Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NN. “I” DENGAN HYMEN IMPERFORATA


DI POLI KIA RSUD PADANGAN

DISUSUN OLEH:
NINIS RAHMAWATI
NIP. 19930910 202012 2 002

CPNS RSUD PADANGAN KABUPATEN BOJONEGORO


FORMASI TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil’Alamin puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan petunjuk hidaya-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Pada Nn. “I” Dengan Hymen
Imperforata Di Poli KIA RSUD Padangan, dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin. Dalam penyelesaian laporan ini penulis telah mendapat
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Muhammad Agust Fariono, MMRS, selaku direktur RSUD Padangan
yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun Laporan Asuhan
Kebidanan ini.
2. Ibu Ika Agustina P, S.Tr.Keb, selaku kepala ruangan dan pembimbing
klinik yang telah memberikan bimbingan sehingga Laporan Asuhan
Kebidanan ini dapat terselesaikan.
3. Pasien Nn.”I” yang telah memberikan kepercayaan untuk dipantau oleh
penulis.
4. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Asuhan
Kebidanan ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Asuhan Kebidanan Pada Nn.
“I” Dengan Hymen Imperforata Di Poli KIA RSUD Padangan ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.

Bojonegoro, 14 Januari 2021

Ninis Rahmawati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Ruang Lingkup......................................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum.......................................................................................2
1.3.2. Tujuan Khusus......................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................2
1.5. Metode Penulisan..................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI.........................................................................3


2.1. Konsep Dasar Hymen Imperforata.......................................................3
2.1.1. Pengertian ............................................................................................3
2.1.2. Penyebab...............................................................................................4
2.1.3. Gejala Klinis ........................................................................................4
2.2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Hymen Imperforata...............6
2.2.1. Subjektif................................................................................................6
2.2.2. Objektif.................................................................................................8
2.2.3. Analisa Data..........................................................................................10
2.2.4. Penatalaksanaan....................................................................................10

BAB 3 TINJAUAN KASUS.........................................................................12


3.1. Subjektif................................................................................................12
3.2. Objektif.................................................................................................13
3.3. Analisa Data..........................................................................................15
3.4. Penatalaksanaan....................................................................................15

ii
BAB 4 PEMBAHASAN...............................................................................17
4.1. Subjektif................................................................................................17
4.2. Objektif.................................................................................................17
4.3. Analisa Data..........................................................................................18
4.4. Penatalaksanaan....................................................................................18

BAB 5 PENUTUP.........................................................................................19
5.1. Kesimpulan...........................................................................................19
5.2. Saran.....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................20
LAMPIRAN..................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selaput dara Imperforata adalah bentuk bawaan gynatresia. Seorang  gadis
berusia 15 tahun,  tanpa gejala, datang ke dokter karena dia belum memiliki
periode menstruasi. Himen  Imperforata adalah kondisi bawaan yang sangat
jarang terjadi yang disebabkan oleh perkembangan abnormal urogenitalis sinus,
dengan kejadian 0,02 % (Takayama,2001).
Angka kejadian yang sering terjadi biasanya berupa satu jenis kelainan saja
atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai
kelainan kongenital multipel. Salah satu kelainan kongenital adalah himen
imperforata. Himen  imperforata merupakan kelainan bawaan yang paling sering
terjadi pada saluran alat kelamin perempuan, tetapi biasanya tidak menunjukkan
gejala sampai pubertas. Selaput dara imperforata jarang berhubungan dengan
komplikasi jika terdeteksi dini. Angka kejadian kelainan kongenital yang lain
berkisar 15 per 1000 kelahiran, angka kejadian ini akan menjadi 4-5% bila bayi
diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Sehingga hal ini dapat dihindari dengan
pemeriksaan lengkap bayi saat lahir (Marie,1995).
Sebuah penelitian di Afrika mengungkapkan bahwa kelainan himen
imerforata sering terlambat diketahui. Walaupun kelainan tersebut  dapat dideteksi
pada umur berapa saja melalui inspeksi genitalia eksternal, hymen imperforata
sering luput dari diagnosa. Para peneliti melakukan review selama periode 13
tahun keatas, 23 anak perempuan yang didiagnosa mengalami hymen imperforata.
Setengah dari jumlah anak perempuan tersebut tidak mengalami gejala dan
didiagnosis setelah dilakukan pemeriksaan fisik seluruhnya (Postner, 2005).

