Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. HIDROLIKA DAN PNEUMATIKA

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

Skor Nilai :

CRITICAL BOOK REVIEW


HYDROLIKA DAN PNEUMATIKA

DOSEN PENGAMPU : Indra Koto, S.T., M. Eng

DISUSUN OLEH :

NAMA : ALBERTO TONDANG


NIM : 5173122001

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

MEI 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-
Nya Kepada Kami, sehingga Critical Book Report ini dapat diselesaikan dengan baik.

Adapun tujuan Kami dalam menyusun Critical Book Report ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hidrolika dan Pneumatika dan Critical Book Report
ini juga dapat digunakan menjadi bahan diskusi, serta dapat diaplikasikan sebagai bahan
pembelajaran.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen yang mengajar mata
kuliah Hidrolika dan Pneumatika, karena telah membantu kami dalam penyelesaian critical
book report ini, serta kepada semua pihak yang turut andil dalam membantu dalam
penyelesaian critical book report ini, sehingga critical book report ini bisa diselesaikan
dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa critical book ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu
kami ingin kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang sifat nya membangun,
demi penyempurnaan critical book ini dikemudian hari. Semoga critical book ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikuam Wr. Wb

Medan, 17 Mei 2021

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................I
DAFTAR ISI........................................................................................................................................II
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR...............................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN CBR..................................................................................................1
C. MANFAAT CBR.....................................................................................................................1
D. IDENTITAS BUKU :..............................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
RINGKASAN ISI BUKU....................................................................................................................2
A. BAB 6 AKSESORIS HIDROLIK DAN PNEUMATIK........................................................2
B. BAB 7 KONTROL PROSES PNEUMATIK.........................................................................6
BAB III...............................................................................................................................................21
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN.............................................................................................21
BAB IV...............................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
A. KESIMPULAN......................................................................................................................22
B. REKOMENDASI...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR


Terkadang kita bingung dalam hal membaca buku yang sama namun penciptanya
berbeda. Kita sering berpikir apakah kelebihan dan kekurangan buku yang satu dengan buku-
buku yang lainnya. Oleh sebab itu disini saya memberi tahu bahwa sangat penting kita
mengetahui atau mempelajari tentang Critical Book Review, dengan kita mengetahui dan
mampu menguasai dalam hal membuat Critical Book Review ini kita lebih mudah untuk
membacanya serta kita bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan buku yang satu dengan
buku yang lainnya, dan juga kita bisa mengetahui beberapa pendapat ahli yang terdapat
didalam suatu buku tersebut. Dari pendapat para ahli ini kita bisa menyimpulkan suatu
pendapat kita sendiri tentang suatu hal-hal yang dibahas dan tertera didalam suatu buku yang
ingin kita kritik tersebut.

B. TUJUAN PENULISAN CBR


1. Untuk Menyelesaikan Tugas Hidrolika dan Pneumatika
2. Untuk Menambah Wawasan
3. Untuk meningkatkan Hobi dalam membaca
4. Untuk menguatkan dalam hal mengingat apa yang sudah dibaca

C. MANFAAT CBR
1. Bertambahnya wawasan dan Pengetahuan
2. Mahasiswa jadi terbiasa dalam membaca

D. IDENTITAS BUKU :
1. Judul : Hidrolika dan Pneumatika Pedoman untuk Teknisi dan
Insinyur
2. Edisi : Ke 2
3. Pengarang : Andrew Parr MSc., MIEE, MInstMC
4. Penerbit : Erlangga
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Tahun Terbit : 2003
7. ISBN : 979-688-978-1

1
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. BAB 6 AKSESORIS HIDROLIK DAN PNEUMATIK


Reservoir Hidrolik
Sebuah sistem hidrolik adalah sistem yang tertutup, dimana minyak yang digunakan
disimpan didalam sebuah tangki atau reservoir ke mana minyak itu dikembalikan setelah
digunakan. Tangki juga berfungsi sebagai penukar panas, yang memungkinkan panas fliuda
dipindahkan. Untuk mencapai pendinginan maksimum, maka fluida dipaksa mengikuti
dinding-dinding tangki, dari jaringan balik ke inlet pengisapan pompa, dengan sebuah pelat
pelindung ke jaringan pusat tangki. Pelat ini juga mendorong kontaminan apapun untuk jatuh
ke dasar tangki sebelum mencapai inlet pompa, dan memungkinkan udara yang terjebak
untuk menghilang ke permukaan.

Reservoir didesain untuk berlaku sebagai titik pengoleksi semua partikel kotoran dan
kontaminasi dalam sistem dan biasanya dibangun dengan penampang bentuk V yang
membentuk sebuah sumur. Sedikit kemiringan diberikan demi menjamin kontaminasi
berkumpul diujung bawah, dimana sumbat buang berada. Reservoir biasanya dikontruksi dari
pelat baja yang dilas dengan dinding sisi tipis untuk mendorong terjadinya rugi panas. Bagian
dalam tangki ditiup tembak (shot blasted) kemudian ditangani dengan cat protektif untuk
mencegah pembentukan partikel karat.

