Materi Pemeriksaan Tanda Vital
Materi Pemeriksaan Tanda Vital
Sasaran belajar :
1. Mahasiswa dapat melakukan dan menilai pemeriksaan denyut nadi dengan benar.
2. Mahasiswa dapat melakukan dan menilai pemeriksaan tekanan darah dengan benar.
3. Mahasiswa dapat melakukan dan menilai pemeriksaan suhu tubuh dengan benar.
4. Mahasiswa dapat melakukan dan menilai pemeriksaan frekuensi nafas dengan benar.
1. Persiapan alat
Letakkan semua peralatan yang diperlukan di dekat pasien sehingga mudah dijangkau.
Alat yang pelu dipersiapkan :
1. Tensimeter air raksa, dicek bahwa katup penutup terbuka dan aliran air raksa normal
2. Stetoskop, dicek baik bagian membran maupun corong normal
3. Jam tangan dengan jarum detik / stopwatch
4. Termometer air raksa, dikibaskan sampai menunjuk di bawah 35⁰ C
2. Persiapan pasien
Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang mengandung kafein minimal 30 menit
sebelum pemeriksaan. Pasien diminta untuk rileks/tenang. Pemeriksaan yang dilakukan saat pasien berada
dalam kondisi yang nyaman sehingga memberikan hasil yang akurat dan tepat sesuai fisiologis pasien.
Sebelum memeriksa pasien, cuci tangan dahulu sesuai prosedur. Mengucapkan basmalah, memberi salam,
memperkenalkan diri, meminta ijin, berhati-hati pada saat memeriksa, serta menjelaskan tindakan yang
akan dilakukan. Pemeriksa hendaknya bersikap ramah, santun dan menunjukkan empati
Gambar 2. Teknik mengukur denyut nadi radial dari arteri radialis(Bickley and
Szilagyi, 2007)
Prosedur pengukuran
1. Penderita dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan dalam posisi bebas
dan rileks.
2. Periksalah denyut arteri radialis dengan melakukan palpasi (meraba) di
pergelangan tangan dengan cara meletakkan jari telunjuk dan jari tengah atau 3
jari (jari telunjuk, tengah dan manis) di atas arteri radialis dan sedikit ditekan
sampai teraba pulsasi yang kuat (gambar 2)
3. Pemeriksa harus menghitung selama 30 detik dan mengalikan denyut 2x untuk
memperoleh jumlah denyut per menit, kecuali jika denyut nadi pasien irreguler
maka denyut nadi harus dihitung penuh selama 1 menit.
Frekuensi denyut nadi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, emosi, suhu
tubuh, BMR, dan keadaan patologis.
Denyut nadi orang dewasa normal antara 60 – 100 kali per menit. Denyut nadi > 100
kali / menit disebut takikardia dan denyut nadi < 60 kali / menit disebut bradikardia.
Namun, pada atlet yang terlatih denyut nadi normalnya dapat kurang dari 60 kali / menit.
Bila dianggap perlu, dapat juga dilakukan di tempat lain,
Irama denyut nadi harus dapat dinilai keteraturannya (reguler) atau tidak teratur
(ireguler). Dalam keadaan normal, denyut nadi akan lebih lambat pada waktu ekspirasi
dibandingkan pada waktu inspirasi, keadaan ini disebut aritmia sinus.
b. Tekanan darah
Tekanan darah merupakan tekanan hidrostatik pada arteri yang mampu
mendorong darah menuju kapiler (capillary beds). Tekanan darah merupakan gambaran
curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi status sirkulasi dan keseimbangan cairan.
Tekanan darah tergantung pada volume darah yang diejeksikan, kecepatan,
distensibilitas dinding arteri, viskositas darah, dan tekanan di dalam pembuluh darah
setelah ejeksi berakhir.
Tekanan darah sistolik adalah puncak tekanan di dalam arteri. Tekanan darah
sistolik diatur oleh isi sekuncup (stroke volume) dan kelenturan pembuluh darah.
Tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah di dalam arteri dan tergantung pada
tahanan perifer. Perbedaan tekanan sistolik dan diastolik adalah tekanan nadi (pulse
pressure).
Tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya aktivitas fisik, keadaan
emosi, rasa sakit, suhu sekitar, penggunaan kopi, tembakau, dll.
Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan sfigmomanometer (tensimeter)
dan stetoskop. Sfigmomanometer terdiri dari beberapa tipe, yaitu digital, aneroid, dan
merkuri (tensimeter air raksa). Metode klasik pengukuran tekanan darah ialah dengan
menentukan tinggi kolom cairan yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan
yang diukur.
Terdapat dua tipe tekanan gauge dalam sphygmomanometer:
1. Pada manometer merkuri, tekanan diindikasikan dengan tinggi kolom merkuri
dalam tabung kaca.
2. Pada manometer aneroid, tekanan mengubah bentuk tabung fleksibel tertutup,
yang mengakibatkan jarum bergerak ke angka.
Jika tekanan darahnya tinggi, sebaiknya diperiksa kembali pada akhir pemeriksaan fisik,
ketika pasien mungkin lebih tenang.
6. Letakkan bell (corong) di area arteri brachialis (Gambar 5), dan pompa manset
dengan cepat hingga kira-kira 30 mmHg di atas bunyi Korotkoff fase I (saat
denyut muncul). Korotkoff fase I merupakan tekanan sistolik.
7. Kempiskan manset secara perlahan dengan kecepatan 2 – 3 mmHg/detik sampai
bunyi denyut meredup dan menghilang yang merupakan Korotkoff fase V.
Tinggi tekanan ini merupakan tekanan diastolik.
