NRP. 0216030023
Dosen Pembimbing
NRP. 0216030023
Dosen Pembimbing
i
Halaman Sengaja Dikosongkan
ii
iii
Halaman Sengaja Dikosongkan
iv
v
Halaman Sengaja Dikosongkan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan juga shalawat serta salam
selalu untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini tepat pada waktunya dengan
judul:
1. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA, selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
2. Bapak Ruddianto, ST., MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
3. Bapak Ir. Hariyanto Soeroso, MT., selaku Ketua Prodi Teknik Bangunan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak Mukhlis, ST., MT., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberi nasehat dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Bapak Denny Octavina Radianto, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator Tugas Akhir
6. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
7. Orang tua dan keluarga tercinta atasm segala doa dan dukungannya.
8. Bapak Rofiq Santoso selaku Paint Maker Internasional Paint di PT Lamongan
Marine Industry yang telah banyak membantu selama pengujian dan
memberikan pengetahuan tentang pengecatan.
9. Bapak Irwan dan Bapak Muhammad Muhibbudin Abbas selaku Quality Control
di PT Lamongan Marine Industry yang membantu selama pengujian dan
memberikan pengetahuan tentang pengecatan.
vii
10. Ahmad Yusril Ihza yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan
tugas akhir ini.
11. Teman-teman SB 2016 yang selalu membantu, menyemangati dan menemani
dalam proses pengerjaan.
12. Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis
viii
ANALISA PENGECATAN LAMBUNG KAPAL TANKER 17500
DWT
Nama : Shela Risca Khoirum Amanda
ABSTRAK
Kata kunci: 3 opsi supplier abrasive, profile, DFT (dry film thickness),
kekuatan adhesi, kebutuhan cat yang paling efisien pada lambung kapal Tanker
17500 DWT
ix
Halaman Sengaja Dikosongkan
x
ANALYSIS OF THE PAINTING THE HULL TANKER 17500
DWT
Name: Shela Risca Khoirum Amanda
ABSTRACT
xi
Halaman Sengaja Dikosongkan
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
BAB 1...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB 2...................................................................................................................... 5
xiii
2.2.5 Komponen Peralatan Blasting ......................................................... 12
BAB 3 .................................................................................................................... 35
xiv
3.2.11 Kesimpulan ..................................................................................... 44
BAB 4.................................................................................................................... 45
BAB 5.................................................................................................................... 67
LAMPIRAN .......................................................................................................... 71
xv
Halaman Sengaja Dikosongkan
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Nozzle Bentuk Venturi dan Straigh Bore ....................... 11
Tabel 2.2 Perbandingan Tingkat Pembersihan Blasting ....................................... 15
Tabel 2.3 Priming Pressure for the Various Dolly Diameters ............................. 31
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Profile pada Test Piece 1A ...................................... 47
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Profile pada Test Piece 1B ...................................... 48
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Profile pada Test Piece 2A ...................................... 48
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Profile pada Test Piece 2B ...................................... 48
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Profile pada Test Piece 3A ...................................... 49
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Profile pada Test Piece 3B ...................................... 49
Tabel 4.7 Grade pada Standard SSPC-AB1 ......................................................... 50
Tabel 4.8 Hasil Timbangan Setelah Blasting pada Masing-masing Test Piece .... 51
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran DFT pada Test Piece 1A.......................................... 53
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran DFT pada Test Piece 1B ........................................ 53
Tabel 4.11 Hasil Pengukuran DFT pada Test Piece 2A........................................ 54
Tabel 4.12 Hasil Pengukuran DFT pada Test Piece 2B ........................................ 54
Tabel 4.13 Hasil Pengukuran DFT pada Test Piece 3A........................................ 54
Tabel 4.14 Hasil Pengukuran DFT pada Test Piece 3B ........................................ 55
Tabel 4.15 Hasil Timbangan Masing-masing Test Piece Setelah Painting .......... 55
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Kekuatan Adhesi Cat Masing-masing Test Piece ..... 56
Tabel 4.17 Penentuan Grade Berdasarkan Hasil Profile Masing-masing Test Piece
............................................................................................................................... 56
Tabel 4.18 Pedoman untuk Menginterpretasi Terhadap R Square ....................... 58
Tabel 4.19 Data Profile dan Kekuatan Adhesi Cat Masing-masing Test Piece .... 59
Tabel 4.20 Data Ukuran Utama Kapal Tanker 17500 DWT ................................ 61
Tabel 4.21 Data Profile dan Kebutuhan Cat Masing-masing Test Piece .............. 62
Tabel 4.22 Hasil Kebutuhan Cat Lambung Kapal Tanker 17500 DWT pada Masing-
masing Test Piece.................................................................................................. 65
xvii
Halaman Sengaja Dikosongkan
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
Halaman Sengaja Dikosongkan
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
1
paling efisien untuk pemakaian pada lambung kapal Tanker 17.500 DWT
dengan menggunakan standard SSPC-AB1 berdasarkan profile yang
dibentuk. Setelah proses blasting berlangsung dilanjutkan menuju proses
pengecatan atau painting.
Painting merupakan istilah proses pengecatan pada kapal, cat kapal
pada umumnya sebutan untuk marine coating atau marine paint. Cat kapal
sendiri difungsikan untuk melindungi bagian-bagian kapal agar terhindar dari
korosi dalam jangka waktu yang cukup lama. Salah satu parameter yang perlu
diperhatikan pada hasil pengecatan adalah kekuatan adhesi cat. Kekuatan
adhesi yang baik akan berpengaruh pada tingkat keawetan cat itu sendiri.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat dikembangkan bahwa
tujuan tugas akhir ini adalah memperoleh jenis abrasive yang sesuai untuk
mendapatkan jumlah kebutuhan cat yang paling efisien untuk pemakaian
pada lambung kapal Tanker 17.500 DWT. Berdasarkan pemilihan abrasive
diatas, diharapkan mampu memberikan rekomendasi kepada perusahaan
dengan hasil kekuatan adhesi cat yang memenuhi batas kekuatan adhesi cat
minimal di galangan dan standard SSPC Paint No. 22.
2
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Untuk mengetahui kekuatan adhesi cat yang dibentuk oleh jenis-jenis
abrasive yang biasanya digunakan di PT. Lamongan Marine Industry.
2. Untuk mengetahu jumlah kebutuhan cat yang dibutuhkan pada lambung
kapal Tanker 17500 DWT berdasarkan pamakaian dari jenis-jenis
abrasive yang biasanya digunakan di PT. Lamongan Marine Industry.
3. Untuk mengetahui jenis abrasive yang sesuai untuk mendapatkan jumlah
kebutuhan cat yang paling efisien untuk pemakaian pada lambung kapal
Tanker 17.500 DWT.
3
Compressor Airman PDS-655, dan Pressure Tank 8 bar.
6. Proses pengukuran profile menggunakan surface profile needle gauge.
7. Standard SSPC-AB1 hanya digunakan untuk menggolongkan grade
berdasarkan profile yang dibentuk.