2
Akumulator Hidrolik
Akumulator dapat menyimpan, dan membuang sejumlah fluida pada tekanan sistem
yang dibutuhkan. Dalam banyak hal, operasi alat ini menyerupai operasi kapasitor dalam
sebuah pasokan daya elektronik. Akumulator juga dapat difungsikan sebagai pelindung
(buffer) pada sistem, untuk menyerap kejutan dan menahan lonjakan tekanan.
Bagaimanapun juga, sebuah akumulator membawa bahaya tambahan ke dalam sistem,
karena mungkin ada tekanan-tekanan tinggi dalam sirkuit walaupun pompa telah berhenti.
Jika suatu penggandengan dibuka dalam keadaan ini, maka akumulator membongkar semua
fluidanya pada tekanan kerja. Perhatian yang luar biasa harus diberikan bila kita bekerja pada

sirkuit berakumulator. Biasanya suatu katup hembusan ke bawah manual atau otomatis di
masukkan untuk memungkinkan tekanan tekanan akumulator dibuang. Gauge tekanan harus
diamati selama hembusan kebawah, dan tidak ada kerja yang dilakukan sampai didapat
kepastian semua tekanan telah dibuang.

Fluida Hidrolik
Fluida dalam sistem hidrolik digunakan untuk mengangkut energy dan menghasilkan
gaya yang dibutuhkan pada akuator. Fluida harus dapat mengangkut panas dari tempat fluida
itu ditimbulkan (katup, akuator, rugi-rugi gesekan dalam pipa) dan tidak boleh dipengaruhi
sendiri oleh perubahan temperature. Fluida dapat menyebabkan kerusakan komponen-
komponen. Kasus ekstrimnya adalah air yang menyebabkan karat, tetapi reaksi yang kurang
jelas juga terjadi. Fluida air-glycol, misalnya menyerang zinc, magnesium dan cadmium-
semuanya bahan yang cukum umum. Beberapa fluida sintetik berinteraksi dengan nitrile dan
neoprene, dan chat khus dibutuhkan di bagian dalam reservoir dengan beberapa fluida.
Karena itu, harus dipilih fluida yang kompatibel dengan bagian lain sistem.
Fluida hidrolik yang paling umum adalah minyak berbasis petroleum (serupa dengan
minyak mesin mobil) dengan aditif untuk memperbaiki pelumasan, mereduksi pembentukan
3
busa, dan menghalangi karat. Dengan tambahan zat yang benar, fluida hidrolik itu akan
memenuhi semua persyaratan dan tidak bereaksi secara merugikan dengan tiap bahan umum.
Kekurangan fluida hidrolik yang utama adalah sifatnya yang mudah terbakar ( minyak
petroleum sangat mudah menyala). Walaupun hanya ada sedikit sistem hidrolik (bila ada)
yang beroperasi pada temperature yang dapat menyalakan minyak, kebocoran yang besar
dapat membawa tumpahan minyak menuju kontak dengan sebuah sumber penyalaan. Jadi,
kemungkinan kebocoran ini membutuhkan pertimbangan serius jika minyak petroleum yang
digunakan.
Perpipaan Pneumatik, selang,dan Sambungan
Berbagai peralatan akhir dalam sistem pneumatic dihubungkan ke penerima udara
lewat pipa, tabung, atau selang. Dalam banyak skema, pasokan udara dipasangkan sebagai
sebuah layanan tetap yang secara prinsip serupa dengan jaringan utama elektrik yang
memungkinkan peralatan-peralatan baru ditambahkan sesuai kebutuhan. Umumnya,
distribusi disusun sebagai cabang-cabang yang terbuka atau sebagai sebuah jaringan utama.
Dengan katup isolasi yang ditempatkan secara strategis, sebuah jaringan utama mempunyai
keuntungan bahwa bagian-bagian jaringan dapat diisolasi untuk perawatan, modifikasi, atau
perbaikan tanpa mempengaruhi sisa sistem.

Sistem pneumatik mudah terpengaruhi uap lembab dan, untuk menyediakan


pembuangan, perpipaan harus dipasang dengan kemiringan sekitar 1% ( 1 dalam 100) ke
bagian bawah dari reservoir. Sebuah perangkap air yang dipasang di titik paling bawah dari
sistem memungkinkan kondensasi dialirkan, dan semua tap-off diambil dari bagian atas pipa
untuk mencegah air berkumpul di jaringan cabang.

Jika sistem pneumatic dipasang sebagai suatu proyek layanan (dan bukan untuk suatu tujuan
yang ditetapkan dengan benar secara spesifik), maka penentuan ukuran pipa harus selalu
dilakukan secara konservatif untuk memungkinkan pengembangan di kemudian hari.
Penggandaan diameter pipa menyebabkan luas penampang menjadi empat kali, dan
penurunan tekanan yang dikecilkan sesedikitnya sepuluh kali

4
Sambungan dapat dibuat dengan sambungan las, sambungan berulir, flense, atau
sambungan tabung yang di tekan. Sambungan las yang bebas kebocoran dan kuat, adalah
pilihan utama untuk disribusi jaringan pipa utama yang tetap. Namun peroses pengelasannya

menimbulkan kerak yang diendapkan di bagian dalam pipa dan harus dibuang sebelum
digunakan.

