Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

“ANALISIS MASALAH PENYAKIT HIPERTENSI DI KABUPATEN


MINAHASA PROVINSI SULAWESI UTARA”

Dosen Pengampu Matakuliah:

dr. Grace E. C. Korompis, MHSM, Dr.PH

dr. Febi K. Kolibu, MMRS

Adisti A. Rumayar, S.K.M., M.Kes., MPH

Disusun Oleh :

1. Kevin Sumanti 19111101070

2. Michell Mandagi 19111101072

3. Ihsan Tome 19111101084

4. Day Pranatha 19111101087

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO
2021KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena hanya atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang

“Analisis Masalah Penyakit Hipertensi Di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi

Utara” ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi

tugas Mata Kuliah Perencanaan Dan Evaluasi Program Kesehatan, serta untuk

memberikan gambaran terkait analisis penyakit Hipertensi di wilayah Kabupaten

Minahasa, yang dapat menambah ilmu kami sebagai mahasiswa.

Dalam penyusunan laporan ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin,

namun kami menyadari bahwa laporan kami ini masih jauh dari sempurna. Karna

itu kami sangat mengharapkan masukan ataupun kritik dan saran yang

membangun bagi kami, agar kedepannya dapat diperbaiki.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut

menyumbangkan gagasa, ide-ide, dan masukan dalam pembuatan laporan ini

sehingga laporan kami ini dapat selesai dengan baik. Harapan kami semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

i
Manado, 14 Maret 2021DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH...............................................................2

2.2 ANALISIS DERAJAT MASALAH KESEHATAN.....................................9

2.3 ANALISIS LINGKUNGAN KESEHATAN...............................................11

2.4. ANALISIS PERILAKU KESEHATAN : KEPERCAYAAN, PERILAKU

DAN KEBIASAAN...........................................................................................15

2.5 ANALISIS KEPENDUDUKAN..................................................................16

2.6 ANALISIS PROGRAM DAN PELAYANAN KESEHATAN....................20

BAB III PENUTUP...............................................................................................23

3.1 KESIMPULAN............................................................................................23

3.2 SARAN........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara terluas di dunia, dan dengan fakta

tersebut memiliki banyak sekali kabupaten dan kota yang secara keseluruhan

berjumlah 514 kabupaten kota. Dimana setiap kabupaten dan juga kota

memiliki ciri khas nya masing-masing. Salah satu dari 514 kabupaten dan kota

ialah Kabupaten Minahasa yang dimana terletak di pulau sulawesi tepatnya di

provinsi sulawesi utara dengan luas wilayah sebesar 1.025,85 km2 dengan

total populasi sebanyak 342.110 jiwa. Minahasa memiliki total 25 kecamatan,

43 kelurahan, dan 227 desa. Kehidupan di minahasa di satu sisi sangatlah unik

dimana dalam setiap acara tanpa kecuali selalu disajikan makanan-makanan

dengan jumlah yang banyak, namun di sisi yang lain kebiasaan ini bisa

menimbulkan berbagai efek buruk khususnya dalam bidang kesehatan dimana

kebiasaan ini dapat menjadi penyebab atau pemicu dari penyakit-penyakit

degeneratif salah satunya ialah hipertensi dimana prevalensi dari penyakit ini

di mianahasa mencapai lebih dari 40%

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana gambaran umum wilayah kabupaten Minahasa?

2. Bagaimana analisis derajat Kesehatan di wilayah Kabupaten Minahasa?

3. Bagaimana analisis morbiditas dan mortalitas kejadian hipertensi di

kabupaten Minahasa?

ii
4. Apa kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi kejadian Hipertensi di

Kabupaten Minahasa?

5. Bagaimana analisis Lingkungan Kesehatan di Kabupaten Minahasa?

6. Bagaimana analisis ketersedian fasilitas layanan Kesehatan yang ada di

Kabupaten Minahasa?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1.1 Administrasi Wilayah

Kabupaten Minahasa merupakan salah satu daerah yang ada di Sulawesi

Utara. Kabupaten Minahasa memiliki luas wilayah sebesar 121,043.31 ha yang

terdiri dari 25 kecamatan.

Tabel Luas Wilayah Administratif Per Kecamatan Kabupaten

Minhasa

Luas Wilayah
Administrasi Terbangun
Jumlah (%) (%)
Nama
Keluraha (Ha) thd (Ha) thd
Kecamatan
n/ Desa total total
Langowan Timur 8 1.098 0,92% 74 0,06%
Langowan Barat 16 3.108 2,60% 97 0,08%
Langowan 10 5.650 4,72% 71 0,06%

ii
Selatan
Langowan Utara 8 432 0,36% 36 0,03%
Tompaso
20 3.020 2,52% 591 0,49%
Tompaso Barat
Kawangkoan 4 1.502 1,25% 104 0,09%
Kawangkoan 10 1.927 1,61% 82 0,07%
Barat
Kawangkoan 6 1.381 1,15% 85 0,07%
Utara
Sonder 19 5.893 4,92% 113 0,09%
Tombariri
20 27.019 22,57% 372 0,31%
Tombariri Timur
Pineleng
26 9.659 8,07% 4.926 4,11%
Mandolang
Tombulu 11 9.807 8,19% 239 0,20%
Tondano Barat 9 2.243 1,87% 257 0,21%
Tondano Selatan 8 1.675 1,40% 117 0,10%
Remboken 11 3.880 3,24% 206 0,17%
Kakas 13 7.355 6,14% 351 0,29%
Kakas Barat 10 4.516 3,77% 191 0,16%
Lembean Timur 11 6.951 5,81% 164 0,14%
Eris 8 3.976 3,32% 187 0,16%
Kombi 13 12.130 10,13% 288 0,24%
Tondano Timur 11 3.671 3,07% 137 0,11%
Tondano Utara 3 2.828 2,36% 141 0,12%