8. Cara penembakan abrasive dan pengaplikasian cat diasumsikan sama.
9. Perhitungan kebutuhan cat dan material yang diuji hanya pada 1 lapisan
cat yaitu cat primer serta area pengecatan hanya bagain bottom dan
topside.
10. Cat yang diaplikasikan yaitu Intershield 300 dari International Paint.
11. Sistem pengecatan menggunakan Airless Spray dan mengikuti standard
di galangan yaitu menggunakan nozzle tip 4.26 dan 4.31.
12. Proses pengukuran hanya mengukur ketebalan cat kering (DFT) sesuai
dengan spesifikasi kapal Tanker.
13. Tidak membahas Relative Humadity (RH).
14. Tidak membahas komposisi cat.
4
BAB 2
DASAR TEORI
2.2 Blasting
Dalam dunia pembangunan kapal, tidak pernah terlepas dari material
logam. Seiring dengan berjalannya waktu, material logam akan mengalami
5
korosi yang diakibatkan kontak langsung dengan udara. Untuk
menghilangkan kontaminasi yang melekat pada material logam yang berupa
korosi maka diperlukan proses blasting.
Mengenai blasting teori yang pertama diangkat dari Wicaksono.
Wicaksono menyampaikan teorinya dalam artikel yang berjudul Pengertian
Blasting. Blasting merupakan proses pembersihan permukaan dengan cara
menembakkan partikel ke suatu permukaan material sehingga menimbulkan
gesekan atau tumbukan dengan tujuan untuk menghilangkan material-
material yang terkontaminasi seperti karat, cat, lemak atau gemuk dan lain-
lain (Wicaksono, 2012).
Mengenai blasting teori yang kedua diangkat dari Agus Badri. Agus
Badri menyampaikan teorinya dalam artikel yang berjudul Pengertian dan
Langkah-langkah Painting. Blasting merupakan proses pembersihan
permukaan material dengan cara menggunakan butiran-butiran steel grit dan
steel shot ataupun pasir kering yang disemburkan dengan tekanan udara yang
sangat kuat sehingga menghilangkan lapisan material yang paling luar,
termasuk karat dan mill scale (Badri, 2014)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa blasting
merupakan proses penembakan abrasive pada permukaan material dengan
menggunakan tekanan tinggi yang mampu menghilangkan material-material
yang terkontaminasi seperti karat, cat, lemak atau gemuk dan lain-lain.
6
debu yang kurang baik untuk kesehatan manusia yang dapat
menyebabkan penyakit silicosis atau penyakit paru-paru karena
kandungan silika yang sangat tinggi.
B. Steel Shoot
Bahan abrasive yang diproduksi dari baja yang memiliki
bentuk yang bundar dan memiliki silika bebas kurang dari 1%.
Steel shoot baik digunakan untuk membersihkan permukaan
namun kurang efektif dalam menciptakan kedalaman profile
(kerusakan pelat).
C. Steel Grit
Bahan abrasive yang diproduksi dari baja namun memiliki
bentuk yang agak meruncing mengandung silika bebas kurang dari
1%. Abrasive jenis ini dapat berkarat dan dapat mengkontaminasi
permukaan yang dibersihkan sebelum digunakan apakah abrasive
tersebut berkarat atau tidak. Dapat digunakan berkali-kali tetapi
digunakan untuk shop blasting (pekerjaan blasting dalam ruang
tertutup).
D. Copper Slag
Ampas hasil industri yang berasal dari peleburan tembaga
berbentuk persegi empat dan memiliki tingkat kekerasan 6 Mohs.
Abrasive ini memiliki kekerasan lebih rendah jika dibandingkan
pasir silika namun lebih berat jika dibandingkan pasir silika oleh
sebab itu abrasive jenis ini dapat digunakan untuk membersihkan
dan menciptakan profile di permukaan tetapi memiliki kelemahan
sering menempel di dalam celah profile dan harus dibersihkan
dengan seksama.
E. Aluminium Oxide
Jenis sintetik abrasive yang mempunyai tingkat kekerasan
yang sangat tinggi dan dapat membersihkan dan menciptakan
kekerasan permukaan dengan cepat karena beratnya dan bentuknya
7
yang memiliki sudut sangat runcing. Dipakai untuk shop blasting
dan dapat digunakan berulang kali untuk membersihkan
permukaan.
8
permukaan (surface profile needle gauge) atau dengan plester testex (testex
tape) bersama dengan dial micrometer.
9
Gambar 2.3 Pengukuran Profile Menggunakan Testex Tape
10
B. Wet Sanblasting
Proses yang sama dengan sandblasting. Bedanya ditambahkan
campuran air khusus yang sudah ditambahkan bahan anti karat ke dalam
pasir agar tidak menimbulkan percikan api dan debu pasir yang dapat
mengganggu proses produksi. Pada ujung nozzle memiliki 3 sambungan
yang berfungsi untuk menyemburkan air, pasir, dan angin yang bisa
dikeluarkan secara bersamaan. Wet sandblasting biasa diaplikasikan
untuk area khusus yang sangat sensitif terhadap percikan api dan atau
debu, dan juga di ruang produksi yang tidak memungkinkan adanya
penghentian proses produksi sesaat.
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini bahwa nozzle bentuk venturi
adalah yang paling efektif.
(RNA, 2017)
11
2.2.5 Komponen Peralatan Blasting
Menurut ada beberapa komponen peralatan yang digunakan pada
proses blasting adalah sebagai berikut:
A. Compressor
Compressor disini sebagai sumber tenaga untuk menghasilkan
angin yang dibutuhkan oleh alat penyemburan dan pernapasan.
Kapastitas dari kompresor tersebut harus memenuhi persyaratan yaitu
memiliki kemampuan untuk menghasilkan tekanan angin sampai dengan
1000 Psi (7 Bar) dan volume angin yang diperlukan memadai sekitar 375
cfm (2 kali lebih besar dari angin yang diperlukan untuk nozzle blasting)
kompresor juga harus memiliki saluran penyaring air dan minyak karena
kualitas angin yang dihasilkan harus benar-benar kering dan tidak boleh
mengandung air dan minyak yang nantinya dapat mengkontaminasi
permukaan yang akan dibersihkan.
B. Selang Angin
Selang angin yang digunakan memiliki panjang lebih dari 30 meter
dan selang yang digunakan memiliki diameter 1 ¼ inchi atau 316 mm.
Selang dengan kelipatan 15 meter akan menghilangkan tekanan sekitar
2-3 Psi dan untuk tekukan 90 derajat bisa kehilangan tekanan sekitar 5-6
Psi. Bahan dari selang juga harus memiliki ketahanan dari air dan minyak
serta harus tahan terhadap tekanan.
12
C. Blasting Pot
Mesin penyemburan yang diperlukan untuk melakukan
pembersihan. Abrasive dan angin dengan tekanan yang tinggi akan
bersatu dalam mesin ini, oleh karena itu blasting pot harus memiliki
ketahanan sampai 150 Psi dengan ketebalan dinding minimal 8,0 mm
serta harus dilengkapi dengan sertifikat hasil pengujian tekanan dari
badan sertifikasi.
