Anda di halaman 1dari 51

PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU


SEBAGAI SUMBER ENERGI
ALTERNATIF

Ajeng Eka Widyastuti


NIM. 05171006

Titin Mariam Ariani Dori


NIM. 05171076

Adrian Gunawan, S.Si., M.Si

Program Studi Teknik Kimia


Jurusan Teknologi Indutri dan Proses
Institut Teknologi Kalimantan
Balikpapan, 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan judul :

“PEMANFAATAN LIMBAH KAYU SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF ”

Yang disusun oleh :

[Ajeng Eka Widyastuti] [Titin Mariam Ariani Dori]


NIM. 05171006 NIM. 05171076

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing :

Dosen Pembimbing Utama

Adrian Gunawan, S.Si., M.Si


NIP. 198805182015041002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul:
“PEMANFAATAN LIMBAH KAYU SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF”
Laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk
menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Kimia Jurusan Teknologi Industri
dan Proses, Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian ini.
2. Kedua orangtua dan seluruh keluarga yang selalu mendukung serta mendoakan,
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
3. Bapak Adrian Gunawan, S.Si., M.Si selaku Dosen Pembimbing dan Koordinator
Program Studi Teknik Kimia Jurusan Teknologi Industri dan Proses ITK.
4. Bapak Dr. Moch. Purwanto, S.Si., M.Si selaku Koordinator Penelitian Program Studi
Teknik Kimia Jurusan Teknologi Industri dan Proses Institut Teknologi Kalimantan.
5. Bapak Suparman selaku instruktur Machine Shop di Balai Latihan Kerja Industri
Balikpapan yang telah membantu dan membimbing.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Kimia Jurusan Teknologi Industri dan
Proses ITK.
7. Anggraeni Alfiani Dori yang selalu membantu dan mengurus penulis selama
melaksanakan penelitian.
8. Kim Nam Joon, Kim Seok Jin, Min Yoon Gi, Jung Ho Seok, Park Ji Min, Kim Tae
Hyung, dan Jeon Jung Kook yang selalu menyemangati penulis agar terus maju dan
tidak menyerah melalui karya-karya mereka.
9. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan penelitian ini.

1
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Semoga
laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.

Balikpapan, 14 November 2020

Penulis

2
PEMANFAATAN LIMBAH KAYU SEBAGAI SUMBER ENERGI
ALTERNATIF

Nama Mahasiswa / NIM : Ajeng Eka Widyastuti / 05171066


Titin Mariam Ariani Dori / 05171076
Dosen Pembimbing Utama : Adrian Gunawan, S.Si., M.Si

ABSTRAK

Konsumsi bahan bakar setiap tahun meningkat dan terfokus pada penggunaan bahan bakar
minyak dan gas yang berasal dari minyak bumi bersumber dari energi fosil yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable) dan mengakibatkan menipisnya cadangan energi tersebut.
Terjadinya krisis energi menjadi tantangan bagi kita untuk mengembangkan sumber energi
alternatif guna menopang ketersediaan sumber energi disaat ini dan dimasa depan. Salah satu
sumber energi alternatif yang dapat digunakan adalah biomassa. Pemanfaatan limbah kayu
yang diubah menjadi briket arang diharapkan mampu menjadi salah satu sumber energi
alternatif pengganti energi fosil. Proses pembuatan briket arang meliputi beberapa tahapan
yaitu tahap persipan bahan baku, tahap pengarangan, tahap pembuatan perekat, dan tahap
pembuatan briket arang. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel diantaranya berupa
variabel tekanan dan variabel komposisi, dimana variabel tekan yang digunakan adalah 100
barr, 150 barr, dan 200 barr, sedangkan variabel komposisi yang digunakan adalah 0%:100%,
25%:75%, 50%:50%, 75%:25%, dan 100%:0%. Untuk memastikan kualitas briket yang
dihasilkan baik dan sesuai dengan standar (SNI), maka dilakukan pengujian nilai moisture
dan kalor. Berdasarkan pengujian tersebut didapatkan hasil berupa nilai moisture tertinggi
sebesar 6,43% pada tekanan 100 barr dengan variasi komposisi 0%:100% dan nilai moisture
terendah briket sebesar 5,45% pada tekanan 200 barr dengan variasi komposisi 100%:0%.
Diperoleh juga nilai kalor tertinggi yaitu pada variasi komposisi 0%:100% dengan kandungan
100% tempurung kelapa pada tekanan 200 barr dengan nilai sebesar 6.159,31 kal/gr dan nilai
kalor terendah yaitu pada variasi komposisi 0%:100% dengan kandungan 100% serbuk kayu
pada tekanan 100 barr yaitu 3.823,95 kal/gr.

Kata Kunci:
Briket Arang, Moisture, Kalor

1
UTILIZATION OF WOOD WASTE AS AN ALTERNATIVE ENERGY
SOURCE

Name / Student Identity Number : Ajeng Eka Widyastuti / 05171066


Titin Mariam Ariani Dori / 05171076
Supervisor : Adrian Gunawan, S.Si., M.Si

ABSTRACT

Fuel consumption increases every year and is focused on the use of oil and gas derived from
petroleum sourced from fossil energy which is not renewable (unrenewable) and results in the
depletion of these energy reserves. The energy crisis is a challenge for us to develop
alternative energy sources to support the availability of energy sources today and in the
future. One of the alternative energy sources that can be used is biomass. It is hoped that the
utilization of wood waste which is converted into charcoal briquettes can become an
alternative energy source to replace fossil energy. The process of making charcoal briquettes
includes several stages, namely the raw material preparation stage, the charring stage, the
adhesive manufacturing stage, and the charcoal briquette manufacturing stage. This study
uses several variables including the pressure variable and the composition variable, where the
compression variable used is 100 barr, 150 barr, and 200 barr, while the composition variable
used is 0%:100%, 25%:75%, 50%:50%, 75%:25%, and 100%:0%. To ensure the quality of
the briquettes produced is good and in accordance with the standards (SNI), the moisture and
heat value is tested. Based on the test, the results obtained were in the form of the highest
moisture value of 6.43% at a pressure of 100 barr with a composition variation of 0%:100%
and the lowest moisture value of briquettes at 5.45% at a pressure of 200 barr with a
composition variation of 100%:0%. The highest calorific value was also obtained, namely the
variation in the composition of 0%:100% with a content of 100% coconut shell at a pressure
of 200 barr with a value of 6,159.31 cal/gr and the lowest calorific value, namely the
variation in the composition of 0%:100% with 100% content. wood powder at a pressure of
100 barr is 3,823.95 cal/gr.

Keywords:
Charcoal Briquettes, Moisture, Caloric
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
DAFTAR TABEL.........................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................5
DAFTAR NOTASI........................................................................................................6
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................7
1.1 Latar Belakang...................................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................8
1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian.........................................................................9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................10
2.1 Serbuk Gergaji Kayu.......................................................................................10
2.2 Tempurung Kelapa..........................................................................................11
2.3 Briket...............................................................................................................11
2.4 Briket Bioarang................................................................................................13
2.5 Tapioka Sebagai Bahan Perekat Briket...........................................................14
2.6 Sistem Pembakaran Dengan Karbonisasi........................................................15
2.7 Kadar Air.........................................................................................................16
2.8 Nilai Kalor.......................................................................................................17
2.9 Penelitian Terdahulu........................................................................................18
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN......................................................................20
3.1 Garis Besar Penelitian.....................................................................................20
3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian.......................................................................20
3.3 Prosedur Penelitian..........................................................................................21
3.4 Diagram Alir Penelitian...................................................................................22
3.5 Variabel Penelitian..........................................................................................23
3.6 Rencana Penelitian..........................................................................................24
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................25
4.1 Pengaruh Variasi Tekan Terhadap Kadar Air (Moisture) Pada
Briket Arang....................................................................................................26

2
4.2 Pengaruh Variasi Tekan Terhadap Nilai Kalor Pada Briket Arang.................27
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................30
5.1 Kesimpulan......................................................................................................30
5.2 Saran................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
LAMPIRAN

3
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Nilai Kalor Bahan Bakar Indonesia.............................................................12
Table 2.2 Standar mutu briket (SNI)...........................................................................13
Table 2.3 Perbandingan nilai kalor beberapa jenis briket biomassa............................13
Table 2.4 Komposisi kimia pati singkong dan tapioka...............................................15
Table 2.5 Penelitian Terdahulu Tentang Briket Arang................................................18
Table 3.1 Variabel Penelitian......................................................................................24
Table 4.1 Variasi Komposisi Briket............................................................................27
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian................................................................9


