Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) merupakan program khusus yang
harus dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan
kurikulum SMK. Program ini dilaksanakan di luar sekolah dalam bentuk praktik
kerja di dunia usaha atau industri dengan mempertimbangkan struktur program
kurikulum, kalender pendidikan, dan kesediaan dunia usaha atau industri untuk
dapat menerima PRAKERIN ini.
Praktik Kerja Industri dimaksudkan untuk mendekatkan siswa kepada
tuntutan kerja atau industri, yang sekaligus diharapkan mampu memberikan
umpan balik kepada pihak dunia usaha atau industri, maupun sekolah sebagai
lembaga pelaksana pendidikan formal, sehingga diperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang standar kualifikasi lulusan SMK yang sesuai kebutuhan pasar kerja
di dunia usaha atau industri serta masukan-masukan yang berarti bagi
pengembangan mutu pendidikan khususnya di SMK NU TULUNGAGUNG.
Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun merumuskan permasalahan
dalam laporan ini yaitu “Keterbatasan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Satiti Prima Husada” dikarenakan perencanaan obat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada menggunakan pola kebutuhan sewaktu,
Jadi, perencanaan obat yang apabila hari ini habis, maka saat itu juga pihak
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada memesankan barang.
Perencanaan berdasarkan kebutuhan sewaktu jarang dipakai di sistem rumah sakit,
karena bisa menyebabkan masalah barang terlambat datang.
Dengan hal ini Sebaiknya pemesanan barang dilakukan sebelum barang
atau stok obat habis. Supaya masih ada persediaan untuk menunggu sampai
barang atau stok obat datang. Karena jika stok sampai habis, maka keluarga
pasien harus menebus obat di apotek luar, sehingga dapat berpengaruh kepada
pendapatan dan kebutuhan obat pasien tertentu.

1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)
1.2.1 Tujuan Umum
Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) bertujuan untuk mengetahui
pengelolaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui proses perencanaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti
Prima Husada.
2. Mengetahui proses pengadaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti
Prima Husada.
3. Mengetahui proses penyimpanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Satiti Prima Husada.
4. Mengetahui administrasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima
Husada.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)


1. Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah menengah kejuruan (SMK).
2. Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan-gagasan seputar dunia usaha
serta industri yang profesional dan handal.
3. Membentuk pola pikir siswa-siswi agar terkonstruktif baik serta memberikan
pengalaman dalam dunia industri maupun dunia kerja.
4. Menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dan perusahaan terkait, baik
dalam dunia usaha maupun dunia industri.
5. Mengenalkan siswa-siswi pada pekerjaan lapangan di dunia industri dan usaha
sehingga pada saatnya mereka terjun ke lapangan pekerjaan yang
sesungguhnya dapat beradaptasi dengan cepat.
6. Meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dalam mendidik dan melatih tenaga
kerja yang berkualitas.
7. Sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan bahwa pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
8. Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan di era teknologi informasi dan komunikasi terkini.

2
9. Memberikan keuntungan pada pihak sekolah dan siswa-siswi itu sendiri,
karena keahlian yang tidak diajarkan di sekolah didapat di dunia usaha atau
industri.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM INSTITUSI PASANGAN

2.1 Ketentuan Umum Tentang Institusi Pasangan


Definisi apotek menurut beberapa sumber yaitu :
a. Menurut PP no. 26 tahun 1965 tentang apotek pasal 1, yang dimaksud
dengan apotek dalam peraturan pemerintah ini ialah suatu tempat tertentu,
dimana dilakukan usaha dalam bidang farmasi dan pekerjaan kefarmasian.
b. Menurut UU no. 41 tahun 1990 pasal 1ayat 2, apotek adalah tempat
dilakukannya pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan sediaan farmasi dan pembekalan
kesehatan.
c. Menurut PERMENKES RI no. 922/MENKES/PER/X/1993, apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat.
d. Menurut KEPMENKES RI no. 1332/MENKES/SK/X/2002, apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, pembekalan kesehatan kepada masyarakat.
e. Menurut Peraturan Pemerintah no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13, apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apotek.

