DOSEN PEMBIMBING
MUKHLIS, ST., MT.
i
TUGAS AKHIR (602502A)
DOSEN PEMBIMBING
MUKHLIS, ST., MT.
i
ii
iii
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
iv
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan juga Shalawat
serta salam selalu untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena
rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas
akhir ini tepat pada waktunya dengan judul:
vi
7. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan semangat, doa
dan dukungannya.
8. Pegawai PT. Daya Radar Utama unit Lamongan selaku pembimbing
OJT yang selalu memberi arahan, ilmu dan masukan.
9. Teman-teman Teknik Bangunan Kapal angkatan 2016 yang selalu
menyemangati dan menemani.
10. Serta pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Surabaya,
Penulis
vii
ESTIMASI TEKNIS DAN EKONOMIS ANODA KORBAN
KAPAL LANDING CRAFT UTILITY (LCU) 1500 DWT
ABSTRAK
Korosi pada kapal adalah menjadi hal yang bisa pada galangan. Sehingga biaya
yang dikeluarkan untuk penanggulangan korosi sangat besar perlu dilakukannya
pengendalian dengan metode Sacrifice Anode Cathodic Protection (SACP). Dalam tugas
akhir ini yang digunakan adalah zinc anode dan aluminium anode. Hal pertama yang
dilakukan adalah mengetahui luas area yang akan diproteksi pada kapal Landing Craft
Utility (LCU) 1500 DWT. Setelah itu mendesain secara teknis sistem proteksi katodik
yang seusai klasifikasi dari Dnv-Rp-B401 kemudian diketahui perbandingan antara zinc
anoda dan aluminium anoda. Dalam perhitungan ini diperoleh hasil area lambung kapal
yang akan diproteksi pada kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT adalah
sebesar 1617,30 m2., dengan kebutuhan zinc anode sebanyak 95 batang dengan berat
perbatang sebesar 9,5 kg dan bisa melindungi area sebesar 12,7 m2, sehingga total
berat secara keseluruhan sebesar 891 kg. Sedangkan kebutuhan aluminium anode
sebanyak 50 kg dengan berat perbatang 4 kg dan bisa melindungi area sebesar 21,7
m2, sehingga berat total aluminium anoda sebesar 200 kg. sehingga diperoleh
biaya zinc anode sebesar Rp 56.810.000,00, sedangkan aluminium anode sebesar
Rp Rp 12.400.000,00. Berdasarkan perbandingan biaya antara zinc anode dan
aluminium anode, bahwa aluminium anode lebih ekonomis 74% dibandingkan
zinc anode.
Kata kunci : Sacrofice Anode Cathodic Protection (SACP), proteksi katodik, zinc
anode, aluminium anode.
viii
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
ix
TECHNICAL AND FINANCIAL ESTIMATION OF SHIP
ANODE VICTIMS OF LANDING CRAFT UTILITY (LCU) 1500
DWT
Muhamad Odi Akbar
ABSTRACT
x
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ‘ ........................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... x
BAB 1 ............................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
BAB 2 ............................................................................................................ 5
xii
2.4 Jenis – jenis Korosi yang Terjadi Pada Pipa.........................................9
BAB 3 ...........................................................................................................37
3.3.1 Data ukuran utama kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500
DWT ..........................................................................................38
xiii
3.3.4 Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi ...................................... 39
BAB 4 .......................................................................................................... 41
BAB 5 .......................................................................................................... 55
KESIMPULAN ........................................................................................ 55
LAMPIRAN ................................................................................................ 59
xiv
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.6.2 Konsentrasi kritis NaCl dan Na2SO4 selaku depasivator pada
inhibitor Na2CrO4 dan NaNO2 bagi logam besi ........................................ 20
Tabel 2.6.4 penggunaan katalis senyawa aryl amina selaku katalis bagi
hidrasin sebagai oxygen scavenger bagi air untuk boiler ............................ 23
Tabel 2.7.1 Anoda korban seng aplikasi dalam media air laut .................... 27
Tabel 2.7.2 Anoda korban seng aplikasi dalam media air laut .................... 28
Tabel 4.5 Tabel perbandingan biaya anatara zinc anode dan aluminium
anode ............................................................................................................ 53
xvi
HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5.2 Korosi dari zinc dan besi didalam asam klorida ............................... 17
xviii
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kapal merupakan sarana penting dalam perkembangan ekonomi diberbagai negara.
Hampir 95% negara didunia menggunakan kapal sebagai alat transportasi untuk
mengangkut muatan dari suatu pulau ke pulau lainya. Hal ini sangat menguntungkan
karena dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. Walaupun sekarang banyak
ditemukan sistem transportasi yang lebih modern akan tetapi kapal tetap dipilih karena
mampu mengangkut muatan dengan jumlah yang lebih besar dan biaya yang lebih murah
dibanding alat transportasi lainnya.
Kapal yang menjadi alat transportasi laut, tentunya sangat rentan terkena ancaman
bahaya oleh faktor alam maupun faktor lainnya. Oleh karena itu kapal harus mempunyai
struktur dan komponen-komponen yang tangguh dalam mengahadapi berbagai ancaman
yang ada. Proses yang dapat mendegradasikan ketangguhan kapal adalah korosi. Korosi
uniform ini mampu mengurangi dimensi, sementara korosi lokal mampu menaikkan
konsentrasi tegangan pada material.
Korosi atau yang biasa disebut karat merupakan peristiwa kerusakan atau penurunan
kualitas bahan logam akibat bereaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan adanya ancaman
korosi maka diperlukan rencana pada awal pembangunan kapal untuk melindungi bagian
kapal yang tercelup air laut dari korosi. Meskipun korosi tidak dapat dicegah, setidaknya
laju korosi dapat dikendalikan dengan metode cleaning, coating atau painting, sistem
proteksi katodik atau kombinasi dari ketiga anoda tersebut. Sistem proteksi katodik adalah
pengendalian laju korosi yang dihasilkan oleh polarisasi katodik permukaan logam yang
terkorosi (Marshall, 1984).
Dalam tugas akhir ini, sistem proteksi katodik yang saya gunakan adalah metode
anoda korban (Sacrificial Anode Cathodic Protection). Dalam tugas akhir kalini metode
yang digunakan adalah metoda anoda korban karena penggunaan dan perawatannya yang lebih
murah. Jenis anoda yng digunakan yaitu zinc anode dan Aluminium Anode.
Secara umum korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya, keseragaman atau
keserbanekaannya, baik secara mikroskopis maupun makroskopis. Dua jenis mekanisma
utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara langsung, dan reaksi
elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga medium basah. Sebagai
1
contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah penyerangan logam besi
oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (S02).
Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi. Contoh korosi seragam didalam medium basah adalah apabila besi
terendam didalam larutan asam klorida (HCl). Korosi didalam medium basah
yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa makroskopis,
misalnya peristiwa korosi galvani sistim besi - seng, korosi erosi, korosi retakan,
korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran, sedangkan rupa
yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan, korosi patahan, dan
korosi antar butir. Dengan demikian, apabila didalam usaha pencegahan korosi dilakukan
melalui penggunaan inhibitor korosi, maka mekanisma dari jenis-jenis korosi diatas
sangatlah penting artinya (Indra Surya Dalimunthe, 2004).
Pada pembangunan kapal Landing Craft Utility 1500 DWT di PT. Daya Radar
Utama unit Lamongan, galangan perlu mempertimbangkan pemilihan jenis anoda yang
akan digunakan dalam proteksi katodik kapal. Pemilihan bahan untuk proteksi katodik
juga harus diperhitungkan karena akan berpengaruh pada penggunaan maupun ketahanan
anoda yang akan digunakan. Hal tersebut yang melandasi penulis untuk melakukan
“Estimasi Anoda Korban”. Dimana penggunaan logam ini dilakukan melihat dari sektor
perairan yang akan diarungi kapal tersebut dan juga penggunaan secara teknis maupun ekonomis.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi area lambung kapal yang akan diproteksi pada kapal Landing
Craft Utility (LCU) 1500 DWT ?
2. Bagaimana desain proteksi katodik untuk lambung kapal Landing Craft Utility
(LCU) 1500 DWT ?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi area lambung kapal yang akan diproteksi pada kapal
Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT
2
2. Untuk mengetahui desain proteksi katodik untuk almbung kapal Landing
Craft Utility (LCU) 1500 DWT
1. Kapal yang diamati adalah kapal Landing Craft Untility (LCU) 1500
DWT yang sedang di bangun di PT. Daya Radar Utama unit Lamongan.
2. Perhitungan yang digunakan sesuai dengan standar Dnv.
3
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
laut dapat dilihat dalam Tabel.2.1 dan persentasi oksigen terkandung yang
juga turut memperparah korosi karena air laut. Korosi pada air laut sangat
tergantung pada(Sasono, 2010) :
a. Kadar khlorida
b. pH
c. Kadar Oksigen
d. Temperatur
Air laut merupakan lingkungan yang korosif untuk besi dan baja, terutama
karena resistivitas air laut sangat rendah (+ 25 Ohm–cm) dibandingkan
11 resistivitas air tawar ( + 4000 Ohm–cm ). Proses korosi air laut merupakan
proses elektrokimia. Faktor –faktor yang mendorong korosi pelat baja dalam
media air laut adalah :
6
a. Sifat air laut (kimia-fisika dan biologis)
b. Sifat logam (pengaruh susunan kimia dan mill scale )
7
2.2 Korosi
Dalam dunia pembangunan kapal, tidak pernah terlepas dari masalah korosi.
Seiring berjalannya waktu material logam akan mengalami korosi yang diakibatkan
kontak langsung dengan udara. Untuk mengendalikan korosi yang terjadi pada
kapal maka digunakanlah metode anoda korban. Dibawah penejelasan tentang
korosi oleh beberapa ahli.
Korosi didefinisikan sebagai penghancuran paksa zat seperti logam dan
bahan bangunan mineral media sekitarnya, yang biasanya cair (agen korosif). Ini
biasanya dimulai pada permukaan dan disebabkan oleh kimia dan dalam kasus
logam, reaksi elektrokimia. Kehancuran kemudian dapat menyebar ke bagian
dalam materi. Organisme juga dapat berkontribusi pada korosi bahan bangunan.
selain itu juga dapat diartikan sebagai penurunan mutu logam
yang disebabkan oleh reaksi elektrokimia antara logam dengan lingkungan
sekitarnya (Afandi, Arief, & Amiadji, 2015).
Korosi adalah bentuk kerusakan material akibat adanya reaksi kimia antara
logam atau alloy dengan lingkungannya. Pada dasarnya reaksi korosi memerlukan
4 (empat) faktor yaitu anoda sebagai tempat terjadinya oksidasi, katoda sebagai
tempat terjadinya reduksi, elektrolit sebagai media penghantar listrik dan adanya
hubungan antara anoda dan katoda (DAEROBI, 2012).
Korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan sekitarnya. Ada pengertian dari pakar
lain, yaitu :
1. Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan material
2. Korosi adalah kebalikan dari metalurgi ekstraktif
3. Korosi adalah system thermodinamika logam dengan lingkungan ( udara, air,
tanah ), yang berusaha mencapai kesetimbangan.(Utomo, 2009)
Korosi adalah pelepasan elektron elektron positif atau pengurangan
komposisi pada logam yang disebabkan alam disekitarnya. Penurunan komposisi
atau ketangguhan dari logam bisa disimpulkan dalam teori elektrokimia.
Penanggulangan korosi/ perlambatan laju korosi bisa dikendalikan oleh metode-
8
metode yang ada.
2.3 Macam-Macam korosi pada Kapal Baja
korosi kapal baja bisa di simpulkan bahwa penyebab utamnya adalah air laut.
sekian banyak macamnya ada 5 macam korosi pada kapal baja yang dijelaskan oleh
edi, satria, & huda. Korosi kapal baja dapat dibedakan menjadi menjadi 5 jenis yaitu
korosi merata, pelobangan, korosi tegangan, korosi erosi dan korosi celah (Edi
Septe, Satria, & Huda, 2015).
a) Korosi Merata atau uniform corrosion adalah seluruh permukaan pelat
terserang korosi biasanya pada bagian pelat yang berada diatas garis air.
b) Korosi Pelobangan (pitting corrosion), pada permukaan pelat
terjadi lobang yang semakin lama akan bertambah dalam dan akhirnya dapat
menembus pelat kapal.
c) Korosi Tegangan (stress corrosion), korosi pada bagian pelat yang
memikul beban besar.
d) Korosi Erosi (errosion corrosion), korosi yang terjadi pada material
yang menerima tumbukan partikel cairan yang mengalir dengan kecepatan
tinggi.
e) Korosi Celah (crevice corrosion), korosi yang terjadi pada celah,
daerah jepitan, sambungan dan daerah yang ditutupi binatang.
2.4 Jenis – jenis Korosi yang Terjadi Pada Pipa
9
Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia
karena pH air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam
makin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen.
Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara Diberi lapis lindung yang
mengandung inhibitor seperti gemuk.
a. Untuk lambung kapal diberi proteksi katodik
b. Pemeliharaan material yang tepat
c. Untuk jangka pemakain yang lebih panjang diberi logam berpaduan
tembaga 0,4%
10
tajam dan kasar, bagian – bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga
diakibatkan karena fluida yang sangat deras dan dapat mengkikis pelindung pada
logam. Korosi ini biasanya terjadi pada pipa dan propeller. Korosi jenis ini dapat
dicegah dengan cara :
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberi coating dari zat agresif
c. Diberikan inhibitor
d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras
11
Gambar 2.4.4 Galvanic Corrosion
(Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)
12
6. Crevice corrosion ( korosi celah )
Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain
diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga kosentrasi
O2 pada mulut kaya disbanding pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih
anodic dan bagian mulut jadi katodik Korosi ini dapat dicegah dengan cara :
a. Isolator
b. Dikeringkan bagian yang basah
c. Dibersihkan kotoran yang ada
7. Korosi mikrobiologi
Korosi yang terjadi karena mikroba Mikroorganisme yang mempengaruhi
korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung
jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju
korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan
dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam
bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm.
Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk
lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.
Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-
13
Kondisinya
b. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari
Lingkungannya
c. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif Perlindungan secara
elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan.
d. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat
korosif lainnya.
14
Gambar 2.4.8 Fatigue Corrosion
(Sumber : https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/2731/2421)
15
Pada aplikasi di lapangan , struktur yang dilindungi akan diusahakan menjadi
lebih katoda dibandingkan dengan bahan lain yang dikorbankan untuk terkorosi.
Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan arus searah dari sumber lain melalui
elektrolit ke permukaan pipa dan menghindari adanya arus yang meninggalkan
pipa. Jika jumlah arus yang dialirkan diatur dengan baik, maka akan mencegah
mengalirnya arus korosi yang keluar dari daerah anoda dipermukaan pipa dan arus
akan mengalir dalam pipa pada daerah tersebut. Sehingga permukaan pipa tersebut
akan menjadi bersifat katodik, dengan demikian maka proteksi menjadi lengkap.
Untuk jelasnya, prinsip kerja proteksi katodik dapat dilihat pada Gambar 2.5.1
16
1. Mekanisme Korosi
Gambar 2.5.2 Korosi dari zinc dan besi didalam asam klorida
(Sumber : www.corrosionsource.com)
Kedua logam diatas zinc dan besi akan mengalami korosi karena kedua logam
tersebut mengalami reaksi oksidasi dan diseimbangkan dengan reaksi reduksi gas
hidrogen.
Pada gambar diatas reaksi korosi (oksidasi) terpusatkan pada elektroda zinc
(anode) karena zinc lebih reaktif terhadap lingkungan daripada besi dan hampir
17
semua reaksi reduksi dipusatkan pada besi (LASRYZA,2014).
Padatan atau endapan Fe2O3 dan Cr203 inilah yang kemudian bertindak
sebagai pelindung bagi logamnya. Lapisan endapan tipis saja, namun cukup
efektif untuk melindungi permukaan logam yang lemah dari serangan zat-zat
agresif. Untuk ini diperlukan kontinuitas pembentukan lapisan endapan
mengingat lapisan tersebut bisa lepas yang disebabkan oleh adanya arus larutan.
Berbagai data penelitian dengan berbagai kondisi percobaan menganggap bahwa
Cr(III) nampak dominan pada spesimen yang didukung oleh pembentukan lapisan
udara, sementara itu Cr(IV) teramati di daerah luar dari spesimen pengamatan
yang didukung oleh suatu lapisan pelindung yang mengandung Cr(III). Ini
menunjukkan bahwa reduksi Cr(IV) menjadi Cr(III) pada permukaan spesimen.
Secara keseluruhan tebal lapisan yang terdiri dari spesimen kromium dan
aluminium memperlihatkan lapisan dalam bentuk
Hasil penelitian dengan menggunakan teknik pendar fluor dari adsorpsi
sinar x memperlihatkan disagregasi lapisan yang mengandung Cr(IV) sebanding
dengan pertumbuhan Cr203 yang mengisi celah-celah lapisan anodik (dalam hal ini
Al203)diatas permukaan logam Al. Cara yang sudah lazim tentang studi
pembentukan lapisan pasif pada permukaan logam akibat reaksi antar muka logam
dengan inhibitor dapat menggunakan diagram potensial - pH dan secara kinetik
dengan menggunakan kurva polarisasi. Inhibitor jenis Cr04 = dan N02- cukup
18
banyak digunakan untuk perlindungan logam besi dam aluminium terhadap
berbagai medium korosif. Namun dari studi teoritis maupun eksperimentil, kedua
jenis inhibitir tersebut kurang baik digunakan dalam medium yang mengandung
H2S dan Cl-. Dengan adanya H2S, sebagian dari Cr04= bereaksi dengan H2S yang
menghasilkan belerang.
Nampaknya Cr203 yang terbentuk tidak dapat terikat kuat pada logamnya.
Sedangkan pada medium Cl-, terjadi kompetisi reaksi dengan logamnya. Misalnya
ion klorida dapat membentuk kompleks terlarut dengan senyawa Fe (III) yang ada
pada permukaan logam besi, sehingga lapisan pelindung Cr2O3 - Fe203 sukar
dipertahankan keberadaannya. Tabel 1 berikut ini merupakan rangkuman tentang
penggunaan inhibitor kromat untuk melindungi beberapa jenis logam dalam
berbagai lingkungan korosif. Tabel 2.6.1 (dari berbagai Iiteratur). Konsentrasi
efektif dari inhibitir kromat.
Tabel 2.6.1 memperlihatkan konsentrasi kritis dari NaCl dan Na2SO4 selaku
depasivator pada penggunaan Na2CrO4 dan NaNO3 selaku inhibitor korosi logam
besi.
