Kelompok 4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Lignan Dan
Lignin Dari Biji Rami” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi mata
kuliah Fitokimia 2 di Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta. Penulis berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca, khusunya mahasiswa farmasi
mengenai senyawa metabolit sekunder lignan dan lignin.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2.1 Lignan
2.1.1 Tanaman Penghasil dan Struktur
Biji Rami
Struktur Lignan
Sumber : PubChem
2.1.2 Biosintesis
Lewis dan Sakarnen, 1998
2.1.4 Identifikasi
2.2 Lignin
2.2.1 Struktur dan Tanaman Penghasil
Lignin merupakan komponen kimia utama yang terdapat dalam kayu selain selulosa
dan hemiselulosa yang berfungsi sebagai perekat didalam dinding sel, dan sebagai unsur
struktural dari pohon serta tanaman berlignoselulosa lainnya. Susunan unsur utama lignin
adalah unit fenilpropana yang saling berhubungan melalui ikatan eter membentuk suatu
polimer yang bercabang dengan struktur tiga dimensi (Achmadi, 1990). Kandungan
karbon dalam lognin cukup tinggi yaitu sebesar 60-65% untuk kayu daun jarum dan
sebesar 56-60% untuk kayu daun lebar (Fangel dan Wegener, 1995).
Banyak penelitian mengenai arang dan arang aktif, namun belum diketahui peran
komponen utamanya, yaitu selulosa dan lignin dalam hal pembentukan kristalit arang dari
atmo karbon. Demikian pula bagaimana perubahan pola struktur kayu sampai menjadi
arang dan arang aktif. Padahal pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai pola
struktur tersebut sangat penting sebagai dasar pembuatan arang dan turunannya yang
berkualitas tinggi, dapat diaplikasikan secara luas serta memberikan nilai manfaat yang
lebih besar.
Perkembangan penelitian arang dan arang aktif menunjukkan bahwa lignin yang di
isolasi dengan asam asetat (acetic acid lignin) dapat dikonversi lebih lanjut menjadi serat
arang dan serat arang aktif (Kubo et al., 2003). Brandl et al. (2004) mengemukakan
bahwa komposit polimer dari serat karbon yang dalam pembuatannya dicampur dengan
polypropilen, dapat digunakan sebagai komponen struktural mobil dan kapal terbang
karena ringan dan sifat daya O hanya listriknya dapat diatur. Selain itu serat karbon yang
dikarbonisasi pada suhu 550-700 C mempunyai sifat grafitik yang besar sehingga dapat
berfungsi sebagai bahan anoda dan dapat digunakan untuk pembuatan batere lithium
(Yoon et al., 2004)
Lignin dibentuk dengan penghilangan non-reversibel air dari gula (terutama xilosa)
untuk membuat struktur aromatik. Lignifikasi berlangsung pada tanaman dewasa untuk
kstabilan mekanisme tanaman. Lignin berfungsi memberi kekakuan kepada tanaman,
terlokalisasi pada permukaan lumen dan daerah dinding berpori untuk mempertahankan
kekuatan dinding, permeabilitas dan membantu transport air. Lignin tahan serangan
mikroorganisme dan kebanyakan dalam bentuk cincin aromatik yang tahan terhadap
proses anaerobik sehingga kerusakan akibat proses anaerobik pada lignin adalah lambat.
(Bismarck et al., 2005)
Lignin bersifat hydrophobic secara alami dan mengandung tiga ko-polimer
dimensional dari unsur-unsur aromatik dan alifatik dengan bobot molekul yang sangat
tinggi yaitu hidroksil, metoksil dan guus karbonil. Lignin diketahui mengandung lima
hidroksil dan lima metoksil per unit bangun. Diyakini bahwa satuan struktural dari
molekul lignin diturunkan dari 4-hydroxy-3methoxy pjenylpropane. Kesulitan utama
didalam kimia lignin adalah tidak ada metoda yang mapan untuk mengisolasikan lignin
dalam kondisi asli dari serat. Lignin dianggap sebagai suatu polimertermoplastik yang
memperlihatkan adanya temperatur transisi glass disekitar 90°C dan meleleh pada
temperatur 170°C (Olesen & Plackett, 1999). Lignin tidak terhidrolisis oleh asam, hanya
dapat larut didalam alkali panas, dapat terokisdasi, dan dengan mudah terkondensasi
dengan fenol. (Bismarc et al., 2005)
Struktur kimia lignin
2.2.2 Tanaman Penghasil Lignin
Serat dan lignin adalah dua dari sumber daya alam terpenting di dunia, karena
keduanya memiliki potensi luar biasa sebagai sumber energi, sebagai material yang
dapat mengurangi polusi, serta dapat memperbaiki sifat biodegradable pada suatu
material. Tanaman serat seperti tanaman rami, kenaf dan agave memproduksi serat
sebagai produk utama dengan lignin sebagai produk sampingnya. Pemanfaatan
lignin dari tanaman serat sangat memberikan keuntungan, karena selain tetap
menghasilkan serat sebagai produk utama, juga dapat memanfaatkan lignin untuk
memproduksi senyawa kimia bernilai tambah dan sebagai sumber energi. Biomassa
tanaman serat tersusun atas tiga komponen utama yaitu selulosa, hemiselulosa
(polisakarida) and lignin (polimer aromatik), dan beberapa komponen nonstructural
lainnya seperti protein, mineral dan zat ekstraktif lainnya (Marques et al., 2010)
a) Kenaf
Kenaf (Hisbiscus cannabinus) merupakan tanaman semusim, dikategorikan
sebagai tanaman serat batang (bast fiber). Produk utamanya berupa serat
