Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH FITOKIMIA 2

LIGNAN DAN LIGNIN

Kelompok 4

Dosen Pengampu : Munawarothus Sholikha, MSi.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Lignan Dan
Lignin Dari Biji Rami” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi mata
kuliah Fitokimia 2 di Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta. Penulis berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca, khusunya mahasiswa farmasi
mengenai senyawa metabolit sekunder lignan dan lignin.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Munawarothus Sholikha, M.Si, selaku


dosen mata kuliah Fitokimia 2. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalahini.

Jakarta, Maret 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biji rami (Linum usitatissimum i) masuk ke dalam famili Linaceae. Penelitian


yang dilakukan terhadap efek kesehatan dari biji rami ataupun ekstrak biji rami yang
telah dihilangkan lemaknya menunjukkan perubahan yang baik dalam profil lipid
darah dan perlindungan terhadap beberapa jenis kanker. Tetapi, komponen yang
memberikan manfaat pada biji rami tersebut belum dijelaskan lebih lanjut karena biji
rami mengandung minimal tiga komponen yang penting bagi kesehatan, diantaranya
serat atau lendir yang dapat larut (sekitar 6% dari berat kering); a-linolenat dalam
jumlah tinggi asam, PUFA n-3 (sekitar 20% dari berat kering); dan tanaman lignan
secoisolariciresinol diglucoside (SDG, sekitar 1% berat kering) (7). Biji rami juga
mengandung sedikit lignan lainnya selain SDG, yaitu pinoresinol, lariciresinol dan
matairesinol. Walaupun demikian SDG adalah lignan yang mendominasi biji rami.
(Adolphe., J.L, dkk. 2009)

Lignan merupakan turunan dari kelas dibenzilbutana yang dapat ditemukan


dalam konsentrasi yang relatif rendah di berbagai biji-bijian, buah-buahan, dan sayur-
sayuran, serta konsentrasi yang relatif lebih tinggi ditemukan pada wijen dan biji
rami. Selain itu, lignan menunjukkan berbagai sifat biologis seperti aktivitas anti-
inflamasi, antioksidan, dan antitumor. (Rodríguez-García,C. dkk. 2019). Sebagai
senyawa metabolit sekunder yang termasuk dalam kelompok senyawa difenol, lignan
dihubungkan dengan ikatan eter, lakton, atau karbon tambahan dan berasal dari jalur
biosintetik asam shikimat. (Alessandra Durazo, dkk. 2018).

Lignin adalah polimer aromatik kompleks, yang disimpan di dinding sel


sekunder dari semua tumbuhan vaskular yang memberikan kekuatan pada jaringan
dan serat tanaman serta kekokohan pada dinding sel. Selain itu, peran lignin pada
tumbuhan juga mencakup pertahanan terhadap serangan biotik dan abiotik, terutama
patogen dan serangga, memberikan stabilitas pada pembuluh xilem untuk transportasi
air. (Frei, M. 2013). Oleh sebab itu, dilakukan penyusunan makalah untuk memahami
proses biosintesis lignan dan lignin, metode ekstraksi dan pemisahan, cara
identifikasi, serta efek farmakolois lignan dan lignin yang terkandung dalam biji rami
1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang mendasari penyusunan makalah ini mencakup beberapa hal


diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana proses biosintesis senyawa lignan dan lignin?

2. Bagaimana proses ekstraksi dan pemisahan senyawa lignan dan lignin?

3. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa lignan dan lignin?

4. Bagaimana efek farmakologi yang diberikan senyawa lignan dan lignin?

1.3 Tujuan

Penyusunan makalah ini didasari oleh beberapa tujuan, diantaranya:

1. Memahami proses biosintesis senyawa lignan dan lignin.

2. Memahami proses ekstraksi dan pemisahan senyawa lignan dan lignin.

3. Memahami cara mengidentifikasi senyawa lignan dan lignin.

4. Memahami efek farmakologi yang diberikan senyawa lignan dan lignin.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lignan
2.1.1 Tanaman Penghasil dan Struktur

Lignan merupakan turunan dari kelas dibenzilbutana yang dapat ditemukan


dalam konsentrasi yang relatif rendah di berbagai biji-bijian, buah-buahan, dan sayur-
sayuran, serta konsentrasi yang relatif lebih tinggi ditemukan pada wijen dan biji rami.
Selain itu, lignan menunjukkan berbagai sifat biologis seperti aktivitas anti-inflamasi,
antioksidan, dan antitumor. Beberapa studi epidemiologi juga menyebutkan bahwa
lignan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, tetapi efek pada penyakit
kronis lain (misalnya kanker payudara) tetap kontroversial. (Rodríguez-
García,C.,dkk.2019)

Adapun sumber senyawa lignan terdapat pada tumbuhan/tanaman Phyllanthus


niruri L (Euphorbiaceae) dan Piper cubeba L (Piperaceae), Linum flavum L dan Linun
leoni F.W Schulz (Linaceae), Phyllantus niruri (meniran). Kayu Batang Durio
oxleyanus (Malvaceae). Buah Lada Hitam (Piper ningrum L.) dan Daun Sirih (Piper
betle L.), (Kumala, 2008;Elfahmi,2012). Biji rami juga mengandung sedikit lignan
lainnya selain SDG, yaitu pinoresinol, lariciresinol dan matairesinol. Walaupun
demikian SDG adalah lignan yang mendominasi biji rami. (Adolphe., J.L, dkk. 2009)

Biji Rami

Sumber : Lifestyle kompas

Sebagai senyawa metabolit sekunder yang termasuk dalam kelompok senyawa


difenol, lignan diturunkan dari kombinasi dua unit fenilpropanoid C6-C3 pada karbon
β dan β yang dihubungkan dengan ikaan eter, lakton, atau karbon tambahan dan
berasal dari jalur biosintetik asam shikimat. (Alessandra Durazo, dkk. 2018).

Struktur Lignan

Sumber : PubChem

Sifat Fisikokimia Lignan:(Pubchem, 2019)

a. Rumus molekul : C25H30O8


b. Sinonim : Ethyl 6,7- dimethoxy – 3 – methyl – 4 – oxo -1- (3,4,5
trimethoxyphenyl) -1,2,3,4 - tetrahydronaphthalene-2 carboxylate
c. Berat molekul : 458.5 g/mol

2.1.2 Biosintesis
Lewis dan Sakarnen, 1998

2.1.3 Metode Ekstraksi dan Pemisahan


 Ekstraksi sinambung menggunakan alat soxhlet dengan pelarut metanol. Ekstrak
yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap putar vakum pada suhu 35-40oC.
Pemantauan ekstrak pekat metanol menggunakan metode Kromotgrafi Lapis Tipis
(KLT) menggunakan plat silika gel GF254 prasalut dan penggembang n-heksana-
etil asetat (2:1). Kromotgram dapat dilihat di bawah sinar UV pada  254nm dan
366 nm, serta digunakan penampak bercak asam sulfat 10% dalam metanol.
(Elfahmi, 2012).
 Fraksinasi dan pemantauan fraksi
Ekstrak pekat metanol ditambahkan campuran airdiklorometana (1:1) dan
dilakukan fraksinasi secara ekstraksi cair-cair (ECC). Fraksi diklorometan diambil
dan dipantau. Fraksi dipantau dengan cara Kromotografi Lapis Tipis
(KLT)menggunaka plat silika gel GF 254 pralapis dan pengembang n-heksana-etil
asetat (1:1) untuk fraksi lada dan heksana-etil asetat (7;4) untuk fraksi sirih.
Kromotografi diamati dibawah sinar UV pada 254 nm dan 366 nm, serta
digunakan penampak berdasarkan sulfat 10% dalam metanol. Fraksinasi kedua
dilakukan terhadap fraksi pekat ECC menggunakan metode kromotografi cair
vakum (KCV) mengguanakan fase diam silika gel 60 H dan eluen berupa
komposisi pelarut n-heksan-diklorometanol. Subfraksi yang diperoleh dipantau
kembali secara KLT dengan plat silika gel GF254 pralapis dan penggembang
toluena-aseton (7:3) untuk subfraksi sirih. Kromotgram diamati di bawah sinar UV
pada 254 nm dan 366 nm, serta digunakan penampak bercak vanilin sulfat
(Elfahmi, 2012).
 Pemurnian
Subfraksi yang diperkirakan mengandung lignan dimurnikan dengan KLT preparative
menggunakan adsorben silika gel GF254 dengan penyangga kaca dan pengembang
toluena-aseton (50:1) untuk subfraksi lada dan toluena-aseton (7:3) untuk subfraksi sirih.
Pita hasil KLT preparatif yang diinginkan dikerok, dilarutkan dalam metanol kemudian
disaring (Elfahmi, 2012).