2.2 Tugas dan Fungsi Institusi Pasangan


Tugas dan Fungsi apotek berdasarkan peraturan pemerintah no 25 tahun
1980, adalah sebagai berikut :
a. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
b. Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

4
d. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya
kepada masyarakat.

2.3 Pendirian Institusi Pasangan


Sesuai dengan keputusan MENKES RI no. 1332/MENKES/SK/X/2002
pasal 7 dan 9 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek, yaitu :
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari setelah
menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai
POM (Pengawasan Obat dan Makanan) untuk melakukan pemeriksaan
setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM (Pengawasan
Obat dan Makanan) selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan
bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil
pemeriksaan.
d. Dalam hal pemeriksaan dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, apoteker
pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada
Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Kepala
Dinas Provinsi.
e. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana
ayat (3) atau persyaratan ayat (4), Kepalan Dinas Kesehatan setempat
mengeluarkan surat izin apotek.
f. Dalam hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan setempat atau Kepala Balai
POM (Pengawasan Obat dan Makanan) dimaksud (3) masih belum memenuhi
syarat Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 12 hari kerja
mengeluarkan surat penundaan.
g. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat 6, apoteker diberikan
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-
lambatnya dalam waktu 1 bulan sejak tanggal surat penundaan.

5
h. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan sesuai
pasal 5 dan atau pasal 6 lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka
Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam jangka waktu selamabat-lambatnya
12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya.

2.4 Pencabutan Izin Institusi Pasangan


Pencabutan izin apotek dapat dilakukan apabila sesuai dengan hal-hal
dibawah ini :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenui ketentuan yang telah ditetapkan seperti
ijazah yang terdaftar pada Departemen Kesehatan, melanggar sumpah atau
janji sebagai apoteker, tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental dalam
menjalankan tugasnya, bekerja sebagai penanggung jawab kepada apotek atau
industri farmasi.
b. Apoteker tidak menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan
farmasi yang bermutu dan terjamin keabsahannya .
c. Apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik seperti dalam hal melayani
resep, memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara
tepat, aman atau rasional.
d. Bila apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun berturut-
turut.
e. Bila apoteker melanggar perundang-undangan narkotika, obat keras atau
ketentuan lainnya.
f. SIK (Surat Izin Kerja) dicabut.
g. PSA (Pemilik Sarana Apotek) terbukti dalam pelanggaran perundang-
undangan dibidang obat.
h. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

2.5 Pengelolaan Sumber Institusi Pasangan


2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker

6
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasiantar
profesi, menempatkan diri sebagai pimpnan dalam situasi multidisipliner,
kemampuan mengelola sumber daya secara efektif, selalu belajar sepanjang karir,
dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan.
2.5.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya
2.5.2.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan dasar tindakan manager untuk dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dalam perencanaan pengadaan sediaan
farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data obat-obatan yang akan ditulis dalam buku defecta. Sebelum
perencanaan ditetapkan, umumnya didahulukan oleh prediksi atau ramalan
tentang peristiwa yang akan datang.
2.5.2.1.1 Berdasarkan Epidemiologi
Perencanaan berdasarkan epidemiologi yaitu, perencanaan berdasarkan
pola penyakit di masyarakat. Jadi, perencanaan pengadaan obat yang dibeli paling
banyak melihat pada siklus penyakit yang terjadi di masyarakat.
2.5.2.1.2 Berdasarkan Konsumtif
Perencanaan berdasarkan konsumtif yaitu, perencanaan pengadaan obat
yang melihat pada obat apa yang habis paling banyak. Misalnya pada satu bulan
sebelumnya.
2.5.2.1.3 Berdasarkan Kombinasi
Perencanaan berdasarkan kombinasi yaitu, perencanaan gabungan dari
perencanaan epidemiologi dan konsumtif. Jadi perencanaan tidak hanya melihat
pada pola penyakit di masyarakat, namun juga melihat obat apa yang habis paling
banyak bulan kemaren.
2.5.2.1.4 Berdasarkan Kebutuhan Sewaktu
Perencanaan berdasarkan kebutuhan sewaktu yaitu, perencanaan
pengadaan obat yang apabila hari ini habis, maka saat itu juga pihak gudang
farmasi memesankan barang. Perencanaan berdasarkan kebutuhan sewaktu jarang

