Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL

KELOMPOK 1

Desi Rahmadani ( 19-728)

Finny febrianysa ( 19-729)

DOSEN PEMBIMBING : Ns.Nurhaida,M.kep

AKADEMI KEPERAWATAN AISYIYAH PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada kehadirat ALLAH SWT karena atas
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial

Ada pun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen
pada studi Keperawatan Medical Bedah. Selain itu,makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terimakasi kepada dosen kita Ns.Nurhaida,M.kep yang


telah memberikan kepercayaan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa kami selaku penulis dalam makalah ini masih jauh
dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Kami berharap semoga
hasil makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Aamiin.

Padang,03 April
2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR
ISI.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan
Masalah .........................................................................................
C. Tujuan Penulis
.....................................................................................................
BAB II

PEMBAHASAN ..................................................................................................

A. Definisi Asma Bronkial ................................................................................

B.Etiologi Asma Bronkial .................................................................................

C. Tanda dan Gejala klinis Asma Bronkial .....................................................

D.Patofisiologi Asma Bronkial .......................................................................

E.Penatalaksanaan Asma Bronkial ...............................................................

BAB III

A.Asuhan Keperawatan Asma Bronkial ........................................................

BAB IV

PENUTUP .......................................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................

B. Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman
somantri, 2008). Bronkiektasis merupakan dilatasi kronik bronkus dan
bronkiolus permanen. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit
tunggal,muncul karena berbagai penyebab dan merupakan akibat dari
beberapa keadaan yang mengenai diding bronkial, baik secara langsung
maupun tidak yang dapat mengganggu sistem pertahanan. Oleh karena
itulah, kami akan membahas masalah mengenai asma bronkhiale dan
menjelaskan konsep teori serta asuhan keperawatannya.

Asma bronkial merupakan salah satu penyakit alergi dan masih menjadi
masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang
prevalensi dan angka rawat inap penyakit asma bronchial di negara maju dari
tahun ke tahun cenderung meningkat titik di Indonesia belum ada data
epidemiologi yang masih namun diperkirakan berkisar 3 sampai 8%.
Beberapa faktor risiko untuk timbulnya asma bronkial telah diketahui secara
pasti antara lain riwayat keluarga tingkat sosial ekonomi rendah etnis daerah
perkotaan letak geografi tempat tinggal memelihara anjing atau kucing dalam
rumah terpapar asap rokok.

Asma bronkial dikelompokkan menjadi dua tipe tipe intrinsik dan ekstrinsik
namun terminologi ini telah ditinggalkan dan saat ini dikenal sebagai asma
bronkial atau Pi dan non atau Pi berdasarkan adanya tas kulit yang positif
terhadap alergen dan ditemukan adanya peningkatan imunoglobin dalam
darah 80% penderita asma bronkial adalah asma atau Pi dan telah dibuktikan
bahwa tes kulit mempunyai toleransi yang baik dengan parameter-parameter
Atopi
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Defenisi Asma Bronkial ?

2.Bagaimana Etiologi Asma Bronkial ?

3.Bagaimana Tanda dan Gejala klinis Asma Bronkial ?

4.Bagaimana Patofisiologi Asma Bronkial ?

5.Bagaimana Penatalaksanaan Asma Bronkial ?

C. Tujuan

1.Untuk Mengetahui Defenisi Asma Bronkial

2.Untuk Mengetahui Etiologi Asma Bronkial

3.Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala klinis Asma Bronkial

4.Untuk Mengetahui Patofisiologi Asma Bronkial

5.Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Asma Bronkial


BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1Defenisi Asma Bronkial

Asma bronkial adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam


keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan
sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan.

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang


mempunyai ciri brokospasme periodik (kontraksi spasme pada
saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang
dapat diakibatkan oleh berbagai stimul seperti oleh faktor
biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan psikologi (Irman
Somarti, 2012).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel


dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap
stimulasi tertentu ( smeltzer, suzanne c, asma 2002).

