Anda di halaman 1dari 13

Kalian buat askan yang teoritis dengan format

1. Definisi
2.Etiologi
3. Jenis2 / klasifikasi
4. Manifestasi klinis
5. Pemeriksaan penunjang
6. Tatalaksana medis
7. Tatalaksana operatif kraniotom
8. Woc
9. Pengkajian
10. Pertimbangan anastesi
11. Masalah kesehatan pre intra pasca
12. Intervensi pre Intervensi intra Intervensi pasca
13. Evaluasi

1. Endang pangesthy
2. Devi monika
3. Luh gede wulan diah anggreni
4. Ni kadek nirmala sari
5. Ni Luh Desya Purnama Dewi
6. Niken ayu kartanisyah
7. Cici hanifah
8.Yohanes vioney kaha
9.Ni Made Widya Puspaningrum
10. I Gusti Made Ginanda Prayoga
11. Avetridia Jessy Umbu Tara
12. Nurul aliya amelia
13. Erixon Ivan Bili
2.1 Definisi
Istilah atresia berasaldaribahasaYunaniyaitu “a” yang
berartitidakadadantrepsis yang berartimakananataunutrisi.
Dalamistilahkedokteran, atresia
adalahsuatukeadaantidakadanyaatautertutupnyalubangbadan normal.
Atresia aniadalahmalformasi congenital dimana rectum
tidakmempunyailubangkeluar (Walley,1996)
Atresia aniatau anus imperforate
adalahtidakterjadinyaperforasimembran yang
memisahkanbagianentodermmengakibatkanpembentukanlubang anus yang
tidaksempurna. Anus tampak rata
atausedikitcekungkedalamataukadangberbentuk anus
namuntidakberhubunganlangsungdengan rectum. (sumberPurwanto. 2001
RSCM).
Atresia Animerupakankelainanbawaan (kongenital),
tidakadanyalubangatausaluran anus (Donna L. Wong, 2003).

2.2 Etiologi
Etiologisecarapasti atresia anibelumdiketahui,
namunadasumbermengatakankelainanbawaan anus
disebabkanolehgangguanpertumbuhan, fusi, danpembentukan anus
daritonjolanembriogenik. Padakelainanbawaan anus
umumnyatidakadakelainan rectum, sfingter, danototdasarpanggul.
Namundemikianpada agenesis anus, sfingter internal mungkintidakmemadai.
Menurutpeneletianbeberapaahlimasihjarangterjadibawaan gen autosomal
resesif yang menjadipenyebab atresia ani(Adele,1996).
Atresia anorectal terjadi karena ketidaksempurnaan dalam proses
pemisahan. Secara embriologis hindgut dari apparatus genitourinarius yang
terletak di depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang melakukan
penetrasi sampai perineum. Pada atresia letak tinggi atau supra levator,
septum urorectal turun secara tidak sempurna atau berhenti pada suatu tempat
jalan penurunannya (Adele,1996).
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga
bayi lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 7 minggu 
Adanya gangguan atau berhentinya perkebangan embriologik di daerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

2.3 Klasifikasi
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses
tidak dapat keluar.

2. Inperforata membran adalah terdapat membran pada anus.

3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum
dengan anus.

4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rectum


(Wong, Whaley. 1985).

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasiklinis yang terjadipada atresia
aniadalahkegagalanlewatnyamekoniumsetelahbayilahir, tidakadaatau stenosis
kanal rectal, adanyamembran anal dan fistula eksternalpada perineum
(Suriadi,2001). Gejala lain yang
nampakdiketahuiadalahjikabayitidakdapatbuang air besarsampai 24 jam
setelahlahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluhdarah di
kulir abdomen akanterlihatmenonjol (Adele,1996).
Bayimuntah – muntahpadausia 24 – 48 jam
setelahlahirjugamerupakansalahsatumanifestasiklinis atresia ani.
Cairanmuntahanakandapatberwarnahijaukarenacairanempeduataujugaberwar
nahitamkehijauankarenacairanmekonium.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Untukmemperkuat diagnosis
seringdiperlukanpemeriksaanpenunjangsebagaiberikut :
a. Pemeriksaan Radiologis
Dilakukanuntukmengetahuiadatidaknyaobstruksi intestinal.
b. Sinar X terhadap Abdomen
Dilakukanuntukmenentukankejelasankeseluruhan bowel
danuntukmengetahuijarakpemanjangankantung rectum darisfingternya.
c. Pemeriksaan Fisik Rectum
Kepatenan rectal
dapatdilakukancolokduburdenganmenggunakanselangataujari.
d. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu
pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.