13
E. Nozzle Blasting
Ukuran dan bahan nozzle blasting berhubungan dengan kecepatan
produksi dan hasil pembersihan permukaan. Terdapat 2 jenis nozzle yaitu
straight bore dan venturi. Venturi umumnya digunakan untuk permukaan
lebar dan untuk membersihkan permukaan baru atau membersihkan
permukaan secara menyeluruh terhadap permukaan lama. Sedangkan
untuk jenis straight bore digunakan untuk pembersihan dengan
permukaan kecil dan pembersihan untuk perbaikan pelapisan.
Penggunaan nozzle untuk permukaan baru dan luas biasanya
menggunakan nozzle no. 6 dengan ukuran 9,5 mm. Nozzle terbuat dari
keramik, tungsten, silicon, carbide, dan boron silicon. Masing-masing
memiliki ketahanan yang berbeda.
B. Cleaness
Tingkat kebersihan permukaan pipa secara visual. Untuk cleaness
ini ada beberapa tingkatan/macam, yaitu:
a) Brush Of Cleaning (SSPC SP-7) Sa 1, Light blast cleaning
(pembersihan dengan blasting ringan). Apabila dilihat tanpa
pembesaran, permukaan akan terbebas dari minyak, gemuk dan
lumpur, dan dari millscale, karat, lapisan cat dan zat-zat asing yang
tidak melekat dengan baik.
14
b) Commercial Cleaning (SSPC SP-6) Sa 2, Thorough blast cleaning
(pembersihan dengan blasting yang teliti). Apabila dilihat tanpa
pembesaran, permukaan akan terbebas dari minyak, gemuk dan
lumpur, dan dari millscale, karat, lapisan cat dan zat-zat asing secara
keseluruhan. Kotoran yang tersisa adalah yang benar-benar melekat.
c) Near White Metal Cleaning (SSPC SP-10) Sa 2.5, Very through blast
cleaning (pembersihan dengan blasting yang sangat teliti). Apabila
dilihat tanpa pembesaran, permukaan akan terbebas dari minyak,
gemuk dan lumpur, dan dari millscale, karat, lapisan cat dan zat-zat
asing secara keseluruhan. Jejak kotoran yang tertinggal terlihat
hanya sedikit kotoran dalam bentuk noda atau garis-garis.
15
2.3 Painting
Pada pembahasan yang ketiga dalam tugas akhir ini adalah tentang
fungsi cat dalam proses painting. Mengenai penjelasan tersebut akan dibahas
dari teori beberapa ahli. Berikut ini adalah pemaparan teori-teori tentang
fungsi cat dalam proses painting.
Mengenai fungsi cat teori yang pertama diangkat dari Lindung Silalahi.
Lindung Silalahi menyampaikan teorinya dalam artikel yang berjudul
Coating Inspector Pencegahan dan Perlindungan terhadap Korosi dengan
Coating atau Painting. Cat kapal pada umumnya sebutan untuk marine
coating atau marine paint. Cat kapal sendiri difungsikan untuk melindungi
bagian-bagian kapal agar terhindar dari korosi dalam jangka waktu yang
cukup lama. Painting juga lazim disebut di Indonesia sebagai cat. Selain
berfungsi sebagai penanggulangan korosi, bisa juga menonjol dalam sisi
dekoratif atau estetika (Silalahi, 2015).
Mengenai fungsi cat teori yang kedua diangkat dari Sugeng. Sugeng
menyampaikan teorinya dalam artikel yang berjudul Inilah Proses
Pengecatan Kapal Menurut Ahlinya. Cat kapal difungsikan untuk melindungi
bagian kapal agar terhindar dari korosi dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sifat proteksi pada cat kapal sangat diutamakan mengingat kapal terus
menerus berhadapan dengan air laut yang mengandung garam yang sangat
tinggi (NaCl), disamping itu cat kapal sendiri juga berhadapan langsung
dengan cuaca yang tiada henti-hentinya yaitu hujan, panas dan dingin.
Kombinasi resin dan pigment serta additive dalam material cat
kapal mempunyai sifat atau karakteristik yang sangat baik (Sugeng, 2014).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi cat kapal
adalah sebagai pelindung bagian kapal agar terhindar dari korosi dalam baik
di luar ruangan maupun di dalam ruangan kapal. Lingkungan memberikan
pengaruh yang signifikan pada hasil pengecatan sehingga perlu
mempertimbangkan komposisi cat agar dapat bertahan dalam jangka waktu
yang cukup lama. Berikut ini jenis-jenis cat kapal yang umum dipakai antara
lain:
16
1. Cat Kapal Shop Primer
Proteksi sementara selama proses pembangunan konstruksi akan
mempermudah prosedur pekerjaan selanjutnya. Karena masa proteksi
yang sangat terbatas (3-12 bulan) kemungkinan untuk mengelupas
sebagian atau keseluruhan lapisan dapat terjadi tergantung dari kondisi
akhir lapisan sebelum pengecatan dengan sistem yang sesungguhnya
sesuai rekomendasi produsen.
3. Intermediate Coat
Cat lapis penebal agar kedap air atau untuk menciptakan ketebalan
tertentu harus dapat melekat dengan baik pada lapisan primer dan dapat
menerima lapisan finish coat.
4. Finish/Top Coat
Cat lapis akhir sebagai pelindung paling luar menonjolkan warna
sebagai estetika atau signal harus dapat melekat dengan baik terhadap
lapisan intermediate dan beberapa lapis finish coat diatasnya yang setara
atau sejenis.
17
cuaca. Demikian pula berpengaruh atas kualitas hasil akhir misalnya
tekstur, kilap (glossy), adhesi cat, serta kemudahan penggunaan
diantaranya waktu pengeringan.
C. Solvent (Pengencer)
Suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan mempermudah
pencampuran pigment dan resin dalam proses pembuatan cat. Solvent
sangat cepat menguap apabila cat diaplikasikan. Kegunaan solvent ini
untuk mengencerkan campuran pigment dan resin sehingga menjadi agak
encer dan dapat disemprotkan selama proses pengecatan. Solvent
menguap sesaat setelah cat disemprotkan dan meninggalkan resin dan
pigment yang kemudian kedua zat tersebut akan membentuk lapisan yang
keras.
18
E. Hardener atau Curring (Pengeras)
Suatu bahan yang mengikat molekul di dalam resin sehingga
membentuk lapisan yang kuat dan padat.
19
2.3.3 Faktor Pendukung Keberhasilan Pengecatan
Keberhasilan dari hasil pengecatan secara keseluruhan tidak pernah
terlepas dari faktor-faktor pendukung sebagai berikut:
A. Persiapan permukaan (surface preparation) yang sesuai prosedur
Penelitian menunjukkan bahwa presentase kegagalan pada hasil
pengecatan 85% adalah akibat surface preparation yang kurang baik.