Letak daerah ini menurut garis lintang dan garis bujur adalah : 1022’44”

LU/ 1240 33’ 52” BT ke 10 01’ 11” LU / 1240 54’45” BT ke 1250 04’ 21” BT/ 10 20’

25” LU. Kabupaten Minahasa pada umumnya berbukit, bergunung, dan dataran

yang agak luas, hanya sekitar Danau Tondano. Dataran tersebut dijumpai dalam

wilayah Tondano, Remboken, Tompaso, Langowan, dan Kakas. Lereng beragam

dari datar hingga sangat curam. Lereng - lereng yang sangat curam dijumpai

didalam wilayah Kecamatan Kombi, Kecamatan Kakas, dan Kecamatan

Langowan Selatan. Adapun batas – batasnya adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara

ii
 Sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara

 Sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi

 Di bagian tengah wilayah Kabupaten Minahasa terdapat wilayah Kota

Tomohon

Ibukota Kabupaten Minahasa adalah Tondano, yang berjarak sekitar 35 km

dari Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Luas Kabupaten Minahasa adalah

1.641,27 km2 yang terdiri dari luas daratan adalah 1.094, 88 km2 dan luas

perairan danau 46,54 km2 serta laut sebesar 599,85 km2. Kabupaten Minahasa

terdiri atas 25 kecamatan, dimana kecamatan terluas adalah Kecamatan Tombariri

(139,2 km2) dan Tondano Utara sebagai kecamatan yang terkecil (25,14 Km2).

Tabel Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Minahasa

Tahun 2015

ii
2.1.2 Kondisi Geografis

Wilayah Kabupaten Minahasa memiliki luas daratan + 1.141,64 km2 dan

luas perairan kurang lebih 150 mil laut dengan garis pantai sepanjang 3 mil laut,

terletak pada posisi antara 01°01’00” – 01o29’00’’LU dan 124°34’00’’ –

125o05’00” BT.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa memiliki topografi

pegunungan dan perbukitan dan dataran luas seputar danau Tondano dengan

ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 – 1000 meter. Dataran tersebut

dapat dijumpai di wilayah Kecamatan Tondano Barat, Tondano Timur, Tondano

Utara, Tondano Selatan, Remboken, Tompaso dan Kakas, lereng bukit yang

beragam di semua wilayah kecamatan dan dapat dikategorikan datar, landai dan

bergelombang sampai dengan sangat curam. Topografi yang sangat unik ada di

ii
bagian Timur adalah lereng bukit yang melandai dari ketinggian + 1.000 m dari

permukaan laut ke arah pantai dengan panjang + 40 Km. Dari batuan geologi

menunjukkan bahwa dataran sekitar Danau Tondano dan sungai adalah endapan

lakustrin.

Wilayah berbukit sampai pegunungan bagian Timur Danau Tondano terdiri

atas batuan Vulkanis berupa Lava Basalt dan Tufa Basalt. Lahan lereng Timur ke

arah pantai wilayah Kecamatan Langowan Barat, Tompaso dan Kawangkoan

terdiri dari abu vulken dan Tufa Tondano, wilayah Kecamatan Tondano Barat

(Masarang) sampai lahan wilayah Kecamatan Tombulu berupa batuan vulkanis

muda (abu, lapilli, la va). Di daerah ini tanah-tanah yang berkembang dari batuan

Basalt membentuk ordo alfisolts, Tufa Tondano ordo Andisols.

Kabupaten Minahasa beriklim tropis basah hanya mengenal dua musim,

yaitu musim kemarau dan musim hujan, ini dipengaruhi oleh angin muson, pada

bulan November – April dipengaruhi oleh angin barat yang membawa hujan.

Angka curah hujan berkisar antara 40,2 dan 335,4 mm, dengan jumlah hari hujan

antara 7 dan 28 hari. Sedangkan suhu minimum antara 16,1o dan 18,7oC; suhu

maksimum berkisar antara 28,6° dan 30,4°C dan memiliki kelembaban udara

berkisar antara 84% dan 93%. Tekanan udara antara 940,0 dan 941,5 mb dengan

kecepatan angin antara 1 dan 5,4 knot.

2.1.3 Batas Wilayah

Kabupaten Minahasa berada di sebelah Utara garis khatulistiwa.

Kabupaten ini terdiri dari 227 desa, 43 kelurahan, 25 kecamatan, dengan 30 Desa

Pantai dan 240 Desa non-Pesisir.