1.2 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup penulisan laporan ini meliputi Asuhan Kebidanan
pada Nn.”I” usia 13 tahun dengan hymen imperforata di Poli KIA RSUD
Padangan.

1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan manajemen Asuhan Kebidanan pada Nn.”I” usia 13
tahun dengan hymen imperforata di Poli KIA RSUD Padangan dengan penerapan
manajemen asuhan kebidanan sesuai wewenang bidan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melaksanakan pengkajian data subjektif pada Nn.”I” usia 13 tahun dengan
hymen imperforata di Poli KIA RSUD Padangan.
2. Melaksanakan pengkajian data objektif pada Nn.”I” usia 13 tahun dengan
hymen imperforata di Poli KIA RSUD Padangan.
3. Menganalisa data dari pengkajian data subjektif dan data objektif pada Nn.”I”
usia 13 tahun dengan hymen imperforata di Poli KIA RSUD Padangan.
4. Melakukan penatalaksanaan dari analisa data yang didapat pada Nn.”I” usia
13 tahun dengan hymen imperforata di Poli KIA RSUD Padangan.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang berharga karena dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang asuhan kebidanan
pada pasien dengan hymen imperforata.

1.5 Metode Penulisan


1. Studi Kepustakaan. Penulis mempelajari buku-buku, literatur dan media
internet yang berhubungan hymen imperforata.
2. Studi Kasus. Penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen SOAP.
3. Studi Dokumentasi. Yaitu studi yang mempelajari berkas rekam medis klien,
baik yang bersumber dari catatan buku status pasien seperti catatan dari dokter
dan bidan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Hymen Imperforata


2.1.1 Pengertian
Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium
vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya
aliran darah menstruasi. Bentuk dan ukuran lubang himen bervariasi, tetapi
umumnya robek pada waktu koitus pertama. Himen yang “intak” dianggap suatu
tanda keperawanan, tetapi ini tidak dapat diandalkan karena beberapa kasus koitus
tidak berhasil menimbulkan robekan dan pada orang lain himen dapat robek
akibat manipulasi digital. (Manuaba, 1998)
Hymen Imperforata ialah selaput dara yang tidak menunjukan lubang
(Hiatus Himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering
dijumpai. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum menarche.
Sesudah itu molimina menstrualia dialami tiap bulan, tetapi darah haid tidak
keluar. Darah itu terkumpul di dalam vagina dan menyebabkan hymen tampak
kebiru-biruan dan menonjol keluar (Hematokolpos).
Bila keadaan ini dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan darah haid
dan akan membesar (Hematometra). (Prawirohardjo, 2005)

Gambar 1: Tipe-tipe Hymen

3
2.1.2 Penyebab
Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat
juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau
infeksi. Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus
sinovaginal dengan sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis.
Hymen berasal dari endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari
duktus mullerian. Hymen mengalami perforasi selama masa embrional untuk
mempertahankan hubungan antara lumen vagina dan vestibulum. Hymen
merupakan lipatan membrane irregular dengan berbagai jenis ketebalan yang
menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari dinding bawah uretra
sampai ke fossa navikularis.
Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari
membrane urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang
abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen
Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan
lunak antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia
dan atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian,
sehingga vagina tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.

2.1.3 Gejala Klinis


Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan
terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap
bulan. Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus atau anak kecil.
Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos. Bila diketahui sebelum
pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan
hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang merupakan
kumpulan dari sekresi serviks.
Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15 tahun, dimana gejala
mulai tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi. Darah menstruasi dari satu siklus
menstruasi pertama atau kedua yang terkumpul di vagina belum menyebabkan
peregangan vagina dan belum menimbulkan gejala.

4
1. Hymen Buldging
Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan hymen
tampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging) akibat meregangnya
membran mukosa hymen. Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri,
kram pada perut selama menstruasi dan haid tidak keluar.
2. Hematometra dan Hematokolpos dengan ultrasonografi
Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan
over distensi vagina dan kanalis servikalis, sehingga terjadi dilatasi dan darah
haid akan mengisi kavum uteri (Hematometra).
3. Tekanan intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat
memasuki tubafallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya
adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak
masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum
membentuk hematoperitoneum.
4. Gejala yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya rasa
sakit perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang.
Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang distensi
ke uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada
daerah supra pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan
disuria, urgensi, inkontinensia overflow, selain itu juga dapat disertai
penekanan pada rectum yang menimbulkan gangguan defekasi.
5. Gejala teraba massa di daerah supra pubik karena terjadinya pembesaran
uterus, hematometra, distensi kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan
dapat terjadi iritasi menyebabkan peritonitis.