Pokok utama dalam surface preparation adalah mengikuti sesuai
prosedur seperti:
1. Mengisi abrasive kedalam sand pot maximum 80%. Hal ini untuk
menghindari tumpahnya pasir keluar dari pot.
2. Selama pekerjaan blasting, harus ada 1 orang yang memonitor
kondisi abrasive yang ada dalam pot dan bila volume abrasive
didalam pot sudah mencapai ambang batas minimal 40%, maka
abrasive segerea diisi kembali dan ini berlanjut seterusnya sampai
pekerjaan blasting selesai.
3. Standard kebersihan permukaan minimal Sa 2.
20
C. Melakukan inspeksi pengecatan
Setelah melakukan pengecatan, perlu dilakukan inspeksi hasil
pengecatan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa hasil pengecatan
telah sesuai dengan spesifikasi.
2. Rolling
Dalam metode ini, pengecatan dilakukan dengan menggunakan
alat yang disebut roll. Roll yang digunakan harus tahan terhadap objek
atau permukaan material. Metode rolling juga sulit diterapkan pada
permukaan yang sempit dan bentuknya tidak teratur.
3. Spray
Aplikasi dengan cara spray sering digunakan untuk protective
coating industri. Aplikasi spray adalah metode terbaik untuk
mempercepat aplikasi pada area yang luas dan untuk keseragaman
aplikasi yang sangat tinggi pada kebanyakan coating. Pada garis
besarnya ada dua jenis peralatan aplikasi spray:
A. Conventional Air Spray
Cat disemprotkan dengan aliran udara bertekanan dan
terbawa pada suatu permukaan pada sebuah aliran udara. Keduanya
21
(cat dan udara) masuk ke gun melalui saluran terpisah, lalu
tercampur, dan melalui katup dalam pola penyemprotan yang
terkontrol.
B. Airless Spray
Cat disemprotkan tanpa menggunakan udara bertekanan dan
terbawa ke permuakaan dengan kekuatan tekanan cairan melewati
spray gun. Cat dipompa dibawah tekanan yang tinggi ke airless
spray gun, dimana dia diatur melalui sebuah bentuk dan ukuran
yang sangat tepat yang disebut nozzle tip, dimana dia membawa cat
tersebut ke suatu permukaan.
22
3. Cat untuk penyemprotan airless umumnya tidak memerlukan
thinner. Hal ini membuat lebih irit baik dari segi material dan
juga waktu.
C. Visual Inspection
Pengecekan visual coating epoxy setelah kita pastikan ketebalan
lapisan epoxy sudah pas. Pada tahapan ini kita tandai cacat yang ada yang
nantinya akan diproses coating repair. Untuk proses repair harus
dilakukan secara manual, baik menggunakan spray manual maupun kuas.
23
D. Roughness
Roughness pada hasil painting maksudnya yaitu kekasaran lapisan
epoxy. Jadi tingkat kekasaran lapisan epoxy harus kita ukur, yaitu dengan
menggunakan alat bantu yang bernama Roughness Gauge.
24
kualitas cat tersebut ditentukan oleh seberapa besarkah cat mampu
menahan beban yang diberikan berupa dolly yang dilekatkan ke substrat
hingga tercabut dari dolly. Langkah-langkah pengujian pull-off adhesion
sebagai berikut:
a. Siapkan peralatan untuk pengujian pull-off adhesion.
b. Tempelkan dolly/pin pada permukaan cat dengan menggunakan lem
khusus.
c. Tunggu hingga lem benar-benar kering sesuai dengan interval waktu
pada spesifikasi merk cat.
d. Setelah kering, tarik dolly dengan pull-off force sampai lapisan cat
rusak.
e. Angka yang keluar adalah tingkat kekuatan dari daya rekat cat
tersebut.
2. X Cut
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian x cut
adalah sebagai berikut:
a. Siapkan peralatan untuk pengujian x cut.
b. Buat sayatan pada permukaan cat berbentuk “X” hingga menyentuh
dasar permukaan material dengan sudut 30⁰ pada pertemuan garisnya.
c. Aplikasikan selotip pada hasil sayatan dengan sudut 180⁰.
d. Tunggu hingga selotip benar-benar menempel, kemudian tarik selotip
satu arah dengan cepat.
e. Ukur bagian permukaan yang terkelupas dan samakan secara visual
dengan standard (C. Coatings et al., 1997).
f. Lakukan pengujian pada 3 lokasi berbeda, kemudian lakukan
perhitungan rata-rata pada hasil yang didapatkan.
g. Catat masing-masing hasil dan rata-rata pengujian yang didapatkan.
3. Cross Cut
Test ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan daya rekat cat pada
suatu material yang dilapisi cat, peralatan sederhana yaitu pisau
25
silet/cutter dan digoreskan pada cat secara tegak lurus. Apakah catnya
akan pecah atau tidak dengan jarak cutter tersebut. Langkah-langkah
pengujian cross cut sebagai berikut:
a. Siapkan peralatan untuk pengujian cross cut.
b. Buat 6 sayatan pada permukaan cat secara vertikal dan buat 6 sayatan
secara horisontal dengan tegak lurus.
c. Aplikasikan selotip pada hasil sayatan dengan sudut 180⁰ hingga
seluruh sayatan tertutup selotip.
d. Tunggu hingga selotip benar-benar menempel, kemudian tarik selotip
satu arah dengan cepat.
e. Hitung dengan presentase bagian sayatan yang terkelupas dan
samakan secara visual dengan standard (C. Coatings et al., 1997).
f. Lakukan pengujian pada 3 lokasi berbeda, kemudian lakukan
perhitungan rata-rata pada hasil yang didapatkan.
g. Catat masing-masing hasil dan rata-rata pengujian yang didapatkan.
26
portable yang mampu menerapkan beban konsentris dan beban balik ke
permukaan tunggal sehingga lapisan dengan hanya satu sisi yang dapat
diakses dapat diuji. Pengukuran dibatasi oleh kekuatan ikatan adhesi antara
perlengkapan pemuatan dan permukaan lapisan atau kekuatan kohesif
substrat. tes bisa merusak dan perbaikan tempat mungkin diperlukan.
Secara umum, untuk melakukan uji adhesi pull-off, kencangkan fixture
pemuatan (aluminium test dolly) dengan perekat untuk memastikannya tegak
lurus terhadap permukaan lapisan. Setelah perekat, pasang alat uji portabel ke
dolly tes, dan sejajarkan untuk menerapkan tegangan tegak lurus ke
permukaan uji. Secara berkala tingkatkan gaya yang diterapkan pada dolly
uji, dan pantau sampai sumbat bahan pelepas terlepas atau nilai yang
ditentukan tercapai.
Ketika sumbat bahan terlepas, permukaan yang terbuka menunjukkan
bidang kekuatan pembatas dalam sistem. Sifat kegagalan dikualifikasi oleh
persentase kegagalan perekat dan kohesif pada antarmuka dan lapisan yang
terlibat. Kekuatan tarik (adhesi) dari lapisan dilaporkan dalam pound per inci
persegi (psi) atau kilogram per sentimeter persegi (kg / cm ^ 2).
