seperti terlihat pada Gambar-2.6. Situasi ini telah

menimbulkan kekhawatiran yang cukup besar tidak hanya pada

pemerintah tetapi juga masyarakat. Bagiamanapun situasi yang

demikian hanya dapat diatasi apabila pembayaran karyawan

37
Scanned by TapScanner

Anda mungkin juga menyukai