7
dipakai di sistem rumah sakit, karena bisa menyebabkan masalah barang terlambat
datang.
2.5.2.2 Pengadaan
Pengadaan biasanya dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat
dan disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadaan barang meliputi
: pemesanan, cara pemesanan, mengatasi kekosongan dan pembayaran.
1. Pemesanan barang atau order dilakukan oleh asisten apoteker berdasarkan
catatan yang ada dalam buku habis berisi catatan barang-barang yang hampir
habis atau yang sudah habis dilakukan order, obat yang tertulis dalam buku
habis dicocokkan dengan buku defecta.
2. Cara pemesanan barang dilakukan dengan menuliskan surat pemesanan (SP).
Selain narkotika dan psikotropika meliputi tanggal, nomor pemesanan, kode
supplie, nama barang, satuan barang, dan jumlah barang. SP akan diambil
selesman dari masing-masing PBF, apabila selesman PBF tidak datang order
bisa dilakukan melalui telepon (untuk obat selain narkotika dan psikotropika).
3. Mengatasi pemesanan obat akibat waktu antara pemesanan dan kedatangan
barang yang lama.
4. Pembayaran dapat dilakukan dengan cara COD (Cash On Delivery) atau kredit.
2.5.2.3 Penyimpanan
Obat atau barang dagangan yang sudah dibeli tidak semuanya langsung
dijual, oleh karena itu harus disimpan dalam gudang terlebih dahulu.
Obat yang disimpan dalam gudang tidak diletakan begitu saja, tetapi
disimpan meurut golongannya yaitu :
1. Bahan baku disusun secara abjad dan dipisahkan antara serbuk, setengah padat,
bentuk cairan yang mudah menguap agar disendirikan.
2. Obat jadi disusun menurut abjad, menurut pabrik atau menurut persediaannya.
3. Obat-obat narkotika disimpan di lemari khusus sesuai dengan persyaratan.
4. Obat-obatan psikotropika (OK) sebaiknya disimpan tersendiri.
2.5.2.4 Admnistrasi
Administrasi di apotek dibagi menjadi 2, yaitu :

8
1. Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika
dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Administrasi pelayanan pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan
pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
2.5.2.5 Keuangan
Keuangan meliputi administrasi untuk uang masuk, uang keluar, buku
harian penjualan. Catatan mengenai uang masuk meliputi laporan penjualan
harian sedangkan uang yang keluar tercatat dalam buku pengeluaran apotek.

2.6 Pelayanan di Institusi Pasangan


2.6.1 Pelayanan Resep atau Pesanan
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untyuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses
kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai
dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada
pasien. Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut :
2.6.1.1 Penerimaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor surat
izin praktik (SIP), paraf dokter, tanggal penuliusan resep, nama obat, jumlah
obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien dan jenis kelamin pasien.
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian
dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan padea resep atau
obatnya tidak tersedia.
2.6.1.2 Peracikan obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

9
a. pengabilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat,
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat.
b. Peracikan obat
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam atau oral dan etiket warna biru
untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat
dalam bentuk larutan.
d. Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
2.6.1.3 Penyerahan obat
Setelah peracikan obat, dilakukan halhal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket.
b. Penyerahan obat pada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan
sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak
stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dll
(Depkes RI, 2006).
2.6.1.4 Pelayanan informasi obat
Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan
obat yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope
Indonesia, Informasi Spesialit Obat Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional
Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya.
Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat
yang berisi :
a. Nama dagang obat jadi
b. Komposisi
c. Bobot, isi atau jumlah tiap wadah