Batas wilayah Kabupaten Minahasa, sebagai berikut :

ii
 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara

 Sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara

 Sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi

 Di bagian tengah wilayah Kabupaten Minahasa terdapat wilayah Kota

Tomohon

2.1.4 Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di kabupaten Minahasa secara umum masih didominasi

oleh budidaya tanaman pangan 40.72% dan lahan perkebunan yang mencakup

12.95% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Minahasa Induk. Penggunaan tanah

lainnya yang cukup besar adalah hutan (Lindung, bakau, konservasi, produksi

terbatas, produksi tetap) yaitu sekitar 13.23% dan lahan untuk perikanan darat

(4.07%).

Perkebunan cengkeh rakyat tersebar luas di wilayah Timur dan Selatan

Minahasa Induk meliputi Kecamatan Kombi sampai Langowan Timur. Lainnya di

Selatan yakni Kecamatan Sonder. Perkebunan cengkeh di DAS Tondano tersebar

pada lahan-lahan pertanian sebelah Timur danau. Dengan turunnya harga cengkeh

saat ini lahan-lahan cengkeh terbengkalai dan menjelma menjadi hutan sekunder.

Keadaan ini cenderung menurunkan tingkat erosi dan sedimentasi lumpur di

danau Tondano. Tanaman palawija terutama jagung tersebar luas pada wilayah

dataran sekitar danau Tondano.Hortikultura seperti kubis, wortel dan hortikultura

dataran tinggi lainnya, hanya terdapat di beberapa wilayah Selatan DAS Tondano

ii
yakni di Kecamatan Langowan Barat dan Tompaso. Padi sawah tersebar luas

disekitar danau Tondano di wilayah kecamatan Langowan Timur, Langowan Barat

dan Kakas.

Proporsi penggunaan lahan untuk perkampungan/permukiman paling besar

di Propinsi Sulawesi Utara ada di Kota Manado, Kota Bitung dan Kabupaten

Minahasa. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan penduduk dan wilayah

perkotaan pada ketiga daerah tersebut yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan daerah lainnya.

Ditinjau dari ketinggiannya, sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa

Induk berada pada kelas ketinggian 100-1000 dpl. Sedangkan ditinjau dari

kemiringan merupakan wilayah yang sebagian besar berbentuk

pegunungan/perbukitan, dan sebaliknya dataran rendah relatif kecil. Kumpulan

dataran yang cukup signifikan terbentuk pada kawasan sekitar Danau Tondano. Di

wilayah Kabupaten Minahasa Induk terdapat 4 gunung yang mempunyai

ketinggian lebih dari 1000 m dpl.

Wilayah Kecamatan Tondano berbatasan dengan Gunung Mahawu yang

masih aktif. Danau Tondano merupakan danau terbesar dengan satu sungai

(Sungai Tondano) yang berfungsi untuk pengairan pertanian, pembangkit tenaga

listrik (PLTA Tonsea Lama-Tanggari) dan untuk diolah sebagai air minum oleh

PDAM Kota Manado. Fungsi lain dari sungai-sungai tersebut adalah sebagai

pengairan dan budidaya ikan air tawar.

2.2 ANALISIS DERAJAT MASALAH KESEHATAN

Kabupaten Minahasa memiliki luas 1.141,63 km 2 yang terdiri dari 227

desa, 43 kelurahan dan 25 kecamatan dengan jumlah Puskesmas sebanyak 22

ii
Puskesmas yang terdiri dari 8 Puskesmas rawat inap dan 14 Puskesmas Non

Rawat Inap. Dari data-data yang ada salah satu masalah Kesehatan yang juga

mempengaruhi status Kesehatan masyarakat di Kabupaten Minahasa ini ialah

penyakit tidak menular Hipertensi. Hipertensi merupakan peyakit tidak menular

yang termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat yang

ada di Kabupaten Minahasa. Ada banyak factor yang dapat memicu seseorang

terserang penyakit hipertensi ini, salah satunya yaitu kebiasaan masyarakat

Minahasa yang hobi berpesta (mengadakan acara yang diakhiri dengan kegiatan

makan besar) yang tanpa disadari disisi lain kebiasaan makan-makan ini jika tidak

memperhatikan pola makan yang seimbang, maka dapat menimbulkan efek buruk

bagi masyarakat, karena dapat memicu terserangnya penyakit tidak menular

hipertensi.

2.2.1 Morbiditas

 Tahun 2014

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa tahun 2014,

penyakit hipertensi merupakan penyakit menonjol di posisi kedua dari sepuluh

penyakit menonjol yang ada di Minahasa dengan jumlah 32.910 kasus (Dinkes

Kabupaten Minahasa, 2014).

 Tahun 2015

Sedangkan data dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas

Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, pada tahun 2015 hipertensi di

Kabupaten Minahasa menempati posisi ketiga dari 15 Kabupaten/Kota dengan

jumlah 4581 kasus.

 Tahun 2016

ii
Berdasarkan data yang di dapatkan dari Puskesmas Tompaso yang ada di

wilayah kabupaten Minahasa, hipertensi merupakan penyakit kedua terbanyak

dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Tompaso. Jumlah kunjungan penderita

hipertensi di Puskesmas Tompaso pada tahun 2016 ini berjumlah 2160 kasus dan

terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi dari tahun ke tahun. Data dari

puskesmas Tompaso menunjukkan jumlah kunjungan pasien hipertensi terbanyak

di wilayah kerja puskesmas tompaso berasal dari Desa Tempok.