yang diperoleh dari kulit batang, sedangkan batang tengahnya (core kenaf)
sebagai produk samping. Batang tengah kenaf mempunyai kadar selulosa 53–
66%, lignin 8–16%, pectin and hemicellulose 23–35% (Salleh et al., 2014;
Morrison et al., 1999; Ohtani et al., 2001). Serat kenaf memiliki
karakteristik lignin yang istimewa yaitu pada komponen aromatiknya terdapat
senyawa syringyl dan guaiacyl dengan rasio yang tinggi (Pascoal Neto et al.,
1996; Ralph, 1996; Seca et al., 1998) (Del Río et al., 2004; Lam et al., 2003)
(Del Río et al., 2004; Gutiérrez et al., 2004). Selain itu, lignin dari serat
kenaf kaya akan arylglycerol-β-ether yang berikatan dengan erythro
diastereomer (Ralph, 1996). Semua komponen aromatik tersebut berpotensi
besar sebagai bahan baku untuk produksi senyawa bernilai tinggi, jika
dikonversi menjadi senyawa aldehida aromatic, seperti vanilin (4-hidroksi-3-
metoksibenzaldehida) dan syringaldehida (4-hidroksi-3, dimetoksibenzaldehida)
(Pandey & Kim, 2011; Zakzeski et al., 2010). Zat ini penting dalam industri
farmasi, makanan, dan industri minyak wangi. Vanillin digunakan untuk
produksi papaverine, ftivazide, dan L-DOPA (Mashkovsky, 2014).
Syringaldehyde dapat digunakan untuk sintesis trimethoxybenzaldehyde,
trimethoprim dan obat-obatan lainnya (Erofeev et al ., 1990). Syringaldehyde
juga dapat diubah menjadi antrakuinon tersubstitusi, yaitu katalis untuk
meningkatkan proses delignifikasi alkali (Tofanica, 2011).
Hasil analisis kadar lignin core kenaf yang telah dilakukan untuk varietas
kenaf Indonesia adalah 19,38% berdasarkan berat kering (unpublished data).
Kadar lignin yang tinggi dari biomassa sisa penyeratan kenaf ini berpeluang
untuk dimanfaatkan sebagai sumber bioenergi yang potensial
b) Rami
Tanaman rami (Boehmeria nivea) merupakan tanaman serat yang memiliki
kegunaan yang cukup luas selain sebagai sumber serat untuk pembuatan
benang, kertas dan tekstil. Selain itu, biomassa tanaman rami juga
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan baku dalam pembuatan biofarmaka
dan senyawa bernilai tinggi yang lain (Sen & Reddy, 2011). Sel-sel dalam
batang rami dihubungkan oleh bundel serat yang dibungkus lilin, lignin,
selulosa dan pektin, dan komponen-komponen lainnya yang sulit untuk
dihilangkan (Ray et al., 2017).
Ada tiga bagian yang dapat diidentifikasi pada batang rami, yaiWu korteks
(zona kortikal atau kulit kayu), floem-xylem (zona kambial); dan inti empulur
(zona medullar). Epidermis dibentuk oleh lapisan tipis sel yang mengandung
selulosa yang dimodifikasi, pigmen, mineral dan garam organik. Di bawah
epidermis adalah parenkim, yang terdiri dari sel berdinding tipis terdistribusi
tidak teratur, dengan lapisan kristal garam kalsium oksalat disusun oleh
pektin dan hemiselulosa. Bagian korteks (kulit kayu) dan xylem (zona kambial)
dari tanaman rami memiliki kandungan lignin yang lebih tinggi dari bagian
yang lain (Duan et al., 2012).
Kadar lignin pada serat rami sekitar 0,6–0,7%, sedangkan selulosa
merupakan komponen terbesar, yaitu sekitar 68,6–76,2% dan hemiselulosa
sekitar 13–16% (Faruk et al., 2012). Serat rami mempunyai tipe α dan β-
selulosa I dengan tingkat kristalinitas yang tinggi, sehingga membuat seratnya
lebih kuat, tahan lama dan tahan terhadap infeksi mikroorganisme dan
gigitan serangga (Jose et al., 2016; Kumar et al., 2017b). Contò, et al.
(2011) melaporkan bahwa dalam empulur batang rami terdapat 44,34%
selulosa, 0,64% hemiselulosa, 17,98% lignin, dan 7,97% abu. Angelini dan
Tavarini (2013) menganalisis berbagai bagian batang rami pada berbagai
tahap perkembangan, tanaman pada usia matang memiliki kadar selulosa,
hemisellosa dan lignin yang lebih tinggi.
c) Sisal
Tanaman sisal (Agave sisalana) merupakan tanaman serat yang diperoleh
dari daunnya (serat daun). Tanaman sisal adalah tanaman yang menggunakan
jalur Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Tanaman CAM mengasimilasi
karbon di malam hari, sehingga mengurangi gradien difusif air dari daun dan
meningkatkan efisiensi penggunaan air, sehingga mampu hidup di daerah semi
kering hingga kering. Karena penggunaan sumber daya yang efisien ini,
tanaman CAM baru-baru ini telah diperkenalkan sebagai tanaman bioenergi
potensial (Press & Press, 2014; )
(Borland et al., 2009; Smith, 2008). Dalam konteks biofuel, fisiologi
CAM memberikan manfaat di luar efisiensi penggunaan nutrisi dan air
(Somerville, 2007). Lignin merupakan polimer yang memberikan kekuatan
pada xylem untuk menahan tegangan sel selama transpirasi. Pada tanaman
CAM, tegangan pada sel xylem sangat rendah karena kadar lignin yang
sedikit, dikarenakan proses transpirasi yang rendah. Akibatnya, jumlah lignin
yang lebih rendah terlihat jelas dalam komposisi jaringan CAM. Karakteristik
lain dari fisiologi CAM yang menguntungkan untuk bahan baku biofuel
adalah akumulasi karbohidrat nonstruktural yang larut dalam jaringan
tanaman (Borland et al., 2009).