5
Gambar 2: Hematometra, Hematokolpos, dan Hymen Buldging

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Hymen Imperforata


Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu kebidanan. Asuhan kebidanan juga merupakan aplikasi atau
penerapan dari peran, fungsi dan tanggung jawab bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan sesuai kewenangan bidan dan kebutuhan klien dengan
memandang klien sebagai makhluk psikososial cultural secara menyeluruh/
holistik yang berfokus pada perempuan (Yulifah, 2014).
Pendokumentasian asuhan kebidanan pada masa nifas ini menggunakan
SOAP, antara lain:
2.2.1 Subjektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat ditentukan dengan informasi
atau komunikasi (Bahiyatun, 2009).
1. Identitas
1) Nama
Ditanyakan nama dengan tujuan agar tidak terjadi kekeliruan dalam
memberikan asuhan kebidanan dan digunakan untuk sapaan pasien.
2) Usia
Hymen imperforata biasanya diketahui pada usia pubertas.

6
3) Pendidikan
Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan
kemampuan berfikir, dimana seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka
untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu
yang berpendidikan lebih rendah. Hal ini untuk memudahkan dalam
pemberian KIE. (Wiknjosastro, 2008)
4) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena dapat
mempengaruhi dalam hal gizi pasien tersebut. (Wiknjosastro, 2008)
5) Agama
Mengetahui kepercayaan sebagai dasar dalam memberikan asuhan saat
nifas (Romauli, 2011).
6) Suku/ Bangsa
Untuk mengetahui factor bawaan atau ras.
7) Alamat
Mengetahui lingkungan pasien dan kebiasaan masyarakat sekitar.

2. Keluhan Utama
Gejala yang timbul pada pasien dengan hymen imperforata yaitu:
1) Nyeri perut siklik tanpa haid
2) Amenorea
3) Nyeri pelvis
4) Nyeri punggung belakang
5) Perut terasa tegang (spasme perut)
6) Timbul hymen buldging
7) Gangguan miksi berupa disuria
8) Gangguan defekasi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji tentang perjalanan penyakit yang diderita pasien.

4. Riwayat Kesehatan yang Lalu

7
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah mengalami hymen imperforata
sebelumnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga, terutama anggota
keluarga yang mempunyai penyakit menular dan tinggal satu rumah seperti
TBC dan hepatitis, serta penyakit keluarga yang dapat diturunkan seperti
penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus yang mungkin diderita pasien.
6. Riwayat Menstruasi
Data yang diperoleh bidan tentang menstruasi akan memberikan gambaran
tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya (Sulistyawati, 2015).
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan
1) Pola Nutrisi
Pasien makan 3 kali sehari dengan gizi seimbang.
2) Pola Eliminasi
Pasien mengalami dysuria, dan mengalami kesulitan BAB
3) Pola Tidur dan Istirahat
Pasien akan mengalami gangguan tidur jika nyeri muncul.
4) Pola Personal Hygiene
Kebersihan sangat penting agar terhindar dari infeksi.

2.2.2 Objektif
1. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Guna mengetahui keadaan umum pasien apakah keadaannya baik atau
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain,
serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan,
lemah atau buruk yaitu kurang atau tidak memberi respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi
untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009).
2) Kesadaran
Tingkat kesadaran dari seorang klien bisa dibagi menjadi 4 yaitu
composmenthis, somnolen, koma dan apatis (Nursalam, 2008)