Selain itu, menurut data dari Puskesmas Pineleng pada tahun 2016, dari 10

Penyakit Menonjol didapatkan bahwa Hipertensi menempati urutan ketiga

Penyakit terbanyak dengan jumlah kasus berjumlah 2180 dengan jumlah penderita

pada kategori umur 60 atau masuk pada kategori lansia berjumlah 859 kasus

(Puskesmas Pineleng, 2016).

 Tahun 2018

Dan berdasarkan data observasi awal yang dilakukan di Puskesmas Koya

di dapatkan data selama bulan januari- maret 2018 untuk kasus hipertensi

sebanyak 256 kunjungan dengan rata- rata satu bulan ada 82 kunjungan untuk

pasien hipertensi yang benar-benar melakukan pengobatan rutin di Puskesmas

Koya dan dari hasil wawancara dengan 10 pasien kebanyakan mengatakan

memang sudah sering memeriksakan diri ke puskesmas dengan keluhan hipertensi

2.2.2 Mortalitas

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan

mortalitas sebesar 20- 50 % dari total kematian. Di seluruh dunia, kurang lebih

ii
sebanyak 972 jiwa (26,4%) menderita hipertensi dan diprediksi akan mengalami

peningkatan menjadi 29,2% ditahun 2025.

Penyakit tidak menular Hipertensi ini menempati urutan ketiga pada daftar

penyakit yang menjadi penyebab kematian utama.

Secara umum, Kabupaten Minahasa termasuk dari wilayah di Sulawesi

Utara dengan prevalensi hipertensi sebesar > 40%, namun untuk angka mortalitas

Hipertensi di Kabupaten Minahasa belum ada data yang valid.

2.3 ANALISIS LINGKUNGAN KESEHATAN

2.3.1 Analisis Masalah Sosial (Kemiskinan)

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Selama 3 tahun terakhir jumlah

penduduk miskin di Kabupaten Minahasa bertambah dari 22.900 atau 7,16% pada

tahun 2012 menjadi 28.500 atau 8,81% pada tahun 2013, dan tahun 2014 menjadi

27.830 atau 8,53%. Untuk mengukur kemiskinan BPS menggunakan konsep

kemampuan memenuhi kebutuhan dasar( basic needs approach). Dengan

pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomiuntuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang

diukur dari sisi pengeluaran. Jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten

Minahasa Tahun 2016 sebanyak 72092 orang.

Kemiskinan di Wilayah Pedesaan Relatif Besar dimana sebagian besar

penduduk Kabupaten Minahasa tinggal di wilayah perdesaan, dengan tingkat

kesejahteraan relatif rendah dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di

wilayah perkotaan. Hal ini ditunjukan dari data yang ada tahun 2010 bahwa dari

29.700 penduduk miskin yang ada pada tahun 2006 dimana 33,63% tidak bekerja,

ii
44,25% bekerja di sektor pertanian dan sisanya 22,12% bekerja bukan di sektor

pertanian;

Terbatasnya Alternatif Lapangan Kerja dan Rendahnya Produktivitas di

Perdesaan, dimana salah satu ciri kehidupan wilayah perdesaan di Indonesia dan

Sulawesi Utara khususnya di Kabupaten Minahasa bahwa 50% sampai 60%

kehidupan masyarakat bergantung di sektor pertanian dan terbatas sebagai petani

penghasil produk pertanian yang bersifat bahan mentah (on-farm) bukan sebagai

petani penghasil produk pertanian yang bersifat bahan jadi atau setengah jadi (off-

farm) dan sebanyak 39,02% penduduk bekerja sebagai petani pada tahun 2011;

Sulitnya membuka alternatif lapangan kerja baru di luar sektor pertanian di

wilayah perdesaan, hal ini nampak dari total investasi yang masuk sebesar hanya

terjadi tahun 2009 sebesar US$ 48.386.646 dengan jumlah proyek sebanyak 15

buah.

Tabel Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di

Kabupaten Minahasa, Tahun 2012 – 2014

Tahun Garis Penduduk Miskin

Year Kemiskinan
Jumlah Presentase
Proverty Line

(Rupiah)
(1) (2) (3) (4)
2012 212.930 22.900 7,16
2013 216.181 28.500 8,81
2014 217.891 27.830 8,53

Beberapa permasalahan lainnya yang mencakup kemiskinan di Kabupaten

Minahasa antara lain :

ii
a) Cukup tingginya angka kemiskinan dan pengangguran serta Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), terbatasnya lapangan kerja dan

kualitas calon tenaga kerja tidak sesuai kebutuhan pasar.

b) Jumlah penduduk miskin yang relatif besar, walaupun kondisinya menurun

yaitu tahun 2008 sebesar 9,04% tahun 2010 sebesar 8,99%, pada tahun

2011 sebesar 7,93% dan tahun 2012 sebesar 6,56%;

c) Tingkat pengangguran yang relatif tinggi yaitu sebesar 10,49% tahun

2008, dan 9,45% tahun 2009, dan 8,40% tahun 2010, dan 9,20% tahun

2011, dan turun menjadi 6,14% tahun 2012;

d) Sebanyak 49,15% penduduk bekerja disektor pertanian (ketergantungan di

sektor pertanian cukup tinggi);

e) Kemampuan SDM pencari kerja tahun 2011 relatif rendah, dimana lulusan

SMA yang terbesar sebanyak 2.262 orang atau 45,19% dan S1 sebesar

1.529 orang atau 30,54%;

f) Tingkat pengganguran terbuka di Kabupaten Minahasa Tahun 2009

sebesar 9,48%, tahun 2010 sebesar 9,61% dan tahun 2011 sebesar 9,20%;

g) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2009 sebesar 56,75%,

tahun 2010 sebesar 63,31% dan tahun 2011 sebesar 65,77%.