Gambar 3.1 Diagram Penelitian.................................................................................22
Gambar 4.1 Pengaruh variasi komposisi briket dan tekanan terhadap
Nilai moisture.........................................................................................22
Gambar 4.2 Pengaruh variasi tekanan dan komposisi yang sama terhadap
Nilai moisture.........................................................................................26
Gambar 4.3 Pengaruh variasi komposisi briket dan tekanan terhadap nilai kalor......27
Gambar 4.4 Pengaruh variasi tekanan dan komposisi yang sama terhadap
Nilai kalor...............................................................................................28
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


Ka Kadar air %
Mk Massa kering briket gr
Mb Massa basah briket gr
T1 Suhu awal air o
C
T2 Suhu akhir air o
C
ΔT Selisi suhu air o
C
C Kalor jenis zat J/kg. oC
ρ Massa jenis zat kg/m3
Banyaknya kalor yang diterima atau
Q J
dilepas oleh suatu benda
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Konsumsi bahan bakar setiap tahun meningkat dan terfokus pada penggunaan bahan
bakar minyak dan gas yang berasal dari minyak bumi bersumber dari energi fosil yang
tidak dapat diperbaharui (unrenewable) harganya semakin meningkat dan cadangannya
semakin berkurang sehingga kita di haruskan mencari energi alternatif yang dapat
diperbaharui (renewable). Energi alternatif dibutuhkan untuk mengurangi dampak dari
krisis energi saat ini. Energi alternatif adalah energi yang terbarukan dan efisien untuk
kebutuhan masyarakat. Sumber energi alternatif tersebut idealnya berasal dari sumber
energi yang bersifat renewable antara lain energi air, angin, biomassa, panas bumi, dan
energi surya. Untuk itu diperlukan suatu pemikiran kreatif dengan menciptakan energi
alternatif yang bersifat renewable, ramah lingkungan, dan memiliki suatu ketersedian
yang melimpah (Sandra et al., 2013).
Terdapat beberapa energi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai pengganti dari
minyak bumi adalah gas, batubara dan biomassa. Biomassa merupakan bahan alami yang
biasanya dianggap sebagai sampah dan sering dimusnakan dengan cara dibakar salah satu
contohnya adalah briket. Briket merupakan bahan bakar padat dan dapat dibuat dari
biomassa yang mengandung karbon dengan nilai kalori yang cukup tinggi dan dapat
menyala dalam waktu yang lama. Briket dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada
pemanggang BBQ dengan media pembakaran dengan arang, bahan bakar saat camping
dan lain-lain. Limbah organik yang dimaksud disini adalah hasil samping yang terbentuk
dari kegiatan biomassa kayu atau berserat lingo-sellulosa, suatu bahan baku yang belum
termanfaatkan. Limbah organik tersebut terdapat biomassa yang mempunyai kandungan
karbon. Kandungan karbon yang terdapat pada limbah kayu inilah yang dapat membantu
dalam proses pembakaran.
Limbah serbuk kayu adalah serbuk kayu dari jenis kayu yang sembarang yang
diperoleh dari limbah ataupun sisa yang terbuang dari jenis kayu dan diperoleh di tempat
pengolahan kayu ataupun industri kayu. Limbah Serbuk kayu dapat dimanfaatkan sebagai
briket arang dengan menggunakan perekat pati berupa tepung tapioka. Briket arang
dengan bahan tempurung kelapa memiliki nilai kalor terbesar diantara briket biomassa
lainya
yaitu 5780 kal/gr dan menimbulkan asap yang berwarna hitam sebesar 44%.
Pemanfaatan tempurung kelapa secara optimal sebagai bahan campuran briket limbah
kayu merupakan upaya dalam peningkatan dan pengelolaan hasil hutan agar dapat
dimanfaatkan lebih lanjut.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana proses pembuatan limbah kayu menjadi briket arang?
2. Bagaimana pengaruh variasi tekanan pada proses pengempressan briket arang dari
limbah kayu dengan penambahan tempurung kelapa?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan limbah kayu menjadi briket arang.
2. Untuk mengkaji pengaruh variasi tekanan pada proses pengempressan briket arang
dari limbah kayu dengan penambahan tempurung kelapa.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sebagai upaya pemanfaatan limbah kayu menjadi seumber energi alternatif berupa
briket arang.
2. Sebagai inovasi mahasiswa dalam memajukan riset dan teknologi di Indonesia dalam
bidang bioenergi.
3. Sebagai bentuk ikut serta dalam mewujudkan misi Institut Teknologi Kalimantan
yaitu, berperan aktif dalam penelitian untuk menghasilkan inovasi proses dan produk
sebagai upaya untuk memperkaya serta memperkuat ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian
Adapun kerangka pemikiran penelitian yang terdapat dalam penelitian ini ditunjukan
pada Gambar 1.1 sebagai berikut:

Perekat

Getah Karet (Triono, 2006)


Kasein (Hartomo, 2002)

Tapioka (Triono, 2006)

PEMANFAATAN LIMBAH
KAYU SEBAGAI SUMBER
Serbuk gergaji kayu ENERGI ALTERNATIF
Pirolisis
(Wibowo, 1990)
(Anonim, 2006)

Batok kelapa
Bongkol jagung (Lestari, 2010) (Wibowo, 1990) Co-Firing (Anonim, 2006))

Biomassa Metode Pembakaran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Serbuk Gergaji Kayu


Serbuk gergaji kayu merupakan limbah industri penggergajian kayu. Selama ini limbah
serbuk kayu banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya yang dibiarkan membusuk,
ditumpuk, dan dibakar yang semuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga
penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah
memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi yang aplikatif dan
kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada masyarakat (Wibowo, 1990).
Setiap kegiatan pembalakan maupun penggergajian menghasilkan limbah. Limbah
penggergajian adalah potongan kayu dalam bentuk dan ukuran tertentu yang seharusnya
masih bisa dimanfaatkan tetapi ditinggalkan karena keterbatasan tingkat teknologi
pengolahan kayu yang ada pada waktu itu (Rachman dan Malik, 2011). Dengan kata lain
limbah penggergajian merupakan produk sampingan dari suatu proses penggergajian yang
dapat dimanfaatkan bila teknologinya telah tersedia.
Serbuk gergaji berbentuk butiran-butiran halus yang terbuang saat kayu dipotong
dengan gergaji (Setiyono, 2004). Jumlah serbuk gergaji yang dihasilkan dari
eksploitasi/pemanenan dan pengolahan kayu bulat sangat banyak. Balai Penelitian Hasil
Hutan (BPHH) pada kilang penggergajian di Sumatera dan Kalimantan serta Perum Perhutani
di Jawa menunjukkan bahwa rendemen ratarata penggergajian adalah 45 persen, sisanya 55
persen berupa limbah. Sebanyak 10% dari limbah penggergajian tersebut merupakan serbuk
gergaji (Wibowo, 1990). Pengertian rendemen dalam industri penggergajian adalah
perbandingan volume kayu gergajian yang dihasilkan dengan volume dolok yang digunakan
dan angka rendemen ini dinyatakan dalam persen (Rachman dan Malik, 2011). Limbah
serbuk gergaji yang dihasilkan dari industri penggergajian masih dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, diantaranya sebagai media tanam, bahan baku furnitur dan bahan baku
briket arang.
Menurut (Wibowo, 1990), sebagai media tanam serbuk gergaji selain mempunyai
beberapa keuntungan juga memerlukan penanganan khusus sebelum bisa dipakai sebagai
media tanam. Kendala utama pemanfaatan serbuk gergaji sebagai media adalah reaksi asam
dan adanya kemungkinan untuk memadat. Masalah tersebut diatas dapat diatasi dengan
pengomposan. Fitotoksin hasil ekskresi tanaman dan sisa penghancuran segera
dimetabolisme
oleh jasad mikro ke dalam bentuk yang tidak beracun pada proses pengomposan, demikian
pula unsur hara yang masih terikat oleh jaringan tertentu dapat dilepas dan digunakan untuk
pertumbuhan tanaman dengan pengomposan. Serbuk gergaji sebagai media tanam memiliki
berbagai keuntungan yaitu ringan, ketersediaannya banyak, mampu menyimpan air serta
cukup kaya nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman dengan persentase sebagai
berikut: 0,24% Nitrogen, 0,20 % P2O5 dan 0.45% K2O (Wibowo, 1990).

