Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ni Putu Regita Anggraeni Kesuma

NIM : 119211239

Kelas : Akuntansi B

Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen

PT FGH memproduksi mainan anak-anak berupa anjing-anjingan di dalam 3 (tiga) Departemen.


Dep. X memproduksi kompnen-komponennya, Dep. Y yang merakitnya dan Dep. Z yang
melakukan penyelesaian. Komponen-komponen yang belum dirakit tidak mempunyai pasaran di
luar, dan Dep. X memperhitungkan seluruh biayanya sebagai harga transfer ketika mentransfer
barang-barangnya ke Dep. Y. Kemudian Dep. Y merakitnya dan mentransfer barang-brangnya ke
Dep. Z dengan harga pasaran yang berlaku. Harga pasaran untuk alat mainan yang sudah dirakit
tetapi belum diselesaikan itu adalah Rp 16.000 per unit. Dep. Z menjual mainan anjing-anjingan
yang sudah diselesaikan dengan harga Rp 22.000,- per unit.

Dep. X Dep. Y
Penjualan ke Dep Y 15.000 unit Penjualan ke Dep Z 15.000 unit
Biaya Variabel Rp 6.000/unit Biaya Variabel Rp 4.000/unit
Biaya Tetap Rp 30.000.000 Biaya Tetap Rp 11.250.000

Dep. Z
Penjualan ke pelanggan 15.000 unit
Biaya Variabel Rp 3.000/unit
Biaya Tetap Rp 15.000.000

a. Hitunglah laba kotor semua departemen, dengan sistem TP yang berlaku di PT FGH!
b. Departemen mana yang paling baik, mengapa?
c. Jika Dep memakai sistem TP dengan biaya plus 30%, hitunglah laba kotor Dep. X yg baru
dan bagaimana pengaruhnya terhadap Dep. Y dan Dep. Z?
Jawaban:

a. Laba kotor semua departemen di PT FGH menggunakan sistem TP harga pokok


Rp30.000.000
Harga/unit Dep X = + 𝑅𝑝6.000 = 𝑅𝑝8.000
Rp15.000

Dep X
Penjualan ke Dep Y (15.000 unit x Rp8.000) Rp120.000.000
Jumlah penjualan Rp120.000.000
Dikurangi:
Biaya variabel (15.000 unit x Rp6.000) Rp90.000.000
Biaya tetap Rp30.000.000
Jumlah (Rp120.000.000)
Laba kotor Rp0

Dep Y
Penjualan ke Dep Z (15.000 unit x Rp16.000) Rp240.000.000
Jumlah penjualan Rp240.000.000
Dikurangi:
Harga dari Dep X (15.000 unit x Rp8.000) Rp120.000.000
Biaya variabel (15.000 unit x Rp4.000) Rp60.000.000
Biaya tetap Rp11.250.000
Jumlah (Rp191.250.000)
Laba kotor Rp48.750.000

Dep Z
Penjualan ke pelanggan (15.000 unit x Rp22.000) Rp330.000.000
Jumlah penjualan Rp330.000.000
Dikurangi:
Harga dari Dep Y (15.000 unit x Rp16.000) Rp240.000.000
Biaya variabel (15.000 unit x Rp3.000) Rp45.000.000
Biaya tetap Rp15.000.000
Jumlah Rp300.000.000
Laba kotor Rp30.000.000
b. Departemen yang paling baik adalah departemen Z, karena walaupun memperoleh laba
hanya Rp30.000.000 yang berbanding Rp18.750.000 lebih rendah dari departemen Y.
Tetapi Dep Z menggunakan biaya variabel yang lebih rendah dari Dep Y, lebih
tepatnya Rp1.000 lebih rendah.

c. Laba kotor mengguankan sistem TP biaya plus 30%


*) Perhitungan = Biaya variabel (Rp8.000) + Penambahan (Rp8.000 x 30%)
= Rp8.000 + Rp2.400
= Rp10.400
Dep X
Penjualan ke Dep Y (15.000 unit x Rp10.400) Rp156.000.000
Jumlah penjualan Rp156.000.000
Dikurangi:
Biaya variabel (15.000 unit x Rp6.000) Rp90.000.000
Biaya tetap Rp30.000.000
Jumlah (Rp120.000.000)
Laba kotor Rp36.000.000

Dep Y
Penjualan ke Dep Z (15.000 unit x Rp16.000) Rp240.000.000
Jumlah penjualan Rp240.000.000
Dikurangi:
Harga dari Dep X (15.000 unit x Rp10.400) Rp156.000.000
Biaya variabel (15.000 unit x Rp4.000) Rp60.000.000
Biaya tetap Rp11.250.000
Jumlah (Rp227.250.000)
Laba kotor Rp12.750.000
Dep Z
Penjualan ke pelanggan (15.000 unit x Rp22.000) Rp330.000.000
Jumlah penjualan Rp330.000.000
Dikurangi:
Harga dari Dep Y (15.000 unit x Rp16.000) Rp240.000.000
Biaya variabel (15.000 unit x Rp3.000) Rp45.000.000
Biaya tetap Rp15.000.000
Jumlah (Rp300.000.000)
Laba kotor Rp30.000.000

Menghitung laba kotor Dep X dengan menggunakan metode TP biaya plus 30% sangat
mempengaruhi Dep Y, tetapi tidak mempengaruhi Dep Z. Penurunan laba kotor yang
dialami Dep Y sangat signifikan bahkan jumlahnya lebih dari setengahnya. Bisa dilihat
bahwa perhitungan laba kotor dengan menggunakan motode TP harga pasar pada Dep
Y sebesar Rp48.750.000 sedangkan apabila mengunakan metode biaya plus 30% yang
mendapatkan pengaruhnya dari Dep X sebesar Rp12.750.000.

Anda mungkin juga menyukai