Kadar lignin dan selulosa dari serat sisal masing-masing adalah 3–15%
(berdasarkan berat kering) dan 68% (Bernardo & Rene, 2009; Iñiguez-
Covarrubias et al., 2001; Vieira et al., 2002). Biomassa dari sisa penyeratan
sisal dapat digunakan sebagai sumber lignin untuk memproduksi senyawa
kimia bernilai tambah dan sebagai salah satu tanaman sumber bioenergi.
Cadangan lignin yang rendah dan karbohidrat terlarut yang tinggi dari
tanaman CAM merupakan bahan baku berkualitas lebih tinggi karena hanya
membutuhkan sedikit pretreatment untuk konversi menjadi bahan bakar
(Borland et al., 2009; Smith, 2008).
Hasil analisis kadar lignin dari biomassa sisa penyeratan klon sisal
koleksi Balittas adalah 12,4–14,6% (unpublished data). Kadar lignin dari
biomassa sisa proses penyeratantersebut lebih tinggi daripada kadar lignin yang
terdapat pada serat sisal. Hal ini menunjukkan bahwa biomassa sisa penyeratan
sisal mempunyai peluang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber
bioenergi.
2.2.3 Biosintesis
Pendekatan untuk menekan biosintesis lignin adalah memanfaatkan fenomena PTGS
(Post Transcriptional Gene Silencing) yang dapat dilakukan diantaranya dengan konstruk
antisense dan RNAi (RNA interference) yang selanjutnya ditransformasikan pada
tanaman. Efektivitas PTGS yang dihasilkan melalui teknik astisense umumnya sekitar
50%. Knock out gen dengan teknik RNAi bisa lebih tinggi dibanding antisense, misalnya
efek sliencing beberapa gen (GUS, PVY dan FAD∆12-desaturase) tanaman tembakau,
arabidopsis, tomat (Solanum licopersium) dan padi (Oryza sativa) mencapai 90-100%
Selain itu pada tanaman model Arabidopsis transformasi konstruk antisense dapat
menurunkan aktivitas enzim 4CL hingga tinggal 8% dan menyebabkan perubahan rasio
G/S lignin. Bahkan pada tanaman kehutanan transgenik subtropis yang cepat tumbuh
yaitu aspen (Populus tremuloides) yang mengandung penyandi 4CL yang di konstruksi
secara antisnese sehingga terjadi downregulated ekspresi 4CL menyebabkan turunnya
kadar lignin hingga 45% dan kadar selulosa meningkat hingga 15%, selain itu terbukti
pula memacu pertumbuhan daun, akar dan batang. Keberhasilan tersebut dapat dijadikan
acuan penelitian mengenai modifikasi lignin pada tanaman berkayu lainnya. Mengingat
yang penting dalam struktur dinding sel dan ketahanan terhadap hama dan penyakit,
penurunan kadar lignin kayu bisa dilakukan hingga batas tertentu yang tidak mengganggu
fenotif dan kekuatan pohon.
2.2.4 Identifikasi
Penelitian Selpida Handayani, Abd. Kadir, Masdiana (2018) melakukan identifikasi
kandungan lignin. Reaksi Identifikasi Kimia Serbuk Daun Anting-Anting (Acalypha
indica.L) terhadap Lignin adalah Serbuk dibasahi dengan larutan fluroglusin LP,
ditambah HCl P, diamati dibawah mikroskop, jika dinding sel yang berlignin akan
berwarna merah.
2.2.4.1 Isolasi
1. Kumpulkan cairan dalam labu alas bundar 500 mL. Konsentrasikan cairan dengan
penguapan putar pada 40˚C dan 150 mbar.
2. Larutkan padatan yang diperoleh dalam 30 mL aseton. Gunakan rendaman
ultrasonik jika padatan tidak larut sepenuhnya.
3. Presipitasi lignin dengan menambahkan campuran ke 600 mL air. Jika tidak
terjadi pengendapan, tambahkan sedikit air jenuh Na 2 BEGITU 4 larutan untuk
mengflokulasi lignin.
4. Kumpulkan lignin dengan penyaringan (diameter 185 mm, ukuran pori 10 µm).
Cuci lignin dengan 25 mL air sebanyak 4 kali. Buang filtratnya jika tidak ada
analisis fraksi hemiselulosa diperlukan. Jika filtrat sangat keruh, tambahkan ke
tabung sentrifugasi dan kumpulkan fraksi dasar (padat) dengan sentrifugasi.
5. Biarkan lignin mengering semalaman. Keringkan lignin lebih lanjut dalam oven
vakum (semalaman pada suhu 50˚C dan 50 mbar).