10
d. Dosis pemakaian
e. Cara pemakaian
f. Khasiat atau kegunaan
g. Kontra indikasi (bila ada)
h. Tanggal kadaluarsa
i. Nomor izin edar atau nomor registrasi
j. Nomor kode produksi
k. Nama dan alamat industri
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah diwaktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah
obat diminum sebelum atau sesudah makan.
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan
untuk mencegah timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.
Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan
oat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obat
tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,
suppositoria dan krim atau salep rektal dan tablet vagina.
2.6.2 Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker dan asisten apoteker
selalu memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri
(swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan
kadang juga dilakukan dengan menyebar brosur atau leaflet.
2.6.3 Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai care gifer diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khusunya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini, apoteker
harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

11
2.6.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep
Pelayanan obat tanpa resep sebenarnya hanya diperbolehkan untuk obat
golongan bebas. Untuk obat golongan lainnya dianjurkan untuk berdasarkan resep
dokter. Tapi kenyataan di kehidupan sehari-hari banyak sekali yang menjual obat
golongan bebas terbatas bahkan obat keras tanpa harus menggunakan resep
dokter.
2.6.5 Pelayanan Narkotika dan Psikotropika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dan psikotropika dari resep
asli atau salinan resep yang dibuat oleh apotek itu sendiri yang belum diambil
sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat
narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep
narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis biru dibawah
obat narkotika dan diberi garis biru untuk obat psikotropika.
2.7 Perpajakan
Pajak yang dibayarkan untuk usaha apotek diatur dalam Peraturan
Pemerintah no.46 tahun 2003, merupakan kebijakan pemerintah yang mengatur
mengenai Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang diterima atau yang
diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran Bruto tertentu. Peredaran Bruto
(omzet) merupakan jumlah Peredaran Bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet
atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
Maksud dan tujuan kebijakan pemerintah terkait dengan pemberlakuan
Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2003 ini didasari dengan maksud :
a. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan.
b. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi.
c. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi.
d. Memberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara.
Tujuan :
a. Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
b. Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat.
c. Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Waktu, Tempat, dan Teknis Pelaksanaan


Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini dilaksanakan pada tanggal 08
Maret 2018 dan selesai pada tanggal 07 April 2018 di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Satiti Prima Husada.
Teknis pelaksanaan, setiap shift terdiri dari 1 orang Apoteker, 1 orang AA
(Asisten Apoteker), dan juga 2-3 anak prakerin.
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada jam kerja
dibagi menjadi 3 shift, yaitu :
a. Shift pagi : 07.00-14.00 WIB
b. Shift siang : 14.00-21.00 WIB
c. Shift malam : 21.00-07.00 WIB

3.2 Sejarah Institusi Pasangan


Cikal Bakal Rumah Sakit Satiti Prima Husada diawali dengan berdirinya
BP/RB/BKIA ( Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, dan Balai Kesejahteraan Ibu
dan Anak ) Dalam perjalanan waktu BP/RB/BKIA Satiti berkembang dengan
cukup pesat, kemudian dilaksanakan konversi dari BP/RB/BKIA Satiti ke Rumah
Sakit Umum Satiti Prima Husada pada tahun 2008 Pengajuan konversi dimaksud
di setujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur yang ditandai dengan terbitnya izin operasional sementara
dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Nomor : 442 1/915/1014/2010 pada
bulan Februari 2010, pada tahun itulah Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Satiti Prima Husada berdiri, yang beralamat di Ds. Balesono, Kec. Ngunut, Kab.
Tulungagung sampai saat ini tetap berjalan.

3.3 Tujuan Pendirian Institusi Pasangan


Memenuhi kebutuhan obat pasien rawat inap, rawat jalan yang ada di
Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada serta masyarakat umum.