Menurut (Solmon, 2015), Tipe asma berdasarkan penyebab


terbagi menjadi alerg, idiopatik, dan nonalergik atau campura
(mixed) antara lain :

a) Asma alergik/Ekstrinsik

Merupakan suatu bentuk asma dengan alergan seperti bulu


binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain.
Alrgi terbanyak adalah airboner dan musiman (seasonal). Klien
dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi
pada keluarga dan riwayat pengobatan eksrim atau rhinitis alergik.
Paparan terhadap alergik akan mencetus serangan asma. Bentuk
asma ini biasanya di mulai sejak kanak- kanak.
b) Idiopatik atau nonarelgik asma/instrinsik

Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik.


Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas,
aktivitas, emosi/stres, dan populasi lingkungan akan mencetuskan
serangan. Beberapa agen farmakologi seperti antagonis b-
adrenergik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga dapat
menjadi factor penyebab. Serangan dari asma idiopatik atau non
nalregik menjadi lebih berat dan sering kali berjalannya waktu
dapat berkembang menjadi btis dan emfisma. Pada beberapa
kasus dapat dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk
asma in biasanya dimulai ketika dewasa (> 35 tahun).

c) Asma campuran (Mixed Asma)

Merupakan bentuk asma yang paling sering. Asma campuran


dikarateristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan
idiopatik atau nonalergik.

2.1.2 Etiologi Asma Bronkial

Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum


diketahui dengan pasti penyebababnya, akan tetapi hanya
menunjukan dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respon saluran
nafas yang berlebihan ditandai dengan dengan adanya kalor
(panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema),
dolor (rasa sakit karena rangsagan sensori), dan function laesa
fungsi yang terganggu (sudoyoAru,dkk.2015). Sebagai pemicu
timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV), iklim
(perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu,
kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari,
bau asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang
tanah, coklat, biji- bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik
(olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak), dan emosi
(sudoyoAru,dkk.2015).
Faktor pencetus adalah alergen, infeksi ( terutama saluran napas
bagian atas ), iritan, cuaca, kegiatan jasmani, refluks,
gastroesofagus, dan psikis.

1. Alergen

Yaitu protein, serbuk sari, spora jamur, bulu halus, bulu binatang,
makanan, debu, dll.

2. Infeksi saluran nafas

Berupa virus respiratori synchitial virus (RSV) dan virus influenza.

3. Iritasi

Bisa didapatkan dari hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau


asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.

4. Perubahan cuaca yang ekstrim

5. Refleks gastroesopagus

Yaitu iritas trakeobrinkhiale oleh isi lambung.

6. Aktifitas yang berlebihan

7. Psikologis/emosional

8. Obat-obatan

9. Linkungan kerja

10. Polusi udara

11. Pengawet makanan.

2.1.3 Tanda dan Gejala Klinis Asma Bronkial

1. Dispnea parah dengan ekspirasi memanjang

2. Wheezing

3. Batuk produktif, kental dan sulit keluar

4. Penggunaan otot bantu napas


5. Sianosis, takikardia, gelisah dan pulsus paradoksus

6. Hiperkapnia

7. Anoreaksia

8. Diaporesis

Karakteristik gejala dari bronkiektasi antara lain sebagai berikut.

1. Batuk kronik dan produksi sputum purulen kehitaman

2. Sejumlah besar dari klien mengalami hemoptisis ( 50-70%


kasus dan dapat disebabkan oleh perdarahan mukosa jalan napas
yang rapuh atau adanya inflamasi ).

3.Pneumonia berat

4. Clubbing finger, terjadi akibat insufisiensi pernapasan.

5. Asimptomatik, pada beberapa kasus.

Bronkietaksis tidak dapat secara cepat di diagnosis, karena gejala-


gejalanya mukin akan menyerupai brongkitis kronis. Tanda yang
definitif dari bronkiektasis adalah riwayat batuk produktif dalam
waktu jangka lama, dengan sputum yang secara tetap negatif
terhadap basil turberkel. Diagnosis ditegakkan berasalkan hasil
bronkografi, brokoskopi, CT-Scan yang akan menunjukkan ada
tidaknya dilantasi bronkeal. Pada anak yang rentan, inflamasi di
saluran nafas ini dapat menyebabbkan timbulnya episode mengi
berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan,dan batuk. Khususnya
pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan
dengan penyempitan jalan nafas dapat menunjang diagnosis
asma. Dalam sekutum dapat di temukan kristal carcot-leyden dan
spiral Curshman. Uji tiberkulin penting bukan saja karena di
indonesia masih banyak tuberkulosis,tetapi jika ada tuberkulosis
dan tidak di obati,asmanya mungkin akan susah di kontrol