2.2. Tempurung Kelapa


Tempurung kelapa terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Tempurung kelapa
merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3 mm sam 5 mm. sifat kerasnya disebabkan oleh
banyaknya kandungan silikat (SiO2) yang terdapat dalam tempurung. Dari berat total buah
kelapa, antara 15% – 19% merupakan berat tempurungnya. Selain itu tempurung juga
banyak mengandung lignin. Sedangkan kandungan methoxyl dalam tempurung kelapa
hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Pada umumnya nilai kalor yang terkandung
dalam tempurung kelapa adalah berkisar antara 18.200 hingga 19.388,05 kJ/kg (Palungkun,
1999).
Buah kelapa mempunyai hasil sampingan berupa tempurung yang dapat diolah
menjadi arang. Namun, selama ini tempurung kelapa hanya digunakan sebagai bahan bakar
untuk memasak atau dibiarkan sebagai limbah. Untuk meningkatkan nilai tambah produk
kelapa, perlu dilakukan upaya pemanfaatan tempurung kelapa untuk diolah menjadi arang,
mengingat kebutuhan arang tempurung kelapa cenderung meningkat sebagai bahan baku
pembuatan arang aktif (Hadi, 2011).
Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran tidak
sempurna terhadap tempurung kelapa. Sebagai bahan bakar, arang lebih menguntungkan
dibanding kayu bakar. Arang memberikan kalor pembakaran yang lebih tinggi, dan asap
yang lebih sedikit. Arang dapat ditumbuk, kemudian dikempa menjadi briket dalam
berbagai macam bentuk. Briket lebih praktis penggunaannya dibanding kayu bakar. Arang
dapat diolah lebih lanjut menjadi arang aktif, dan sebagai bahan pengisi dan pewarna pada
industri karet dan plastik (Hadi, 2011).

2.3. Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai bahan
bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling umum digunakan
adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan briket biomassa. Bahan baku briket
deketahui dekat dengan masyarakat pertanian karena biomassa limbah hasil pertanian dapat
dijadikan
briket. Penggunaan briket, terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat menggantikan
penggunaan bahan bakar fosil.
a. Bahan penyusun briket dapat mencakup:
1. Arang kayu
2. Batu bara
3. Biomassa
4. Gambut
b. Bahan pendukung:
1. Batu kapur (pewarna)
2. Pati (pengikat)
3. Boraks (bahan pelepas, realease agent)
4. Natrium nitrat (akselerator)
5. Malam (wax, sebagai pengikat akselerator, dan penyala (igniter))
Berikut tabel 2.1 yang merupakan tabel nilai kalor dari bahan bakar Indonesia dapat dilihat
dibawah ini:
Tabel 2.1 Nilai Kalor Bahan Bakar Indonesia
No. Bahan Bakar Nilai Kalor (Kal/G)
1 Minyak bumi mentah 10.081,22
2 Bahan bakar minyak 10.224,56
3 Gas alam 9.755,89
4 Biobriket 7.040,37
5 Batu bara 6.999,52
6 Batu bara muda 1.877,24
7 Kayu kering 4.491,15
(Sumber: Nugrahaeni, 2008)
Briket dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan menjadi
blok yang keras. Bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang memiliki
kadar air rendah untuk mencapai nilai kalor yang tinggi. Keberadaan bahan volatil juga
mempengaruhi seberapa cepat laju pembakaran , bahan yang memiliki bahan volatil tinggi
akan lebih cepat habis terbakar. Berikut tabel 2.2 yang merupakan tabel standar mutu briket
sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) dan tabel 2.3 yang merupakan tabel
perbandingan nilai kalor dari beberapa jenis briket biomassa seperti dibawah ini:
Tabel 2.2 Standar Mutu Briket (SNI)
No. Parameter Nilai
1 Mousture max 8%
2 Kadar abu max 8%
3 Volatile meter max 15%
4 nilaikalor Min 5000 kl/gr
5 karbon Min 69%
(Sumber: Triono, 2006)
Tabel 2.3 Perbandingan nilai kalor beberapa jenis briket biomassa
No. Jenis Briket dan Biomassa Nilai Kalor (kj/kg)
1 Briket Bagase 17.632
2 Briket Ampas Jarak (B2TE-BPPT) 16.399
3 Briket Ampas Jarak (Tracon Ind) 16.624
4 Briket Arang Ampas Jarak 19.724
5 Briket Serbuk Gergaji 18.709
6 Kayu Bakar (jenis akasia) 7.270
7 Arang Batok Kelapa 18.428
8 Bonggol Jagung 15.455
9 Briket Arang Bonggol Jagung 20.174
(Sumber : Nugrahaeni, 2008)
2.4. Briket Bioarang
Bioarang adalah arang salah satu jenis bahan bakar yang di buat dari aneka macam
bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, dan
limbah pertanian lainya. Bahan-bahan tersebut dianggap sampah yang tidak berguna sering
dimusnahkan dengan cara dibakar. Bioarang ini dapat digunakan sebagai bahan kabar yang
tidak kalah dari bahan bakar sejenis yang lain. Briket adalah gumpalan yang terbuat dari
bahan lunak yang dikeraskan. Briket bioarang adalah gumpalan-gumpalan atau batang-batang
arang yang terbuat dari bioarang (bahan lunak). Bioarang yang sebenarnya termasuk bahan
lunak yang dengan proses tertentu diolah menjadi bahan arang yang keras dengan bentuk
tertentu (Sucipto, 2012).
Menurut (Sucipto, 2012) kegunaan briket biorang sebagai berikut:
a. Briket biorang berukuran kecil (dibuat dengan kepalan tangan) dapat dibakar langsung
dibakar di atas tungku atau anglo. Pemanasan ini dapat langsung digunakan untuk
memasak atau membakar sate seperti layaknya arang yang menggunakan arang kayu
biasa.
b. Briket biorang relatif lebih efektif dan efesien jika dibakar pada tungku briket bioarang
yang dipersiapkan secara khusus, sehingga briket biorang akan menyala dari bagian
tengah (sumuran). Sistem ventilasi yang dibuat panas akan menghebuskan ke atas dan
seluruh briket akan terbakar habis.
Arang adalah hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon yang berbentuk
padat dan berpori, sebagian besar porinya masih tertutup oleh hidrogen, ter, dan senyawa
organik lain yang komponenya terdiri dari abu, air, nitrogen, dan sulfur. Proses pembuatan
arang sangat menentukan kualitas arang yang dihasilkan. Briket arang bias digunakan
sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak tanah dan kayu bakar yang harganya
semakin naik, sehingga dapat menghemat biaya. Penggunaan briket arang dapat menghemat
penggunaan kayu bakar, sehingga dapat mencegah kerusakan hutan secara fisik serta dapat
mengurangi pelepasan CO2 ke atmosfer. Tahun 2006 kebutuhan kayu bakar dunia
mencapai 1,70 x 109 m3, seandainya briket arang digunakan sebagai pengganti kayu
bakar, maka sekitar 6,07 x 109 m³ ton penambahan CO2 tahun ke atmosfir dapat dicegah
(Triono, 2006).

