INFORMASI PASAL Abstrak: Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah menjelaskan proses
Diterima: 24 Desember 2019 Direvisi: pembuatan e-filing dan layanan e-billing di KPP Pratama Jakarta Palmerah
30 Desember 2019 Diterbitkan: 31 dan menjelaskan tingkat kepatuhan dan tingkat penerimaan perpajakan
Desember 2019 dalam hal peningkatan pelayanan publik, khususnya dari e-filing dan layanan
ebilling. Metode yang digunakan untuk penulisan ini adalah metode
Penulis yang sesuai: kualitatif dengan studi literatur dan studi lapangan. Secara umum,
Agus Bandiyono mekanismenya e-filing memudahkan pemantauan layanan dan dengan data
Surel: SPT yang terpusat pada satu sumber akan mempermudah dan
agus.bandiyono@gmail.com mempercepat proses pemeriksaan SPT, karena tidak perlu mengumpulkan
SPT dari
PENGANTAR
Pemerintah harus selalu meningkatkan kualitas pelayanan publiknya (Asriyani & Bandiyono, 2019). Pelayanan publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk barang, jasa, dan / atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik
(Bandiyono & Murwaningsari, 2019). Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah sangat beragam, namun penulis akan lebih
memfokuskan pada pelayanan publik berupa pelayanan administrasi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) berupa layanan
e-filing dan e-billing (Bandiyono & Sadry, 2018). Saat ini teknis pelaporan dan pembayaran pajak dilakukan dengan system self assesment,
artinya wajib pajak (WP) harus menghitung / menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang seharusnya terutang
(Bandiyono & Chaerul, 2017). Pelaporan secara sistematis oleh WP dilakukan melalui penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar (Bandiyono & Nugraha, 2017). Begitu pula dengan pembayaran pajak, WP wajib mengisi
Setoran Pembayaran Pajak (SSP) dan membawanya ke Bank atau Kantor Persepsi (Bandiyono & Andiani, 2018). Namun seiring dengan
kemajuan teknologi, DJP juga memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan teknologi dengan memfasilitasi WP wajib mengisi Surat Setoran
Pajak (SSP) dan membawanya ke Bank atau Kantor Persepsi (Bandiyono & Andiani, 2018). Namun seiring dengan kemajuan teknologi, DJP
juga memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan teknologi dengan memfasilitasi WP wajib mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dan
membawanya ke Bank atau Kantor Persepsi (Bandiyono & Andiani, 2018). Namun seiring dengan kemajuan teknologi, DJP juga
penyampaian SPT yang dilakukan oleh WP melalui e-filing dan juga kemudahan pembayaran pajak melalui e-billing
(Bandiyono & Augustine, 2019).
Menurut pasal 1 nomor 6 PMK-152 / PMK.03 / 2009, e-filing adalah cara penyampaian SPT atau
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara online secara realtime melalui website
DGTor Application Service Provider (ASP). Mekanismenya adalah e-filing yang disediakan DJP untuk
memudahkan WP dalam membuat dan menyampaikan laporan SPT dengan lebih mudah, cepat, dan murah
(Bandiyono, 2018). Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26 / PJ / 2014, tagihan elektronik
merupakan metode pembayaran pajak elektronik dengan menggunakan kode Billing. Kode Billing sendiri
merupakan kode identifikasi yang diterbitkan melalui sistem billing untuk jenis pembayaran atau pembayaran
pajak yang akan dilakukan oleh WP (Bandiyono & Ahmad, 2017). Dengan menggunakan e-billing,
pembayaran pajak menjadi lebih mudah, cepat, dan akurat (Bandiyono & Simbolon, 2018).
Kajian mekanisme e-filing dan e-billing akan dibatasi di KPP Pratama Jakarta Palmerah dikarenakan
keberhasilan KPP Pratama Jakarta Palmerah sendiri yang telah melebihi target pencapaian mekanisme e-filing dan
lokasi KPP sendiri yang berlokasi di Jakarta yang mana lebih maju dari kota lain di Indonesia dalam memahami
teknologi. Dalam tulisan ini yang ingin dicapai oleh penulis adalah menjelaskan proses pelayanan e-filing dan
e-billing pada STO Jakarta Palmerah serta menjelaskan tingkat kepatuhan dan tingkat penerimaan perpajakan
dalam hal peningkatan pelayanan publik khususnya layanan e-filing dan e-billing. Batasan Masalah
Penulis akan membatasi objek penulisan pada e-filing dan e-billing di KPP Jakarta Palmerah. Alasan
penulis memilih objek yang dimaksud adalah karena objek tersebut berada di Jakarta yang hampir semua orang
mengenal teknologi elektronik sehingga cocok untuk observasi. Selain itu, target pencapaian e-filing di KPP
Palmerah juga terbaik di Jakarta Barat.