2.1.4 Identifikasi

Peneitian Elfahmi (2012) melakukan identifikasi kandungan lignan dengan cara


karakterisasi isolat menggunakan kromatografi gas-spekroskopi massa (KG-SM)
VARIAN 3900 saturn 2000 dengan kolom kapiler VF-5ms 30m x 0,25mm ID.
Dipilihnya metode KG-SM untuk karakterisasi senyawa lignan karena senyawa
lignan memiliki spektrum massa, m/z yang khas yaitu fragmen massa, m/z 135,151,
165, 181.
2.1.5 Efek Farmakologi
Dalam jurnal yang ditulis oleh Aldophe dkk (2009) mengenai efek kesehatan
dengan mengkonsumsi lignan secoisolariciresinol diglucoside (SDG) yang banyak
terkandung dalam biji rami bahwa setelah konsumsi, SDG diubah menjadi
secoisolariciresinol, yang selanjutnya dimetabolisme menjadi enterodiol (ED) dan
enterolakton (EL) lignan mamalia. Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa
metabolit SDG dapat memberikan manfaat kesehatan karena efek estrogenik atau anti-
estrogeniknya yang lemah, aktivitas antioksidan, kemampuan untuk menginduksi
protein fase 2 dan / atau menghambat aktivitas enzim tertentu, atau melalui mekanisme
yang belum teridentifikasi. Studi pada manusia dan hewan mengidentifikasi manfaat
konsumsi SDG. Metabolit SDG dapat melindungi terhadap CVD dan sindrom
metabolik dengan mengurangi konsentrasi lipid dan glukosa, menurunkan tekanan
darah, dan mengurangi stres oksidatif dan peradangan. Lignan biji rami juga dapat
mengurangi risiko kanker dengan mencegah perubahan sel prakanker dan dengan
mengurangi angiogenesis dan metastasis. Dengan demikian, SDG diet berpotensi
menurunkan kejadian beberapa penyakit kronis yang mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan di negara-negara industri. Literatur yang tersedia,
bagaimanapun, membuatnya sulit untuk secara jelas mengidentifikasi efek kesehatan
SDG karena variabilitas yang luas dalam metode studi. Namun, bukti saat ini
menunjukkan bahwa dosis minimal 500mg SDG / d selama kurang lebih 8 minggu
diperlukan untuk mengamati efek positif pada faktor risiko kardiovaskular pada pasien
manusia. Biji rami dan ekstrak lignannya tampaknya aman untuk sebagian besar
populasi orang dewasa, meskipun penelitian pada hewan menunjukkan bahwa wanita
hamil harus membatasi paparannya.
a) Kesehatan Jantung
1) Studi pada hewan
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, beberapa penelitian telah
menunjukkan efek menguntungkan dari lignan biji rami pada kesehatan
kardiovaskular pada model hewan. Serangkaian penelitian dari
laboratorium yang sama menyelidiki efek lignan biji rami pada
aterosklerosis pada kelinci (dalam jurnal Aldophe, 2009). Para peneliti
pertama kali menggunakan biji rami tipe II, sebuah kultivar biji rami yang
memiliki kandungan minyak yang mirip dengan biji rami biasa tetapi
hanya 2-3% Sebuah- asam linolenat, untuk menyelidiki efek biji rami tipe
II pada aterosklerosis yang diinduksi oleh diet kolesterol tinggi dan lipid
serum (dalam jurnal Aldophe, 2009). Setelah 8 minggu, diet kolesterol 1%
ditambah diet biji rami tipe II menghasilkan perbaikan profil lipid dan juga
terbukti efektif dalam mengurangi perkembangan aterosklerosis aorta.
Untuk memberikan bukti tambahan bahwa itu adalah komponen lignan
dari biji rami yang menawarkan manfaat kardiovaskular, kelompok
penelitian yang sama melakukan tiga penelitian menggunakan kompleks
lignan biji rami (Prasad, 2007) dan dua studi menggunakan SDG yang
dimurnikan (Prasad, 2008). Kompleks lignan biji rami mengandung 34–
38% SDG serta komponen bioaktif potensial lainnya seperti asam 3-
hidroksi-3-metilglutarat (10–11%) dan asam sinamat (15–21%) (Prasad,
2009). Meskipun metode untuk penelitian serupa, mereka memasukkan
variasi penting seperti tingkat kolesterol dalam diet aterogenik (0 · 25–1 ·
0%), dosis (Tabel 1) dan durasi pengobatan (2-4 bulan). Perbedaan dari
perbedaan ini, semua penelitian ini menemukan bahwa lignan biji rami dan
SDG efektif dalam melindungi terhadap aterosklerosis.
Sebuah studi oleh Felmlee dkk. (2009) dan dua studi oleh Penumathsa
dkk. (2007, 2008) juga telah menunjukkan efek kardioprotektif SDG pada
model tikus. Felmlee dkk. (2009) membandingkan aktivitas jumlah
ekuimolar dari SDG dan SECO yang dimurnikan pada beberapa penanda
homeostasis lipid pada tikus betina hiperkolesterolemia dan
hipertriasilgliserolemia yang diinduksi diet. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa SDG dan SECO menyebabkan penurunan yang sama tergantung
pada dosis dalam serum dan kadar kolesterol hati. Kedua lignan juga
menurunkan laju penambahan berat badan dan akumulasi lemak parenkim
hati. Studi oleh Penumathsa dkk. (2007) bekas in vitro, ex vivo dan in vivo
model untuk mempelajari sifat angiogenik SDG dan menemukan efek
menguntungkan dari SDG di semua model. Studi lain oleh laboratorium
ini (2008) menunjukkan bahwa SDG meningkatkan ekspresi faktor
pertumbuhan endotel vaskular, sintase NO endotelial dan haeme
oxygenase-1 yang memediasi angiogenesis miokard pada tikus jantan.
Meskipun sebagian besar studi model hewan menunjukkan bahwa
lignan rami memberikan manfaat kardiovaskular, tidak semua hasilnya
positif. Sebuah studi oleh Sano dkk. (2003) membandingkan efeknya
makanan biji rami yang dihilangkan lemaknya sebagian dan SDG pada
tingkat pembentukan trombus dan aterosklerosis pada tikus jantan. Makan
biji rami yang dihilangkan lemaknya secara signifikan mengurangi kedua
hasil sedangkan SDG tidak berpengaruh pada keduanya. Satu penjelasan
untuk ketidakkonsistenan ini adalah bahwa penelitian ini menggunakan
dosis SDG terendah dari semua penelitian yang dibahas dalam tinjauan ini
yang menggunakan model tikus. Secara keseluruhan, mayoritas studi yang
menggunakan SDG yang dimurnikan menemukan perbaikan dalam
penanda CVD.
2) Studi pada manusia
Mirip dengan kebanyakan penelitian pada hewan, beberapa penelitian
pada manusia telah menunjukkan manfaat kardiovaskular dari lignan biji
rami (Tabel 2). Uji coba terkontrol plasebo tersamar ganda secara acak
dilakukan di Cina untuk menyelidiki efek SDG pada kolesterol total,
kolesterol LDL, kolesterol HDL, TAG dan konsentrasi glukosa (Zhang
dkk, 2008). Studi ini menggunakan ekstrak biji rami kaya SDG yang
terdiri dari 33% SDG, berbeda dengan tepung biji rami yang dihilangkan
lemaknya yang memiliki konsentrasi SDG antara 0,97 dan 3,09% (w/w)
(Zhang dkk, 2008). Semua subjek mengalami hiperkolesterolemia, di
mana tujuh belas subjek menerima tablet plasebo yang mengandung 0mg
SDG, delapan belas subjek menerima 300mg SDG per hari, dan dua puluh
subjek menerima 600mg SDG per hari. Setelah 8 minggu, penurunan yang
signifikan pada kolesterol total, kolesterol LDL dan konsentrasi glukosa
ditemukan di antara mereka yang menerima 600mg SDG per hari
dibandingkan dengan kelompok plasebo. Perbedaan yang signifikan
ditemukan untuk kolesterol total dan kolesterol LDL pada kelompok
300mg SDG per hari ketika nilai pengobatan dibandingkan dengan
baseline tetapi tidak jika dibandingkan dengan kelompok plasebo.
Konsentrasi plasma dari SECO, ED dan EL juga diukur dan nilai
penurunan kolesterol yang diamati berkorelasi dengan konsentrasi SECO
dan ED. Para penulis menyarankan bahwa SDG tampaknya menurunkan
kolesterol plasma dan konsentrasi glukosa dengan cara yang bergantung
pada dosis, dengan SDG pada 600mg / hari dan bukan 300mg / hari yang
efektif. Makan biji rami yang dihilangkan lemaknya sebagian juga telah
terbukti menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, meskipun itu
meningkatkan konsentrasi TAG dan menurunkan kelompok protein serum
tiol, menunjukkan peningkatan stres oksidatif (Jenkins dkk, 1999).
Keterbatasan penelitian ini adalah bahwa jumlah SDG dalam biji kakao
yang dihilangkan lemaknya tidak diketahui tetapi akan jauh lebih rendah
daripada konsentrasi dalam produk yang diperkaya SDG.
Dalam sebuah studi observasional, hubungan antara serum EL
(diproduksi dari lignan tanaman yang secara alami tersedia dalam
makanan subjek) dan kejadian koroner akut diselidiki dalam studi kasus-
kontrol bersarang prospektif di Finlandia (Vanharanta dkk, 2003).
Penelitian ini melibatkan 167 laki-laki yang memiliki rata-rata 7,7 tahun
masa tindak lanjut kejadian koroner akut dan 167 kontrol. Kedua kasus
dan kontrol berasal dari kelompok laki-laki tahun 2005 dalam Studi Faktor
Risiko Penyakit Jantung Iskemik Kuopio. Subjek yang pernah mengalami
kejadian koroner akut memiliki konsentrasi EL serum rata-rata 25,1%
lebih rendah daripada subjek kontrol. Pria dalam kuartil tertinggi dari
distribusi konsentrasi EL memiliki risiko kejadian koroner akut 58,8%
lebih rendah dibandingkan dengan kuartil terendah. Nilai ini meningkat
menjadi 65,3% setelah penyesuaian untuk sembilan faktor risiko prediktif
yang paling kuat. Dalam studi yang lebih baru yang juga menggunakan
data dari Studi Faktor Risiko Penyakit Jantung Iskemik Kuopio, hubungan
antara konsentrasi serum EL dan kematian terkait PJK, kematian terkait
CVD dan semua penyebab kematian diperiksa (Vanharanta dkk, 2005).
Penelitian ini terdiri dari tindak lanjut prospektif selama rata-rata 12,2
tahun dari 1.889 pria bebas CVD pada awal. Hubungan yang signifikan
ditemukan antara peningkatan konsentrasi serum EL dan penurunan risiko
mortalitas terkait PJK dan CVD. Hubungan yang lebih lemah ditemukan
antara kadar EL serum dan semua penyebab kematian. Karena biji rami
merupakan sumber yang kaya prekursor lignan tanaman untuk EL, hasil
studi ini menunjukkan bahwa biji biji mungkin memberikan manfaat
kardiovaskular.
Individu yang bahagia dan terhubung secara sosial umumnya
mengalami peningkatan kesehatan kardiovaskular dibandingkan dengan
mereka yang memiliki tingkat stres psikososial yang tinggi dan mengalami
depresi, kesepian, dan kecemasan (O’Keefe dkk, 2009). Stres psikososial
dapat meningkatkan risiko kardiovaskular dengan mengaktifkan sistem
saraf simpatis dan meningkatkan kadar kortisol, glukosa darah dan lipid
serta meningkatkan tekanan darah (O’Keefe dkk, 2009). Perbandingan tiga
kultivar biji rami dengan jumlah SDG berbeda dilakukan untuk
menentukan efeknya pada respons terhadap tekanan mental (Spence dkk,
2003). Menggunakan desain studi silang tiga arah, wanita pascamenopause
dengan penyakit vaskular mengkonsumsi 30g dari masing-masing kultivar
biji rami setiap hari selama 3 bulan dengan periode pencucian 1 bulan di
antara perawatan. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2, ketiga strain flak
ditemukan memberikan manfaat kardiovaskular selama stres mental.
Hasil dari serangkaian publikasi oleh Hallund dkk. (2006)
menyarankan bahwa SDG mungkin tidak memperbaiki penanda CVD
pada individu sehat dibandingkan dengan mereka yang mengalami
hiperlipidemia atau CVD yang sudah ada sebelumnya. Dalam studi ini,
efek dari kompleks lignan rami yang menyediakan 500mg SDG per hari
pada lipid plasma, fungsi endotel, kapasitas antioksidan dan protein C-
reaktif (CRP) diselidiki di antara dua puluh dua wanita pascamenopause
yang sehat. Kompleks lignan biji rami terdiri dari 32,9% SDG, 13,9%
asam sinamat, 11,8% protein, 10,0% asam 3-hidroksi-3-metilglutarat,
3,5% lemak, 3,3% kelembaban dan 1,0% abu. Menggunakan desain studi
crossover, para wanita mengkonsumsi setiap hari mufin rendah lemak,
dengan atau tanpa kompleks flignan lignan, selama 6 minggu, dipisahkan
oleh periode washout 6 minggu. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2,
satu-satunya perubahan yang signifikan adalah bahwa konsentrasi CRP
lebih rendah pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok
plasebo meskipun konsentrasi CRP meningkat pada kedua kelompok
(Hallund dkk, 2008). Tidak ada perubahan yang diamati untuk penanda
peradangan lainnya (Hallund dkk, 2008). Namun, tidak mengherankan
bahwa penurunan signifikan biomarker untuk CVD tidak diamati dalam
penelitian ini, karena hanya subjek sehat yang dimasukkan.