2.5. Tapioka Sebagai Bahan Perekat Briket


Tapioka adalah pati dengan bahan baku singkong dan merupakan salah satu bahan
untuk keperluan industri makanan, farmasi, tekstil, perekat, dan lain- lain. Tapioka memiliki
sifat-sifat fisik yang serupa dengan pati sagu, sehingga penggunaan keduanya dapat
dipertukarkan. Tapioka sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan perekat (Triono
2006). Bahan perekat dari tumbuh- tumbuhan seperti pati (tapioka) memiliki keuntungan
dimana jumlah perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan bahan perekat hidrokarbon. Namun kelemahanya adalah briket yang dihasilkan
kurang tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan tapioka meniliki sifat dapat menyerap
air dan udara. Berikut tabel 2.4 yang merupakan tabel komposisi kimia dari pati singkong dan
tapioka seperti dibawah ini:
Tabel 2.4 Komposisi Kimia Pati Singkong dan Tapioka
Unit/100 gram
Kandungan
Singkong Tapioka
Kalori (kal) 146 365
Protein 1,2 1,1
Lemak (gr) 0,3 0,5
Karbohidrat (gr) 34,7 88,2
Zat Kapur (mg) 33 84
Phospor (mg) 40 125
Air 62,50 10-13
(Sumber: Pinus, Lingga, dkk 1992)
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, yaitu jenis amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Komposisi lain pada pati dapat berupa protein dan lemak.
Umumnya pati mengandung 15-30% amilosa, 70-85% amilopektin dan 5-10% material
antara (Bank dan Greenwood, !975). Menurut Lehninger (1982), struktur amilosa merupakan
struktur lurus dengan ikatan a-(1,4)-D-glukosa, sedangkan amilopektin terdiri dari struktur
bercabang dengan ikatan a-(1,4)-D-glukosa dan titik percabangan amilopektin merupakan
ikatan a-(1,6).
Oleh karena itu, amilopektin akan memberikan sifat lengket pada pati tersebut.

2.6. Sistem Pembakaran Dengan Karbonisasi


Tahap karbonasi merupakan tahap-tahap pemecahan karbon. Pada tahap ini terjadi 3
pembentukan menurut suhu pemanasan yaitu pada suhu 170⁰C menghasilkan CO, CO2 dan
asam asetat, pada suhu 275⁰C terjadi dekomposisi tar, metanol dan hasil samping lainnya dan
pada suhu 400 – 6.000C terjadi pembentukan karbon. Proses karbonisasi juga dikenal dengan
pirolisis yang didefinisikan sebagai suatu tahapan dimana material organik awal
ditransformasikan menjadi sebuah material yang semuanya berbentuk karbon (Joni TL,
1995). Pirolisis adalah penguraian bahan-bahan organik pada temperatur tinggi di bawah
kondisi non oksidatif. Pendekatan utama dari pirolisis adalah pendaurulangan bahan-bahan
yang dapat diuraikan secara termal untuk menghasilkan produk-produk yang bernilai. Proses
pengarangan terjadi melalui tahap pemutusan ikatan antara karbon dengan senyawa lain
(Hidrogen), dimana karbon tersebut tidak mengalami proses oksidasi (Joni TL, 1995).
Karbonisasi adalah proses
pemecahan selulosa menjadi karbon pada suhu berkisar 2750C. (Tutik M dan Faizah H,
2001). Proses pirolisis berlangsung dalam dua tahapan yaitu pirolisis primer dan pirolisis
sekunder. Pirolisis primer terdiri dari proses cepat yang terjadi pada suhu 50 – 3.0000C, dan
proses lambat pada suhu 300 – 4000C. Proses pirolisis primer cepat menghasilkan arang,
berbagai gas, dan H2O. Sedangkan proses lambat menghasilkan arang, H2O, CO, dan CO2.
Pirolisis sekunder merupakan proses pirolisis yang berlangsung pada suhu lebih dari 6000C
dan terjadi pada gas
– gas hasil, serta menghasilkan CO, H2, dan hidrokarbon (Pari, 2004).
Pirolisis biomassa secara umum merupakan dekomposisi bahan organik menghasilkan
bahan padat berupa arang aktif, gas dan uap serta aerosol. Faktor-faktor atau kondisi yang
mempengaruhi proses pirolisis adalah waktu, suhu, ukuran partikel dan berat partikel. Arang
adalah suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon dihasilkan dari bahan-bahan
yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan
berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan
sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi.
Arang lebih baik dibandingkan dengan kayu bakar sebab nilai bakar dari arang serta densitas
arang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kayu bakar.
(Ramadhan dan Ali, 2010)

2.7. Kadar Air


Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda, seperti tanah
(yang disebut juga kelembaban tanah), bebatuan, bahan pertanian, dan sebagainya. Kadar
air digunakan secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan dalam rasio, dari
0 (kering total) hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air. Nilainya bisa secara
volumetrik ataupun gravimetrik (massa), basis basah maupun basis kering. Kadar air briket
sangat mempengaruhi nilai kalor atau panas yang dihasilkan, tingginya nilai kadar air akan
menyebabkan turunya nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas yang tersimpan dalam
briket terlebih dahulu digunakan untuk menguapkan air yang ada sebelum kemudian
menghasilkan panas yang dapat dipergunakan sebagai panas pembakaran (Afriyanto, 2008).
Rumus perhitungan kadar air pada briket :

𝑚𝑏 − 𝑚𝑘 ×
𝐾𝑎 = 100% (2.1)
𝑚𝑏
Dimana :
Ka = kadar air (%)
mb = massa basah briket (gram).
mk = massa kering briket (gram)

2.8. Nilai Kalor


Nilai kalor (HV) adalah jumlah energi yang dilepaskan ketika suatu bahan bakar
dibakar secara sempurna dalam suatu proses aliran tunak (steady) dan produk
dikembalikan lagi ke keadaan dari reaktan. Besarnya nilai kalor dari suatu bahan bakar sama
dengan harga mutlak dari entalpi pembakaran bahan bakar. Kalor jenis (c) adalah banyaknya
kalor (Q) yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu (T) satu satuan massa (m) benda sebesar
satu derajat. Secara matematis, kalor jenis dinyatakan melalui persamaan di bawah:
𝑄
𝐶 (2.2)
= 𝑚×
Dimana : ∆𝑇

𝐶 = 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
𝑄 = 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 (𝐽)
𝑚 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎
(𝑘𝑔)
∆𝑇 = 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢ℎ𝑢
Kalor jenis benda biasanya bergantung pada suhu. Apabila perubahan suhu tidak
terlalu besar maka besar kalor jenis bisa dianggap tetap. Besarnya entalphy reaksi dapat
dinyatakan dengan kalor pembakaran atau disebut juga nilai kalor. Nilai kalor dari bahan
bakar menurut Sneeden dan Kerr (1969) adalah energi yang dapat dibebaskan selama proses
pembakaran yang komplek dari sejumlah bahan bakar. Nilai kalor ini dapat diukur sebagai
nilai kalor kotor (gross calorific value) dan nilai kalor netto (nett calorivic value). Nilai kalor
dapat dilihat dalam persamaan dibawah ini:
𝑄
𝑁𝐾 (2.3)
= 𝑀𝐾𝑎𝑦
𝑢
Dimana :
𝑁𝐾 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟
𝑄 = 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 (𝐽)
𝑀𝐾𝑎𝑦𝑢 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡
Nilai kalor kotor mengasumsikan seluruh uap air yang dihasilkan selama proses
pembakaran sepenuhnya terkondensasi menjadi cair. Sedangkan nilai kalor netto
mengasumsikan air yang keluar dari produk pembakaran tidak sepenuhnya trekondensasi.
Menurut Koesoemadinata (1980), nilai kalor bahan bakar adalah jumlah panas yang
dihasilkan atau ditimbulkan oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan
temperatur 1 gr air dari 3,500C – 4,500C, dengan satuan kalori. Dengan kata lain nilai kalor
adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah tertentu bahan bakar.
Semakin tinggi berat jenis bahan bakar, maka semakin tinggi nilai kalor yang diperolehnya
(Afriyanto, 2008).

