Anda di halaman 1dari 132

SITUASI MALARIA

DI PULAU SUMBA
TAHUN 2021

Oleh :
Rensat Bastian Tino
Konsultan Malaria-UNICEF

DAFTAR ISI
Monthly Report

10 Maret 2022

01 Januari-31 Desember 2021


HEALTH (MALARIA)

Data Project

Project location Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba


Tengah, Sumba Timur-Provinsi NTT

Project start date 01 Oktober 2021

Project end date 16 September 2021

Data Beneficiary

Name Beneficiary Rensat Bastian Tino, SKM, M.Epid.

Contract Number 43331923

Address 1. Jl. Kakatua II, RT.009 RW.007 Kel. Nunumeu Kec.


Kota SoE Kab. TTS-NTT
2. Homestay Mahardika Jl. Radamata-Kota
Tambolaka-SBD

Telephone 082233224255

E-mail rensat.bastian@gmail.com
DAFTAR ISI

SITUASI MALARIA DI PULAU SUMBA


A. Latar Belakang
B. Tujuan

SITUASI MALARIA DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA


A. Endemisitas malaria dan pencapaian target eliminasi
B. Dukungan Kebijakan dan Pendanaan
C. Kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko
D. Situasi Penemuan Kasus Malaria
E. Faktor Risiko Malaria
F. Kualitas program Malaria per kabupaten di Pulau Sumba
G. Rekomendasi

SITUASI MALARIA DI KABUPATEN SUMBA BARAT


A. Endemisitas malaria dan pencapaian target eliminasi
B. Dukungan Kebijakan dan Pendanaan
C. Kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko
D. Situasi Penemuan Kasus Malaria
E. Faktor Risiko Malaria
F. Kualitas program Malaria per kabupaten di Pulau Sumba
G. Rekomendasi

SITUASI MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR


A. Endemisitas malaria dan pencapaian target eliminasi
B. Dukungan Kebijakan dan Pendanaan
C. Kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko
D. Situasi Penemuan Kasus Malaria
E. Faktor Risiko Malaria
F. Kualitas program Malaria per kabupaten di Pulau Sumba
G. Rekomendasi

SITUASI MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TENGAH


A. Endemisitas malaria dan pencapaian target eliminasi
B. Dukungan Kebijakan dan Pendanaan
C. Kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko
D. Situasi Penemuan Kasus Malaria
E. Faktor Risiko Malaria
F. Kualitas program Malaria per kabupaten di Pulau Sumba
G. Rekomendasi

LAMPIRAN-LAMPIRAN
SITUASI MALARIA DI PULAU SUMBA
TAHUN 2021

A. Latar Belakang
Malaria masih merupakan masalah besar yang ada pada negara beriklim tropis
maupun sub-tropis termasuk Indonesia. Walaupun Annual Parasite Incidence (API) pada
dekade terakhir di Indonesia mengalami penurunan, angka tersebut menunjukkan kondisi
yang stagnan sejak tahun 2014. Dengan adanya pandemi Covid-19, dikhawatirkan angka
ini mengalami peningkatan jika tidak ada pendekatan atau intervensi yang baru.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menargetkan eliminasi malaria di
Indonesia pada tahun 2030, sehingga beberapa Provinsi yang merupakan area endemis
tinggi malaria menjadi prioritas nasional untuk percepatan penurunan kasus sebelum tahun
2030. Lima provinsi di kawasan timur Indonesia yang menjadi wilayah prioritas program
malaria nasional yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara
Timur sesuai Surat Edaran Menteri Kesehatan nomor : HK.02.01/Menkes/584/2018 tentang
percepatan penurunan malaria di wilayah endemis malaria.
Sacara nasional di tahun 2020 Provinsi NTT merupakan provinsi tertinggi ke 2
penyumbang kasus malaria di Indonesia setelah Provinsi Papua. Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) memiliki target eliminasi malaria yaitu selambat-lambatnya tahun 2023.
Tahapan eliminasi yaitu dari pemberantasan, pra eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan di
tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Terdapat tiga kabupaten/kota yaitu Kota
Kupang, Manggarai, dan Manggarai Timur yang telah dinilai oleh Komisi Penilaian Eliminasi
malaria Kementerian Kesehatan RI bahwa wilayahnya telah bebas penularan lokal (kasus
indigenous). Capaian eliminasi malaria di Provinsi NTT dapat dilihat pada gambar berikut:

 15.341 kasus

Gambar 1. Peta Capaian Eliminasi Malaria di Provinsi NTT Periode Tahun 2020-2021.
Peta tersebut menunjukkan bahwa sampai kondisi tahun 2021, kasus tertinggi di NTT
berasal dari pulau sumba (94%), dengan tiga kabupaten diantaranya merupakan endemis
tinggi dan hanya 1 kabupaten dengan endemisitas rendah. Dalam RPJMD Provinsi NTT
tahun 2018-2024 telah dirumuskan target eliminasi malaria NTT, seperti pada gambar
berikut ini :

Gambar 2. Pencabaran dalam RPJMD Provinsi NTT 2018-2024.

Dengan 1 tahun tersisa, untuk mencapai eliminasi malaria di pulau sumba


membutuhkan cara-cara yang progresif melalui intervensi masalah yang berbasis data
dengan strategi yang tepat sesuai dengan fakta yang dihadapi di kabupaten, sehingga perlu
dilakukan analisis situasi malaria sebagai dasar pijakan untuk menetapkan strategi
intervensi masalah jangka pendek maupun jangka panjang.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan gambaran situasi malaria dan rekomendasi terhadap eliminasi malaria di
Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Timur dan Sumba Tengah.
b. Tujuan Khusus
1. Menggambarkan endemisitas malaria Kabupaten SBD dan pencapaian target
eliminasi per kabupaten di Pulau Sumba.
2. Menggambarkan dukungan kebijakan dan pendanaan per kabupaten di Pulau
Sumba
3. Menggambarkan kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko per kabupaten
di Pulau Sumba
4. Menggambarkan situasi penemuan kasus malaria per kabupaten di Pulau Sumba
5. Menggambarkan faktor risiko malaria per kabupaten di Pulau Sumba
6. Menggambarkan kualitas program malaria per kabupaten di Pulau Sumba
7. Merumuskan rekomendasi per kabupaten di Pulau Sumba
SITUASI MALARIA DI
KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
TAHUN 2021
KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
TAHUN 2021

A. Endemisitas malaria Kabupaten SBD dan pencapaian target eliminasi


Kabupaten Sumba Barat Daya (SDB) pada tahun 2021 (Tabel.1), merupakan
kabupaten endemis tinggi dengan API 11,26‰, sekaligus sebagai kabupaten tertinggi ke-2
setelah Sumba Barat di Provinsi NTT. Penemuan kasus tahunan atau annual blood
examination rate (ABER) tahun 2021 sebesar 17,85% diatas target minimal (>10%), ada
peningkatan ABER jika dibandingkan dengan tahun 2020. Terdapat 2 Puskesmas dengan
ABER <10 yakni Puskesmas Werilolo dan Elopada, Puskesmas elopada juga sebagai
puskesmas dengan ABER 2021 lebih rendah dibanding ABER 2020. Sedangkan Tren
positivity rate (PR) dan Annual Parasite Incidence (API) mengalami penurunan. Meskipun
demikian terdapat 1 Puskesmas (Puskesmas Kawango Hari) API tahun 2021 lebih tinggi
dari tahun 2020.

Tabel 1. Capaian ABER, PR dan API menurut Faskes di SBD Tahun 2020-2021

Tahun 2020 Tahun 2021


Wilayah/Faskes
PR ABER API PR ABER API
Pkm. Walandimu 40.25 11.19 45.05 6.86 17.97 12.32
Pkm. Panenggo Ede 30.19 2.26 6.82 4.40 20.26 8.91
Pkm. Bondokodi 31.26 13.26 41.46 4.73 26.96 12.74
Pkm. Kori 31.72 10.01 31.76 7.20 26.79 19.28
Pkm. Tena Teke 20.57 8.51 17.5 8.51 11.05 9.4
Pkm. Waimangura 2.10 2.80 0.59 0.05 16.06 0.08
Pkm. Watu Kawula 10.43 1.93 2.01 0.96 10.84 1.04
Pkm. Tenggaba 5.33 1.60 0.85 0.09 13.63 0.12
Pkm. Palla 5.56 1.15 0.64 0.10 20.75 0.21
Pkm. Rada Mata 17.46 3.92 6.84 1.57 26.49 4.15
Pkm. Delu Depa 18.73 10.19 19.08 13.18 12.05 15.88
Pkm. Kawango Hari 31.43 4.34 13.64 6.47 21.17 13.7
Pkm. Billa Cenge 16.98 6.67 11.32 1.44 32.36 4.67
Pkm. Weri Lolo 12.23 3.39 4.15 3.33 5.44 1.81
Pkm. Weekombak 2.68 1.51 0.4 0.16 14.06 0.23
Pkm. Elopada 6.64 4.41 2.93 5.91 1.45 0.85
RSUD Pratama Redabolo 4.39 0.00
Klinik Karitas Elopada 24.53 100.00
Klinik P.K. Homba Karipit 25.78 6.85
BP Bunda Nirmala 36.38 0.00
RS Karitas Weetebula 13.00 5.64
K. Sumba Foundation 29.75 20.34
K. SF Karang Indah - 20.92
TOTAL 23.63 8.85 20.92 6.31 17.85 11.26
Status endemisitas berdasarkan desa pada Gambar 1, menunjukkan bahwa desa
dengan endemis tinggi sebanyak 51 desa, endemis sedang 40 Desa, endemis rendah 30
desa. sedangkan desa tidak ada kasus sebanyak 54 desa. Informasi ini menjadi penting
dalam hal pemetaan pola intervensi, intervensi pada desa endemis tinggi dan sedang harus
dilakukan secara aktif atau melakukan pencarian kasus sebanyak-banyaknya, sedangkan
desa endemis rendah mempertahankan pencapaian dengan meningkatkan kewaspadaan
dini melalui penyelidikan epidemiologi, surveilans migrasi dan pemetaan daerah reseptif.

Gambar 1. Peta Endemisitas Malaria per Desa di Kabupaten SBD Tahun 2021

B. Dukungan Kebijakan dan Pendanaan


Upaya pengendalian malaria telah dilakukan di Kabupaten SBD, berbagai kebijakan
dan komitmen daerah telah diwujudkan, antara lain:
1. Adanya konsorsium eliminasi malaria di Pulau Sumba sejak tahun 2019, dengan monev
terakhir terlaksana pada bulan November 2021. (RTL terlampir) dan Link berita sebagai
berikut :https://mediaindonesia.com/nusantara/449861/konsorsium-iii-malaria-sumba-
sepakat-percepat-eliminasi-malaria
2. Adanya Road Map eliminasi malaria dengan target eliminasi malaria pada Tahun 2023.
3. Adanya Gerakan Sapu Plasmodium, melalui 5 aksi yang telah disepakati pada tanggal
3 Desember 2021 (Berita Acara terlampir)
4. Adanya komitmen eliminasi bersama lintas sektor tingkat kabupaten, Tanggal 17
Desember 2021, sekaligus pencanangan Gerakan Sapu Plamodium oleh Bupati Sumba
Barat Daya, dapat di baca pada link berita berikut ini :
• https://kupang.tribunnews.com/2021/12/19/eliminasi-total-malaria-sumba-
barat-daya-lakukan-gerakan-sapu-plasmodium
• https://www.lintasntt.com/bupati-sbd-pakai-gerakan-sapu-plasmodium-untuk-
eliminasi-malaria/
5. Adanya Peraturan Bupati No. 1 Tahun 2022 tentang Eliminasi Malaria di Kabupaten
SBD
6. Adanya Surat dukungan dana desa tahun 2022 untuk percepatan eliminasi malaria yang
ditandatangani PJ. Sekretaris Daerah Kabupaten SBD.
7. Secara kebijakan anggaran, pernah ada alokasi dana dari APBD sebesar 2 Miliar pada
tahun 2017 untuk eliminasi malaria, namun setelah itu cenderung ada penurunan
alokasi anggaran tiap tahunnya. Untuk alokasi APBD tingkat kabupaten tahun 2022
sangat terbatas, termasuk di tingkat puskesmas tidak semua puskesmas mengalokasi
anggaran untuk percepatan eliminasi malaria. Link berita sebagai berikut :
http://kesmas-id.com/sumba-barat-daya-sepakati-rencana-aksi-eliminasi-tb-dan-
malaria/
8. Dan komitmen-komitmen teknis lainnya (dokumen-dokumen terlampir).

Memperhatikan banyaknya kebijakan dan komitmen daerah yang telah ada, sangat
mendukung percepatan eliminasi malaria. Namun akan menjadi efektif atau berdampak
baik, terhadap pencapaian target eliminasi malaria pada tahun 2023, apabila adanya follow
up berupa aksi-aksi daerah secara nyata, serta dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dari semua elemen yang ada termasuk komitmen Kepala Daerah. Hal yang perlu
menjadi perhatian adalah dukungan kebijakan anggaran yang memadai dan merata dari
tingkat kabupaten sampai tingkat desa.

C. Kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko


Kasus malaria di SBD berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2021 pada Gambar 2,
terbanyak pada laki-laki yakni mencapai 57,03% (2,706 kasus). Untuk kelompok umur
terbanyak pada kelompok umur produktif atau 15-64 Tahun dan terendah kelompok umur
0-11 bulan. Setiap hari 2-3 balita di SBD sakit malaria. Total ada 760 balita sakit malaria,
8,9% persen dari jumlah tersebut adalah bayi. Selain itu terdapat 39% kasus malaria terjadi
pada anak usia sekolah (5-14 tahun), setiap hari 5-6 anak usia sekolah sakit malaria. Total
kasus malaria anak usia sekolah sebanyak 1.867.
Gambar 2. Kasus Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur Tahun 2021

Gambar 3. Kasus Malaria menurut Jenis Pekerjaan di SBD Tahun 2021

Jenis pekerjaan penderita malaria pada Gambar 3, terbanyak pada kelompok


pelajar (45,29%), disusul tidak bekerja (termasuk anak bayi dan balita) dan Ibu rumah
tangga dibanding jenis pekerjaan lainnya. Kelompok pelajar, tidak bekerja dan ibu
rumah tangga adalah kelompok yang lebih banyak beraktifitas di rumah dan sekitarnya.
Selama pandemi Covid-19, para pelajar bersekolah secara online dan sesekali
melakukan tatap muka terbatas di gedung sekolah. Hal ini mengindikasikan ada sumber
penularan di rumah dan lingkungan sekitar rumah penduduk yang belum ditemukan,
sehingga penularan terus terjadi. Maka intervensi penemuan kasus secara dini harus
dilakukan melalaui kunjungan dari rumah ke rumah.
3,4% 12,7%

50,2%
33,7%

Pf Pv Pm Mix

Gambar 4. Kasus Malaria Menurut Jenis Plasmodium di SBD Tahun 2021

Gambar 4 menunjukan bahwa terdapat 3 jenis plasmodium pada kasus malaria di


SBD antara lain P.Falciparum, P.vivax dan P.malariae, dengan plasmodium terbanyak
pada P.Falciparum mencapai 50,2% dibanding jenis plasmodium lainnya. Ini pertanda
penularan lokal masih sangat tinggi terjadi diantara penduduk.
Pelayanan terpadu program malaria dengan program kesehatan ibu dan
kesehatan anak serta program imunisasi dilaksanakan melalui pelayanan rutin
antenatal, pelayanan balita sakit, pelayanan imunisasi dasar lengkap. Salah satu
strategi yang dilaksanakan di wilayah endemis tinggi dan sedang adalah penapisan
(skrining) malaria pada ibu hamil pada poli KIA dan semua balita sakit dengan semua
gejala pada kegiatan MTBS, serta pemberian kelambu berinsektisida (kelambu anti
nyamuk) terhadap ibu hamil dilaksanakan pada saat kunjungan pertama (K1) pelayanan
antenatal. Bagi yang positif malaria diberikan pengobatan sesuai pedoman
penatalaksanaan kasus malaria.

Tabel 2. Capaian Kegiatan Integrasi Malaria pada Ibu Hamil Tahun 2021

Jumlah/
Data
Persentasi
Sasaran Ibu Hamil 10.684
Ibu hamil melakukan K1 5.983
Penemuan melalui Skrining Ibu Hamil 2.675
Cakupan skrining Ibu Hamil (%) 44,71
Pembangian kelambu pada Ibu Hamil 8.804
Cakupan pembagian kelambu pada Ibu Hamil (%) 82,4
Jumlah kasus Malaria positif 4.745
Jumlah Ibu Hamil Positif 58
% kasus malaria pada Ibu Hamil 1,22

Tabel 2 menunjukkan bahwa cakupan ibu hamil diskrining malaria sangat rendah,
hanya mencapai 44,71% (2.675 bumil), lebih sedikit dari cakupan ibu hamil yang
mendapatkan kelambu sebesar 82,4% (8.804 Bumil). Seharusnya ibu hamil yang
mendapatkan kelambu lebih banyak atau sama jumlahnya dengan ibu hamil diskrining
malaria. Sedangkan ibu hamil positif sebanyak 58 orang (1,22%).
Hasil skrining malaria sebanyak 1.306 balita, dengan kasus positif mencapai 16,02%
(760 kasus), 3 kasus diantaranya dengan komplikasi berat. Data ini belum menggambarkan
cakupan skrining balita/MTBS sebenarnya karena data real balita sakit tingkat kabupaten
(pada laporan LB1) belum diketahui. Lebih jelas pada tabel 3.

Tabel 3. Capaian Kegiatan Integrasi Malaria pada Balita sampai Desember 2021
Jumlah/
Data
Persentasi
Sasaran Balita Tahun 2021 41.374
Skrining balita sakit/MTBS 1.306
Jumlah kasus Malaria positif 4.745
Kasus malaria pada Balita 760
% kasus malaria pada Balita 16.02
Balita Kompilikasi Malaria Berat 3

D. Situasi Penemuan Kasus Malaria


Tren penemuan kasus malaria di Kabupaten SBD tahun 2021 mengalami kenaikan
dua kali lebih banyak dari tahun 2020. Sedangkan tren kasus positif malaria mengalami
penurunan hampir 2 kali lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya yakni dari 8.496 kasus
di tahun 2020 menjadi 4.745 kasus di tahun 2021. Selengkapnya pada Gambar 5.

Gambar 5. Trend Penemuan Kasus Malaria dan Jumlah kasus Positif Tahun 2019-2021

80000 75185

70000

60000

50000 44575
Jumlah

40000 36742

30000

20000
8496
10000 4118 4745

0
Thn. 2019 Thn. 2020 Thn. 2021

Jlh. Penemuan Jlh. Kasus Positif


Kegiatan penemuan kasus malaria pada tahun 2021 tertinggi di Puskesmas Kori
sebanyak 12.104 pemeriksaan, terendah di Klinik Karitas Elopada sebanyak 6
pemeriksaan. Sedangkan untuk jenis penemuan di faskes lebih banyak dilakukan dengan
PCD-pasive case detection sebesar 38,04%, disusul MBS aktif (23,99%) namun tidak
dilakukan oleh semua Puskesmas. Hal baik adalah adanya kader malaria di desa sejak
oktober 2021 berkontribusi pada meningkatnya pencarian kasus melalui kunjungan rumah
mencapai 20,09%. Berbeda dengan kegiatan skrining ibu hamil dan MTBS (skrining balita
sakit) yang bertujuan untuk melindungi kelompok rentan, faktanya tidak rutin dilakukan oleh
Puskesmas dan ada beberapa Puskesmas tidak melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
selama tahun 2021. Lebih jelas pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penemuan Kasus per Kegiatan Per Faskes Tahun 2021

TOTAL (Pos+Neg)
Faskes Ibu MTB MBS Kunj MBS Total
PCD Migrasi PE FUP
Hamil S Aktif Rumah Reaktif
Pkm. Walandimu 170 55 23 0 0 1983 0 0 6 2231
Pkm. Panenggo Ede 1789 0 0 0 303 3540 0 663 0 6295
Pkm. Bondokodi 1254 50 35 0 3039 3091 0 0 7 7469
Pkm. Kori 2586 227 3 0 4013 4845 430 0 246 12104
Pkm. Tena Teke 2645 0 0 0 0 0 0 0 0 2645
Pkm. Waimangura 997 1197 0 0 3454 0 45 0 0 5693
Pkm. Watu Kawula 1316 157 129 0 0 0 473 2508 0 4583
Pkm. Tenggaba 1804 308 67 0 4513 0 121 34 4 6847
Pkm. Palla 627 127 112 0 2026 0 73 0 0 2965
Pkm. Rada Mata 2468 277 492 0 740 830 0 3482 11 8289
Pkm. Delu Depa 563 0 0 0 0 643 0 0 0 1206
K. Sumba Foundation 4090 14 247 0 0 0 0 0 2 4351
Klinik Sf Karang Indah 4859 12 196 0 0 0 0 0 5 5067
Pkm. Kawango Hari 1769 73 0 0 0 1331 0 504 0 3677
Rs Karitas Weetebula 2994 0 0 0 0 0 0 0 4 2994
Pkm. Billa Cenge 1570 0 0 0 3026 1090 0 1655 0 7341
Pkm. Weri Lolo 79 97 2 0 0 328 5 0 0 511
Pkm. Weekombak 1034 81 0 0 0 0 0 1356 120 2471
Pkm. Elopada 440 0 0 0 0 0 0 0 0 440
Rsud Pratama Redabolo 129 0 0 0 0 0 0 0 0 129
Klinik Karitas Elopada 6 0 0 0 0 0 0 0 0 6
Klinik P.K. Homba Karipit 146 0 0 0 0 0 0 0 1 146
Bp Bunda Nirmala 137 0 0 0 0 0 0 0 0 137
TOTAL 33.472 2.675 1.306 0 21.114 17.681 1.147 10.202 406 75.185
Persentasi (%) 38,04 3,04 1,48 0 23,99 20,09 1,3 11,59 0,46

Jumlah kasus malaria di SBD pada Tahun 2021 mencapai 4.745 kasus, sekaligus
merupakan kabupaten dengan jumlah kasus tertinggi di NTT. Dengan faskes yang
menemukan kasus malaria terbanyak adalah Klinik Sumba Foundation Karang Indah
mencapai 1.060 kasus disusul Klinik Sumba Foundation lainnya, terendah di Puskesmas
Waimangura dan Palla masing-masing 3 kasus dan dua faskes lainnya tidak menemukan
kasus positif selama tahun 2021. Lebih jelas pada Gambar 6.
Gambar 6. Distribusi Kasus Positf Malaria menurut Fasilitas Kesehatan Tahun 2021

Gambar 7. Trend Kasus Malaria di SBD dari Tahun 2019-2021

1400
1200
1000
800
Jlh. Kasus

600
400
200
0
Mart Agst Sept
Jan. Feb. Apr. Mei Juni Juli Okt. Nov. Des.
. . .
Thn. 2019 501 483 379 227 188 154 162 168 280 492 560 524
Thn. 2020 1070 1083 1213 520 471 791 533 389 614 734 658 420
Thn. 2021 356 270 267 210 201 210 236 221 522 684 768 804

Gambar 7, menunjukkan bahwa tren kasus malaria menurut bulan, tiga tahun terakhir
cenderung fluktuatif. Pada tahun 2021 terjadi peningkatan kasus pada bulan oktober
sampai desember, melebihi kondisi 2 tahun sebelumnya. Selain itu Terjadi perubahan
puncak kasus dari sebelumya di awal tahun (Januari-Maret) menjadi di akhir tahun
(Oktober-Desember) pada tahun 2021. Peningkatan kasus di bulan oktober sejalan dengan
hadirnya Juru Malaria Desa yang membantu meningkatnya upaya pencarian dan
penemuan secara kasus aktif. Artinya jika semakin banyak melakukan pencarian kasus
secara aktif akan semakin banyak menemukan kasus sekaligus menjadi upaya yang efektif
dalam menekan laju penularan pada waktu berikutnya.
E. Faktor Risiko
Upaya pengendalian faktor risiko malaria, antara lain pengendalian vektor berupa
distribusi kelambu, Pemetaan Desa Fokus, Desa Vurnarabilitas dan Desa Reseptif di
Kabupaten SBD Tahun 2021, sebagai berikut :

Tabel 5. Distribus Kelambu dan IRS Tahun 2021


Pembagian Kelambu Berinsektisida IRS
(Indoor
Wilayah Ibu Massal Lain-
Massal Residual
Hamil Fokus nya Spraying)
Pkm. Walandimu 300 0 0 17 0
Pkm. Panenggo Ede 443 0 0 0 0
Pkm. Bondokodi 924 0 0 0 0
Pkm. Kori 1185 0 0 0 0
Pkm. Tena Teke 161 0 0 237 0
Pkm. Waimangura 664 0 0 0 0
Pkm. Watu Kawula 832 0 0 0 0
Pkm. Tenggaba 1070 0 0 0 0
Pkm. Palla 374 0 0 0 0
Pkm. Rada Mata 311 0 0 332 0
Pkm. Delu Depa 0 0 0 0 0
Pkm. Kawango Hari 462 0 0 0 0
Pkm. Billa Cenge 700 0 0 0 0
Pkm. Weri Lolo 84 355 370 0 0
Pkm. Weekombak 501 0 0 0 0
Pkm. Elopada 793 0 0 0 0
Total 8804 355 370 586 0

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengendalian vaktor melalui pembagian kelambu tahun


2021 dilakukan pada Ibu Hamil sebanyak 8.804 pcs, 1 Puskesmas tidak melaporkan hasil
distribusi kelambu bagi ibu hamil. Pada tahun 2021 hanya ada pembagian kelambu pada
ibu hamil, namun ada Puskesmas Werilolo melaporkan pembagian kelambu secara fokus
masal dan masal sedangkan Puskesmas Rada Mata, Tena Teke dan Walandimu ada
distribusi pada kegiatan lain-lain. Kondisi ini menandakan kemungkinan masih sisa stok
kelambu pada tahun-tahun sebelumnya atau karena kesalahan entry pada SISMAL.
Di Pulau Sumba termasuk Kabupaten SBD, pembagian kelambu secara masal
dilakukan dua tahun sekali, sedangkan pembagian kelambu bagi ibu hamil dilakukan rutin
setiap tahun. Namun yang menjadi persoalan adalah tidak dilakukan monitoring
penggunaan secara berkelanjutan termasuk dokumentasi hasil monitoring. Hal ini
berdampak pada tidak adanya informasi tentang cakupan penggunaan kelambu oleh
masyarakat. Fakta dilapangan adalah terdapat beberapa masyarakat yang menggunakan
kelambu untuk peruntukan lain seperti menjadikan sebagai pagar tanaman dan lainnya,
walaupun informasi ini perlu divalidasi lagi.
Tabel 6. Hasil Pemetaan Desa Fokus, Desa Vurnarabilitas dan Desa Reseptif Tahun 2021

Desa
Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Jum Fokus Desa
Faskes Fokus Fokus Non Vurnara- Non Reseptifitas
Desa Non Reseptif
Aktif Bebas Fokus bilitas Reseptif (NA/Blank)
Aktif
Pkm. Walandimu 8 0 0 0 0 0 0 0 8
Pkm. Panenggo Ede 15 0 0 0 0 0 0 0 15
Pkm. Bondokodi 12 0 0 0 0 0 0 0 12
Pkm. Kori 14 0 0 13 0 0 13 0 1
Pkm. Tena Teke 11 0 0 0 0 0 0 0 16
Pkm. Waimangura 11 0 4 0 0 5 0 0 11
Pkm. Watu Kawula 10 5 0 0 5 1 0 10 1
Pkm. Tenggaba 21 5 0 0 0 0 0 0 21
Pkm. Palla 12 0 0 0 0 3 0 0 12
Pkm. Rada Mata 13 0 0 0 0 0 0 0 13
Pkm. Delu Depa 8 0 0 0 7 0 0 7 1
Pkm. Kawango Hari 8 0 0 0 0 0 0 0 8
Pkm. Billa Cenge 8 0 0 0 0 0 0 0 8
Pkm. Weri Lolo 5 0 0 0 0 0 0 0 6
Pkm. Weekombak 8 0 1 0 0 6 0 0 8
Pkm. Elopada 19 0 0 0 19 0 0 19 1
Total 183 10 5 13 31 15 13 36 142

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 175 desa di kabupaten SBD terdapat 10 desa fokus
aktif desa, 5 non aktif, 13 desa fokus bebas dan 31 desa non fokus. Laporan ini lebih rendah
dari hasil pemetaan endemisitas per desa tahun 2021, dimana terdapat 51 desa endemis
tinggi, 40 desa endemis sedang, 30 desa endemis rendah dan 54 desa nol kasus. Pada
desa endemis tinggi, sedang dan rendah, terdapat desa fokus aktif. Selain itu terdapat 15
Puskesmas yang melaporkan desa Vurnabilitas dan 142 desa belum melaporkan atau
melakukan pemetaan reseptifitas. Tidak adanya pemetaan desa reseptifitas, bertanda jika
pengendalian vektor dan intervensi lingkungan belum menjadi perhatian dalam
penanggulangan malaria. Walaupun secara sumber daya untuk pemetaan desa reseptif
telah tersedia karena di tahun 2021 telah dilakukannya pelatihan entomologi bagi petugas
terpilih dari semua Puskesmas. Klasifikasi fokus penting untuk mempercepat penurunan
kasus hingga nol di wilayah endemis rendah. Sedangkan di wilayah endemis tinggi, hasil
survey reseptifitas akan memberikan informasi tempat perindukan nyamuk untuk
dikendalikan sesuai jenisnya. Tanpa mengendalikan vektor, penularan malaria sulit
dihentikan.