(sumber: http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf)
19
Konsentrasi Konsentrasi kritis (ppm)
Inhibitor
(ppm) NaCl Na2SO4
200 12 55
Na2CrO4
500 30 120
50 210 20
NaNO2 100 460 55
500 200 450
Tabel 2.6.2 Konsentrasi kritis NaCl dan Na2SO4 selaku depasivator pada inhibitor
Na2CrO4 dan NaNO2 bagi logam besi
(sumber: http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf)
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apabila konsentrasi inhibitor jenis ini tidak
mencukupi, malahan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan korosi logam. Bila lapisan
pasif yang terbentuk tidak mencukupi untuk menutupi permukaan logam, maka bagian
yang tidak tertutupi akan terkorosi dengan cepat. Akibatnya akan terbentuk permukaan
anoda yang sempit dan permukaan katoda yang jauh luas, sehingga terjadilah korosi
setempat dengan bentuk sumuran-sumuran. Contoh senyawa lain dari inhibitor pasivasi
anodik adalah phosfat (PO4-3), tungstat (Wo4-2) dan molibdat (MoO4-2), yang oleh
karena tidak bersifat oksidator maka reaksinya dengan logamnya memerlukan kehadiran
oksigen.
2. Inhibitor memasifkan katoda.
Dua reaksi uatama yang umum terjadi pada katoda diadalam medium air, yaitu
reaksi pembentukan hidrogen dari proton:
2 H+ + 2 e ---------- H2
dan reaksi reduksi gas oksigen dalam suasana asam
O2 + 4 H+ + 4 e ----- 2 H2O
Karena bagi suatu sal korosi, reaksi reduksi oksidasi terbentuk oleh pasangan reaksi
reduksi dan reaksi oksidasi dengan kecepatan yang sama, maka apabila reaksi reduksi (pada
katoda) dihambat akan menghambat pula reaksi oksidasi (pada anoda). Inilah yang menjadi
pedoman pertama di dalam usaha menghambat korosi logam dalam medium air atau
medium asam. Hal yang kedua adalah melalui penutupan permukaan katoda oleh suatu
senyawa kimia tertentu baik yang dihasilkan oleh suatu reaksi kimia atau melalui
20
pengaturan kondisi larutan,misalnya pH. Secara umum terdapat 3 jenis inhibutor yang
mempasifkan katoda, yaitu jenis racun katoda, jenis inhibutor mengendap pada katoda dan
jenis penangkap oksigen. Inhibutor racun katoda pada dasarnya berperan mengganggu
rekasi katoda. Pada kasus pembentukan gas hidrogen, reaksi diawali yang teradsorpsi pada
permukaan katoda.
H+ + e H (ads)
Atau
H3O+ + e H (ads) + H2O
Selanjutnya
2H (ads) H2 (g)
Inhibitor harus berperan menghambat kedua tahap reaksi diatas terutama reaksi
yang pertama, misaInya berdasarkan diagram arus –potensial (voltamogram) reaksi
pembentukan hidrogen dari asamnya, maka untuk memperkecil arus katodik dapat dengan
menurunkan tegangan lebih katodiknya. Yang patut dipertimbangkan adalah bila inhibutor
hanya menghambat reaksi kedua saja, maka akan terjadi penumpukan atom hidrogen pads
permukaan katoda. Atomatom tersebut dapat terpenetrasi ke dalam kisi logam – dan
mengakibatkan timbulnya kerapuhan akibat hidrogen. Senyawa sulfida (S=) dan selenida
(Se=) mungkin dapat digunakan, karena dapat terserap pada permukaan katoda. Namun
sayang sekali pada umumnya senyawa-senyawa itu mempunyai kelarutan yang rendah di
dalam air atau suasana asam. Selain itu dapat pula mengendapkan berbagai logam,
disamping sifat racunnya. Senyawa arsenat, bismutat dan antimonat dapat pula digunakan,
yang melalui reaksi tertentu (misal reaksi kondensasi) dapat tereduksi menghasilkan
produk yang mengendap pada katoda. Biasanya reaksi tersebut berlangsung pada pH relatif
rendah. Inhibutor jenis kedua adalah yang dapat diendapkan pada katoda.
Cukup banyak senyawa-senyawa yang dengan pengaturan pH larutan
dapat membentuk suatu endapan, misalnya garam-garam logam transisi akan mengendap
sebagai hidroksidanya pada pH tinggi yang lazim digunakan adalah ZnSO4 yang
terhidrolisis
ZnSO + 2 H2O Zn(OH)2(S) + H2S04
pH larutan harus tetap tinggi mengingat harus menetralisir asam yang berbentuk.
21
Cara sederhana lainnya adalah pembentukan karbonat dari logam
alkali tanah (CaC03' Bac03' atau MgC03) melalui reaksi Ca(HC03)2 + Ca(OH)2 -
2 cac03(S) + 2 H2O atau apabila diperkirakan sudah ada senyawa sebagai alkali
tanah (CaCo3, BaCO3, atau MgCO3) melalui reaksi
Ca (HCO3)2 + Ca (OH)2 2 CaCO3 (s) + 2 H2O
Perhitungan yang teliti dapat dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang baik
berdasarkan data Ksp' tetapan keasaman, dan tetapan kestabilan dari berbagai
spesi yang ada dalam sistem itu. Jenis inhibutor yang mempasifisi katodik lainnya
adalah didasarkan pada kerjanya yang mengikat oksigen terlarut (oxygen
scavenger).
Sayang sekali reaksi ini sangat lambat, walaupun pada pemanasan sampai suhu
60°C. Untuk mempercepat reaksi, diperlukan katalisator, misalnya garam garam dari
Co(II), Mn(II) atau Cu(II), dan pada akhir-akhir ini banyak digunakan senyawasenyawa
organologam. Organologam dihasilkan akibat reaksi pembentukan senyawa khelat antara
ion logam dengan suatu ligan tertentu, misal senyawa Co(3,4 - toluen diamine)2Cl2. Tabel
2.6.3 berikut ini menunjukkan peningkatan lajut ikat dari hidrasin terhadap oksigen dengan
adanya katalis tersebut.
22
Waktu
0 3 5 7 10
Tabel 2.6.3 pengaruh katalis Co (3,4-Toluen diamine) 2Cl2 terhadap laju reaksi pengikatan O2
oleh hidrasin
(sumber: http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf)
% O2 yang hilang
Senyawa aryl amina 3 ppm
5 menit 10 menit
o-phenylen diamina
p-phenylen diamina 44 82
2,3 –Toluen diamine 84 95
2,6 – Toluen diamine 55 92
n-animo benzoteifluorida 75 95
1-animo-2 napthol-4 sulfanic 62 95
acid 65 95
hidrasin tanpa katalis 25 50
(sebagai control)
Tabel 2.6.4 penggunaan katalis senyawa aryl amina selaku katalis bagi hidrasin sebagai oxygen
scavenger bagi air untuk boiler
(sumber: http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-indra3.pdf)
23
Di samping hidrasin masih banyak lagi senyawa-senyawa yang dapat digunakan
sebagai oxygen scavenger, misalnya Na2S03, hidroksil amin HCl, N,N-diethyl
hydroxylamin, gas S02, dan sebagainya.