2.9 Penelitian Terdahulu


Berikut ini Tabel 2.5 yang merupakan rangkuman dari hasil penelitian terdahulu yang
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang saat ini dilakukan yaitu:
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Tentang Briket Arang
Nama dan
No Tahun Judul Hasil
Publikasi
Briket dengan kondisi optimum
terdapat pada briket dengan
kandungan komposisi 10% Serbuk
Gergaji Kayu : 90% Tempurung
Pembuatan Briket Arang Dari Kelapa karena memberikan hasil
Azhary H. Serbuk Gergaji Kayu Dan yang terbaik yaitu kadar air
1
dkk, 2011 Tempurung Kelapa Dengan Proses sebesar 10,25% ; kadar abu
Karbonisasi sebesar 2,72%
; kadar zat terbang sebesar 29,63%
; kadar karbon padat sebesar
57,40% ; nilai kalor sebesar 6504
kcal/kg dan kandungan sulfur
sebesar 0,08%.
Perekat kanji yang digunakan
dalam pembuatan briket arang
tempurung kelapa berpengaruh
terhadap keutuhan dan kekerasan
Pengaruh Jumlah Perekat Kanji
Sudding, dkk, briket yang terbentuk, sehingga
2 terhadap Lama Briket Terbakar
2015 menentukan lama pembakaran
menjadi Abu
briket tersebut. Semakin tinggi
persentase kanji semakin lama
waktu pembakaran briket, dan
optimal pada 15%.
Nilai kalor terendah dihasilkan
Analisis Kulitas Briket Serbuk
pada briket dengan penambahan
Asri Saleh, Gergaji Kayu Dengan
3 serbuk gergaji 100% tanpa
dkk, 2017 Penanmbahan Tempurung Kelapa
penambahan tempurung kelapa
yaitu 5622,77 kal/gram dan nilai
Sebagai Bahan Bakar Alternatif
kalor tertinggi terdapat pada
konsentrasi campuran serbuk
gergaji kayu dan tempurung kelapa
(40:60)% yaitu 7386,48 kal/gram.
Penelitian menggunakan proses
slow pyrolisis sehingga
menhasilkan nilai kalor tertinggi
yaitu 7624.00 kkal/gr pada ukuran
partikel 35 mesh dan memiliki
diameter dalam (di) 2 cm, diameter
luar (do) 5,5 cm dan tingginya 5
cm.
Pada kuat tekan 2910 kg/m2 dan
ukuran partikel 35 mesh memiliki
Eugie Isabel Pengaruh Ukuran Partikel Dan lama waktu uji nyala terlama yaitu
4 Nascimento Kuat Tekan Terhadap Kualitas 67,53 menit yang memiliki
Viegas, 2017 Briket Arang Dari Bambu diameter dalam (di) 2 cm, diameter
luar (do) 5,5 cm dan tingginya 4
cm.
Titik optimal yang diperoleh yaitu
pada kuat tekan 1940,01 kg/m2
dengan nilai Desirability 0,730
dan ukuran partikel yang optimal
sebesar 28,49 mesh serta nilai
kalor optimal sebesar 6893,49
kkal/gr dengan lama waktu uji
nyala yang
optimal sebesar 59,6852 menit.
Analisis proksimat dan nilai kalori
briket berbahan campuran limbah
arang kayu alaban dan abu dasar
batubara dengan variasi tekanan
pencetakan adalah Kadar Air
(3,831-5,892)%; Kadar Abu
(7,178-10,507)%; Nilai Kalori
(5607,467-5732,033) cal/g;
Ninis Hadi Pengaruh Tekanan Pada Briket Densitas (0,688-0,769) g/cm3 ; dan
5 Haryanti, dkk, Arang Alaban Ukuran Partikel Porositas (46,025-47,592)%.
2020 Kecil Berdasarkan hasil uji nilai kalori,
kadar air, kadar abu,
direkomendasikan tekanan yang
diberikan pada saat pembuatan
briket adalah 200 kg/cm2 . Hal ini
berdasarkan pertimbangan Nilai
Kalori paling tinggi diperoleh pada
saat tekanan pencetakan 200
kg/cm2 .
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang metode-metode yang akan digunakan dalam
pelaksanaan penelitian ini. Metodologi pada penelitian ini meliputi rancangan penelitian,
bahan dan peralatan yang digunakan, serta penjelasan dari penelitian secara mendetail.
3.1 Garis Besar Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengkaji potensi dari limbah kayu sebagai bahan bakar
alternatif dengan penambahan substrat berupa tempurung kelapa dan perekat dari tepung
tapioka. Secara garis besar penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan beberapa proses
atau tahapan yang terdiri dari tahap persiapan bahan ekperimen , tahap eksperimen yang
terdiri dari tahap pengarangan (karbonasi), tahap pembutan perekat, tahap pembuatan briket
arang, uji kadar air, serta uji nilai kalor. Tahap pengarangan atau karbonasi dilaksanakan di
Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja Industri (UPTD BLKI) Balikpapan.
Bahan baku yang digunakan untuk eksperimen ini didapatkan dari mebel yang ada di kota
Balikpapan, Kalimantan Timur. Eksperimen untuk tahap pembutan perekat, briket arang, uji
kadar air, serta uji nilai kalor dilaksanakan di Laboratorium Program Studi Teknik Kimia,
Institut Teknologi Kalimantan.

3.2 Bahan dan Peralatan


3.1.1 Bahan
Bahan yang digunkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Limbah kayu
b. Tempurung kelapa
c. Tepung tapioka
d. Aquades
3.1.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pengaduk kaca
b. Kaca arloji
c. Cawan porselin
d. Termometer
e. Saringan
f. Baskom
g. panci
h. Neraca Analitik
i. Hot plate
j. Oven
k. Cetakan Briket
l. Kompor Briket
m. Beaker glass
n. Desikator
o. Furnace
p. Pipet Ukur
q. Tekanan Pencetakan / alat kompresi

3.3 Prosedur Penelitian


3.1.1 Pengambilan Bahan
Bahan yang digunakan adalah limbah kayu yang didapatkan atau diperoleh dari mebel
Jln. Sei Wain Km 15 Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara, Balikpapan,
Kalimantan Timur. Kemudian tempurung kelapa diperoleh dari pedagang kelapa parut
yang ada di pasar di kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Serta tepung tapioka
diperoleh dari toko atau warung-warung yang ada di kota Balikpapan.
3.1.2 Proses Pengarangan (Karbonasi)
Proses pengarangan pada penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah
Balai Latihan Kerja Industri (UPTD BLKI) Balikpapan dengan menggunakan furnace,
furnace merupakan alat pemanas seperti oven dengan suhu antara 0oC – 1000oC, lalu
langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan memasukan limbah kayu dan
tempurung kelapa kedalam furnace dengan suhu 500oC selama 60 menit.
3.1.3 Proses pembuatan Perekat
Bahan yang digunakan untuk membuat perekat pada briket arang adalah tepung
tapioka. Tepung tapioka ditimbang sebayak 15% dari total massa arang yang
digunakan, lalu tepung tapioka tersebut dicampur dengan air dengan perbadingan 1:4,
lalu dipanaskan dengan suhu 70o C hingga mendapat pasta yang lengket ditandai
dengan perubahan warna pada campuran dari putih keruh menjadi bening.
3.1.4 Proses Pembuatan Briket Arang
Pertama-tama yang dilakukan adalah pengayakan arang dari limbah kayu dan
tempurung kelapa menggunakan saringan dengan ukuran 60 mesh, kemudian hasil
ayakan tersebut dicampur dengan perekat 15 % dari total massa arang yang digunakan,
lalu adonan tersebut dimasukan kedalam cetakan briket dan dikempa atau di press.
Variasi tekanan yang digunakan adalah 100 barr, 150 bar, dan 200 bar. Briket yang
telah selesai dicetak kemudian diangin-aginkan terlebih dahulu diudara terbuka selama
24 jam, lalu dikeringkan didalam oven dengan suhu 60o C selama 24 jam.
3.1.5 Pengujian Kadar Air (moisture)
Kadar air briket dapat ditentukan dengan cara menimbang cawan porselin kosong
kemudian sampel briket dimasukkan ke cawan sebanyak sekitar 1 gram. Sampel
dimasukkan ke dalam oven yang telah diatur suhunya sebesar 105°C selama 3 jam.
Cawan dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit
kemudian ditimbang bobotnya. Perhitungan untuk mengetahui kadar air pada sampel
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.1).
3.1.6 Pengujian Nilai Kalor
Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan., dan diukur sebagai
nilai kalor kotor/ gross calorific value atau nilai kalor netto/ nett calorific value.
Pengujian nilai kalor adalah suatu metode yang mempelajari jumlah panas/kalor
berdasarkan perubahan temperatur. Variabel uji yang digunakan adalah perubahan suhu
yang terjadi pada air, yang mana air merupakan media untuk transfer kandungan energi
panas yang terdapat dalam briket arang. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
siapkan air dengan volume yang sama untuk setiap variabel briket arang, kemudian
abriket arang dimasukan kedalam kompor briket dan dinyalakan. Air dalam panci
dipanaskan dengan diatas kompor selama 15 menit dengan volume air 1liter untuk
melihat perubahan suhu yang terjadi akibat pemanasan. Perhitungan untuk pengujian
ini menggunakan persamaan (2.2) dan (2.3).