8. Kempiskan manset dengan cepat hingga angka nol.
9. Tunggu 2 menit atau lebih, ulangi pengukuran tekanan darah, dan tentukan rata-
rata hasil pengukuran tersebut. Bila hasil pengukuran berbeda > 5 mmHg,
lakukan pengukuran tambahan hingga didapatkan dua hasil pengukuran yang
mendekati.
Penilaian tekanan darah berdasarkan The Joint National Committe VII (JNC-VII)
adalah :
Klasifikasi Tekanan Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage 2 >160 >100
c. Suhu tubuh
Suhu badan yang normal adalah 36⁰C-37⁰C. Pada pagi hari suhu mendekati 36⁰C,
sedangkan pada sore hari mendekati 37⁰C. Pengukuran suhu di rektum juga akan lebih
tinggi 0,5-1⁰C dibanding suhu mulut, dan suhu mulut 0,5⁰C lebih tinggi dibandingkan
suhu axilla. Suhu merupakan gambaran hasil metabolisme tubuh.Termogenesis
(produksi panas tubuh) dan termolisis (panas yang hilang) secara normal diatur oleh
pusat thermoregulator hipothalamus.
Suhu tubuh diperiksa dengan termometer badan, dapat berupa termometer air raksa,
atau termometer elektrik. Pemeriksaan dapat dilakukan pada mulut (oral), membran
timpani (melalui telinga), aksila atau rektum.
Prosedur pengukuran:
1. Pakai sarung tangan karet disposable (satu kali pakai).
2. Pilih termometer dengan ujung yang bulat, beri pelumas, dan masukkan 3-4 cm
ujung termometer ke dalam anus, dengan arah ke umbilkus.
3. Pengukuran dilakukan selama 3 menit dengan posisi pasien berbaring miring (left
lateral decubitus atau right lateral decubitus)., cabut dan baca setelah 3 menit.
Untuk menghemat waktu pada saat menunggu pengukuran suhu dapat dilakukan juga
pemeriksaan respirasi secara bersamaan.
Pengukuran suhu melalui membran timpani
Suhu yang didapat pada pengukuran ini memberikan hasil yang lebih tinggi 0,8 C
daripada suhu oral. Pengukuran biasanya menggunakan termometer digital.
Prosedur pengukuran:
masukkan ujung termometer ke dalam liang telinga setelah sebelumnya
dipastikan liang telinga bebas dari kotoran telinga (cerumen). Tunggu 2-3 detik
hingga termometer memberikan hasil.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas hipotalamus set point akibat
kehilangan panas tubuh yang tidak adekuat, misalnya berhubungan dengan aktifitas fisik,
lingkungan yang panas dan akibat pemakaian obat-obatan yang menghambat keluarnya
keringat (perspirasi). Tidak ada batasan angka tertentu untuk hipertermi. hipotermi yaitu
keadaan apabila suhu tubuh (per-rektal) < 35C. Hiperpirexia adalah peningkatan suhu
tubuh (per-rektal)> 41,1C apabila diukur per-rektal.
d. Frekuensi/laju pernafasan
Bernafas adalah suatu tindakan yang tidak disadari, diatur oleh batang otak dan
dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi, diafragma dan
otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas rongga toraks dan mengembagkan paru-
paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan, ke lateral, sedangkan diafragma
bergerak ke bawah. Setelah inspirasi berhenti, paru-paru akan mengkerut, diafragma
akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke posisi semula.
Bila menilai frekuensi nafas, jangan meminta pasien untuk bernafas “secara
normal”. Orang secara volunteer akan mengubah pola dan laju pernafasannya bila
mereka menjadi menyadarinya
Prosedur pengukuran:
1. Pemeriksaan inspeksi : arahkan mata Anda ke dada atau perut dan mengevaluasi
pernafasan pasien. Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran
sudut epigastrium, adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal,
interkostal, epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta
penambahan ukuran anteroposterior rongga dada. Pada ekspirasi, perhatikan :
masuknya kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan
diameter anteroposterior rongga dada.
2. Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada
dinding dada di luar lokasi bunyi jantung.
3. Hitunglah jumlah pernafasan dalam periode 30 detik dan kalikanlah angkanya
dengan 2 untuk mendapatkan laju pernafasan yang akurat. Catatlah irama,
frekuensi dan adanya kelainan gerakan.
Pada pemeriksaan pernafasan yang dinilai adalah frekuensi, ritme, kedalaman dan
usaha bernafas. Frekuensi pernafasan dipengaruhi oleh umur, aktivitas, emosi, obat-
obatan, dan keadaan patologis. Frekuensi nafas orang dewasa normal antara 14 sampai
20 kali permenit. Frekuensi nafas lebih dari 20 kali per menit disebut tachypnea. Tidak
ada batasan frekuensi nafas untuk bradypnea. Sifat pernafasan pada perempuan biasanya
abdomino-torakal, yaitu pernafasan torakal lebih dominan, sedangkan pada laki-laki
torako-abdominal, yaitu pernafasan abdominal lebih dominan.
TUGAS MAHASISWA
Lakukan pemeriksaan berikut
1. Pengukuran suhu melalui axilla
2. Pengukuran denyut nadi
3. pengukuran frekuensi pernafasan
4. pengukuran tekanan darah dengan auskultasi
5. catat dan interpretasi hasilnya
DAFTAR PUSTAKA
Bate’s Guide To Physical Examination And History Taking, electronic version
Cameron J.R., Skofronick J.G., Grant R.M. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Ed. 2. Jakarta :
Sagung Seto, pp : 124-125
Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. Ed. 9. Jakarta : EGC, pp : 221-222
Robert M. S., William J. R., and Karen S. Q. Pshychophysiological recording, electronic version