3. Inhibutor Ohmik dan Inhibutor Pengendapan
Sebagai akibat lain daripada penggunaan inhibitor pembentuk lapisan pada katoda
maupun anoda adalah semakin bertambahnya tahanan daripada rangkaian elektrolit.
Lapisan yang dianggap memberikan kenaikan tahanan yang memadai biasanya mencapai
ketebalan beberapa mikroinchi. Bila lapisan terjadi secara selektif pada daerah anoda, maka
potensial korosi akan bergeser kearah harga yang lebih positif, dan sebaliknya potensial
korosi akan bergeser ke arah yang lebih negatif bilamana lapisan terjadi pada daerah katoda.
Jenis inhibitor pengendapan yang banyak digunakan adalah natrium silikat dan berbagai
senyawa fosfat yang pada umumnya baik digunakan untuk melindungi baja.
24
seperti cat polimer dan pelapis berbahan dasar anorganik. Aplikasi pengecatan dapat
dilihat pada Gambar 2.7.1
Oleh karena itu, dalam rangka pengendalian korosi kita perlu mengenal lingkungan
beserta sifat-sifatnya, macam-macam logam yang dipakai serta daya tahan terhadap
lingkungannya dan peristiwa serta bentuk-bentuk korosi yang diperkirakan akan terjadi,
tetapi faktor ekonomi dalam tiap pengendalian korosi merupakan faktor yang paling
menentukn. Salah satu pemasangan anoda pada kapal dapat dilihat pada gambar 2.7.2
dibawah ini.
25
2.8 Katodik Proteksi
Proteksi Katodik (Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan untuk
mengendalikan karat (korosi) pada logam dengan cara menjadikan permukaan logam
tersebut sebagai katode dari sel elektrokimia. Proteksi katodik merupakan cara yang efektif
dalam mencegah stress corrosion cracking (retak karena korosi), dengan cara membalikkan
arah arus korosi untuk mengembalikan elektron-elektron yang mengurai dari logam
tertentu, yang bersifat kebal atau imun sehingga proses korosi pada logam dapat dikurangi
atau ditiadakan (tidak sampai hilang). Sistem proteksi katodik biasanya digunakan untuk
melindungi baja, jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan lepas pantai, dan casing
(selubung) sumur minyak di darat (RAHARTRI SERPONG, 2017).
A. Sacrifice Anode Cathodic Protection (SACP)
Proteksi katodik dengan sistem anoda tumbal dapat dijelaskan dengan prinsip sel
galvanik. Dalam suatuk sel galvanic, bagian anoda adalah pihak yang terkorosi sedangkan
katoda tidak terkorosi. Dalam proteksi katodik dengan metode anoda tumbal logam yang
diproteksi diatur agar berperan sebagai katoda. Sejauh ini proteksi katodik banyak
digunakan untuk mengendalikan korosi pada pipa minyak, lambung kapal, anjungan
pengeboran lepas pantai, pipa gas serta pipa air dibawah tanah.Kesemuanya dilindungi
dari serangan korosi di salah satu lingkungan alami yang sehingga kerusakan pada sistem
ini akan berakibat fatal terhadap kinerja sistem proteksi.
a) Macam-macam anoda
Anoda yang biasa dipakai untuk sistem SACP adalah zinc anode dan
aluminium anode.
1. Zinc anode
Zinc dianggap sebagai bahan yang dapat diandalkan, tetapi tidak cocok
untuk digunakan pada suhu yang lebih tinggi, karena cenderung untuk pasif
(tegangan elektroda standar menjadi kurang negatif); jika hal ini terjadi, arus
listrik mungkin berhenti mengalir dan anoda berhenti bekerja. Perairan indonesia
bisa dibilang di bawah suhu tinggi dan cocok menggunakan anoda ini, oleh
karena itu secara ekonomis resiko yang ditimbulkan dari harga yang lebih tinggi
dari aluminium anode tetapi kinerjanya maksimal.
Zinc adalah jenis bahan yang telah digunakan untuk anoda sejak tahun
1824. Zinc Anode terbuat dari bahan zinc dengan kemurnian 99.995%, dan
menghasilkan kapasitas arus sebesar 780 ampere jam (Ah) per kg. Kapasitas zinc
26
anode tidak terpengaruh oleh kepadatan arus. Cocok digunakan sebagai
perlindungan katodik untuk pipa dan dalam air atau rawa dengan ketahanan arus
100 ohm per cm. Dimana susunan komponen aluminium anode dapat dilihat
pada Tabel 2.7.1
2. Aluminium anode
Aluminium anode memiliki kinerja elektrokimia yang tinggi karena dibuat
dari logam aluminium dengan kemurnian yang tinggi yang dihomogenkan dalam
tungku peleburan skala besar. Unsur lain yang ditambahkan dalam berbagai tipe
anoda aluminium karena dalam keadaan normal, aluminium murni sangat tidak
bisa diandalkan sebagai anoda korban dikarenakan aluminium memproduksi
lapisan oksida yang kemudian membungkus logam tersebut ketika masih diudara
bebas. Oleh karena itu secara ekonomis anoda ini tidak bisa dijadikan solusi
pengganti dari anoda seng.
Aluminium anode memiliki kapasitas arus 2600 Ah/kg di lingkungan air laut
dengan resistivitas 25 Ohm-cm dan -1100mV potensial sehubung dengan
Ag/AgCl. Aluminium memiliki beberapa keunggulan, seperti bobot yang lebih
ringan, dan kapasitas elektron yang jauh lebih tinggi dari seng. Namun, perilaku
elektrokimia aluminium yang cenderung sangat mudah teroksidasi (tak seperti
halnya seng), dan akan pasif pada konsentrasi ion klorida di bawah 1.446 ppm (1
27
ppm = 1 part per million / 1 per 1 juta). Oleh karena itu, penggunaan aluminium
sebagai anoda korban hanya dilakukan pada bagian-bagian tertentu dari struktur
suatu kapal. Dimana susunan komponen aluminium anode dapat dilihat pada
Tabel 2.7.2
Ti - - 0,01-0,05
In 0,01-0,03 - 0,01-0,05
Sn - 0,05-0,15 -
Other El ≤ 0,10 ≤ 0,10 ≤ 0,10
Al Residue Residue Residue
Potential -1,05V -1,05V -1,05V
(T=20°C) Ag/AgCl/See Ag/AgCl/See Ag/AgCl/See
Qᶢ (T=20°C) 2000 Ah/kg 2000 Ah/kg 2700 Ah/kg
Efficiency
95%
(T=20°C)
Tabel 2.7.2 Anoda korban seng aplikasi dalam media air laut
(sumber: BKI,2014)
Tujuan ICCP ini adalah meminimalisir pengkaratan atau korosi yang terjadi pada
logam yang tercelup dalam air. Perlindungan korosi pada lambung terbuka dan tempat
tempat yang tersembunyi semacam sea-chest, umumnya dilakukan pada tingkat tertentu saja
kecuali pada pembuatan perencanaan instalasi khusus. Perlindungan badan kapal dengan
metode ICCP yaitu metode perlindungan dengan memberikan elektron pada badan kapal
dengan bantuan sumber arus listrik dari luar.