F. Kualitas Program.
Mutu diagnosis malaria
Gambar 8 menunjukan bahwa dari 23 Faskes yang ada di Kabupaten SBD, 22 Faskes
dilaporkan memiliki mikroskopis dengan jumlah mikroskopis sebanyak 23 mikroskopis
(Puskesmas Palla tidak ada mikroskopis). Mikroskopis yang ada, 15 diantaranya belum
terlatih dan tidak diketahui kompetensinya. Selain itu di Kabupaten SBD sudah memiliki
seorang Crosschecker atas nama Maria I Bulu, AMAK, berstatus PNS. Mulai bertugas
sebagai Crosschecker sejak Tanggal 5 Mei 2009. Pelatihan terakhir Tanggal 1 Januari 2019
dengan keterangan nilai : BAIK (Level 1). Sedangkan Tes Panel Terakhir pada Tanggal 5
September 2019 dengan keterangan nilai : BAIK.

Gambar 8. Distribusi Mikroskopis di Fasilitas Kesehatan di Kabupaten SBD

Tabel 7. Hasil Uji Silang per Fasilitas Kesehatan Tahun 2021


Faskes Melakukan Faskes Slide
Slide Positif
Faskes Pemeriksaan Melakukan Negatif
Mikroskopis
Mikroskopis Uji Silang Mikroskopis
Pkm. Walandimu Ya Tidak 20 117
Pkm. Panenggo Ede Ya Tidak 39 690
Pkm. Bondokodi Ya Tidak 112 497
Pkm. Kori Ya Tidak 324 5266
Pkm. Tena Teke Ya Tidak 185 978
Pkm. Waimangura Ya Tidak 0 153
Pkm. Watu Kawula Ya Tidak 23 1023
Pkm. Tenggaba Ya Tidak 2 742
Pkm. Rada Mata Ya Tidak 130 2753
Pkm. Delu Depa Ya Tidak 72 307
Klinik Sumba Foundation Ya Tidak 887 3466
Klinik Sf Karang Indah Ya Tidak 1065 4007
Pkm. Kawango Hari Ya Tidak 90 1321
Rs Karitas Weetebula Ya Tidak 173 2825
Pkm. Billa Cenge Ya Tidak 81 1896
Pkm. Weri Lolo Ya Tidak 6 142
Pkm. Weekombak Ya Tidak 4 440
Pkm. Elopada Ya Tidak 12 270
Rsud Pratama Redabolo Ya Tidak 0 129
Klinik Karitas Elopada Ya Tidak 4 0
K.P. Karitas Homba Karipit Ya Tidak 11 136
Bp Bunda Nirmala Ya Tidak 0 137
Pkm. Palla Tidak Tidak 0 0
TOTAL 22 22 3240 27295

Tabel 7 menunjukkan bahwa semua faskes tidak melakukan uji silang hasil
pemeriksaan laboratorium selama tahun 2021.
Semakin tinggi tingkat penemuan akan meningkatkan kemungkinan menemukan
kasus sekaligus menurunkan positivity rate. Pada Tabel 8 menunjukan hasil pemeriksaan
yang dilakukan tahun 2021, dimana positivity rate bervariasi antar jenis kegiatan penemuan.
Penemuan terbanyak dari kegiatan PCD dan terendah dari FUP (follow up pemeriksaan)
dan migrasi (tidak ada kegiatan). Sedangkan positivity rate pada kegiatan MTBS, PCD,
Kunjungan rumah dan FUP melampaui syarat maksimal (<5%), oleh karena itu penemuan
melalui MTBS, PCD, Kunjungan rumah dan FUP harus ditingkatkan untuk menurukan
positivity rate.

Tabel 8. Jumlah Penemuan, Jenis Pemeriksaan dan Positivity Rate menurut jenis
pemeriksaan di SBD Tahun 2021

Positivity
Jlh. Jlh. Positivity
Jenis Positif Rate Positif Total Total Positivity
Penemuan Penemuan Rate
Penemuan Mikroskop Mikroskop RDT Penemuan Positif Rate (%)
Mikroskop RDT RDT (%)
(%)
PCD 24750 2659 10.74 8722 350 4.01 33472 3009 8.99
Ibu Hamil 564 35 6.21 2111 1 0.05 2675 36 1.35
MTBS 948 454 47.89 358 24 6.70 1306 478 36.60
Migrasi 0 0 0.00 0 0 0 0 0 0
MBS Aktif 2418 60 2.48 18696 104 0.56 21114 164 0.78
Kunj Rumah 454 0 0 17227 1057 6.14 17681 1057 5.98
PE 430 1 0.23 717 0 0 1147 1 0.09
MBS Reaktif 689 0 0 9513 0 0 10202 0 0
FUP 282 31 10.99 124 4 3.23 406 35 8.62
Total 30.535 3240 10.61 57.468 1540 2.68 88003 4780 5.43

Tabel 8 menunjukkan bahwa metode penemuan yang dilakukan menggunakan


pemeriksaan mikroskop dan RDT. Penemuan menggunakan RDT lebih dominan dari
mikroskop. Positivity rate >5% dari pemeriksaan RDT pada kegiatan MTBS dan
Kunjungan rumah. Sedangkan positivity rate >5% dari pemeriksaan Mikroskopis pada
kegiatan MTBS, PCD dan FUP.
Selain itu adanya pemeriksaan RDT pada kegiatan penemuan FUP sangat tidak
disarankan, seharusnya menggunakan mikroskop. Berdasarkan buku modul pelatihan
mikroskopis malaria tahun 2020, disebutkan bahwa Test HRP-2 dapat tetap positif 7 –
14 hari setelah pengobatan bahkan sampai penderita sembuh secara klinis meskipun
parasit tidak ditemukan lagi dalam darah. Artinya, hasil FUP pasien dengan RDT akan
positif jika pernah atau sementara minum obat anti malaria dalam kurun waktu satu
bulan, meski tidak ada lagi parasit dalam darah. Hal ini perlu ditindaklanjuti kepada
semua petugas mikroskopis di seluruh fasilitas kesehatan agar menanyakan riwayat
minum obat anti malaria pada pasien yang akan diperiksa menggunakan RDT.
Gambar 9. Kasus Positif yang Diobati Sesuai Standar di Kab.SBD Tahun 2021

Gambar 9 menunjukkan bahwa lebih banyak faskes dengan kasus positif malaria
diobati sesuai standard <100%. Sedangkan 2 faskes lainnya melaporkan kasus positif
malaria diobati tidak sesuai standard <100%, yakni Puskesmas Bondokodi, RS Karitas
Weetabula dan Klinik Sumba Fondation.

Kualitas Data
Kelengkapan data SISMAL di Kabupaten SBD tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan, kondisi tahun 2021 semua faskes telah memenuhi target yakni 100%.
Berbeda dengan ketepatan laporan SISMAL yang jauh dari target (>80%), kondisi tahun
2021 hanya mencapai 29,71% lebih rendah dari tahun 2020, lebih jelas pada Gambar 10.

Gambar 10. Trend Kelengkapan dan Ketepatan Laporan di SBD Tahun 2019-2021

Secara keseluruhan ketepatan laporan pada Gambar 11, menunjukkan bahwa dari
semua faskes masih dibawah target <80%. Pencapaian tertinggi ketepatan laporan pada
tahun 2021 berasal dari 2 faskes yang mencapai 75% (Puskesmas Kori dan Walandimu),
berbeda dengan 3 faskes lainnya (Puskesmas Billa Cenge, BP Bunda Nirmala dan RS
Karitas Weetabula) yang mana selalu tidak tepat mengirim laporan SISMAL setiap bulan
selama tahun 2021 atau tidak melapor rutin setiap bulan sebelum tanggal 16. Ketepatan
laporan rendah berdampak pada efektifitas surveilans malaria, yaitu lambat respon program
malaria dalam melakukan intervensi pengendalian kasus malaria khususnya pada upaya
pemutusan rantai penularan dan upaya lainnya.
Beberapa kendala pelaporan tidak tepat waktu adalah kepemilikan laptop untuk
mengerjakan laporan, dimana petugas SISMAL tidak memiliki atau harus menggunakan
laptop/PC bersama sehingga tidak bisa rutin melapor dan ketersediaan jaringan internet.
Kendala lain adalah tingginya pergantian petugas SISMAL di Faskes sehingga perlu waktu
untuk dibimbing mengerjakan SISMAL. Meski sudah ada tutorial SISMAL bagi faskes dari
Dinkes Provinsi NTT, namun bimbingan langsung tetap diperlukan untuk mempercepat
pemahaman petugas.
Gambar 11. Ketepatan Laporan pada SISMAL Tahun 2021

Logistik Malaria
Manajemen logistik di Kabupaten SBD tidak diatur secara baik. Hal ini tergambar pada
bagan alur pelaporan SISMAL, antara lain adalah : tidak berjalannya pelaporan/alur data
dari IFK ke Seksi P2M Dinas Kesehatan, belum berjalannya proses validasi/sinkronisasi
data logistik malaria di Seksi P2M, sehingga pada akhirnya tidak ada input logistik ke
SISMAL level IFK Kabupaten. Kondisi yang terjadi yaitu data-data logistik divalidasi atau
dilengkapi hanya pada akhir tahun.
Secara keseluruhan, kelengkapan laporan logistik tahun 2021 mencapai 100%, lebih
tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini merupakan pencapaian yang baik, namun
yang harus diperhatikan adalah kelengkapan setiap bulan agar selalu mencapai 100%.
Karena kelengkapan laporan logistik penting dalam mendukung pengobatan standar dan
bagian dari manajemen logistik yang harus dilaksanakan dengan baik. Lebih jelas pada
Gambar 13.

Gambar 13. Trend Kelengkapan Laporan Logistik per Faskes Tahun 2019-2020

Kabupaten SBD di tahun 2021 dari 23 Faskes hanya ada 8 faskes yang melaporkan
tidak putus stok lebih dari 7 hari berturut-turut. Dari faskes yang melapor hanya ada 2 faskes
yang rutin melapor selama 11 bulan yaitu Puskesmas Panenggo Ede dan Bondokodi. Lebih
jelas pada Tabel 9.

Tabel 9. Informasi Faskes yang Tidak Putus Stok Obat


Jumlah Jum Faskes Tidak Putus Stok Lebih Dari 7 Hari
Faskes
Wilayah Melapor Berturut-turut
Melapor
(Bulan) DHP Artesunat Inj Primaquin
Pkm. Walandimu Tidak
Pkm. Panenggo Ede Ya 11 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
Pkm. Bondokodi Ya 11 Tidak Putus Stok
Pkm. Kori Ya 1 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
Pkm. Tena Teke Tidak
Pkm. Waimangura Tidak
Pkm. Watu Kawula Tidak
Pkm. Tenggaba Tidak
Pkm. Palla Tidak
Pkm. Rada Mata Tidak
Pkm. Delu Depa Ya 1 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
K. Sumba Foundation Tidak
Klinik Sf Karang Indah Tidak
Pkm. Kawango Hari Tidak
Rs Karitas Weetebula Tidak
Pkm. Billa Cenge Tidak
Pkm. Weri Lolo Ya 10 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
Pkm. Weekombak Tidak
Pkm. Elopada Ya 1 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
RSUD Redabolo Tidak
Klinik Karitas Elopada Ya 4 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
Klinik Pratama Karitas
Ya 3 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
Homba Karipit
Bp Bunda Nirmala Tidak

Ketersediaan obat anti malaria (OAM) antara lain DHP (Dehidro Artemisin +
Piperaquin), primaquine dan artesunat injeksi pada tahun 2021 di Kabupaten SBD
mencukupi. Sedangkan rencana permintaan tahun 2022, juga diprediksi akan mencukupi
kebutuhan. Sehingga kerjasama yang baik antara penanggung jawab malaria (P2), Yankes,
Farmasi untuk distribusi logistik sesuai SOP dan laporannya di tahun 2022 akan
memberikan jaminan ketersediaan OAM di semua faskes. Lebih jelas pada tabel berikut ini:

Tabel 10. Ketersediaan obat anti malaria (OAM) Tahun 2021 dan Rencana Permintaan
Tahun 2022
Laporan Rencana
Jumlah Jumlah
Jenis Obat Penggunaan di Permintaan Ket.
Permintaan Diberikan
SISMAL (2021) Tahun 2022
DHP 145.540 90.558 29.647 63.000 cukup
Primaquin 51.000 35.000 16.309 20.000 cukup
Artesunat Inj. 1.056 786 51 1.000 cukup

Sumber daya manusia pengelola program pencegahan dan pengendalian malaria di


Faskes perlu menjadi perhatian. Gambaran SDM pada Tabel 11 menunjukkan bahwa
semua pengelola program malaria belum mengikuti pelatihan manajemen malaria,
Pelatihan Reorientasi Program Malaria dan Pelatihan/ Sosialisasi Surveilans Malaria.
Sedangkan untuk Pelatihan SISMAL ada 6 puskesmas yang belum mengikuti pelatihan.
Selain itu sesuai data SISMAL tahun 2021, masih ada Dokter dan Perawat belum
mendapatkan sosialisasi/pelatihan tatalaksana kasus malaria. Tenaga Promkes juga belum
mendapatkan sosialisasi Komunikasi Malaria. Selain itu, hasil kunjungan lapangan
menemukan masih banyak Faskes tidak memiliki SOP tatalaksana kasus di tempat
pelayanan.
Menjawab kebutuhan akan penguatan SDM Pengelola malaria di semua Faskes di
SBD, telah dilaksanakan review manajemen malaria, orientasi program malarian, SISMAL
dan surveilans (PE 1 2 5) pada bulan Januari 2022 yang difasilitasi oleh UNICEF melalui
PPNI Provinsi NTT. Namun data ketenagaan belum diperbaharui di SISMAL 2021 karena
kegiatan dilakukan pada tahun 2022.
Tabel 11. SDM Pengelola Program Malaria di Puskesmas
Pelatihan Pelatihan/
Pelatihan Pelatihan/
Reorientasi Sosialisasi
Fasyankes Nama Pengelola Malaria Manajemen Sosialisasi
Program Surveilans
Malaria SISMAL
Malaria Malaria
Pkm. Walandimu Yohanes R Keraf Tidak Tidak Tidak Tidak
Pkm. Panenggo Ede Yan Lende,S.Kep,Ns Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Bondokodi Antonius Kleden,A.Md. Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Kori Adelvincencia Deta,A.Md Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Tena Teke Ferdinand H.Kaleka,A.Md Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Waimangura Marlince Ina Kodu Tidak Tidak Tidak Tidak
Pkm. Watu Kawula Sri Sulasminingsih,Skm Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Tenggaba Stefanus Gitar Bekal Tidak Tidak Tidak Tidak
Pkm. Palla Alfonsus Bora Tidak Tidak Tidak Tidak
Pkm. Rada Mata Benedikta Maghala,A.Md Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Delu Depa Anastasia G.Langoday Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Kawango Hari Andereas Dodok Tidak Tidak Tidak Tidak
Pkm. Billa Cenge Fransiskus Dappa,A.Md Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Weri Lolo Maria Sherly Dape,A.Md Tidak Tidak Ya Tidak
Pelatihan Pelatihan/
Pelatihan Pelatihan/
Reorientasi Sosialisasi
Fasyankes Nama Pengelola Malaria Manajemen Sosialisasi
Program Surveilans
Malaria SISMAL
Malaria Malaria
Pkm. Weekombak Ariance Wello,S.Kep,Ns Tidak Tidak Ya Tidak
Pkm. Elopada Stefani Feoh Tidak Tidak Tidak Tidak

G. Rekomendasi
Target eliminasi malaria Kabupaten SBD pada tahun 2023 sesuai road map eliminasi
malaria kabupaten SBD, target eliminasi di NTT berdasarkan pergup adalah Tahun 2024,
sedangka secara nasional target eliminasi malaria di NTT pada tahun 2027, dengan kasus
indigenous terakhir tahun 2024. Kondisi tahun 2021 kabupaten SBD masih tergolong
endemis tinggi. Dengan 2 tahun tersisa merujuk pada target eliminasi di NTT membutuhkan
langkah-langkah strategis dan progresif. Berdasarkan hasil analisis data malaria tahun
2021 dan kunjungan lapangan yang telah dilakukan sejak bulan Oktober 2021 di Kabupaten
Sumba Barat Daya, kemudian dirumuskan dalam bentuk rancangan intervensi, situasi saat
ini dan kebutuhan daerah untuk akselerasi malaria. Desain intervensi tersebut ditampilkan
pada matriks berikut, sebagai berikut :

Matriks Isu strategis, Summary Situasi Saat ini dan Rekomedasi :

Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
Endemisitas • SBD satu di antara 23 kab kota • Target nasional untuk eliminasi
malaria di Indonesia yg masih endemis malaria NTT tahun 2028 dengan
Kabupaten SBD tinggi target indigenous terakhir 2024.
dan pencapaian • SBD satu di antara 3 kab kota di Artinya pada tahun 2027 SBD
target eliminasi NTT yg masih endemis tinggi mendapat sertifikat bebas
dengan jumlah kasus tertinggi di malaria, tahun 2023 mencapai
NTT endemis rendah, tahun 2022
• API : 11,26 ‰, Jumlah kasus : mencapai endemis sedang. SBD
4.745 kasus, ABER : 17,85% harus melepaskan diri dari
mencapai namun tidak merata di endemisitas tinggi dalam waktu
semua wilayah Puskesmas selama-lamanya 2 tahun.
• 51 dari 175 desa di SBD • Mengingat banyaknya desa yang
endemis tinggi, 40 sedang, 30 endemis tinggi dan sedang
rendah, 54 dilaporkan tidak ada dengan target ABER yang belum
kasus merata di semua puskesmas,
dibutuhkan suatu gerakan masif
desa bebas malaria yang dipimpin
oleh kepala daerah.
Dukungan • Sudah ada Perbup, Ada Pokja • Membutuhkan komitmen dari
Kebijakan dan Malaria, sudah ada pemerintah dalam
pendanaan pencanangan Gerakan Sapu menindaklanjuti regulasi, Gerakan
Plasmodium-GSP dan banyak Sapu Plamodium melalui 5 aksi
komitmen di tingkat kabupaten yang telah disepakati pada
yang telah ada. tanggal 2 Desember 2021 dan
• Kepala Desa belum berperan komitmen lain yang sudah ada
secara khusus di program dengan melakukan monitoring
malaria melalui kebijakan dan evaluasi secara berkala.
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
anggaran dan regulasi. Masih • Kepala desa harus berperan aktif
sebatas mendukung semua dalam upaya pengendalian
program malaria yang malaria
dilaksanakan oleh Dinas • Perlu peningkatan anggaran
Kesehatan, Puskesmas dan APBD, dana BOK Puskesmas
mitra lainnya. dan adanya alokasi dana desa
• Semua puskesmas belum bagi program malaria
mengalokasikan anggaran untuk
program malaria, termasuk
alokasi anggaran yang terbatas
dari APBD
Kelompok • Setiap hari 2-3 balita di SBD • Malaria adalah penyebab
berisiko sakit malaria. Total ada 760 langsung anemia dan Bayi Berat
balita sakit malaria, 8,9% persen Lahir Rendah, merupakan faktor
dari jumlah tersebut adalah bayi. yang berkontribusi pada stunting.
• Tahun 2021, 82 ibu hamil sakit Dibutuhkan penguatan kerjasama
malaria. Cakupan skrining lintas program antara Malaria
malaria pada ibu hamil 44,71%. dengan KIA agar setiap Ibu Hamil
• 39% kasus malaria terjadi pada mendapat kelambu dan diskrining
anak usia sekolah (5-14 tahun), malaria saat ANC dan setiap
setiap hari 5-6 anak usia sekolah balita apapun gejalanya diperiksa
sakit malaria. Total kasus malaria melalui MTBS.
malaria anak usia sekolah • Tingginya kasus pada usia
sebanyak 1.867. sekolah membutuhkan
• 45% kasus malaria pada pelajar keterlibatan sektor pendidikan
dan tidak bekerja termasuk untuk peningkatan literasi malaria.
bayi/balita. Dibutuhkan surat edaran
• P.Falciparum mencapai 50,2% penggunaan Muatan Lokal
• Stunting : Prevalensi Stunting Malaria di sekolah-sekolah
38,2%> prevalensi stunting (SD/MI) menggunakan media
Nasional 30,8% (Riskesdas muatan local yang telah dibagikan
2018) dari Kemenkes RI dan UNICEF
pada Tahun 2021.
• Pelibatan OSIS SMP dalam
penyebaran pesan2 malaria di
sekolah maupun di masyarakat.
• Pemeriksaan malaria saat
skrining UKS pada tahun ajaran
baru
Penemuan • Penemuan kasus masih Target ABER tahun 2022 harus >30%
kasus bergantung pada pelayanan di semua desa, upaya pencapaian
pasif (PCD : 38,04%) target melalui :
• SPR : 6,32% lebih tinggi dari • Peningkatan pemeriksaan malaria
seharusnya (<5%) di Puskesmas dengan
• Semakin tinggi ABER, semakin memastikan seluruh balita sakit
banyak kasus positif yang diperiksa malaria (apapun
ditemukan gejalanya), semua Ibu hamil
• Ketiga indikator di atas diskrining malaria, dan semua
menunjukkan masih kurangnya pasien lain bergejala malaria
penemuan kasus di Kab SBD diperiksa malaria.
• Follow Up Pemeriksaan • Peningkatan pemeriksaan malaria
menggunakan RDT di Pustu/Posyandu/Pusling
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
• Ada 107 kader malaria desa, dengan memastikan ketersediaan
berdampak pada peningkatan RDT dan obat malaria di Pustu
jumlah pemeriksaan pada dan dibawa saat
kunjungan rumah dan Posyandu/Pusling.
penemuan kasus positif • Peningkatan pemeriksaan malaria
sehingga tren kasus bulan di masyarakat melalui kader
oktober-desember 2021 malaria desa, minimal 2 kali
melampaui 2 tahun kunjungan rumah dalam sebulan.
sebelumnya.. Dana Global Fund melalui
Perdhaki tidak mencakup setiap
desa dan hanya tersedia hingga
2023, sehingga pemerintah
daerah diharapkan persiapan
mengambil alih kader malaria.
• Memasukkan layanan swasta dan
UKBM di dalam jejaring diagnosis
pengobatan dan pelaporan
malaria.
• Semua Follow Up Pemeriksaan
harus menggunakan Mikroskop.
Petugas kesehatan di desa dilatih
membuat sediaan darah.
Faktor resiko • Cakupan distribusi kelambu • Diperlukan gerakan Desa untuk
100%, tetapi penggunaan meningkatkan penggunaan
kelambu tidak di ketahui (target kelambu.
penggunaan 85%). Sedangkan • Diperlukan gerakan Desa untuk
Cakupan distribusi kelambu bagi menciptakan desa bebas jentik
Ibu Hamil tahun 2021 : 82% malaria (dengan perimeter
dibawah target 85% juga tidak minimal radius 500 m) dengan
diketaui kepastian penggunaan dukungan BAPPEDA dan PU
karena tidak dilakukan • Kasanisasi rumah penduduk
monitoring. • Diperlukan pemetaan desa
• Lebih banyak desa belum reseptif yang dilakukan oleh
dilakukan pemetaan reseptivitas tenaga entomologi Puskesmas
artinya keberadaan vector dan yang telah dilatih pada Tahun
tempat perindukan nyamuk tidak 2021
diketahui.
• Situasi rumah penduduk yang
masih rentan terhadap
penularan malaria
Kualitas program Hal tersebut dibahwa • Pertemuan rutin PJ malaria
inimenunjukkan masih banyak yang Puskesmas dengan indikator
harus diperbaiki dari kualitas Puskesmas yang disepakati
program termasuk : • Penguatan Penjaminan Mutu
• 15 tenaga mikroskopis tidak Internal dan Penjaminan Mutu
diketahui kompetensinya Eksternal laboratorium
• Semua Faskes tidak melakukan Puskesmas, RS, dan klinik
uji silang swasta
• Follow up pemeriksaan kasus • Penguatan kemampuan nakes
masih menggunakan RDT dalam pengobatan malaria
• Ada 2 faskes dengan • Penjaminan ketersediaan logistik
pengobatan tidak standar malaria (termasuk RDT dan obat)
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
• Faskes belum memiliki SOP di seluruh jejaring layanan malaria
tatalaksana kasus malaria dan (Puskesmas, Pustu, Posyandu,
masih ada dokter, perawat dan Pusling, Kader, UKBM, RS, Klinik
bidan belum terpapar sosialisasi Swasta)
tatalaksana kasus • Penguatan kapasitas surveilans
• Semua faskes dengan cakupan malaria
ketepatan laporan sangat • Ada surat umpan balik laporan
rendah dari Dinkes kepada Faskes, rutin
• IFK tidak melapor di SISMAL setiap bulan
dan hanya ada 8 faskes dari 23 • Supervisi supportive dinas ke
faskes yang melaporkan tidak Faskes terpilih secara rutin,
putus stok logistik malaria minimal 1x setahun. Prioritas
namun tidak rutin setiap bulan endemis tinggi/ stagnan.