2.3.2 Analisis Lingkungan Kesehatan (Ketersediaan Air, dan Irigasi)

a) Proporsi rumah tangga dengan air minum layak sebesar 53% tahun 2008,

66% tahun 2009, dan menjadi 75% tahun 2010, dan tahun 2011 turun

menjadi 60%, kemudian meningkat sebesar 67% tahun 2012, tapi belum

memenuhi standard;

ii
b) Kondisi penyediaan air minum saat ini: tingkat pelayanan, cakupan

pelayanan air minum pada daerah perkotaan baru mencapai 40% yang

meliputi sistem perpipaan sebanyak 60%,non perpipaan yang terlindungi

sebanyak 40%;

c) Terdapat ibu kota kecamatan yang rawan air minum sebanyak 4 ibu kota

kecamatan dan desa rawan air minum sebanyak 62 desa;

d) Jumlah keluarga yang diperiksa 59.888 dari 73.155 kk (81,86%) dengan

akses air bersih seperti ledeng 55,90%, SGL 29,18%. Dari cakupan yang

ada untuk akses air bersih secara keseluruhan sebesar 66,86 % belum

mencapai 85%

Berbicara tentang masalah ketersediaan sumber daya air, ada juga salah satu

masalah yang tidak lepas dari ketersediaan air ialah masalah irigasi. Di Kabupaten

Minahasa masalah Irigasi yang ada antara lain :

a) Data inventaris luas daerah irigasi menurut tingkat jaringan irigasi, yang

semi teknis dan sederhana yang berpotensi 6.039 ha sedangkan yang

berfungsi 5.232 ha, untuk irigasi desa luas area 2.452 ha, dalam rangka

peningkatan perlu peningkatan kuantitas sawah irigasi semi teknis dan

irigasi desa.

b) Kurangnya produksi untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan distribusi

yang tidak merata secara spatial, waktu, jumlah dan kualitas air yang

belum memenuhi standar baku mutu;

c) Tingkat efisiensi akan diukur dari nilai Pasok Irigasi per Area (PIA), Pasok

Irigasi Relatif (PIR) dan Pasok Air Relatif (PAR), dimana PIA sebesar 1,71

lebih besar dari PIR (1,43), sehingga efisiensi belum berjalan baik.

ii
2.3.3 Analisis Lingkungan Kesehatan (Masalah Sampah)

Permasalahan menyangkut sampah masih juga terjadi di Kabupaten

Minahasa. Terjadinya stagnansi dalam penanganan sampah secara baik dan

berwawasan lingkungan disebabkan kurangnya perhatian dan komitmen seluruh

stakeholders dan pengambil keputusan menangani persampahan untuk

menciptakan kualitas lingkungan hidup yang baik.

Meningkatnya pencemaran lingkungan disebabkan meningkatnya jumlah

sampah berasal dari rumah tangga (domestik) dan nonrumah tangga yang dibuang

ke sungai dan/atau dibakar;

Rendahnya kualitas manajemen tempat pembuangan akhir (TPA). Seperti :

TPA Kulo Tondano, TPA Talikuran Kawangkoan, dan TPA Atep Langowan

Selatan masih menggunakan sistem open dumping, sehingga perlu peningkatan

kualitas TPA dengan menggunakan sistem sanitary landfill.

2.4. ANALISIS PERILAKU KESEHATAN : KEPERCAYAAN, PERILAKU


DAN KEBIASAAN

Berat badan dan indeks massa tubuh berhubungan langsung dengan

tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Resiko relatif untuk penderita

hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang

berat badananya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20% - 30%

memiliki berat badan lebih.Faktor resiko terjadinya hipertensi yaitu: jenis

kelamin, usia, dan genetik adalah yang tidak dapat dikontrol, sedangkan faktor

yang dapat dikontrol adalah gaya hidup sehat yang meliputi pola makan yang

banyak mengandung lemak dan kolestrol, asupan garam yang berlebihan,

kebiasaan merokok, minum alkohol, tidak mau berolahraga, kelebihan berat

badan, dan stress.

ii
Kebiasaan makan adalah perilaku yang berhubungan dengan makanan,

frekuensi makan seseorang, porsi makanan yang dimakan, distribusi makanan

dalam keluarga dan cara memilih makanan. Kebiasaan makan yang tidak sesuai

dengan kaidah sehat maka dapat menyebabkan berbagai macam gangguan

kesehatan. Seiring dengan berlangsungnya transisi epidemiologi di era globalisasi,

menjadikan masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup

cenderung semakin kompleks.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam etnis dengan beragam gaya

hidup diantaranya adalah etnis Minahasa yang terletak di utara Pulau Sulawesi.