2.1.4 Patofisiologi Asma bronkial


Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang
dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi
antara antigen dengan molekul IgE dengan sel mast. Sebagian
besar allergen yang mencetus asma bersifat airborne dan agar
dapat menginduksi keadaan sensitivitas, allergen tersebut harus
tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu terentu. Akan
tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan
respon yang sangan baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang
mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit
yang jelas (Nurarif & kusuma, 2015).

Infeksi merusak dinding bronkhials, sehingga akan menyebabkan


struktur penunjang dan meningkatnya produksi sputum kental
yang akhirnya akan menobstruksi bronkus. Dinding secara
permanen menjadi distensi oleh batuk yang berat. Infeksi meluas
ke jaringan peripbronkial, pada kondisi ini timbulah saccular
bronchiectasis. Setiap kaliu dilatasi sputum kental akan berkumpu l
dan akan menjadi abses paru, eksudat keluar secara bebas melalui
bronkus. Bronkietasis biasanya terlokalisasi dan mempengaruhi
lobus atau segmen paru lobus bawah merupakan area yang Paling
sering terkena. Retensi dari sekret dari sekret dan timbul obstruksi
pada akhirnya akan menyebabkan obstruksi dan colaps
(atelektasis) alveoli distal. Jaringan parut (fibrosis) terbentuk
sebagai reaksi peradangan akan menggantikan fungsi dari jaringan
paru. Pad asaat ini kondisi klien berkembang ke arah insufiensi
pernapasan yang di tandai dengan menurunnnya kapasityas vital
(vital capacity), penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio
residual volume terthadap kapasitas total paru. Terjadi kerusakan
pertukaran gas dimana gas inspirasi saling bercampur dan juga
terjadi hipoksemia.

Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-


obatan, infeksi,dll dapat menimbulkan reaksi antigen dan antibodi
kemudian dikeluarkannya substansi vasoaktif/sel mast ( histamin,
bradikinin, anafilatoksin, prostaglandin), setelah itu terjadi
kontraksi otot polos (bronkospasme), peningkatan permeabilitas
kapiler (adema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus
meningkat kemudian obstruksi saluran nafas yang menyebabkan
batuk, dispnea, dan mengi

2.1.5. Penatalaksanaan Asma Bronkial

Hindari factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas alergi


udara dingin, dan factor pesikis gunakan obat local seperti
aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan
asma ringan.

Ada 4 tujuan utama dari penatalaksanaan medis pada klien


bronkiektasi yaitu sebagai berikut:

a. Menemukan dan menghilangkan masalah yang mendasari

b. Memperbaiki kebersihan secret trakeobronkial

c. Mengendalikan infeksi, khususnya pada masa eksaserbasi akut

d. Memulihkan obstruksi aliran udara pernapasan.

Pengontrolan infeksi dilakukan dengan pemberian obat anti


microbial, berdasarkan hasil uji sensitivitas kultur organisme dari
sputum. Klien mungkin akan diberikan obat antibiotic sel ama
bertahun-tahun dengan tipe antibiotic yang berbeda sesuai
dengan perubahan dalam interval.

Postural drainase merupakan dasar dari rencana penatalaksanaan,


dikarenakan drainase pada area bronkiektasis dilakukan dengan
menggunakan gaya gravitasi.

Bronkodilator dapat diberikan kepada orang yang juga mengalami


penyakit jalan nafas obstruktif.Intervensi bedah meskipun sering
dilakukan tetapi tindakan ini hanya di indikasikan untuk klien yang
mengalami ekspektorasi sputum yang berlanjut dalam jumlah
besar dan mengalami peneomonia serta hemobtisis berulang pada
klien yang tidak berobat secara teratur.

Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial adalah sebagai


berikut : (Somantri, 2009).
a) Diagnosis status asmatikus.

Faktor penting yang harus diperhatikan:

1) Saatnya serangan

2) Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)

b) Pemberian obat bronkodilator

c) Penilaian terhadap perbaikan serangan.

d) Pertimbangan terhadap pemberian kartikosteroid.

e) Penatalaksanaan setelah serangan mereda

1) Cari faktor penyebab

2) Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

1. spirometer

Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup


( nebulizer/inhaler ), positif jika peningkatan VEP/KVP > 20 %.

2. Sputum : eosinofil meningkat.

3. Eosinofil darah meningkat.

4. Uji kulit

5. RO dada

Yaitu patologis paru/komplikasi asma.

6. AGD

Terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia ( PCO2 turun ) kemudian fase lanjut normokapnia dan
hiperkapnia ( PCO2 naik ). Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi
paru, diameter anteroposterior membesar pada foto lateral, dapat
terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. Analisis gas darah:
hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis metabolic, atau
respiratorik. Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV yang dapat
dikerjakan secara bedside.

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung

BAB III

Askep teoritis

1 pengkajian

identitas pasien
pengajian mengenai nama umur dan jenis kelamin perlu dikaji
pada penyakit status asmatikus serangan asma pada usia dini
memberikan implikasi bahwa sangat mudah terdapat status
Atopi titik sedangkan serangan pada usia dewasa dimungkinkan
adanya faktor non Atopi alamat menggambarkan kondisi
lingkungan tempat kalian berada dapat mengetahui
kemungkinan faktor pencetus serangan asma. Status
perkawinan dan gangguan emosional yang timbul dalam
keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus serangan
asma pekerjaan tetap bangsa perlu juga digaji untuk
mengetahui adanya pemaparan bahan elegan hal lain yang
perlu dikaji tentang tanggal Mr nomor rekam medik dan
diagnosa medis menurut( Anthony C 1967 M Amin 1993 karnen
B 1994)

2) riwayat penyakit sekarang


klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan
dengan keluhan terutama sesak nafas yang hebat dan
mendadak kemudian diikuti dengan gejala lainnya yaitu
Whezing penggunaan otot bantu pernafasan kelelahan
gangguan kesadaran sianosis serta Perubahan tekanan darah
perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan

3) riwayat kesehatan dahulu

penyakit yang pernah diderita pada masa dahulu seperti infeksi


saluran nafas atas sakit tenggorokan amandel sinusitis polip
hidung yang asma frekuensi waktu alergen alergen yang
dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan
dilakukan untuk meringankan gejala asma( menurut Tjhen
Daniel 1991)

4.Riwayat kesehatan keluarga


pada klien dengan serangan status asmatikus perlu dikaji
tentang riwayat penyakit asma atau penyakit alergi lainnya
atau asma keluarga yang yang vitalitas penyakit asma yaitu
lebih tentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan menurut (Hut
Assagaf 1993)

5. riwayat psikososial
gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu
pencetus bagi serangan asma b gangguan itu berasal dari rumah
tangga lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja seseorang
yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan
asma. yatim piatu ketidak harmonisan hubungan dengan orang
lain sampai ke ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti
semula, (Anthony kroket 1997 dan Tjhen Daniel)

6. pola fungsi kesehatan


A). pola persepsi dan tata laksana kehidupan sehat
gejala asma dapat membatasi manusia untuk perilaku hidup
normal sehingga klien dengan asma harus merubah gaya hidup
sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadinya serangan
asma( Anthony Crooked 1997,Tjhen daniel 1997)

b. pola nutrisi dan metabolisme perlu dikaji tentang satu sisi


klien meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya. Serta pada klien potensial sekali terjadi
kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi hal ini terjadi
karena dispnea saat makan lanjut metabolisme serta ansietas yang
dialami klien menurut(hudak dan gallo,1997)

C.pola elimenasi
perlu dikaji tentang kebiasaan bab dan bak mencangkup warna
bentuk konsentrasi frekuensi jumlah serta kesulitan dalam
melaksanakannya.