Dukungan UNICEF melalui Konsultan Malaria di Kabupaten SBD, sejak Oktober 2021,
sebagai berikut :
1. Analisis data SISMAL rutin dilakukan tiap bulan dan melakukan feedback ke Pj.Kabupaten
dan Puskesmas
2. Deseminasi analisis situasi terhadap pimpinan Daerah, pimpinan dinas Kesehatan dan
puskesmas serta PJ. Malaria kabupaten dan puskesmas.
3. Monitoring dan pendampingan program eliminasi dan supervise suportif di puskesmas
Kori, Bilacenge, Waimangura, Tenggaba, Radamata, walandimu, tenateke, bondokodi,
watukawula.
4. Kolaborasi dengan PERDHAKI untuk dukungan kader malaria
5. Pendampingan program malaria pada kegiatan-kegiatan malaria untuk Pulau Sumba di
tingkat Provinsi dan Pusat (offline maupun online).
6. Memfasilitasi Monev Konsorsium Malaria Pulau Sumba di Sumba Timur.
7. Advokasi ke Bupati SBD dan merumuskan 5 aksi Gerakan sapu plasmodium di SBD
8. Pertemuan koordinasi Gerakan sapu plasmodium
9. Deseminasi hasil monev pokja bagi lintas program dalam dinas Kesehatan, lintas sektor
Pemda Kabupaten SBD, Organisasi profesi dan Tenaga ahli dana desa
10. Pendampingan penyusunan draf Perbup eliminasi malaria dan SK revitalisasi pokja
malaria menjadi satgas Sapu Plasmodium.
11. Advokasi alokasi dana desa melalui stakeholder (bapeltibangda, DPMD, TA-P3MD) dan
adanya surat edaran alokasi dana desa yang di tanda tangai Sekretaris Daerah SBD.
12. Memfasilitasi Workshop Review Standar Manajemen Kasus Malaria Terkini (Testing,
Tracking & Treatment)
13. Pendampingan proses analisis SWOT Pulau Sumba untuk scoping study dukungan Rotary
14. Menyusun draft tools supervisi suportif kabupaten ke Puskesmas bersama PPNI dan
Konsultan Malaria di Sumba
15. Memfasilitasi kegiatan Virtual meeting of malaria 2 monthly update data in all health centers
on the island of Sumba.
16. Advokasi dan penyampaian progress malaria kepada Bupati Sumba Barat Daya

Fokus dukungan UNICEF melalui Konsultan malaria Tahun 2022 di Kabupaten SBD,
antara lain :
1. Penyusunan SOP Manajemen Logistik.
2. Pengembangan desa model bebas malaria
3. Supervisi suportif program malaria di puskesmas-puskesmas terpilih
4. Penguatan Penjaminan Mutu Internal dan Penjaminan Mutu Eksternal lab Puskesmas, RS,
dan klinik swasta
5. Monev pendampingan bagi kader/juru malaria desa
6. Memastikan semua indicator dan komitmen yang ada di Kabupaten SBD dapat dijalankan
sesuai target.
7. Analisis data dan update situasi malaria rutin setiap bulan
KABUPATEN SUMBA BARAT
KABUPATEN SUMBA BARAT
TAHUN 2021

A. Endemisitas malaria dan pencapaian target eliminasi


Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2021 Tabel 1, merupakan kabupaten endemis
tinggi dengan API 17‰ sekaligus sebagai kabupaten tertinggi ke-1 di Provinsi NTT.
Penemuan kasus tahunan atau annual blood examination rate (ABER) tahun 2021 sebesar
26,78% atau belum memenuhi target minimal (>30%). ada peningkatan ABER jika
dibandingkan dengan tahun 2020. Dari 10 Puskesmas, hanya ada 3 Puskesmas dengan
ABER >30 yakni Puskesmas Kabukarudi, Gaura dan Malat, terendah di Puskesmas
Puuweri. Sedangkan Tren positivity rate (PR) dan Annual Parasite Incidence (API)
mengalami penurunan. Walaupun ada 2 wilayah Puskesmas (Puskesmas Padedewatu dan
Puuweri) dengan API tahun 2021 lebih tinggi dari sebelumnya.

Tabel 1. Capaian ABER, PR dan API menurut Faskes di Sumba Barat Tahun 2020-2021

Tahun 2021 Tahun 2021


Faskes/Wilayah
PR ABER API PR ABER API
Pkm. Kabukarudi 18.74 3.32 6.23 1.02 52.33 5.32
Pkm. Padedewatu 10.27 4.29 4.41 2.3 19.91 4.57
Pkm. Lahihuruk 227.59 0.25 5.62 8.22 2.49 2.04
Pkm. Gaura 33.76 13.72 46.33 12.34 34.33 42.36
Pkm. Tanarara 0.41 1.87 0.08 0 13.64 0
Pkm. Puu Weri 1.55 0.95 0.15 19.64 0.33 0.65
Pkm. Malata 38.82 8.75 33.97 5.44 32 17.4
Pkm. Weekarou 4.91 3.43 1.68 1.32 9.91 1.3
Pkm. Kareka Nduku 10.26 1.19 1.22 0.28 10.98 0.31
Pkm. Lolowanno 2.22 0.64 0.14 0 0.45 0
Rs Kristen Lende Moripa 3.65 4.16
Klinik Sf Matanyira 35.68 26.1
Klinik Sf Hobawawi 11.17 5.28
Rsu Waikabubak 79.23 14.08
TOTAL 19.32 16.32 31.52 6.35 26.78 17

Status endemisitas menurut desa pada Gambar 1, menunjukkan bahwa pada tahun
2021 lebih banyak desa (25 desa) dilaporkan tidak ada kasus, disusul endemis sedang (20
desa), endemis rendah 25 desa, sedangkan pada endemis tinggi sebanyak 13 desa. Desa
endemis tinggi terkonsentrasi di wilayah selatan dan utara kabupaten sumba barat. Namun
dengan pencapaian ABER yang <30% dan tidak merata di semua wilayah puskesmas,
menjadi catatan penting untuk peningkatan pencarian/penemuan kasus di tahun 2022,
untuk memastikan kebenaran akan status endemis tersebut. Selain itu dengan adanya
informasi ini, akan membantu dalam pemetaan pola dan fokus intervensi. Intervensi pada
desa endemis tinggi dan sedang harus dilakukan secara aktif atau melakukan pencarian
kasus sebanyak-banyaknya, sedangkan desa endemis rendah dapat mempertahankan
pencapaian dengan peningkatan kewaspadaan dini melalui Penyelidikan epidemiologi,
surveilans migrasi dan pemetaan daerah reseptif.

Gambar 1. Endemisitas Malaria per Desa di Kabupaten Sumba Barat Tahun 2021

B. Dukungan Kebijakan dan Pendanaan


Upaya pengendalian malaria telah dilakukan di Kabupaten Sumba Barat, berbagai
kebijakan dan komitmen daerah telah diwujudkan, seperti :
1. Adanya Konsorsium Eliminasi malaria di Pulau Sumba sejak tahun 2019, dengan
monev terakhir telah terlaksana di bulan November 2021. (RTL terlampir) dan Link berita
: https://mediaindonesia.com/nusantara/449861/konsorsium-iii-malaria-sumba-
sepakat-percepat-eliminasi-malaria
2. Adanya Road Map eiminasi malaria dengan target eliminasi malaria pada Tahun 2023.
3. Adanya Gerakan CEMARA (Cegah Basmi Malaria), walaupun belum dirumuskan
rincian aksi yang telah disepakati pada bulan Desember 2021 (Berita Acara terlampir)
dan link berita sebagai berikut :
https://selatanindonesia.com/2021/12/16/percepat-eliminasi-malaria-pemkab-sumba-
barat-canangkan-gerakan-cemara/
Pemkab Sumba Barat Canangkan Gerakan CEMARA Untuk Percepat Eliminasi Malaria - Pos-
kupang.com (tribunnews.com)
4. Ada Peraturan Bupati No. 17 tahun 2019 tentang Eliminasi Malaria di Kabupaten Sumba
Barat
5. Secara kebijakan anggaran untuk eliminasi malaria di Sumba Barat sangat terbatas.
Untuk alokasi APBD tingkat kabupaten tahun 2022 menurut informasi dari Dinas
Kesehatan tidak ada, sedangkan di tingkat puskesmas tidak semua puskesmas
mengalokasi anggaran untuk percepatan eliminasi malaria.
6. Dan komitmen-komitmen teknis lainnya (dokumen-dokumen terlampir).

Memperhatikan banyaknya kebijakan dan komitmen daerah yang telah ada, sangat
mendukung percepatan eliminasi malaria. Namun akan menjadi efektif atau berdampak
baik, terhadap pencapaian target eliminasi malaria pada tahun 2023, apabila adanya follow
up berupa aksi-aksi daerah secara nyata serta dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dari semua elemen yang ada termasuk komitmen Kepala Daerah. Hal yang perlu
menjadi perhatian adalah harus dukungan kebijakan anggaran yang memadai dan merata
dari tingkat kabupaten sampai desa.

C. Kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko


Kasus malaria di Sumba Barat berdasarkan jenis kelamin di tahun 2021 pada Gambar
2, terbanyak pada laki-laki yakni mencapai 57,1% (1,341 kasus). Untuk kelompok umur
terbanyak pada kelompok umur produktif atau 15-64 Tahun dan terendah kelompok umur
>65Tahun. Setiap hari 1 balita di Sumba Barat sakit malaria. Total ada 311 balita sakit
malaria. 13,18% persen dari jumlah tersebut adalah bayi. Selain itu terdapat 34,37% kasus
malaria terjadi pada anak usia sekolah (5-14 tahun), setiap hari 2-3 anak usia sekolah sakit
malaria. Total kasus malaria anak usia sekolah sebanyak 808.
Gambar 2. Proporsi Kasus Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur Tahun
2021

Jenis pekerjaan penderita malaria pada Gambar 3, terbanyak pada kelompok


pelajar (45,29%), disusul tidak bekerja (termasuk anak bayi dan balita) dan Ibu rumah
tangga dibanding jenis pekerjaan lainnya. Kelompok pelajar, tidak bekerja dan ibu
rumah tangga adalah kelompok yang lebih banyak beraktifitas di rumah dan sekitarnya.
Selama pandemi Covid-19, para pelajar bersekolah secara online dan sesekali
melakukan tatap muka terbatas di gedung sekolah. Hal ini mengindikasikan ada sumber
penularan di rumah dan lingkungan sekitar rumah penduduk yang belum ditemukan,
sehingga penularan terus terjadi. Maka intervensi penemuan kasus secara dini harus
dilakukan dari rumah ke rumah.

Gambar 3. Kasus Malaria menurut Jenis Pekerjaan di Sumba Barat Tahun 2021
Gambar 4. Kasus Malaria Menurut Jenis Plasmodium di Sumba Barat Tahun 2021

Gambar 10 menunjukan bahwa terdapat 3 jenis plasmodium pada kasus malaria


di Sumba Barat antara lain P.Falciparum, P.vivax dan P.malariae, dengan plasmodium
terbanyak pada P.Falciparum mencapai 60,53% dibanding jenis plasmodium lainnya.
Ini pertanda penularan lokal masih sangat tinggi terjadi diantara penduduk.

Pelayanan terpadu program malaria dengan program kesehatan ibu dan


kesehatan anak serta program imunisasi dilaksanakan melalui pelayanan rutin
antenatal, pelayanan balita sakit, pelayanan imunisasi dasar lengkap. Salah satu
strategi yang dilaksanakan di wilayah endemis tinggi dan sedang adalah penapisan
(skrining) malaria pada ibu hamil pada poli KIA dan semua balita sakit dengan semua
gejala pada kegiatan MTBS, serta pemberian kelambu berinsektisida (kelambu anti
nyamuk) terhadap ibu hamil dilaksanakan pada saat kunjungan pertama (K1) pelayanan
antenatal. Bagi yang positif malaria diberikan pengobatan sesuai pedoman
penatalaksanaan kasus malaria.

Tabel 2. Capaian Kegiatan Integrasi Malaria pada Ibu Hamil Tahun 2021

Jumlah/
Data
Persentasi
Sasaran Ibu Hamil 931
Ibu hamil melakukan K1 1.816
Penemuan melalui Skrining Ibu Hamil 493
Cakupan skrining Ibu Hamil (%) 27,15
Pembangian kelambu pada Ibu Hamil 2.160
Cakupan pembagian kelambu pada Ibu Hamil (%) 118,94
Jumlah kasus Malaria positif 2.351
Jumlah Ibu Hamil Positif 21
% kasus malaria pada Ibu Hamil 0.89

Tabel 2 menunjukkan bahwa cakupan ibu hamil diskrining malaria sangat rendah,
hanya mencapai 27,15% (493 bumil), lebih sedikit dari cakupan ibu hamil yang
mendapatkan kelambu sebesar 119,9% (2.160 Bumil). Seharusnya ibu hamil yang
mendapatkan kelambu lebih banyak sama jumlahnya dengan ibu hamil diskrining malaria.
Sedangkan ibu hamil positif sebanyak 21 orang (0,89%). Hal lain adalah data pembagian
kelambu pada ibu hamil melampaui jumlah ibu yang sebenarnya, ini menjadi catatan agar
pengisian sasaran ibu hamil atau pengisian laporan pembagian kelambu menjadi perhatian.
Hasil skrining malaria sebanyak 1.306 balita, dengan kasus positif mencapai 13,23%
(311 kasus), tidak ada komplikasi berat. Data ini belum menggambarkan cakupan skrining
balita/MTBS sebenarnya karena data real balita sakit tingkat kabupaten (pada laporan LB1)
belum diketahui. Lebih jelas pada tabel 3.

Tabel 3. Capaian Kegiatan Integrasi Malaria pada Balita Tahun 2021


Jumlah/
Data
Persentasi
Sasaran Balita Tahun 2021
Skrining balita sakit/MTBS 1581
Jumlah kasus Malaria positif 2351
Kasus malaria pada Balita 311
% kasus malaria pada Balita 13.23
Balita Kompilikasi Malaria Berat 0

D. Situasi Penemuan Kasus Malaria


Tren penemuan kasus malaria di Kabupaten Sumba Barat tahun 2021 mengalami
peningkatan. Sedangkan tren kasus positif malaria mengalami penurunan hampir 2 kali
lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya yakni dari kasus 4.318 di tahun 2020 menjadi
2.351 kasus di tahun 2021. Selengkapnya pada Gambar 5.

Gambar 5. Trend Penemuan Kasus Malaria dan Jumlah kasus Positif Tahun 2019-2021
Kegiatan penemuan kasus malaria pada tahun 2021 tertinggi di Klinik Sf Hobawawi
mencapai 5.207 pemeriksaan, terendah di Puskesmas Lolowano sebanyak 32
pemeriksaan. Sedangkan untuk jenis penemuan di faskes lebih banyak dilakukan dengan
PCD-pasive case detection sebesar 46,46%. Hal baik adalah adanya kader malaria di desa
sejak oktober 2021 berkontribusi pada meningkatnya pencarian kasus melalui kunjungan
rumah mencapai 25,52%. Berbeda dengan kegiatan skrining ibu hamil dan MTBS (skrining
balita sakit) yang bertujuan untuk melindungi kelompok rentan, faktanya tidak rutin
dilakukan oleh puskesmas dan ada beberapa puskesmas tidak melakukan kegiatan-
kegiatan tersebut selama tahun 2021. Lebih jelas pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penemuan Kasus per Kegiatan Per Faskes Tahun 2021

TOTAL (Pos+Neg) Total


Faskes Ibu MBS Kunj MBS
PCD MTBS Migrasi PE FUP
Hamil Aktif Rumah Reaktif
Pkm. Kabukarudi 739 128 120 0 0 5360 0 5350 0 11697
Pkm. Padedewatu 362 10 0 0 0 847 0 0 0 1219
Pkm. Lahihuruk 292 0 0 0 0 0 0 0 0 292
Pkm. Gaura 1291 1 0 0 1998 0 0 0 0 3290
Pkm. Tanarara 309 224 71 0 0 293 0 889 0 1786
Pkm. Puu Weri 112 0 0 0 0 0 0 0 0 112
Pkm. Malata 760 0 0 0 0 2330 0 0 0 3090
Pkm. Weekarou 1733 36 55 0 0 1 0 0 0 1825
Pkm. Kareka Nduku 73 0 0 0 0 646 0 0 0 719
Pkm. Lolowanno 32 0 0 0 0 0 0 0 0 32
Rsk. Lende Moripa 1897 0 0 0 0 0 0 0 89 1986
Klinik Sf Matanyira 2337 45 756 0 0 0 0 0 5 3143
Klinik Sf Hobawawi 4579 49 579 0 0 0 0 0 0 5207
Rsu Waikabubak 2735 0 0 0 0 0 0 0 0 2735
TOTAL 17.251 493 1.581 0 1.998 9.477 0 6.239 94 37.133
Persentasi 46,46 1,33 4,26 0 5,38 25,52 0 16,8 0,25

Jumlah kasus malaria di Sumba Barat pada Tahun 2021 mencapai 2.351 kasus,
sekaligus merupakan kabupaten dengan jumlah kasus tertinggi ke-2 di NTT. Dengan faskes
yang menemukan kasus malaria terbanyak adalah klinik sumba foundation Matanyira
mencapai 819 kasus disusul Puskesmas Gaura (406 kasus), sedangkan 2 puskesmas
dilaporkan tidak ada kasus (Puskesmas Lolowano dan Tanarara selama tahun 2021. Lebih
jelas pada Gambar 6.
Gambar 6. Distribus Kasus Positf Malaria menurut Fasilitas Kesehatan Tahun 2021

Tren kasus malaria menurut bulan pada tiga tahun terakhir cenderung fluktuatif
(Gambar 7). Pada tahun 2021 terjadi peningkatan kasus yang tidak terkedalikan sejak bulan
september sampai desember, melebihi kondisi 2 tahun sebelumnya. Selain itu terjadi
perubahan puncak kasus dari sebelumya di awal tahun (Januari-Maret) menjadi di akhir
tahun (Oktober-Desember) pada tahun 2021. Peningkatan kasus di bulan oktober sejalan
dengan hadirnya Juru Malaria Desa yang membantu meningkatnya upaya pencarian dan
penemuan secara kasus aktif. Artinya jika semakin banyak melakukan pencarian kasus
secara aktif semakin banyak menemukan kasus sekaligus menjadi upaya efektif dalam
menekan laju penularan pada waktu berikutnya.

Gambar 7. Trend Kasus Malaria di Sumba Barat dari Tahun 2019-2021


E. Faktor Risiko
Upaya pengendalian faktor risiko malaria, antara lain pengendalian vektor berupa
distribusi kelambu, Pemetaan Desa Fokus, Desa Vurnarabilitas dan Desa Reseptif di
Kabupaten Sumba Barat Tahun 2021. Hasil distribusi kelambu sebagai berikut :

Tabel 5. Distribus Kelambu dan IRS Tahun 2021

Pembagian Kelambu
IRS (Indoor
Berinsektisida
Wilayah Residual
Ibu Massal Mass Lain-
Spraying)
Hamil Fokus al nya
Pkm. Kabukarudi 0 0 0 0 0
Pkm. Padedewatu 200 0 0 0 0
Pkm. Lahihuruk 0 0 0 0 0
Pkm. Gaura 250 0 0 0 0
Pkm. Tanarara 300 0 0 250 0
Pkm. Puu Weri 720 30 0 0 0
Pkm. Malata 128 0 0 0 0
Pkm. Weekarou 500 0 0 0 0
Pkm. Kareka Nduku 62 0 0 285 0
Pkm. Lolowanno 0 0 0 0 0
Total 2.160 30 0 535 0

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengendalian vaktor melalui pembagian kelambu tahun


2021 dilakukan pada Ibu Hamil sebanyak 2.160 pcs, 3 puskesmas tidak melaporkan hasil
distribusi kelambu bagi ibu hamil. Pada tahun 2021 hanya ada pembagian kelambu pada
ibu hamil, namun ada puskesmas Karekandukun dan puskesmas Tanarara melaporkan
pembagian kelambu secara fokus masal dan kegiatan lainnya. Kondisi ini, kemungkinan
karena masih ada sisa stok kelambu pada tahun-tahun sebelumnya atau karena kesalahan
entry pada SISMAL.
Di Pulau Sumba termasuk Kabupaten Sumba Barat, pembagian kelambu secara
masal dilakukan dua tahun sekali, sedangkan pembagian kelambu bagi ibu hamil dilakukan
rutin setiap tahun. Namun yang menjadi persoalan adalah tidak dilakukan monitoring
penggunaan secara berkelanjutan termasuk dokumentasi hasil monitoring. Hal ini
berdampak pada tidak adanya informasi tentang cakupan penggunaan kelambu oleh
masyarakat. Fakta dilapangan adalah terdapat masyarakat yang menggunakan kelambu
untuk peruntukan lain seperti menjadikan sebagai pagar tanaman dan lainnya, walaupun
informasi ini perlu divalidasi lagi.
Pada Tahun 2021 di Kabupaten Sumba Barat tidak dilakukannya pemetaan desa
fokus, desa vurnarabilitas dan desa reseptif. Tidak adanya pemetaan desa reseptifitas,
bertanda jika pengendalian vevtor dan intervensi lingkungan belum menjadi perhatian
dalam penanggulangan malaria. Walaupun secara sumber daya untuk pemetaan desa
reseptif telah tersedia karena di tahun 2021 telah dilakukannya pelatihan entomologi bagi
tenaga terpilih di semua puskesmas. Klasifikasi fokus penting untuk mempercepat
penurunan kasus hingga nol di wilayah endemis rendah. Sedangkan di wilayah endemis
tinggi, hasil survey reseptifitas akan memberikan informasi tempat perindukan nyamuk
untuk dikendalikan sesuai jenisnya. Tanpa mengendalikan vektor, penularan malaria sulit
dihentikan.

F. Kualitas Program.
Mutu diagnosis malaria
Gambar 8 menunjukan bahwa dari 14 Faskes yang ada di Kabupaten Sumba Barat,
hanya ada 12 faskes melapor ketersediaan tenaga mikroskosi (Puskesmas Tanarara dan
RUS Waikabubak tidak melapor), dengan jumlah mikroskopis malaria sebanyak 23 orang.
Dari 23 Mikroskopis yang 3 diantaranya belum terlatih dan tidak diketahui kompetensinya.
Selain itu Kabupaten Sumba Barat memiliki 1 tenaga Crosschecker, merupakan tenaga
non PNS dan belum diketahui komptensinya karena belum mengikuti uji kompetensi.

Gambar 8. Distribusi Mikroskopis di Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sumba Barat

Tabel 7. Hasil Uji Silang per Fasilitas Kesehatan Tahun 2021

Melakukan Melakukan
Positif Negegatif
Faskes Pemeriksaan Pemeriksaan
Mikroskopis Mikroskopis
Mikroskopis uji Silang
Pkm. Kabukarudi Ya Tidak 118 10.468
Pkm. Padedewatu Ya Tidak 22 350
Pkm. Lahihuruk Ya Tidak 5 88
Pkm. Gaura Ya Tidak 362 2.877
Pkm. Tanarara Ya Tidak 0 1.493
Pkm. Puu Weri Ya Tidak 21 74
Pkm. Malata Ya Tidak 166 596
Melakukan Melakukan
Positif Negegatif
Faskes Pemeriksaan Pemeriksaan
Mikroskopis Mikroskopis
Mikroskopis uji Silang
RSK Lende Moripa Ya Tidak 122 1.864
Klinik Sf Matanyira Ya Tidak 824 2.319
Klinik Sf Hobawawi Ya Tidak 275 4.932
Rsu Waikabubak Ya Tidak 385 2.350
Pkm. Weekarou Ya Tidak 23 363
Pkm. Kareka Nduku Ya Tidak 2 52
Pkm. Lolowanno Ya Tidak 0 32
TOTAL 14 0 2.325 27.858

Tabel 7 menunjukkan bahwa semua faskes tidak melakukan uji silang hasil
pemeriksaan laboratorium selama tahun 2021.
Semakin tinggi tingkat penemuan akan meningkatkan kemungkinan menemukan
kasus sekaligus menurunkan positivity rate. Pada Tabel 8 menunjukan hasil pemeriksaan
yang dilakukan tahun 2021 dimana positivity rate bervariasi antar jenis kegiatan penemuan.
Penemuan terbanyak dari kegiatan PCD dan terendah dari FUP (follow up pemeriksaan)
dan migrasi dan PE tidak dilakukan khususnya pada puskesmas endemis rendah.
Sedangkan positivity rate pada kegiatan MTBS, PCD, FUP melampaui syarat maksimal
(<5%), oleh karena itu penemuan melalui MTBS, PCD, Kunjungan rumah dan FUP harus
ditingkatkan untuk menurukan positivity rate.