6. Tentukan hasil setelah lignin dikeringkan semalaman dalam oven vakum.
7. Tentukan efisiensi ekstraksi lignin dengan membaginya dengan kandungan lignin
total yang ditentukan dengan metode Klason 24.
2.2.4.2 Analisis
1. Analisis resonansi magnetik nuklir dua dimensi (2D-NMR)
a. Larutkan 60 mg lignin kering dalam 0,7 mL d 6- aseton. Tambahkan beberapa
tetes D 2 O jika lignin tidak larut sepenuhnya. Masukkan campuran tabung
NMR dan mengambil spektra koherensi kuantum heteronuklir 2D heteronuklir
(HSQC) dengan spektrometer NMR dengan parameter berikut: (11, -1), (160,
-10), nt = 4, ni = 512 20.
b. Analisis spektrum HSQC yang diperoleh. Sesuaikan spektrum dengan koreksi
fase manual pada kedua sumbu sampai semua sinyal positif, karena ini sangat
penting di sepanjang sumbu horizontal (f2). Lakukan tidak ada koreksi dasar.
Posisi semua keterkaitan diberikan pada Langkah 5.1.3 dan 5.1.6.
c. Mengintegrasikan sinyal di wilayah aromatik yang sesuai dengan tiga unit
aromatik yang berbeda (penomoran proton sesuai Gambar 4).
Sinyal ini berada di wilayah [(Jangkauan Proton) (Jangkauan Karbon)]:
S 2/6: [(7,17-7,50) (105-109)]
S ' 2/6: [(6,35-6,65) (106-109)]
S kental: [(6,78-7,14) (111,5-116)]
G 2: [(6.48-7.06) (115-120.5)]
G 5: [(6,65-6,96) (120,5-124,5)]
G 6: [(6,65-6,96) (120,5-124,5)]
H 2/6 : [(7,05-7,29) (128,5-133)]
Catatan: H 3/5 tumpang tindih dengan G 5 sinyal, dan diasumsikan bahwa H
2/6 memiliki intensitas yang sama dengan H. 3/5. Sinyal untuk G tumpang
tindih dengan G 5. Jika tidak (atau hampir tidak ada) G 2 dan G 6 ada sinyal,
ini menunjukkan bahwa kondensasi penuh G telah terjadi. Total aromatik =
(((S 2/6 + S ' 2/6) / 2) + S kental) + (( G 2 + G 5 + G 6- H 2/6) / 3) + (H. 2/6 /
2) Rasio S = (((S 2/6 + S ' 2/6) / 2) + Scondensed): total aromatik x 100% S
2/6: S ' 2/6: S kental: G 2: G 5: G 6:
d. Hitung besarnya satuan aromatik dengan rumus:
+ S ' 2/6) / 2) + S kental) + (( G 2 + G 5 + G 6- H 2/6) / 3) + (H. 2/6 / 2) Rasio
S = (((S 2/6 + S ' 2/6) / 2) + Scondensed): total aromatik x 100%
e. Hitung persentase satuan G, H dan S dengan rumus sebagai berikut: Rasio G =
((G 2 + G 5 + G 6- H 2/6) /
3): total aromatik x 100%
Rasio H = (H 2/6 / 2): total aromatik x 100%
f. Mengintegrasikan sinyal dalam sinyal wilayah alifatik yang sesuai dengan
hubungan β-O-4, β-β dan β-5 dan Hibbert Keton. Ini adalah di wilayah
[(kisaran proton) (kisaran karbon)]:
β-O-4 α [(4.76-5.10) (73-77.5)]
β'-O-4 α [(4,44-4,84) (81,5-86)]
β-O-4 β dan β'-O-4 β [(4,03-4,48) (85-90,5)]
β-O-4 γ dan β'-O-4 γ [(3,10-4,00) (58,5-62)]
β-5 α [(5,42-5,63) (88-92)]
β-5 β [(3.36-3.56) (53-54.5)]
β-5 γ [(3,50-4,00) (62-64,5)]
β-β α [(4,59-4,77) (86,5-89,5)]
β-β β [(2,98-3,20) (55,5-59)]
β-β γ [(3.75-3.96) (72.5-76)] dan [(4.10-4.31) (72.5-
76)]
HK γ [(4.20-4.30) (66-68)]
Catatan: β-proton dari hubungan β-O-4 dan β'-O-4 tumpang tindih. Motif
struktural dari keterkaitan ini diberikan Gambar 1.
g. Jumlah total keterkaitan per 100 unit C9 semuanya didasarkan pada sinyal dari
proton α keterkaitan. Hitung jumlah total keterkaitan dengan rumus berikut:
Keterkaitan β-O-4 = (β-O-4 α + β'-O-4 α) / total aromatik x 100
# β-5 keterkaitan = β-5 α / total aromatik x 100 β-β keterkaitan
= β-β α / total aromatik x 100.
3.1 Kesimpulan
1. Lignan merupakan turunan dari kelas dibenzilbutana yang dapat ditemukan dalam
konsentrasi yang relatif rendah di berbagai biji-bijian, buah-buahan, dan sayur-
sayuran, serta konsentrasi yang relatif lebih tinggi ditemukan pada wijen dan biji
rami.
2. Lignin merupakan komponen kimia utama yang terdapat dalam kayu selain selulosa dan
hemiselulosa yang berfungsi sebagai perekat didalam dinding sel, dan sebagai unsur
struktural dari pohon serta tanaman berlignoselulosa lainnya.
