Universitas Hasanuddin
Pendahuluan
Dalam suatu bisnis, permintaan akan suatu produk cenderung akan menguat
ketika perekonomian kuat dan bisnis klien berjalan dengan baik. Suatu perusahaan
harus memperkirakan permintaan akan produknya, sehingga dapat memastikan
bahwa perusahaan memiliki produk dalam jumlah yang mencukupi untuk memenuhi
permintaan tersebut. Karena permintaan cenderung bergantung pada kondisi
ekonomi, maka jumlah produk yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut
bergantung pada kondisi ekonomi. Selain itu, juga harus dipertimbangkan oleh
perusahaan tentang pengaruh kebijakan pemerintah terhadap kondisi ekonomi.
Meskipun setiap bisnis tidak dipengaruhi dengan cara yang sama oleh
perubahan kondisi ekonomi, kebanyakan bisnis dipengaruhi sampai tingkatan
tertentu. Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana beberapa penilaian yang
dapat memengaruhi kinerja bisnis dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat
memengaruhi kondisi ekonomi.
Permasalahan
1) Bagaimana pertumbuhan ekonomi memengaruhi kinerja bisnis?
2) Bagaimana inflasi memengaruhi kinerja bisnis?
3) Bagaimana tingkat bunga memengaruhi kinerja bisnis?
4) Bagaimana harga pasar ditentukan?
5) Apa saja kebijakan pemerintah yang memengaruhi kondisi ekonomi?
Pembahasan
Kondisi ekonomi mencerminkan tingkat produksi dan konsumsi bentuk suatu
negara, wilayah, atau industri tertentu. Kondisi ekonomi dapat memengaruhi
pendapatan atau beban dari suatu bisnis oleh karena itu dapat memengaruhi nilai
dari bisnis tersebut.
1 Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kinerja Bisnis
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) mencerminkan perubahaan
dalam tingkat aktivitas ekonomi secara umum. Kadang kala pertumbuhan
ekonomi kuat, dan pada saat yang lain pertumbuhan ekonomi relatif lemah.
Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat
Ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara lebih kuat dari
yang biasanya, maka total tingkat pendapatan dari para pekerja
negara tersebut relatif tinggi, sehinga terdapat volume
pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang dan jasa. Karena
permintaan untuk barang dan jasa. Karena permintaan untuk
barang dan jasa tinggi, maka perusahaan yang menjual barang
dan jual akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.
Dampak dari ekonomi yang kuat menyebar antarperusahaan.
Dampak dari perekonomian yang lebih kuat dapat menyebar
dengan cepat antarbisnis. Ketika perekonomian kuat, bisnis
dipengaruhi secara postof oleh kondisi ekonomi karena
perusahaan mengalami permintaan yang lebih tinggi akan
produk-produknya. Dengan demikian, pendapatan ekstra
menimbulkan efek gelombang (ripple effect) ke seluruh sektor
perekonomian.
Pertumbuhan Ekonomi yang Lemah
Sementara pertumbuhan ekonomi yang kuat meningkatkan
pendapatan perusahaan, pertumbuhan ekonomi yang lambat
mengakibatkan rendahnya permintaan akan barang dan jasa, sehingga
dapat mengurangi pendapatan perusahaan. Bahkan perusahaan yang
memproduksi barang atau jasa kebutuhan pokok dipengaruhi secara
negatif oleh perekonomian yang lemah karena pelanggan cenderung
untuk mengurangi permintaan mereka. Ketika pertumbuhan ekonomi
adalah negatif untuk dua kuartal berturut-turut, maka periode tersebut
disebut sebagai resesi (recesion). Karena resesi menimbulkan penurunan
dalam penghasilan dan permintaan, maka resesi memiliki dampak negatif
yang cukup signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Dampak dari ekonomi yang lemah menyebar
antarperusahaan. Dampak dari perekonomin yang lemah dapat
menyebar dengan cepat ke seluruh bisnis. Ketika kondisi lemah,
beberapa bisnis lebih terpengaruh dibandingkan dengan bisnis
lainnya. Meskipun demikian, kebanyakan bisnis dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi karena permintaan akan produk di hampir
semua industri menurun.
Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Dua ukuran utama dari pertumbuhan ekonomi adalah
tingkat produksi total dari barang dan jasa dalam perekonomian
serta jumlah total pengeluaran disebut juga dengan pengeluaran
agregat (aggregate expenditure). Indikator alternatif dari
pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pengangguran. Jenis-jenis
pengangguran tersebut, yaitu :
Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Disebut juga dengan tingkat pengangguran alamiah,
mencerminkan orang-orang yang sedang berganti pekerjaan. Yaitu,
orang-orang yang status penganggurannya bersifat temporer, karena
kemungkinan besar mereka dalam waktu singkat akan memperoleh
pekerjaan.
Pengangguran musiman (seasonal unemployment)
Mencerminkan orang-orang yang tidak
dibutuhkan selama musim tertentu.
Pengangguran siklus (cyclical unemployment)
Mencerminkan orang yang menganggur karena
kondisi perekonmian yang buruk. Ketika tingkat aktivitas
ekonomi menurun, permintaan akan barang dan jasa juga
menurun, sehingga menurunkan kebutuhan akan pekerja.
Pengangguran struktural (structural unemployment)
Mencerminkan orang-orang yang menganggur karena mereka
tidak memiliki keahlian yang memadai.
Banyak indikator lain dari pertumbuhan ekonomi, seperti
indeks produksi industrial, proyek perumahan baru, dan tingkat
penghasilan pribadi dikumpulkan oelh divisi pemerintahan
federal dan dilaporkan dalam majalah dan koran bisnis.
Variasi dalam sensitivitas terhadap pertumbuhan ekonomi.
Beberapa perusahaan lebih sensitif dibandingkan dengan
perusahaan lainnya terhadap kondisi ekonomi karena
permintaan akan produknya lebih sensitif terhadap kondisi
semacam itu.
2 Dampak dari Inflasi
Inflasi (inflation) adalah kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara umum selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan
dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen, yang
mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk
kebutuhan sehari-hari, bahan bakar, layanan kesehatan, dan listrik.
Inflasi dapat memengaruhi beban operasi suatu perusahaan untuk
menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan
bahan baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang lebih
tinggi akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam beban
operasi suatu perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi selama
periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan mengenakan harga yang lebih
tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi.
Jenis Inflasi
Inflasi dapat diakibatkan dari kejadian tertentu yang menaikkan biaya
produksi. Ketika perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi karena
kenaikan biaya, terjadi inflasi yang di dorong oleh biaya (cost-push
inflation). Ketika pelanggan membayar harga yang lebih tinggi untuk
produk sebagai akibat dari inflasi, maka mereka memiliki lebih sedikit uang
yang tersedia untuk membeli produk-produk lain. Mereka berjuang untuk
tetap bertahan dalam batasan anggaran pengeluaran mereka dan
mungkin harus meminjam uang. Alternatifnya, mereka dapat dipaksa untuk
mengurangi pengeluaran mereka untuk produk-produk lain yang
menyebabkan permintaan akan produk-produk tersebut menurun.
Konsekuensinya, perusahaan akan mengalami tingkat pendapatan yang
lebih rendah.
Inflasi juga dapat disebabkan oleh permintaan konsumen yang kuat.
Pertimbangkan situasi dimana pelanggan meningkatkan permintaan
mereka akan kebanyakan produk dan jasa. Beberapa perusahaan dapat
merespons hal ini dengan menaikkan harga. Ketika harga produk dan jasa
tertaik ke atas karena permintaan konsumen yang kuat, maka terjadilah
inflasi yang ditarik oelh permintaan (demand-pull inflation).
Variasi dalam sensititas terhadap inflasi. Beberapa perusahaan lebih
terekspos pada inflasi dibandingkan dengan perusahaan lain karena jenis
beban yang dikeluarkan dalm proses produksinya.