Sambungan pipa berulir jelas harus mempunyai ulir laki (male) di pipa. Dan
sambungan ini dapat diperoleh dalam berbagai standar, beberapa diantaranya adalah NPT
(American National Pipe Threads), BSP ( British Standard Pipe Threads), dan Metric Pipe
Threads. Pilihan diantara standar-standar ini ditentukan oleh standar yang dipilih pabrik
pemakai. Ulir tirus (taper threads)nberbentuk kerucut dan membentuk suatu seal antara
bagian laki dan perempuan ketika terikat, dengan bantuan dari campuran penyambung atau
pita plastic. Ulir parallel lebih murah, tetapi membutuhkan suatu cincin-O untuk mengadakan
seal.
Suatu jaringan pipa dapat mengalami beban kejut dari perubahan tekanan di dalam
pipa, dan juga dapat terjadi tumbukan yang tak disengaja diluar. Oleh karena itu, perpipaan
harus dipasang secara cermat dan diproteksi dari bahaya kerusakan yang tak di segaja. Fiting
dalam jaringan seperti katup, filter dan unit pengolahan harus mempunyai intalasinya sendiri
dan tidak bergantung pada sisi manapun dari pipa untuk menopang.
Perpipaan Hidrolik, Selang, dan Sambungan
Perbedaan antara perpipaan hidrolik dan pneumatic terutama pada tekanan
operasinya, yang jauh lebih tinggi dalam sistem perpipaan hidrolik. Perhatian khusus harus
diberikan untuk memeriksa rating tekanan pipa, tabung, selang, dan fiting yang dinyatakan
sebagai tekanan ledakan. Faktor keamanannya didefinisikan sebagai :
tekananledak
Faktor Keamanan=
tekanan kerja

5
Sampai 60 bar, sebuah factor keamanan sebesar delapan harus digunakan : antara 60 dan 150
bar, factor keamanan sebesar enam direkomendasikan : sementara diatas 150 bar, factor
keamanan sebesar empat dibutuhkan. Ini dapat dibandingkan dengan sistem pneumatic,
dimana factor keamanan sebesar sekitar 40 biasanya didapat dari komponen-komponen
standar yang sederhana.
Perpipaan hidrolik dispesifikasi oleh ketebalan dinding yang menentukan rating
tekanan dan diameter luar (OD, yang menentukan ukuran fiting yang akan digunakan).
Ternyata untuk suatu OD tertentu, sebuah pipa dengan tekanan lebih tinggi mempunyai
diameter dalam (ID) yang lebih kecil. Perpipaan Amerika dibuat menurut Spesifikasi
American National Standards Institute (ANSI), yang menetapkan 10 set ketebalan dinding
sebagai sebuah bilangan skedul dari 10 sampai 160. Makin tinggi bilangannya, makin tinggi
pula rating tekanannya. Perpipaan standar adalah skedul 40.
Pipa harus ditetapkan ukurannya, demi menentukan kecepatan aliran yang
dispesifikasikan agar sesuai dengan aliran yang diharapkan. Kecepatan aliran yang tipikal
adalah 7-8 m/s untuk suatu jaringan tekanan, dan 3-4 m/s untuk jaringan balik. Kecepatan
yang lebih rendah didefinisikan untuk jaringan balik, demi mereduksi tekanan kembali.
Untuk alasan yang sama, kecepatan dalam sebuah jaringan pengisap pompa harus berada
dalam kisaran 1,5-2 m/s. Pada titik keluar dari diffuser, jaringan balik ke dalam tangki
kecepatan harus sangat rendah, di bawah 0,3 m/s, untuk mencegah pengadukan yang
menaikkan kontaminasi apapun didasar tangki.
B. BAB 7 KONTROL PROSES PNEUMATIK
Jika beberapa proses industry harus dikontrol secara otomatis, maka akan ada banyak
variable proses (misalnya temperature, aliran, tekanan, level) yang perlu diukur dan di jaga
pada nilai yang benar demi keamanan dan ekonomisnya operasi. Dalam gambar 7.1 misalnya
aliran air dalam sebuah pipa harus dijaga dalam suatu nilai tetapan awal (preset value).
Dalam Gambar 7.1 aliran diukur untuk memberikan besar aliran saat itu (biasanya
dinamakan PV- singkatan dari process variable (variable proses). Variabel ini dibandingkan
dengan aliran yang diinginkan (dinamakan SP untuk set point untuk menghasilkan sinyal
error, yang dilewatkan kesebuah pengontrol . Sinyal ini mengatur sinyal penggerak actuator
untuk menggerakkan katup dalam arah yang memberikan aliran yang dibutuhkan (dengan
kata lain, PV =SP, yang menghasilkan eror nol). Susunan pada Gambar 7.1 dinamakan
control loop tertutup (closed loop control), karena sebuah loop dibentuk oleh pengontrol,
akuator, dan peralatan pengukur. Dalam banyak pabrik control loop tetrtutup diperoleh
melalui teknik-teknik elektronik, atau bahkan computer, teknik dengan berbagai sinyal
direpresentasikan oleh arus listrik. Suatu standar umum menggunakan arus dalam kisaran 4