3. Proses biosintesis pada Lignan dengan isolat menggunakan kromatografi gas-
spekroskopi massa Dipilihnya metode KG-SM untuk karakterisasi senyawa lignan
karena senyawa lignan memiliki spektrum massa, m/z yang khas yaitu fragmen
massa, m/z 135,151, 165, 181
4. Proses biosintesis pada Lignin Pendekatan untuk menekan biosintesis lignin adalah
memanfaatkan fenomena PTGS (Post Transcriptional Gene Silencing) yang dapat
dilakukan diantaranya dengan konstruk antisense dan RNAi (RNA interference) yang
selanjutnya ditransformasikan pada tanaman.
5. Cara mengidentifikasi senyawa Lignan dengan cara karakterisasi isolat menggunakan
kromatografi gas-spekroskopi massa (KG-SM) VARIAN 3900 saturn 2000 dengan kolom
kapiler VF-5ms 30m x 0,25mm ID.
6. Cara mengidentifikasi senyawa Lignin dengan cara Serbuk Daun Anting-Anting
(Acalypha indica.L) dibasahi dengan larutan fluroglusin LP, ditambah HCl P, diamati
dibawah mikroskop, jika dinding sel yang berlignin akan berwarna merah.
7. Efek farmakologi pada Lignan baik untuk Kesehatan Jantung, Diabetes dan Simbol dari
Metabolik, Kanker, Stress oksidatif dan Peradangan.
8. Efek farmakologi dari Lignin efek farmakologi Efek farmakologi dari Lignin sebagai
Antioksidan, perlindungan terhadap Stres Oksidatif, Aktivitas Antimutagenik dan Antitumor,
Aktivitas Antivirus dan Antimikroba, Efek Imunomodulatir, dan Aktivitas Usus.
3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan terbatasnya pengetahuan serta pengalaman
kritik atas kekurangan pada makalah ini sangat diperlukan untuk membangun kesempurnaan
serta pedoman pada pengetahuan tentang lignin lignan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmadi, S. 1990. Kimia Kayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian
Bogor.
2. Adolphe, J. L., Whiting, S. J., Juurlink, B. H. J., Thorpe, L. U., & Alcorn, J.
(2009). Healtheffects with consumption of the flax lignan secoisolariciresinol
diglucoside. British Journal of Nutrition, 103(07),
929. doi:10.1017/s0007114509992753.
3. Alessandra Durazzo, Massimo Lucarini, Emanuela Camilli, Stefania Marconi, Paolo
Gabrielli, Silvia Lisciani, Loretta Gambelli, Altero Aguzzi, Ettore Novellino,
Antonello Santini, Aida Turrini, Luisa Marletta., 2018. Dietary Lignans: Definition,
Description and Research Trends in Databases Development. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6321438/.
4. Bergman Jungestrom M, Thompson LU & Dabrosin C (2007) Flaxseed and its
lignans inhibit estradiol-induced growth, angiogenesis, and secretion of vascular
endothelial growth factor in human breast cancer xenografts in vivo. Clin Cancer Res
13, 1061–1067.
5. Bernardo, G.R.R., Rene, R.M.J., 2009. Contribution of agro-waste material main
components (hemicelluloses, cellulose, and lignin) to the removal of chromium (III)
from aqueous solution. J. Chem. Technol. Biotechnol. 84, 1533–1538.
https://doi.org/10.1002/jctb.2215
6. Brandl, W., G. Marginean., V. Chirila, and W. Warschewski. 2004. Production and
characterisation of vapour grown carbon Fiber/polypropylene composites. Carbon.
42 : 5-9. Elsevier, UK
7. Bismarck, A., Mishra, S., Lampke, T., 2005. Plant Fibers as Reinforcement for Green
Composites. In: Mohanty, A.K., Misra, M., and Drzal, L.T. (Ed.), Natural Fibers,
Biopolymer, and Biocomposites. CRC Press Tailor and Francis group, Boca Raton
8. Boccardo F, Lunardi G, Guglielmini P, et al. (2004) Serum enterolactone levels and
the risk of breast cancer in women with palpable cysts. Eur J Cancer 40, 84–89.
9. Borland, A.M., Griffiths, H., Hartwell, J., Smith, J.A.C., 2009. Exploiting the
potential of plants with crassulacean acid metabolism for bioenergy production on
marginal lands. J. Exp. Bot. 60, 2879–2896. https://doi.org/10.1093/ jxb/erp118
10. Somerville, C., 2007. Biofuels. Curr. Biol. 17, 143– 158.
11. Bowler JV (2002) The concept of vascular cognitive impairment. J Neurol Sci 203 –
204, 11–15. 73.
12. Christman JW, Blackwell TS & Juurlink BH (2000) Redox regulation of nuclear
factor kB: therapeutic potential for attenuating inflammatory responses. Brain Pathol
10, 153–162.
13. Chen J, Tan KP, Ward WE, et al. (2003) Exposure to flaxseed or its purified lignan
during suckling inhibits chemically induced rat mammary tumorigenesis. Exp Biol
Med (Maywood) 228, 951–958.
14. Chen LH, Fang J, Sun Z, et al. (2009) Enterolactone inhibits insulin-like growth
factor-1 receptor signaling in human prostatic carcinoma PC-3 cells. J Nutr 139, 653–
659.