13
3.4 Pengelolaan
3.4.1 Sumber daya manusia (SDM)
Instalasi Faramasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada dikelola
dengan baik, mulai dari struktur sampai dengan kinerja apotek dalam melayani
dan memberikan perbekalan (KIE) kepada masyarakat.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada dikelola oleh 5
orang dengan 1 orang apoteker, 4 orang lainnya sebagai AA ( Asisten Apoteker )
dibagi 3 shift, pershiftnya 1 orang AA dan 2-3 anak prakerin.
Pembagian tugas di Instalasi Faramasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima
Husada:
1. Lulusan S1 + Profesi sebagai Apoteker.
2. Lulusan S1 sebagai AA (Asisten Apoteker).
3. Lulusan SMK Farmasi sebagai AA (Asisten Apoteker).
4. Lulusan SMK Farmasi sebagai AA (Asisten Apoteker).
5. Lulusan SMK Farmasi sebagai AA (Asisten Apoteker)
Bagan struktur organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti
Prima Husada :

KEPALA INSTALASI

PERENCANAAN GUDANG DISTRIBUSI


DAN PENGADAAN FARMASI FARMASI
FARMASI

14
3.4.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima
Husada :
1. Ruang tunggu
2. Tempat parkir
3. Jam
4. Tempat Konsultasi
5. Pencahayaan
6. Toilet
7. Kulkas
3.4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perebekalan Kesehatan Lainnya
3.4.3.1 Perencanaan
Perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima
Husada menggunakan pola kebutuhan sewaktu. Jadi, perencanaan obat yang
apabila hari ini habis, maka saat itu juga pihak Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Satiti Prima Husada memesankan barang. Perencanaan berdasarkan
kebutuhan sewaktu jarang dipakai di sistem rumah sakit, karena bisa
menyebabkan masalah barang terlambat datang.
Alur Perencanaan :
Pengecekan obat => Menulis di defecta => Klarifikasi PBF => SP.
3.4.3.2 Pengadaan
SP sudah siap, kemudian Apoteker ataupun AA menghubungi sales untuk
memesan barang. Setelah sales selesai menyiapkan barangnya, seles tersebut
kemudian mengantarkan barang tersebut ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Satiti Prima Husada serta membawa faktur.
Setelah barang sampai, barang tersebut kemudian dicek kembali
kelengkapannya dan dicatat dibuku penerimaan kemudian dicek sesuai faktur.
Alur Pengadaan :
Order => seles ke apotek mengambil SP => Sales datang membawa obat beserta
faktur => Dicek atas kecocokan faktur dengan SP => OK => Paraf beserta
stampel sebagai tanda penerimaan.

15
3.4.3.3 Penyimpanan
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada, obat atau
barang yang sudah datang disimpan dalam gudang terlebih dahulu.
Obat yang disimpan di dalam gudang diletakkan menurut golongannya,
yaitu :
1. Paten
2. OKT ( di dalam almari kayu )
3. Generik
4. Injeksi
5. Sirup
6. Salep, tetes mata serta tetes telinga
7. ALKES
3.4.3.4 Administrasi
1. Administrasi umum
Untuk obat golongan OKT, di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti
Prima Husada dilakukan pencatatan khusus untuk pengeluarannya. Meliputi
nama dokter, nama pasien, alamat pasien, nomor resep, dan jumlah obat yang
keluar. Bukunya dibedakan untuk perobatnya.
2. Administrasi pelayanan
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada meliputi
pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat, yang semuanya diketik dalam bentuk tabel dan
disimpan dalam komputer Rumah Sakit yang ada di dalam instalasi.
3.4.3.5 Keuangan
1. Pemasukan
Pemasukan uang di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima
Husada berasal dari penjualan obat untuk pasien rawat inap ataupun rawat jalan
serta resep BPJS dan resep umum. Untuk penebusan obat di Instalasi Farmasi
dibuatkan kwitansi lalu di bayarkan di kasir.

16
2. Pengeluaran
Pengeluaran uang di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima
Husada dikelola oleh pihak Rumah Sakit.