TINJAUAN LITERATUR
Pemerintah harus meningkatkan kesejahteraan rakyatnya (Bandiyono & Ustadnia, 2018). Hal
tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan melayani setiap warga negara dan penduduk untuk
memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan publik (Bandiyono, 2017). Ketika
pemerintah berhasil memenuhi hak dan kebutuhan dasar penduduk, maka pemerintah dikatakan berhasil
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya (Bandiyono & Akhmadi, 2017). Seiring dengan harapan dan
tuntutan seluruh warga dan warga mengenai peningkatan pelayanan publik, maka penting bagi
pemerintah untuk selalu mengevaluasi kinerja pelayanan publik yang diberikan guna membangun
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik
(Bandiyono & Rahmawati, 2018).
Pelayanan publik.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan mengikuti peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Bandiyono & Al Fajar, 2017). Yang menyelenggarakan pelayanan publik adalah
setiap lembaga penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang didirikan berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik, dan badan hukum lainnya yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik (Bandiyono, & Andri, 2012).
Pelaksana pelayanan publik adalah pejabat, pegawai, pejabat, dan setiap orang yang bekerja pada organisasi penyelenggara yang
bertugas melaksanakan suatu tindakan atau rangkaian tindakan pelayanan publik. (Supraba & Bandiyono, 2017).
Untuk menjamin kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik diperlukan standar
yang menjamin pemerataan pelayanan yang diberikan (Bandiyono, 2017). Standar pelayanan publik sendiri diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
pelayanan publik yang dibahas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyelenggaraan pelayanan publik dengan
menganut prinsip-prinsip umum tata kelola dan korporasi yang baik serta memberikan perlindungan bagi setiap orang. warga negara dan
Pengarsipan elektronik.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1 / PJ / 2014, efiling adalah penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan atau Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan yang dilakukan.
online secara real-time melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Service Provider Application atau
Application Service Provider (ASP). Yang dapat menyampaikan SPT tahunannya melalui e-filing adalah wajib pajak orang
pribadi yang memenuhi kriteria untuk menggunakan formulir 1770S atau 1770SS. Wajib Pajak yang dapat menyampaikan
SPT Tahunan dengan menggunakan Formulir 1770S adalah Wajib Pajak yang memiliki penghasilan dan memenuhi kriteria
sebagai berikut:
Wajib Pajak yang dapat menyampaikan SPT tahunan dengan menggunakan Formulir 1770SS adalah Wajib Pajak yang memenuhi
Sebuah. memiliki penghasilan selain bisnis gratis dan / atau pekerjaan, dan
b. Jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp.60.000.000 (enam puluh juta rupiah) dalam 1 tahun pajak.
E-billing.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER -26 / PJ / 2014 tentang Sistem Pembayaran Pajak Secara
Elektronik, e-billing adalah cara pembayaran pajak secara elektronik dengan menggunakan kode billing. Kode Billing sendiri
merupakan kode identifikasi yang dikeluarkan melalui sistem billing untuk suatu jenis pembayaran atau pembayaran pajak yang akan
dilakukan oleh Wajib Pajak. Mekanisme e-billing itu sendiri dimaksudkan agar proses pembayaran pajak menjadi lebih cepat, mudah,
dan akurat (Bandiyono,
2018).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan untuk penulisan ini adalah metode kualitatif yang terdiri dari:
1. Studi Sastra
Metode Metode ini bertujuan untuk mendapatkan landasan teori bagi masalah yang akan dibahas yang diperoleh melalui
beberapa buku, hukum, dan literatur.
2. Studi Lapangan
Metode Metode ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang mendukung penulisan dengan cara mensurvei objek penelitian secara
langsung untuk mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan. Ini termasuk wawancara, observasi, dan analisis dokumen pendukung.
dapat memperkirakan bahwa akan ada 21 Pajak Penghasilan untuk pegawai, Pajak Penghasilan Badan, Pajak Penghasilan Pasal
22 atas Impor, Pajak Penghasilan Pasal 23, Pajak Penghasilan Pasal 26, Pajak Penghasilan final, Pajak Pertambahan Nilai, dan
pajak lainnya. Ketika otoritas pajak mengetahui jenis objek pajak apa saja yang tersedia di wilayah kerjanya, maka otoritas pajak
dapat memperkirakan seberapa besar pendapatan pajak yang didapat dari wilayah tertentu yang nantinya dapat membantu
menentukan target pencapaian setiap jenis pajak (Bandiyono, 2017).