b) Diabetes dan Sindrom Metabolik


Diabetes dan sindrom metabolik merupakan faktor risiko CVD. Sindrom
metabolik ditandai dengan kombinasi faktor risiko (peningkatan adipositas sentral,
TAG serum, glukosa serum, tekanan darah dan peradangan; penurunan HDL-
kolesterol) yang meningkatkan risiko pengembangan resistensi insulin dan CVD
(Cornish dkk, 2009). Dengan demikian, intervensi diet yang menurunkan risiko
diabetes dan sindrom metabolik juga akan membantu menurunkan kejadian CVD.
1) Studi pada Hewan
Sebuah studi oleh Fukumitsu dkk. (2008) menilai efek SDG pada
perkembangan obesitas yang diinduksi diet pada tikus C57BL / 6.
Dibandingkan dengan diet tinggi lemak tanpa SDG, diet tinggi lemak
mengandung 0,5 atau 1,0% SDG menghasilkan pengurangan lemak
visceral yang signifikan. Diet tinggi lemak yang mengandung 1,0% SDG
juga secara signifikan menurunkan kadar TAG hati, TAG serum,
kolesterol total, dan konsentrasi insulin dan leptin dibandingkan dengan
diet tinggi lemak tanpa SDG (Tabel 3). Selain itu, sebuah penelitian yang
menggunakan tikus betina menemukan bahwa pada kelompok yang
menerima SDG, hanya dua dari sepuluh tikus yang mengembangkan
glukosuria pada usia 72 hari sedangkan kesepuluh tikus pada kelompok
yang tidak diobati mengalami glukosuria pada usia ini (Prasadm 2001)
( Tabel 3).
2) Studi pada Manusia
SDG telah terbukti memberikan manfaat di antara pasien diabetes tipe
2. Sebuah studi acak, double-blind, cross-over yang dilakukan di Cina
mendaftarkan pasien diabetes tipe 2 untuk memeriksa efek suplemen
lignan yang diturunkan dari biji rami yang mengandung 360mg SDG per
hari pada indeks kontrol glikemik, resistensi insulin dan profil lipid (Pan
dkk, 2009). Suplemen lignan terdiri dari 20% SDG, 15,6% lemak, 3,2%
protein, 2,6% serat dan 30% karbohidrat. Durasi intervensi dan periode
plasebo adalah 12 minggu dipisahkan oleh periode pencucian 8 minggu.
Sebanyak enam puluh delapan pasien menyelesaikan uji coba.
Dibandingkan dengan plasebo, suplemen lignan secara signifikan
mengurangi konsentrasi HbA1C, meskipun tidak ada efek pada glukosa
puasa dan konsentrasi insulin, penilaian model homeostasis resistensi
insulin (HOMA-IR) dan profil lipid darah. Dalam analisis data sekunder,
efek suplemen lignan pada faktor peradangan (CRP dan IL-6) diselidiki
(Pan dkk, 2009). Protein 4 pengikat retinol juga diukur, karena telah
terbukti berhubungan dengan resistensi insulin, diabetes, dan peradangan.
Seperti dalam penelitian Hallund dkk. (2008), penelitian ini juga
menemukan bahwa kadar CRP meningkat dari awal hingga tindak lanjut
pada kelompok suplemen plasebo dan lignan, meskipun peningkatan CRP
lebih rendah dengan suplemen lignan. Namun, jika dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, perbedaannya signifikan antara wanita tetapi
tidak pada pria. Efek suplementasi kompleks lignan biji rami pada sindrom
metabolik dipelajari dalam uji coba terkontrol plasebo double-blind acak
(Cornish dkk, 2009). Sindrom metabolik dinilai menggunakan skor
gabungan dari enam faktor risiko dan suplemen menyediakan sekitar
543mg SDG / hari. Setelah 6 bulan suplementasi, kompleks lignan biji
rami menurunkan skor komposit sindrom metabolik, dibandingkan dengan
plasebo, pada pria tetapi tidak ada efek yang diamati pada wanita. Selain
itu, di antara sub-sampel subjek laki-laki dan perempuan dengan sindrom
metabolik pada awal, kelompok lignan biji rami memiliki penurunan
tekanan darah diastolik yang signifikan (P. ¼ 0,0085; 88,7 (SEM 2,8)
hingga 82 (SEM 2,8) mmHg) dibandingkan dengan kelompok plasebo
(82,7 (SEM 2,8) hingga 83,8 (SD 2,8) mmHg).
c) Kanker
Lignan biji rami dapat melindungi dari beberapa kanker (yaitu payudara, paru-
paru dan usus besar) karena sifat antioksidan, antiproliferatif, anti-estrogenik atau
anti-angiogeniknya atau mungkin karena kemampuannya untuk menghambat
enzim tertentu (Jenab dan Thomson, 1996).
1) Studi pada Hewan
Untuk menguji pengaruh biji rami dan komponennya pada risiko
kanker usus besar, Jenab & Thompson (1996) menggunakan model tikus
dengan kanker usus besar. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini
ditunjukkan pada Tabel 4. Adanya kriptus menyimpang dan fokus kripto
menyimpang, yang dianggap sebagai penanda awal risiko kanker usus
besar, ditentukan setelah tikus menjalani diet selama 100 hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa biji rami, biji rami yang dihilangkan
lemaknya, dan suplementasi SDG mengurangi multiplisitas kripto yang
menyimpang dan dengan demikian, dapat melindungi dari kanker usus
besar. Karena hasil dari kelompok perlakuan serupa, peneliti
menyimpulkan bahwa itu adalah komponen lignan dan bukan kandungan
minyak biji rami yang memberikan perlindungan.
Li dkk. (1999) meneliti pengaruh suplementasi SDG terhadap
metastasis paru sel melanoma pada mencit jantan umur 3 minggu. Diet
kontrol dengan atau tanpa suplementasi SDG digunakan (Tabel 4). Setelah
2 minggu pada kontrol atau diet tambahan SDG, setiap tikus disuntik
dengan sel melanoma. Tikus tersebut kemudian diberi makan selama 2
minggu lagi. Pada kelompok kontrol 59% tikus memiliki lebih dari lima
puluh tumor paru, sedangkan pada kelompok yang diberi suplemen SDG
30, 21 dan 22% tikus memiliki lebih dari lima puluh tumor, dengan dua
kelompok terakhir berbeda secara signifikan dari kontrol. Jumlah rata-rata
tumor juga berkurang secara signifikan pada kelompok 200mg / kg
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, SDG mengurangi luas
penampang tumor dan volume dengan cara yang bergantung pada dosis.
Diferensiasi kelenjar susu dini yang ditingkatkan dapat mengurangi
risiko karsinogenesis payudara di kemudian hari (Tan dkk, 2004). Tunas
ujung terminal adalah struktur duktus terminal yang paling tidak
berdiferensiasi dan sangat rentan terhadap karsinogenesis kimiawi (Tan
dkk, 2004). Sebaliknya, tunas dan lobulus alveolar, produk diferensiasi
tunas ujung terminal, kurang rentan terhadap karsinogen (Tan dkk, 2004).
Komponen makanan seperti SDG memiliki potensi untuk mendorong
peningkatan dini diferensiasi kelenjar susu dan, dengan demikian, dapat
memberikan perlindungan terhadap kanker payudara (Tan dkk, 2004).
Serangkaian penelitian telah meneliti efek biji rami dan SDG pada risiko
kanker payudara menggunakan model tikus. Perbandingan perlakuan yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Yang tertua dari
penelitian ini (Rickard dkk, 1999) menunjukkan bahwa biji rami dan SDG
tampaknya menunda perkembangan tumorigenesis mammae yang
diinduksi N-metil-N-nitrosourea Selanjutnya, dua studi (Tou dan
Thompson, 1999) (Ward dkk, 2000) menemukan bahwa paparan SDG
selama kehamilan dan atau menyusui menghasilkan perubahan struktural
kelenjar susu yang bermanfaat. Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa
paparan SDG selama menyusui dapat menghasilkan kelenjar susu yang
lebih terdiferensiasi (Tan dkk, 2004) yang dapat melindungi dari
tumorigenesis payudara di kemudian hari (Chen dkk, 2003).
Mekanisme SDG melindungi dari kanker payudara tidak diketahui.
Faktor pertumbuhan seperti insulin I dikaitkan dengan peningkatan risiko
kanker payudara dan SDG telah terbukti menurunkan konsentrasi I faktor
pertumbuhan seperti insulin plasma (Rickard dkk, 2000). Konsentrasi Zn
lebih tinggi di jaringan kanker payudara daripada di jaringan payudara
normal. Dengan demikian, mekanisme lain dapat dikaitkan dengan
kemampuan SDG untuk mengatur ekspresi transporter Zn (Zhang dkk,