D. pola tidur dan istirahat


perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi
Berapa lama klaim tidur dan istirahat. Serta beberapa besar akibat
Kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezinc dan ortopnea
dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien (antony 1997)

E. pola aktivitas dan latihan perlu dikaji tentang Aktivitas


keseharian kalian seperti olahraga bekerja dan aktivitas lainnya
aktivitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asma yang
disebut dengan exerase induced asma)

F. pola hubungan dan peran gejala asma sangat membatasi


gejala klien yang menjalani kehidupan secara normal titik kalian
perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien
baik di lingkungan rumah tangga masyarakat ataupun lingkungan
kerja Anthony C 1997

G.pola persepsi dan konsep diri


perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya titik
persepsi yang salah dapat menghambat respon kooperatif pada
diri klien titik cara memandang diri yang salah juga akan menjadi
stressor dalam kehidupan klien titik semakin banyak stressor yang
ada pada kehidupan klien dengan asma meningkat kemungkinan
asma akan berulang

H. pola sensori dan kognitif kelainan pada pola persepsi


dan kognitif akan pengaruh konsep diri klien dan akhirnya
mempengaruhi jumlah sensor yang dialami klien sehingga
kemungkinan terjadinya serangan asma yang berulang dan akan
semakin tinggi.

I. pola reproduksi seksual reproduksi seksual merupakan


kebutuhan dasar manusia bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
jadi masalah dalam kehidupan kalian ini akan menjadi stres akan
meningkat kemungkinan terjadinya serangan asma

J. pola penanggulangan stres


stres dan ketegangan emosional merupakan faktor intrinsik
pencetus dengan asma maka perlu dikaji penyebab terjadinya
stres frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan kalian serta cara
penanggulangan terhadap stressor Tjhendaniel 1991

K. pola tata nilai dan kepercayaan klien pada suatu yang ia


yakini Dunia mencari dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien
keyakinan kalian terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
pendekatan dirinya pada merupakan metode penanggulangan
stres yang konstruktif

7.pemeriksaan fisik (HEAD TO TOE )


A. status kesehatan umum

perlu dikaji tentang kesadaran klien kecemasan kegelisahan


kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi frekuensi pernafasan
yang meningkat penggunaan otot bantu pernafasan sianosis batuk
dan lendir lengket dan posisi strategi ( Laura a. T 1995, karnen B
1998)

B.integumen
di kaji adanya Permukaan yang kasar, kering kelainan pigmentasi,
tumor kulit, kelembaban mengelupas atau bersisik, pendarahan,
pruritus, Serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis
pada rambut dikaji warna rambut kelembaban dan kusam.(karnen
B:1994,laura A talbot:1995)

C.kepala
dikaji tentang bentuk kepala simetris adanya penonjolan riwayat
trauma adanya keluhan sakit kepala atau pusing vertigo kalang
ataupun hilang kesadaran menurut (Laura a Talbot 1995)

D.mata
adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres
yang akan dirasakan klien serta riwayat penyakit mata
lainnya( Laura a Talbot 1995)

E.Hidung
adanya pernafasan menggunakan cuping hidung rhinitis alergi
dan fungsi of Factory karnen B 1994, Laura a Talbot 1995

F.mulut dan laring


Dikaji adanya perdarahan pada gusi gangguan rasa menelan dan
mengunyah dan sakit pada tenggorokan atau perubahan suara
menurut karnen 1994

G.leher
dikaji adanya nyeri leher kaku pada penggerakan pembesaran
tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan menurut karnen b
1994

H.Thorak
(1)inspeksi
dada diinspeksi trauma postur bentuk dan kesimetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot
interkostalis sifat dan irama pernafasan serta frekuensi
pernafasan( karnen 1994, Laura a. T 1995)

(2)palpasi
pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil
fremitus(laura .a.T:1995)

3.perkusi
pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah (Laura a. T 1995)