2.6 Penatalaksanaan
1. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter
ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon
iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah
lahir. Kemudian dilanjutkan dengan operasi "abdominal pull-through"
2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9
sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu
pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan
ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan
bertambah baik status nutrisinya.
3. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan
sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan
agak padat.
4. Dilakukan dilatasi setiap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau
speculum
5. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan
dengan dilatasi pada anus yang baru pada kelainan tipe dua.
6. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui
anoproktoplasti pada masa neonates.
7. Melakukan pembedahan rekonstruktif:
a) Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
b) Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-2 bulan)
c) Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
8. Penanganan pasca operasi:
a) Memberikan antibiotic secara iv selama 3 hari
b) Memberikan salep antibiotika selama 8-10 hari

2.7 Tatalaksana operatif kraniotom

2.8 WOC

3.1 Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Biodata klien.
Nama :
Umur :
Tempat, TanggalLahir :
JenisKelamin :
Agama :
Alamat :
Biodata Orang Tua
Ayah
a) Nama :
b) Umur :
c) Agama :
d) Alamat :
e) Pekerjaan :
Ibu
a) Nama :
b) Umur :
c) Agama :
d) Alamat :
e) Pekerjaan :
DiagnosaMedis :

2. Riwayat keperawatan.
a)  Riwayat kesehatan sekarang.
Pada pengkajian keperawatan dapat ditemukan penyumbatan anus
(anus tidak normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung
dan terjadi muntah pada 24-48 jam setelah lahir. Atau pada bayi
laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium pada urin,
dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan
mekonium pada vagina.
b) Riwayat Kesehatan dahulu
1) Riwayat Parental
Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir
(HPHT), imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan
atau perilaku ibu sewaktu hamil yang merugikan bagi
perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti : kebiasaan
merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi
narkoba dan obat obatan secara sembarang.
2) Riwayat Intranatal
Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis
pertolongan persalinan, berat badan lahir, keadaan bayi lahir
awal, awal timbulnya pernafasan, tangisan pertama dan
tindakan khusus.
3) Riwayat neonatal
Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang
berlebihan paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital,
kesulitan menghisap, kesulitan pemberian makan atau ASI.

c)  Riwayat kesehatan Keluarga


Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga uang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan langsung dengan gangguan system gastrointestinal.
d) Riwayat Psikologis.
Koping keluarga dalam menghadapi masalah.
e) Riwayat tumbuh kembang anak.
1. BB lahir abnormal.
2. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan
tumbuh kembang pernah mengalami trauma saat sakit.
3. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal.
4. Saat kelahiran tidak keluar mekonium.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
Simetris, teraba lien, terabahepar, terabaginjal,
tidakbermasa/tumor, tidakterdapatperdarahanpada umbilicus,
ususmelebar, kadang – kadangtampak ileus obstruksi,
padaauskultasiterdenganhiperperistaltik
b. Genetalia
Pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium
pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital
ditemukan mekonium pada vagina.
c. Anus
Tidakterdapat anus, anus nampakmerah,. Thermometer yang
dimasukankedalam anus tertahanolehjaringan,
tanpamekoniumdalam 24 jam setelahbayilahir, tinjadalamurindan
vagina.
(FKUI, IlmuKesehatan Anak:1985).

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
b. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan
untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari
sfingternya.
c. Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
d. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice)
dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum
yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung
kantong rectal.