1. Defelsko Positest AT
(a) (b)
A. Deskripsi Peralatan
Defelsko positest AT mengukur gaya yang diperlukan untuk
menarik diameter uji pelapis tertentu dari substratnya menggunakan
27
tekanan hidrolik. Ini tersedia dalam versi manual atau otomatis.
Bagian ini berfokus pada versi manual.
Manual AT positest memiliki pompa hidraulik manual tugas
berat untuk menerapkan tekanan pull-off yang halus dan kontinu,
dan indikator pull rate untuk secara manual memantau dan
menyesuaikan laju pull.
AT-positest otomatis menggunakan pompa hidrolik yang
dikendalikan secara elektronik untuk secara otomatis menerapkan
tekanan pull-off pada kecepatan yang ditentukan pengguna.
2. Persiapan Pelapisan
Kasarkan lapisan dengan pad abrasive untuk meningkatkan
ikatan antara dolly dan pelapis, usapkan area uji pelapis dengan
alkohol atau aseton untuk menghilangkan minyak, kelembaban,
atau debu.
3. Pemilihan Perekat
Perekat dalam kit uji adhesi positest disertakan karena
fleksibilitasnya. Perekat ini memiliki dampak minimal pada
berbagai lapisan dan memiliki kekuatan tarik melebihi
kemampuan kinerja maksimum sistem tekanan dalam kondisi
28
ideal. Pilih perekat berdasarkan persyaratan seperti waktu
perawatan, jenis pelapis, suhu kerja, dan kekuatan pull-off.
Cyanoacrylates satu bagian cepat mengalir (lem super) mungkin
cukup untuk permukaan yang dicat, tetapi epoxies dua bagian
sering lebih disukai untuk lapisan berpori atau kasar.
4. Pengaplikasian Dolly
Campur perekat sesuai instruksi pabrik, kemudian oleskan
lapisan yang seragam ke dasar lori, sekitar 2-4 mil (50-100
micron) untuk hasil terbaik. pasang dolly ke area uji pelapis yang
disiapkan.
Tekan dengan lembut pada dolly untuk memperoleh
perekat yang berlebih. Jangan memelintir atau menggeser dolly
bolak-balik pada lapisan karena gerakan dapat menghasilkan
gelembung udara.
Hati-hati menghapus kelebihan perekat dari tepi dolly
dengan kapas. Memungkinkan untuk menyembuhkan sesuai
instruksi pabrik perekat.
29
Gambar 2.11 Pressure Relief Valve
30
Tabel 2.3 Priming Pressure for the Various Dolly Diameters
C. Kalibrasi
Positest dikirimkan dengan sertifikat kalibrasi yang
menunjukkan trabilitas untuk standar nasional. kembalikan positest
secara berkala, biasanya satu tahun untuk kalibrasi.
D. Parameter Operasi
Sistem tekanan adhesi penguji positest dikalibrasi dan
disertifikasi untuk akurasi ±1% menggunakan sel beban yang dapat
dilacak NIST. instrumen memiliki resolusi 1 PSI (0,01 MPa).
Pengukuran yang diperoleh sangat berulang. Selalu
mempertanyakan bacaan ketika pengukuran berada di luar parameter
yang diketahui. juga, bacalah pertanyaan jika pembacaan digital
tidak menunjukkan kenaikan yang stabil dan konsisten, atau jika
pengukur tidak memusatkan perhatian sebelum digunakan.
Kesalahan umum yang mungkin terjadi menggunakan instrumen ini
meliputi:
1. Mengangkat tekanan terlalu cepat pada awal tes dapat
menyebabkan tekanan tiba-tiba, membuat penguji mengira tes itu
selesai dan menyebabkannya membeku.
31
2. Menggunakan perekat yang tidak tepat; berlaku untuk sedikit atau
banyak perekat: dan / atau tidak memungkinkan perekat untuk
menyembuhkan dengan benar.
32
4. Pneumatic Adhesion Tensile Testing Instrument (PATTI) Unit
2.5 Hipotesis
Dalam tugas akhir ini dikemukakan bahwa semakin dalam profile
(kekasaran) permukaan, maka kebutuhan catnya semakin tidak efisien.
Namun kekuatan adhesi catnya semakin baik. Begitu sebaliknya semakin
dangkal profile, maka kebutuhan catnya semakin efisien. Namun kekuatan
adhesi catnya semakin rendah. Sehingga diperlukan sebuah pengujian untuk
memberikan rekomendasi profile yang mampu mengefisiensi kebutuhan cat
pada lambung kapal Tanker 17500 DWT serta memiliki kekuatan adhesi cat
sesuai standard SSPC PAINT No. 22.
33
Halaman Sengaja Dikosongkan
34
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Start
Pengumpulan Data
Proses Blasting
Pengecatan
Kesimpulan
Finish
35
3.2 Uraian Diagram Alir
Berikut merupakan beberapa tahapan penelitian untuk menyelesaikan
tugas akhir:
3.2.1 Observasi Lapangan
Pada tahap ini merupakan awal penilitian, mulai dari perumusan
masalah, menentukan tujuan, sampai dengan tahap lanjutan lainnya.
Permasalahan yang ada didalam tugas akhir ini adalah terdapat jenis
pasir silika yang berasal 3 suplier berbeda yang belum memiliki data-
data relevan. Abrasive tersebut akan menghasilkan profile atau
kekasaran dan harus memenuhi standard kekasaran yang diizinkan.
Pengujian ini dilakukan berdasarkan metode pada standard SSPC-AB1
serta dilakukannya pengujian kekuatan adhesi untuk mengetahui daya
rekat pada cat tersebut. Berdasarkan profile yang dibentuk apakah bisa
mengefisiensi kebutuhan cat pada lambung kapal Tanker 17500 DWT
dan kekuatan adhesi cat yang dihasilkan dari profile tersebut harus
memenuhi standard.
36
A. Data Ukuran Utama Kapal
Ukuran utama kapal yang dibutuhkan dalam analisa ini
diantaranya: LOA, LPP, B, H, T, dan Cb.
37
12. Elcometer DFT (Dry Film Thickness)
13. Steel temperature
14. Sling psikometer
15. Pull-off adhesion tester tipe DeFelsko
B. Bahan Material
1. Pelat 30x30 cm
2. Abrasive berupa pasir silika dari 3 suplier berbeda
3. International Paint (Intershield 300)
4. Curring
5. Thinner
38
proses blasting ini sangat besar sehingga mampu mengelupas bagian cat
tertentu.
d. Semprotkan nozzle secara tegak lurus terhadap pelat yang akan diblasting.
e. Usahakan kecepatan jalannya stabil dan merata karena jika tidak merata
nantinya jika di cat ada beberapa titik yang nantinya akan menimbulkan
kecembungan karena tidak menempelnya lapisan cat kedalam pelat.