Gambaran Umum E-filing dan E-billing serta Data Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Palmerah.
E-filing dan e-billing merupakan layanan elektronik yang disediakan oleh DJP untuk mempermudah administrasi
perpajakan, yaitu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran pajak. E-filling sendiri diwajibkan bagi Wajib Pajak
yang memenuhi kriteria tertentu yaitu yang menggunakan formulir SPT 1770S atau SPT 1770SS. Sedangkan penggunaan
e-billing sangat disarankan bagi WP yang ingin membayar pajak. Hal ini juga berlaku untuk KPP Pratama Palmerah Jakarta.
Meski tidak semua WP yang seharusnya menggunakan e-filling ikut serta dalam penggunaan e-filing, namun antusias WP di KPP
Pratama Jakarta Palmerah cukup besar sehingga bisa memenuhi bahkan melebihi target yang direncanakan. Untuk penerapan
e-billing sendiri per 1 Juli 2016 WP baru dapat menggunakan mekanisme e-billing DJP untuk membayar pajak terutang.
Komposisi WP yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Palmerah cukup beragam, terdiri dari WP Perusahaan,
WP Perorangan Pegawai, dan WP Perorangan Non Pegawai. WP Individu Karyawan memiliki persentase tertinggi dalam
komposisi WP yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Palmerah yang persentasenya mencapai 73,38% dari total WP
yang terdaftar pada tahun 2016. Hal tersebut beralasan karena jika dilihat dari peta wilayah KPP Pratama Jakarta
Palmerah terdapat perkantoran. adalah sektor dominan. Persentase WP terdaftar lainnya pada tahun 2016 adalah
21,23% untuk WP Non-Karyawan dan 11,06% untuk WP WP.
Data ini diperlukan untuk mengetahui berapa banyak WP yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Palmerah sehingga penulis
dapat mengetahui gambaran WP yang harus digunakan. e-filing. Mereka yang wajib menggunakan e-filing adalah wajib pajak orang
pribadi dan wajib pajak orang bukan karyawan yang memiliki penghasilan bruto paling banyak Rp. 60.000.000 (enam puluh juta
rupiah) dalam satu tahun pajak. Berikut ini adalah data WP yang digunakan e-filing.
Penerimaan Pajak KPP di Palmerah Jakarta KPP Pratama juga cukup beragam yang dapat dikelompokkan menjadi
penerimaan Pajak Penghasilan Nonmigas, Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Pajak Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, Pajak Penghasilan Migas, dan pajak lainnya. Berdasarkan data KPP Pratama Jakarta Palmerah, pada tahun 2015
persentase penerimaan perpajakan terbesar diperoleh dari Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,
yaitu sebesar
51,40%. PPh Nonmigas memberikan kontribusi 48,46% dari total penerimaan, kemudian Pajak Bumi dan Bangunan memberikan
kontribusi 0,01%. Pajak Penghasilan Migas menyumbang 0,09% dan pajak lainnya menyumbang 0,015% dari total penerimaan
pajak. Total penerimaan pajak untuk tahun 2015 mencapai Rp
1.919.592.076.173.
Salah satu ruang lingkup pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik dalam penyelenggaraan
pelayanan administrasi berupa tindakan administratif pemerintahan yang diwajibkan oleh negara dan tindakan administratif nonpemerintah
yang diwajibkan oleh negara. Salah satu contoh penyelenggaraan pelayanan administrasi adalah pelayanan yang diberikan oleh DJP
yang merupakan tindakan administratif pemerintahan yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Dilihat dari tujuan penyelenggaraan pelayanan administrasi publik adalah untuk memuaskan dan / atau memenuhi
keinginan atau harapan penerima layanan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut diperlukan peningkatan kualitas dalam
memberikan pelayanan publik. Peningkatan kualitas layanan itu sendiri akan terjadi jika terdapat kesesuaian antara harapan dan /
atau keinginan penerima layanan dengan kenyataan yang diterimanya. Harapan masyarakat saat ini tentunya adalah kemudahan
dan kecepatan pelayanan yang diberikan. Hal ini dikarenakan kesibukan masyarakat sendiri sehingga hanya memiliki sedikit
waktu untuk mengurus administrasi yang dibutuhkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, DJP sebagai salah satu penyelenggara
pelayanan publik wajib meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Karena yang menjadi keinginan masyarakat adalah
kemudahan dan kecepatan pemberian layanan, DJP telah menyediakan mekanisme penyampaian secara online yang selanjutnya
disebut e-filing, dan mekanisme pembayaran pajak secara online dengan menggunakan kode billing yang selanjutnya disebut
e-billing. Kedua mekanisme tersebut diharapkan dapat membantu meringankan tugas KPP, termasuk KPP Pratama Palmerah
Jakarta, sebagai instansi vertikal DJP untuk mencapai target penerimaan perpajakan yang direncanakan.