Jumlah penduduk etnis Minahasa adalah yang terbanyak diantara etnis yang ada di

Propinsi Sulawesi Utara. Masyarakat etnis Minahasa yang sebagian besar

beragama Kristen mempunyai suatu kebiasaan party yang diikuti dengan pesta

makan atau makan makanan khas Minahasa yang sebagaian besar berasal dari

lemak hewani (babi). Makanan yang dianggap paling prestige adalah babi

(contoh: 'babi putar' satu ekor babi utuh yang dipanggang, makanan 'babi bulu'

daging babi olahan yang dimasukkan ke dalam bambu yang dibakar), dalam

penelitiannya mengemukakan bahwa masyarakat Minahasa menganggap suatu

gengsi sosial (social prestige) sebagai haI yang utama daripada kesehatan,

misalnya : lebih banyak berpesta (apalagi dilakukan secara massal misalnya

pengucapan syukur pada masyarakat Minahasa bisa menghabiskan dana 1-2

milyar rupiah/hari). Makanan yang dikonsumsi sehariharinya juga cenderung

mengandung asam lemak jenuh tinggi(daging babi), bahkan ada sebagian orang

Minahasa tidak menyukai makan makanan yangterbuat dari daging sapi. Orang

ii
Minahasa makan daging babi sebagaimana orang kebanyakan penduduk Indonesia

makan daging sapi.

2.5 ANALISIS KEPENDUDUKAN

2.5.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan, dan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk:

Dilihat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 jumlah penduduk

Kabupaten Minahasa terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015, tercatat

penduduk Kabupaten Minahasa sebanyak 329.003 jiwa. Jumlah ini mencakup

penduduk bertempat tinggal tetap maupun penduduk tidak bertempat tinggal tetap.

Sementara, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Minahasa dari tahun

2010-2015 cenderung mengalami peningkatan, peningkatan signifikan terjadi

pada rentang tahun 2008-2010 yaitu dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk

sebesar 1,88 persen. Jika dilihat dari perkembangan penduduk pada Tahun 2000 –

2010, perkembangan yang terjadi bersifat konstan, dimana terjadi pertambahan

penduduk linear pada setiap tahunnya. Oleh karena itu, untuk memberikan

penyimpangan minimum atas data penduduk masa lampau dengan tetap

mengasumsikan bahwa pola perkembangan penduduk di masa lampau akan

berlaku di masa yang akan datang, maka digunakan metoda proyeksi penduduk

menggunakan teknik analisis model regresi linear dengan persamaan matematis

berikut:

Tabel Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut

Kecamatan di Kabupaten Minahasa Tahun 2010, 2014, 2015

ii
Tabel Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Minahasa Lima Tahun
ke depan

Jumlah Penduduk Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


No Kecamatan Pertumbuhan (%)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Langowan Timur 12.320 12.494 12.574 1,41 12.751,29 12.931,09 13.113,41 13.298,31 13.485,82
2 Langowan Barat 15.146 15.341 15.418 1,29 15.616,89 15.818,35 16.022,41 16.229,10 16.438,45
3 Langowan Selatan 7.461 7.558 7.598 1,3 7.696,77 7.796,83 7.898,19 8.000,87 8.104,88
4 Langowan Utara 8.058 8.172 8.223 1,41 8.338,94 8.456,52 8.575,76 8.696,68 8.819,30
5 Tompaso 7.306 7.418 7.479 1,53 7.593,43 7.709,61 7.827,57 7.947,33 8.068,92
6 Tompaso Barat*) 8.509 8.696 8.830 2,2 9.024,26 9.222,79 9.425,70 9.633,06 9.844,99
7 Kawangkoan 9.891 10.047 10.127 1,58 10.287,01 10.449,54 10.614,64 10.782,36 10.952,72
8 Kawangkoan Barat 8.023 8.133 8.182 1,37 8.294,09 8.407,72 8.522,91 8.639,67 8.758,04
9 Kawangkoan Utara 8.313 8.439 8.502 1,52 8.631,23 8.762,43 8.895,61 9.030,83 9.168,10
10 Sonder 17.807 18.088 18.233 1,58 18.521,08 18.813,71 19.110,97 19.412,92 19.719,65
11 Tombariri 17.243 17.562 17.751 1,85 18.079,39 18.413,86 18.754,52 19.101,48 19.454,85
12 Tombariri Timur*) 9.221 9.384 9.475 1,77 9.642,71 9.813,38 9.987,08 10.163,85 10.343,75