2008). Terakhir, faktor pertumbuhan endotel vaskular merangsang
produksi pembuluh darah baru (yaitu angiogenesis), yang sangat penting
dalam perkembangan kanker (Bergman dan Dabrosin, 2007). In vitro dan
in vivo bukti menunjukkan bahwa ED dan EL dapat memberikan
perlindungan terhadap kanker payudara dengan membatasi angiogenesis
(Bergman dan Dabrosin, 2007).
2) Studi pada Manusia
Penelitian pada manusia yang telah meneliti hubungan antara lignan
biji rami dan kanker adalah penelitian observasional yang meneliti korelasi
antara konsentrasi EL serum dan risiko kanker. EL dapat memberikan
perlindungan terhadap kanker payudara karena aktivitas antioksidannya
atau kemampuannya untuk menghambat kerja enzim, khususnya enzim
yang terlibat dalam metabolisme hormon steroid (Kilkkinen dkk, 2004).
Lebih lanjut, EL terbukti menekan proliferasi dan migrasi sel serta
menginduksi apoptosis sel kanker prostat (Chen dkk, 2009).
Studi yang telah meneliti hubungan antara konsentrasi EL serum dan
risiko kanker payudara telah menghasilkan hasil yang beragam (Kilkkinen
dkk, 2004). Meskipun studi ini hanya mengukur konsentrasi EL dan
menghubungkan konsentrasi ini dengan risiko kanker payudara, bukti
bahwa EL serum melindungi terhadap kanker payudara menunjukkan
bahwa, sebagai prekursor EL, SDG juga dapat memberikan manfaat.
Wanita dengan kista yang teraba memiliki peningkatan risiko terkena
kanker payudara. Boccardo dkk. (2004) mempelajari 383 wanita dengan
kista teraba untuk menyelidiki apakah ada hubungan antara konsentrasi
serum EL dan risiko kanker payudara. Dari waktu aspirasi kista pertama
hingga median waktu tindak lanjut 6,5 tahun, delapan belas wanita
mengembangkan kanker payudara. Wanita yang mengidap kanker
payudara ditemukan memiliki konsentrasi EL median yang jauh lebih
rendah dibandingkan mereka yang bebas kanker. Di antara faktor risiko
yang dipertimbangkan dalam penelitian ini (konsentrasi EL serum, usia
aspirasi kista pertama, riwayat kanker payudara dalam keluarga, dan jenis
kista), konsentrasi EL serum adalah satu-satunya variabel yang memiliki
korelasi terbalik yang signifikan dengan risiko kanker payudara. Namun,
penulis mengakui bahwa keterbatasan penelitian ini termasuk ukuran
sampel yang kecil dan bahwa pengukuran EL serum tunggal mungkin
tidak dapat diandalkan (Boccardo dkk, 2004). Pietinen dkk. (Pietinen dkk,
2001) juga menemukan hubungan terbalik antara konsentrasi EL serum
dan risiko kanker payudara dalam sebuah penelitian yang mencakup 194
kasus kanker payudara (enam puluh delapan premenopause dan 126
pascamenopause) dan 208 kontrol. Yang juga menarik dari penelitian ini
adalah bahwa pola makan saja tidak dapat menjelaskan perbedaan EL
serum. Penulis mengusulkan bahwa faktor lain seperti jumlah atau jenis
flora usus dapat mempengaruhi berapa banyak EL yang dihasilkan dari
prekursor lignan tanamannya.
Sebaliknya, studi kasus-kontrol yang dilakukan di Finlandia yang
mencakup 206 kasus dan 215 kontrol tidak menemukan korelasi yang
signifikan antara konsentrasi EL serum dan penurunan risiko kanker
payudara pramenopause (Kilkkinen dkk, 2004). Di Selain itu, hasil
menunjukkan peningkatan yang tidak signifikan pada risiko kanker
payudara pascamenopause di antara mereka yang memiliki kadar EL
serum yang lebih tinggi.
d) Stress oksidatif dan Peradangan
Kemampuan untuk mengais oksidan yang dihasilkan oleh metabolisme sel
normal menjadi lebih buruk seiring bertambahnya usia (Gil dkk, 2006). Individu
yang menjalani penuaan yang sehat memiliki sistem pertahanan antioksidan 'awet
muda' (Lang dkk, 2002). Peningkatan stres oksidatif mendorong: (1)
perkembangan hipertensi (Paravicini dan Touyz, 2008) dan semua masalah yang
menyertainya termasuk gangguan kognitif (Bowler, 2002); dan (2) aktivasi gen
proinflamasi (Christman dkk, 2000) menyebabkan karakteristik kondisi
peradangan umum yang dikenal sebagai 'peradangan' terlihat pada banyak lansia
(Franceschi, 2007).
In vitro penelitian telah menunjukkan bahwa SDG dan metabolitnya, SECO,
EL dan ED, memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian awal di bidang ini
menemukan bahwa SDG efektif dalam mencegah peroksidasi lipid pada
homogenat hati dengan cara yang bergantung pada konsentrasi (Prasad, 1997).
Namun, metabolit SDG (SECO, EL dan ED), yang ditemukan dalam sirkulasi
portal, plasma dan urin, yang lebih mungkin memberikan efek perlindungan
terhadap stres oksidatif secara sistemik. Karena itu, gunakan lipid dan aqueous in
vitro sistem model, Kitts dkk. (Kitts dkk, 1999) menggunakan beberapa tes untuk
menunjukkan bahwa ED, EL dan SDG memiliki aktivitas antioksidan. Ketiga
lignan menunjukkan aktivitas serupa dalam menurunkan peroksidasi lipid.
Namun, ED dan EL lebih efektif daripada SDG dalam mengurangi oksidasi
deoksiribosa dan kerusakan untai DNA. Selain itu, Prasad (2000) menemukan
bahwa potensi antioksidan SECO, ED, EL dan SDG masing-masing adalah 4,86;
5,02; 4,35 dan 1,27, dibandingkan dengan vitamin E pada konsentrasi 2,5mg / ml.
Sebuah studi oleh Hosseinian dkk. (2007) juga menyarankan bahwa SECO
merupakan antioksidan yang lebih unggul dibandingkan dengan SDG. Namun, Hu
dkk. (2007) mempertanyakan relevansi konsentrasi lignan tinggi yang digunakan
dalam studi Prasad (2000). Dengan demikian, mereka melakukan studi yang
menggunakan konsentrasi SDG, SECO, ED dan EL lebih mungkin untuk dicapai
in vivo dan menyimpulkan bahwa lignan ini cenderung efektif melawan stres
oksidatif di lumen kolon dan sel epitel (Hu, Yuan dan Kitts, 2007). Namun,
seperti disebutkan sebelumnya, sifat antioksidan sistemik dari SECO, EL dan ED
yang paling relevan secara fisiologis dan pekerjaan tambahan diperlukan di bidang
ini (Hu, Yuan dan Kitts, 2007).
Sebaliknya, in vivo studi tentang sifat antioksidan SDG dan metabolitnya
memberikan hasil yang tidak pasti. Sebuah penelitian yang menggunakan kelinci
menemukan bahwa lignan biji rami (34 – 38% SDG, 15 – 21% cinnamic acid dan
9 – 11% hydroxymethylglutaric acid menurut beratnya) mampu mengurangi
tingkat aterosklerosis dengan mengurangi stres oksidatif yang diukur dengan aorta
dan serum malondialdehyde (produk peroksidasi lipid) dan chemiluminescence
aorta (ukuran cadangan antioksidan) (Prasad, 2005). Kompleks lignan biji rami
menurunkan malondialdehida serum sebesar 35% dan malondialdehida aorta
sebesar 58% pada kelinci hiperkolesterolemia. Namun, hasil tersebut sulit untuk
diinterpretasikan karena kelinci normocholesterolaemic yang menerima kompleks
lignan biji rami telah meningkatkan malondialdehida aorta. Meski demikian, para
peneliti menyimpulkan hal itu kompleks lignan biji rami dikaitkan dengan
penurunan stres oksidatif yang nyata.
Sebuah studi yang melibatkan partisipan manusia menggunakan biji yang
dihilangkan lemaknya sebagian dan menemukan penurunan kelompok protein tiol,
indikator peningkatan stres oksidatif (Jenkins dkk, 2009). Selain itu, Hallund dkk.
(2006) tidak menemukan perbedaan dalam resistensi lipoprotein serum terhadap
oksidasi, kapasitas antioksidan yang setara dengan Trolox, dan kemampuan
menurunkan besi plasma antara kelompok intervensi plasebo dan SDG. Namun,
level F2-isoprostane telah menjadi 'standar emas' untuk in vivo penilaian stres
oksidatif (Hosseinian dkk, 2007), sehingga hasil penelitian tersebut perlu
dikonfirmasi dengan menggunakan biomarker ini. Satu studi yang mengukur
kadar F2-isoprostane pada subjek manusia menemukan bahwa EL plasma
berkorelasi terbalik dengan plasma F2-isoprostane (Vanharanta, 2002).