hanya buka pada hari kerja. Mekanismenya adalah e-filing dan e-billing Diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut sehingga WP yang
memiliki waktu terbatas tetap dapat memenuhi kewajiban perpajakannya yang pada akhirnya akan bermuara pada kepatuhan wajib pajak
dan penerimaan perpajakan di KPP Pratama Palmerah Jakarta sendiri.
1) http://www.pajakku.com
2) http://www.laporpajak.com
3) http: //www.layananpajak. com
4) http://www.spt.co.id
Karena ASP ini adalah perusahaan swasta, layanan aplikasi e-filing dikenakan biaya tergantung pada tarif yang
ditetapkan oleh perusahaan yang disebutkan di atas. Dengan menggunakan e-filing, WP tidak perlu lagi mikir antri di KPP
setiap akan melaporkan SPT. Pelaporan SPT juga tidak dibatasi pada jam atau hari kerja karena oleh e-filing kapan saja
WP dapat melaporkan SPT-nya. Dengan demikian risiko keterlambatan penyampaian SPT dapat diminimalisir jika WP
melaporkan SPT-nya selambat-lambatnya e-filing. Tapi layanan e-filing melalui ASP tidak gratis. Oleh karena itu, mulai
Februari 2012, Direktorat Jenderal Pajak memberikan layanan e-Filing gratis khusus SPT PPh Orang Pribadi 1770 S dan
1770SS melalui situs. www.pajak.go.id . Layanan ini juga dapat diakses langsung di alamatnya efiling.pajak.go.id .
Mekanisme ini dapat mulai diterapkan untuk Tahun Anggaran 2013.
Untuk penggunaan mekanisme e-filing di KPP Pratama Jakarta Palmerah, mayoritas WP menggunakan e-filing layanan yang
diberikan secara gratis yaitu melalui www.pajak.go.id . Mekanismenya e-filing disediakan DJP secara gratis cukup mudah dilakukan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1 / PJ / 2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS dengan cara Pengarsipan elektronik melalui
Situs web Direktorat Jenderal Pajak yang wajib dilakukan Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT Tahunan e-filing melalui www.pajak.go.id
adalah sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan e-FIN ( Nomor Identifikasi Elektronik) sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1 / PJ /
2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Menggunakan Formulir
1770S atau 1770SS dengan cara Pengarsipan elektronik
melalui Situs web Direktorat Jenderal Pajak, adalah nomor identifikasi yang diterbitkan oleh KPP bagi Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan penggunaan e-filing. Langkah-langkah Wajib Pajak untuk mendapatkan e-FIN adalah sebagai berikut:
1) mengajukan e-FIN langsung ke KPP terdekat atau tempat lain sebagai perwakilan KPP yang dapat digunakan untuk menerima
pendaftaran e-FIN, misalnya di pojok pajak, mobil pajak, atau lokasi pemberi kerja,
2) isi e-FIN forme-FIN
Selanjutnya KPP akan menerbitkan e-FIN selambat-lambatnya satu hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap
dan benar. Setelah Wajib Pajak mendapatkan e-FIN, Wajib Pajak dapat melakukan registrasi di www.pajak, go.id dan dapat langsung
menyampaikan SPT Tahunan pada e-filing oleh:
1) Mengisi SPT Pengisian e- SPT harus dilakukan dengan benar, lengkap, dan jelas. Jika hasil pengisian aplikasi e- SPT
menunjukkan status kurang bayar, Wajib Pajak harus mencantumkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara
(NTPN) untuk pembayaran PPh 29 sebagai bukti pembayaran.
5) Menerima notifikasi
Wajib Pajak akan mendapatkan notifikasi setiap penyampaian SPT Tahunan oleh e-filing melalui situs web Direktorat
Jenderal Pajak ( www.pajak.go.id )
1) pajak dalam rangka impor yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Penagihan,
dan
2) pajak yang tata cara pembayarannya diatur secara khusus.
Pembayaran / setoran pajak elektronik termasuk pembayaran dalam Rupiah dan Dolar AS. Khusus untuk pembayaran
dalam Dolar Amerika Serikat hanya dapat dilakukan untuk PPh Pasal 25 Pasal
29 Pajak Penghasilan dan Pajak Penghasilan Final yang dibayar oleh Wajib Pajak yang mendapat izin pembukuan dalam Bahasa Inggris dan
Dolar Amerika Serikat.