6
sampai 20 mA. Jika arus ini menyatakan aliran air dari 0 – 1500 1 menit −1 misalnya, maka
aliran sebesar 1000 1menit −1dinyatakan oleh arus sebesar 14,67 mA.
Sinyal dan Standar
Sinyal dalam control proses biasanya direpresentasikan dengan tekanan yang
bervariasi dalam kisaran 0,2 sampai 1,0 bar hampir identic dengan 3 sampai 15 psig untuk
jangka imperial ekuivalennya. Jika aliran air sebesar 0 sampai 1500 1 menit −1
direpresentasikan secara pneumatic, maka 0,1 menit −1 ditunjukan oleh tekanan sebesar 0,2
bar 1500 1 menit −1 adalah 1,0 bar sementara 1000 1 menit −1 adalah 0,733 bar. Tekanan
jangkauan rendah sebesar 0,2 bar (3 psig dalam jangkauan imperial) dikenal dengan sebuah
offset nol dan melayani dua tujuan. Pertama adalah untuk mengingatkan tentang kerusakan
jaringan sinyal yang menghubungkan transmitter dan pengontrol atau indicator (offset nol 4
mA pada sistem elektrik juga memberikan proteksi ini). Dalam gambar 7.2 a transmitter
aliran pneumatic dihubungkan ke indicator aliran. Pasokan pneumatic (biasanya, 2 sampai 4
bar) dihubungkan ke transmitter sehingga memungkinkan dinaikkannya tekanan jaringan.
Jika indicator diberi skala 0,2 sampai 1 bar, maka suatu kesalahan jaringan akan
menyebabkan indicator menunjuk di luar skala, secara negative. Rugi jaringan pasokan
tekanan menyebabkan penunjukan kesalahan serupa.
Offset nol juga menaikkan kecepatan respon. Pada gambar 7.2b suatu kenaikan aliran
yang mendadak diterapkan ke transmitter pada saat A. Transmiter aliran menghubungkan
pasokan ke jaringan, yang menyebabkan kenaika tekanan secara eksponensial (dengan
konstanta waktu yang ditentukan oleh volume jaringan). Tekanan naik menuju tekanan

pasok, tetapi pada saat B, tekanan yang benar sebesar 0,8 bar dicapai dan transmitter pun
memutus pasokan.

Tekanan tetap berada pada 0,8 bar sampai saat C, ketika aliran turun secara cepat
menjadi nol. Pada saat D, tekanan sebesar 0,2 bar tercapai (berhubungan dengan aliran nol)
dan transmitter berhenti mengosongkan jaringan. Untuk penunjukan yang naik, offset nol
mempunyai pengaruh yang kecil tetapi untuk penunjukan yang menurun, tansmiter perlu
mengosongkan jaringan secara sempurna tanpa suatu offset nol untuk memberikan indikasi
7
nol, dengan respon tertinggal orde pertama, secara teoritis ini membutuhkan waktu imfinit,
tetapi dengan beberapa penerimaan error pada praktiknya, waktu CD akan diperpanjang
secara signifikan.
Nosel Flapper
Dasar dari semua peralatan control proses pneumatic adalah peralatan untuk
mengubah suatu perpindahan kecil menjadi suatu perubahan tekanan, yang
mempresentasikan property/sifat yang menyebabkan perpindahan tsb. Mekanismeini tidak
berubah didasarkan pada nossel flapper, yang susunan, karakteristik dan aplikasinya
diilustrasikan pada gambar 7.3.
Suatu pasokan udara (biasanya, 2 sampai 4 bar) diberikan pada nosel yang sangat
halus, lewat penyempitan seperti yang ditunjukan pada gambar 7.3a. Sisi keluaran sinyal

nosel mengisi sebuah beban tertutup (tanpa ventilasi), misalnya sebuah indicator.Udara
keluar sebagai sebuah jet yang halus dari nosel, sehingga tekanan di A lebih renda dari
tekanan pasokan, karena penurunan tekanan pada penyempitan.

Rugi udara dari jet (dan demikian tekanan di A) dipengaruhi oleh celah x antara
nossel dan flapper yang dapat digerakkan : makin kecil celah, makin rendah aliran udara dan
makin tinggi tekanan. Suatu respon tipikal ditunjukan pada gambar 7.3b, yang
mengilustrasikan suatu jangkauan perpindahan yang sangat kecil dan respons non-linier
keseluruhan. Namun, respon dapat dianggap linear pada jangkauan terbatas (seperti yang
ditunjukan) dan nossel flapper biasanya di linierisasi dengan menggunakan sebuah sistem
keseimbangan gaya seperti yang akan dibahas kemudian.
Gambar 7.3c menunjukan suatu transduser tekanan diferensial sederhana yang dapat
digunakan sebagai transmitter aliran dengan mengukur penurunan tekanan pada suatu pelat

