Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah Sejarah Perkotaan dan Perkembangannya

Program Studi Kajian Pengembangan Perkotaan

Tugas Resume“Space of Flows, Space of Places: Materials for a Theory of Urbanism in


the Information Age”
Manuel Castells

“Ruang Arus, Ruang Tempat: Bahan untuk Teori Urbanisme di Era Informasi”
Nama: Rio Apriyanto | NPM: 2006622836

Dengan komputer dan perangkat seluler yang dilengkapi media internet,


memungkinkan setiap orang dan kelompok di mana pun berkomunikasi secara instan dan
cepat. Sistem informasi terkomputerisasi menghubungkan hampir semua orang di dunia,
konsepsi tentang ‘ruang’ (space) berkembang begitu pesat. Realitas ini sangat mempengaruhi
kota, dan ahli yang meneliti mengenai realitas tersebut adalah Manuel Castells, seorang
sosiolog asal Spanyol yang merupakan seorang perencana kota sekaligus profesor di bidang
komunikasi.
Menurut Castells, konsep ruang merupakan dimensi fundamental yang
‘mengekspresikan’ masyarakat urban. Pengalaman spasial kehidupan kota kontemporer
diekspresikan sebagian melalui dunia fisik tradisional lingkungan dan bisnis lokal di wilayah
metropolitan. Banyak orang menjalani kehidupan sehari-hari dan mengembangkan hubungan
pribadi, kekeluargaan, dan identitas individu, dan ini disebut Castells sebagai ‘ruang tempat’.
Namun kehidupan kota semakin berkembang dan ekonomi tumbuh secara global sesuai
‘ruang arus’ melalui jaringan telekomunikasi elektronik dan komputerisasi.
Dunia telah memasuki ‘era baru, era Informasi’, yang disebut oleh Castells sebagai
‘masyarakat jaringan’ baru. ‘Kota industri’ seperti yang dijelaskan Engels pada abad 19 dan
‘kota pascaindustri’ bukan kota produksi kini berubah menjadi kota informasi. Kota
informasi menjadi kelanjutan dari perkembangan sebelumnya: misalnya, urbanisasi yang
cepat dan regionalisme metropolitan, ditinggalkannya budaya patriarkal, komunitas perkotaan
yang semakin multi-etnis, dan segregasi sosial yang didorong oleh perkembangan sosial.
Lahirnya peta baru dari jaringan di perkotaan berdasarkan teknologi telekomunikasi. Pada
gilirannya akan terkait dengan teknologi transportasi seperti yang dijelaskan oleh Frederic
Stout, teknologi informasi dan teknologi transportasi saling berhubungan.
Transformasi Ruang Perkotaan di Awal Abad 21
Transformasi spasial harus dipahami dalam konteks yang lebih luas dari transformasi
sosial. Ruang tidak mencerminkan masyarakat, dimensi fundamental masyarakat tidak dapat
dipisahkan dari proses keseluruhan organisasi dan perubahan sosial. Munculnya jaringan
usaha sebagai bentuk baru kegiatan ekonomi, dan pengelolaannya yang sangat
terdesentralisasi, namun terkoordinasi. Hal ini cenderung mengaburkan perbedaan fungsional
antara ruang kerja dan ruang tempat tinggal.
Ekonomi global berakar kuat pada tatanan perkotaan yang menyediakan pekerjaan,
pendapatan, dan organisasi sosial untuk budaya, sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat
berpenghasilan rendah dan kota pada umumnya.
Kerusakan pola komunikasi antara individu dan antar budaya, dan munculnya ruang
pertahanan, mengarah pada pembentukan daerah yang terpisah, seperti komunitas yang
eksklusif keamanannya untuk orang kaya, wilayah tertentu untuk orang miskin. Kondisi
tersebut sebagai reaksi terhadap tren penyebaran ke pinggiran kota (border) dan
individualisasi pola tempat tinggal. Pusat kota dan ruang publik menjadi kebutuhan dari
kehidupan perkotaan, dibarengi tekanan komersial untuk meniru kehidupan perkotaan sering
mengubah ruang publik menjadi taman hiburan.