Pembayaran pajak elektronik / transaksi penyetoran dilakukan melalui Bank / Pos Persepsi dengan menggunakan kode Penagihan.
Transaksi pembayaran ini dapat dilakukan melalui teller Bank / Pos Persepsi, Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Internet
Banking, dan Penangkapan Data Elektronik
(EDC). Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai bagian pelayanan, Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta
Palmerah dapat memperoleh kode Penagihan oleh:
1) Pembuatan sendiri pada Aplikasi Penagihan DJP yang dapat diakses melalui halaman DJP dan halaman Kementerian
Keuangan yang berlaku 168 jam, dengan cara:
a) Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk mendapatkan User ID dan PIN secara online melalui menu Aplikasi Tagihan DJP baru
dan mengaktifkan akun pengguna melalui konfirmasi email. Wajib Pajak melakukan login dengan memasukkan User ID dan
b) PIN akun pengguna Aplikasi Penagihan DJP yang telah aktif sebelum melakukan penginputan data.
c) Penginputan data dilakukan atas nama dan NPWP itu sendiri, atau atas nama Wajib Pajak dan Wajib Pajak lainnya
sehubungan dengan kewajiban sebagai Wajib Pajak.
d) Wajib Pajak membuat Kode Penagihannya dengan memasukkan data pembayaran pajak yang akan dibayarkan.
2) Melalui Bank / Pos Persepsi atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak yang berlaku selama 48 jam
sejak diterbitkan, dengan cara:
a) Mengunjungi teller Bank / Pos Persepsi dengan menyerahkan UN SSP / SSP, atau
b) Menggunakan layanan / produk / aplikasi / sistem yang telah terkoneksi dengan Sistem Penagihan Pajak
Direktorat Jenderal Pajak.
3) Dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam hal penerbitan ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, SPPT
PBB atau UN SKP yang mengakibatkan kurang bayar. Kode Tagihan berlaku sampai tanggal jatuh tempo
pembayaran.
Penerapan mekanisme e-billing di KPP Pratama Palmerah Jakarta sendiri bisa dikatakan cukup sukses.
Meski
menjadi tidak ada indikator khusus yang mencerminkan keberhasilan
implementasi mekanisme e-billing, tidak adanya keluhan yang berarti dari WP dapat menunjukkan keberhasilan mekanisme
tersebut e-billing. Salah satu kendala dalam penerapan mekanisme e-billing hanya kesalahan WP dalam membayar jenis
pajak yang terutang, maka di KPP harus ada transfer untuk mengalihkan jenis pajak yang salah kepada pajak yang
seharusnya terutang. Namun karena secara umum tidak membahayakan penerimaan perpajakan maka kendala tersebut
tidak menjadi signifikan.
Tingkat kepatuhan dan tingkat penerimaan perpajakan terutama dilihat dari peningkatan pelayanan publik
e-filing dan layanan e-billing.
Implementasi mekanisme e-filing dan e-billing dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang
diberikan untuk memberikan kepuasan kepada pengguna jasa. Penerapan mekanisme e-filing akan dikatakan kedua
mekanisme tersebut e-filing dapat mengurangi jumlah WP yang terlambat menyampaikan SPT dan menambah jumlah WP
yang menyampaikan SPT. Sedangkan implementasi e-billing dikatakan baik jika dapat memudahkan WP dalam melakukan
pembayaran pajak yang berujung pada peningkatan penerimaan pajak di KPP Palmerah Jakarta. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, penerapan kedua mekanisme di KPP Pratama Jakarta Palmerah memiliki kendala masing-masing.
Pertanyaannya, apakah kendala di KPP Pratama Jakarta Palmerah dapat menghambat atau mengganggu tujuan
pembentukan mekanisme. e-filing dan e-billing diri?
Sebuah. Tingkat kepatuhan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Palmerah Pratama Jakarta.
Menurut Nurmantu (2006: 10), kepatuhan pajak dapat diartikan sebagai kondisi dimana WP memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan. Tingkat kepatuhan pajak yang relevan digunakan dalam hubungannya dengan
mekanisme e-filing adalah tingkat kepatuhan WP dalam kewajiban menyampaikan SPT serta tingkat kepatuhan wajib pajak
menyampaikan SPT tepat waktu.