3.2 Diagnosa
Diagnosa preoperasi:
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, muntal
2. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual, muntah,
anoreksia
4. GangguanPola Eliminasi BABberhubungan dengan aganglion
Diagnose postoperasi :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma
sekunder dari kolostomi.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan kolostomi.
3. Resiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap luka kolostomi.

3.3 Intervensi
Diagnosa preoperasi:
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, muntah.
Tujuan :Kliendapatmempertahankankeseimbangancairan
KriteriaHasil :
Output urin 1-2 ml/kg/jam
Capillary refill 3-5 detik
Turgor kulitbaik
Membrane mukosalembab
Intervensi :
1) Monitor intake – output cairan
R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien
2) Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
R/ Mencegahdehidrasi
3) Pantau TTV
R/ Mengetahuikehilangancairanmelaluisuhutubuh yang tinggi

2. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


penyakit dan prosedur perawatan.
Tujuan :Kecemasan orang tuadapatberkurang
KriteriaHasil :Klientidaklemas
Intervensi :
1) Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang
anatomi dan fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakanalay, media
dangambar
R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
2) Berijadwalstudidiagnosapada orang tua
R/
Pengetahuantersebutdiharapkandapatmembantumenurunkankecemasan
3) Beriinformasipada orang tuatentangoperasikolostomi
R/ Membantumengurangikecemasanklien
3. Dx 3: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, anoreksia
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
pasien mendapatkan asupan nutrisi yang adekuad.
Kriteria Hasil:
a) Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
b) Turgor pasien baik
c) Pasien tidak mual, muntah
d) Nafsu makan bertambah
Intervensi :
a) Kaji KU pasien
b) Timbang berat badan pasien
c) Catat frekuensi mual, muntah pasien
d) Catat masukan nutrisi pasien
e) Beri motivasi pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan menu
4. Gangguan Pola Eliminasi BAB berhubungan dengan aganglion
Tujuan :Klienmampumempertahankanpolaeliminasi BAB denganteratur.
KriteriaHasil :
1) Penurunandistensiabdomen.
2) Meningkatnyakenyamanan.
Intervensi :
1) Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order
R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
2) Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam
R/ Meyakinkanberfungsinyausus
3) Ukurlingkar abdomen
R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya
distensi
Diagnose postoperasi :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
Tujuan: Tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
Kriteria hasil:
3) Penyembuhan luka tepat waktu.
4) Tidak terjadi kerusakan di daerah sekitar anoplasti.
Intervensi:
1) Kaji area stoma.
2) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembut dan longgar pada
area stoma.
3) Tanyakan apakah ada keluhan gatal sekitar stoma.
4) Kosongkan kantong kolostomi setelah terisi ¼ atau ⅓ kantong.
5) Lakukan perawatan luka kolostomi.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan kolostomi.
Tujuan: Pasien dan keluarga memahami perawatan di rumah.
Kriteria hasil:
Menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawatan kolostomi dirumah.
Intervensi:
4) Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan sampai
mereka dapat melakukan perawatan.
5) Ajarkan untuk mengenal tanda-tanda dan gejala yang perlu dilaporkan
perawat.
6) Ajarkan bagaimana memberikan pengamanan pada bayi dan melakukan
dilatasi pada anal secara tepat.
7) Ajarkan cara perawatan luka yang tepat.
8) Latih pasien untuk kebiasaan defekasi.
9) Ajarkan pasien dan keluarga untuk memodifikasi diit (misalnya serat).

3. Resiko infeksi berhubungandengan masuknya mikroorganisme sekunder


terhadap luka kolostomi.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil:
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
2) TTV normal.
3) Leukosit normal.
Intervensi:
1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2) Pantau TTV.
3) Pantau hasil laboratorium.
4) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
3.4 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

3.5 Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan anak dengan atresia ani :
1. Pasien dapat BAK dengan normal. Tidak ada perubahan volume
urine.
2. Nyeri pasien dapat berkurang
3. Rasa nyaman pasien bertambah.
4. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
5. Turgor pasien baik
6. Pasien tidak mual, muntah
7. Nafsu makan pasien bertambah

Anda mungkin juga menyukai