8
3) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
pasien memiliki faktor hipertensi atau hipotensi/tidak
dengan batas normal tekanan darah pada ibu adalah
90/60- 130/90 mmHg (Manuaba, 2010).
Nadi : Guna mengetahui frekuensi nadi yang dihitung tiap 1
menit dengan batas normal 60-100x/menit
(Prawirohardjo, 2010).
Suhu : Batas normal suhu tubuh yaitu 36,5 ℃ – 37,5 ℃.
Suhu tubuh lebih dari 37,5 ℃ berindikasi bahwa
kemungkinan ibu mengalami infeksi (Mandriwati,
2008).
Pernafasan : Dikaji untuk mengetahui sistem pernafasan,
normalnya 16-24 kali per menit (Romauli, 2011).
2. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak. Rambut
yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau ada kelainan tertentu
(Sulistyawati, 2011)
2) Mata
Dikaji untuk mengetahui keadaan konjungtiva dan sclera, kebersihan mata,
ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan seperti rabun
jauh/dekat (Sulistyawati, 2009)
3) Leher
Dikaji untuk mengetahui apakah terdapat penonjolan terutama pada
kelenjar tyroid yang berhubungan dengan kejadian abortus, hipertyroid
dapat menyebabkan abortus (Wiknjosastro, 2007)
3. Pemeriksaan Khusus
1) Palpasi pada daerah supra sympisis
Di temukan adanya nyeri tekan dan atau tumor pada uterus karena
gumpalan darah menstruasi.
2) RT (Rectal Toucher)

9
Dilakukan untuk mengetahui berapa besar, luas, dan banyak gumpalan
darah menstruasi didalam alat kelamin bagian dalam yang tidak di
keluarkan karena adanya kelainan pada himen (Hymen Inferforata).
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin,
dan urinalisa.
2) Pemeriksaan Imaging 
Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan
pelvis dapat memberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.
Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau
hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam
membantu delineating complex anatomy. Apabila dengan USG tidak
jelas, diperlukan pemeriksaan MRI. USG dan MRI sebagai pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui apakah ada kongenital anomali traktus
urinaria yang menyertai.
2.2.3 Analisa data
Nn “…” usia … tahun dengan hymen imperforata

2.2.4 Penatalaksanaan
Penataksanaan pasien dengan hymen imperforata adalah dengan melakukan
tindakan pembedahan. Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas,
membran hymen dilakukan insisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan
melakukan insisi silang atau dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam
disebut insisi stellate.

10
Gambar 3: Insisi hymen imperforate

Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak


kecil/ balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih
besar dan keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah
yang terjadi hymen imperforata atau aplasia vagina.
Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara pada
insisi stellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir
mukosa hymendi aproksimasi dengan jahitan mempergunakan benang delayed-
absorbable. Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan
membrane hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi
kembali.
Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis yang mengakibatkan
dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan terlalu dekat dengan mukosa vagina.
Setelah dilakukan insisi akan keluar darah berwarna merah tua kehitaman yang
kental. Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan posisi fowler. Selama 2-3 hari
darah tetap akan mengalir, disertai dengan pengecilan vagina dan uterus. Selain
itu, pemberian antibiotik profilaksis juga diperlukan.
Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu paska
pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi
dan dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila
hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan dipergunakan karena
bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan.

11
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Hari, Tanggal Pengkajian : Senin, 11 Januari 2021


Pukul : 12.33 WIB
Tempat : Poli KIA RSUD Padangan

3.1 Subjektif
1. Identitas
Nama : Nn. “I”
Umur : 13 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Tangung 1 / 4 Kedung Tuban

2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluarga mengatakan bahwa pasien mengeluh nyeri perut dan nyeri saat
BAK sejak 1 bulan yang lalu, telah mendapatkan perawatan di UGD
sebanyak 2 kali dan dilakukan Foto BOF tanggal 06-01-2021 kesan
meteorismus. Lalu pasien dianjurkan ke poli penyakit dalam. Tanggal 11-01-
2021 pasien berobat lagi ke poli penyakit dalam dengan keluhan nyeri perut
dan nyeri saat BAK, lalu pasien dipasang dower catheter. Ketika melihat ada
bagian yang menonjol di vagina, pasien dirujuk ke poli KIA.

4. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperti yang dideritanya
saat ini.

12
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan ibu pasien menderita penyakit paru-paru dan sudah
meninggal.

6. Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan tidak pernah menstruasi.

7. Pola Pemenuhan Kebutuhan


1) Pola Nutrisi
Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan pola seperti nasi putih, lauk
pauk, sayur mayur dan buah-buahan.
2) Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAK 4-5 x sehari, kadang disertai nyeri saat BAK
Pasien BAB 1 x sehari
3) Pola Tidur dan Istirahat
Pasien mengatakan tidur malam hari 7-8 jam dan tidur siang hari 1-2 jam
4) Pola Personal Hygiene
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari.