Penerapan gratis e-filing dapat dilakukan mulai Tahun Pajak 2013, namun dapat dilihat pada tabel di atas bahwa
tingkat kepatuhan WP dalam menyampaikan SPT cenderung berfluktuasi namun kenaikan atau penurunan jumlahnya
tidak terlalu signifikan. Rasio kepatuhan tertinggi dicapai pada tahun 2015 dimana WP menyampaikan SPT Tahun
Pajak 2014. Setelah itu, rasio kepatuhan WP Non-Karyawan menurun 0,09 dan WP Karyawan turun 0,03. Meski
dengan kemudahan yang ditawarkan mekanismenya e-filing Dalam penyampaian SPT, WP cenderung masih enggan
menyampaikan SPT. Hal tersebut dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain kurangnya intensitas sosialisasi yang
dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Palmerah dan / atau WP yang merasa mekanismenya sudah tepat. e-filing tidak
cukup mudah bagi mereka. Kesulitan ini biasanya terjadi pada saat mengajukan e-FIN dimana WP diharuskan datang
ke KPP karena WP mungkin tidak sempat datang ke KPP atau tempat lain yang dijadikan perwakilan KPP seperti tax
corner, tax car, dan lokasi majikan. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Waskon I,
sosialisasi yang biasa dilakukan adalah dengan mengundang WP ke KPP, datang ke tempat-tempat yang memiliki
potensi WP besar seperti rumah sakit, serta mengadakan tutorial pengisian. e-filing bersama yang baru saja dimulai
pada bulan ini. Februari lalu. Jenis sosialisasi yang dilakukan KPP Palmerah sudah cukup variatif, namun
intensitasnya masih kurang, seperti tutorial penggunaan e-filing yang baru diadakan di tahun 2016
e-filing sudah dapat dilaksanakan mulai Tahun Anggaran 2013. Jika tidak ada sosialisasi yang diberikan memadai, wajar jika
persentase WP yang masih awam dengan apa mekanismenya yang besar. e-filing. Pemberian sosialisasi yang memadai
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi WP mana yang wajib digunakan e-filing, lalu menargetkan berapa WP wajib e-filings pasti
pernah digunakan e-
pengarsipan per tahun. Jika Anda sudah tahu berapa target WP per tahun yang harus Anda gunakan e-filing,
maka porsi pemberian sosialisasi akan lebih sesuai dan tepat sasaran.
Tabel di atas menunjukkan bahwa setelah berlakunya mekanisme bebas e-filing terhitung mulai Tahun Anggaran 2013 terjadi
penurunan tingkat keterlambatan dari Tahun Anggaran 2013 ke tahun-tahun berikutnya untuk WP Perorangan. Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan sebesar 300 (tiga ratus) angka bagi Wajib Pajak yang terlambat
menyampaikan SPT mulai tahun pajak 2013. Kenaikan yang terjadi pada tahun pajak 2015 karena keterlambatan penyampaian
SPT sebagai akibat kendala yang dihadapi dalam mekanismenya e-filing yaitu turun sistem yang digunakan untuk mekanisme
tersebut e-filing. Kebijakan yang diambil oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah memperpanjang waktu penyampaian SPT
hingga 30 April 2016 untuk tahun pajak 2015. Hal ini mengakibatkan penurunan yang signifikan pada keterlambatan
penyampaian SPT oleh 2.477 Wajib Pajak.
b. Tingkat penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Palmerah Pratama Jakarta. Untuk mekanismenya e-billing dibuat untuk
memudahkan WP membayar pajak, mekanismenya
e-billing akan mempengaruhi tingkat penerimaan pajak di KPP Palmerah Jakarta. Penerapan mekanisme e-billing bisa
dikatakan bagus jika bisa meningkatkan penerimaan pajak di KPP Palmerah Jakarta.
Jika ditinjau dari mekanisme penerapannya e-billing di KPP Palmerah Pratama Jakarta tentang penerimaan
pajak, hasilnya cukup baik. Terlihat penerimaan pajak dari tahun sejak mekanisme diterapkan e-billing, di tahun
2014, terus meningkat. Kenaikan tersebut dipicu oleh kemudahan wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak
dengan menggunakan mekanisme tersebut e-billing.
1) Lebih mudah
Wajib pajak tidak lagi harus antri di loket kasir untuk melakukan pembayaran karena saat ini Wajib Pajak dapat melakukan
transaksi pembayaran pajak melalui Bank internet atau melalui ATM yang dapat ditemukan di mana-mana.