39
lingkungan yang mengacu pada ASTM E-337. Adapun beberapa
persyaratan pengecatan yang harus dipenuhi dan jika beberapa kondisi ini
tidak sesuai, aplikasi cat tidak boleh dilakukan diantaranya:
a. Temperature udara lebih besar dari 5°C (40ºF)
b. Permukaan yang dicat harus kering
c. Kelembaban relatif udara kurang dari 85%
d. Temperature permukaan pelat tidak kurang dari 3ºC (5ºF) diatas
temperature titik embun (dew point).
e. Menetapkan sebelumnya cuaca buruk dalam 2 jam ketika overcoating
diluar ruangan.
f. Ketika moisture terbentuk di permukaan dari struktur ketika hujan,
kondensasi dan embun beku dsb.
g. Ketika iluminasi efektif kurang dari 500 lux selama aplikasi
pengecatan.
2. Jenis cat yang digunakan pada semua test piece yaitu international paint
dengan kode cat intershield 300. Komposisi cat yang digunakan untuk
pengujian ini yaitu cat dan curring dengan perbandingan 1:4 dengan
kandungan volume solid cat (viskositas) primer sekitar 60% dan
ditambahkan thinner sekitar 10% yang berfungsi sebagai solvent
(pengencer). Kemudian dilakukan pengadukan komponen cat tersebut.
3. Pengaplikasian cat pada panel 1A, 2A dan 3A dengan menggunkaan
nozzle tip 4.26 dan dilakukan 7 swing sesuai dengan percobaan yang
dilakukan pada panel lain untuk mencapai DFT (Dry Film Thickness)
sesuai spesifikasi cat.
4. Pengaplikasian cat pada panel 1B, 2B dan 3B dengan menggunkaan nozzle
tip 4.31 dan dilakukan 5 swing sesuai dengan percobaan yang dilakukan
pada panel lain untuk mencapai DFT (Dry Film Thickness) sesuai
spesifikasi cat.
40
dilakukan pada semua test piece dan menggunakan alat elcometer DFT.
Setelah diketahui DFT masing-masing test piece, maka dilakukan pengujian
kekuatan adhesi cat sesuai pada standard ASTM 4541 dan untuk inspeksi
hasil pengujian kekuatan adhesi cat berdasarkan pada standard SSPC PAINT
No.22 (S. T. S. for P. Coatings, 1982). Pengujian kekuatan adhesi cat
dilakukan pada semua test piece dengan menggunakan alat pull-off adhesion
tester tipe DeFelsko sedangkan lem/perekatnya merupakan jenis perekat 1
komponen yaitu Alteco. Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai
berikut:
a. Siapkan DeFelsko, dolly, amplas, dan lem.
b. Amplaslah test piece pada titik-titik yang sudah diukur DFT-nya.
c. Berikan lem pada test piece kemudian tempelkan dolly pada titik-titik test
piece.
d. Tunggulah lem hingga kering kira-kira selama 2 jam kemudian
kencangkan DeFelsko hingga dolly terikat kuat.
e. Pastikan angin yang terdapat pada DeFelsko kosong sampai menunjukkan
angka 0,00 MPa.
f. Angkatlah lengan pada DeFelsko untuk memastikan bahwa DeFelsko
telah terisi angin sampai menunjukkan angka 0,70 MPa.
g. Tekanlah lengan pada DeFelsko sampai dolly terlepas dari test piece.
h. Lihatlah kekuatan adhesi pada monitor DeFelsko kemudian catat hasil
kekuatan adhesi pada masing-masing test piece.
41
1. Grade abrasive
Setelah diperoleh hasil profile masing-masing test piece, kemudian
profile tersebut diidentifikasikan pada suatu grade dengan menggunakan
standard SSPC-AB1. Grade ini terdiri dari 5 kategori diantaranya:
a. Grade 1 (13-38 µm)
b. Grade 2 (25-64 µm)
c. Grade 3 (51-89 µm)
d. Grade 4 (75-127 µm)
e. Grade 5 (102-152 µm)
3. Kebutuhan cat yang paling efisien pada lambung kapal Tanker 17500
DWT
Perhitungan kebutuhan cat pada lambung kapal diperoleh
berdasarkan variasi profile dan kekuatan adhesi cat (pull-off) pada
masing-masing test piece. Sebelum dilakukan perhitungan kebutuhan
cat, diperlukan perhitungan luasan lambung kapal yang bersumber dari
Lyod’s Register. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Bottom
A = ((2xd) + B) x Lpp x P (3.2.10.1)
Dimana :
d = Draught maximum (as per Lloyd’s)
B = Breadth extreme (as per Lloyd’s)
Lpp = Length between perpendiculars (as per Lloyd’s)
P = 0.9 for big tanker
0.85 for bulk carriers
42
0.70-0.75 for dry cargo liners
b. Topsides
Dimana :
H = Height of topsides (depth – draught) (as per Lloyd’s)
LOA = Length over all (as per Lloyd’s)
B = Breadth extreme (as per Lloyd’s)
0,250 𝑘𝑔 200 𝑚𝑙
= (3.2.10.3)
𝑋 𝑘𝑔 𝑌 𝑚𝑙
Dimana :
X = Selisih timbangan test piece setelah diblasting dan setelah dipainting
(kg)
Y = Hasil kebutuhan cat tiap test piece (ml)
Setelah diperoleh kebutuhan cat tiap test piece dalam satuan ml,
maka konversikan satuan ml menjadi liter karena satuan liter lebih
umum digunakan dalam industry khususnya dunia pengecatan. Setelah
diperoleh kebutuhan cat dalam satuan liter, maka bisa dilakukan
perhitungan kebutuhan cat pada Lambung kapal Tanker 17500 DWT.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
43
𝐴𝑡 𝑚² 𝑥 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= 𝑦 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝐴𝑙 𝑚²
(3.2.10.4)
Dimana :
x = Kebutuhan cat masing-masing test piece (liter)
At = Luas area test piece sebesar 0,09 m².
Al = Luas area lambung kapal sebesar 7287,435 m².
3.2.11 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin dalam profile (kekasaran) permukaan, maka kekuatan adhesi
catnya semakin baik. Namun kebutuhan catnya menjadi tidak efisien.
Begitu juga sebaliknya semakin dangkal profile, maka kekuatan adhesi
catnya semakin rendah. Namun kebutuhan catnya menjadi efisien.
44
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Test Piece 1A Setelah Proses Blasting (Sumber: Dokumen Pribadi)
Gambar 4.2 Test Piece 1B Setelah Proses Blasting (Sumber: Dokumen Pribadi)
45
Gambar 4.3 Test Piece 2A Setelah Proses Blasting (Sumber: Dokumen Pribadi)
Gambar 4.4 Test Piece 2B Setelah Proses Blasting (Sumber: Dokumen Pribadi)
Gambar 4.5 Test Piece 3A Setelah Proses Blasting (Sumber: Dokumen Pribadi)
46
Gambar 4.6 Test Piece 3B Setelah Proses Blasting (Sumber: Dokumen Pribadi)
Test Piece 1A
Titik ke- Profile (µm)
1 37
2 34
3 30
47
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Profile pada Test Piece 1B
Test Piece 1B
Titik ke- Profile (µm)
1 38
2 37
3 35
Test Piece 2A
Titik ke- Profile (µm)
1 63
2 50
3 55
Test Piece 2B
Titik ke- Profile (µm)
1 64
2 57
3 53
48
106 µm. Tabel inspeksi profile pada test piece 3A dapat dilihat pada tabel 4.5
Test Piece 3A
Titik ke- Profile (µm)
1 97
2 122
3 106
Test Piece 3B
Titik ke- Profile (µm)
1 90
2 115
3 98
Berdasarkan hasil inspeksi pada test piece 3B. Diperoleh hasil rata-rata
profile sedalam 101 µm. Tingkat kebersihan permukaan secara visual SSPC
SP-10.