2.2 Lignin
2.2.1 Struktur dan Tanaman Penghasil
Lignin merupakan komponen kimia utama yang terdapat dalam kayu selain selulosa
dan hemiselulosa yang berfungsi sebagai perekat didalam dinding sel, dan sebagai unsur
struktural dari pohon serta tanaman berlignoselulosa lainnya. Susunan unsur utama lignin
adalah unit fenilpropana yang saling berhubungan melalui ikatan eter membentuk suatu
polimer yang bercabang dengan struktur tiga dimensi (Achmadi, 1990). Kandungan
karbon dalam lognin cukup tinggi yaitu sebesar 60-65% untuk kayu daun jarum dan
sebesar 56-60% untuk kayu daun lebar (Fangel dan Wegener, 1995).
Banyak penelitian mengenai arang dan arang aktif, namun belum diketahui peran
komponen utamanya, yaitu selulosa dan lignin dalam hal pembentukan kristalit arang dari
atmo karbon. Demikian pula bagaimana perubahan pola struktur kayu sampai menjadi
arang dan arang aktif. Padahal pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai pola
struktur tersebut sangat penting sebagai dasar pembuatan arang dan turunannya yang
berkualitas tinggi, dapat diaplikasikan secara luas serta memberikan nilai manfaat yang
lebih besar.
Perkembangan penelitian arang dan arang aktif menunjukkan bahwa lignin yang di
isolasi dengan asam asetat (acetic acid lignin) dapat dikonversi lebih lanjut menjadi serat
arang dan serat arang aktif (Kubo et al., 2003). Brandl et al. (2004) mengemukakan
bahwa komposit polimer dari serat karbon yang dalam pembuatannya dicampur dengan
polypropilen, dapat digunakan sebagai komponen struktural mobil dan kapal terbang
karena ringan dan sifat daya O hanya listriknya dapat diatur. Selain itu serat karbon yang
dikarbonisasi pada suhu 550-700 C mempunyai sifat grafitik yang besar sehingga dapat
berfungsi sebagai bahan anoda dan dapat digunakan untuk pembuatan batere lithium
(Yoon et al., 2004)
Lignin dibentuk dengan penghilangan non-reversibel air dari gula (terutama xilosa)
untuk membuat struktur aromatik. Lignifikasi berlangsung pada tanaman dewasa untuk
kstabilan mekanisme tanaman. Lignin berfungsi memberi kekakuan kepada tanaman,
terlokalisasi pada permukaan lumen dan daerah dinding berpori untuk mempertahankan
kekuatan dinding, permeabilitas dan membantu transport air. Lignin tahan serangan
mikroorganisme dan kebanyakan dalam bentuk cincin aromatik yang tahan terhadap
proses anaerobik sehingga kerusakan akibat proses anaerobik pada lignin adalah lambat.
(Bismarck et al., 2005)
Lignin bersifat hydrophobic secara alami dan mengandung tiga ko-polimer
dimensional dari unsur-unsur aromatik dan alifatik dengan bobot molekul yang sangat
tinggi yaitu hidroksil, metoksil dan guus karbonil. Lignin diketahui mengandung lima
hidroksil dan lima metoksil per unit bangun. Diyakini bahwa satuan struktural dari
molekul lignin diturunkan dari 4-hydroxy-3methoxy pjenylpropane. Kesulitan utama
didalam kimia lignin adalah tidak ada metoda yang mapan untuk mengisolasikan lignin
dalam kondisi asli dari serat. Lignin dianggap sebagai suatu polimertermoplastik yang
memperlihatkan adanya temperatur transisi glass disekitar 90°C dan meleleh pada
temperatur 170°C (Olesen & Plackett, 1999). Lignin tidak terhidrolisis oleh asam, hanya
dapat larut didalam alkali panas, dapat terokisdasi, dan dengan mudah terkondensasi
dengan fenol. (Bismarc et al., 2005)
Struktur kimia lignin
2.2.2 Tanaman Penghasil Lignin
Serat dan lignin adalah dua dari sumber daya alam terpenting di dunia, karena
keduanya memiliki potensi luar biasa sebagai sumber energi, sebagai material yang
dapat mengurangi polusi, serta dapat memperbaiki sifat biodegradable pada suatu
material. Tanaman serat seperti tanaman rami, kenaf dan agave memproduksi serat
sebagai produk utama dengan lignin sebagai produk sampingnya. Pemanfaatan
lignin dari tanaman serat sangat memberikan keuntungan, karena selain tetap
menghasilkan serat sebagai produk utama, juga dapat memanfaatkan lignin untuk
memproduksi senyawa kimia bernilai tambah dan sebagai sumber energi. Biomassa
tanaman serat tersusun atas tiga komponen utama yaitu selulosa, hemiselulosa
(polisakarida) and lignin (polimer aromatik), dan beberapa komponen nonstructural
lainnya seperti protein, mineral dan zat ekstraktif lainnya (Marques et al., 2010)
a) Kenaf
Kenaf (Hisbiscus cannabinus) merupakan tanaman semusim, dikategorikan
sebagai tanaman serat batang (bast fiber). Produk utamanya berupa serat
yang diperoleh dari kulit batang, sedangkan batang tengahnya (core kenaf)
sebagai produk samping. Batang tengah kenaf mempunyai kadar selulosa 53–
66%, lignin 8–16%, pectin and hemicellulose 23–35% (Salleh et al., 2014;
Morrison et al., 1999; Ohtani et al., 2001). Serat kenaf memiliki
karakteristik lignin yang istimewa yaitu pada komponen aromatiknya terdapat
senyawa syringyl dan guaiacyl dengan rasio yang tinggi (Pascoal Neto et al.,
1996; Ralph, 1996; Seca et al., 1998) (Del Río et al., 2004; Lam et al., 2003)
(Del Río et al., 2004; Gutiérrez et al., 2004). Selain itu, lignin dari serat
kenaf kaya akan arylglycerol-β-ether yang berikatan dengan erythro
diastereomer (Ralph, 1996). Semua komponen aromatik tersebut berpotensi
besar sebagai bahan baku untuk produksi senyawa bernilai tinggi, jika
dikonversi menjadi senyawa aldehida aromatic, seperti vanilin (4-hidroksi-3-
metoksibenzaldehida) dan syringaldehida (4-hidroksi-3, dimetoksibenzaldehida)
(Pandey & Kim, 2011; Zakzeski et al., 2010). Zat ini penting dalam industri
farmasi, makanan, dan industri minyak wangi. Vanillin digunakan untuk
produksi papaverine, ftivazide, dan L-DOPA (Mashkovsky, 2014).
Syringaldehyde dapat digunakan untuk sintesis trimethoxybenzaldehyde,
trimethoprim dan obat-obatan lainnya (Erofeev et al ., 1990). Syringaldehyde
juga dapat diubah menjadi antrakuinon tersubstitusi, yaitu katalis untuk
meningkatkan proses delignifikasi alkali (Tofanica, 2011).
Hasil analisis kadar lignin core kenaf yang telah dilakukan untuk varietas
kenaf Indonesia adalah 19,38% berdasarkan berat kering (unpublished data).
Kadar lignin yang tinggi dari biomassa sisa penyeratan kenaf ini berpeluang
untuk dimanfaatkan sebagai sumber bioenergi yang potensial
b) Rami
Tanaman rami (Boehmeria nivea) merupakan tanaman serat yang memiliki
kegunaan yang cukup luas selain sebagai sumber serat untuk pembuatan
benang, kertas dan tekstil. Selain itu, biomassa tanaman rami juga
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahan baku dalam pembuatan biofarmaka
dan senyawa bernilai tinggi yang lain (Sen & Reddy, 2011). Sel-sel dalam
batang rami dihubungkan oleh bundel serat yang dibungkus lilin, lignin,
selulosa dan pektin, dan komponen-komponen lainnya yang sulit untuk
dihilangkan (Ray et al., 2017).
Ada tiga bagian yang dapat diidentifikasi pada batang rami, yaiWu korteks
(zona kortikal atau kulit kayu), floem-xylem (zona kambial); dan inti empulur
(zona medullar). Epidermis dibentuk oleh lapisan tipis sel yang mengandung
selulosa yang dimodifikasi, pigmen, mineral dan garam organik. Di bawah
epidermis adalah parenkim, yang terdiri dari sel berdinding tipis terdistribusi
tidak teratur, dengan lapisan kristal garam kalsium oksalat disusun oleh
pektin dan hemiselulosa. Bagian korteks (kulit kayu) dan xylem (zona kambial)
dari tanaman rami memiliki kandungan lignin yang lebih tinggi dari bagian
yang lain (Duan et al., 2012).
Kadar lignin pada serat rami sekitar 0,6–0,7%, sedangkan selulosa
merupakan komponen terbesar, yaitu sekitar 68,6–76,2% dan hemiselulosa
sekitar 13–16% (Faruk et al., 2012). Serat rami mempunyai tipe α dan β-
selulosa I dengan tingkat kristalinitas yang tinggi, sehingga membuat seratnya
lebih kuat, tahan lama dan tahan terhadap infeksi mikroorganisme dan
gigitan serangga (Jose et al., 2016; Kumar et al., 2017b). Contò, et al.
(2011) melaporkan bahwa dalam empulur batang rami terdapat 44,34%
selulosa, 0,64% hemiselulosa, 17,98% lignin, dan 7,97% abu. Angelini dan
Tavarini (2013) menganalisis berbagai bagian batang rami pada berbagai
tahap perkembangan, tanaman pada usia matang memiliki kadar selulosa,
hemisellosa dan lignin yang lebih tinggi.
c) Sisal
Tanaman sisal (Agave sisalana) merupakan tanaman serat yang diperoleh
dari daunnya (serat daun). Tanaman sisal adalah tanaman yang menggunakan
jalur Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Tanaman CAM mengasimilasi
karbon di malam hari, sehingga mengurangi gradien difusif air dari daun dan
meningkatkan efisiensi penggunaan air, sehingga mampu hidup di daerah semi
kering hingga kering. Karena penggunaan sumber daya yang efisien ini,
tanaman CAM baru-baru ini telah diperkenalkan sebagai tanaman bioenergi
potensial (Press & Press, 2014; )
(Borland et al., 2009; Smith, 2008). Dalam konteks biofuel, fisiologi
CAM memberikan manfaat di luar efisiensi penggunaan nutrisi dan air
(Somerville, 2007). Lignin merupakan polimer yang memberikan kekuatan
pada xylem untuk menahan tegangan sel selama transpirasi. Pada tanaman
CAM, tegangan pada sel xylem sangat rendah karena kadar lignin yang
sedikit, dikarenakan proses transpirasi yang rendah. Akibatnya, jumlah lignin
yang lebih rendah terlihat jelas dalam komposisi jaringan CAM. Karakteristik
lain dari fisiologi CAM yang menguntungkan untuk bahan baku biofuel
adalah akumulasi karbohidrat nonstruktural yang larut dalam jaringan
tanaman (Borland et al., 2009).
Kadar lignin dan selulosa dari serat sisal masing-masing adalah 3–15%
(berdasarkan berat kering) dan 68% (Bernardo & Rene, 2009; Iñiguez-
Covarrubias et al., 2001; Vieira et al., 2002). Biomassa dari sisa penyeratan
sisal dapat digunakan sebagai sumber lignin untuk memproduksi senyawa
kimia bernilai tambah dan sebagai salah satu tanaman sumber bioenergi.
Cadangan lignin yang rendah dan karbohidrat terlarut yang tinggi dari
tanaman CAM merupakan bahan baku berkualitas lebih tinggi karena hanya
membutuhkan sedikit pretreatment untuk konversi menjadi bahan bakar
(Borland et al., 2009; Smith, 2008).
Hasil analisis kadar lignin dari biomassa sisa penyeratan klon sisal
koleksi Balittas adalah 12,4–14,6% (unpublished data). Kadar lignin dari
biomassa sisa proses penyeratantersebut lebih tinggi daripada kadar lignin yang
terdapat pada serat sisal. Hal ini menunjukkan bahwa biomassa sisa penyeratan
sisal mempunyai peluang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber
bioenergi.