15. Chen LH, Fang J, Li H, et al. (2007) Enterolactone induces apoptosis in human
prostate carcinoma LNCaP cells via a mitochondrial-mediated, caspase-dependent
pathway. Mol Cancer Ther 6, 2581–2590.
16. Current Organic Chemistry, 2012, 16, 1863-1870.Verónica Martínez, Montserrat
Mitjans, Maria Pilar Vinardell “Pharmacological Applications of Lignins and Lignins
Related Compounds: An Overview
17. Del Río, J.C., Gutiérrez, A., Martínez, Á.T., 2004. Identifying acetylated lignin units
in non-wood fibers using pyrolysis-gas chromatography/mass spectrometry. Rapid
Commun. Mass Spectrom. 18, 1181–1185. https://doi.org/10. 1002/ rcm.1457
18. Duan, S., Liu, Z., Feng, X., Zheng, K., Cheng, L., Zheng, X., 2012. Diversity and
characterization of ramie-degumming strains. Sci. Agric. 69, 119–125.
https://doi.org/10.1590/S0103- 90162012000200006
19. Elfahmi, e., Wirasutisna, K. R., & Desyane, H.K.(2012). Isolsi Senyawa Aktif Lignan
Dari Buah Lada Hitam (Piper ningrum L.) dann Daun Srih (Piper betle.,) Acta
Pharmaceutica Indonesis, 37(1),14-17
20. Erofeev, Y.V., Afanas’eva, V. L., and Glushkov, R.., 1990. Synthetic routes to 3, 4, 5-
trimethoxybenzaldehide (Review). Sci. Res. Inst. Pharm. Chem. 24, 50–56
21. Farida Rahayu, Mala Murianingrum, dan Nurindah. “Pemanfaatan Lignin dari
Biomassa Rami, Kenaf, dan Agave Untuk Sumber Bioenergi” Balai Penelitian
Tanaman Pemanis dan Serat.
22. Faruk, O., Bledzki, A.K., Fink, H., Sain, M., 2012. Progress in Polymer Science
Biocomposites reinforced with natural fibers : 2000–2010. Prog. Polym. Sci. 37,
1552–1596. https://doi. org/10.1016/j.progpolymsci.2012.04.003
23. Franceschi C (2007) Inflammaging as a major characteristic of old people: can it be
prevented or cured? Nutr Rev 65, S173–S176.
24. Frei, M. 2013. Lignin: Characterization of a Multifaceted Crop Component. The
Scientific World Journal, 2013, 1–25. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3848262/.
25. Fengel, D. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi – reaksi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press.
26. Felmlee MA, Woo G, Simko E, et al. (2009) Effects of the flaxseed lignans
secoisolariciresinol diglucoside and its aglycone on serum and hepatic lipids in
hyperlipidaemic rats. Br J Nutr 102, 361–369.
27. Fukumitsu S, Aida K, Ueno N, et al. (2008) Flaxseed lignan attenuates high-fat diet-
induced fat accumulation and induces adiponectin expression in mice. Br J Nutr 100,
669–676.
28. Gil L, Siems W, Mazurek B, et al. (2006) Age-associated analysis of oxidative stress
parameters in human plasma and erythrocytes. Free Radic Res 40, 495–505.
29. Gustan Pari , Kurnia Sofyan , Wasrin Syafii , Buchari & Hiroyuki Yam. KAJIAN
STRUKTUR ARANG DARI LIGNIN (Study on Charcoal Structure of Lignin)
Oleh/By : 2) 3) 3) 4) 5)
30. Hallund J, Ravn-Haren G, Bugel S, et al. (2006) A lignan complex isolated from
flaxseed does not affect plasma lipid concentrations or antioxidant capacity in healthy
postmenopausal women. J Nutr 136, 112–116.
31. Hallund J, Tetens I, Bu¨gel S, et al. (2008) The effect of a lignan complex isolated
from flaxseed on inflammation markers in healthy postmenopausal women. Nutr
Metab Cardiovasc Dis 18, 497–502.
32. Hallund J, Tetens I, Bugel S, et al. (2006) Daily consumption for six weeks of a
lignan complex isolated from flaxseed does not affect endothelial function in healthy
postmenopausal women. J Nutr 136, 2314–2318.
33. Heru Suryanto. REVIEW SERAT ALAM : KOMPOSISI, STRUKTUR, DAN SIFAT
MEKANIS. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
34. Hosseinian FS, Muir AD, Westcott ND, et al. (2007) AAPHmediated antioxidant
reactions of secoisolariciresinol and SDG. Org Biomol Chem 5, 644–654.
35. Hu C, Yuan YV & Kitts DD (2007) Antioxidant activities of the flaxseed lignan
secoisolariciresinol diglucoside, its aglycone secoisolariciresinol and the mammalian
lignans enterodiol and enterolactone in vitro. Food Chem Toxicol 45, 2219–2227.
36. Jenab M & Thompson LU (1996) The influence of flaxseed and lignans on colon
carcinogenesis and b-glucuronidase activity. Carcinogenesis 17, 1343–1348.
37. Jenkins DJA, Kendall CWC, Vidgen E, et al. (1999) Health aspects of partially
defatted flaxseed, including effects on serum lipids, oxidative measures, and ex vivo
androgen and progestin activity: a controlled crossover trial. Am J Clin Nutr 69, 395–
402.