49
Tabel 4.7 Grade pada Standard SSPC-AB1
STANDARD SSPC-AB1
Grade ke- Kisaran Profile (µm)
1 13 – 38
2 25 – 64
3 51 – 89
4 75 – 127
5 102 – 152
50
Berdasarkan Pengujian pada test piece 3A diperoleh profile sedalam 97,
122, dan 106 µm dan diperoleh rata-rata profile sedalam 108,33 µm. Setelah
diperoleh hasil rata-rata profile pada test piece 3A, maka digolongkan dalam
suatu grade yang sesuai pada tabel 4.7. Sehingga pada test piece 3A tergolong
grade ke-4 karena hasil profile pada test piece 3A berada pada kisaran 75-127
µm.
Berdasarkan Pengujian pada test piece 3B diperoleh profile sedalam 90,
115, dan 98 µm dan diperoleh rata-rata profile sedalam 101 µm. Setelah
diperoleh hasil rata-rata profile pada test piece 3B, maka digolongkan dalam
suatu grade yang sesuai pada tabel 4.7. Sehingga pada test piece 3B tergolong
grade ke-4 karena hasil profile pada test piece 1A berada pada kisaran 75-127
µm.
Tabel 4.8 Hasil Timbangan Setelah Blasting pada Masing-masing Test Piece
51
terlebih dahulu berapa tebal WFT yang dipenuhi untuk mencapai DFT yang
diharapakan. Adapun perhitungannya sebagai berikut:
DFT = 125 micron
Vs (Volume Solid) = 60% (Vs cat murni)
Thinner = 10%
Perhitungan WFT:
𝐷𝐹𝑇 x 100
WFT = (4.6)
Volume Solid
125 x 100
WFT =
54 %
Dari hasil perhitungan diperoleh WFT sebesar 231 micron dan pada saat
pengaplikasian cat dilakukan menggunakan nozzle tip 4.26 membutuhkan 7
swing sedangkan untuk nozzle tip 4.31 membutuhkan 5 swing untuk mencapai
WFT sebesar 231 micron.
52
4.6 Pengukuran DFT (Dry Film Thickness)
Alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur DFT adalah
elcometer. Sebelum menggunakan alat ini perlu dilakukan kalibrasi terlebih
dahulu untuk memperoleh pembacaan yang akurat. Pembacaan dilakukan
pada 3 titik sesuai dengan standard SSPC-PA 2.
Pengujian pada test piece 1A diperoleh DFT sebesar 122, 131, dan 128
micron. Tabel hasil pengukuran DFT pada test piece 1A dapat dilihat pada
table 4.9
Test Piece 1A
Titik ke- DFT (µm)
1 122
2 131
3 128
Berdasarkan hasil inspeksi pada test piece 1A diperoleh hasil rata-rata DFT
sebesar 127 micron. Pengujian pada test piece 1B diperoleh DFT sebesar 125,
133, dan 130 micron. Tabel hasil pengukuran DFT pada test piece 1B dapat
dilihat pada table 4.10
Test Piece 1B
Titik ke- DFT (µm)
1 125
2 133
3 130
53
Tabel 4.11 Hasil Pengukuran DFT pada Test Piece 2A
Test Piece 2A
Titik ke- DFT (µm)
1 124
2 134
3 130
Test Piece 2B
Titik ke- DFT (µm)
1 124
2 132
3 136
Test Piece 3A
Titik ke- DFT (µm)
1 132
2 129
3 127
54
Tabel 4.14 Hasil Pengukuran DFT pada Test Piece 3B
Test Piece 3B
Titik ke- DFT (µm)
1 126
2 122
3 133
Berdasarkan hasil inspeksi pada test piece 3B. Diperoleh hasil rata-rata
DFT sebesar 127 micron.
55
untuk mengetahui berapa kekuatan adhesi pada masing-masing test piece.
Berikut adalah hasil pengujian kekuatan adhesi cat pada masing-masing test
piece:
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Kekuatan Adhesi Cat Masing-masing Test Piece
1A 33,36 8,29
1B 36,33 9,59
2A 56 11,83
2B 58 13,52
3A 108,33 15,46
3B 101 14,77
Tabel 4.17 Penentuan Grade Berdasarkan Hasil Profile Masing-masing Test Piece
56
Dalam model regresi ini abrasive menjadi variabel bebas dan profile
permukaan sebagai variabel terikat. Setelah diperoleh hasil profile masing-
masing test piece yang sesuai pada tabel 4.17. Data tersebut diinput dan diolah
pada excel sehingga diperoleh grafik sebagai berikut:
100
R² = 0,8609
80
60 PROFILE
40 Predicted PROFILE
Linear (PROFILE )
20
0
0 2 4 6 8
Abrasive
𝐑² = 𝟎, 𝟖𝟔𝟎𝟗 (4.9)
57
Tabel 4.18 Pedoman untuk Menginterpretasi Terhadap R Square
Nilai R square terletak antara 0-1, dan kecocokan model dikatakan baik
jika R square semakin mendekati 1. Berdasarkan grafik pada gambar 4.8
menunjukkan bahwa jenis abrasive memiliki pengaruh terhadap profile
permukaan sebesar 0,8609 (86,09%). Sedangkan sisanya adalah 13,91%
dijelaskan dengan variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk
dalam analisis regresi ini.
Besar atau kecilnya nilai R square memberikan pengaruh terhadap
kemampuan sebuah variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Nilai R square kecil berarti variasi variabel terikat yang sangat
terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati angka 1 berarti variabel bebas
sudah dapat memberi informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
terikat.
Berdasarkan pada tabel 4.18 nilai R square tergolong interval 0,80-
1,000. Tingkat hubungannya juga tergolong sangat kuat. Hasil dari R² juga
diperkuat dengan teori dari Nur Cendana Sari dan Aisyatul Al Lailiyah dalam
Laporan Praktikum Pengantar Metode Statiska Modul VI yang berjudul
Analisis Regresi Linier Sederhana (Sari, 2013).