3.2 Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Pernapasan : 17 x/menit
Suhu : 36,9 ℃

2. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok

13
2) Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih, kebersihan baik,
tidak ada penyakit rabun
3) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4) Mulut : Bibir lembab, gigi tidak ada caries, tidak ada stomatitis
3. Pemeriksaan Khusus
1) Palpasi pada daerah supra sympisis
Terdapat nyeri tekan
2) Inspeksi vulva vagina
Tampak hymen menutupi seluruh introitus vagina, timbul Hymen
buldging (+)
3) RT (Rectal Toucher)
Teraba gumpalan darah
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap Tanggal 28-12-2020
Hemoglobin 12,5 g/dl 12,0 – 15,0
RBC 5,07 Juta 4,0 – 4,9
Hematokrit 37,1 vol% 36 – 44
MVC 73,2 Fl 80 – 100
MHC 24,7 Pg 26 – 34
MCHC 33,7 % 31 – 37
RDW 13,4 % < 14,5
PLT 402 10^3/mm3 150 – 450
CMPV 8,7 Fl 7,2 – 11,1
PCT 0,32 % 0,15 – 0,5
PDW 10,3 Fl 11 – 18
WBC 8,4 10^3/mm3 4,0 – 10,0
Segmen 65 % 54 – 62
Limfosit 23 % 20 – 45
Monosit 12 % 2–8
Glukosa Sewaktu 81 mg/dl <180
HBs-Ag Non Reaktif Non Reaktif
Rapid Test COVID-19
IgG Non Reaktif Non Reaktif
IgM Non Reaktif Non Reaktif

Urin Lengkap Tanggal 06-01-2021


Warna Kuning tua Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih

14
Berat Jenis 1,020 1,000 – 1,035
PH 7 4,5 – 8
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukose Negatif Negatif
Keton +2 Negatif
Urobilinogen +1 <1
Bilirubin +1 Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Sedimen Mikroskopik
Eritrosit 2–5 LBP 0–2
Leukosit 0–2 LBP <10
Epitel 1–2 LBP <5
Silinder Negatif LBP Negatif
Bakteri Negatif LBP Negatif
Kristal Negatif LBP Negatif
Lain-lain Negatif
Test Kehamilan
Plano test Negatif

2. USG
Hasil USG tanggal 11-01-2021 :
Tampak massa ukuran 15,8 x 8,02 cm.
Kesan: hematometra

3.3 Analisa Data


Nn. “I” usia 13 tahun dengan hymen imperforata.

3.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga.
Hasil : pasien dan keluarga memahami kondisi saat ini.
2. Menjelaskan kepada pasien program dokter SpOG bahwa pasien perlu
tindakan pembedahan pada selaput dara agar darah yang dirahim dapat
keluar, tindakan himenectomy akan dilakukan besok tanggal 12-01-2020.
Hasil : pasien dan keluarga setuju dengan program dokter SpOG dan
bersedia untuk mengurus rawat inap.
3. Memberikan KIE tentang mengurangi rasa sakit dengan teknik distraksi.

15
Hasil : pasien kooperatif.
4. Melakukan serah terima pasien dan advis dokter SpOG ke bidan Ruang
Bougenville, advis dokter sebagai berikut:
1) Berikan infus RL : D5%  2:1 selama 24 jam
2) Berikan injeksi santagesik 3x1 ampul (intravena)
Hasil : pasien dan advis dokter telah diterima bidan di Ruang
Bougenville.

16
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil
tinjauan kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Nn. “I” usia
13 tahun dengan hymen imperforata di Poli KIA RSUD Padangan. Untuk
memudahkan pembahasan, maka penulis akan membahas berdasarkan pendekatan
Manajemen Asuhan Kebidanan dengan pendokumentasian SOAP sebagai berikut:
4.1 Subjektif
Pada data subjektif ditemukan data bahwa pasien mengeluh nyeri perut
bagian bawah, tidak pernah mengalami menstruasi, dan nyeri saat BAK. Hal
ini sesuai dengan teori bahwa tanda gejala hymen imperforata adalah
1) Nyeri perut siklik tanpa haid
2) Amenorea
3) Nyeri pelvis
4) Nyeri punggung belakang
5) Perut terasa tegang (spasme perut)
6) Timbul hymen buldging
7) Gangguan miksi berupa disuria
8) Gangguan defekasi
4.2 Objektif
Pada data objektif didapatkan data:
1. Palpasi pada daerah supra sympisis: Terdapat nyeri tekan
2. Inspeksi vulva vagina: Timbul Hymen buldging (+)
3. RT (Rectal Toucher): Teraba gumpalan darah
4. Hasil USG: Tampak massa ukuran 15,8 x 8,02 cm, kesan hematometra
Hal ini sesuai dengan teori bahwa gejala klinis pasien dengan kasus hymen
imperforata adalah hymen buldging,, hematometra, hematokolpos dengan
ultrasonografi, dan gejala teraba massa di daerah supra pubik karena
terjadinya pembesaran