ii
13 Pineleng 28.533 29.312 29.881 2,73 30.696,75 31.534,77 32.395,67 33.280,07 34.188,62
14 Tombulu 15.833 16.179 16.404 2,19 16.763,25 17.130,36 17.505,52 17.888,89 18.280,66
15 Mandolang*) 20.632 21.191 21.598 2,71 22.183,31 22.784,47 23.401,93 24.036,12 24.687,50
16 Tondano Barat 19.226 19.536 19.699 1,61 20.016,15 20.338,41 20.665,86 20.998,58 21.336,66
17 Tondano Selatan 21.217 21.750 22.126 2,51 22.681,36 23.250,66 23.834,26 24.432,50 25.045,75
18 Remboken 11.047 11.197 11.262 1,36 11.415,16 11.570,41 11.727,77 11.887,26 12.048,93
19 Kakas 11.741 11.886 11.941 1,23 12.087,87 12.236,56 12.387,06 12.539,43 12.693,66
20 Kakas Barat 9.502 9.633 9.691 1,38 9.824,74 9.960,32 10.097,77 10.237,12 10.378,39
21 Lembean Timur 7.246 7.288 7.274 0,58 7.316,19 7.358,62 7.401,30 7.444,23 7.487,41
22 Eris 9.753 9.846 9.863 0,95 9.956,70 10.051,29 10.146,77 10.243,17 10.340,48
23 Kombi 9.817 9.902 9.912 0,87 9.998,23 10.085,22 10.172,96 10.261,47 10.350,74
24 Tondano Timur 13.943 14.152 14.253 1,5 14.466,80 14.683,80 14.904,05 15.127,61 15.354,53
25 Tondano Utara 12.157 12.476 12.708 2,62 13.040,95 13.382,62 13.733,25 14.093,06 14.462,30
Minahasa 319 945 325.680 329.004 1,79 334.924,57 340.963,36 347.122,95 353.405,96 359.815,09
Sumber: Hasil Perhitungan Konsultan Individual

Piramida Proporsi Penduduk di Kabupaten Minahasa Berdasarkan Jenis

Kelamin dan Umur Tahun 2010

Piramida Proporsi Penduduk di Kabupaten Minahasa Berdasarkan Jenis

Kelamin dan Umur Tahun 2015

ii
Piramida Proporsi Penduduk di Kabupaten Minahasa Berdasarkan Jenis

Kelamin dan Umur Tahun 2020

2.6 ANALISIS PROGRAM DAN PELAYANAN KESEHATAN

2.6.1 Program Kesehatan

Saat ini, pemerintah kabupaten minahasa tengah mempersiapkan program

"minahasa sehat" dimana program ini diadakan sebagai tindak lanjut akibat

putusnya kerjasama dari pemerintah kabupaten dengan BPJS Kesehatan.

Dalam program ini sebanyak 42.000 warga Minahasa sesuai dengan Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) akan memiliki akses berobat secara gratis

di sembilan Rumah Sakit di SULUT, diantaranya RSUD Sam Ratulangi Tondano,

RSUD Noongan Langowan, RS Budi Setia Langowan, RS Siloam Sonder, RS

Bethesda Tomohon, RS Gunung Maria Tomohon, RS Mata Manado, RS Awaloei

Tateli dan RSUP Prof. Kandou Manado.

ii
Jumlah tersebut di luar warga yang sudah masuk program Jaminan

Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) serta Jaminan Kesehatan

Daerah (Jamkesda) Provinsi Sulawesi Utara.

2.6.2 Sarana Kesehatan

a. Pusat Kesehatan Masyarakat

Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas

menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggaerakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotifd dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

di wilayah kerja.

Jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Minahasa sampai Tahun 2016

adalah sebanyak 22 Puskesmas, yang terdiri dari 8 unit Puskesmas Rawat Inap

dan 14 unit Puskesmas Rawat Jalan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir,

terjadipeningkatan jumlah Puskesmas yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

b. Rumah Sakit

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat selain upaya

promotif dan preventif,diperlukan juga upaya kuratif dan rehabilitatif. Upaya

kesehatan kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga

berfungsi sebagai penyedia palayanan kesehatan rujukan. Jumlah rumah sakit

yang ada di Kabupaten Minahasa sebanyak 4 Rumah Sakit yang terdiri atas 2

Rumah Sakit Swasta dan 2 Rumah Sakit Pemerintah.

C. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

ii
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu

upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama

masyarakat, guna memberdayakan masyarakatdan memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu

merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5

program, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi,

imunisasi dan penanggulangan Diare. Untuk memantau perkembangannya,

Posyandu dikelompokkan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu

Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri.

Jumlah posyandu yang ada di Kabupaten Minahasa tahun 2016 adalah

sebanyak 304 posyandu yang terbagi atas Posyandu Pratama 24, Posyandu Madya

117, Posyandu Purnama 136, dan Posyandu Mandiri 27(table 69). Bertambah bila

dibandingkan Tahun 2015 jumlah Posyandu 295

Tahun 2015 di Kabupaten Minahasa jumlah Posyandu 295. Dengan jumlah

Posyandu aktif 163 (53,62%) dan posyandu yang sudah mandiri 27 posyandu

(8,88%). Rasio Posyandu per 100 balita adalah 1 % atau rata-rata tiap

desa/kelurahan terdapat 1 Posyandu(table 69).

D. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) merupakan koordinator dari berbagai

UKBM yang ada di suatu desa/kelurahan dan merupakan salah satu syarat

terbentuknya Desa Siaga(memiliki minimal satu Poskesdes). Tenaga poskesdes

minimal 1 (satu) orang bidan dan 2 (dua) orang kader. Pada Tahun 2016 jumlah

ii
Poskesdes yang telah terbangun adalah 39 unit(Tabel 70). Bertambah 1 unit

dibandingkan dengan Tahun 2015 yang berjumlah 38 unit.