3.4 Diagram Alir Penelitian


Adapun Gambar 3.1 merupakan diagram alir pada penelitian ini sebagai berikut:

Mulai

A
A

Persiapan Alat dan Bahan

Pengarangan limbah kayu dan tempurung kelapa

Penghancuran arang tempurung kelapa

Pengayakan arang tempurung kelapa dan arang limbah kayu

Pembuatan Perekat

Pencampuran arang limbah serbuk gergaji kayu


dengan perekat

Pencetakan briket arang

Pengujian nilai moisture dan nilai kalor

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.5 Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variasi tekanan pengompresan dan
variasi komposisi briket arang dari limbah kayu dengan penambahan tempurung kelapa.
Tabel 3.1 merupakan tabel variasi penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Variasi Tekanan pengompresan Variasi komposisi TK:SK
0% : 100%
25% : 75%
100 barr 50%:50%
75% : 25%
100% : 0%
0% : 100%
25% : 75%
150 barr 50%:50%
75% : 25%
100% : 0%
0% : 100%
25% : 75%
200 barr 50%:50%
75% : 25%
100% : 0%
Keterangan: TK: Tempurung Kelapa
SK: Serbuk Kayu
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan hasil dan pembahasan dari penelitian pemanfaatan limbah kayu
sebagai sumber energi alternatif yang meliputi pengaruh dari variasi tekan pada proses
pembuatan briket arang dari limbah kayu dengan penambahan tempurung kelapa melalui
pengujian kadar air dan pengujian nilai kalor.
4.1 Pengaruh Variasi Tekan Terhadap Kadar Air (Moisture) Pada Briket Arang
Untuk mengetahui pengaruh dari variasi tekanan yang diberikan pada saat proses
pengompresan briket arang maka dilakukan uji kadar air (moisture) karena nilai dari kadar air
merupakan salah satu karakteristik dari penentuan kualitas briket. Berikut ini merupakan
gambar 4.1 pengaruh variasi komposisi briket dan tekanan terhadap nilai moisture.
6.60%

6.40%

6.20%

6.00%
Moisture

Variasi Tekanan 100 barr


5.80%
Variasi Tekanan 150 barr
5.60% Variasi Tekanan 200 barr

5.40%

5.20%
0 1 2 3 4 5 6
Komposisi Briket

Gambar 4.1 Pengaruh variasi komposisi briket dan tekanan terhadap nilai moisture
Briket yang dibuat dari serbuk kayu memiliki sifat higroskopis yang tinggi sehingga
mudah menyerap air, hal ini dikarenakan serbuk kayu memiliki pori-pori yang besar dan
banyak sehingga mudah untuk menyerap air (Maryadi, 2008). Kadar air yang tinggi akan
mengakibatkan menurunnya kualitas briket karena briket akan susah untuk dinyalakan.
Pengujian kadar air dilakukan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan standar SNI
06-3730-1995. Hasil dari uji tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1, dimana hasil dari kadar
air pada tekanan 100, 150, dan 200 bar rata-rata ≤ 8% (SNI No. 01–6235–2000). Hasil uji
kadar air pada tekanan 100, 150, 200 bar berkisar antara 6,43 – 5,45 % dengan kadar air
tertinggi briket sebesar 6,43 % pada tekanan 100 barr dengan komposisi ke-1 (satu),
sedangkan kadar air terendah briket sebesar 5,45 % pada tekanan 200 barr dengan komposisi
ke-5 (lima). Ketika
dilihat lagi dengan seksama, pada gambar 4.1, terdapat hubungan yang signifikan antara
tekanan pengompresan pada proses pembuatan briket dengan hasil dari kadar air, terlihat
bahwa kadar air menurun seiring dengan meningkatnya tekanan pengompresan yag diberikan.
Hal ini diarenakan semakin tinggi tekanan pengompresan yang diberikan maka menyebapkan
partikel-partikel material dari campuran briket saling mengisi pori-pori yang kosong sehingga
mengurangi molekul-molekul air yang dapat mengisi pori-pori tersebut. Dengan kata lain
semakin tinggi tekanan pengompresan yang diberikan maka kadar air akan semakin menurun.
6.60%
6.40%
6.20%
Moisture

6.00%
5.80%
5.60%
5.40%
5.20%
50 100 150 200 250
Tekanan (barr)
Variasi Komposisi (1) Variasi Komposisi (2)
Variasi Komposisi (3) Variasi Komposisi (4)
Variasi Komposisi (5)

Gambar 4.2 Pengaruh variasi tekanan dan komposisi yang sama terhadap nilai moisture
Berdasarkan grafik pada gambar 4.2, merupakan perbadingan antara tekanan
pengompresan yang diberikan dengan komposisi yang sama pada tiap variabel, hasil pada
grafik menunjukan bahwa pada komposisi ke-1 (satu) dengan tekanan pengompresan 100,
150, dan 200 barr mengalami penurunan, sama halnya dengan variasi komposisi lainya yang
mengalami kecenderungan yang sama yaitu nilainya menurun. Dari grafik diatas juga
menujukan bahwa komposisi ke-1 (satu) memiliki nilai kadar air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan variasi komposisi lain, walaupun dengan pemberlakukan variasi
tekanan yang sama, hal ini menunjukan bahwa briket arang yang dibuat dengan komposisi
lebih banyak serbuk kayu memiliki nilai kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan
briket arang yang dibuat dengan komposisi lebih sedikit serbuk kayu. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang diberkan oleh Triono (2011), yang menyatakan bahwa tingginya kadar air
pada serbuk kayu disebabkan karena serbuk kayu memiliki jumlah pori-pori yang lebih
banyak sehingga molekul-molekul air dapat mengisi tempat tersebut.
Jadi berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2, dapat disimpulkan bahwa tekanan berpengaruh
kepada kadar air dari briket arang, semakin tinggi tekanan pengompresan yang diberikan
maka kadar air akan menurun. Penambahan tempurung kelapa pada briket arang dari serbuk
kayu juga mengakibatkan penurunan kadar air pada briket arang, dan meingkatkan kualitas
dari briket arang yang dihasilkan.

4.2 Pengaruh Variasi Tekan Terhadap Nilai Kalor Pada Briket Arang
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh nilai kalor berdasarkan pengaruh
variasi komposisi briket dan ketiga tekanan terhadap nilai kalor (gambar 4.3) dan nilai kalor
berdasarkan pengaruh variasi tekanan dan komposisi yang sama (gambar 4.4) seperti di
bawah ini:

7000

6000
Nilai Kalor (cal/gr)

5000

4000

3000
0 1 2 3 4 5 6
Komposisi Briket
Variabel Tekanan 100 barr Variabel Tekanan 150 barr Variabel Tekanan 200 barr

Gambar 4.3 Pengaruh variasi komposisi briket dan tekanan terhadap nilai kalor
Keterangan :
Tabel 4.1 Variasi Komposisi Briket
Perbandingan komposisi
Variasi Komposisi
Tempurung
Briket Serbuk kayu
Kelapa
1 0% 100%
2 25% 75%
3 50% 50%
4 75% 25%
5 100% 0%
Nilai Kalor (cal/gr) 6500

5500

4500

3500

2500
50 100 150 200 250
Tekanan (barr)
Variabel Komposisi (1) Variabel Komposisi (2) Variabel Komposisi (3)
Variabel Komposisi (4) Variabel Komposisi (5)