3.5 Pelayanan
3.5.1 Untuk pasien rawat jalan
Pelayanan resep biasa untuk pasien rawat jalan sama dengan pelayanan
resep di Instalasi Farmasi lainnya. Pasien menyerahkan resep yang dibuatkan oleh
dokter kepada AA, kemudian AA akan mengambilkan obat yang tertera di resep
tersebut, dan menuliskan signa masing-masing obat serta menempelkannya pada
obat yang sudah diambilkan dari rak.
Resep BPJS untuk pasien rawat jalan kertasnya terdapat stempel BPJS.
Lalu obat yang diberikan kepada pasien BPJS adalah obat generik. Karena
harganya relatif lebih murah. Kemudian AA menerangkan aturan pakai obat
kepada pasien serta fungsi obat (KIE).
3.5.2 Untuk pasien rawat inap :
Pelayanan resep biasa untuk pasien rawat inap seperti pelayanan pada
umumnya. Hanya saja, ada salinan resepnya dengan kertas warna kuning dibawah
resep asli, lalu obat yang akan diberikan kepada pasien dimasukkan kedalam tas
atau kresek (karena ada infus, alkes, dan beberapa ampul atau obat injeksi),
kemudian diserahkan kepada keluarga dari pasien kemudian dibayar dikasir dan
dari keluarga pasien diberikan kepada perawat.
Bentuk dan ukuran resepnya sama dengan bentuk dan ukuran resep pasien
BPJS rawat jalan. Hanya saja dibawah resep asli ada salinan resepnya dengan
kertas warna kuning. Pemberian obat dimasukkan di kresek dan untuk obat seperti
infus, ampul dan alkes diberikan kepada perawat.

3.6 Perpajakan
Untuk semua pembelian obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Satiti Prima Husada obat (injeksi ataupun oral) dan alat-alat kesehatan dari PBF

17
(Pedagang Besar Farmasi) dikenakan pajak dari P.P.N. 10% dari bruto, terbit
pajak faktur terstandar.

3.7 Evaluasi Mutu Pelayanan


Evaluasi mutu pelayanan merupakan proses penilaian kinerja pelayanan
kefarmasian di apotek yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia
(SDM), pengelolaan perbekalan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, dan
pelayanan kefarmasian kepada pasien.
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada indikator
yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Satiti Prima Husada antara lain :
a. Tingkat kepuasan pasien dilakukan dengan wawancara langsung.
b. Dimensi waktu, lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan).
c. Prosedur tetap, untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah
ditetapkan.
Tujuan evaluasi mutu pelayanan adalah untuk mengevaluasi seluruh
rangkaian kegiatan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Satiti Prima Husada sebagai dasar perbaikan pelayanan kefarmasian
selanjutnya.

3.8 Strategi Pengembangan


Merespon kondisi pasar yang semakin positif dan dampak-dampaknya,
perusahaan atau badan usaha harus selalu mengubah strategi dalam pemasaran.
Tidak terkecuali upaya yang dilakukan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Satiti Prima Husada. Sehubungan dengan itu, maka perlu dianalisis faktor apa saja
yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan membeli obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada. Strategi
pengembangan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada:
a. Lokasi
b. SDM (Sumber Daya Manusia)
c. Kerjasama

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyusunan makalah Praktik Kerja Industri
(PRAKERIN) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada
tanggal 09 Maret 2018 sampai 07 April 2018, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Stok obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Satiti Prima Husada
sering habis, dikarenakan dalam pengelolaan perencanaan barang menggunakan
teknis pola kebutuhan sewaktu yaitu obat yang apabila hari ini habis, maka saat
itu jugapihak Instalasi Farmasi Rumah sakit Umum Satiti Prima Husada memesan
barang. Sehingga dapat menyebabkan masalah barang terlambat datang.

4.2 Saran
Sebaiknya pemesanan barang dilakukan sebelum barang atau stok obat
habis. Supaya masih ada persediaan untuk menunggu sampai barang atau stok
obat datang. Karena jika stok sampai habis, maka keluarga pasien harus menebus
obat di apotek luar, sehingga dapat berpengaruh kepada pendapatan dan
kebutuhan obat pasien tertentu.

19

Anda mungkin juga menyukai