E. Desa Siaga

Suatu Desa dan Kelurahan Siaga bisa menjadi Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif jika memenuhi 8 (delapan)kriteria berdasarkan Pedoman Desa dan

Kelurahan Siaga Aktif Keputusan Menteri Kesehatan RI.

Nomor1519/Menkes/SK/X/2010. Desa Siaga adalah salah satu pendukung

membuat masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Jumlah Desa Siaga pada

Tahun 2016 adalah 39 desa/kelurahan siaga mandiri(table 71). Meningkat sangat

signifikan

dibandingkan Tahun 2015 yang hanya 10 desa siaga dari 270 desa kelurahan yang

ada di Kabupaten Minahasa. Namun begitu angka 39 Desa Tidak mencapai target

SPM yaitu 80 % atau seharusnya ada 216 desa/ kelurahan siaga.

ii
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Minahasa merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi
Utara, dimana Kabupaten ini memiliki luas wilayah sebesar 121,043.31 ha
memiliki jumlah kecamatan sebanyak 25 kecamatan, 227 desa, 43 kelurahan,
dengan 30 Desa Pantai dan 240 Desa non-Pesisir. Ibukota Kabupaten Minahasa
adalah Tondano, yang berjarak sekitar 35 km dari Manado, ibukota Provinsi
Sulawesi Utara. Sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa memiliki topografi
pegunungan dan perbukitan dan dataran luas seputar danau Tondano dengan
ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 0 – 1000 meter. Dataran tersebut
dapat dijumpai di wilayah Kecamatan Tondano Barat, Tondano Timur, Tondano
Utara, Tondano Selatan, Remboken, Tompaso dan Kakas.
Kehidupan yang ada di kabupaten ini memiliki perbedaan yang mencolok
dibandingkan kabupaten-kabupaten lainnya di nusantara yang dimana di satu sisi
mempunyai sisi positif namun di sisi lain dapat menimbulkan efek negatif salah
satunya ialah masalah kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh bebrapa faktor
seperti kepadatan penduduk, proporsi muda dan tua, sperilaku, kebiasaan, fasilitas
dan sarana pelayanan Kesehatan yang ada, serta keadaan lingkungan fisik, kimia,
dan sosial. Salah satu penyakit yang menduduki peringkat 3 teratas di daftar
penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten ini ialah
penyakit tidak menular Hipertensi yang dimana merupakan salah satu penyakit
yang juga sering dijumpai di Sulawesi Utara, serta menjadi salah satu penyakit
tidak menular yang paling ditakutkan di dunia karna dikenal sebagai “silence
killer”, dengan angka prevalensi mortalitas diatas 40%.
Berdasarkan hasil analisis dari data-data yang didapatkan dari puskesmas-
puskesmas serta dinas Kesehatan yang ada di daerah Kabupaten Minahasa, dapat
kita peroleh kesimpulan bahwa prevalensi penyakit tidak menular hipertensi di
Kabupaten Minahasa ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dengan
penderita yang berumur diatas di tas 40 tahun sampai pada usia lanjut.

ii
3.2 SARAN
Berdasarkan hasil analisis mengenai Penyakit Hipertensi di wilayah
Kabupaten Minahasa ini, ada beberapa saran yang dapat kami berikan sebagai
bahan evaluasi untuk pemecahan masalah Kesehatan penyakit Hipertensi ini
antara lain :
 Pemerintah melalui Dinas Kesehatan harus lebih pro-aktif dalam
memberikan penyuluhan terkait potensi terserangnya hipertensi pada
masyarakat, dengan berkoordinasi dengan puskesmas-puskesmas pustu-
pustu yang ada, sebagai faskes awal atau ujung tombak Pelayanan
Kesehatan di masyarakat.
 Lebih menggiatkan lagi Promosi Kesehatan dalam rangka tercapainya
pemberantasan penyakit menular Hipertensi disemua lapisan masyarakat.
 Pemerintah juga diharapkan agar dapat smemberikan keterangan tentang
data yang valid mengenai prevalensi kasus Hipertensi di Kabupsaten
Minahasa ini, agar dapat menjadi bahan serta modal untuk intervensi di
tahun-tahun berikutnya.
 Pemerintah melalui Dinas Kesehatan diharap juga lebih pro-aktif dalam
menggiatkan intervensi langsung di masyarakat melalui kader-kader
surveilans, serta diharapkan agar lebih memperkuat kegiatan deteksi dini
penyakit tidak menular Hipertensi, sebagai wujud preventif promotive
yang nyata di masyarakat.
 Masyarakat harus diedukasi agar tidak diam ddan mau meninggalkan
kebiasaan serta perilaku yang salah yang dapat membuat mereka menjadi
rentan untuk terserang penyakit hipertensi ini.

ii
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik.2015. “Proyeksi Penduduk Kabupaten Kota 2010-2020”.

Jakarta

Dinas kesehatan Kabupaten Minahasa. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten

Minahasa Tahun 2016

Kandou, G. D. (2009). Kebiasaan Makan Makanan Etnik Minahasa Provinsi

Sulawesi Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 3(2), 53-57.

Limbong, V. A., Rumayar, A., & Kandou, G. D. (2018). Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tateli

Kabupaten Minahasa. KESMAS, 7(4).

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Minahasa

tahun 2015-2019.

ii

Anda mungkin juga menyukai