Tabel 8. Jumlah Penemuan, Jenis Pemeriksaan dan Positivity Rate menurut jenis
pemeriksaan di Sumba Barat Tahun 2021
Positivity
Jlh. Jlh. Positivity
Jenis Positif Rate Positif Total Total Positivity
Penemuan Penemuan Rate
Penemuan Mikroskop Mikroskop RDT Penemuan Positif Rate (%)
Mikroskop RDT RDT (%)
(%)
PCD 15525 2043 13.16 1726 66 3.82 17251 2109 12.23
Ibu Hamil 493 11 2.23 0 0 0 493 11 2.23
MTBS 1581 163 10.31 0 0 0 1581 163 10.31
Migrasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MBS Aktif 1998 7 0.35 0 0 0 1998 7 0.35
Kunj Rumah 4253 3 0.07 5224 8 0.15 9477 11 0.12
PE 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MBS Reaktif 6239 50 0.80 0 0 0 6239 50 0.80
FUP 94 48 51.06 0 0 0 94 48 51.06
Total 30183 3240 10.73 6950 74 1.06 37133 3314 8.9

Tabel 8 menunjukkan bahwa metode penemuan yang dilakukan menggunakan


pemeriksaan mikroskop dan RDT. Penemuan menggunakan Mikroskop lebih dominan
dari RDT. Positivity rate diatas >5% dari pemeriksaan Mikroskop pada kegiatan PCD,
MTBS dan FUP.
Selain itu adanya pemeriksaan RDT pada kegiatan penemuan FUP sangat tidak
disarankan, seharusnya menggunakan mikroskop. Berdasarkan buku modul pelatihan
mikroskopis malaria tahun 2020, disebutkan bahwa Test HRP-2 dapat tetap positif 7 –
14 hari setelah pengobatan bahkan sampai penderita sembuh secara klinis meskipun
parasit tidak ditemukan lagi dalam darah. Artinya, hasil FUP pasien dengan RDT akan
positif jika pernah atau sementara minum obat anti malaria dalam kurun waktu satu
bulan, meski tidak ada lagi parasit dalam darah. Hal ini perlu ditindaklanjuti kepada
semua petugas mikroskopis di seluruh fasilitas kesehatan agar menanyakan riwayat
minum obat anti malaria pada pasien yang akan diperiksa menggunakan RDT.

Gambar 9. Kasus Positif yang Diobati Sesuai Standar di Kab.Sumba Barat

Gambar 9 menunjukkan bahwa semua faskes dengan kasus positif malaria diobati
sesuai standard (100%).

Kualitas Data
Kelengkapan data SISMAL di Kabupaten Sumba Barat tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan, kondisi tahun 2021 semua faskes telah memenuhi target yakni 100%.
Berbeda dengan ketepatan laporan SISMAL yang jauh dari target (>80%), kondisi tahun
2021 hanya mencapai 40,48% lebih rendah dari tahun 2020, lebih jelas pada Gambar 10.
Sebagian besar ketepatan laporan SISMAL dari semua faskes pada Gambar 11,
dibawah target (<80%). Hanya ada 2 faskes dengan ketepatan laporan mencapai target
(Klinik SF Matanyiran dan Hombawai), berbeda dengan RSUD Waikabubak yang selalu
tidak tepat mengirim laporan setiap bulan selama tahun 2021 atau tidak melapor rutin setiap
bulan sebelum tanggal 16. Ketepatan laporan rendah berdampak pada efektifitas surveilans
malaria, yaitu lambat respon program malaria dalam melakukan intervensi pengendalian
kasus malaria khususnya pada upaya pemutusan rantai penularan dan upaya lainnya.
Gambar 10. Trend Kelengkapan dan Ketepatan Laporan Tahun 2019-2021

Hasil indentifikasi di lapangan, bahwa kendala pelaporan tidak tepat waktu adalah
kepemilikan laptop untuk mengerjakan laporan, dimana petugas SISMAL tidak memiliki
atau harus menggunakan laptop/PC bersama sehingga tidak bisa rutin melapor dan
ketersediaan jaringan internet. Kendala lain adalah tingginya pergantian petugas SISMAL
di faskes sehingga perlu waktu untuk dibimbing mengerjakan SISMAL. Meski sudah ada
tutorial SISMAL bagi faskes dari Dinkes Provinsi NTT, namun bimbingan langsung tetap
diperlukan untuk mempercepat pemahaman petugas.

Gambar 11. Ketepatan Laporan pada SISMAL Tahun 2021

Logistik Malaria
Manajemen logistik di Kabupaten SBD tidak diatur secara baik. Hal ini tergambar pada
bagan alur pelaporan SISMAL, antara lain adalah : tidak berjalannya pelaporan/alur data
dari IFK ke Seksi P2M Dinas Kesehatan, belum berjalannya proses validasi/sinkronisasi
data logistik malaria di Seksi P2M, sehingga pada akhirnya tidak ada input logistik ke
SISMAL level IFK Kabupaten. Yang terjadi data logistik divalidasi atau dilengkapi pada akhir
tahun.
Secara keseluruhan semua faskes di Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2021
dengan kelengkapan laporan logistik mencapai 100% dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini merupakan pencapaian yang baik, namun yang harus diperhatikan adalah
kelengkapan setiap bulan agar selalu mencapai 100%. Karena Kelengkapan laporan
logistik penting dalam mendukung pengobatan standar dan bagian dari manajemen logistik
yang harus dilaksanakan dengan baik. Lebih jelas pada Gambar 13.

Gambar 13. Trend Kelengkapan Laporan Logistik per Faskes Tahun 2019-2021

Kabupaten Sumba Barat di tahun 2021 dari 14 Faskes hanya ada 2 faskes yang
melaporkan tidak putus stok lebih dari 7 hari berturut-turut. Puskesmas malata merupakan
satu-satunya faskes yang rutin melapor. Sedangkan puskesmas Tanarara melaporkan
terjadi putus stok DHP pada bulan Januari dan November 2021. Lebih jelas pada Tabel 9.

Tabel 9. Informasi Faskes yang Tidak Putus Stok Obat


Jumlah Jum Faskes Tidak Putus Stok Lebih Dari 7
Faskes
Wilayah Bulan Hari Berturut-turut
Melapor
Melapor DHP Artesunat Inj. Primaquin
Pkm. Kabukarudi Tidak
Pkm. Padedewatu Tidak
Pkm. Lahihuruk Tidak
Pkm. Gaura Tidak
Pkm. Tanarara Ya 2 Putus Stok DHP : Januari & November
Pkm. Puu Weri Tidak
Pkm. Malata Ya 12 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
RSK. Lende Moripa Tidak
Klinik Sf Matanyira Tidak
Klinik Sf Hobawawi Tidak
Rsu Waikabubak Tidak
Pkm. Weekarou Tidak
Jumlah Jum Faskes Tidak Putus Stok Lebih Dari 7
Faskes
Wilayah Bulan Hari Berturut-turut
Melapor
Melapor DHP Artesunat Inj. Primaquin
Pkm. Kareka Nduku Tidak
Pkm. Lolowanno Tidak

Ketersediaan obat anti malaria (OAM) antara lain DHP (Dehidro Artemisin +
Piperaquin), primaquine dan artesunat injeksi pada tahun 2021 di Kabupaten Sumba Barat
mencukupi. Sedangkan rencana permintaan tahun 2022, juga diprediksi akan mencukupi
kebutuhan. Sehingga kerjasama yang baik antara penanggung jawab malaria (P2), Yankes,
Farmasi untuk distribusi logistik sesuai SOP dan laporannya di tahun 2022 akan
memberikan jaminan ketersediaan OAM di semua faskes. Lebih jelas pada tabel berikut ini:

Tabel 10. Ketersediaan obat anti malaria (OAM) Thn. 2021 dan Rencana Permintaan 2022

Laporan Rencana
Jumlah Jumlah
Jenis Obat Penggunaan di Permintaan Keterangan
Permintaan Diberikan sismal (2021) 2022
DHP 41300 40680 14516 31300 cukup
Primaquin 11000 6000 7750 20000 cukup
Artesunat Inj. 160 160 0 250 cukup

Sumber daya manusia pengelola malaria di faskes perlu menjadi perhatian. Pada
sismal tidak ada data tentang kompetensi pengelola malaria, namun hasil temuan
dilapangan adalah dengan sering terjadinya pergantian pengelola malaria, maka banyak
pengelola malaria belum terpapar sosialisasi/pelatihan tentang program malaria. Selain itu
masih banyak faskes tidak memiliki SOP tatalaksana kasus di tempat pelayanan.

G. Rekomendasi
Target eliminasi malaria Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2023 sesuai road map
eliminasi malaria kabupaten Sumba Barat, target eliminasi di NTT berdasarkan pergup
adalah Tahun 2024, sedangkan secara nasional target eliminasi malaria di NTT pada tahun
2027, dengan kasus indigenous terakhir tahun 2024. Kondisi tahun 2021 kabupaten Sumba
Barat masih tergolong endemis tinggi. Dengan 2 tahun tersisa merujuk pada target eliminasi
di NTT membutuhkan langkah-langkah strategis dan progresif. Berdasarkan hasil analisis
data malaria tahun 2021 dan kunjungan lapangan yang telah dilakukan sejak bulan Oktober
2021 di Kabupaten Sumba Barat, kemudian dirumuskan dalam bentuk rancangan
intervensi, situasi saat ini dan kebutuhan daerah untuk akselerasi malaria. Desain intervensi
tersebut ditampilkan pada matriks berikut, sebagai berikut :
Matriks Isu strategis, Summary Situasi Saat ini dan Rekomedasi :

Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
Endemisitas • Sumba Barat satu di antara 23 • Target nasional untuk eliminasi
malaria kab kota di Indonesia yg masih malaria NTT tahun 2028 dengan
Kabupaten endemis tinggi target indigenous terakhir 2024.
Sumba Barat • Sumba Barat dengan status Artinya pada tahun 2027 Sumba
dan pencapaian endemis tertinggi di NTT Barat mendapat sertifikat bebas
target eliminasi • API : 17 ‰, Jumlah kasus : malaria, tahun 2023 mencapai
2.351 kasus, ABER : 26,78 endemis rendah, tahun 2022
lebih rendah dari target 30% mencapai endemis sedang.
• 13 dari .. desa di Sumba Barat Sumba Barat harus melepaskan
endemis tinggi, 20 sedang, 16 diri dari endemisitas tinggi dalam
rendah, 25 dilaporkan tidak ada waktu selama-lamanya 2 tahun.
kasus • Mengingat banyaknya desa yang
endemis tinggi dan sedang target
ABER yang belum tercapai,
dibutuhkan suatu gerakan masif
desa bebas malaria yang dipimpin
oleh kepala daerah.
Dukungan • Sudah ada Perbup, Ada Pokja • Membutuhkan komitmen dari
Kebijakan dan Malaria, ada CEMARA pemerintah Daerah dalam
pendanaan (Gerakan Basmi Malaria) dan menindaklanjuti regulasi,
banyak komitmen di tingkat Gerakan CEMAR yang telah
kabupaten yang telah ada.
disepakati pada Desember
• Kepala Desa belum berperan
2021 dan komitmen lain yang
secara khusus di program
malaria melalui kebijakan sudah ada dengan melakukan
anggaran dan regulasi. Masih monitoring dan evaluasi secara
sebatas mendukung semua berakala.
program malaria yang • Kepala desa harus berperan aktif
dilaksanakan oleh Dinas dalam upaya pengendalian
Kesehatan, Puskesmas dan malaria
NGO. • Perlu peningkatan anggaran
• Semua puskesmas belum APBD, dana BOK Puskesmas
mengalokasikan anggaran dan adanya alokasi dana desa
untuk program malaria, bagi program malaria
termasuk alokasi anggaran
yang terbatas dari APBD
Kelompok • Setiap hari 1 balita di Sumba • Malaria adalah penyebab
berisiko Barat sakit malaria. Total ada langsung anemia dan Bayi Berat
311 balita sakit malaria, Lahir Rendah, merupakan faktor
13,18% persen dari jumlah yang berkontribusi pada stunting.
tersebut adalah bayi Dibutuhkan penguatan kerjasama
• Tahun 2021, 21 ibu hamil sakit lintas program antara Malaria
malaria. Cakupan skrining dengan KIA agar setiap Ibu Hamil
mendapat kelambu dan diskrining
malaria pada ibu hamil 27,15%.
malaria saat ANC dan setiap
• 34,37% kasus malaria terjadi balita apapun gejalanya diperiksa
pada anak usia sekolah (5-14
malaria melalui MTBS.
tahun), setiap hari 2-3 anak
• Tingginya kasus pada usia
usia sekolah sakit malaria. Total sekolah membutuhkan
keterlibatan sektor pendidikan
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
kasus malaria anak usia untuk peningkatan literasi malaria.
sekolah sebanyak 808. Dibutuhkan surat edaran
• 42,79% kasus malaria pada penggunaan Muatan Lokal
pelajar dan tidak bekerja Malaria di sekolah-sekolah
termasuk bayi/balita. (SD/MI) menggunakan media
• P.Falciparum mencapai muatan local yang telah dibagikan
60,53% dari Kemenkes RI dan UNICEF
pada Tahun 2021.
• Pelibatan OSIS SMP dalam
penyebaran pesan2 malaria di
sekolah maupun di masyarakat.
• Pemeriksaan malaria saat
skrining UKS pada tahun ajaran
baru
Penemuan • Penemuan kasus masih Target ABER tahun 2022 harus >30%
kasus bergantung pada pelayanan di semua desa, upaya pencapaian
pasif (PCD : 46,46%) target melalui :
• PR : 6,35% lebih tinggi dari • Peningkatan pemeriksaan malaria
seharusnya (<5%) di Puskesmas dengan
• ABER : 26,78 < 30%. Semakin memastikan seluruh balita sakit
tinggi ABER, semakin banyak diperiksa malaria (apapun
kasus positif yang ditemukan gejalanya), semua Ibu hamil
• Ketiga indikator di atas diskrining malaria, dan semua
menunjukkan masih kurangnya pasien lain bergejala malaria
penemuan kasus di Kab Sumba diperiksa malaria.
Barat • Peningkatan pemeriksaan malaria
• Follow Up Pemeriksaan di Pustu/Posyandu/Pusling
menggunakan RDT dengan memastikan ketersediaan
• Ada 82 kader malaria desa, RDT dan obat malaria di Pustu
berdampak pada peningkatan dan dibawa saat
jumlah pemeriksaan pada Posyandu/Pusling.
kunjungan rumah dan • Peningkatan pemeriksaan malaria
penemuan kasus positif di masyarakat melalui kader
sehingga tern kasus bulan malaria desa, minimal 2 kali
oktober-desember 2021 kunjungan rumah dalam sebulan.
melampaui 2 tahun Dana Global Fund melalui
sebelumnya.. Perdhaki tidak mencakup setiap
desa dan hanya tersedia hingga
2023, sehingga pemerintah
daerah diharapkan persiapan
mengambil alih kader malaria.
• Memasukkan layanan swasta dan
UKBM di dalam jejaring diagnosis
pengobatan dan pelaporan
malaria.
• Semua Follow Up Pemeriksaan
harus menggunakan Mikroskop
Faktor resiko • Cakupan distribus kelambu • Diperlukan gerakan Desa untuk
118,94%, tetapi penggunaan meningkatkan penggunaan
kelambu tidak di ketahui (target kelambu.
penggunaan 85%). • Diperlukan gerakan Desa untuk
menciptakan desa bebas jentik
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
• Semua desa belum dilakukan malaria (dengan perimeter
pemetaan reseptivitas artinya minimal radius 500 m) dengan
keberadaan vector dan tempat dukungan BAPPEDA dan PU
perindukan nyamuk tidak • Kasanisasi rumah penduduk
diketahui. • Diperlukan pemetaan desa
• Situasi rumah penduduk yang reseptif yang dilakukan oleh
masih rentan terhadap tenaga entomologi puskesmas
penularan malaria yang telah dilatih pada Tahun
2021

Kualitas program Hal ini menunjukkan masih banyak • Pertemuan rutin PJ malaria
yang harus diperbaiki dari kualitas Puskesmas dengan indikator
program termasuk : Puskesmas yang disepakati
• 2 Faskes tidak melaporkan • Penguatan Penjaminan Mutu
adanya tenaga mikroskop, 3 Internal dan Penjaminan Mutu
tenaga mikroskopis tidak Eksternal lab Puskesmas, RS,
diketahui kompetensinya dan klinik swasta
• Semua Faskes tidak melakukan • Penguatan kemampuan nakes
uji silang dalam pengobatan malaria
• Follow up pemeriksaan kasus • Penjaminan ketersediaan logistik
masih menggunakan RDT malaria (termasuk RDT dan obat)
• Faskes belum memiliki SOP di seluruh jejaring layanan malaria
tatalaksana kasus malaria dan (Puskesmas, Pustu, Posyandu,
masih ada dokter, perawat dan Pusling, Kader, UKBM, RS, Klinik
bidan belum terpapat sosialisasi Swasta)
tatalaksana kasus dan tidak • Penguatan kapasitas surveilans
semua Pengelola malaria malaria
mengikuti sosialisasi/pelatihan
tentang Program malaria.
• Semua faskes dengan cakupan
ketepatan laporan sangat
rendah
• IFK tidak melapor di SISMAL
dan hanya ada 2 faskes dari 14
faskes yang melaporkan tidak
putus stok logistik malaria
namun tidak rutin setiap bulan

Dukungan UNICEF melalui Konsultan Malaria di Kabupaten Sumba Barat, sejak Oktober
2021, sebagai berikut :
1. Analisis data SISMAL rutin dilakukan tiap bulan dan melakukan feedback ke Pj.Kabupaten
dan Puskesmas
2. Deseminasi analisis situasi terhadap pimpinan Daerah, pimpinan dinas Kesehatan dan
puskesmas serta PJ. Malaria kabupaten dan puskesmas.
3. Monitoring dan pendampingan program eliminasi dan supervise suportif di RSUD
Waikabubak, puskesmas tanarara, Karekanduku, Malata, Weekarou, Puuweri,
Kabukarudi, Gaura, Padidiwatu dan klinik sumba foundation, Kader malaria (di wilayah
Puskesmas kabukarudi dan Tanarara), termasuk kunjungan advokasi di balai latihan
sumba foundation dan Lokalitbang waikabubak.
4. Kolaborasi dengan PERDHAKI untuk dukungan kader malaria
5. Pendampingan program malaria pada kegiatan-kegiatan malaria untuk Pulau Sumba di
tingkat Provinsi dan Pusat (offline maupun online).
6. Memfasilitasi Monev Konsorsium Malaria Pulau Sumba di Sumba Timur.
7. Deseminasi hasil monev pokja bagi lintas program dalam dinas Kesehatan, lintas sektor
Pemda Kabupaten SBD, Organisasi profesi.
8. Advokasi alokasi dana desa melalui stakeholder (bapeltibangda, DPMD, TA-P3MD) dan
Pembentukan Pokja Integrasi Stunting, Malaria dan KIA melalui Bapelitbangda dan mitra.
9. Memfasilitasi Workshop Review Standar Manajemen Kasus Malaria Terkini (Testing,
Tracking & Treatment)
10. Pendampingan proses analisis SWOT Pulau Sumba untuk scoping study dukungan Rotary
11. Menyusun draft tools supervisi suportif kabupaten ke Puskesmas bersama PPNI dan
Konsultan Malaria di Sumba
12. Memfasilitasi kegiatan Virtual meeting of malaria 2 monthly update data in all health centers
on the island of Sumba.
13. Memfasilitasi monev program malaria dan validasi data SISMAL tahun 2021.
14. Advokasi Kolaborasi dengan Prodi.Keperawatan Waikabubak untuk pengembangan desa
pariwisata bebas malaria dalam mendukung eliminasi malaria di Kupatan Sumba Barat.
Termasuk kuliah tamu untuk pembekalan mahasiswa dalam kegiatan PKN dukungan
eliminasi malaria.

Fokus dukungan UNICEF melalui Konsultan malaria Tahun 2022 di Kabupaten Sumba
Barat, antara lain :
1. Penyusunan SOP Manajemen Logistik.
2. Pengembangan desa model bebas malaria
3. Supervisi suportif program malaria di puskesmas-puskesmas terpilih
4. Penguatan Penjaminan Mutu Internal dan Penjaminan Mutu Eksternal lab Puskesmas, RS,
dan klinik swasta
5. Monev pendampingan bagi kader/juru malaria desa
6. Memastikan semua indicator dan komitmen yang ada di Kabupaten SBD dapat dijalankan
sesuai target.
7. Analisis data dan update situasi malaria rutin setiap bulan
KABUPATEN SUMBA TIMUR
KABUPATEN SUMBA TIMUR
TAHUN 2021
A. Endemisitas malaria dan pencapaian target eliminasi
Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2021 Tabel 1, merupakan kabupaten endemis
tinggi dengan API 6,56‰ sekaligus sebagai kabupaten tertinggi ke-3 di Provinsi NTT.
Penemuan kasus tahunan atau annual blood examination rate (ABER) tahun 2021 sebesar
15,7%, ada peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Pencapaian ABER tidak merata di
semua wilayah puskesmas dan ada 6 puskesmas dengan ABER tahun 2021 lebih rendah
dari tahun 2020. Sedangan Annual Parasite Incidence (API) mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya, ditingkat puskesmas terdapat 7 puskesmas dengan API lebih tinggi dari
tahun sebelumnya.

Tabel 1. Capaian ABER, PR dan API menurut Faskes di Sumba Timur Tahun 2020-2021

Tahun 2020 Tahun 2021


Faskes/Wilayah
PR ABER API PR ABER API
Pkm. L E W A 0.92 9.90 0.91 0.21 15.98 0.34
Pkm. Nggoa 1.11 13.45 1.49 0.98 23.32 2.28
Pkm. Lewa Tidahu 7.33 2.26 1.66 0.89 5.07 0.45
Pkm. Kombapari 0.99 37.88 3.75 1.26 28.57 3.61
Pkm. Malahar 2.48 40.16 9.96 1.19 24.33 2.9
Pkm. Lailunggi 5.00 29.42 14.71 5.86 15.71 9.21
Pkm. Kananggar 23.88 6.79 16.21 2.61 53.31 13.89
Pkm. Nggongi 5.14 5.94 3.05 0.77 22.95 1.77
Pkm. Tanarara 5.43 4.21 2.28 0.81 12.96 1.05
Pkm. Kataka 8.30 7.39 6.13 2.28 14.36 3.28
Pkm. Mahu 11.90 76.39 90.89 6.84 95.87 65.55
Pkm. Ngadu Ngala 8.97 2.78 2.5 1.35 21.39 2.88
Pkm. Mangili 6.88 15.84 10.9 6.84 8.88 6.07
Pkm. Baing 2.98 18.78 5.6 11.06 33.45 36.98
Pkm. Tanaraing 4.40 11.18 4.92 8.63 16.12 13.9
Pkm. Melolo 11.29 12.97 14.65 13.46 15.42 20.74
Pkm. Kawangu 2.10 8.59 1.8 1.26 3.83 0.48
Pkm. K. Mapambuhang 3.35 15.77 5.28 0.86 35.19 3.02
Pkm. Waingapu 1.12 2.87 0.32 4.44 3.47 1.54
Pkm. Kambaniru 0.00 3.01 0 1.14 3.24 0.37
Pkm. Rambangaru 1.44 7.48 1.08 0.29 10.49 0.31
Pkm. Kanatang 0.53 3.25 0.17 0.39 4.44 0.17
Pkm. Banggawatu 1.55 44.43 6.9 0 27.66 0
Pkm. Pambotanjara 0.19 17.51 0.34 6.52 12.05 7.85
Rs Kristen Lindimara 2.41 - - 6.62 - -
Rsud Waingapu 3.19 - - 7.67 - -
Rsu Imanuel Sumba 1.62 - - 4.88 - -
Klinik Pratama Larisa 0.84 - - 1.30 - -
Rs Pratama Nggongi 2.56 - - - - -
TOTAL 4.58 13.53 6.19 4.30 15.27 6.56
Status endemisitasi menurut desa pada Gambar 1, menunjukkan bahwa pada tahun
2021 lebih banyak desa (56 desa) dilaporkan tidak ada kasus, namun tidak ada perbedaan
berarti dengan endemis tinggi (44 desa), dan lebih sedikit desa endemis rendah yakni 12
desa. Desa endemis tinggi tersebar di sebagian besar di wilayah kabupaten Sumba Timur.
Yang menarik adalah pencapaian ABER yang tidak merata di semua wilayah puskesmas,
menjadi catatan penting sehingga adanya peningkatan pencarian/penemuan kasus di tahun
2022 untuk memastikan kebenaran akan status endemis tersebut. Selain itu dengan adanya
informasi ini, akan membantu dalam pemetaan pola dan fokus intervensi. Intervensi pada
desa endemis tinggi dan sedang harus dilakukan secara aktif atau melakukan pencarian
kasus sebanyak-banyaknya, sedangkan desa endemis rendah dapat mempertahankan
pencapaian dengan peningkatan kewaspadaan dini melalui Penyelidikan epidemiologi,
surveilans migrasi dan pemetaan daerah reseptif.

Gambar 1. Endemisitas Malaria per Desa di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2021

B. Dukungan Kebijakan dan Pendanaan


Upaya pengendalian malaria telah dilakukan di Kabupaten Sumba Timur, berbagai
kebijakan dan komitmen daerah telah diwujudkan, seperti :
1. Adanya Konsorsium Eliminasi malaria di Pulau Sumba sejak tahun 2019, dengan
monev terakhir telah terlaksana di bulan November 2021. (RTL terlampir).
2. Adanya Road Map eiminasi malaria dengan target eliminasi malaria pada Tahun 2023.
3. Ada Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2020 tentang Eliminasi Malaria di Kabupaten
Sumba Timur
4. Dan komitmen-komitmen teknis lainnya (dokumen-dokumen terlampir).

Memperhatikan banyaknya kebijakan dan komitmen daerah yang telah ada, sangat
mendukung percepatan eliminasi malaria. Namun akan menjadi efektif atau berdampak
baik, terhadap pencapaian target eliminasi malaria pada tahun 2023, apabila adanya follow
up berupa aksi-aksi daerah secara nyata serta dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dari semua elemen yang ada termasuk komitmen Kepala Daerah. Hal yang perlu
menjadi perhatian adalah harus dukungan kebijakan anggaran yang memadai dan merata
dari tingkat kabupaten sampai desa.

C. Kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko


Kasus malaria di Sumba Timur berdasarkan jenis kelamin di tahun 2021 pada Gambar
2, terbanyak pada laki-laki yakni mencapai 52,62% (925 kasus). Untuk kelompok umur
terbanyak pada kelompok umur produktif atau 15-64 Tahun dan terendah kelompok umur
0-11 Bulan. Setiap hari 1 balita di Sumba Timur sakit malaria. Total ada 210 balita sakit
malaria, 5,2% persen dari jumlah tersebut adalah bayi. Selain itu terdapat 42,9% kasus
malaria terjadi pada anak usia sekolah (5-14 tahun), setiap hari 2-3 anak usia sekolah sakit
malaria. Total kasus malaria anak usia sekolah sebanyak 754.