8
lubang. Perbedaan tekanan antara P1 dan P2 menyebabkan gaya pada flappe.Dengan
mengasumsikan P1 > P2 (yang benar untuk aliran yang ditunjukkan),bagian atas flapper
didorong kekanan sampaigaya dari (P!-P2) sesuai dengan oleh gaya dariperegangan pegas.
Celah nosel flapper, dan dengan demikian tekanan keluaran, ditentukan oleh tekanan
diferensial dan aliran lewat pelat lubang.
Pamampatan Volume
Sebuah amplifier udara diilustrasikan seperti gambar 7.4. Amplifier dilengkapi
dengan pasokan udara (biasanya 2-4bar) dan suatu sinyal masukan tekanan. Amplifier
membiarkan udara masuk, atau mengusongkqn udara dari keluaran untuk mempertahankan
suatu rasio keluaran /keluaran yang konstan. Sebuah amplifier dengan gain (penguatan)
sebesar dua, misalnya, mengubah suatu jangkauan sinyal 0,2 sampai 1 bar menjadi jangkauan

0,4 sampai 2 bar. Tekanan keluaran, yang dikontrol oleh amplifier, mempunyai kemampuan
untuk menyediakan volume udara yang besar dan dapat menggerakan beban berkapasitas
besar.

Suatuamplifier udara seimbang bila gaya-gaya pada kedua diafragmanya sama dan
berlawanan. Diafragma dengan luas yang sama telah digunakan dalam amplifier gain satu
pada gambar 7.4b. Luas diafragma masukan dalam amplifier pada gambar 7.4c adalah dua
kali luas diafragma keluaran. Untuk keseimbangan, besarnta tekanan keluaran harus dua kali
tekanan masukan, sehingga diberikan gain sebesar dua. Secara umum, gain amplifier
diberikan oleh :
luasmasukan
Gain ¿
luaskeluaran

9
Prinsip Keseimbangan Gaya dan Relai Udara
Sebuah amplifier membuat seimbang tekanan masukan dan tekanan keluaran. Sebuah

relay udara membuat seimbang tekanan masukan degan gaya dari pegas jangka (range
spring). Sebuah sinyal masukan yang membesar menyebabkan udara lewat dari pasokan ke
beban, semetara suatu sinyal masukan yang mengecil menyebabkan udara keluar dari beban.
Di pusat jangkauan sinyal masukan, sama sekali tidak terdapat aliran ke atau dari port
keluaran.
Relai udara digunakan untuk melinearkan suatu nosel flapper, lihat pada gambar 7.6.

Di sini, gaya dari ketidakseimbangan dalam tekanan masukan P1 dan P2 dapat sesuai dengan
gaya dari bellow umpan balik yang tekanannya diatur oleh relai udara. Misalkan aliran dalam
pipa bertambah, sehingga menyebabkan naiknya perbedaan tekanan P1 – P2. Gaya yang

10
bertambah dari bellow dibagian atas mengecilkan celah flapper yang menyebabkan tekanan
pada masukan udara naik. Ini menyebabkan udara lewat ke bellow umpan balik, yang
menggunakan suatu gaya yang berlawanan dengan gaya dari bellow sinyal.

Pengontrol Pneumatik
Kontrol loop tertutup, yang dibahas secara singkat sebelum ini, membutuhkan sebuah
pengontrol yang mengambil sinyal yang diharapkan (set point) dan sinyal sebenarnya
(variable proses), menghitung error, kemudian mengatur keluaran dengan suatu akuator untuk
membuat nilai aktualnya sama dengan nilai yang yang diharapkan. Pengontrol pneumatic

yang paling sederhana dinamakan pengontrol proposional saja, yang ditunjukan secara
skematik pada gambar 7.7. Sinyal keluaran disini hanyalah sinyal error yang dikalikan
dengan suatu gain :
OP = K x error
= K (SP – PV)
Dengan K adalah gain.

Perbandingan pengontrol pada gambar 7.7 dengan transmitter keseimbangan gaya


pada gambar 7.6 menunjukan bahwa pengukuran tekanan diferensial (P1-P2) melakukan
fungsi yang sama dengan pengurangan error (SP-PV). Jadi kita dapat membuat pengontrol
propesional sederhana saja dengan sirkuit pneumatic pada gambar 7.6. Gain dapat diatur
dengan menggerakkan posisi poros.
Keluaran pengontrol proporsional adalah K x error, sehingga untuk mendapatkan
sinyal keluaran, sebuah sinyalerror harus ada. Error ini yang dinamakan offset, biasanya
kecil, dan dapat dikurangi dengan menggunakan gain yang besar. Namun, dalam banyak
aplikasi, gain yang terlampau besar menyebabkan sistem menjadi tidak stabil. Dalam keadaan
ini dilakukan modifikasi pada pengontrol dasar. Suatu integral waktu dari error ditambahkan
dan menghasilkan :

11
1
(
OP=K error
Ti ∫
error dt )
Sebuah pengontrol Pneumatik P + I dapat dikonstruksi seperti yang ditunjukan pada
gambar 7.8c. Bellow integral melawan aksi dari bellow umpan balik, dengan laju perubahan
tekanan dibatasi oleh katup pengatur T i. Pengontrol menyeimbangkan dengan tepat celah
nosel plaffer untuk menghasilkan error nol, dengan PV = SP dan menyamakan gaya-gaya dari
bellow integral dan bellow umpan balik.