Fungsi
Secara fungsional, hubungan sosial (network society) diatur diantara kepentingan global
dan lokal. Proses utama ekonomi, teknologi, media, dan otoritas diatur dalam jaringan global.
Tetapi aktivitas sehari-hari, kehidupan pribadi, identitas budaya, dan partisipasi politik pada
dasarnya bersifat lokal. Kota sebagai sistem komunikasi harus menghubungkan kepentingan
lokal dan global, kepentingan dua logika yang bertentangan pada saat yang sama di dalam
kota itu sendiri.

Makna
Dari segi makna, masyarakat kita dicirikan oleh perkembangan individuasi dan
komunalisme yang berlawanan. Dengan individuasi saya memahami pengurungan makna
dalam proyek, minat, dan representasi individu, yang merupakan sistem kepribadian yang
terwujud secara biologis. Dengan komunalisme, pengurungan makna dalam identitas
bersama, berdasarkan pada sistem nilai dan kepercayaan.
Form
Ada arti yang berkembang antara ruang arus dan ruang tempat. Ruang arus
menghubungkan lokasi yang terpisah secara elektronik dalam jaringan (network) interaktif
yang menghubungkan aktivitas dan orang-orang dalam konteks kawasan yang berbeda.
Sementara, ruang tempat mengatur pengalaman dan aktivitas di sekitar batas-batas tertentu.
Kota-kota dibangun dan dirusak secara bersamaan oleh logika persaingan ruang arus dan
ruang tempat. Kota tidak lenyap dalam jaringan virtual, tetapi diubah secara komunikasi
elektronik dan interaksi fisik, oleh kombinasi jaringan dan tempat.

Tema Perkotaan Pada Era Informasi


Persoalan integrasi sosial muncul dalam teori urbanisme, sebagaimana yang terjadi
pada proses urbanisasi di era industri. Memang, keberadaan kota sebagai artefak komunikasi
patut dipertanyakan. Terlepas dari kenyataan bahwa kita hidup di dunia yang didominasi oleh
kawasan perkotaan. Pada awal abad ke-21, tantangannya adalah berbagi kota dengan budaya
dan identitas yang sangat berbeda.
Bagaimana orang mengekspresikan diri, dan berkomunikasi satu sama lain, di luar
rumah, di tempat umum. Hal ini bisa disebut keramahan tempat-tempat umum di kota
metropolitan yang individual. Termasuk pertukaran sosial dari jaringan transportasinya
menjadi perangkat komunikatif kehidupan kota.
Tingkat komunikasi ketiga mengacu pada keunggulan komunikasi elektronik sebagai
bentuk baru bersosialisasi. Studi yang dilakukan oleh peneliti sosial telah menunjukkan
kepadatan dan intensitas jaringan komunikasi elektronik, membuktikan anggapan bahwa
komunitas virtual seringkali menjadi komunitas yang nyaris nyata, meskipun tidak bertatap
muka langsung. Di sini sekali lagi, bahwa pemahaman komunikasi melalui berbagai jaringan
elektronik dibangun dengan minat atau nilai yang sama, bisa melalui jaringan elektronik.
Belum ada teori yang kuat tentang proses komunikasi tersebut, karena internet sebagai media
dalam masyarakat masih terus perkembangan. Tapi kemampuan bersosialisasi online
ditentukan dengan lokasi secara fisik, pada konfigurasi jaringan komunikasi elektronik.
Komunitas virtual sebagai jaringan individu sedang mentransformasikan pola sosialisasi
dalam kehidupan metropolitan baru, tanpa berubah ke dunia elektronik.
Keempat, analisis code sharing di dunia urban baru membutuhkan juga studi antar
muka antara tata letak fisik, organisasi sosial, dan jaringan elektronik. Antarmuka inilah yang
dianggap William Mitchell sebagai jantung dari bentuk perkotaan baru, yang disebutnya e-
topia. Dengan kata lain, kita harus memahami pada saat yang sama proses komunikasi dan
proses komunikasi.
Hubungan kontradiktif dan/atau komplementer antara sentralitas metropolitan baru,
praktik ruang publik, dan pola komunikasi baru yang muncul dari komunitas virtual yang
dapat meletakkan dasar bagi teori baru urbanisme sebagai teori kota cyborg atau kota hybrid.
Kita tahu bahwa telecommuting berarti orang yang bekerja penuh waktu secara online dari
rumah mereka adalah sebuah mitos futurologi.
Paradoks perkotaan yang maju di abad ke-21 adalah bahwa manusia dapat hidup di
dunia yang banyak berubah menjadi perkotaan tanpa sistem komunikasi budaya dan berbagi
makna yang berbasis spasial, bahkan berbagi konflik.
Hal utama dari perkotaan yang maju di dunia adalah komunikasi, dalam pengertian
multidimensi: memulihkan komunikasi fungsional dengan perencanaan metropolitan;
memberikan makna spasial dengan nodalitas simbolis baru yang diciptakan oleh proyek
arsitektur inovatif. Penataan kembali kota ke dalam bentuk urbannya melalui praktik
perancangan kota yang diprioritaskan pada pelestarian, pemugaran, dan pembangunan ruang
publik sebagai lambang kehidupan perkotaan.