2.2.3 Biosintesis
Pendekatan untuk menekan biosintesis lignin adalah memanfaatkan fenomena PTGS
(Post Transcriptional Gene Silencing) yang dapat dilakukan diantaranya dengan konstruk
antisense dan RNAi (RNA interference) yang selanjutnya ditransformasikan pada
tanaman. Efektivitas PTGS yang dihasilkan melalui teknik astisense umumnya sekitar
50%. Knock out gen dengan teknik RNAi bisa lebih tinggi dibanding antisense, misalnya
efek sliencing beberapa gen (GUS, PVY dan FAD∆12-desaturase) tanaman tembakau,
arabidopsis, tomat (Solanum licopersium) dan padi (Oryza sativa) mencapai 90-100%
Selain itu pada tanaman model Arabidopsis transformasi konstruk antisense dapat
menurunkan aktivitas enzim 4CL hingga tinggal 8% dan menyebabkan perubahan rasio
G/S lignin. Bahkan pada tanaman kehutanan transgenik subtropis yang cepat tumbuh
yaitu aspen (Populus tremuloides) yang mengandung penyandi 4CL yang di konstruksi
secara antisnese sehingga terjadi downregulated ekspresi 4CL menyebabkan turunnya
kadar lignin hingga 45% dan kadar selulosa meningkat hingga 15%, selain itu terbukti
pula memacu pertumbuhan daun, akar dan batang. Keberhasilan tersebut dapat dijadikan
acuan penelitian mengenai modifikasi lignin pada tanaman berkayu lainnya. Mengingat
yang penting dalam struktur dinding sel dan ketahanan terhadap hama dan penyakit,
penurunan kadar lignin kayu bisa dilakukan hingga batas tertentu yang tidak mengganggu
fenotif dan kekuatan pohon.
2.2.4 Identifikasi
Penelitian Selpida Handayani, Abd. Kadir, Masdiana (2018) melakukan identifikasi
kandungan lignin. Reaksi Identifikasi Kimia Serbuk Daun Anting-Anting (Acalypha
indica.L) terhadap Lignin adalah Serbuk dibasahi dengan larutan fluroglusin LP,
ditambah HCl P, diamati dibawah mikroskop, jika dinding sel yang berlignin akan
berwarna merah.
2.2.4.1 Isolasi
1. Kumpulkan cairan dalam labu alas bundar 500 mL. Konsentrasikan cairan dengan
penguapan putar pada 40˚C dan 150 mbar.
2. Larutkan padatan yang diperoleh dalam 30 mL aseton. Gunakan rendaman
ultrasonik jika padatan tidak larut sepenuhnya.
3. Presipitasi lignin dengan menambahkan campuran ke 600 mL air. Jika tidak
terjadi pengendapan, tambahkan sedikit air jenuh Na 2 BEGITU 4 larutan untuk
mengflokulasi lignin.
4. Kumpulkan lignin dengan penyaringan (diameter 185 mm, ukuran pori 10 µm).
Cuci lignin dengan 25 mL air sebanyak 4 kali. Buang filtratnya jika tidak ada
analisis fraksi hemiselulosa diperlukan. Jika filtrat sangat keruh, tambahkan ke
tabung sentrifugasi dan kumpulkan fraksi dasar (padat) dengan sentrifugasi.
5. Biarkan lignin mengering semalaman. Keringkan lignin lebih lanjut dalam oven
vakum (semalaman pada suhu 50˚C dan 50 mbar).
6. Tentukan hasil setelah lignin dikeringkan semalaman dalam oven vakum.
7. Tentukan efisiensi ekstraksi lignin dengan membaginya dengan kandungan lignin
total yang ditentukan dengan metode Klason 24.
2.2.4.2 Analisis
1. Analisis resonansi magnetik nuklir dua dimensi (2D-NMR)
a. Larutkan 60 mg lignin kering dalam 0,7 mL d 6- aseton. Tambahkan beberapa
tetes D 2 O jika lignin tidak larut sepenuhnya. Masukkan campuran tabung
NMR dan mengambil spektra koherensi kuantum heteronuklir 2D heteronuklir
(HSQC) dengan spektrometer NMR dengan parameter berikut: (11, -1), (160,
-10), nt = 4, ni = 512 20.
b. Analisis spektrum HSQC yang diperoleh. Sesuaikan spektrum dengan koreksi
fase manual pada kedua sumbu sampai semua sinyal positif, karena ini sangat
penting di sepanjang sumbu horizontal (f2). Lakukan tidak ada koreksi dasar.
Posisi semua keterkaitan diberikan pada Langkah 5.1.3 dan 5.1.6.
c. Mengintegrasikan sinyal di wilayah aromatik yang sesuai dengan tiga unit
aromatik yang berbeda (penomoran proton sesuai Gambar 4).
Sinyal ini berada di wilayah [(Jangkauan Proton) (Jangkauan Karbon)]:
S 2/6: [(7,17-7,50) (105-109)]
S ' 2/6: [(6,35-6,65) (106-109)]
S kental: [(6,78-7,14) (111,5-116)]
G 2: [(6.48-7.06) (115-120.5)]
G 5: [(6,65-6,96) (120,5-124,5)]
G 6: [(6,65-6,96) (120,5-124,5)]
H 2/6 : [(7,05-7,29) (128,5-133)]
Catatan: H 3/5 tumpang tindih dengan G 5 sinyal, dan diasumsikan bahwa H
2/6 memiliki intensitas yang sama dengan H. 3/5. Sinyal untuk G tumpang
tindih dengan G 5. Jika tidak (atau hampir tidak ada) G 2 dan G 6 ada sinyal,
ini menunjukkan bahwa kondensasi penuh G telah terjadi. Total aromatik =
(((S 2/6 + S ' 2/6) / 2) + S kental) + (( G 2 + G 5 + G 6- H 2/6) / 3) + (H. 2/6 /
2) Rasio S = (((S 2/6 + S ' 2/6) / 2) + Scondensed): total aromatik x 100% S
2/6: S ' 2/6: S kental: G 2: G 5: G 6:
d. Hitung besarnya satuan aromatik dengan rumus:
+ S ' 2/6) / 2) + S kental) + (( G 2 + G 5 + G 6- H 2/6) / 3) + (H. 2/6 / 2) Rasio
S = (((S 2/6 + S ' 2/6) / 2) + Scondensed): total aromatik x 100%
e. Hitung persentase satuan G, H dan S dengan rumus sebagai berikut: Rasio G =
((G 2 + G 5 + G 6- H 2/6) /
3): total aromatik x 100%
Rasio H = (H 2/6 / 2): total aromatik x 100%
f. Mengintegrasikan sinyal dalam sinyal wilayah alifatik yang sesuai dengan
hubungan β-O-4, β-β dan β-5 dan Hibbert Keton. Ini adalah di wilayah
[(kisaran proton) (kisaran karbon)]:
β-O-4 α [(4.76-5.10) (73-77.5)]
β'-O-4 α [(4,44-4,84) (81,5-86)]
β-O-4 β dan β'-O-4 β [(4,03-4,48) (85-90,5)]
β-O-4 γ dan β'-O-4 γ [(3,10-4,00) (58,5-62)]
β-5 α [(5,42-5,63) (88-92)]
β-5 β [(3.36-3.56) (53-54.5)]
β-5 γ [(3,50-4,00) (62-64,5)]
β-β α [(4,59-4,77) (86,5-89,5)]
β-β β [(2,98-3,20) (55,5-59)]
β-β γ [(3.75-3.96) (72.5-76)] dan [(4.10-4.31) (72.5-
76)]
HK γ [(4.20-4.30) (66-68)]
Catatan: β-proton dari hubungan β-O-4 dan β'-O-4 tumpang tindih. Motif
struktural dari keterkaitan ini diberikan Gambar 1.
g. Jumlah total keterkaitan per 100 unit C9 semuanya didasarkan pada sinyal dari
proton α keterkaitan. Hitung jumlah total keterkaitan dengan rumus berikut:
Keterkaitan β-O-4 = (β-O-4 α + β'-O-4 α) / total aromatik x 100
# β-5 keterkaitan = β-5 α / total aromatik x 100 β-β keterkaitan
= β-β α / total aromatik x 100.