Suatu variasi pengontrol lebih lanjut yang dinamakan pengontrol tiga suku atau
P+I+D, menggunakan persamaan
1 d error
(
OP=K error
Ti ∫
error dt +T d
dt )
Dengan T dadalah control yang dapat disesuaikan oleh pemakai, dan dinamakan waktu
derivatif. Penambahan suku derivatif membuat keluaran control berubah cepat bila SP atau
PV berubah secara cepat, dan dapat berfungsi untuk membuat sistem lebih stabil.

12
Kontrol tiga suku pneumatic dapat diperoleh dengan susunan gambar 7.9,dimana aksi
dari bellow umpan balik telah ditunda. Gambar 7.10 merepresentasikan panel depan tipikal
sebuah pengontrol. Nilai-nilai SP, PV, dan keluaran pengontrol diperlihatkan dan operator
dapat memilih antara operasi otomatis atau manual.

13
Secara internal, pengontrol disusun seperti gambar 7.11. Setpoint dan control keluaran
manual adalah regulator tekanan, dan sakelar auto/manual hanya memilih antara pengontrol
dan tekanan keluaran manual.
Katup-katup Kontrol Proses dan Aktuator
Dalam kebanyakan skema control proses pneumatic, actuator terakhir mengontrol
aliran fluida. Contoh tipikalnya adalah aliran cairan untuk mengontrol komposisi kimiawi dan
mengontrol level; aliran bahan bakar untuk mengontrol temperature dan mengontrol tekanan.
Dalam kebanyakan kasus, peralatan control sebenarnya adalah katup control yang diaktifkan
secara pneumatic.
Katup Kontrol Aliran
Ada tiga tipe katup control aliran,yang ditunjukan pada gambar 7.12 sampai 7.14.
Dari semua tipe ini, sumbat atau katup bulat(globe) gambar 7.12 mungkin adalah yang paling
umum. Katup ini mengontrol aliran dengan mengubah posisi sumbat vertical, yang mengubah
ukuran lubang antara sumbat yang dipotong dan dudukan katup. Biasanya sumbat diarahkan
dan dibatasi dari gerakan arah sisi dari sebuah sangkar, yang demi kemudahan tidak
ditunjukan pada gambar 7.12a.

14
Sebuah katup kupu-kupu, yang ditunjukan pada gambar 7.13, terdiri dari sebuah
cakram besar yang diputar didalam pipa, dan sudutnya menentukan penyempitan. Tipe katup
ini memiliki kekurangan dalam hal kebocorannya yang cukup tinggi dalam posisi tertutup
dan mudah rusak karena efek torsi dinamik, suatu topic yang akan kita bahas kemudian.

Katup bola, yang ditunjukan pada gambar 7.14, menggunakan sebuah bola dengan
lubang terusan yang diputar didalam suatu dudukan mesin. Katup bola mempunyai
karakteristik menutup yang istimewah, dengan tingkat kebocoran yang hampir sebaik katup
isolasi on/off.

Bila fluida mengalir melalui suatu katup, maka gaya-gaya dinamik bekerja pada poros
actuator. Pada gambar 7.15a, aliran membantu pembukaan (dan melawan penutupan) katup.
Pada gambar 7.5b, aliran membantu penutupan (dan melawan pembukaan) katup. Katup
seimbang pada gambar 7.15c menggunakan dua sumbat dan dua dudukan dengan aliran yang
berlawanan dan meberikan sedikit reaksi dinamik pada poros actuator. Hal ini dicapai dengan
pengorbanan kebocoran yang lebih tinggi, karena toleransi pembuatannya menyebabkan
suatu satu sumbat duduk sebelum yang lain.

15
Aktuator
Aktuator katup pneumatic terlihat serupa dengan actuator linear, tetapi ada perbedaan-
perbedaan penting. Aktuator linear beroprasi pada tekanan konstan, memproduksi suatu gaya
yang proposional dengan tekanan yang diberikan dan biasanya mengembang penuh atau
menyusut penuh. Aktuator katup beroprasi dengan sebuah tekanan terapan yang dapat
berkisar dari 0,2 sampai 1 bar, yang menghasilkan suatu perpindahan poros yang sebanding
dengan tekanan terapan.
Suatu actuator tipikal ditunjukan pada gambar 7.18. Sinyal control diterapkan pada
bagian atas piston yang dibuat kedap oleh suatu diafragma fleksibel. Gaya kebawah dari
tekanan ini (P x A) ditentang oleh gaya kompresi pegas, dan piston berhenti ketika kedua
gaya adalah sama, dengan perpindahan yang proporsional dengan tekanan terapan. Gain

actuator (perpindahan/tekanan) ditentukan oleh kekuatan pegas, dan tekanan pada saat
actuator mulai bergerak (katakanlah 0,2 bar) diatur oleh penyesuaian pra tegangan.
Aktuator pada gambar 7.19, tekanan sinyal diberikan di bagian bawah piston dan gaya
pegas dibalik. Dengan desain ini poros bergerak ke atas untuk menaikkan tekanan dan

16
bergerak ke bawah karena mode kegagalan yang umum. Aktuator ini dikenal sebagai actuator
fail-down atau actuator bekerja terbalik.