28
Elektron yang diberikan pada material berasal dari anoda permanen yang
terbuat dari logam. Prinsip dasar sistem ICCP adalah memberikan potensial lebih
negatif, sehingga logam akan berpindah ke zona kekebalan. Perbedaan antara zona
korosi dengan zona kekebalan semata – mata hanya berpijak pada definisi saja,
tetapi dalam kenyataannya meskipun logam berada pada zona kekebalan, korosi
masih berlangsung dengan laju yang lebih rendah. Semakin negatif potensial yang
diberikan maka akan memperlambat reaksi anodik, sebaliknya reaksi katodik akan
semakin cepat, akibatnya logam akan menjadi lebih katodik. Gambar Sistem ICCP
dapat dilihat digambar 2.8 dibawah.
29
Gambar 5 Proteksi katodik dengan anoda korban
(sumber: https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/BinaTeknika/article/download/1422/pdf.)
Penggunaan proteksi katodik secara efektif akan menyediakan proteksi yang baik pada
seluruh area permukaan material. Kombinasi coating dan proteksi katodik akan
memberikan pilihan yang lebih ekonomis dan efektif untuk memproteksi material pada
lingkungan tanah dan air laut.
1. Magnesium
Anoda magnesium biasanya digunakan untuk proteksi katodik pada lingkungan
tanah. Terdapat dua buah alloy magnesium yang umum digunakan pada proteksi
katodik yaitu High-Potential Magnesium dan H-1.
30
2. Seng
Anoda seng digunakan untuk proteksi katodik pada lingkungan tanah yang
memiliki resistivitas rendah, beberapa kondisi air seperti air laut, air payau dan
air tawar. Berikut ini merupakan table komposisi anoda seng untuk penggunaan
pada lingkungan air laut.
3. Aluminium
Anoda aluminium digunakan pada lingkungan air laut dan beberapa kondisi
air tawar. Aluminium memiliki umur yang lebih panjang jika dibandingkan dengan
magnesium. Aluminium juga memiliki arus dan karakteristik berat yang lebih baik
jika dibandingkan dengan seng. Dalam pembuatannya aluminium biasanya
dicampur dengan mercuri, antimoni, indium, tin.
31
kasus, penerapan proteksi katodik sering dikombinasikan dengan coating.
Tujuannya adalah Analisis Kebutuhan Pemasangan Zink Anode untuk melindungi
baja pada saat coating mengalami kerusakan. Pada saat ini, penerapan sistem
proteksi katodik telah meningkat secara cepat dengan banyaknya penerapan di
area eksplorasi serta produksi minyak dan gas yang berada di offshore. Metode
proteksi ini merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk memproteksi
bagian material yang terendam oleh air, terutama air laut (Sudjasta et al., 2018).
Proteksi katodik metode anoda zink dapat dilakukan dengan
menghubungkan anoda zink terhadap material yang akan diproteksi. Material
yang akan diproteksi diatur agar berperan sebagai katoda dalam suatu sel korosi
dan pasangan yang dihubungkan adalah logam lain yang memiliki potensial yang
lebih negatif sehingga berperan sebagai anoda. Elektron akan mengalir dari anoda
ke katoda melalui kabel penghubung sehingga terjadi penerimaan elektron di
katoda. Dengan adanya penerimaan elektron tersebut, katoda mengalami reaksi
reduksi dan terproteksi dari proses korosi. Berikut adalah lebihan penerapan
sistem proteksi katodik metode anoda zink (Sudjasta et al., 2018).
a) Pemasangan relatif mudah dan murah.
b) Tidak membutuhkan sumber energi listrik dari luar.
c) Distribusi arus merata.
d) Cocok untuk daerah berstruktur padat.
e) Tidak membutuhkan biaya operasional.
f) Perawatan mudah.
g) Resiko overprotection rendah.
32
Jenis anoda zink dan karakteristiknya Penentuan material yang digunakan
sebagai anoda zink dilakukan berdasarkan kemampuan material tersebut dalam
menurunkan potensial logam yang diproteksi mencapai daerah imun dengan cara
membanjiri struktur dengan arus searah melalui lingkungan. Faktor lainnya yaitu
biayanya murah, mampu dibentuk sesuai ukuran, dan dapat terkorosi secara merata.
Anoda zink yang biasa digunakan adalah magnesium (Mg), seng (Zn), dan
aluminium (Al).
Resistivitas
Anoda Lingkungan
(ohm/cm)
Aluminium (Al) < 150
Seng (Zn) 150 - 500
Magnesium (Mg) > 500
33
2.9.2 Perhitungan Faktor Breakdown Coating
Langkah selanjutnya adalah menentukan factor breakdown coating, yang
menunjukkan hambatan arus karena pengaplikasian lapisan insulasi elektrik pada
kapal laut. Jika fc = 0, maka lapisan tersebut memiliki hambatan 100%, dan
membuat kemampuan mengalirnya arus menjadi 0, sebaliknya jika fc = 1, berarti
lapisan pelindung tidak memiliki hambatan arus sama sekali (Veritas, 2007).
Faktor breakdown coating dapat dihitung menggunakan persamaan di
bawah ini :
𝑡𝑐
fc = (a + b) x 2
(Veritas, 2007)
Keterangan :
fc = Faktor breakdown coating.
tc = Umur desain coating (tahun).
a dan b = Konstanta coating.
Dengan :
tc = 3 tahun
a = 0,02
b = 0,015
Ic = Ac x ic x fc
(Veritas, 2007)
Keterangan :
Ic = Kebutuhan arus proteksi (A).
34
Ac = Luasan yang diproteksi (m2).
ic = Arus densitas rata-rata (A/m2)
fc = Faktor breakdown coating.