2. Analisis gel permeation chromatography (GPC)


a. Larutkan 10 mg lignin kering dalam 1 mL tetrahidrofuran (THF) (dengan
setetes toluena sebagai standar internal). Saring campuran ini melalui syringe
filter 0,45 µm ke dalam botol autosampler dengan volume masuk yang
dikurangi 0,3 mL. Tutup botol autosampler dengan penutup.
b. Masukkan 20 µL sampel ke dalam THF GPC. Proses data yang diperoleh.
c. Perbaiki sinyal yang diperoleh untuk sinyal referensi (toluena). Pilih volume
elusi untuk kisaran yang benar (~ 200-10000 Da). Hitung distribusi massa oleh
perangkat lunak.
2.2.5 Efek Farmakologi
Asal Tipe Aktivitas Model
Biologis/Farmakologi
s
Antioksidan, perlindungan terhadap stres oksidatif
Lignin komersial Bagasse, Aktivitas antioksidan Eritrosit manusia
lignosulfonate dll. in vitro
Lignin komersial Lignin Aktivitas pemulungan Sel HeLa S3, tikus
radikal Wistar
Sekam padi Lignin Aktivitas pemulungan In vitro
radikal
Tebu Bagasse Kapasitas antioksidan Eritrosit manusia
in vitro
Bambu Lignofenol Pencegahan kamatian Garis sel
sel yang diinduksi neuroblastoma SH-
peroksida SY5Y
Fagus crenata Lignofenol Efek anti-apoptosis Sel PC12
(Blume)
Fagus crenata Lignofenol Supresi stres oksidatif Tikus diabetes yang
(Blume) di ginjal diinduksi
Fagus crenata Lignofenol Stres oksidatif vaskular Tikus diabetes yang
(Blume) dan peradangan diinduksi
atenuasi
Lignoselulosa Asam syringic, Efek hepatoprotektif BABL / c tikus
turunan asam terhadap conA- dan Spragus-Dawley
vanilic dari cedera hati akibat tikus
lignoselulosa CCL4
Kayu keras Lignin Pengurangan lesi DNA Tikus Sprague-
oksidatif di testis Dawley
Aktivitas antimutagenik dan antitumor
Kayu keras Lignin Perlindungan dari efek Garis sel : V79,
genotoksik carcinogen CaCo-2
Kayu keras Lignin Perlindungan dari efek Tikus Sprague-
genotoksik carcinogen Dawley
dalam hepatisit tikus
Pinus sp (kerucut Kompleks lignin- Aktivitas antitumor Tikus
pinus) karbohidrat
Pinus parviflora Kompleks lignin- Aktivitas antitumor Tikus
Sieb.et Zucc karbohidrat
(kerucut pinus)
Aktivitas antivirus dan antimikroba
Edodes lentinus Lignofenol Aktivitas virus Sel MT-4 yang
tumbuh di ampas melawan HIV terinfeksi HIV,
tebu tulang sel sumsum
Pimpinella anisum Kompleks lignin- Aktivitas virus : HSV- Sel Vero dan MRC
karbohidrat 1-2; HCMV; campak
virus
Pimpinella Kompleks lignin- Aktivitas anti-herpes Tikus baib / c,
vulgaris karbohidrat marmot
Pinus parviflora Kompleks lignin- Efek antivirus terhadap Tikus
(kerucut pinus) karbohidrat HIV-1, influenza virus,
dan HSV
Acacia mangium Lignins Menekan promotor NF- 293-T sel
dan betula kb dan HIV-1
platyphylla pengaktifan
Coklat Kompleks lignin- Aktivitas antivirus RAW264.7 dan
karbohidrat J774.1
Pinus parviflora Kompleks lignin- Aktivitas antimikroba Berbagai
(kerucut pinus) karbohidrat mikroorganisme
Efek imunomodulator
Pimpinella anisum Kompleks lignin- Efek imunostimulan RAW264.7 sel
karbohidrat
Pinus parviflora Kompleks lignin- Imunopotensiasi Tikus
(kerucut pinus) karbohidrat
Kampo (herbal Kompleks lignin- Modulasi sistem Tikus C3H / HeJ
jepang) karbohidrat kekebalan usus
Coklat Kompleks lignin- Aktivitas RAW264.7 dan
karbohidrat imunomodulasi J774.1
Aktivitas usus
Tebu Bagasse Obat antidiare Babi
Kayu lunak dan Lignosulfonat Modulasi lingkungan Tikus Sprague-
kayu keras mikro usus Dawley
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Lignan merupakan turunan dari kelas dibenzilbutana yang dapat ditemukan dalam
konsentrasi yang relatif rendah di berbagai biji-bijian, buah-buahan, dan sayur-
sayuran, serta konsentrasi yang relatif lebih tinggi ditemukan pada wijen dan biji
rami.
2. Lignin merupakan komponen kimia utama yang terdapat dalam kayu selain selulosa dan
hemiselulosa yang berfungsi sebagai perekat didalam dinding sel, dan sebagai unsur
struktural dari pohon serta tanaman berlignoselulosa lainnya.
3. Proses biosintesis pada Lignan dengan isolat menggunakan kromatografi gas-
spekroskopi massa Dipilihnya metode KG-SM untuk karakterisasi senyawa lignan
karena senyawa lignan memiliki spektrum massa, m/z yang khas yaitu fragmen
massa, m/z 135,151, 165, 181
4. Proses biosintesis pada Lignin Pendekatan untuk menekan biosintesis lignin adalah
memanfaatkan fenomena PTGS (Post Transcriptional Gene Silencing) yang dapat
dilakukan diantaranya dengan konstruk antisense dan RNAi (RNA interference) yang
selanjutnya ditransformasikan pada tanaman.
5. Cara mengidentifikasi senyawa Lignan dengan cara karakterisasi isolat menggunakan
kromatografi gas-spekroskopi massa (KG-SM) VARIAN 3900 saturn 2000 dengan kolom
kapiler VF-5ms 30m x 0,25mm ID.
6. Cara mengidentifikasi senyawa Lignin dengan cara Serbuk Daun Anting-Anting
(Acalypha indica.L) dibasahi dengan larutan fluroglusin LP, ditambah HCl P, diamati
dibawah mikroskop, jika dinding sel yang berlignin akan berwarna merah.
7. Efek farmakologi pada Lignan baik untuk Kesehatan Jantung, Diabetes dan Simbol dari
Metabolik, Kanker, Stress oksidatif dan Peradangan.
8. Efek farmakologi dari Lignin efek farmakologi Efek farmakologi dari Lignin sebagai
Antioksidan, perlindungan terhadap Stres Oksidatif, Aktivitas Antimutagenik dan Antitumor,
Aktivitas Antivirus dan Antimikroba, Efek Imunomodulatir, dan Aktivitas Usus.
3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan terbatasnya pengetahuan serta pengalaman
kritik atas kekurangan pada makalah ini sangat diperlukan untuk membangun kesempurnaan
serta pedoman pada pengetahuan tentang lignin lignan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achmadi, S. 1990. Kimia Kayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian
Bogor.
2. Adolphe, J. L., Whiting, S. J., Juurlink, B. H. J., Thorpe, L. U., & Alcorn, J.
(2009). Healtheffects with consumption of the flax lignan secoisolariciresinol
diglucoside. British Journal of Nutrition, 103(07),
929. doi:10.1017/s0007114509992753.
3. Alessandra Durazzo, Massimo Lucarini, Emanuela Camilli, Stefania Marconi, Paolo
Gabrielli, Silvia Lisciani, Loretta Gambelli, Altero Aguzzi, Ettore Novellino,
Antonello Santini, Aida Turrini, Luisa Marletta., 2018. Dietary Lignans: Definition,
Description and Research Trends in Databases Development. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6321438/.
4. Bergman Jungestrom M, Thompson LU & Dabrosin C (2007) Flaxseed and its
lignans inhibit estradiol-induced growth, angiogenesis, and secretion of vascular
endothelial growth factor in human breast cancer xenografts in vivo. Clin Cancer Res
13, 1061–1067.
5. Bernardo, G.R.R., Rene, R.M.J., 2009. Contribution of agro-waste material main
components (hemicelluloses, cellulose, and lignin) to the removal of chromium (III)
from aqueous solution. J. Chem. Technol. Biotechnol. 84, 1533–1538.
https://doi.org/10.1002/jctb.2215
6. Brandl, W., G. Marginean., V. Chirila, and W. Warschewski. 2004. Production and
characterisation of vapour grown carbon Fiber/polypropylene composites. Carbon.
42 : 5-9. Elsevier, UK
7. Bismarck, A., Mishra, S., Lampke, T., 2005. Plant Fibers as Reinforcement for Green
Composites. In: Mohanty, A.K., Misra, M., and Drzal, L.T. (Ed.), Natural Fibers,
Biopolymer, and Biocomposites. CRC Press Tailor and Francis group, Boca Raton
8. Boccardo F, Lunardi G, Guglielmini P, et al. (2004) Serum enterolactone levels and
the risk of breast cancer in women with palpable cysts. Eur J Cancer 40, 84–89.
9. Borland, A.M., Griffiths, H., Hartwell, J., Smith, J.A.C., 2009. Exploiting the
potential of plants with crassulacean acid metabolism for bioenergy production on
marginal lands. J. Exp. Bot. 60, 2879–2896. https://doi.org/10.1093/ jxb/erp118
10. Somerville, C., 2007. Biofuels. Curr. Biol. 17, 143– 158.
11. Bowler JV (2002) The concept of vascular cognitive impairment. J Neurol Sci 203 –
204, 11–15. 73.
12. Christman JW, Blackwell TS & Juurlink BH (2000) Redox regulation of nuclear
factor kB: therapeutic potential for attenuating inflammatory responses. Brain Pathol
10, 153–162.
13. Chen J, Tan KP, Ward WE, et al. (2003) Exposure to flaxseed or its purified lignan
during suckling inhibits chemically induced rat mammary tumorigenesis. Exp Biol
Med (Maywood) 228, 951–958.
14. Chen LH, Fang J, Sun Z, et al. (2009) Enterolactone inhibits insulin-like growth
factor-1 receptor signaling in human prostatic carcinoma PC-3 cells. J Nutr 139, 653–
659.
15. Chen LH, Fang J, Li H, et al. (2007) Enterolactone induces apoptosis in human
prostate carcinoma LNCaP cells via a mitochondrial-mediated, caspase-dependent
pathway. Mol Cancer Ther 6, 2581–2590.
16. Current Organic Chemistry, 2012, 16, 1863-1870.Verónica Martínez, Montserrat
Mitjans, Maria Pilar Vinardell “Pharmacological Applications of Lignins and Lignins
Related Compounds: An Overview
17. Del Río, J.C., Gutiérrez, A., Martínez, Á.T., 2004. Identifying acetylated lignin units
in non-wood fibers using pyrolysis-gas chromatography/mass spectrometry. Rapid
Commun. Mass Spectrom. 18, 1181–1185. https://doi.org/10. 1002/ rcm.1457
18. Duan, S., Liu, Z., Feng, X., Zheng, K., Cheng, L., Zheng, X., 2012. Diversity and
characterization of ramie-degumming strains. Sci. Agric. 69, 119–125.
https://doi.org/10.1590/S0103- 90162012000200006
19. Elfahmi, e., Wirasutisna, K. R., & Desyane, H.K.(2012). Isolsi Senyawa Aktif Lignan
Dari Buah Lada Hitam (Piper ningrum L.) dann Daun Srih (Piper betle.,) Acta
Pharmaceutica Indonesis, 37(1),14-17
20. Erofeev, Y.V., Afanas’eva, V. L., and Glushkov, R.., 1990. Synthetic routes to 3, 4, 5-
trimethoxybenzaldehide (Review). Sci. Res. Inst. Pharm. Chem. 24, 50–56
21. Farida Rahayu, Mala Murianingrum, dan Nurindah. “Pemanfaatan Lignin dari
Biomassa Rami, Kenaf, dan Agave Untuk Sumber Bioenergi” Balai Penelitian
Tanaman Pemanis dan Serat.
22. Faruk, O., Bledzki, A.K., Fink, H., Sain, M., 2012. Progress in Polymer Science
Biocomposites reinforced with natural fibers : 2000–2010. Prog. Polym. Sci. 37,
1552–1596. https://doi. org/10.1016/j.progpolymsci.2012.04.003
23. Franceschi C (2007) Inflammaging as a major characteristic of old people: can it be
prevented or cured? Nutr Rev 65, S173–S176.
24. Frei, M. 2013. Lignin: Characterization of a Multifaceted Crop Component. The
Scientific World Journal, 2013, 1–25. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3848262/.
25. Fengel, D. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi – reaksi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press.
26. Felmlee MA, Woo G, Simko E, et al. (2009) Effects of the flaxseed lignans
secoisolariciresinol diglucoside and its aglycone on serum and hepatic lipids in
hyperlipidaemic rats. Br J Nutr 102, 361–369.
27. Fukumitsu S, Aida K, Ueno N, et al. (2008) Flaxseed lignan attenuates high-fat diet-
induced fat accumulation and induces adiponectin expression in mice. Br J Nutr 100,
669–676.
28. Gil L, Siems W, Mazurek B, et al. (2006) Age-associated analysis of oxidative stress