Gambar 2. Kasus Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur Tahun 2021
Jenis pekerjaan penderita malaria pada Gambar 3, terbanyak pada kelompok
pelajar (47,16%), disusul tidak petani/berkebun, Tidak Bekerja (termasuk balita) dan Ibu
Rumah Tangga dibanding jenis pekerjaan lainnya. Kelompok pelajar, tidak bekerja dan
ibu rumah tangga adalah kelompok yang lebih banyak beraktifitas di rumah dan
sekitarnya. Selama pandemi Covid-19, para pelajar bersekolah secara online dan
sesekali melakukan tatap muka terbatas di gedung sekolah. Hal ini mengindikasikan
ada sumber penularan di rumah dan lingkungan sekitar rumah penduduk yang belum
ditemukan, sehingga penularan terus terjadi. Maka intervensi penemuan kasus secara
dini harus dilakukan dari rumah ke rumah. Selain itu adanya kelompok petani/berkebun
menunjukkan adanya penularan di kebun.

Gambar 3. Kasus Malaria menurut Jenis Pekerjaan di Sumba Timur Tahun 2021

Gambar 4. Kasus Malaria Menurut Jenis Plasmodium di Sumba Timur Tahun 2021
Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat 3 jenis plasmodium pada kasus malaria
di Sumba Timur antara lain P.Falciparum, P.vivax dan P.malariae, dengan plasmodium
terbanyak pada P.Falciparum mencapai 77,6% dibanding jenis plasmodium lainnya. Ini
pertanda penularan lokal masih sangat tinggi terjadi diantara penduduk.
Pelayanan terpadu program malaria dengan program kesehatan ibu dan
kesehatan anak serta program imunisasi dilaksanakan melalui pelayanan rutin
antenatal, pelayanan balita sakit, pelayanan imunisasi dasar lengkap. Salah satu
strategi yang dilaksanakan di wilayah endemis tinggi dan sedang adalah penapisan
(skrining) malaria pada ibu hamil pada poli KIA dan semua balita sakit dengan semua
gejala pada kegiatan MTBS, serta pemberian kelambu berinsektisida (kelambu anti
nyamuk) terhadap ibu hamil dilaksanakan pada saat kunjungan pertama (K1) pelayanan
antenatal. Bagi yang positif malaria diberikan pengobatan sesuai pedoman
penatalaksanaan kasus malaria.
Tabel 2. Capaian Kegiatan Integrasi Malaria pada Ibu Hamil Tahun 2021

Jumlah/
Data
Persentasi
Sasaran Ibu Hamil 11.013
Ibu hamil melakukan K1 3.802
Penemuan melalui Skrining Ibu Hamil 2.188
Cakupan skrining Ibu Hamil (%) 57,54
Pembangian kelambu pada Ibu Hamil 3.687
Cakupan pembagian kelambu pada Ibu Hamil (%) 96,97
Jumlah kasus Malaria positif 1.758
Jumlah Ibu Hamil Positif 24
% kasus malaria pada Ibu Hamil 1.36

Tabel 2 menunjukkan bahwa cakupan ibu hamil diskrining malaria sangat rendah,
hanya mencapai 57,54% (2.188 bumil), lebih sedikit dari cakupan ibu hamil yang
mendapatkan kelambu sebesar 96,9% (3.687 Bumil). Seharusnya ibu hamil yang
mendapatkan kelambu sama jumlahnya dengan ibu hamil diskrining malaria. Sedangkan
ibu hamil positif sebanyak 24 orang (1,36%).
Hasil skrining malaria pada balita sebanyak 312 balita, dengan kasus positif mencapai
11,98% (210 kasus), ada 1 komplikasi berat. Data ini belum menggambarkan cakupan
skrining balita/MTBS sebenarnya karena data real balita sakit tingkat kabupaten (pada
laporan LB1) belum diketahui. Lebih jelas pada tabel 3.

Tabel 3. Capaian Kegiatan Integrasi Malaria pada Balita Tahun 2021


Jumlah/
Data
Persentasi
Sasaran Balita Tahun 2021 -
Skrining balita sakit/MTBS 312
Jumlah/
Data
Persentasi
Jumlah kasus Malaria positif 1.758
Kasus malaria pada Balita 210
% kasus malaria pada Balita 11,98
Balita Kompilikasi Malaria Berat 1

D. Situasi Penemuan Kasus Malaria


Tren penemuan kasus malaria di Kabupaten Sumba Timur tahun 2021 tidak stabil,
dan mengalami penurunan dibanding tahun 2019. Sedangkan tren kasus positif malaria
mengalami peningkatan dibanding kasus tahun 2021 yakni 1.639 kasus, menjadi 1.758
kasus di tahun 2021. Informasi ini pertanda semakin banyak pencarian kasus, semakin
banyak kasus yang ditemukan, selain tidak konsistennya pencarian kasus setiap tahun
dapat berdampak tidak terkendalinya laju penularan malaria di sumba timur. Selengkapnya
pada Gambar 5.

Gambar 5. Trend Penemuan Kasus Malaria dan Jumlah kasus Positif Tahun 2019-2021

Kegiatan penemuan kasus malaria pada tahun 2021 tertinggi di Puskesmas Mahu
mencapai 4.489 pemeriksaan, terendah di RSU Imanuel Sumba. Sedangkan untuk jenis
penemuan di faskes lebih banyak dilakukan dengan PCD-pasive case detection sebesar
31,56%. Hal baik adalah adanya kader malaria di desa sejak oktober 2021 berkontribusi
meningkatnya pencarian kasus melalui kunjungan rumah mencapai 21,05%. Berbeda
dengan kegiatan skrining ibu hamil dan MTBS (skrining balita sakit) yang bertujuan untuk
melindungi kelompok rentan, faktanya tidak rutin dilakukan oleh puskesmas dan ada
beberapa puskesmas tidak melakukan kegiatan-kegiatan tersebut selama tahun 2021.
Lebih jelas pada tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penemuan Kasus Per Faskes Tahun 2021
TOTAL (Pos+Neg)
Faskes Ibu MBS Kunj MBS Total
PCD MTBS Migrasi PE FUP
Hamil Aktif Rumah Reaktif
Pkm. L E W A 618 153 0 0 1968 20 76 0 0 2.835
Pkm. Nggoa 280 321 127 0 194 1099 243 85 16 2.365
Pkm. Lewa Tidahu 336 0 0 0 0 0 0 0 0 336
Pkm. Kombapari 174 73 0 0 474 424 165 34 6 1350
Pkm. Malahar 518 118 127 0 0 544 87 365 11 1.770
Pkm. Lailunggi 208 0 0 0 419 687 0 0 0 1.314
Pkm. Kananggar 297 61 0 0 2519 202 0 605 0 3.684
Pkm. Nggongi 199 0 0 0 1872 0 0 0 0 2.071
Pkm. Tanarara 153 1 1 0 0 657 50 0 0 862
Pkm. Kataka 533 167 0 0 0 659 0 0 0 1.359
Pkm. Mahu 926 41 0 0 1714 1494 286 0 28 4.489
Pkm. Ngadu Ngala 221 30 0 0 696 12 155 0 0 1.114
Pkm. Mangili 754 202 0 0 0 331 0 0 0 1.287
Pkm. Baing 590 64 4 0 360 1013 628 0 16 2.675
Pkm. Tanaraing 396 0 0 0 0 460 18 830 0 1.704
Pkm. Melolo 2.295 23 0 0 492 119 133 0 6 3.068
Pkm. Kawangu 146 168 2 0 395 0 4 0 0 715
Pkm. K. Mapambuhang 195 73 0 0 273 858 0 0 0 1.399
Pkm. Waingapu 383 295 51 0 327 9 241 0 0 1.306
Pkm. Kambaniru 429 340 0 0 0 15 145 207 0 1.136
Pkm. Rambangaru 77 18 0 0 540 0 47 0 0 682
Pkm. Kanatang 453 8 0 0 0 25 25 0 0 511
Rs Kristen Lindimara 516 13 0 0 0 0 0 0 3 532
Pkm. Banggawatu 561 0 0 0 0 0 0 0 0 561
Rsud Waingapu 300 0 0 0 0 0 0 0 0 300
Rs Pratama Nggongi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rsu Imanuel Sumba 205 0 0 0 0 0 0 0 0 205
Klinik Pratama Larisa 1002 0 0 0 0 0 0 0 0 1.002
Pkm. Pambotanjara 169 19 0 0 0 0 165 0 0 353
TOTAL 12.934 2.188 312 0 12.243 8.628 2.468 2.126 86 40.985
Persentasi 31.56 5.33 0.76 0 29.87 21.05 6.02 5.18 0.2

Jumlah kasus malaria di Sumba Timur pada Tahun 2021 mencapai 1.758 kasus,
sekaligus termasuk 3 kabupaten tertinggi di NTT. Dengan faskes yang menemukan kasus
malaria terbanyak pada Puskesmas Melolo mencapai 412 kasus, dengan 2 faskes
dilaporkan tidak ada kasus (Puskesmas Bangawatu dan RS Pratam Nggongi selama tahun
2021). Lebih jelas pada Gambar 6.
Gambar 6. Distribus Kasus Positf Malaria menurut Fasilitas Kesehatan Tahun 2021

Tren kasus malaria menurut bulan pada tiga tahun terakhir cenderung fluktuatif
(Gambar 7). Pada tahun 2021 terjadi peningkatan kasus yang tidak terkedalikan sejak bulan
september sampai desember, melebihi kondisi 2 tahun sebelumnya. Selain itu terjadi
perubahan puncak kasus dari sebelumya di awal tahun (Januari-Maret) menjadi di akhir
tahun (Oktober-Desember) pada tahun 2021. Peningkatan kasus di bulan oktober sejalan
dengan hadirnya Juru Malaria Desa yang membantu meningkatnya upaya pencarian dan
penemuan secara kasus aktif. Artinya jika semakin banyak melakukan pencarian kasus
secara aktif semakin banyak menemukan kasus sekaligus menjadi upaya efektif dalam
menekan laju penularan pada waktu berikutnya.

Gambar 7. Trend Kasus Malaria di Sumba Timur dari Tahun 2019-2021


E. Faktor Risiko
Upaya pengendalian faktor risiko malaria, antara lain pengendalian vektor berupa
distribusi kelambu, Pemetaan Desa Fokus, Desa Vurnarabilitas dan Desa Reseptif di
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2021. Hasil distribusi kelambu sebagai berikut :

Tabel 5. Distribus Kelambu dan IRS Tahun 2021

Pembagian Kelambu Berinsektisida IRS (Indoor


Wilayah Ibu Massal Lain- Residual
Massal Spraying)
Hamil Fokus nya
Pkm. L E W A 184 0 0 0 0
Pkm. Nggoa 206 222 0 0 0
Pkm. Lewa Tidahu 50 0 0 0 0
Pkm. Kombapari 149 0 0 0 0
Pkm. Malahar 0 23 0 0 0
Pkm. Lailunggi 216 0 0 0 0
Pkm. Kananggar 143 0 0 0 0
Pkm. Nggongi 202 0 0 0 0
Pkm. Tanarara 200 0 0 0 0
Pkm. Kataka 366 0 0 0 0
Pkm. Mahu 10 137 0 121 0
Pkm. Ngadu Ngala 100 0 0 0 0
Pkm. Mangili 241 0 0 0 0
Pkm. Baing 218 0 0 76 0
Pkm. Tanaraing 88 0 0 0 0
Pkm. Melolo 174 0 2.099 0 0
Pkm. Kawangu 25 0 0 0 0
Pkm. K. Mapambuhang 200 0 0 0 0
Pkm. Waingapu 358 142 0 0 0
Pkm. Kambaniru 0 0 0 0 0
Pkm. Rambangaru 147 0 0 0 0
Pkm. Kanatang 210 0 0 0 0
Pkm. Banggawatu 0 0 0 0 0
Pkm. Pambotanjara 200 0 0 0 0
Total 3.687 524 2.099 197 0

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengendalian vaktor melalui pembagian kelambu tahun


2021 dilakukan pada Ibu Hamil sebanyak 3.687 pcs, 3 puskesmas tidak melaporkan hasil
distribusi kelambu bagi ibu hamil.
Di Pulau Sumba termasuk Kabupaten Sumba Timur, pembagian kelambu secara
masal dilakukan dua tahun sekali, sedangkan pembagian kelambu bagi ibu hamil dilakukan
rutin setiap tahun. Namun yang menjadi persoalan adalah tidak dilakukan monitoring
penggunaan secara berkelanjutan termasuk dokumentasi hasil monitoring. Hal ini
berdampak pada tidak adanya informasi tentang cakupan penggunaan kelambu oleh
masyarakat. Fakta dilapangan adalah terdapat masyarakat yang menggunakan kelambu
untuk peruntukan lain seperti menjadikan sebagai pagar tanaman dan lainnya, walaupun
informasi ini perlu divalidasi lagi.
Pada Tahun 2021 di Kabupaten Sumba Timur tidak lebih banyak puskesmas tidak
melakukan pemetaan desa fokus, desa vurnarabilitas dan desa reseptif. Tidak adanya
pemetaan desa reseptifitas, bertanda pengendalian vektor dan intervensi lingkungan belum
menjadi perhatian dalam penanggulangan malaria. Walaupun secara sumber daya untuk
pemetaan desa reseptif telah tersedia karena di tahun 2021, karena telah dilakukannya
pelatihan entomologi bagi sanitarian terpilih dari semua puskesmas. Klasifikasi fokus
penting untuk mempercepat penurunan kasus hingga nol di wilayah endemis rendah.
Sedangkan di wilayah endemis tinggi, hasil survey reseptifitas akan memberikan informasi
tempat perindukan nyamuk untuk dikendalikan sesuai jenisnya. Tanpa mengendalikan
vektor, penularan malaria sulit dihentikan.

F. Kualitas Program.
Mutu diagnosis malaria
Gambar 8 menunjukkan bahwa dari 29 Faskes yang ada di Kabupaten Sumba Timur,
dilaporkan memiliki 46 mikroskopis. Ada 29 Mikroskopsi merupakan ATLM, dengan 22
mikroskopis yang terlatih dan 26 mikroskopis lainnya tidak diketahui kompetensinya. Selain
itu Kabupaten Sumba Timur memiliki 1 tenaga Crosschecker, merupakan tenaga non PNS
dengan komptensi Level 1 (baik).

Gambar 8. Distribusi Mikroskopis di Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sumba Timur

Tabel 7. Hasil Uji Silang per Fasilitas Kesehatan Tahun 2021


Faskes Faskes
Hasil
Melakukan Melakukan Positif Negatif
Wilayah Uji Diskordans
Pemeriksaan Pemeriksaan Mikros. Mikros.
Silang
Mikroskopis uji Silang
Pkm. L E W A Ya Tidak 4 2081 - -
Pkm. Nggoa Ya Ya 17 958 Cukup Tidak
Pkm. Lewa Tidahu Ya Tidak 0 45 - -
Faskes Faskes
Hasil
Melakukan Melakukan Positif Negatif
Wilayah Uji Diskordans
Pemeriksaan Pemeriksaan Mikros. Mikros.
Silang
Mikroskopis uji Silang
Pkm. Kombapari Ya Tidak 1 727 - -
Pkm. Malahar Ya Ya 10 857 Cukup Tidak
Pkm. Lailunggi Ya Tidak 0 419 - -
Pkm. Kananggar Ya Tidak 10 616 - -
Pkm. Nggongi Ya Tidak 6 2046 - -
Pkm. Tanarara Ya Tidak 2 59 - -
Pkm. Kataka Ya Tidak 11 323 - -
Pkm. Mahu Ya Tidak 109 2062 - -
Pkm. Ngadu Ngala Tidak Tidak 0 0 - -
Pkm. Mangili Ya Tidak 66 771 - -
Pkm. Baing Ya Ya 183 1045 Baik Tidak
Pkm. Tanaraing Ya Tidak 74 1105 - -
Pkm. Melolo Ya Tidak 138 1286 - -
Pkm. Kawangu Ya Tidak 8 573 - -
Pkm. K. Mapambu. Ya Tidak 0 12 - -
Pkm. Waingapu Ya Tidak 24 900 - -
Pkm. Kambaniru Ya Tidak 13 1093 - -
Pkm. Rambangaru Ya Tidak 2 656 - -
Pkm. Kanatang Ya Tidak 1 189 - -
Rs Kristen Lindimara Ya Tidak 35 492 - -
Pkm. Banggawatu Ya Tidak 0 559 - -
Rsud Waingapu Ya Tidak 23 277 - -
Rs Pratama Nggongi Tidak Tidak 0 0 - -
Rsu Imanuel Sumba Ya Tidak 10 195 - -
Klinik Pratama Larisa Ya Tidak 13 989 - -
Pkm. Pambotanjara Ya Tidak 15 330 - -
TOTAL 27 3 775 20.665

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 29 faskes ada 2 faskes tidak melaporkan


pemeriksaan mikroskopis dan hanya ada 3 faskes yang melakukan uji silang. Dengan hasil
2 faskes dengan kategori baik dan 1 diantaranya dengan kategori baik.
Semakin tinggi tingkat penemuan akan meningkatkan kemungkinan menemukan
kasus sekaligus menurunkan positivity rate. Pada Tabel 8 menunjukkan hasil pemeriksaan
yang dilakukan tahun 2021 dimana positivity rate bervariasi antar jenis kegiatan penemuan.
Penemuan terbanyak dari kegiatan PCD dan terendah dari FUP (follow up pemeriksaan)
dan migrasi dan PE tidak dilakukan khususnya pada puskesmas endemis rendah.
Sedangkan positivity rate pada kegiatan MTBS, PCD, FUP melampaui syarat maksimal
(<5%), oleh karena itu penemuan selain PCD atau penemuan secara aktif harus
ditingkatkan untuk menurukan positivity rate.

Tabel 8. Jumlah Penemuan, Jenis Pemeriksaan dan Positivity Rate menurut jenis
pemeriksaan di Sumba Timur Tahun 2021

Positivity
Positivity
Jenis Penemuan Positif Rate Penemuan Positif Total Total Positivity
Rate
Penemuan Mikroskop Mikroskop Mikroskop RDT RDT Penemuan Positif Rate (%)
RDT (%)
(%)
PCD 7.744 593 7,66 5.190 421 8.11 12.934 2.109 16,31
Ibu Hamil 1.259 5 0,4 929 5 0.54 2.188 11 0,50
MTBS 208 1 0,48 104 2 1.92 312 163 52,24
Migrasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MBS Aktif 8.552 75 0,88 3.691 76 2.06 12.243 7 0,06
Positivity
Positivity
Jenis Penemuan Positif Rate Penemuan Positif Total Total Positivity
Rate
Penemuan Mikroskop Mikroskop Mikroskop RDT RDT Penemuan Positif Rate (%)
RDT (%)
(%)
Kunj Rumah 341 46 13,49 8.287 422 5.09 8.628 11 0,13
PE 1.660 42 2,53 808 59 7.30 2.468 0 0
MBS Reaktif 1.592 9 0,57 534 2 0.37 2.126 50 2,35
FUP 84 4 4,76 2 2 100 86 48 55,81
Total 21.440 775 3,61 6.950 989 14,23 28.390 3.314 11,67

Tabel 8 menunjukkan bahwa metode penemuan yang dilakukan menggunakan


pemeriksaan mikroskop dan RDT. Penemuan menggunakan Mikroskop lebih dominan
dari RDT. Positivity rate masih >5% dari pemeriksaan Mikroskop pada kegiatan PCD
dan Kunjungan Rumah.
Selain itu adanya pemeriksaan RDT pada kegiatan penemuan FUP sangat tidak
disarankan, seharusnya menggunakan mikroskop. Berdasarkan buku modul pelatihan
mikroskopis malaria tahun 2020, disebutkan bahwa Test HRP-2 dapat tetap positif 7 –
14 hari setelah pengobatan bahkan sampai penderita sembuh secara klinis meskipun
parasit tidak ditemukan lagi dalam darah. Artinya, hasil FUP pasien dengan RDT akan
positif jika pernah atau sementara minum obat anti malaria dalam kurun waktu satu
bulan, meski tidak ada lagi parasit dalam darah. Hal ini perlu ditindaklanjuti kepada
semua petugas mikroskopis di seluruh fasilitas kesehatan agar menanyakan riwayat
minum obat anti malaria pada pasien yang akan diperiksa menggunakan RDT.

Gambar 9. Kasus Positif yang Diobati Sesuai Standar Tahun 2021

Gambar 9 menunjukkan bahwa ada 2 faskes tidak dengan pengobatan standar


malaria pada kasus positif malaria, yakni RSDU Waingapu dan RSK Lindimara.

Kualitas Data
Kelengkapan data SISMAL di Kabupaten Sumba Timur tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan, kondisi tahun 2021 semua faskes telah memenuhi target yakni 100%.
Berbeda dengan ketepatan laporan SISMAL yang jauh dari target (>80%), kondisi tahun
2021 hanya mencapai 64,08% lebih rendah dari tahun 2020, lebih jelas pada Gambar 10.

Gambar 10. Trend Kelengkapan dan Ketepatan Laporan Tahun 2019-2021

Sebagian besar ketepatan laporan SISMAL dari semua faskes pada Gambar 11,
dibawah target (>80%). Hanya ada 4 faskes dengan ketepatan laporan mencapai target,
berbeda dengan RSUD Pratama Nggongi yang selalu tidak tepat mengirim laporan setiap
bulan selama tahun 2021 atau tidak melapor rutin setiap bulan sebelum tanggal 16.
Ketepatan laporan rendah berdampak pada efektifitas surveilans malaria, yaitu lambat
respon program malaria dalam melakukan intervensi pengendalian kasus malaria
khususnya pada upaya pemutusan rantai penularan dan upaya lainnya.
Beberapa kendala pelaporan tidak tepat waktu adalah kepemilikan laptop untuk
mengerjakan laporan, dimana petugas SISMAL tidak memiliki atau harus menggunakan
laptop/PC bersama sehingga tidak bisa rutin melapor dan ketersediaan jaringan internet.
Kendala lain adalah tingginya pergantian petugas SISMAL di faskes sehingga perlu waktu
untuk dibimbing mengerjakan SISMAL. Meski sudah ada tutorial SISMAL bagi faskes dari
Dinkes Provinsi NTT, namun bimbingan langsung tetap diperlukan untuk mempercepat
pemahaman petugas.
Gambar 11. Ketepatan Laporan pada SISMAL Tahun 2021

Logistik Malaria
Secara keseluruhan semua faskes di Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2021
dengan kelengkapan laporan logistik mencapai 100% dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini merupakan pencapaian yang baik, namun yang harus diperhatikan adalah
kelengkapan setiap bulan agar selalu mencapai 100%. Karena Kelengkapan laporan
logistik penting dalam mendukung pengobatan standar dan bagian dari manajemen logistik
yang harus dilaksanakan dengan baik. Lebih jelas pada Gambar 13.

Gambar 13. Trend Kelengkapan Laporan Logistik per Faskes Tahun 2019-2021

Kabupaten Sumba Timur di tahun 2021 dari 29 Faskes hanya ada 21 faskes yang
melaporkan tidak putus stok lebih dari 7 hari berturut-turut, dari 21 faskes yang melapor
hanya ada 12 faskes yang rutin melapor setiap bulan. Puskesmas. Selain itu puskesmas
Mahu dan Baing pernah melaporkan putus stok pada bulan maret dan desember 2021.
Lebih jelas pada Tabel 9.

Tabel 9. Informasi Faskes yang Tidak Putus Stok Obat


Jum Faskes Tidak Putus Stok Lebih Dari 7 Hari
Jml.Bulan Keterangan
Faskes Berturut-turut
Faskes 24 Faskes
Melapor Artesunat
Melapor DHP Primaquin
Inj
Pkm. L E W A Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Nggoa Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Lewa Tidahu Tidak - - -
Pkm. Kombapari Ya 9 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Malahar Tidak - - -
Pkm. Lailunggi Ya 2 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Kananggar Ya 11 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Nggongi Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Tanarara Ya 6 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Kataka Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
- Putus Stok DHP
Pkm. Mahu Ya 12 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok Desember
Pkm. Ngadu Ngala Ya 11 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Mangili Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
- Putus Stok DHP
Pkm. Baing Ya 12 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok Maret
Pkm. Tanaraing Tidak - - -
Pkm. Melolo Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Kawangu Ya 1 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. K. Mapambuhang Tidak - - -
Pkm. Waingapu Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Kambaniru Ya 11 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Rambangaru Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Pkm. Kanatang Ya 9 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Rs Kristen Lindimara Tidak - - -
Pkm. Banggawatu Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Rsud Waingapu Tidak - - -
Rs Pratama Nggongi Tidak - - -
Rsu Imanuel Sumba Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Klinik Pratama Larisa Tidak - - -
Pkm. Pambotanjara Ya 12 Tidak Putus Stok - Tidak Putus Stok
Total 21 21 - - -

Ketersediaan obat anti malaria (OAM) antara lain DHP (Dehidro Artemisin +
Piperaquin), primaquine dan artesunat injeksi pada tahun 2021 di Kabupaten Sumba Timur
sempat mengalami kekurang. Sedangkan rencana permintaan tahun 2022, juga diprediksi
akan mencukupi kebutuhan. Sehingga kerjasama yang baik antara penanggung jawab
malaria (P2), Yankes, Farmasi untuk distribusi logistik sesuai SOP dan laporannya di tahun
2022 akan memberikan jaminan ketersediaan OAM di semua faskes. Lebih jelas pada tabel
berikut ini :
Tabel 10. Ketersediaan obat anti malaria (OAM) 2021 dan Rencana Permintaan 2022

Laporan Rencana
Jumlah Jumlah
Jenis Obat Penggunaan di Permintaan Keterangan
Permintaan Diberikan sismal (2021) 2022
DHP 21.380 21.384 10.593 40.599 cukup
Primaquin 5.000 5.000 5.061 20.000 cukup
Artesunat Inj. 70 70 68 200 cukup

Sumber daya manusia pengelola malaria di faskes perlu menjadi perhatian. Pada
sismal tidak ada data tentang kompetensi pengelola malaria, namun hasil temuan
dilapangan adalah dengan sering terjadinya pergantian pengelola malaria, maka banyak
pengelola malaria belum terpapar sosialisasi/pelatihan tentang program malaria. Selain itu
masih banyak faskes tidak memiliki SOP tatalaksana kasus di tempat pelayanan.