Gambar 4.4 Pengaruh variasi tekanan dan komposisi yang sama terhadap nilai kalor
Berdasarkan gambar 4.3 dan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai
kalor
dari 5 variasi komposisi pada masing-masing variasi tekanan pengompresan. Hasil penelitian
berdasarkan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada tekanan 100, 150, dan 200 barr diperoleh
nilai kalor tertinggi yang dihasilkan oleh variasi 100% tempurung kelapa pada masing-
masing tekanan sebesar 5.359,07 kal/gr, 5.624,31 kal/gr dan 6.159,31 kal/gr. Hal ini
menunjukkan bahwa tempurung kelapa memiliki kemampuan untuk meningkatkan nilai kalor
serta dapat meningkatkan kualitas briket khususnya briket yang berbahan dasar serbuk kayu.
Tempurung kelapa dapat menghasilkan nilai kalor briket hingga mencapai nilai 6.600 kal/gr,
karena memiliki kadar karbon yang tinggi (Geonadi et al, 2005). Nilai kalor pada briket yang
dihasilkan dengan penambahan tempurung kelapa memiliki nilai kalor yang tinggi dan
mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya komposisi tempurung kelapa pada
briket. Berdasarkan gambar 4.3 dan 4.4, variasi komposisi briket ke-3 pada tekanan 150 barr
memiliki nilai kalor yang mendekati nilai kalor pada variasi komposisi ke-3 pada tekanan 200
barr yang disebabkan karena bahan baku yang digunakan ialah limbah kayu. Limbah kayu
yang digunakan yang berasal dari serbuk kayu yang memiliki campuran jenis kayu yang
memiliki nilai kalor yang bervariasi. Oleh karena itu, terjadi penyimpangan peningkatan nilai
kalor pada grafik (gambar 4.3 dan 4.4). Berdasarkan gambar 4.3, pada variasi komposisi
briket ke-2, 3 dan 4 terjadi kenaikan nilai kalor pada setiap tekanan seiring dengan
bertambahnya jumlah tempurung kelapa yang ditambahkan dari komposisi briket yang
dibuat. Jadi, semakin banyak tempurung kelapa yang terdapat pada briket maka dapat
meningkatkan nilai kalor pada briket.
Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa nilai kalor tertinggi pada variasi
komposisi ke-1, 2, 3, 4 dan 5 berturut-turut yaitu: 4.322,81 kal/gr, 4.743,09 kal/gr, 5.355,10
kal/gr, 5.732,65 kal/gr dan 6.159,31 kal/gr yang diperoleh pada tekanan 200 barr. Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan nilai kalor yang dihasilkan seiring dengan peningkatan
tekanan yang diberikan pada briket pada saat pengompresan. Semakin tinggi tekanan yang di
berikan maka nilai kalor yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya kandungan air pada briket seiring dengan kenaikan tekanan saat pengompresan
(Januardi, 1989). Jadi dapat dikatakan bahwa kualias briket akan semakin meningkat seiring
dengan kenaikan tekanan pengompresan yang diberikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai kalor tertinggi terdapat pada
variasi komposisi ke-5 dengan kandungan 100% tempurung kelapa pada tekanan 200 barr
sebesar 6.159,31 kal/gr. Tempurung kelapa memiliki nilai karbon yang lebih tinggi
dibandingkan dengan serbuk kayu. Selain itu, tempurung kelapa merupakan salah satu limbah
organik yang memiliki sifat difusi termal yang baik dikarenakan kandungan lignin dan
selulosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk kayu (Diah, 2009). Selain itu, seiring
dengan peningkatan pemberian tekanan pada saat pengompresan menyebabkan semakin
berkurangnya kandungan air pada briket. Dengan berkurangnya kandungan air pada briket
akan menyebabkan bertambahnya nilai kalor pada briket. Tempurung kelapa memiliki jumlah
pori- pori yang lebih sedikit sehingga mengurangi sifat higroskopis pada briket yang dapat
meningkatkan kadar air dan menurunkan nilai kalor (Maryadi, 2008). Oleh karena itu, nilai
kalor yang dihasilkan pada variasi 100% tempurung kelapa dan tekanan 200 barr memiliki
nilai kalor paling tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai kalor terendah terdapat pada
variasi komposisi ke-1 dengan kandungan 100% serbuk kayu pada tekanan 100 barr yaitu
sebesar 3.823,95 kal/gr. Serbuk kayu memiliki sifat higroskopis yang tinggi dikarenakan
banyaknya jumlah pori yang menyerap air sehingga dapat menurunkan nilai kalor pada briket
yang dihasilkan (Maryadi, 2008). Selain itu, semakin rendah tekanan yang diberikan pada
saat pengompresan maka kadar air yang berkurang akan semakin sedikit dan semakin
menurunkan nilai kalor pada briket. Oleh karena itu, briket yang berasal dari 100% serbuk
kayu pada variasi komposisi ke-1 dengan tekanan 100 barr memiliki nilai kalor yang paling
rendah.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh hasil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Diperoleh nilai kadar air tertinggi sebesar 6,43% pada tekanan 100 barr dengan
variasi komposisi ke-1 dan kadar air terendah briket sebesar 5,45% pada tekanan
200 barr dengan variasi komposisi ke-5. Hal ini menujukan bahwa semakin tinggi
tekanan pengompresan yang diberikan maka semakin rendah pula nilai kadar air
pada briket. Selain itu briket dengan penambahan tempurung kelapa mampu
meningkatkan kualitas karena jumpah pori pada tempurung kelapa lebih sedikit
sehingga mengurangi molekul-molekul air yang akan mengisi pori-pori tersebut.
2. Diperoleh nilai kalor tertinggi yaitu pada variasi komposisi ke-5 dengan kandungan
100% tempurung kelapa pada tekanan 200 barr dengan nilai sebesar 6.159,31
kal/gr dan nilai kalor terendah yaitu pada variasi komposisi ke-1 dengan
kandungan 100% serbuk kayu pada tekanan 100 barr yaitu 3.823,95 kal/gr. Hal ini
menunjukkan bahwa, Semakin banyak tempurung kelapa pada briket dapat
meningkatkan nilai kalor yang dapat meningkatkan kualitas briket dan sebaliknya
semakin banyak kandungan serbuk kayu maka akan menurunkan nilai kalor pada
briket. Selain itu, semakin tinggi tekanan yang diberikan pada saat pengompresan
briket maka nilai kalor pada briket akan semakin tinggi.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini antara lain :
1. Perlu dilakukan penambahan uji kadar abu (ash), uji kadar zat terbang (volatile
matter), uji kadar karbon tetap (fixed carbon) dan uji kerapan untuk mengkaji lebih
lanjut tentang kualitas dari briket arang yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Cabe di Desa Candi
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Semarang: Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Ahmad Abtokhi, Khilfatin Nabawiyah,2010Penentuan Nilai Kalor Dengan Bahan Bakar
Kayu Sesudah Pengarangan Serta Hubungannya Dengan Nilai Porositas Zat Padat.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Jamaluddin, dkk., 2015, Pengaruh Jumlah Perekat Kanji terhadap Lama Briket Terbakar
menjadi Abu Effect of Total Starch Adhesive against Briquettes Burned being Dust,
Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.
Januardi (1989). Pengaruh Tekanan Pengempaan dan Jenis Perekat terhadap Kualitas Briket
Arang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Joni Tallo Lembang, dkk, 1995. Rekayasa Pembuatan Tungku Pembakaran Sekam padi
untuk pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan
Industri, Ujunga Pandang.
Kemas Ridhuan, dkk., 2019, Pengaruh Jenis Biomassa Pada Pembakaran Pirolisis
Terhadap Karakteristik Dan Efisiensibioarang - Asap Cair Yang Dihasilkan, Fakultas
Tenik, Universitas Muhammadiyah, Lampung.
M. triono, Ali Sabit, 2011, Efek suhu pada proses pengarangan terhadap nilai kalor arang
tempurung kelapa(coconut shell charcoal), Jurusan fisika fakultas sains dan teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Maryadi, Y. (2008). Kualitas Briket Arang dari Campuran Kayu Mahoni (Switenia mahagoni
Jacq.), Tempurung Kelapa dan Limbah Batubara. Skripsi Sarjana Kehutanan
Universitas Mulawarman. Samarinda
Ninis Hadi Haryanti1. Dkk, 2020, Pengaruh Tekanan Pada Briket Arang Alaban Ukuran
Partikel Kecil, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
Nugrahaeni, J I 2008. Pemanfaatan limbah tembakau (Nicotiana tobacum L) untuk bahan
pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif. Skripsi. Fakultas teknologi
pertanian. IPB. Bogor
Nugraheni, Risky Saputri. 2008. Daun Kering Untuk Biobriket Sampah Sebagai Bahan
Bakar Alternatif. Skripsi. Universitas Negri Surabaya: Tidak Diterbitkan.
Palungkun, R. 1999. Aneka produk Olahan Kelapa. Bogor. Penebar Swadaya.
Pari, G. 2004. Kajian struktur arang aktif dari serbuk gergaji kayu sebagai adsorben emisi
formaldehida kayu lapis. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor.
Tidak diterbitkan.
Pinus Lingga (dkk). 1992. Bertanam Umbi- umbian. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Rachman, O., J. Malik . 2011. Penggergajian dan Pemesinan Kayu Untuk Industri
Perkayuan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian
Kehutanan. Jakarta.
Ramadhan, Aprian P and Munawar Ali. 2010. Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak
Menggunakan Proses Pirolisis. 4:1.
Reni Setiowati1 dan M.Tirono, , Pengaruh Variasi Tekanan Pengepresan Dan Komposisi
Bahan Terhadap Sifat Fisis Briket Arang.
Sandra, E. 2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. Bogor: IPB Press.
Setiyono. 2004. Pedoman Teknis Pengelolaaan Limbah Industri Kecil. Kementrian
Lingkungan Hidup, Jakarta.
Sucipto, (2012), Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang Dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika
(Maesopsis Eminii Engl) Dan Sengon (Paraserlanthes Falcataria L Nielsen) Dengan
Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos Nucifera L). Skripsi. Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tutik M dan Faizah H, 2001, Aktifasi Arang Tempurung Kelapa Secara Kimia dengan
Larutan Kimia ZnCl2, KCl dan HNO3, Jurusan Teknik Kimia UPN, Yogyakarta.
Wibowo C. 1990. Pengaruh Media Semai Serbuk Gergaji dan Pemupukan terhadap
Pertumbuhan Sengon (Paraserianthes falcataria) di Rumah Kaca dan di Hutan
Pendidikan IPB, Gunung Walat, Sukabumi. Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI PENELITIAN