Perencanaan
Hal utama perencanaan pada kota metropolitan di era informasi adalah memastikan
konektivitas, baik intra-metropolitan maupun antar-metropolitan. Perencanaan harus
mengedapankan kemampuan wilayah untuk beroperasi dalam ruang arus (space flow).
Kesejahteraan suatu wilayah dan penduduknya akan sangat bergantung pada kemampuan
bersaing dan bekerja sama dalam jaringan global pembangkitan/perolehan informasi,
kekayaan, dan kekuasaan (power). Pada saat yang sama, perencanaan harus memastikan
konektivitas simpul metropolitan ini ke seleuruh wilayah di metropolitan.

Arsitektur
Mengembalikan makna simbolis menjadi permasalahan komunikasi metropolitan yang
paling utama. Arsitektur, harus menyelamatkan makna simbolis di wilayah metropolitan,
dalam melahirkan kemampuan komunikasi era digital. Dalam beberapa tahun terakhir,
terliaht kebangkitan substansial makna arsitektural yang berdampak langsgun dalam
merevitalisasi kota dan wilayah, tidak hanya secara budaya tetapi juga secara ekonomi. Yang
pasti, arsitektur itu sendiri tidak bisa mengubah fungsi, atau bahkan makna, dari keseluruhan
wilayah metropolitan.
Desain perkotaan
Tantangan utama urbanisme di era informasi adalah memulihkan budaya kota. Ini
membutuhkan perlakuan sosio-spasial terhadap bentuk perkotaan, suatu proses yang kita
kenal sebagai desain perkotaan. Desaian perkotaan harus mampu menghubungkan kehidupan
lokal, individu, komunal, dan aliran global instrumental. Ruang publiklah yang menjadikan
kota sebagai tampat lahirnya budaya, tempat bersosialisasi, sistem komunikasi, dan
kemunculan demokrasi dalam kehidupan sebagai warganegara.

Pemerintah Kota di Jaman Informasi


Artikulasi dinamis antara perencanaan metropolitan, arsitektur, dan desain perkotaan
adalah domain kebijakan perkotaan. Kebijakan perkotaan dimulai dengan visi strategis dari
evolusi yang diinginkan dari ruang metropolitan dalam hubungan ganda dengan ruang arus
global dan ruang lokal tempat. Visi ini, sebagai alat penuntun, lahir dari kompromi dinamis
antara ekspresi kontradiktif nilai dan kepentingan dari pluralitas para aktor ahli-ahli
perkotaan. Kebijakan perkotaan yang efektif selalu merupakan sintesis antara kepentingan
para aktor. Tetapi sintesis ini harus diberikan koherensi teknis dan ekspresi formal, sehingga
kota berkembang dalam bentuknya tanpa menyerahkan masyarakat lokal pada kendala
ekonomi atau determinisme teknologi.

Anda mungkin juga menyukai