G. Rekomendasi
Target eliminasi malaria Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2023 sesuai road map
eliminasi malaria kabupaten Sumba Timur, target eliminasi di NTT berdasarkan pergup
adalah Tahun 2024, sedangkan secara nasional target eliminasi malaria di NTT pada tahun
2027, dengan kasus indigenous terakhir tahun 2024. Kondisi tahun 2021 kabupaten Sumba
Timur masih tergolong endemis tinggi. Dengan 2 tahun tersisa merujuk pada target
eliminasi di NTT membutuhkan langkah-langkah strategis dan progresif. Berdasarkan hasil
analisis data malaria tahun 2021 dan kunjungan lapangan yang telah dilakukan sejak bulan
Oktober 2021 di Kabupaten Sumba Timur, kemudian dirumuskan dalam bentuk rancangan
intervensi, situasi saat ini dan kebutuhan daerah untuk akselerasi malaria. Desain intervensi
tersebut ditampilkan pada matriks berikut, sebagai berikut :

Matriks Isu strategis, Summary Situasi Saat ini dan Rekomedasi :

Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
Endemisitas • Sumba Timur satu di antara 23 • Target nasional untuk eliminasi
malaria kab kota di Indonesia yg masih malaria NTT tahun 2028 dengan
Kabupaten endemis tinggi target indigenous terakhir 2024.
Sumba Timur • Sumba Timur salah satu dari 3 Artinya pada tahun 2027 Sumba
dan pencapaian Kabupaten dengan status Timur mendapat sertifikat bebas
target eliminasi endemis di NTT malaria, tahun 2023 mencapai
• API Tahun 2021 6,56 ‰, lebih endemis rendah, tahun 2022
tinggi dari tahun 2020 Jumlah mencapai endemis sedang.
kasus : 1.758 kasus, ABER : Sumba Timur harus melepaskan
15,25 namun tidak merata di diri dari endemisitas tinggi dalam
semua desa, waktu selama-lamanya 2 tahun.
• 44 dari 154 desa di Sumba • Mengingat banyaknya desa yang
Timur endemis tinggi, 42 endemis tinggi dan sedang target
ABER yang belum tercapai,
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
sedang, 12 rendah, 56 dibutuhkan suatu gerakan masif
dilaporkan tidak ada kasus desa bebas malaria yang dipimpin
oleh kepala daerah.

Dukungan • Sudah ada Perbup dan banyak • Membutuhkan komitmen dari


Kebijakan dan komitmen di tingkat kabupaten pemerintah Daerah dalam
pendanaan yang telah ada. menindaklanjuti regulasi dan
• Kepala Desa belum berperan komitmen lain yang sudah ada
secara khusus di program dengan melakukan monitoring
malaria melalui kebijakan dan evaluasi secara berakala.
anggaran dan regulasi. Masih • Kepala desa harus berperan aktif
sebatas mendukung semua dalam upaya pengendalian
program malaria yang malaria
dilaksanakan oleh Dinas • Perlu peningkatan anggaran
Kesehatan, Puskesmas dan APBD, dana BOK Puskesmas
NGO. dan adanya alokasi dana desa
• Semua puskesmas belum bagi program malaria
mengalokasikan anggaran untuk
program malaria.
Kelompok • Setiap hari 1 balita di Sumba • Malaria adalah penyebab
berisiko Timur sakit malaria. Total ada langsung anemia dan Bayi Berat
210 balita sakit malaria, 5,2% Lahir Rendah, merupakan faktor
persen dari jumlah tersebut yang berkontribusi pada stunting.
adalah bayi Dibutuhkan penguatan kerjasama
• Tahun 2021, 24 ibu hamil sakit lintas program antara Malaria
malaria. Cakupan skrining dengan KIA agar setiap Ibu Hamil
malaria pada ibu hamil 57,54%. mendapat kelambu dan diskrining
• 42,9% kasus malaria terjadi malaria saat ANC dan setiap
pada anak usia sekolah (5-14 balita apapun gejalanya diperiksa
malaria melalui MTBS.
tahun), setiap hari 2-3 anak usia
sekolah sakit malaria. Total • Tingginya kasus pada usia
kasus malaria anak usia sekolah sekolah membutuhkan
keterlibatan sektor pendidikan
sebanyak 754
untuk peningkatan literasi malaria.
• 47,16% kasus malaria pada
Dibutuhkan surat edaran
pelajar dan tidak bekerja
penggunaan Muatan Lokal
termasuk bayi/balita.
Malaria di sekolah-sekolah
• P.Falciparum mencapai 77,6% (SD/MI) menggunakan media
muatan local yang telah dibagikan
dari Kemenkes RI dan UNICEF
pada Tahun 2021.
• Pelibatan OSIS SMP dalam
penyebaran pesan2 malaria di
sekolah maupun di masyarakat.
• Pemeriksaan malaria saat
skrining UKS pada tahun ajaran
baru
Penemuan • Penemuan kasus masih Target ABER tahun 2022 harus >30%
kasus bergantung pada pelayanan di semua desa, upaya pencapaian
pasif (PCD : 31,56%) target melalui :
• PR : 4,3%, namun masih banyak • Peningkatan pemeriksaan malaria
faskes dengan PR >5% di Puskesmas dengan
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
• ABER : 15,25 sesuai target. memastikan seluruh balita sakit
Namun semakin tinggi ABER, diperiksa malaria (apapun
semakin banyak kasus positif gejalanya), semua Ibu hamil
yang ditemukan diskrining malaria, dan semua
• Ketiga indikator di atas pasien lain bergejala malaria
menunjukkan masih diperiksa malaria.
pencarian/penemuan kasus • Peningkatan pemeriksaan malaria
harus terus ditingkatkan >30% di di Pustu/Posyandu/Pusling
Kab Sumba Timur dengan memastikan ketersediaan
• Follow Up Pemeriksaan RDT dan obat malaria di Pustu
menggunakan RDT dan dibawa saat
• Ada 109 kader malaria desa, Posyandu/Pusling.
berdampak pada peningkatan • Peningkatan pemeriksaan malaria
jumlah pemeriksaan pada di masyarakat melalui kader
kunjungan rumah dan malaria desa, minimal 2 kali
penemuan kasus positif kunjungan rumah dalam sebulan.
sehingga tern kasus bulan Dana Global Fund melalui
oktober-desember 2021 Perdhaki tidak mencakup setiap
melampaui 2 tahun sebelumnya. desa dan hanya tersedia hingga
• Ada tenaga Kesehatan kontrak 2023, sehingga pemerintah
Desa yang tersebar di semua daerah diharapkan persiapan
Desa mengambil alih kader malaria.
• Memanfaatkan keberadaan
tenaga kontrak desa dengan
salah satu kinerja kerja ada
adalah pencarian/penemuan dan
pengobatan tuntas malaria di
desa wilayah tempat tugas.
• Memasukkan layanan swasta dan
UKBM di dalam jejaring diagnosis
pengobatan dan pelaporan
malaria.
• Semua Follow Up Pemeriksaan
harus menggunakan Mikroskop
Faktor resiko • Cakupan distribus kelambu • Diperlukan gerakan Desa untuk
96,97%, tetapi penggunaan meningkatkan penggunaan
kelambu tidak di ketahui (target kelambu.
penggunaan 85%). • Diperlukan gerakan Desa untuk
• Semua desa belum dilakukan menciptakan desa bebas jentik
pemetaan reseptivitas artinya malaria (dengan perimeter
keberadaan vector dan tempat minimal radius 500 m) dengan
perindukan nyamuk tidak dukungan BAPPEDA dan PU
diketahui. • Kasanisasi rumah penduduk
• Situasi rumah penduduk yang • Diperlukan pemetaan desa
masih rentan terhadap reseptif yang dilakukan oleh
penularan malaria tenaga entomologi puskesmas
yang telah dilatih pada Tahun
2021
Kualitas program Hal ini menunjukkan masih banyak • Pertemuan rutin PJ malaria
yang harus diperbaiki dari kualitas Puskesmas dengan indikator
program termasuk : Puskesmas yang disepakati
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
• 2 Faskes tidak melaporkan • Penguatan Penjaminan Mutu
adanya tenaga mikroskop, 3 Internal dan Penjaminan Mutu
tenaga mikroskopis tidak Eksternal lab Puskesmas, RS,
diketahui kompetensinya dan klinik swasta
• Hanya ada 2 Faskes yang • Penguatan kemampuan nakes
melakukan uji silang dalam pengobatan malaria
• Follow up pemeriksaan kasus • Penjaminan ketersediaan logistik
masih menggunakan RDT malaria (termasuk RDT dan obat)
• Faskes belum memiliki SOP di seluruh jejaring layanan malaria
tatalaksana kasus malaria dan (Puskesmas, Pustu, Posyandu,
masih ada dokter, perawat dan Pusling, Kader, UKBM, RS, Klinik
bidan belum terpapat sosialisasi Swasta)
tatalaksana kasus dan tidak • Penguatan kapasitas surveilans
semua Pengelola malaria malaria
mengikuti sosialisasi/pelatihan • On the hob training bagi Tenaga
tentang Program malaria. Kontrak Desa (Perawat dan
• Semua faskes dengan cakupan Bidan) oleh Pengelola malaria
ketepatan laporan sangat puskesmas, Dokter Puskesmas
rendah dan Mikroskopis puskesmas.
• IFK tidak melapor di SISMAL
dan hanya ada 21 faskes dari 29
faskes yang melaporkan tidak
putus stok logistik malaria
namun tidak rutin setiap bulan

Dukungan UNICEF melalui Konsultan Malaria di Kabupaten Sumba Timur, sejak Oktober
2021, sebagai berikut :
1. Analisis data SISMAL rutin dilakukan tiap bulan dan melakukan feedback ke
Pj.Kabupaten dan Puskesmas
2. Deseminasi analisis situasi terhadap pimpinan Daerah, pimpinan dinas Kesehatan dan
puskesmas serta PJ. Malaria kabupaten dan puskesmas.
3. Monitoring dan pendampingan program eliminasi dan supervise suportif di Puskesmas
Kawangu, Melolo, Tanaraing, Mangili, Waingapu, Pambotanjara, Nggoa, Lewa.
4. Monitoring kegiatan kader malaria desa sampai pada pasien dan pemantauan
lingkungan sekitar rumah.
5. Kolaborasi dengan PERDHAKI untuk dukungan kader malaria
6. Pendampingan program malaria pada kegiatan-kegiatan malaria untuk Pulau Sumba di
tingkat Provinsi dan Pusat (offline maupun online).
7. Memfasilitasi Monev Konsorsium Malaria Pulau Sumba di Sumba Timur.
8. Deseminasi hasil monev pokja bagi lintas program dalam dinas Kesehatan, lintas sektor
Pemda, Organisasi profesi.
9. Advokasi alokasi dana desa melalui stakeholder dan dukungan daerah terhadap
program malaria kepada Kepala Bapeda.
10. Pendampingan proses analisis SWOT Pulau Sumba untuk scoping study dukungan
Rotary
11. Menyusun draft tools supervisi suportif kabupaten ke Puskesmas bersama PPNI dan
Konsultan Malaria di Sumba
12. Memfasilitasi kegiatan Virtual meeting of malaria 2 monthly update data in all health
centers on the island of Sumba.
13. Advokasi Kolaborasi dengan Prodi.Keperawatan Waikabubak untuk dalam mendukung
eliminasi malaria di Kupatan Sumba Timur, melalui kuliah umum dan diskusi bentuk
dukungan prodi keperawatan,

Fokus dukungan UNICEF melalui Konsultan malaria Tahun 2022 di Kabupaten Sumba
Timur, antara lain :
1. Penyusunan SOP Manajemen Logistik.
2. Pengembangan desa model bebas malaria
3. Supervisi suportif program malaria di puskesmas-puskesmas terpilih
4. Penguatan Penjaminan Mutu Internal dan Penjaminan Mutu Eksternal lab Puskesmas,
RS, dan klinik swasta
5. Monev pendampingan bagi kader/juru malaria desa
6. Memastikan semua indicator dan komitmen yang ada di Kabupaten Sumba Timur dapat
dijalankan sesuai target.
7. Analisis data dan update situasi malaria rutin setiap bulan
KABUPATEN SUMBA TENGAH
KABUPATEN SUMBA TENGAH
TAHUN 2021

A. Endemisitas malaria dan pencapaian target eliminasi


Kabupaten Sumba Tengah pada tahun 2021 Tabel 1, merupakan satu-satunya
kabupaten di pulau sumba yang telah mencapai endemis rendah dengan API 0,53‰ lebih
rendah dari tahun sebelumnya dan 3 puskesmas diantaranya dilaporkan tidak ada kasus di
tahun 2021. Penemuan kasus tahunan atau annual blood examination rate (ABER) tahun
2021 mencapai 26,2%, ada peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian
ada 1 puskesmas dengan ABER <10% (Puskesmas Weeluri). Dengan positive rate 0,2%
atau <5% menunjukkan jika Kabupaten sumba tengah dengan kategori kabupaten pre-
eliminasi.

Tabel 1. Capaian ABER, PR dan API menurut Faskes Tahun 2020-2021

Tahun 2020 Tahun 2021


Faskes
PR ABER API PR ABER API
Pkm. Wairasa 0.17 4.69 0.08 0.07 17.05 0.11
Pkm. Malinjak 1.77 8.60 1.52 0.27 21.52 0.58
Pkm. Lawonda 0.09 34.51 0.31 0.10 21.71 0.21
Pkm. Lindiwacu 0.25 31.69 0.79 0.06 67.44 0.38
Pkm. Maradesa 0.70 9.85 0.69 0 42.31 0
Pkm. Pahar 0.00 43.71 0 0 16.34 0
Pkm. Mananga 2.03 14.13 2.87 0.13 36.94 0.48
Pkm. Weeluri 0.14 55.06 0.79 0 4.49 0
Rsud Waibakul 3.88 5.56
Klinik P. K. Katiku L 1.68 1.90
Pkm. Umbu Riri
TOTAL 0.74 19.84 1.46 0.2 26.2 0.53

Status endemisitasi menurut desa pada Gambar 1, menunjukkan bahwa tidak ada
desa endemis tinggi pada tahun 2021, dengan 7 desa endemis sedang, 8 desa endemis
rendah dan 50 desa dilaporkan tidak ada kasus selama tahun 2021. Namun yang menjadi
perhatian adalah pada desa-desa di wilayah puskesmas weeluri, karena ABER puskesmas
pada tahun 2021 rendah, sehingga perlu ada peningkatan pemeriksaan malaria di tahun
2022, untuk memastikan kebenaran status endemisitas desa-desa tersebut. Selain itu
dengan adanya informasi berdasarkan desa ini, akan membantu dalam pemetaan pola dan
fokus intervensi lebih khusus pada mempertahankan pencapaian dengan peningkatan
kewaspadaan dini melalui Penyelidikan epidemiologi, surveilans migrasi dan pemetaan
daerah reseptif.
Gambar 1. Endemisitas Malaria per Desa di Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2021

B. Dukungan Kebijakan dan Pendanaan


Upaya pengendalian malaria telah dilakukan di Kabupaten Sumba Tengah, berbagai
kebijakan dan komitmen daerah telah diwujudkan, seperti :
1. Adanya Konsorsium Eliminasi malaria di Pulau Sumba sejak tahun 2019, dengan
monev terakhir telah terlaksana di bulan November 2021. (RTL terlampir).
2. Adanya Road Map eiminasi malaria dengan target eliminasi malaria pada Tahun 2023.
3. Ada Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Kabupaten Sumba Tengah
4. Dan komitmen-komitmen teknis lainnya (dokumen-dokumen terlampir).

Memperhatikan banyaknya kebijakan dan komitmen daerah yang telah ada, sangat
mendukung percepatan eliminasi malaria. Namun akan menjadi efektif atau berdampak
baik, terhadap pencapaian target eliminasi malaria pada tahun 2023, apabila adanya follow
up berupa aksi-aksi daerah secara nyata serta dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dari semua elemen yang ada termasuk komitmen Kepala Daerah. Hal yang perlu
menjadi perhatian adalah harus dukungan kebijakan anggaran yang memadai dan merata
dari tingkat kabupaten sampai desa.

C. Kasus malaria dan situasi pada kelompok berisiko


Kasus malaria di Sumba Tengah berdasarkan jenis kelamin di tahun 2021 pada
Gambar 2, terbanyak pada laki-laki yakni mencapai 66 (31 kasus). Untuk kelompok umur
terbanyak pada kelompok umur produktif atau 15-64 Tahun dan tidak ada kasus pada
kelompok umur 0-11 Bulan dan >65 tahun.

Gambar 2. Proporsi Kasus Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur Tahun 2021

Jenis pekerjaan orang yang menderita malaria pada Gambar 3, terbanyak pada
kelompok pelajar, petani dan tidak bekerja dibanding jenis pekerjaan lainnya. Kelompok
pelajar, tidak bekerja dan ibu rumah tangga adalah kelompok yang lebih banyak
beraktifitas di rumah dan sekitarnya. Selama pandemi Covid-19, para pelajar
bersekolah secara online dan sesekali melakukan tatap muka terbatas di gedung
sekolah. Hal ini mengindikasikan ada sumber penularan di rumah dan lingkungan
sekitar rumah penduduk yang belum ditemukan, sehingga penularan terus terjadi. Maka
intervensi penemuan kasus secara dini harus dilakukan dari rumah ke rumah. Selain itu
adanya kelompok petani/berkebun menunjukkan adanya penularan di kebun.

Gambar 3. Kasus Malaria menurut Jenis Pekerjaan di Sumba Tengah Tahun 2021
Gambar 4. Kasus Malaria Menurut Jenis Plasmodium Tahun 2021

Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat 2 jenis plasmodium pada kasus malaria


di Sumba Tengah antara lain P.Falciparum dan P.vivax, dengan plasmodium terbanyak
pada P.Falciparum mencapai 64,09% dibanding plasmodium Vivax dan Mix.
Pelayanan terpadu program malaria dengan program kesehatan ibu dan
kesehatan anak serta program imunisasi dilaksanakan melalui pelayanan rutin
antenatal, pelayanan balita sakit, pelayanan imunisasi dasar lengkap. Salah satu
strategi yang dilaksanakan di wilayah endemis tinggi dan sedang adalah penapisan
(skrining) malaria pada ibu hamil pada poli KIA dan semua balita sakit dengan semua
gejala pada kegiatan MTBS, serta pemberian kelambu berinsektisida (kelambu anti
nyamuk) terhadap ibu hamil dilaksanakan pada saat kunjungan pertama (K1) pelayanan
antenatal. Bagi yang positif malaria diberikan pengobatan sesuai pedoman
penatalaksanaan kasus malaria.

Tabel 2. Capaian Kegiatan Integrasi Malaria pada Ibu Hamil Tahun 2021

Jumlah/
Data
Persentasi
Sasaran Ibu Hamil 2.058
Ibu hamil melakukan K1 1900
Penemuan melalui Skrining Ibu Hamil 333
Cakupan skrining Ibu Hamil (%) 17.53
Pembangian kelambu pada Ibu Hamil 1278
Cakupan pembagian kelambu pada Ibu Hamil (%) 67.26
Jumlah kasus Malaria positif 47
Jumlah Ibu Hamil Positif 0
% kasus malaria pada Ibu Hamil 0

Tabel 2 menunjukkan bahwa cakupan ibu hamil diskrining malaria sangat rendah,
hanya mencapai 17,53%, lebih sedikit dari cakupan ibu hamil yang mendapatkan kelambu
sebesar 67,26%. Seharusnya ibu hamil yang mendapatkan kelambu sama jumlahnya
dengan ibu hamil diskrining malaria. Selain itu tidak ada ibu hamil yang positif malaria.
Hasil skrining malaria pada balita sebanyak 84 balita, dengan kasus positif sebanyak
2 kasus. Data ini belum menggambarkan cakupan skrining balita/MTBS sebenarnya karena
data real balita sakit tingkat kabupaten (pada laporan LB1) belum diketahui. Lebih jelas
pada tabel 3.

Tabel 3. Capaian Kegiatan Integrasi Malaria pada Balita Tahun 2021


Jumlah/
Data
Persentasi
Sasaran Balita Tahun 2021 11.631
Skrining balita sakit/MTBS 84
Jumlah kasus Malaria positif 47
Kasus malaria pada Balita 2
% kasus malaria pada Balita 4.26
Balita Kompilikasi Malaria Berat 0

D. Situasi Penemuan Kasus Malaria


Tren penemuan kasus malaria di Kabupaten Sumba Tengah tahun 2021 lebih rendah
dari tahun 2021 dibanding tahun 2020. Sedangkan tren kasus positif malaria terus
mengalami penurunan setiap tahunnya. Selengkapnya pada Gambar 5.

Gambar 5. Trend Penemuan Kasus Malaria dan Jumlah kasus Positif Tahun 2019-2021

Kegiatan penemuan kasus malaria pada tahun 2021 tertinggi di Puskesmas Mananga
mencapai 5.336 pemeriksaan, terendah di puskesmas weeluri. Sedangkan untuk jenis
penemuan di lebih banyak dilakukan pada kunjungan rumah, disusul MBS. Adanya kader
malaria di desa sejak oktober 2021 berkontribusi meningkatnya pencarian kasus melalui
kunjungan rumah. Berbeda dengan kegiatan skrining ibu hamil dan MTBS (skrining balita
sakit) yang bertujuan untuk melindungi kelompok rentan, faktanya tidak rutin dilakukan oleh
puskesmas dan ada beberapa puskesmas tidak melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
selama tahun 2021. Lebih jelas pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penemuan Kasus Per Faskes Tahun 2021

TOTAL (Pos+Neg) Total


Faskes Ibu MBS Kunj MBS
PCD MTBS Migrasi PE FUP
Hamil Aktif Rumah Reaktif
Pkm. Wairasa 190 38 1 0 4250 0 53 0 0 4.532
Pkm. Malinjak 195 92 0 0 696 2278 98 0 0 3.359
Pkm. Lawonda 218 32 5 0 1465 318 34 0 0 2.072
Pkm. Lindiwacu 252 0 0 0 884 2344 23 52 0 3.555
Pkm. Maradesa 58 0 0 0 351 1797 10 0 0 2.216
Pkm. Pahar 225 14 0 0 785 0 0 0 0 1.024
Pkm. Mananga 218 150 78 0 1040 3624 226 0 0 5.336
Pkm. Weeluri 221 0 0 0 0 0 7 0 1 229
Rsud Waibakul 270 0 0 0 0 0 0 0 1 271
Pkm. Umbu Riri 0
Kl. P.K. Katiku Loku 466 7 0 0 0 0 0 0 1 474
TOTAL 2313 333 84 0 9471 10.361 451 52 3 23.068

Jumlah kasus malaria di Sumba Tengah pada Tahun 2021 sebanyak 47 kasus.
Dengan faskes yang menemukan kasus malaria terbanyak pada RSUD Waibakul sebanyak
15 kasus, dengan 3 faskes dilaporkan tidak ada kasus dan Puskesmas Umbu Riri belum
melaporkan pelayanan malaria melalui SISMAL. Banyaknya penemuan kasus di RSUD
perlu menjadi perhatian dalam hal notifikasi kasus >24 jam agar dilakukannya Penyelidikan
epidemiologi dari puskesmas asal kasus. Lebih jelas pada Gambar 6.

Gambar 6. Distribus Kasus Positf Malaria menurut Faskes Tahun 2021


Tren kasus malaria menurut dua tahun sebelumnya cenderung fluktuatif (Gambar 7).
Pada tahun 2021 kasus terbanyak pada awal tahun dan akhir tahun, pada bulan november
dan desember terjadi peningkatan kasus yang tidak terkedalikan, melebihi kondisi 2 tahun
sebelumnya. Peningkatan kasus di bulan November diduga karena hadirnya Juru Malaria
Desa yang membantu meningkatnya upaya pencarian dan penemuan secara kasus aktif.
Artinya jika semakin banyak melakukan pencarian kasus secara aktif semakin banyak
menemukan kasus sekaligus menjadi upaya efektif dalam menekan laju penularan pada
waktu berikutnya.

Gambar 7. Trend Kasus Malaria di Sumba Tengah dari Tahun 2019-2021

E. Faktor Risiko
Upaya pengendalian faktor risiko malaria, antara lain pengendalian vektor berupa
distribusi kelambu, Pemetaan Desa Fokus, Desa Vurnarabilitas dan Desa Reseptif di
Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2021. Hasil distribusi kelambu sebagai berikut :

Tabel 5. Distribus Kelambu dan IRS sampai Desember 2021

Pembagian Kelambu Berinsektisida IRS (Indoor


Wilayah Massal Lain- Residual
Ibu Hamil Massal Spraying)
Fokus nya
Pkm. Wairasa 666 0 0 0 0
Pkm. Malinjak 0 0 0 0 0
Pkm. Lawonda 160 0 0 640 0
Pkm. Lindiwacu 86 3 0 0 0
Pkm. Maradesa 83 0 0 0 0
Pkm. Pahar 0 0 0 0 0
Pkm. Mananga 224 0 0 780 0
Pkm. Weeluri 59 0 0 0 0
Pkm. Umbu Riri
Total 1278 3 0 1420 0
Tabel 5 menunjukkan bahwa pengendalian vaktor melalui pembagian kelambu tahun
2021 dilakukan pada Ibu Hamil sebanyak 1.278 pcs, 2 puskesmas tidak melaporkan hasil
distribusi kelambu bagi ibu hamil.
Di Pulau Sumba termasuk Kabupaten Sumba Tengah, pembagian kelambu secara
masal dilakukan dua tahun sekali, sedangkan pembagian kelambu bagi ibu hamil dilakukan
rutin setiap tahun. Namun yang menjadi persoalan adalah tidak dilakukan monitoring
penggunaan secara berkelanjutan termasuk dokumentasi hasil monitoring. Hal ini
berdampak pada tidak adanya informasi tentang cakupan penggunaan kelambu oleh
masyarakat. Fakta dilapangan adalah terdapat masyarakat yang menggunakan kelambu
untuk peruntukan lain seperti menjadikan sebagai pagar tanaman dan lainnya, walaupun
informasi ini perlu difalidasi lagi.