parameters in human plasma and erythrocytes. Free Radic Res 40, 495–505.
29. Gustan Pari , Kurnia Sofyan , Wasrin Syafii , Buchari & Hiroyuki Yam. KAJIAN
STRUKTUR ARANG DARI LIGNIN (Study on Charcoal Structure of Lignin)
Oleh/By : 2) 3) 3) 4) 5)
30. Hallund J, Ravn-Haren G, Bugel S, et al. (2006) A lignan complex isolated from
flaxseed does not affect plasma lipid concentrations or antioxidant capacity in healthy
postmenopausal women. J Nutr 136, 112–116.
31. Hallund J, Tetens I, Bu¨gel S, et al. (2008) The effect of a lignan complex isolated
from flaxseed on inflammation markers in healthy postmenopausal women. Nutr
Metab Cardiovasc Dis 18, 497–502.
32. Hallund J, Tetens I, Bugel S, et al. (2006) Daily consumption for six weeks of a
lignan complex isolated from flaxseed does not affect endothelial function in healthy
postmenopausal women. J Nutr 136, 2314–2318.
33. Heru Suryanto. REVIEW SERAT ALAM : KOMPOSISI, STRUKTUR, DAN SIFAT
MEKANIS. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
34. Hosseinian FS, Muir AD, Westcott ND, et al. (2007) AAPHmediated antioxidant
reactions of secoisolariciresinol and SDG. Org Biomol Chem 5, 644–654.
35. Hu C, Yuan YV & Kitts DD (2007) Antioxidant activities of the flaxseed lignan
secoisolariciresinol diglucoside, its aglycone secoisolariciresinol and the mammalian
lignans enterodiol and enterolactone in vitro. Food Chem Toxicol 45, 2219–2227.
36. Jenab M & Thompson LU (1996) The influence of flaxseed and lignans on colon
carcinogenesis and b-glucuronidase activity. Carcinogenesis 17, 1343–1348.
37. Jenkins DJA, Kendall CWC, Vidgen E, et al. (1999) Health aspects of partially
defatted flaxseed, including effects on serum lipids, oxidative measures, and ex vivo
androgen and progestin activity: a controlled crossover trial. Am J Clin Nutr 69, 395–
402.
38. Jose, S., Rajna, S., Ghosh, P., 2016. Ramie Fibre Processing and Value Addition.
Asian J. Text. 7, 1–9. https://doi.org/10.3923/ajt.2017.1.9
39. Jurnal Eksperimen Visualisasi. Douwe S. Zijlstra, Alessandra de Santi, Bert
Oldenburger, Johannes de Vries, Katalin Barta, Peter J. Deuss “Ekstraksi Lignin
dengan Kandungan β-O-4 Tinggi dengan Ekstraksi Etanol Ringan dan Pengaruhnya
terhadap Hasil Depolimerisasi”
40. Kilkkinen A, Virtamo J, Vartiainen E, et al. (2004) Serum enterolactone concentration
is not associated with breast cancer risk in a nested case–control study. Int J Cancer
108, 277–280.
41. Kitts DD, Yuan YV, Wijewickreme AN, et al. (1999) Antioxidant activity of the
flaxseed lignan secoisolariciresinol diglycoside and its mammalian lignan metabolites
enterodiol and enterolactone. Mol Cell Biochem 202, 91–100
42. Kubo, S., Uraki, Y and Y. Sano. Caralytic graphitization of hardwood acetic acid
lignin with nickel acetate. J. Wood Science. 49 (2): 188-192, The Japan Wood
Research Society. Japan.
43. Lang CA, Mills BJ, Lang HL, et al. (2002) High blood glutathione levels accompany
excellent physical and mental health in women aged 60 to 103 years. J Lab Clin Med
140, 413–417.
44. Mashkovsky, M., 2014. Medicinal Products. Novaya Volna, Rusia
45. Marques, G., Rencoret, J., Gutiérrez, A., Río, J.C., 2010. Evaluation of the Chemical
Composition of Different Non-Woody Plant Fibers Used for Pulp and Paper
Manufacturing 93–101
46. N. Sri Hartati “PROSPEK PENGGUNAAN KAYU RENDAH LIGNIN HASIL
TEKNOLOGI DNA UNTUK PROSES PULPING YANG EFISIEN DAN RAMAH
LINGKUNGAN”
47. NCBI 2019. Pubchem Compund Summary of Lignan. Retrieved from
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Lignan, diakses Maret 2021
48. NCBI 2021. Pubchem Compund Summary of Lignan. Retrieved from
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Lignin_-organosolv. Diakses Maret
2021
49. Nourooz-Zadeh J (2008) Key issues in F2-isoprostane analysis. Biochem Soc Trans
36, 1060–1065.
50. Lewis Norman G, Laurence B.D and Sirno Sakarnen. 1998. Lignin and Lignan
Biosynthesis: Distinctions and Reconcilliations. Seri Simposium ACS; American
Chemical Society. Washington DC.
51. Li D, Yee JA, Thompson LU, et al. (1999) Dietary supplementation with
secoisolariciresinol diglycoside (SDG) reduces experimental metastasis of melanoma
cells in mice. Cancer Lett 142, 91–96.
52. Pan A, Sun J, Chen Y, et al. (2007) Effects of a flaxseed-derived lignan supplement in
type 2 diabetic patients: a randomized, double-blind, cross-over trial. PLoS ONE 2,
e1148.
53. Pan A, Demark-Wahnefried W, Ye X, et al. (2009) Effects of a flaxseed-derived
lignan supplement on C-reactive protein, IL-6 and retinol-binding protein 4 in type 2
diabetic patients. Br J Nutr 101, 1145–1149.
54. 16. Pandey, M.P., Kim, C.S., 2011. Lignin Depolymerization and Conversion : A
Review of Thermochemical Methods 29–41. https://doi. org/10.1002/ceat.201000270
55. Paravicini TM & Touyz RM (2008) NADPH oxidases, reactive oxygen species, and
hypertension: clinical implications and therapeutic possibilities. Diabetes Care 31,
Suppl. 2, S170–S180.
56. Pascoal Neto, C., Seca, A., Fradinho, D., Coimbra, M.A., Domingues, F., Evtuguin,
D., Silvestre, A., Cavaleiro, J.A.S., 1996. Chemical composition and structural
features of the macromolecular components of Hibiscus cannabinus grown in
Portugal. Ind. Crops Prod. 5, 189–196. https://doi.org/10. 1016/0926-6690(96)89448-
9
57. Penumathsa SV, Koneru S, Thirunavukkarasu M, et al. (2007) Secoisolariciresinol
diglucoside: relevance to angiogenesis and cardioprotection against ischemia–
reperfusion injury. J Pharmacol Exp Ther 320, 951–959.
58. Penumathsa SV, Koneru S, Zhan L, et al. (2008) Secoisolariciresinol diglucoside
induces neovascularization-mediated cardioprotection against ischemia–reperfusion
injury in hypercholesterolemic myocardium. J Mol Cell Cardiol 44, 170–179.
59. Pietinen P, Stumpf K, Mannisto S, et al. (2001) Serum enterolactone and risk of breast
cancer: a case–control study in eastern Finland. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev
10, 339–344.
60. Prasad K, Mantha SV, Muir AD, et al. (1998) Reduction of hypercholesterolemic
atherosclerosis by CDC-flaxseed with very low a-linolenic acid. Atherosclerosis 136,
367–375.
61. Prasad K (2001) Secoisolariciresinol diglucoside from flaxseed delays the
development of type 2 diabetes in Zucker rat. J Lab Clin Med 138, 32–39.
62. Prasad K (2000) Antioxidant activity of secoisolariciresinol diglucoside-derived
metabolites, secoisolariciresinol, enterodiol, and enterolactone. Int J Angiol 9, 220–
225.
63. Prasad K (2005) Hypocholesterolemic and antiatherosclerotic effect of flax lignan
complex isolated from flaxseed. Atherosclerosis 179, 269–275.
64. Prasad K (2009) Flax lignan complex slows down the progression of atherosclerosis
in hyperlipidemic rabbits. J Cardiovasc Pharmacol Ther 14, 38–48.
65. Press, C., Press, C., 2014. Remarkable Agaves and Cacti . by Park S . Nobel Review
by : Frank B . Salisbury The Quarterly Review of Biology , Vol . 70 , No . 1 ( Mar .,
1995 ), p . 85 70
66. Ralph, J., 1996. Rapid Communications 59.
67. Ray, D.P., Banerjee, P., Satya, P., Ghosh, R.K., Biswas, P.K., 2017. Exploration of
Profitability in The Cultivation of Ramie ( Boehmeria nivea L. Gaudich.) Fibre for
Sustaining Rural Livelihood . Int. J. Agric. Environ. Biotechnol. 10, 277.
https://doi.org/10.5958/2230-732x. 2017.00034.1
68. Rickard SE, Yuan YV, Chen J, et al. (1999) Dose effects of flaxseed and its lignan on
N-methyl-N-nitrosourea-induced mammary tumorigenesis in rats. Nutr Cancer 35,
50–57.
69. Rickard SE, Yuan YV & Thompson LU (2000) Plasma insulin-like growth factor I
levels in rats are reduced by dietary supplementation of flaxseed or its lignan
secoisolariciresinol diglycoside. Cancer Lett 161, 47–55.
70. Salleh, Z., Hyie, K.M., Berhan, M.N., Taib, Y.M.D., Latip, E.N.A., Kalam, A., 2014.
Residual Tensile Stress of Kenaf Polyester and Kenaf Hybrid under Post Impact and
Open Hole Tensile. Procedia Technol. 15, 856–861. https://doi.
org/10.1016/j.protcy.2014.09.060
71. Sano T, Oda E, Yamashita T, et al. (2003) Antithrombic and anti-atherogenic effects
of partially defatted flaxseed meal using a laser-induced thrombosis test in
apolipoprotein E and low-density lipoprotein receptor deficient mice. Blood Coagul
Fibrinolysis 14, 707–712.
72. Selpida Handayani, Abd. Kadir, Masdiana. “PROFIL FITOKIMIA DAN
PEMERIKSAAN FARMAKOGNOSTIK DAUN ANTING-ANTING (Acalypha
indica. L)”
73. Sen, T., Reddy, H.N.J., 2011. Various Industrial Applications of Hemp , Kinaf , Flax,
and Ramie Natural Fibres. Int. J. Innov. Manag. Technol. 2, 192–198.
https://doi.org/10.7763/ IJIMT.2011. V2.130
74. Tan KP, Chen J, Ward WE, et al. (2004) Mammary gland morphogenesis is enhanced
by exposure to flaxseed or its major lignan during suckling in rats. Exp Biol Med
(Maywood) 229, 147–157.
75. Tou JC & Thompson LU (1999) Exposure to flaxseed or its lignan component during
different developmental stages influences rat.
76. Tofanica, B.M., 2011. Book review. Ind. Crops Prod. 34, 1399–1400.
https://doi.org/10.1016/ j.indcrop.2011.05.013
77. O’Keefe JH, Carter MD & Lavie CJ (2009) Primary and secondary prevention of
cardiovascular diseases: a practical evidence-based approach. Mayo Clin Proc 84,
741–757.
78. Rodríguez-García, C., Sánchez-Quesada, C., Toledo, E., Delgado-Rodríguez, M., &
Gaforio, J. 2019. Naturally Lignan-Rich Foods: A Dietary Tool for Health
Promotion? Molecules, 24(5), 917. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6429205/
79. Spence JD, Thornton T, Muir AD, et al. (2003) The effect of flax seed cultivars with
differing content of a-linolenic acid and lignans on responses to mental stress. J Am
Coll Nutr 22, 494–501
80. Ward WE, Jiang FO & Thompson LU (2000) Exposure to flaxseed or purified lignan
during lactation influences rat mammary gland structures. Nutr Cancer 37, 187–192.
81. Vanharanta M, Voutilainen S, Lakka TA, et al. (1999) Risk of acute coronary events
according to serum concentrations of enterolactone: a prospective population-based
case–control study. Lancet 354, 2112–2115. 45.
82. Vanharanta M, Voutilainen S, Nurmi T, et al. (2002) Association between low serum
enterolactone and increased plasma F2-isoprostanes, a measure of lipid peroxidation.
Atherosclerosis 160, 465–469.
83. Vanharanta M, Voutilainen S, Rissanen TH, et al. (2003) Risk of cardiovascular
disease-related and all-cause death according to serum concentrations of
enterolactone: Kuopio Ischaemic Heart Disease Risk Factor Study. Arch Intern Med
163, 1099–1104.
84. Yoon, S.H., C.W. Park., H. Yang., Y. Korai., I. Mochida., R.T.K. Baker and N.M.
Rodriguez. 2004. Novel carbon nanofibers of high graphitization as anodic materials
for lithium ion secondary batteries. Carbon 42: 21-32. Elsevier, UK
85. Zhang W, Wang X, Liu Y, et al. (2008) Dietary flaxseed lignan extract lowers plasma
cholesterol and glucose concentrations in hypercholesterolaemic subjects. Br J Nutr
99, 1301–1309.

Anda mungkin juga menyukai