38. Jose, S., Rajna, S., Ghosh, P., 2016. Ramie Fibre Processing and Value Addition.
Asian J. Text. 7, 1–9. https://doi.org/10.3923/ajt.2017.1.9
39. Jurnal Eksperimen Visualisasi. Douwe S. Zijlstra, Alessandra de Santi, Bert
Oldenburger, Johannes de Vries, Katalin Barta, Peter J. Deuss “Ekstraksi Lignin
dengan Kandungan β-O-4 Tinggi dengan Ekstraksi Etanol Ringan dan Pengaruhnya
terhadap Hasil Depolimerisasi”
40. Kilkkinen A, Virtamo J, Vartiainen E, et al. (2004) Serum enterolactone concentration
is not associated with breast cancer risk in a nested case–control study. Int J Cancer
108, 277–280.
41. Kitts DD, Yuan YV, Wijewickreme AN, et al. (1999) Antioxidant activity of the
flaxseed lignan secoisolariciresinol diglycoside and its mammalian lignan metabolites
enterodiol and enterolactone. Mol Cell Biochem 202, 91–100
42. Kubo, S., Uraki, Y and Y. Sano. Caralytic graphitization of hardwood acetic acid
lignin with nickel acetate. J. Wood Science. 49 (2): 188-192, The Japan Wood
Research Society. Japan.
43. Lang CA, Mills BJ, Lang HL, et al. (2002) High blood glutathione levels accompany
excellent physical and mental health in women aged 60 to 103 years. J Lab Clin Med
140, 413–417.
44. Mashkovsky, M., 2014. Medicinal Products. Novaya Volna, Rusia
45. Marques, G., Rencoret, J., Gutiérrez, A., Río, J.C., 2010. Evaluation of the Chemical
Composition of Different Non-Woody Plant Fibers Used for Pulp and Paper
Manufacturing 93–101
46. N. Sri Hartati “PROSPEK PENGGUNAAN KAYU RENDAH LIGNIN HASIL
TEKNOLOGI DNA UNTUK PROSES PULPING YANG EFISIEN DAN RAMAH
LINGKUNGAN”
47. NCBI 2019. Pubchem Compund Summary of Lignan. Retrieved from
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Lignan, diakses Maret 2021
48. NCBI 2021. Pubchem Compund Summary of Lignan. Retrieved from
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Lignin_-organosolv. Diakses Maret
2021
49. Nourooz-Zadeh J (2008) Key issues in F2-isoprostane analysis. Biochem Soc Trans
36, 1060–1065.
50. Lewis Norman G, Laurence B.D and Sirno Sakarnen. 1998. Lignin and Lignan
Biosynthesis: Distinctions and Reconcilliations. Seri Simposium ACS; American
Chemical Society. Washington DC.
51. Li D, Yee JA, Thompson LU, et al. (1999) Dietary supplementation with
secoisolariciresinol diglycoside (SDG) reduces experimental metastasis of melanoma
cells in mice. Cancer Lett 142, 91–96.
52. Pan A, Sun J, Chen Y, et al. (2007) Effects of a flaxseed-derived lignan supplement in
type 2 diabetic patients: a randomized, double-blind, cross-over trial. PLoS ONE 2,
e1148.
53. Pan A, Demark-Wahnefried W, Ye X, et al. (2009) Effects of a flaxseed-derived
lignan supplement on C-reactive protein, IL-6 and retinol-binding protein 4 in type 2
diabetic patients. Br J Nutr 101, 1145–1149.
54. 16. Pandey, M.P., Kim, C.S., 2011. Lignin Depolymerization and Conversion : A
Review of Thermochemical Methods 29–41. https://doi. org/10.1002/ceat.201000270
55. Paravicini TM & Touyz RM (2008) NADPH oxidases, reactive oxygen species, and
hypertension: clinical implications and therapeutic possibilities. Diabetes Care 31,
Suppl. 2, S170–S180.
56. Pascoal Neto, C., Seca, A., Fradinho, D., Coimbra, M.A., Domingues, F., Evtuguin,
D., Silvestre, A., Cavaleiro, J.A.S., 1996. Chemical composition and structural
features of the macromolecular components of Hibiscus cannabinus grown in
Portugal. Ind. Crops Prod. 5, 189–196. https://doi.org/10. 1016/0926-6690(96)89448-
9
57. Penumathsa SV, Koneru S, Thirunavukkarasu M, et al. (2007) Secoisolariciresinol
diglucoside: relevance to angiogenesis and cardioprotection against ischemia–
reperfusion injury. J Pharmacol Exp Ther 320, 951–959.
58. Penumathsa SV, Koneru S, Zhan L, et al. (2008) Secoisolariciresinol diglucoside
induces neovascularization-mediated cardioprotection against ischemia–reperfusion
injury in hypercholesterolemic myocardium. J Mol Cell Cardiol 44, 170–179.
59. Pietinen P, Stumpf K, Mannisto S, et al. (2001) Serum enterolactone and risk of breast
cancer: a case–control study in eastern Finland. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev
10, 339–344.
60. Prasad K, Mantha SV, Muir AD, et al. (1998) Reduction of hypercholesterolemic
atherosclerosis by CDC-flaxseed with very low a-linolenic acid. Atherosclerosis 136,
367–375.
61. Prasad K (2001) Secoisolariciresinol diglucoside from flaxseed delays the
development of type 2 diabetes in Zucker rat. J Lab Clin Med 138, 32–39.
62. Prasad K (2000) Antioxidant activity of secoisolariciresinol diglucoside-derived
metabolites, secoisolariciresinol, enterodiol, and enterolactone. Int J Angiol 9, 220–
225.