Tabel 49. Hasil Pemetaan Desa Fokus, Desa Vurnarabilitas Tahun 2021

Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa


Jum Desa
Faskes Fokus Fokus Fokus Non Vurnara Non Reseptifitas
Desa Reseptif
Aktif Non Aktif Bebas Fokus bilitas Reseptif (NA/Blank)
Pkm. Wairasa 16 2 0 0 0 0 0 0 16
Pkm. Malinjak 9 3 4 0 0 1 0 0 9
Pkm. Lawonda 9 1 0 0 0 2 0 0 9
Pkm. Lindiwacu 5 1 0 0 0 1 0 0 5
Pkm. Maradesa 7 0 2 0 0 0 0 0 7
Pkm. Pahar 6 0 0 0 0 0 0 0 6
Pkm. Mananga 9 2 4 0 0 1 1 1 7
Pkm. Weeluri 4 0 2 0 0 1 0 0 4
TOTAL 65 9 12 0 0 6 1 1 63

Pada Tahun 2021 di Kabupaten Sumba Tengah sebagian desa tidak dilakukannya
pemetaan desa fokus, desa vurnarabilitas dan desa reseptif. Tidak adanya pemetaan desa
reseptifitas, bertanda jika pengendalian vector dan intervensi lingkungan belum menjadi
perhatian dalam penanggulangan malaria. Walaupun secara sumber daya untuk pemetaan
desa reseptif telah tersedia karena di tahun 2021 telah dilakukannya pelatihan entomologi
di semua puskesmas. Klasifikasi fokus penting untuk mempercepat penurunan kasus
hingga nol di wilayah endemis rendah. Sedangkan di wilayah endemis tinggi, hasil survey
reseptifitas akan memberikan informasi tempat perindukan nyamuk untuk dikendalikan
sesuai jenisnya. Tanpa mengendalikan vektor, penularan malaria sulit dihentikan.

F. Kualitas Program.
Mutu diagnosis malaria
Gambar 8 menunjukkan bahwa dari 11 Faskes yang ada di Kabupaten Sumba
Tengah, ada 9 faskes dilaporkan memiliki 14 mikroskopis. Ada 13 Mikroskopsi merupakan
ATLM, dan 3 dari 14 mikroskopis tidak diketahui kompetensinya. Selain itu Kabupaten
Sumba Tengah memiliki 2 tenaga Crosschecker, merupakan tenaga PNS dengan
komptensi Level 1 (baik).

Gambar 8. Distribusi Mikroskopis di Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Sumba Tengah

Tabel 7. Hasil Uji Silang per Fasilitas Kesehatan Tahun 2021


Faskes Faskes Hasil Hasil
Positif Negatif
Wilayah Pemeriksaan Uji Pembuatan Uji
Mikroskopis Mikroskopis
Mikroskopis Silang SD Silang
Pkm. Wairasa Ya Ya 3 4508 Cukup Cukup
Pkm. Malinjak Ya Ya 7 1068 Cukup Baik
Pkm. Lawonda Ya Ya 2 1684 Cukup Cukup
Pkm. Lindiwacu Ya Ya 2 1196 Cukup Baik
Pkm. Maradesa Ya Ya 0 402 Cukup Cukup
Pkm. Pahar Ya Ya 0 1024 Cukup Cukup
Pkm. Mananga Ya Ya 7 1521 Cukup Baik
Pkm. Weeluri Ya Ya 1 228 Cukup Cukup
RSUD Waibakul Ya Ya 16 255 Cukup Cukup
Pkm. Umbu Riri Tidak Tidak - - - -
Klinik P.K. Katiku L. Ya Ya 9 462 Cukup Baik
TOTAL 10 10 47 12348

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 11 faskes ada 1 faskes tidak melaporkan


pemeriksaan mikroskopis karena laporan SISMAL masih mengikuti SISMAL puskesmas
wairasa. Dengan hasil 4 faskes dengan hasil uji silang kategori baik dan 6 faskes lainnya
dengan kategori cukup.
Semakin tinggi tingkat penemuan akan meningkatkan kemungkinan menemukan
kasus sekaligus menurunkan positivity rate. Pada Tabel 8 menunjukkan hasil pemeriksaan
yang dilakukan tahun 2021 dimana positivity rate bervariasi antar jenis kegiatan penemuan.
Penemuan terbanyak dari kegiatan PCD dan terendah dari FUP (follow up pemeriksaan)
dan migrasi dan PE tidak dilakukan khususnya pada puskesmas endemis rendah.
Sedangkan positivity rate pada kegiatan MTBS, PCD, FUP melampaui syarat maksimal
(<5%), oleh karena itu penemuan selain PCD atau penemuan secara aktif harus
ditingkatkan untuk menurukan positivity rate.

Tabel 8. Jumlah Penemuan, Jenis Pemeriksaan dan Positivity Rate menurut jenis
pemeriksaan Tahun 2021

Positivity
Positivity
Jenis Penemuan Positif Rate Penemuan Positif Total Total Positivity
Rate
Penemuan Mikroskop Mikroskop Mikroskop RDT RDT Penemuan Positif Rate (%)
RDT (%)
(%)
PCD 2.224 43 1.93 89 0 0 2.313 43 1.86
Ibu Hamil 166 0 0 167 0 0 333 0 0
MTBS 44 0 0 40 0 0 84 0 0
Migrasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
MBS Aktif 9.471 1 0.01 0 0 0 9.471 1 0.01
Kunj Rumah 1 1 100 10.360 1 0.01 10.361 2 0.02
PE 434 0 0 17 1 5.88 451 1 0.22
MBS Reaktif 52 0 0 0 0 0 52 0 0.0
FUP 3 2 66.67 0 0 0 3 2 66.67
Total 12.395 47 0.38 10.673 2 0.02 23.068 49 0.21

Tabel 8 menunjukkan bahwa metode penemuan yang dilakukan menggunakan


pemeriksaan mikroskop dan RDT. Penemuan menggunakan Mikroskop lebih dominan
dari RDT. Positivity rate pada pemeriksaan Mikroskop dan RDI <5%.

Gambar 9. Kasus Positif yang Diobati Sesuai Standar Per Faskes Tahun 2021

Gambar 9 menunjukkan bahwa ada semua faskes sudah melakukan pengobatan


standar malaria pada kasus positif malaria.

Kualitas Data
Kelengkapan data SISMAL di Kabupaten Sumba Tengah tiga tahun terakhir stabil
berada pada 90,91% < 100% hal ini karena ada 1 faskes belum melapor di SISMAL.
Berbeda dengan ketepatan laporan SISMAL yang jauh dari target (>80%), kondisi tahun
2021 hanya mencapai 41,67% lebih rendah dari tahun 2020 sekaligus termasuk kabupaten
dengan ketepatan terendah di pulau sumba, lebih jelas pada Gambar 10.

Gambar 10. Trend Kelengkapan dan Ketepatan Laporan Tahun 2019-2021

Sebagian besar ketepatan laporan SISMAL dari semua faskes pada Gambar 11,
dibawah target (<80%). Hanya ada 1 faskes dengan ketepatan laporan mencapai target
yakni Klinik Pratam Karitas Katiku Loku. Ketepatan laporan rendah berdampak pada
efektifitas surveilans malaria, yaitu lambat respon program malaria dalam melakukan
intervensi pengendalian kasus malaria khususnya pada upaya pemutusan rantai penularan
dan upaya lainnya.
Beberapa kendala pelaporan tepat waktu adalah kepemilikan laptop untuk
mengerjakan laporan, dimana petugas SISMAL tidak memiliki atau harus menggunakan
laptop/PC bersama sehingga tidak bisa rutin melapor dan ketersediaan jaringan internet.
Kendala lain adalah tingginya pergantian petugas SISMAL di faskes sehingga perlu waktu
untuk dibimbing mengerjakan SISMAL. Meski sudah ada tutorial SISMAL bagi faskes dari
Dinkes Provinsi NTT, namun bimbingan langsung tetap diperlukan untuk mempercepat
pemahaman petugas.
Gambar 11. Ketepatan Laporan pada SISMAL Tahun 2021

Logistik Malaria
Secara keseluruhan semua faskes di Kabupaten Sumba Tengah pada tahun 2021
dengan kelengkapan laporan logistik hampir mencapai 100% (91,67) dibanding tahun-
tahun sebelumnya. Namun harus ditingkatkan sehingga di tahun 2022 mencapai 100%
setiap bulan. Karena Kelengkapan laporan logistik penting dalam mendukung pengobatan
standar dan bagian dari manajemen logistik yang harus dilaksanakan dengan baik. Lebih
jelas pada Gambar 13.

Gambar 13. Trend Kelengkapan Laporan Logistik Tahun 2019-2021

Kabupaten Sumba Tengah di tahun 2021 dari 11 Faskes hanya ada 5 faskes yang
melaporkan tidak putus stok lebih dari 7 hari berturut-turut, dari 5 faskes yang melapor
hanya ada 2 faskes yang rutin melapor setiap bulan. Selain itu puskesmas wairasa,
lindiwacu dan klinik pratama karitas katikuloko melaporkan putus stok pada bebeerapa
bulan di tahun 2021. Lebih jelas pada Tabel 9.

Tabel 9. Informasi Faskes yang Tidak Putus Stok Obat


Jumlah Faskes Tidak Putus Stok Lebih Dari 7 Hari Berturut-turut
Faskes
Wilayah Bulan
Melapor DHP Artesunat Inj Primaquin
Melapor
Putus Stok DHP :
Pkm. Wairasa Ya 12 Tidak Putus Stok
April, Mei, Juni
Pkm. Malinjak Ya 2 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
Pkm. Lawonda Ya 1 Tidak Putus Stok Tidak Putus Stok
Putus Stok DHP :
Pkm. Lindiwacu Ya 12 Tidak Putus Stok
Oktober
Pkm. Maradesa Tidak
Pkm. Pahar Tidak
Pkm. Mananga Tidak
Pkm. Weeluri Tidak
Rsud Waibakul Tidak
Pkm. Umbu Riri Tidak
Putus Stok DHP :
Klinik Pratama
Ya 5 Maret, April, Mei, Juni,
Karitas Katiku Loku
Juli
Total 5

Berdasarkan data SISMAL Pengelola malaria di semua faskes telah memperoleh :


Pelatihan Manajemen Malaria, Pelatihan Reorientasi Program Malaria, Pelatihan/
Sosialisasi SISMAL, sedangkan pelatihan/sosialisasi surveilans malaria hanya 4 Pengelola
malaria yang telah dilatih. Untuk dokter di faskes, semuanya telah tersosialisasi tatalaksana
kasus. Berbeda dengan Perawat dan Bidang yang mana hanya sebagian saja yang telah
memperoleh pelatihan tatalaksana kasus, sama halnya dengan tenaga surveilans dan
tenaga promosi Kesehatan. Tenaga entomologi yang telah terlatih ada di semua
puskesmas.

G. Rekomendasi
Target eliminasi malaria Kabupaten Sumba Tengah sudah mencapai endemis rendah.
namun harus terus melakukan pembenahan terlebih pada kualitas pelayanan dan terus
berupaya untuk tidak adanya kasus indigeneus, sehingga sesegera memperoleh sertifikasi
leminasi malaria. Berdasarkan hasil analisis data malaria tahun 2021 dan kunjungan
lapangan yang telah dilakukan sejak bulan Oktober 2021 di kabupaten Sumba Tengah,
kemudian dirumuskan dalam bentuk rancangan intervensi, situasi saat ini dan kebutuhan
daerah untuk akselerasi malaria. Desain intervensi tersebut ditampilkan pada matriks
berikut, sebagai berikut :
Matriks Isu strategis, Summary Situasi Saat ini dan Rekomedasi :

Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
Endemisitas • Sumba Tengah urtuan ke-2 • Target nasional untuk eliminasi
malaria kabupaten endemis rendah malaria NTT tahun 2028 dengan
Kabupaten di NTT target indigenous terakhir 2024.
Sumba Tengah • Satu-satunya kabupaten Artinya pada tahun 2027 Sumba
dan pencapaian endemis rendah di Pulau Tengah mendapat sertifikat bebas
target eliminasi sumba malaria. Sumba Tengah harus
• API Tahun 2021 0,53 ‰, melepaskan diri dari endemisitas
lebih rendah dari tahun 2020 tinggi dalam waktu selama-
Jumlah kasus : 47 kasus, 9 lamanya 2 tahun.
kasus indigeneus, ABER : • Mengingat masih ada 9 kasus
26,2 namun ada 1 indigeneus, dibutuhkan suatu
puskesmas dengan ABER gerakan masif desa bebas
rendah. malaria yang dipimpin oleh kepala
• 7 desa edemis sedang, 8 daerah difukuskan pada desa
desa endemis rendah, 50 respon surveilans migrasi.
dilaporkan tidak ada kasus
Dukungan • Sudah ada Perbup dan • Membutuhkan komitmen dari
Kebijakan dan banyak komitmen di tingkat pemerintah Daerah dalam
pendanaan kabupaten yang telah ada. menindaklanjuti regulasi dan
• Kepala Desa belum berperan komitmen lain yang sudah ada
secara khusus di program dengan melakukan monitoring
malaria melalui kebijakan dan evaluasi secara berakala.
anggaran dan regulasi. • Kepala desa harus berperan aktif
Masih sebatas mendukung dalam upaya pengendalian
semua program malaria yang malaria
dilaksanakan oleh Dinas • Perlu peningkatan anggaran
Kesehatan, Puskesmas dan APBD, dana BOK Puskesmas
NGO. dan adanya alokasi dana desa
• Semua puskesmas belum bagi program malaria
mengalokasikan anggaran
untuk program malaria.
Kelompok • Cakupan skrining malaria • Malaria adalah penyebab
berisiko pada ibu hamil dan balita langsung anemia dan Bayi Berat
sakit rendah. Lahir Rendah, merupakan faktor
• Masih ada kasus pada yang berkontribusi pada stunting.
balita dan anak termasuk Dibutuhkan penguatan kerjasama
pada kelompok pelajar, lintas program antara Malaria
• P.Falciparum mencapai dengan KIA agar setiap Ibu Hamil
68,09% mendapat kelambu dan diskrining
malaria saat ANC dan setiap
balita apapun gejalanya diperiksa
malaria melalui MTBS.
• Adanya kasus pada usia sekolah
membutuhkan keterlibatan sektor
pendidikan untuk peningkatan
literasi malaria. Dibutuhkan surat
edaran penggunaan Muatan
Lokal Malaria di sekolah-sekolah
(SD/MI) menggunakan media
muatan local yang telah dibagikan
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
dari Kemenkes RI dan UNICEF
pada Tahun 2021.
• Pelibatan OSIS SMP dalam
penyebaran pesan2 malaria di
sekolah maupun di masyarakat.
• Pemeriksaan malaria saat
skrining UKS pada tahun ajaran
baru
Penemuan • Adanya kader malaria desa, Target ABER tahun 2022 harus >10%
kasus berdampak pada di semua desa, upaya pencapaian
peningkatan jumlah target melalui :
pemeriksaan pada • Peningkatan pemeriksaan malaria
kunjungan rumah dan di Puskesmas dengan
penemuan kasus positif memastikan seluruh balita sakit
sehingga tern kasus bulan diperiksa malaria (apapun
oktober-desember 2021 gejalanya), semua Ibu hamil
melampaui 2 tahun diskrining malaria, dan semua
sebelumnya. pasien lain bergejala malaria
• Puskesmas Weeluri dengan diperiksa malaria.
cakupan ABER rendah dan • Peningkatan pemeriksaan malaria
pada puskesmas lain di Pustu/Posyandu/Pusling
cakupan ABER tidak merata dengan memastikan ketersediaan
di semua puskesmas, ABER RDT dan obat malaria di Pustu
sumba tengah disarankan dan dibawa saat
>10% Posyandu/Pusling.
• Peningkatan pemeriksaan malaria
di masyarakat melalui kader
malaria desa, minimal 2 kali
kunjungan rumah dalam sebulan.
Dana Global Fund melalui
Perdhaki tidak mencakup setiap
desa dan hanya tersedia hingga
2023, sehingga pemerintah
daerah diharapkan persiapan
mengambil alih kader malaria.
• Memanfaatkan keberadaan
tenaga kontrak desa dengan
salah satu kinerja kerja ada
pencarian/penemuan dan
pengobatan tuntas malaria di
desa wilayah tempat tugas.
• Memasukkan layanan swasta dan
UKBM di dalam jejaring diagnosis
pengobatan dan pelaporan
malaria.
• Semua Follow Up Pemeriksaan
harus menggunakan Mikroskop
Faktor resiko • Cakupan distribus kelambu • Diperlukan gerakan Desa untuk
67,26%, tetapi penggunaan meningkatkan penggunaan
kelambu tidak di ketahui kelambu.
(target penggunaan 85%). • Diperlukan gerakan Desa untuk
menciptakan desa bebas jentik
Kebutuhan/Dukungan
Isu Strategis Situasi Saat ini
Daerah/Rekomedasi
• Semua desa belum malaria (dengan perimeter
dilakukan pemetaan minimal radius 500 m) dengan
reseptivitas artinya dukungan BAPPEDA dan PU
keberadaan vector dan •Kasanisasi rumah penduduk
tempat perindukan nyamuk •Diperlukan pemetaan desa
tidak diketahui. reseptif yang dilakukan oleh
• Situasi rumah penduduk tenaga entomologi puskesmas
yang masih rentan terhadap yang telah dilatih pada Tahun
penularan malaria 2021
Kualitas program Hal ini menunjukkan masih •Pertemuan rutin PJ malaria
banyak yang harus diperbaiki Puskesmas dengan indikator
dari kualitas program termasuk : Puskesmas yang disepakati
• 2 Faskes tidak melaporkan •Penguatan Penjaminan Mutu
adanya tenaga mikroskop, 3 Internal dan Penjaminan Mutu
tenaga mikroskopis tidak Eksternal lab Puskesmas, RS,
diketahui kompetensinya dan klinik swasta
• Masih ada 6 faskes adari 11 • Penguatan kemampuan nakes
faskes dengan hasil uji silang dalam pengobatan malaria
CUKUP •Penjaminan ketersediaan logistik
• Faskes belum memiliki SOP malaria (termasuk RDT dan obat)
tatalaksana kasus malaria di seluruh jejaring layanan malaria
dan masih ada dokter, (Puskesmas, Pustu, Posyandu,
perawat dan bidan belum Pusling, Kader, UKBM, RS, Klinik
terpapat sosialisasi Swasta)
tatalaksana kasus dan tidak •Penguatan kapasitas surveilans
semua Pengelola malaria malaria lebih pada surveilans
mengikuti migrasi dan PE 1 2 5 termasuk
sosialisasi/pelatihan tentang surveilans vector menggunakan
Program malaria. silantor..
• Semua faskes dengan
cakupan ketepatan laporan
sangat rendah
• IFK tidak melapor di SISMAL
dan hanya ada 5 faskes dari
11 faskes yang melaporkan
tidak putus stok logistik
malaria namun tidak rutin
setiap bulan
Dukungan UNICEF melalui Konsultan Malaria di Kabupaten Sumba Timur, sejak Oktober
2021, sebagai berikut :
1. Analisis data SISMAL rutin dilakukan tiap bulan dan melakukan feedback ke
Pj.Kabupaten dan Puskesmas
2. Deseminasi analisis situasi terhadap pimpinan Daerah, pimpinan dinas Kesehatan dan
puskesmas serta PJ. Malaria kabupaten dan puskesmas.
3. Monitoring dan pendampingan program eliminasi dan supervise suportif di Puskesmas
Malinjak, Lawonda, Wairasa, Mananga.
4. Kolaborasi dengan PERDHAKI untuk dukungan kader malaria
5. Pendampingan program malaria pada kegiatan-kegiatan malaria untuk Pulau Sumba di
tingkat Provinsi dan Pusat (offline maupun online).
6. Memfasilitasi Monev Konsorsium Malaria Pulau Sumba di Sumba Timur.
7. Deseminasi hasil monev pokja bagi lintas program dalam dinas Kesehatan, lintas sektor
Pemda, Organisasi profesi.
8. Advokasi alokasi dana desa melalui stakeholder dan dukungan daerah terhadap
program malaria kepada Kepala Bapeda.
9. Pendampingan proses analisis SWOT Pulau Sumba untuk scoping study dukungan
Rotary
10. Menyusun draft tools supervisi suportif kabupaten ke Puskesmas bersama PPNI dan
Konsultan Malaria di Sumba
11. Memfasilitasi kegiatan Virtual meeting of malaria 2 monthly update data in all health
centers on the island of Sumba.

Fokus dukungan UNICEF melalui Konsultan malaria Tahun 2022 di Kabupaten Sumba
Tengah, antara lain :
1. Penyusunan SOP Manajemen Logistik.
2. Pengembangan desa model bebas malaria
3. Supervisi suportif program malaria dan pendampingan pre eliminasi di faskes terpilih
4. Penguatan Penjaminan Mutu Internal dan Penjaminan Mutu Eksternal lab Puskesmas,
RS, dan klinik swasta
5. Monev pendampingan bagi kader/juru malaria desa
6. Memastikan semua indicator dan komitmen yang ada di Kabupaten Sumba Tengah
dapat dijalankan sesuai target.
7. Analisis data dan update situasi malaria rutin setiap bulan
LAMPIRAN 1
DOKUMEN-DOKUMEN KOMITMEN
ELIMINASI MALARIA
SE PULAU SUMBA
BELUM TERMASUK PERATURAN BUPATEN TENTANG ELIMINASI
MALARIA
RENCANA TINDAK LANJUT
PERTEMUAN VIRTUAL VALIDASI DATA DAN MONITORING CAPAIAN KEGIATAN
PROGRAM MALARIA TAHUN 2021
Rapat Virtual, 2 - 3 Februari 2022

Pada hari ini, Kamis, tanggal 3 Februari, telah dilaksanakan Pertemuan Validasi Data
dan Evaluasi Capaian Kegiatan Tahun 2021 memperhatikan beberapa hal :
1. Arahan Direktur P2PTVZ
2. Presentasi para Narasumber
3. Masukan-masukan pada diskusi selama pertemuan berlangsung

Seluruh Peserta Pertemuan menyepakati untuk:


1. Melaporkan hasil kegiatan ini kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Pimpinan Daerah terkait.
2. Provinsi dan Kabupaten/Kota secara berjenjang melakukan follow up terhadap hasil
analisis data pada SISMAL guna menghindari terjadinya under reported
3. Provinsi dan Kabupaten/Kota secara berjenjang melakukan follow up kembali data-
data yang masih terdapat GAP kasus positif di regmal 1 dan kasus positif pada
rekapan
4. Kabupaten/Kota agar menurunkan % positivity rate menjadi < 5% dengan
meningkatkan kegiatan penemuan kasus baik penemuan aktif maupun pasif
5. Melakukan konfirmasi untuk setiap kasus indigenous terutama di Kab/kota yang
sudah Eliminasi dan Endemis Rendah
6. Berkoodinasi dengan organisasi PATELKI untuk lebih mengaktifkan pemeriksaan
mikroskopis dan kegiatan uji silang
7. Mengaktifkan jejaring lab pemeriksa malaria dengan menunjuk faskes rujukan
pemeriksaan mikroskopis khususnya di daerah yang sudah eliminasi dan
pemeriksaan malaria sudah sedikit
8. Meningkatkan kegiatan penemuan kasus melalui surveilans migrasi dan PE 1-2-5
dengan menggunakan sumber dana APBD/BOK/dana Desa
9. Pengelola Malaria bersama unit Surveilans di tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota
akan melakukan pemantauan secara berkala terhadap alert malaria yang ada di
SKDR
10. Provinsi yang terdapat SR PERDHAKI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
untuk memastikan kegiatan penemuan dan pengobatan yang dilaksanakan di
UKBM oleh Kader dicatat dan dilaporkan ke dalam SISMAL
11. Guna meningkatkan capaian kelengkapan logistik, Faskes yang tidak ada stock
logistik malaria agar mengisi dengan “0” jangan dikosongkan
12. Terkait dengan rencana pengadaan kelambu rutin, Provinsi yang memiliki lokus
distribusi kelambu rutin akan melakukan penyesuaian target jumlah ibu hamil sesuai
dengan data sasaran Kabupaten/kota sampai tanggal 18 februari 2022.
13. Provinsi yang akan mengajukan kebutuhan logistik malaria insidentil agar dapat
segera mengirimkan surat pengajuan (dilengkapi dengan tujuan peruntukannya dan
justifikasi jumlah logistik yang dibutuhkan)
14. Provinsi melakukan identifikasi Kab/Kota berdasarkan data yang berpotensi
eliminasi untuk dapat dilakukan bimbingan penilaian eliminasi secara virtual di tahun
2022
15. Definisi Operasional untuk kematian akibat malaria perlu didiskusikan kembali oleh
Pusat agar penentuan kematian akibat malaria di lapangan tidak menjadi kendala
lagi
16. Proses validasi dan perbaikan data SISMAL dilakukan oleh Provinsi bersama
Kab/kota sampai dengan 5 Maret 2022
17. Materi Pertemuan dapat diunduh pada link gdrive https://bit.ly/ValDatSis21

Demikian kesepakatan dan rencana tindak lanjut hasil pertemuan ini dibuat untuk
ditindaklanjuti oleh semua peserta pertemuan dan pemangku kepentingan.
Pada tanggal : 3 Februari 2022

Seluruh Peserta Pertemuan Pertemuan Virtual


Validasi Data dan Monitoring Kegiatan dan
Capaian Program Malaria Tahun 2021
LAMPIRAN 2
DOKUMEN-DOKUMEN KOMITMEN
ELIMINASI MALARIA
DI SUMBA BARAT DAYA
BELUM TERMASUK PERATURAN BUPATEN TENTANG ELIMINASI
MALARIA
BERITA ACARA
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)
PERTEMUAN PERCEPATAN ELIMINASI MALARIA MELALUI “GERAKAN SAPU
PLASMODIUM” DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

Pada hari Kamis Tanggal Dua Desember Tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu, Bertempat di Aula
Hotel Sumba Sejahtera Tambolaka, telah berlangsung Pertemuan Percepatan Eliminasi Malaria
melalui Gerakan Sapu Plasmodium di Sumba Barat Daya. Pertemuan ini dihadiri berbagai unsur,
antara lain : Unsur Pemerintah Daerah, Camat, Kepala Desa, Kepala Puskesmas dan stakeholder
lainnya (Daftar Hadir terlampir).
Narasumber/pimpinan pertemuan adalah Bupati Sumba Barat Daya, Kepala Dinas Kesehatan
dan Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat Daya, perwakilan Lokakitbang
Waikabubak. Moderator/fasilitator Pengelola Malaria Kabupaten Kabupaten Sumba Barat Daya
dan Konsultan Malaria-UNICEF.
Lewat proses pertemuan dan diskusi, para peserta bersepakat dalam Rencana Tindak Lanjut
(RTL) Percepatan Eliminasi Malaria melalui “Gerakan Sapu Plasmodium” di Kabupaten Sumba
Barat Daya (RTL terlampir).
Demikian kesepakatan ini dibuat untuk ditindaklanjuti oleh masing-masing pihak dan akan
dimonitoring serta dievaluasi sesuai waktu yang telah disepakati.