2) Lebih cepat
Wajib Pajak dapat melakukan transaksi pembayaran pajak hanya dalam hitungan menit dari manapun Wajib Pajak berada. Jika Wajib
Pajak memilih seorang teller bank atau kantor pos sebagai alat pembayaran, Wajib Pajak tidak perlu menunggu lama untuk teller untuk masukkan
data pembayaran pajaknya. Karena Kode Tagihan yang ditampilkan akan memudahkan teller untuk mendapatkan data pembayaran
berdasarkan data yang dimiliki Wajib Pajak memasukkan sebelum.
3) Lebih tepat
Itu sistem e-billing akan memandu Wajib Pajak dalam mengisi SSP elektronik secara tepat dan benar mengikuti transaksi
perpajakan Wajib Pajak sehingga kesalahan data pembayaran seperti Sandi Rekening Pajak dan Sandi Jenis Setoran
dapat dihindari. Kesalahan input data yang biasa terjadi di teller dapat diminimalkan karena data yang akan muncul
dilayar adalah data yang dimiliki wajib pajak memasukkan sendiri mengikuti transaksi pajak wajib pajak yang benar.
dapat
Sebuah. dilakukan kapan saja (standar Waktu Indonesia Barat),
b. bisa dilakukan dimana saja sehingga tidak perlu antri di KPP, lebih mudah mengisi
c. SPT,
d. biaya yang relatif lebih rendah, dan proses
e. pengajuan SPT yang lebih cepat.
Kendala yang terkandung dalam mekanisme e-filing itu sendiri adalah interupsi dari server dalam menerima permintaan masuk
WP ketika banyak WP mengakses file server, jadi WP harus mengulangi proses pengajuan berkali-kali untuk mengakses file situs
web prihatin.
Mekanismenya e-billing, Secara umum sangat membantu WP dalam menjalankan kewajibannya dalam membayar pajak.
Karena WP semakin sibuk sehingga hanya punya sedikit waktu, mekanismenya e-billing memungkinkan mereka membayar pajak
melalui ATM atau Bank internet jadi mereka tidak perlu lagi datang ke bank atau kantor pos persepsinya. ObtainingCodes Penagihan
yang bisa dilakukan dengan berbagai cara juga memudahkan WP dalam memenuhi kewajibannya.
2. Tingkat kepatuhan perpajakan dalam bentuk realisasi penyampaian SPT tidak terlalu dipengaruhi oleh
mekanismenya e-filing. Yang berpengaruh signifikan adalah tingkat keterlambatan penyampaian SPT yang
turun cukup drastis. Hambatan berupa interupsi server dalam menerima permintaan tanda WP merupakan
salah satu kendala dan minimnya sosialisasi mekanisme e-filing. Selain itu, metode WP untuk mendapatkan
e-FIN yaitu wajib datang ke KPP atau tempat lain yang menjadi perwakilan KPP juga dinilai kurang efisien.
Mekanismenya e-billing bisa dikatakan bagus karena ada berbagai pilihan WP untuk membayar pajak. Selain itu, kode akuisisi Penagihan
dari berbagai hal yang bisa menyesuaikan dengan keinginan dan kemampuan WP juga semakin memudahkan WP dalam membayar
pajak.
Saran
Setiap mekanisme pelayanan pasti mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Terkadang pembuat kebijakan tidak dapat
memprediksi hambatan apa yang dapat muncul dalam kebijakan yang dibuat sehingga tidak mampu mencegahnya.
1. Dalam mengimplementasikan mekanismenya e-filing perlu mendapatkan e-FIN terlebih dahulu sebelum menjadi
bisa menggunakan mekanisme tersebut e-filing. Permasalahan yang muncul adalah untuk mendapatkan e-FIN,
WP harus datang ke KPP atau tempat lain yang menjadi perwakilan KPP. WP wajib datang langsung adalah untuk
menjamin kerahasiaan data yang akan diminta saat mengisi formulir lamaran e-FIN yang sangat tidak terjamin jika
lamaran dibuat on line.
Oleh karena itu, sebaiknya DJP memperbanyak mobil pajak yang bisa rutin datang ke tempat-tempat yang banyak WP masih
membutuhkan e-FIN, seperti perusahaan dan rumah sakit karena selama ini penggunaan mobil pajak belum maksimal. Hanya
beberapa daerah yang menerapkan mobil pajak di sekitarnya yang dipublikasikan dengan baik melalui pemberitahuan jadwal
di situs web www.pajak.go.id, seperti KPP Pratama Sleman dan KPP Pratama Pasuruan. Jika dilakukan secara rutin dan
terpublikasi dengan baik, hal ini dapat mengakomodir kebutuhan WP untuk tetap membuat e-FIN bahkan di hari kerja.