Satu kelemahan di desain ini adalah dibutuhkannya seal di poros katup. Bila factor
keamanan dianggap penting, maka katup dan actuator harus dipilih untuk memberikan mode
kegagalan yang tepat. Sebuah katup bahan bakar misalnya, harus gagal tertutup, sementara

katup air pendingin harus gagal terbuka.

Pada gambar 7.20 ditunjukan actuator piston kerja ganda yang beroperasi pada
tekanan tinggi. Tidak terdapat pegas pemulih, sehingga poros digerakkan dengan
memberikan udara ke, atau mengosongkan udara dari, kedua sisi piston. Sebuah skema
control posisi loop tertutup digunakan, dimana perpindahan poros dibandingkan dengan
perpindahan yang diinginkan, dimana perpindahan poros dibandingkan dengan perpindahan
yang diinginkan (yaitu tekanan sinyal) dan tekanan piston disesuaikan.

17
Pengatur Posisi Katup
Sebuah pengatur posisi katup digunakan untuk memperbaiki unjuk kerja dari actuator
yang dioperasikan secara pneumatic, dengan menambahkan loop control posisi sekeliling
actuator seperti yang ditunjukan pada gambar 7.21. Pengaturan posisi katup terutama
digunakan :
 Untuk meningkatkan kecepatan operasi katup
 Untuk menyediakan pemampatan volume ketika peralatan yang menyediakan sinyal
control hanya dapat menyedikan sejumlah volume udara yang terbatas.
 Untuk menghilangkan offset yang diakibatkan gaya-gaya dinamik dalam katup
 Ketika dibutuhkan suatu pemampatan tekanan untuk memberi gaya actuator yang
diperlukan
 Ketika suatu actuator kerja ganda dibutuhkan (yang tidak dapat dikontrol dengan jalur
tekanan tunggal)

Ada dua tipe dasar pengatur posisi katup. Gambar 7.22 menunjukan konstruksi
sebuah pengatur posisi katup yang menggunakan variasi prinsip keseimbangan gaya yang
dibahas sebelum ini. Jika posisi actuator rendah, maka celah nosel flapper mengecil, sehingga
menyebabkan suatu kenaikan tekanan dititik A. Ini menyebabkan spul naik, dan
menghubungkan udara pasokan ke keluaran 1, dan mengosongkan keluaran 2, yang
menghasilkan pengangkatan actuator. Jika posisi actuator tinggi, maka celah nosel flapper
membesar dan tekanan di A turun, dan menyebabkan spul bergerak turun dengan
memberikan udara kekeluaran 2 serta mengosongkan keluaran 1, yang menghasilkan
penurunan actuator.

18
Pengaturan posisi nol diatur oleh hubungan dari penunjuk ke poros katup dan
jangkauannya oleh kekuatan pegas. Pengaturan nol harus dapat dilakukan dengan sebuah
sekrup diujung akhir pegas. Jenis pengaturan posisi di ilustrasikan pada gambar 7.23,
menggunakan prinsip keseimbangan gerakan. Pengaturan posisi biasanya dipasok dengan
dilengkapi gauge untuk menunjukan tekanan pasokan, tekanan sinyal dan tekanan keluaran,
seperti diilustrasikan pada gambar 7.24 untuk sebuah actuator ganda.
Konverter

Pengaturan control proses yang paling umum mungkin adalah pengontrol elektronik
dengan transduser dan actuator pneumatic. Karena itu dibutuhkan peralatan untuk melakukan
konversi antar sinyal analog elektrik dan standar pneumatic. Konversi elektrik ke pneumatic
dilakukan oleh sebuah converter I-P, sedangkan konversi pneumatic ke elektronik dilakukan
lewat peralatan yang dinamakan converter P-I.

19
Konverter I-P
Gambar 7.25 mengilustrasikan sebuah bentuk umum converter I-P yang didasarkan
pada prinsip keseimbangan gaya yang terkenal dan nosel flapper. Arus elektrik dilewatkan
melalui kumparan dan menghasilkan suatu perpindahan rotasional dari batang.

Konverter P-I
Operasi converter P-I, di ilustrasikan pada gambar 7.26, dan lagi-lagi menggunakan
prinsip keseimbangan gaya. Sinyal tekanan masukan diaplikasikan ke bellow dan
menghasilkan simpangan batang.

Aplikasi Pengurutan
Proses control pneumatic juga berhubungan dengan pengurutan (sequencing), yaitu
melaksanakan kerja sederhana yang mengikuti satu dengan yang lain dalam urutan yang
sederhana atau dengan urutan yang ditentukan oleh sensor. Sirkuit ekuivalen elektrik
dibentuk dengan relai-relai, logic zat padat atau pengontrol yang dapat deprogram.