Kami yang bersepakat :

1. Perakilan TNI/Polri di Kab. SBD : ………………………………………...

2. Perwakilan BAPPEDA Kab. SBD : ………………………………………...

3. Perwakilan Dinas Kesehatan Kab. SBD : ………………………………………...

4. Perwakilan DPMD Kabupaten Kab.SBD : ………………………………………...

5. Perwakilan Camat Se-Kabupaten SBD : ………………………………………...

6. Perwakilan Kepala Desa Se-Kabupaten SBD : ………………………………………...

7. Perwakilan Kepala Puskesmas Se-Kabupaten SBD : ………………………………………...

8. Perwakilan Unicef : ………………………………………...

9. Perwakilan Lokalitbangkes Waikabubak : ………………………………………...

10. Perwakilan PERDHAKI : ………………………………………...

Mengetahui,
BUPATI SUMBA BARAT DAYA
LAMPIRAN I

RENCANA TINDAK LANJUT


PERTEMUAN PERCEPATAN ELIMINASI MALARIA MELALUI GERAKAN SAPU PLASMODIUM
DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

FREKWENSI
NO. AKSI DAN SUB AKSI SASARAN PELAKSANA
(WAKTU)
Aksi 1 : BASMI PLASMODIUM
Melakukan penemuan aktif oleh kader melalui kunjungan rumah secara
Kader/JMD Diawasi Kepala
1.1. berkala (setiap bulan 2 kali kunjungan rumah untuk pencarian kasus API>5 ‰ Setiap hari
Desa & Tenaga Kesehatan
secara aktif)
Melakukan survei kontak serumah pada setiap kasus positif di Semua kasus Kader/JMD Diawasi Kepala
1.2. API>1 ‰
Puskesmas API > 1 ‰ dilakukan oleh kader dibantu petugas. positif Desa & Tenaga Kesehatan
Melakukan pengawasan minum obat antimalaria sesuai jenis parasit Semua kasus Kader/JMD Diawasi Kepala
1.3. Semua endemisitas
yang dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader terlatih positif Desa & Tenaga Kesehatan
Semua kasus Kader/JMD Diawasi Kepala
1.4. Melakukan pemantauan paska pengobatan sesuai dengan pedoman Semua endemisitas
positif Desa & Tenaga Kesehatan
Melakukan pemeriksaan atau follow up pemeriksaan setelah periode Semua kasus Tenaga Kesehatan,
1.5. Semua endemisitas
pengobatan pada hari ke 4, hari ke 7, hari ke 14 positif Kader/JMD
Skrining malaria dan pemberian kelambu pada semua ibu hamil kontak
1.6. pertama ANC di seluruh kab/kota endemis tinggi dan selektif di Semua endemisitas setiap hari Tenaga Kesehatan
daerah endemis sedang
1.7. Skrining malaria semua Balita sakit dengan semua gejala Semua endemisitas setiap hari Tenaga Kesehatan
semua kasus
1.8. Melaksanakan PE kasus dan fokus sebagai bagian dari pendekatan 1-2-5 API<1 ‰ Tenaga Kesehatan
positif
Survei kontak seluruh kasus positif di desa fokus sebagai bagian respon semua kasus
1.9. API<1 ‰ Tenaga Kesehatan
dari PE 1-2-5 positif
Aksi 2 : BASMI VEKTOR (NYAMUK Anopheles sp)
2.1. Pembagian Kelambu pada semua Ibu Hamil Semua endemisitas setiap hari Tenaga Kesehatan
FREKWENSI
NO. AKSI DAN SUB AKSI SASARAN PELAKSANA
(WAKTU)
Tenaga Kesehatan,
2.2. Kampanye kelambu pada semua masyarakat Semua endemisitas Tahun 2022
Kade/JMD/ Aparat Desa
3 kali setiap
2.3. Melakukan monitoring penggunaan kelambu Semua endemisitas Camat, Kepala Desa,
tahun
TNI/POLRI
2.4. Pemantauan dan Pemasangan kawat kasa pada ventilasi rumah Semua endemisitas Januari 2022
2.5. Gerakan Tanam Sereh sebagai tanaman pengusir nyamuk Semua endemisitas Januari 2022 Camat dan Kepala Desa
2.6. Gerakan jebakan untuk jentik/tempat bertelur nyamuk dewasa Semua endemisitas Januari 2022 Camat dan Kepala Desa
Aksi 3 : LINGKUNGAN BERSIH
Kepala Puskesmas, Entomolog
3.1. Pemetaan daerah reseptif oleh puksesmas Semua endemisitas Desember 2021
Puskesmas dan Sanitarian
Gerakan Bersih pekarangan dan bersih lingkungan secara menyeluruh Camat, Kepala Desa,
3.2. Semua endemisitas Setiap minggu
1 kali seminggu TNI/POLRI
Gerakan bersihkan tempat perindukan nyamuk, larvasida dan Camat, Kepala Desa,
3.3. Semua endemisitas Setiap minggu
penebaran ikan pemakan jentik/predator lainnya TNI/POLRI
Aksi 4 : GENCAR PROMOSI KESEHATAN
Gencarkan Promosi Gerakan Sapu Plasmodium Melalui diskusi
Dinkes, Camat, Ka. Puskesmas
4.1. kampung, kegiatan sosial/keagamaan dan media masa/ media sosial Semua endemisitas Setiap saat
dan Ka. Desa
dan online
Edaran Muatan lokal (mulok) malaria pada tingkat SD menggunakan
Kepala Dinas P & K, Kepala
4.2. buku mulok yang sudah sudah disediakan oleh UNICEF dan Kemenkes Semua endemisitas Januari 2022
Desa
dan digandakan jika kurang
Ciptakan inovasi intervensi dan pemberdayaan masyarakat oleh Satgas, Camat, Ka. Puskesmas
4.3. Semua endemisitas Setiap saat
Promkes Puskesmas dan Ka. Desa
Aksi 5 : MAKSIMALISASI DUKUNGAN DAERAH
Setiap ada kasus
Setiap Kasus Positif dan sasaran ibu hamil wajib dilaporkaan ke kepala Kader/JMD, Tenaga
5.1. Desa positif dan
desa Kesehatan
setiap bulan
FREKWENSI
NO. AKSI DAN SUB AKSI SASARAN PELAKSANA
(WAKTU)
Ka. Bidang P2P, Ka.
Memastikan Ketersediaan logistik antara lain : RDT, DHP, primaquin Dinas Kesehatan dan
5.2. Setiap bulan Puskesmas, Pj. Malaria Kab.
dan kelambu, dll Puskesmas
dan Puksesmas
Penyusunan SOP tatalaksanan kasus, manajemen logistik dan Dinas Kesehatan dan Kabid, Kasie, Pj. Malaria dan
5.3. Desember 2021
pemeriksaan mikroskop untuk malaria Puskesmas crosscek Kabupaten
Semua pemeriksaan mikroskop wajib dilakukannya crosscek di tingkat Dinas Kesehatan dan
5.4. Setiap bulan Kepala Dinas Kesehatan
kabupaten Puskesmas
Ka. Bidang P2P, Ka.
Pencatatan dan pelaporan ke SISMAL wajib dilakukan secara lengkap Dinas Kesehatan dan
5.5. Setiap bulan Puskesmas, PJ. Malaria Kab.
dan tepat Puskesmas
dan Puksesmas
Dukungan Regulasi : Peraturan Bupati, SK Satgas Sapu Plasmodium BAPPEDA, Dinas Kesehatan,
5.6. (pengganti SK Pokja) dan sedapat mungkin dimasukan dalam Kabupaten Desember 2021 Dinas PMD dan Bagian
dokumen perencanaan daerah (RPJMD) Hukum
BAPPEDA, Dinkes, Dinas
Setiap waktu
5.7. Memastikan adanya dukungan anggaran dari APBD dan Dana Desa Kabupaten dan Desa PMD, Camat, Ka. Puskesmas
perencanaan
dan Ka. Desa
Ka. Dinas Kesehatan, Ka.
5.8. Bimtek atau refresing kader JMD Kabupaten 1 tahun 1 kali
Puskesmas dan Ka. Desa
5.9. Pendampingan bagi kader JMD Desa Setiap Bulan PJ. Malaria Puskesmas
Kepala Dinas Kesehatan dan
5.10. Pemberian reward terhadap JMD/Kader dan Kepala Desa Kabupaten Setiap Tahun
Satgas Sapu Plamodium
Kabid, Kasie, PJ. Malaria
5.11. Bimtek Program malaria dan mikroskop ke fasilitas Kesehatan Faskes terpilih 3 bulanan
Kabupaten dan crosscek
Kepala Desa, Camat, Ka.
5.12. Pengawasan/Monitoring dan evaluasi bulanan Semua endemisitas Setiap bulan
Puskesmas, TNI/Polri
5.13. Pengawasan/Monitoring dan evaluasi triwulan Tkt. Kabupaten 3 bulanan Satgas Sapu Plasmodium
5.14. Pengawasan/Monitoring dan evaluasi per semester Tkt. Kabupaten 6 bulanan Bupati Sumba Barat Daya
FREKWENSI
NO. AKSI DAN SUB AKSI SASARAN PELAKSANA
(WAKTU)
5.15. Jejaring komunikasi melalui WhatsApp grup bersama pimpinan daerah Desember 2021 Satgas Sapu Plasmodium
Memperkuat kemitraan lintas sector termasuk tokoh agama, tokoh
5.16. masyarakat, tokoh adat, dan LSM/NGO dalam rangka akselerasi Satgas Sapu Plasmodium
eliminasi malaria

Kami yang bersepakat :

1. Perakilan TNI/Polri di Kab. SBD : …………………………….. 5. Perwakilan Kepala Puskesmas Se-Kab. SBD : ……………………………..

2. Perwakilan Dinas Kesehatan Kab. SBD 6. Perwakilan Unicef


: …………………………….. : ……………………………..
3. Perwakilan Camat Se-Kab.SBD 7. Perwakilan Lokalitbangkes Waikabubak
: …………………………….. : ……………………………..
4. Perwakilan Kepala Desa Se-Kabupaten 8. Perwakilan PERDHAKI

SBD : …………………………….. : ……………………………..


LAMPIRAN I

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


PERTEMUAN DISEMINASI HASIL MONEV KEGIATAN POKJA ELIMINASI MALARIA
DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA
Tanggal 17 Desember 2021

1. Penegasan Bupati : Eliminasi malaria di Kabupaten Sumba Barat Daya pada Tahun 2023.
2. Gerakan sapu plasmodium merupakan strategi eliminasi malaria di SBD, melalui 5 aksi,
antara lain : Basmi plasmodium, Basmi Vektor (Anopheles sp.), Lingkungan Bersih, Gencar
Promosi Kesehatan, Maksimalisasi dukungan daerah. Rincian aksi tertuang dalam berita
acara Pertemuan Percepatan Eliminasi Malaria Melalui “Gerakan Sapu Plasmodium-GSP”
di Kabupaten Sumba Barat Daya Tanggal 3 Desember 2021 (terlampir)
3. Berita acara kegiatan ini, menjadi dasar alokasi Dana Desa tahun 2022 untuk mendukung
eliminasi malaria yang akan dikawal oleh Pokja Sapu Plasmodium melalui Dinas PMD dan
TA-P3MD. Sedangkan dinas Kesehatan berkewajiban merumuskan kegiatan yang akan
diakomodir oleh dana desa, kegiatan-kegiatan dukungan dana desa terlampir.
4. Pokja eliminasi malaria yang sudah ada, akan direvisi menjadi Pokja Sapu Plasmodium,
dengan mengakomodir semua unsur yang hadir dalam pertemuan Deseminasi monev Pokja
dan unsur TNI/Polri, dengan urain tugas yang jelas.
5. Peraturan Bupati eliminasi malaria selambat-lambatnya diterbitkan pada bulan Januari 2022.
6. Dukungan organisasi profesi kesehatan adalah memastikan kepatuhan tatalaksana kasus,
Quality Assurance, Skrining malaria pada Ibu Hamil dan Balita sakit dll.
7. Kesepakatan ini akan dievaluasi secara berkala oleh Bupati SBD selambat-lambatnya satu
bulan sekali

Mengetahui,
BUPATI SUMBA BARAT DAYA

KORNELIUS KODI METE


LAMPIRAN 3
DOKUMEN-DOKUMEN KOMITMEN
ELIMINASI MALARIA
DI SUMBA BARAT
BELUM TERMASUK PERATURAN BUPATEN TENTANG ELIMINASI
MALARIA
BERITA ACARA
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)
PERTEMUAN DISEMINASI HASIL MONEV KEGIATAN POKJA ELIMINASI MALARIA
DI KABUPATEN SUMBA BARAT

Pada hari ini, Rabu Tanggal Lima Belas Bulan Desember Tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu,
Bertempat di Aula Hotel Pelita Waikabubak, telah berlangsung Pertemuan Diseminasi Hasil
Monev Kegiatan Pokja Eliminasi Malaria Di Kabupaten Sumba Barat. Pertemuan ini dihadiri
berbagai unsur, antara lain : Unsur Pemerintah Daerah, Lintas Program Dinas Kesehatan,
Organisasi Profesi Kesehatan, Perwakilan Lokalitbang dan Sumba Foundation (Daftar Hadir
terlampir).
Narasumber/pimpinan pertemuan adalah Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakya Setda
Kabupaten Sumba Barat, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan. Moderator/fasilitator Pengelola
Malaria Kabupaten Kabupaten Sumba Barat Daya dan Konsultan Malaria-UNICEF.
Lewat proses pertemuan dan diskusi, para peserta bersepakat dalam Rencana Tindak Lanjut
(RTL) Pertemuan Diseminasi Hasil Monev Kegiatan Pokja Eliminasi Malaria di Kabupaten
Sumba Barat (RTL terlampir).
Demikian kesepakatan ini dibuat untuk ditindaklanjuti oleh masing-masing pihak dan akan
dimonitoring serta dievaluasi secara berkala.

Kami yang bersepakat :

1. Perwakilan Bappeda Kab. Sumba Barat : ………………………………………...

2. Perwakilan Dinas Kesehatan Kab. Sumba Barat : ………………………………………...

3. Perwakilan Prodi Keperawatan Waikabubak : ………………………………………...

4. Ketua IDI Kab. Sumba Barat : ………………………………………...

5. Perwakilan PPNI Kab. Sumba Barat : ………………………………………...

6. Ketua Hakli Kab. Sumba Barat : ………………………………………...

7. Perwakilan IAKMI Kab. Sumba Barat : ………………………………………...

8. Perwakilan Lokalitbangkes Waikabubak : ………………………………………...

9. Perwakilan PERDHAKI : ………………………………………...

10. Perwakilan Sumba Foundation : ………………………………………...

BUPATI SUMBA BARAT DAYA


LAMPIRAN I

RENCANA TINDAK LANJUT


PERTEMUAN DISEMINASI HASIL MONEV KEGIATAN POKJA ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN SUMBA BARAT

FREKWENSI
NO. AKSI DAN SUB AKSI SASARAN PELAKSANA
(WAKTU)
Telah Forum Lintas Sektor Akselerasi Eliminasi Malaria Kabupaten
Sumba Barat, akan ditindak lanjuti menjadi pokja setelah pembahasan
1. dengan pimpinan Bappeda. Lintas sektor Januari 2022 Bappeda Kab. Sumba Barat
Anggota Forum : Semua Peserta yang hadir dalam pertemuan tanggal
15 Desember 2021
Seksi KIA Dinas Kesehatan
2. Wajib Skrining malaria pada Ibu Hamil Ibu Hamil Setiap hari
dan IBI
Seksi KIA Dinas Kesehatan,
3. Wajib Skrining malaria pada Balita dengan Semua Gejala Balita Setiap hari
IDI, PPNI
Komitmen intervensi bersama Prodi Keperawatan Waikabubak dan Dinas Kesehatan, Prodi
4. Lokalitbang Waikabubak melalui basmi plasmodim dan intervensi Masyarakat/Desa Januari 2022 Keperawatan Waikabubak
lingkungan serta pengembangan desa model dan Lokalitbang, Hakli
Peningkatan waktu KIE oleh dokter dan Monitoring Tatalaksana Kasus Desember 2021
5. Dokter & Faskes IDI Sumba Barat
Malaria terhadap Fasilitas layanan kesehatan
Memfasilitasi peningkatan kapasitas mikroskopis bagi tenaga
Tenaga Kesehatan,
mikroskop di Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit. Dinas Kesehatan, IDI dan
6. Klinik sumba Januari 2022
Adanya Monev pelayanan malaria di klinik oleh dinas Kesehatan dan Sumba Foundation
Foundation
komitmen pengobotan standar malaria.
Follow up dan advokasi dukungan pemerintah desa untuk eliminasi Dinas PMD dan TA Bappeda, Dinkes, UNICEF &
7. Januari 2022
Malaria Dana Desa Perdhaki
Inovasi promosi dan pemerdayaan masyarakat tentang eliminasi
Seksi Promkes, IAKMI,
8. malaria berkolaborasi dengan kegiatan diskusi kampung oleh kader Masyarakat Januari 2022
Perdhaki
UKBM/JMD
FREKWENSI
NO. AKSI DAN SUB AKSI SASARAN PELAKSANA
(WAKTU)
9. Maksimalisasi peran JMD di Desa melalui monev secara berkala Kader Setiap Bulan Dinas Kesehatan, Perdhaki
Maksimalisasi dukungan logistik (DHP, Primaquin, RDT, limitor) dan Januari-Februari Dinas Kesehatan (Kasie P2PM
10. Faskes
penyusunan SOP manajemen logistik 2022 dan Kasie Farmasi)
Penjabaran dan melaksanakan Inovasi Eliminasi Malaria melalui
11. 74 Desa/Kelurahan Setiap saat Dinas Kesehatan
Gerakan CEMARA (Cegah & BasMi MalARiA)
Sinkronisasi Data antara Puskesmas dengan RS agar tidak ada
12. Faskes Setiap Bulan Dinas Kesehatan dan IAKMI
pendobelan data, termasuk Klinik Sumba Fondation
13. Melakukan koordinasi, monitoring dan evaluasi setiap Bulan Faskes Setiap bulan Dinas Kesehatan
Forum Lintas Sektor
14. Melakukan koordinasi, monitoring dan evaluasi setiap tiga bulan Faskes 3 bulanan Akselerasi Eliminasi Malaria
Kabupaten Sumba Barat
Koordinasi Forum Lintas Sektor Akselerasi Eliminasi Malaria Bappeda, Dinas Kesehatan,
15. Anggota Januari 2022
Kabupaten Sumba Barat untuk sementara melalui Grup Whatsapp UNICEF
Bappeda, Dinas Kesehatan,
16. RTL ini akan dilaporkan kepada Bapak Bupati Sumba Barat Januari 2022
UNICEF
LAMPIRAN 4
DOKUMEN-DOKUMEN KOMITMEN
ELIMINASI MALARIA
DI SUMBA TIMUR
BELUM TERMASUK PERATURAN BUPATEN TENTANG ELIMINASI
MALARIA
Salinan : asli sudah diserahkan ke pihak Dinas Kesehatan Kab. Sumba Timur

BERITA ACARA
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)
PERTEMUAN DISEMINASI HASIL MONEV KEGIATAN POKJA ELIMINASI MALARIA
DI KABUPATEN SUMBA TIMUR

Pada hari ini, Selasa Tanggal Dua Puluh Satu Bulan Desember Tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu,
Bertempat di Aula Casa Kandara, telah berlangsung Pertemuan Diseminasi Hasil Monev
Kegiatan Pokja Eliminasi Malaria Di Kabupaten Sumba Timur. Pertemuan ini dihadiri berbagai
unsur, antara lain: Unsur Pemerintah Daerah, Lintas Program Dinas Kesehatan, Organisasi
Profesi Kesehatan, Perwakilan Prodi. Keperawatan Waingapu, dan PERDHAKI (Daftar Hadir
terlampir).
Narasumber/pimpinan pertemuan adalah Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Sumba Timur,
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan dan fasilitator : Konsultan Malaria-UNICEF Pulau Sumba.

Lewat proses pertemuan dan diskusi, para peserta bersepakat dalam Rencana Tindak Lanjut
(RTL) Pertemuan Diseminasi Hasil Monev Kegiatan Pokja Eliminasi Malaria di Kabupaten
Sumba Timur (RTL terlampir).
Demikian kesepakatan ini dibuat untuk ditindaklanjuti oleh masing-masing pihak dan akan
dimonitoring serta dievaluasi secara berkala.

Kami yang bersepakat :

1. Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Sumba Timur : ………………………………………...

2. Perwakilan BAPPEDA Kab. Sumba Timur : ………………………………………...

3. Perwakilan Dinas PMD Kab. Sumba Timur : ………………………………………...

4. Ketua PPNI Kab. Sumba Timur : ………………………………………...

5. Ketua IBI Kab. Sumba Timur : ………………………………………...

6. Ketua HAKLI Kab. Sumba Timur : ………………………………………...

7. PERDHAKI (SSR Lindimara Sumba Timur) : ………………………………………...

BUPATI
LAMPIRAN I

RENCANA TINDAK LANJUT


PERTEMUAN DISEMINASI HASIL MONEV KEGIATAN POKJA ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN SUMBA TIMUR

FREKWENSI
NO. AKSI DAN SUB AKSI SASARAN PENANGGUNG JAWAB
(WAKTU)
BAPPEDA, DINAS PMD,
PEMBENTUKAN POKJA DENGAN MELIBATKAN LINTAS
TA-P3MD, PENDIDIKAN BAPPEDA DAN DINAS
SEKTOR PEMDA (BAPPEDA, DINAS PMD, TA-P3MD,
DAN KESEHATAN, KESEHATAN
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN, BKPSMD, BKAD, BULAN
1. BKPSMD, BKAD
ORGANISASI PROFESI, PRODI. KEPERAWATAN JANUARI 2022
,ORGANISASI PROFESI, PRODI KEPERAWATAN
WAINGAPU) DENGAN PENJABARAN TUGAS SECARA
PRODI. KEPERAWATAN WAINGAPU (LINK ZOOM)
JELAS.
WAINGAPU
PERLU ADANYA KOMUNIKASI LANJUTAN DENGAN DINAS KESEHATAN,
PIHAK DINAS PMD DAN TA-P3MD DALAM RANGKA BULAN BAPPEDA DAN DINAS PMD
2. TA-P3MD
ADVOKASI ELIMINASI MALARIA OLEH PEMERINTAH JANUARI 2022
DESA DAN ATAU DALAM BENTUK PERTEMUAN.
BIDANG P2P DINAS
JEJARING FASILITAS KESEHATAN UNTUK ELIMINASI BULAN KESEHATAN
3. FASILITAS KESEHATAN
MALARIA JANUARI 2022
UNICEF-PPNI
TENAGA PERAWAT DAN BIDAN DESA DIBERI KEPALA DESA, BULAN
DINAS KESEHATAN DAN
4. TANGGUNG JAWAB DALAM KONTRAK ADA TARGET PERAWAT DAN BIDAN JANUARI 2022
DINAS PMD
ELIMINASI MALARIA DESA
JANUARI 2022 POKJA
KEPALA PUSKESMAS
VISITASI/MONEV BERKALA DENGAN PIHAK DINAS KESEHATAN
5. DAN PENGELOLA
PUSKESMAS PRODI KEPERAWATAN
MALARIA
WAINGAPU (LINK ZOOM)
KOMITMEN/KESERIUSAN KEPALA PUSKESMAS UNTUK
6. KEPALA PUSKESMAS JANUARI 2022 DINAS KESEHATAN
ELEMINASI MALARIA
FREKWENSI
NO. AKSI DAN SUB AKSI SASARAN PENANGGUNG JAWAB
(WAKTU)
BENTUK DUKUNGAN PRODI.WAINGAPU DALAM DINAS KESEHATAN DAN
PRODI KEPERAWATAN
7. ELIMINASI AKAN DIRANCANG BERSAMA DENGAN JANUARI 2022 PRODI.KEPERAWATAN
WAINGAPU
PIHAK DINAS KESEHATAN WAINGAPU
DINAS KESEHATAN MERANCANG DAN
MENYAMPAIKAN BENTUK DUKUNGAN DARI
DINAS KESEHATAN DAN
9. ORGANISASI PROFESI DALAM ELIMINASI AKAN ORGANISASI PROFESI JANUARI 2022
ORGANISASI PROFES
DIRANCANG BERSAMA DENGAN PIHAK DINAS
KESEHATAN
MEMASTIKAN PENGOBATAN MALARIA OLEH FASKES
10. FASKES JANUARI 2022 DINKES, IDI,
SESUAI STANDAR
MEMASTIKAN SEMUA IBU HAMIL DAN BALITAS SAKIT
11. FASKES JANUARI 2022 DINAS KESEHATAN
DISKRINING MALARIA
21 DESEMBER
HASIL KESEPAKATAN INI AGAR DISAMPAIKAN
13. 2021– JANUARI BAPPEDA
KEPADA PIMPINAN DAERAH : BUPATI SUMBA TIMUR
2022
LAMPIRAN 5
DOKUMEN-DOKUMEN KOMITMEN
ELIMINASI MALARIA
DI SUMBA TENGAH
BELUM TERMASUK PERATURAN BUPATEN TENTANG ELIMINASI
MALARIA
REKOMENDASI KEGIATAN DESEMINASI POKJA MALARIA
SUMBA TENGAH

TIM TATALAKSANA DAN MANAGEMEN KASUS MALARIA (POKJA I)

a. Memastikan pelayanan tatalaksana malaria mulai dari penegakkan diagnosis,


pengobatan (pasien wajib meminum obat sampai habis), dan follow up (Puskesmas
wajib melakukan Follow Up terapi secara mikroskopis kepada semua pasien
terkonfirmasi positif malaria pada hari ke 3,7,14,21,28,42) pasien sesuai standar
Kementerian Kesehatan RI;

TIM TATALAKSANA MANAGEMEN KESEHATAN MASYARAKAT (PUBLIC HEALTH) DAN


VEKTOR (POKJA II)

a. Membantu Kabupaten Sumba Tengah melakukan sosialisi eliminisi malaria kepada


masyarakat sesuai dengan target eliminasi yaitu tahun 2024.
b. Melakukan advokasi kepada Pemerintah Desa agar mengalokasikan dana desa
pada kegiatan pencegahan penularan penyakit malaria.
c. Melakukan modifikasi lingkungan dan bekerja sama dengan PKK di desa agar
melakukan kegiatan pananaman tanaman pengusir nyamuk, tanaman obat
herbal/Tanaman Obat Keluarga.
d. Melakukan Survailance migrasi
e. Wajib skrining bagi balita sakit

TIM PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM DAN LOGISTIK (POKJA III)

a. Melakukan uji kompetensi tenaga mikroskopis dan uji mutu reagensia di semua
Puskemas.
b. Melakukan Self Assesment logistic malaria.

Anda mungkin juga menyukai