2. Tingkat kepatuhan pajak yang tidak terlalu dipengaruhi oleh mekanismenya e-filing disebabkan oleh gangguan
pada server serta minimnya intensitas sosialisasi yang dilakukan. Solusi yang bisa saya tawarkan adalah Ditjen
Pajak bisa menempatkan beberapa server
dibagi wilayah sehingga terjadi penjumlahan jumlah server adalah juga didukung dengan mengatur jumlah WP
yang terdapat di suatu daerah. Nanti kalau sudah diantisipasi gimana
banyak WP di setiap wilayah, lalu masing-masing server dapat diatur kapasitasnya dan hal ini diharapkan dapat
meminimalkan gangguan pada server.
Sedangkan untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan dalam penyampaian SPT melalui e-filing, Direktorat
Jenderal Pajak dapat melakukan sosialisasi secara intensif melalui KPP masing-masing. Proporsi sosialisasi ini
dapat disesuaikan dengan komposisi Wajib Pajak di wilayah kerja KPP. Untuk beberapa WP mungkin
memerlukan perhatian lebih berupa pemberian tutorial secara langsung. WP lain mungkin sudah bisa mengerti
hanya dari pamflet dan penjelasan yang diberikan. Intinya harus ada kesamaan tiap wajib pajak disesuaikan
dengan bentuk sosialisasi apa yang cocok diterapkan.
Untuk mekanismenya e-billing, Kendala yang ditemukan di KPP Palmerah Pratama Jakarta adalah hanya Wajib Pajak yang salah
membayar jenis pajak yang ia bayarkan sehingga akan terjadi perpindahan dari jenis pajak yang salah ke jenis pajak yang benar. Namun,
secara keseluruhan hal ini tidak akan membahayakan penerimaan negara dari pajak, sehingga permasalahannya tidak terlalu signifikan.
Jika ingin mengurangi masalah tersebut, yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan intensitas sosialisasi jenis objek pajak
kepada wajib pajak.
REFERENSI
Asriyani, R., & Bandiyono, A. (2019). Kompleksitas Pemberitahuan Lisensi Tahunan Kecil-
Pajak Bisnis Pajak Menengah. Jurnal Akuntansi, 23 ( 2), 316-332.
Bandiyono, A., & Indrianto, NPP (2019). APLIKASI E-REKON LK SEBAGAI BENTUK
AKUNTANSI DAN E-GOVERNMENT INFORMASI SISTEM
IMPLEMENTASI DI INDONESIA. Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas dan Perubahan, 8 ( 3),
23-40.
Bandiyono, A., & Murwaningsari, E. (2019). Pengaruh Transaksi Intra Grup, Tipis
Kapitalisasi dan Karakter Eksekutif pada Penghindaran Pajak dengan Multinasional sebagai Moderasi. Jurnal
Riset Akuntansi, Bisnis dan Keuangan, 7 ( 2), 82-97.
Bandiyono, A., & Akhmadi, A. Bagaimana Program Kerja Pengawasan Tahunan di Daerah
Inspektorat Pemerintah? (Bukti dari Indonesia).
Bandiyono, A., & Nugraha, AY PELAYANAN PRIMA KEPADA WAJIB PAJAK. Jurnal
Demokrasi Dan Otonomi Daerah, 16 ( 2), 101-108.
Bandiyono, A., & Andri, S. (2012). Evaluasi Program Pelatihan Bendahara Pengeluaran
Pegawai Kementerian Keuangan. Jurnal Administrasi Pembangunan, 1 ( 01).
Supraba, RM, & Bandiyono, A. Penerapan E-Procurement Dalam Proses Penggadaan Barang
Dan Jasa. Jurnal Demokrasi Dan Otonomi Daerah, 14 ( 3), 229-236.
Nurmantu, Safri. 2006. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit Sinambela, Lijan Poltak. dkk. 2006. Reformasi
Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.2 / PMK.01 / 2014 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Instansi Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1 / PJ / 2014 Tentang
Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menggunakan
Formulir 1770S Atau 1770SS Secara e-Filing Melalui Situs Web Direktorat Jenderal Pajak ( www.pajak.go.id ).
. Peraturan Jenderal Direktur Pajak Nomor PER-34 / PJ / 2010 Tentang Bentuk Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk
Pengisiannya.
. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26 / PJ / 2013 Tentang Perubahan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34 / PJ / 2010 Tentang Bentuk Surat Pemberitahuan Tahunan
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya.
.Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-26 / PJ / 2014 Tentang Sistem Pembayaran Pajak
Secara Elektronik.
. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11 / PJ / 2016 Tentang Panduan Teknis Penerapan
Sistem Pembayaran Pajak Secara Elektronik