2.9.4 Perhitungan Teknis dan Ekonomis Zinc anode dan Aluminium Anode
1. Teknis
𝐼𝐶 𝑥 𝑇 𝑥 8760
𝑀= …(kg)
𝜇𝑥𝜀
Keterangan :
35
2. Ekonomis
1. Zinc Anode
Zinc anode dengan dimensi 300 x 150 x 30 mm dengan berat 9,5 kg yang
weld type. Harga zinc anode untuk setiap kilogramnya sebesar Rp 57.000,00.
2. Aluminium Anode
36
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram alir penelitian
Proses pengerjaan tugas akhir ini dapat digambarkan seperti flowchart
pada Gambar 3.1
Mulai
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Kesimpulan
Selesai
37
3.2 Tinjuan Pustaka
Pada tahap ini dicari permasalahan yang ada saat proses pembangunan
kapal, sekaligus menjadi tujuan dari tugas akhir ini. Pada tugas akhir ini
permasalahan yang didapatkan yaitu mengenai pemilihan anoda dalam sistem
proteksi katodik pada kapal LCU 1500 DWT.
Tahap ini dilakukan agar penulisan dan memakai metode pada tugas akhir
ini sesuai dengan aturan-aturan yang ada agar perhitungan kebutuhan dan
penggunaan anoda tidak ada kekeliruan. Selain itu dilakukan wawancara lapangan
guna menunjang materi pada tugas akhir ini.
Tahap ini adalah proses pengumpulan semua data penunjang dari objek yang
diamati. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan wawancara
dilapangan. Data-data yang dibutuhkan yaitu :
3.3.1 Data ukuran utama kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500 DWT
Dalam tugas akhir kali ini kapal yang digunakan adalah kapal Landing
Craft Utility (LCU) 1500 DWT milik TNI angkatan darat yang dibangun di
PT. Daya Radar Utama unit Lamongan .Dengan ukuran utama kapal sebagai
berikut :
1 LOA : 99.20 m
2 LWL : 94.69 m
3 LBP : 91.95 m
4 Tinggi (H) : 7.80 m
5 Sarat (T) :3 m
6 V : 14 knots
7 Cb : 0.731
3.3.2 Perhitungan Luas Area lambung Kapal Landing Craft Utility (LCU)
1500 DWT
Perhitungan ini cukup mudah karena perhitungan ini hanya memerlukan
data utama kapal dan ketentuan dari BKI. Oleh karna itu perhitungan ini sudah
38
sangat umum diterapkan di dunia perkapalan. Untuk are yang dicakup dalam
proteksi katodik ini adalah area yang tercelup air atau biasa disebut Wetted
Surface Area (WSA).
3.3.3 Perhitungan Faktor Breakdown Coating
Menentukan factor breakdown coating, yang menunjukkan hambatan arus
karena pengaplikasian lapisan insulasi elektrik pada kapal laut. Jika fc = 0, maka
lapisan tersebut memiliki hambatan 100%, dan membuat kemampuan
mengalirnya arus menjadi 0, sebaliknya jika fc = 1, berarti lapisan pelindung tidak
memiliki hambatan arus sama sekali.
3.3.4 Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi
Perhitungan ini meliputi luas area yang akan dilindungi oleh anoda yang
digunakan. Arus proteksi ini sangat penting untuk lanjutan perhitungan katodik
proteksi dalam segi teknis dan segi ekonomis. Arus ini adalah aliran elektrik yang
terdapat pada lambung kapal.
3.3.5 Perhitungan Teknis dan Ekonomis Zinc Anode dan Aluminium Anode
Perhitungan anoda dari segi teknis maupun segi ekonomis memang menjadi
topik dalam tugas akhir kali ini. Segi teknis dimulai dari perhitungan area sampai
kebutuhan arus. Segi ekonomis lebih simple dari segi teknis karena perhitungan
ini hanya menjumlah anoda dengan harga yang sudah ditentukan.
3.4 Pengolahan data
1. Menghitung luasan Watted Surface Area (WSA) kapal Landing Craft Utility
(LCU) 1500 DWT
39
4. Menghitung kebutuhan anoda seng dan anoda aluminium kapal Landing
Craft Utility (LCU) 1500 DWT
40
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
41
4.2 Perhitungan Luas Permukaan Kapal
Tahap awal perhitungan dimulai dengan mengetahui ukuran utama dari kapal
tanker, untuk itu digunakan data ukuran utama kapal LCU sebagai kapal yang akan
di perhitungkan. Setelah ukuran utama kapal diketahui, maka selanjutnya dilakukan
perhitungan luasan lambung kapal yang tercelup air/ WSA dengan menggunakan
rumus dari data yang telah diperoleh :
Keterangan :
fc = Faktor breakdown coating.
tc = Umur desain coating (tahun).
a dan b = Konstanta coating.
Dengan :
tc = 3 tahun
a = 0,02
b = 0,015
Sehingga :
fc = (a + b) x tc
42
= (0,02 + 0,015) x 3
= 0,035 x 3
= 0,105
2. Perhitungan Kebutuhan Arus Proteksi
Kebutuhan arus proteksi pada sistem katodik proteksi dihitung untuk
mempertahankan proteksi selama umur desain yang diharapkan. Berikut
perhitungan kebutuhan arus proteksi rata – rata yang dihitung dengan
menggunakan persamaan di bawah ini:
Ic = Ac x ic x fc
Keterangan :
Ic = Kebutuhan arus proteksi (A).
Ac = Luasan yang diproteksi (m2).
ic = Arus densitas arus rata-rata (A/m2)
fc = Faktor breakdown coating.