58
Tabel 4.19 Data Profile dan Kekuatan Adhesi Cat Masing-masing Test Piece
12
10
PULL-OFF
8
6 Predicted PULL-OFF
4 Linear (PULL-OFF)
2
0
0 50 100 150
Profile Permukaan (µm)
59
Berdasarkan grafik pada gambar 4.9. Gambar yang menunjukkan grafik
analisa kekuatan adhesi. Dari grafik tersebut sehingga diperoleh persamaan
sebagai berikut:
𝐑² = 𝟎, 𝟖𝟓𝟗𝟏 (4.10)
60
dan top side. Sebelum perhitungan luas lambung perlu diketahui terlebih
dahulu ukuran utama pada kapal seperti di bawah ini:
a. Bottom
Dimana :
= 5745,285 m²
b. Topsides
61
Dimana :
H = Height of topsides (depth – draught) (as per Lloyd’s)
Loa = length over all (as per Lloyd’s)
B = breadth extreme (as per Lloyd’s)
𝐴 = 2 𝑥 𝐻 𝑥 𝐿𝑂𝐴 + 0,5 𝑥 𝐵
= 2 𝑥 4,5 𝑥 (157,50 + 0,5 𝑥 27,70)
= 1542,15 𝑚²
62
buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Dalam metode ini
hanya menguji koefisien determinasi atau R square (R²). Koefisien ini
digunakan untuk menganalisis seberapa variabel bebas mempengaruhi
variabel terikat.
Berdasarkan data pada tabel 4.21. Data yang berisikan hasil kebutuhan
cat pada masing-masing test piece. Data tersebut diinputkan pada excel
sehingga diperoleh grafik sebagai berikut:
0,02 R² = 1
kebutuhan cat
0,015
0,01 Predicted
kebutuhan cat
0,005 Linear (Predicted
kebutuhan cat)
0
0 50 100 150
Profile Permukaan (µm)
𝐑² = 𝟎, 𝟖𝟒𝟎𝟒 (4.11.3)
63
Nilai R² terletak antara 0-1, dan kecocokan model dikatakan baik jika
R² semakin mendekati 1. Berdasarkan grafik pada gambar 4.10 menunjukkan
bahwa profile memiliki pengaruh terhadap kekuatan adhesi sebesar 0,8404
(84,04%). Sedangkan sisanya adalah 15,96% dijelaskan dengan variabel lain
yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.
Besar atau kecilnya nilai R square memberikan pengaruh terhadap
kemampuan sebuah variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Nilai R square kecil berarti variasi variabel terikat yang sangat
terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati angka 1 berarti variabel bebas
sudah dapat memberi informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
terikat.
Berdasarkan pada tabel 4.18 nilai R square tergolong interval 0,80-
1,000. Tingkat hubungannya juga tergolong sangat kuat. Hasil dari R² juga
diperkuat dengan teori dari Nur Cendana Sari dan Aisyatul Al Lailiyah dalam
Laporan Praktikum Pengantar Metode Statiska Modul VI yang berjudul
Analisis Regresi Linier Sederhana (Sari, 2013).
Berdasarkan hasil pada tabel 4.21 diperoleh kebutuhan cat pada
masing-masing test piece. Selanjutnya, hasil tersebut dimasukkan rumus
menggunakan perkalian silang. Adapun formula yang dibutuhkan untuk
menghitung kebutuhan cat pada lambung kapal Tanker 17500 DWT pada
masing-masing test piece adalah sebagai berikut:
𝐴𝑡 𝑚² 𝑋 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= (4.11.4)
𝐴𝑙 𝑚² ? 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
Dimana:
X = Kebutuhan cat masing-masing test piece (liter)
64
kapal Tanker 17500 DWT pada masing-masing test piece dapat dilihat pada
tabel 4.22
Tabel 4.22 Hasil Kebutuhan Cat Lambung Kapal Tanker 17500 DWT pada Masing-masing
Test Piece
65
kekuatan adhesi cat. Adapun standard minimal kebersihan permukaan yang
harus dicapai adalah Sa-2. Standard minimal profile atau kekasaran
permukaan harus mengacu pada data sheet produk cat yaitu sebesar 50 µm.
Standard minimal DFT harus mengacu pada spesifikasi kapal Tanker 17500
DWT yaitu sebesar 125 micron dan standard minimal kekuatan adhesi cat
yang diminta dari galangan adalah 2,5-3 MPa juga didukung oleh standard
SSPC PAINT No. 22 yang menunjukkan nilai minimum kekuatan adhesi cat
adalah 2,74 MPa.
66
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis data yang telah
dilakukan, serta diperkuat dengan adanya hasil dan pembahasan pada bab 4.
Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Besarnya kekuatan adhesi cat yang dibentuk untuk proses pengecatan
menggunakan nozzle tip yang berbeda adalah:
Kekuatan Adhesi (MPa)
No Jenis Abrasive
Nozzle Tip 4.26 Nozzle Tip 4.31
1 Supplier abrasive ke-1 8,29 9,59
2 Supplier abrasive ke-2 11,83 13,52
3 Supplier abrasive ke-3 15,46 14,77
3. Dari hasil pengujian kekuatan adhesi cat dari ketiga jenis abrasive diatas
memenuhi batas kekuatan adhesi cat minimal di galangan sebesar 2,5-3
MPa dan didukung juga dengan standard SSPC Paint no 22 sebesar 2,74
MPa. Maka, jenis abrasive yang sesuai untuk mendapatkan jumlah
kebutuhan cat yang paling efisien untuk pemakaian pada lambung kapal
Tanker 17.500 DWT adalah abrasive dari supplier ke-2.
67
5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan sebagai pengembangan dalam tugas
akhir ini adalah seharusnya galangan mempunyai standard untuk menyeleksi
abrasive yang akan dibeli. Jenis abrasive yang dibeli seharusnya memiliki
data yang relevan seperti ukuran (mesh), kekerasan (hardness), berat jenis
(density), dan bentuk (shape). Dengan adanya kelengkapan data, sehingga
diperoleh hasil profile yang lebih akurat.
68
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing & Material. (2002). Testers1, Standard Test Method
for Pull-Off Strength of Coatings Using Portable Adhesion. (April).
Coatings, C., Products, R. C., Applica-, E., Tape, S., Paint, T., Materials, R., …
Method, T. (1997). ASTM Standard D3359, “Standard Test Methods for
Measuring Adhesion by Tape Test”, ASTM International, West
Conshohocken, PA, 1997, DOI: 10.1520/D3359-97, www.astm.org. 1–8.
https://doi.org/10.1520/D3359-09E02.2
Djaya Kusna, I. (n.d.). Teknik Konstruksi Kapal Baja Jilid II. Retrieved from
http://weekly.cnbnews.com/news/article.html?no=124000
Pratama, R. A., & Kromodiharjo, S. (2017). Studi Eksperimen Pengaruh Tebal Cat
dan Kekasaran pada Pelat Baja Karbon Rendah Terhadap Kerekatan Cat dan
Biaya Proses di PT. Swadaya Graha. Jurnal Teknik ITS, 5(2).
https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.20609
69
Smithship. (2016). abrasive blasting dan painting serta proteksi tambahan.
Retrieved November 12, 2016, from
https://smithship.blogspot.com/2016/11/sand-blasting-dan-painting-
serta.html
70
LAMPIRAN
71
Halaman Sengaja Dikosongkan
72