Berikut merupakan dokumentasi penelitian yang telah dilakukan, sebagai berikut:

Gambar A.1 Sampel Briket Arang yang telah dibuat

Gambar A.2 Alat Kompresi Briket

Gambar A.3 Bahan baku briket yang telah melewati proses pengayakan dengan saringan
60 mesh
Gambar A.4 Cetakan Briket

Gambar A.5 Pengujian Nilai Kalor dengan menggunakan Kompor Briket


LAMPIRAN B
HASIL DATA PENELITIAN

Tabel B.1 Hasil Data Perhitungan Nilai Moisture Briket Pada Tekanan 100 barr

Tekanan Komposisi Moisture Rata-rata


(barr) Briket P1 P2 P3 Moisture
100 1 6.46% 6.43% 6.40% 6.43%
100 2 6.38% 6.35% 6.34% 6.36%
100 3 6.33% 6.27% 6.25% 6.28%
100 4 6.22% 6.20% 6.21% 6.21%
100 5 6.17% 6.19% 6.15% 6.17%
Keterangan: P1: Percobaan Pertama
P2: Percobaan Kedua

P3: Percobaan Ketiga

Tabel B.2 Hasil Data Perhitungan Nilai Moisture Briket Pada Tekanan 150 barr

Tekanan Komposisi Moisture Rata-rata


(barr) Briket P1 P2 P3 Moisture
150 1 6.13% 6.10% 6.12% 6.12%
150 2 5.76% 5.73% 5.74% 5.74%
150 3 5.70% 5.71% 5.68% 5.70%
150 4 5.67% 5.65% 5.65% 5.66%
150 5 5.60% 5.62% 5.61% 5.61%

Tabel B.3 Hasil Data Perhitungan Nilai Moisture Briket Pada Tekanan 200 barr

Tekanan Komposisi Moisture Rata-rata


(barr) Briket P1 P2 P3 Moisture
200 1 5.59% 5.57% 5.56% 5.57%
200 2 5.53% 5.55% 5.54% 5.54%
200 3 5.52% 5.51% 5.52% 5.52%
200 4 5.50% 5.48% 5.48% 5.49%
200 5 5.46% 5.45% 5.43% 5.45%
Tabel B.4 Hasil Data Perhitungan Nilai Kalor Briket Pada Tekanan 100 barr
Tekanan Komposisi Nilai Kalor
(barr) Briket (Cal/gr)
100 1 3823.95
100 2 4208.65
100 3 4285.92
100 4 5136.16
100 5 5359.07

Tabel B.5 Hasil Data Perhitungan Nilai Kalor Briket Pada Tekanan 150 barr
Tekanan Komposisi Nilai Kalor
(barr) Briket (Cal/gr)
150 1 3927.07
150 2 4287.62
150 3 5222.72
150 4 5242.36
150 5 5624.31

Tabel B.6 Hasil Data Perhitungan Nilai Kalor Briket Pada Tekanan 200 barr
Tekanan Komposisi Nilai Kalor
(barr) Briket (Cal/gr)
200 1 4322.81
200 2 4743.09
200 3 5355.10
200 4 5732.65
200 5 6159.31
LAMPIRAN C
RINGKASAN PERHITUNGAN

1. Perhitungan Nilai Kadar Air Pada Briket


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada variasi ke 4 pada tekanan 200 bar
diperoleh:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 = 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢𝑟𝑢𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑝𝑎 + 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑘𝑎𝑦𝑢
= 30 𝑔𝑟𝑎𝑚 + 0 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 30 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Pengujian pertama
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ (𝑚𝑏) = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑚𝑘) = 0.944 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑏 − 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0.944
𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑘 × 100% 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 5.6%
= =
𝑚𝑏 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Pengujian Kedua
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ (𝑚𝑏) = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑚𝑘) = 0.945𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑏 − 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0.945
𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑘 × 100% 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 5.45%
= =
𝑚𝑏 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Pengujian ketiga
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ (𝑚𝑏) = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑚𝑘) = 0.9455 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑏 − 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 0.9455
𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑘 × 100% 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 100% = 5.43%
= =
𝑚𝑏 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
5.6% + 5.45% +
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 5.43% = 5.45%
3

2. Perhitungan Nilai Kalor Pada Briket


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada variasi ke 4 pada tekanan 200 bar
diperoleh:
Diketahui:
T1 = 27 oC
T2 = 62 oC
∆𝑇 = 77.2 𝑂𝐶 − 27 𝑂𝐶 = 50.2 𝑂𝐶
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 = 135.31 gram − 129.65 gram = 5.66 gram
𝐽
𝐶 = 4180 ⁄𝐾𝑔. 𝐶

𝐾𝑔
𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 997 ⁄� 3

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟 = 0.001 𝑚 3

 Menghitung nilai kalor


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 = 997
3 × 0.001 𝑚 = 0.997 𝑘𝑔
3
𝐾𝑔 �
⁄ �
𝑄 = ∆𝑇 × 𝐶 × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝐽
𝑄 = 50.2 𝑂𝐶 × 4180 ⁄ 𝐾𝑔. × 0.997 𝑘𝑔 = 209256.659 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 = 50013.597 𝑘𝑎𝑙

𝐶
50013.597 𝑘𝑎𝑙
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟 𝐵𝑟𝑖𝑘𝑒𝑡 = = 6159.31 𝑘𝑎𝑙⁄
8.12 gram 𝑔𝑟𝑎
𝑚
LAMPIRAN D
RIWAYAT PENULIS

Ajeng Eka Widyastuti lahir di Balikpapan pada tanggal 24 Juli 1999.


Pada tahun 2017 terdaftar sebagai mahasiswa angkatan keenam Institut
Teknologi Kalimantan (ITK) di Program Studi S1-Teknik Kimia. Titin
menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 006 Balikpapan
Barat Kalimantan Timur (2006-2012), sekolah menengah pertama di
SMP Negeri 4 Balikpapan Kalimantan Timur (2012-2014) dan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 008 Balikpapan Kalimantan Timur
(2014-
2017). Semasa menjadi mahasiswa ITK, Titin telah menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Pemanfaatan Limbah Kayu Sebagai Sumber Energi Alternatif” dibawah bimbingan Bapak
Adrian Gunawan, S.Si., M.Si.

Titin Mariam Ariani Dori lahir di Same, Timor Leste pada tanggal 19
Maret 1999. Pada tahun 2017 terdaftar sebagai mahasiswa angkatan
keenam Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di Program Studi S1-
Teknik Kimia. Titin menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD
Inpres Wairklau Maumere Nusa Tenggara Timur (2006-2012), sekolah
menengah pertama di MTs. Muhammadiyah Wuring Nusa Tenggara
Timur (2012-2014) dan sekolah menengah kejuruan di SMK Negeri 8
Mataram Nusa Tenggara Barat (2014-2017). Semasa menjadi mahasiswa ITK, Titin telah
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Kayu Sebagai Sumber Energi
Alternatif” dibawah bimbingan Bapak Adrian Gunawan, S.Si., M.Si.

Anda mungkin juga menyukai