63. Prasad K (2005) Hypocholesterolemic and antiatherosclerotic effect of flax lignan
complex isolated from flaxseed. Atherosclerosis 179, 269–275.
64. Prasad K (2009) Flax lignan complex slows down the progression of atherosclerosis
in hyperlipidemic rabbits. J Cardiovasc Pharmacol Ther 14, 38–48.
65. Press, C., Press, C., 2014. Remarkable Agaves and Cacti . by Park S . Nobel Review
by : Frank B . Salisbury The Quarterly Review of Biology , Vol . 70 , No . 1 ( Mar .,
1995 ), p . 85 70
66. Ralph, J., 1996. Rapid Communications 59.
67. Ray, D.P., Banerjee, P., Satya, P., Ghosh, R.K., Biswas, P.K., 2017. Exploration of
Profitability in The Cultivation of Ramie ( Boehmeria nivea L. Gaudich.) Fibre for
Sustaining Rural Livelihood . Int. J. Agric. Environ. Biotechnol. 10, 277.
https://doi.org/10.5958/2230-732x. 2017.00034.1
68. Rickard SE, Yuan YV, Chen J, et al. (1999) Dose effects of flaxseed and its lignan on
N-methyl-N-nitrosourea-induced mammary tumorigenesis in rats. Nutr Cancer 35,
50–57.
69. Rickard SE, Yuan YV & Thompson LU (2000) Plasma insulin-like growth factor I
levels in rats are reduced by dietary supplementation of flaxseed or its lignan
secoisolariciresinol diglycoside. Cancer Lett 161, 47–55.
70. Salleh, Z., Hyie, K.M., Berhan, M.N., Taib, Y.M.D., Latip, E.N.A., Kalam, A., 2014.
Residual Tensile Stress of Kenaf Polyester and Kenaf Hybrid under Post Impact and
Open Hole Tensile. Procedia Technol. 15, 856–861. https://doi.
org/10.1016/j.protcy.2014.09.060
71. Sano T, Oda E, Yamashita T, et al. (2003) Antithrombic and anti-atherogenic effects
of partially defatted flaxseed meal using a laser-induced thrombosis test in
apolipoprotein E and low-density lipoprotein receptor deficient mice. Blood Coagul
Fibrinolysis 14, 707–712.
72. Selpida Handayani, Abd. Kadir, Masdiana. “PROFIL FITOKIMIA DAN
PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAUN ANTING-ANTING (Acalypha
indica. L)”
73. Sen, T., Reddy, H.N.J., 2011. Various Industrial Applications of Hemp , Kinaf , Flax,
and Ramie Natural Fibres. Int. J. Innov. Manag. Technol. 2, 192–198.
https://doi.org/10.7763/ IJIMT.2011. V2.130
74. Tan KP, Chen J, Ward WE, et al. (2004) Mammary gland morphogenesis is enhanced
by exposure to flaxseed or its major lignan during suckling in rats. Exp Biol Med
(Maywood) 229, 147–157.
75. Tou JC & Thompson LU (1999) Exposure to flaxseed or its lignan component during
different developmental stages influences rat.
76. Tofanica, B.M., 2011. Book review. Ind. Crops Prod. 34, 1399–1400.
https://doi.org/10.1016/ j.indcrop.2011.05.013
77. O’Keefe JH, Carter MD & Lavie CJ (2009) Primary and secondary prevention of
cardiovascular diseases: a practical evidence-based approach. Mayo Clin Proc 84,
741–757.
78. Rodríguez-García, C., Sánchez-Quesada, C., Toledo, E., Delgado-Rodríguez, M., &
Gaforio, J. 2019. Naturally Lignan-Rich Foods: A Dietary Tool for Health
Promotion? Molecules, 24(5), 917. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6429205/
79. Spence JD, Thornton T, Muir AD, et al. (2003) The effect of flax seed cultivars with
differing content of a-linolenic acid and lignans on responses to mental stress. J Am
Coll Nutr 22, 494–501
80. Ward WE, Jiang FO & Thompson LU (2000) Exposure to flaxseed or purified lignan
during lactation influences rat mammary gland structures. Nutr Cancer 37, 187–192.
81. Vanharanta M, Voutilainen S, Lakka TA, et al. (1999) Risk of acute coronary events
according to serum concentrations of enterolactone: a prospective population-based
case–control study. Lancet 354, 2112–2115. 45.
82. Vanharanta M, Voutilainen S, Nurmi T, et al. (2002) Association between low serum
enterolactone and increased plasma F2-isoprostanes, a measure of lipid peroxidation.
Atherosclerosis 160, 465–469.
83. Vanharanta M, Voutilainen S, Rissanen TH, et al. (2003) Risk of cardiovascular
disease-related and all-cause death according to serum concentrations of
enterolactone: Kuopio Ischaemic Heart Disease Risk Factor Study. Arch Intern Med
163, 1099–1104.
84. Yoon, S.H., C.W. Park., H. Yang., Y. Korai., I. Mochida., R.T.K. Baker and N.M.
Rodriguez. 2004. Novel carbon nanofibers of high graphitization as anodic materials
for lithium ion secondary batteries. Carbon 42: 21-32. Elsevier, UK
85. Zhang W, Wang X, Liu Y, et al. (2008) Dietary flaxseed lignan extract lowers plasma
cholesterol and glucose concentrations in hypercholesterolaemic subjects. Br J Nutr
99, 1301–1309.