20
Suatu contoh sederhana sistem pengurutan pneumatic diilustrasikan pada gambar
7.27, dimana sebuah piston berosilasi secara kontinu antara dua saklar batas yang
dioperasikan dengan pilihan LS1 dan LS2. Ini menggeser katup utama V1 dengan jaringan
tekanan pilot. Spul katup utama tidak mempunyai pegas balik dan tetap dalam posisinya,
sampai ada sinyal yang berlawanan. Katup bolak-balik V2 dan V3 membolehkan sinyal
eksternal digunakan lewat port Y dan Z.

Sebuah katup tunda waktu dikontruksikan seperti yang diilustrasikan pada gambar
7.28a. Sinyal masuk X adalah sinyal pilot yang menggerakan spul dalam katup utama V1,
tetapi sinyal itu ditunda oleh katup restriksi dan volume reservoir yang kecil V. Bila X
digunakan, tekanan pilot Y naik secara eksponensial sehingga memberikan suatu penundaan
T, sebelum tekanan yang dioperasikan pilot dicapai. Bila X dipindahkan, maka katup tak

balik secara cepat mengosongkan reservoir yang menghasilkan penundaan off yang dapat
diabaikan. Gambar 7.28b menunjukan respon itu. Seperti ditunjukan, katup merupakan katup
penundaan on. Jika katup tak balik dibalik maka didapat kerja penundaan off.

BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

21
1. Dilihat dari tampilan buku yang di review buku ini sangat bagus karena warna dari
tampilan buku ini membawa daya tarik tersendiri bagi pembaca, dan tampilan buku
ini sesuai dengan materi yang ada di dalam buku ini.
2. Dari aspek penulisan buku, buku ini sangat bagus dalam sistem penulisannya dan
penggunaan font size penggunaan spasi nya sesuai sehingga menpermuda si
pembaca dalam memahami materinya.
3. Dari aspek isi buku, buku ini sangat banyak sekali ilustrasi gambarnya sehingga
mempermudah pembaca dalam memahaminya baik itu sistem hidrolik ataupun
pneumatik dan juga terdapat cara kerjanya. Dan dari isi materinya buku ini sangat
bagus dan cukup lengkap, namun pada materi yang saya bahas pada bab ini ada
sebagian tata letak gambar yang tidak sesuai dengan pembahasan materi tentang
gambar tersebut. Dan dalam buku ini juga tidak terdapat contoh-contoh soal atau
latihan soal sehingga pembaca tidak dapat melatih kemampuannya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang mungkin akan dihadapinya suatu saat
ketika didalam suatu pekerjaan.
4. Dari aspek tata Bahasa, buku ini sangat mudah dipahami oleh pembaca karena
menurut saya sangat jelas Bahasa-bahasa yang digunakan dalam buku ini.

BAB IV

PENUTUP

22
A. KESIMPULAN
Sebuah sistem hidrolik adalah sistem yang tertutup, dimana minyak yang digunakan
disimpan didalam sebuah tangki atau reservoir ke mana minyak itu dikembalikan setelah
digunakan. Reservoir didesain untuk berlaku sebagai titik pengoleksi semua partikel kotoran
dan kontaminasi dalam sistem dan biasanya dibangun dengan penampang bentuk V yang
membentuk sebuah sumur. Sedikit kemiringan diberikan demi menjamin kontaminasi
berkumpul diujung bawah, dimana sumbat buang berada. Reservoir biasanya dikontruksi dari
pelat baja yang dilas dengan dinding sisi tipis untuk mendorong terjadinya rugi panas. Bagian
dalam tangki ditiup tembak (shot blasted) kemudian ditangani dengan cat protektif untuk
mencegah pembentukan partikel karat.
Sebuah pengatur posisi katup digunakan untuk memperbaiki unjuk kerja dari actuator
yang dioperasikan secara pneumatic, dengan menambahkan loop control posisi sekeliling
actuator seperti yang ditunjukan pada gambar 7.21. Pengaturan posisi katup terutama
digunakan :
 Untuk meningkatkan kecepatan operasi katup
 Untuk menyediakan pemampatan volume ketika peralatan yang menyediakan sinyal
control hanya dapat menyedikan sejumlah volume udara yang terbatas.
 Untuk menghilangkan offset yang diakibatkan gaya-gaya dinamik dalam katup
 Ketika dibutuhkan suatu pemampatan tekanan untuk memberi gaya actuator yang
diperlukan
 Ketika suatu actuator kerja ganda dibutuhkan (yang tidak dapat dikontrol dengan jalur
tekanan tunggal)

B. REKOMENDASI
Menurut saya buku ini sangat cocok untuk dijadikan tambahan didalam pembelajaran
agar menambah wawasan si pembaca dan dapat membantu pembaca dalam mengenal lebih
jauh lagi tentang sistem hidrolik dan pneumatic.

DAFTAR PUSTAKA

23
Andre Parr, 2003. Hidrolika Dan Pneumatika Pedoman Untuk Teknisi Dan Insinyur. Jakarta :
Erlangga

24

Anda mungkin juga menyukai