4.Auskulturasi
terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi
lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi dengan bunyi
pernafasan dan wheezing (karnen 1994)

i) . kardiovaskuler
jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas
dan hiperinflasi suara jantung melemah titik tekanan darah dan
Nadi yang meningkat Serta adanya falsus paradoxus Robert p
1994, Laura a a t 1995

J) . abdomen

perlu dikaji tentang bentuk,tungor, nyeri serta tanda-tanda infeksi


karena dapat merangsang serangan asma frekuensi pernafasan
Serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi (hudak dan gallo
1997)

K). ekstermitas
dikaji adanya edema ekstremitas dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas
karena dapat merangsang serangan asma (Laura A.T 1995).
Diagnosa yang Mungkin Muncul (Nanda, 2005-2006)

Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme.


Diagnosa 2 : perubahan nutrisi b/d Ketidak mampuan asupan makan.
Diagnosa 3: Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunita.
( pertahanan).

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.

Intervensi keperawatan

Dx 1. Bersihkan jalan napas tidak efektif Mandiri

•Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi.

•Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.

•Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan,


penggunaan obat bantu.

•Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan


kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat tidur.

•Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll.

•Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai


toleransi jantung memberikan air hangat. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat sesuai dengan indikasi bronkodilator.

•Berikan oksigen tambahan 2-4/menit

•Berikan obat sesuai indikasi ; Bronkodilator,kortikosteroid, mukolitik

Dx 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan


ekspansi paru selama serangan akut Tujuan: pola nafas efektif Kriteria
hasil:

•Sesak berkurang atau hilang

•RR 18-24x/menit
•Tidak ada retraksi otot pernapasan Intervensi:

•Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea,


penggunaan otot-otot pernapasan

•Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas dalam arteri

•Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan


ekspansi dada

•Berikan terapi oksigen sesuai pesanan

Dx 3. Kerusakan pertukaran gas Mandiri

•Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.

• Palpasi fremitus

•Awasi tanda vital dan irama jantung

Dx. Kep3:

Malnutrisi b/d anoreksia Intervensi :

•Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan
makanan.

• Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus


untuk sekali pakai.

•Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan selama makan sesuai


indikasi.

Dx. Kep 4:

Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas. Intervensi:

•Awasi suhu.

•Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat.


•Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk
pewarnaan gram, kultur/sensitifitas (kolaborasi).

Dx. Kep 5:

Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ; salah mengerti. Intervensi:

•Jelaskan tentang penyakit individu.

• Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak


diinginkan.

•Tunjukkan teknik penggunaan inhaler.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asma bronkial adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam


keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain
yang lebih jarang telah disingkirkan. Asma adalah suatu gangguan pada
saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik(kontraksi spasme pada
saluran nafas).(iman somantri, 2008). Asma adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer, suzanne c,2002). Biasanya
pada asma diagnosa yang pertama kali muncul adalah klien merasakan sesak
nafas yang berhubungan dengan proses penyakit. Sebab pada saat
pengkajian pada pasien asma ditemukan bahwa pasien merasa susah dalam
bernafas, berkeringat, anoreksia dan sulit dikeluarkan. Adapun tindakan yang
dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh anak yaitu dengan memberikan
kompres hangat, karena bila menggunakan kompres dingin dapat
mempercepat panas tubuh. Sementara, tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi kurang volume cairan dengan memenuhi kebutuhan cairan melalui
pemberian infus ringer laktat 5% (RL) atau dekstrosa 5%.

B. SARAN

Diharapkan kepada para pembaca khususnya mahasiswa/i STIKES Tri


Mandiri Sakti Bengkulu dapat memahami konsep teori asuhan keperawatan
dari ASMA.
BAB lV

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak


2. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika. Supriyadi
Agus_Document/2012 Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kesatu. Jakarta. Media Aesculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi Kedua. Jakarta :
Buku Kedokteran. Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid Kesatu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Doongoes, E Marilynn.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3.Jakarta : Bu

https://id.scribd.com/document/249324700/Makalah-Asuhan-
Keperawatan-Asma

https://www.academia.edu/7602299/Makalah_Asuhan_Kepera
watan_ASMA_BRONKIAL

Anda mungkin juga menyukai