Dengan :
Ac = 1617,30 m2
ic = 0,100 A/m2
fc = 0,035
Sehingga :
Ic = Ac x ic x fc
= 1617,30 x 0,100 x 0,105
= 16,98 A
3. Perhitungan kebutuhan zinc anode
Perhitungan kebutuhan anoda dipengaruhi oleh beberapa faktor salah
satunya adalah lamanya periode perlindungan. Untuk lamanya periode
perlindungan disesuikan dengan waktu pengedokan kapal dimana kapal
direncanakan melakukan docking pada 2 tahun berikutnya. Data-data yang
dibutuhkan dalam perhitungan kebutuhan zinc anode yang sesuai standar BKI
sebagai berikut :
𝑰𝑪 𝒙 𝑻 𝒙 𝟖𝟕𝟔𝟎
𝑴= …(kg)
𝝁𝒙𝜺
43
Keterangan :
M = Berat anoda korban Zinc Anode (kg)
Ic = Kebutuhan arus proteksi (Ampere)
T = Umur proteksi (tahun), T = 3 Tahun ( Peraturan BKI)
µ = Faktor guna anoda korban, = 0,85
Ԑ = Electrochemical efficiency (Ah/kg), = 700 untuk Zn
Js =Current Density =( 0,02 A/m2)
16,98 𝑥 3 𝑥 8760
𝑀=
0,85 𝑥 700
446234,4
=
595
= 749,97 kg
𝑗𝑠. 𝑇
𝑥=
𝜇
= 0,75kg/m2
= 7.5 kg/ 10 m2
44
Dengan :
M = 749,97 kg
Mal = 9,5 kg
Sehingga :
749,97
N=
9,5
= 78,94 buah
Penambahan anoda korban 20 % untuk tempat – tempat kritis dan sebagai
factor keamanan, sehingga jumlah total anoda korban yang dipasang adalah :
N = 94,7
= 95 Buah
5. Penempatan pembagian anoda
Kebutuhan Ziinc anode untuk kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500
DWT adalah 95 batang. Selanjutnya untuk peletakan Aluminium anode
disesuaikan dengan radius proteksi dari Zinc anode sendiri sebesar 12,7 m2
untuk 9,5 kg anode. Berdasarkan pembagian Zinc anode dapat dilihat pada
Tabel 4.1 :
45
Perencanaan Pembagian Zinc Anode
Total 94 891 Kg
46
Tabel 4.2 Harga Zinc Anode
= 9,5 kg x Rp.62.000,00
= Rp.598.000,00
Keterangan :
M = Berat anoda korban Zinc Anode (kg)
Ic = Kebutuhan arus proteksi (Ampere)
T = Umur proteksi (tahun), T = 3 Tahun ( Peraturan BKI)
µ = Faktor guna anoda korban, = 0,85
Ԑ = Electrochemical efficiency (Ah/kg), = 2700 untuk Al
Js =Current Density =( 0,02 A/m2)
Jadi perhitungan masssa anoda total :
16,98 𝑥 3 𝑥 8760
𝑀=
0,85 𝑥 2700
446234,4
=
2295
= 165.27 kg
𝑗𝑠. 𝑇
𝑥=
𝜇
49
0,02A/m2 . 26280 𝑗𝑎𝑚
=
2700(Ah/kg)
= 0,19 kg/m2
= 1.9 kg/ 10 m2
4. Perhitungan jumlah Aluminium anoda yang digunakan :
M
𝑁=
Mal
Keterangan :
N = Jumlah anoda yang dibutuhkan.
M = Massa total anoda (kg).
Mal = Massa bersih 1 buah Zinc Anode (kg)
Dengan :
M = 165,27 kg
Mal = 4 kg
Sehingga :
165,27
N=
4
= 41,31 Buah
Penambahan anoda korban 20 % untuk tempat – tempat kritis dan sebagai
factor keamanan, sehingga jumlah total anoda korban yang dipasang adalah :
N = 49,572
= 50 Buah
5. Penempatan pembagian anoda
50
Perencanaan Pembagian Aluminium Anode
Total 50 200 Kg
51
Tabel 4.4 Harga Aluminium Anode
52
a. Perbandingan biaya antara Zinc anode dan Aluminium anode
Tabel 4.5 Tabel perbandingan biaya anatara zinc anode dan aluminium anode
53
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
54
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dari
rumusan masalah yang diangkat, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis anoda
korban yang digunakan sangat berpengaruh. Pernyataan tersebut dibuktikan dari
hasil perhitungan yang dilakukan, sehingga didapatkan perbedaan biaya yang akan
digunakan sebagai berikut :
1. Area lambung kapal yang akan diproteksi pada kapal Landing Craft Utility
(LCU) 1500 DWT adalah sebesar 1617,30 m2..
2. Zinc anode yang dibutuhkan pada kapal Landing Craft Utility (LCU) 1500
DWT sebanyak 95 batang dengan berat perbatang sebesar 9,5 kg, dengan per
batang bisa mengcover area 12,7 m2 dan total berat anoda keseluruhan sebesar
891 kg. Sedangkan untuk aluminium anode dibutuhkan sebanyak 50 kg
dengan berat perbatang 4 kg, dengan per batang bisa mengcover area 21 m2
sehingga berat total aluminium anode sebesar 200 kg.
3. Total biaya zinc anode sebesar Rp 56.810.000,00, sedangkan aluminium
anode sebesar Rp Rp 12.400.000,00. Jadi kebutuhan biaya untuk aluminium
anode lebih murah 74 % dibandingkan dengan kebutuhan biaya zinc anode.
55
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
56
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Y. K., Arief, I. S., & Amiadji. (2015). Analisa Laju Korosi pada Pelat
Baja Karbon dengan Variasi Ketebalan Coating. Jurnal Teknik Its, 4(1), 1–5.
BKI. (2016). Rules for the Classification and 2016 Edition Biro Klasifikasi
Indonesia (III). Jakarta: BKI.
DAEROBI, A. (2012). Pengaruh Korosi Atmosfer Lingkungan Air Laut Terhadap
Disain Ketebalan Pipa Penyalur Dengan Metoda Pipeline Risk Management
Jakarta. Universitas Indonesia.
Edi Septe, I., Satria, I., & Huda, K. (2015). Pengendalian Korosi Pada Plat
Lambung Kapal Dengan Menggunakan Anoda Korban.
Indra Surya Dalimunthe. (2004). Kimia Dari Inhibitor Korosi. Construction and
Building Materials, 1–8.
Munasir, M., & Surabaya, U. N. (2017). Studi Perilaku Korosi Baja SPHT pada
Medium Air Laut F-271. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Dan
Penerapan MIPA, (May 2009). Surabaya.
RAHARTRI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESI PUSAT
DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH SERPONG, M. 2017.
(2017). PROTEKSI KATODIK.
Sasono, E. J. (2010). Efektivitas Penggunaan Anoda Korban Paduan Aluminium
Pada Pelat Baja Kapal Aisi E 2512 Terhadap Laju Korosi Di Dalam Media
Air Laut.
Sudjasta, B., Suranto, P. J., Setiani, H., Studi, P., Perkapalan, T., & Selatan, J.
(2018). Mencegah Korosi Pada Lambung Kapal Kapal General. 14, 209–
215.
Utomo, B. (2009). Jenis korosi dan penanggulangannya. 6(2), 138–141.
Veritas, D. N. (2007). Dnv-Rp-B401 Cathodic Protection Design. In Computer
(Vol. 22, pp. 509–510). https://doi.org/10.1007/s00339-007-3874-3
57
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
58
LAMPIRAN
59
(HALAMAN SENGAJA DIKOSONGKAN)
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80