17
4.3 Analisa Data
Penulisan diagnose sesuai dengan teori yaitu Nn. “I” usia 13 tahun dengan
hymen imperforata.

4.4 Penatalaksanaan
1. Pasien direncanakan operasi hinemectomi hal ini sesuai dengan teori,
bahwa penanganan kasus hymen imperforata dapat ditangani dengan
pembedahan (insisi hymen).
2. Pemberian analgetika dapat menguangi rasa sakit pasien.

18
BAB 5
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalam langsung dilahan praktek


melalui studi kasus tentang manajemen Asuhan Kebidanan pada Nn.”I” usia 13
tahun dengan hymen imperforata di Poli KIA RSUD Padangan Bojonegoro, maka
bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data subjektif Nn “I” mengeluh nyeri perut bagian bawah, tidak
pernah mengalami menstruasi, dan nyeri saat BAK.
2. Berdasarkan data objektif ditemudan data: palpasi pada daerah supra sympisis
terdapat nyeri tekan; inspeksi pada vulva vagina timbul Hymen buldging (+),
RT (Rectal Toucher): teraba gumpalan darah; Hasil USG Tampak massa
ukuran 15,8 x 8,02 cm, kesan hematometra.
3. Dilakukan analisa sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang didapat
sehingga didapat diagnose Nn.”I” usia 13 tahun dengan hymen imperforata.
4. Dari analisa data tersebut dapat dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan
permasalahan dan kebutuhan Nn “I” dengan melakukan asuhan mandiri bidan
dan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi dan penanganan
dengan tindakan.

5.2 Saran
1. Bagi Penulis
Sebagai bidan diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
profesional berdasarkan manajemen kebidanan.
2. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Benson, C. Ralph Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan


Ginekologi. Jakarta: EGC
Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prince A, Sylvia Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Rayburn William F.Rayburn.2001. Obsetetri & Ginekologi

20
LAMPIRAN

Cara Rectal Toucher:


1. Melakukan Informed Consent dan penjelasan prosedur pemeriksaan
2. Melakukan cuci tangan dan memakai Handscoen
3. Posisi pemeriksa: Berdiri disebelah kanan pasien.
4. Posisi pasien: Memposisikan pasien dalam posisi Lithotomi (Berbaring
terlentang dalam keadaan rileks, lutut ditekuk 60̊), pasien terlebih dahulu
disuruh berkemih
5. Inspeksi regio analis, perhatikan apakah ada kelainan
6. Penderita diminta mengedan, letakkan ujung jari telunjuk kanan yang telah
diberi gel pada anal orificium dan tekanlah dengan lembut sampai sfingter
relaksasi. Kemudian fleksikan ujung jari dan masukkan jari perlahan-lahan
sampai sebagian besar jari berada di dalam canalis analis.
7. Palpasi daerah canalis analis, nilailah adakah kelainan
8. Periksa dan nilai kavum Douglas pada forniks posterior vagina
9. Periksa seberapa besar, luas, dan banyak gumpalan darah menstruasi
didalam alat kelamin bagian dalam yang tidak di keluarkan karena adanya
kelainan pada himen
10. Setelah selesai, keluarkan jari telunjuk dari rectum, perhatikan apakah
pada sarung tangan terdapat bekas feses, darah, dan lendir
11. Buang sarung tangan pada sampah medis, dan ganti sarung tangan baru
12. Bersihkan pasien dengan larutan antiseptik di sekitar regio analis
13. Beritahukan pasien bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan
pasien untuk duduk di tempat yang sudah disediakan
14. Melakukan cuci tangan
15. Dokumentasi hasil pemeriksaan

21

Anda mungkin juga menyukai