ANGGOTA KELOMPOK :
1. ARTHESWARA (051511133----)
2. AYU SUCI E (051511133----)
3. GALANG DESANTO EKO PUTRA
4. TAZKIYAH A (051511133----)
5. RUTH ELIZABETH
6. MARGARETA DITA
7. NURAINI
8. DINDA MAULYDIA IKHSAN (051511133104)
9. NABILAH LUTHFI (051511133108)
10. M. ARYA BARI (051511133-----)
11. NURIL FADILATUL N
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
I. ABSTRAK
Validasi metode analisis yang dapat dipercaya untuk penentuan vitamin-vitamin di
dalam madu adalah bidang penelitian yang masih jarang dieksplorasi. Pembelajaran ini
bertujuan serta memvalidasi metode sederhana dan fast RP-HPLC untuk menentukan
secara simultan dari 5 vitamin yang larut air yang terdapat di madu. Metode
menetapkkan deteksi renda dan limit kuantifikasi; linearitas yang sangat baik dalam
interval konsentrasi yang luas, presisi yang sangat baik, dan tidak ada pengganggu.
II. PENDAHULUAN
Madu adalah produk utama dari sarang lebah.
Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan berasa
manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Jika Tawon
madu sudah berada dalam sarang nektar dikeluarkan dari kantung madu yang
terdapat pada abdomen dan dikunyah dikerjakan bersama tawon lain, jika nektar
sudah halus ditempatkan pada sel, jika sel sudah penuh akan ditutup dan terjadi
fermentasi. Rasa manis madu disebabkan oleh unsur monosakarida fruktosa dan
glukosa, dan memiliki rasa manis yang hampir sama dengan gula. Madu memiliki
ciri-ciri kimia yang menarik, dioleskan jika dipakai untuk pemanggangan. Madu
memiliki rasa yang berbeda daripada gula dan pemanis lainnya. Kebanyakan
mikroorganisme tidak bisa berkembang di dalam madu karena rendahnya aktivitas
air yang hanya 0.6.
Pada dasarnya madu terdiri dari larutan jenuh gula.
Karakteristik kualitatif dan kuantitatif senyawa minor digunakan untuk
mengetahui asal madu secara geografi dan botani.
Metode analisis untuk menganallisa vitamin dalam madu yaitu metode uji
biologis.
Berkurangnya kandungan vitamin dalam madu dapat disebabkan oleh filtrasi
komersial dan oksidasi asam askorbat oleh hidrogen peroksida.
Memvalidasi metode RP-HPLC yang dapat menentukan kandungan 5 vitamin
yang larut air dalam madu (Vit. B2 , B3 , B5 , B9 dan Vit. C )
Metode Analisis :
III. PENELITIAN
a. Preparasi Sample
Digunakan 28 sampel madu dari beberapa tanaman yang berbeda (termasuk
berbeda genus).
Peneliti menyebutkan beberapa spesies tanaman dan dari mana dia memperoleh
madu- madu yang digunakan untuk analisis dalam jurnal ini.
Semua sampel disimpan pada suhu 4oC segera setelah diambil/ diekstraksi dari
sarangnya sebelum dilakukan analisis.
Sebelum dianalisis, sampel dihomogenkan dengan Ultra-turrax mixer mod
selama 15 menit
b. REAGEN
Semua reagen yang digunakan kemurniannya analytical grade. Hanya pelarut
asetonitril saja yang kemurniannya HPLC Grade. Selain itu untuk pelarut air yang
digunakan sebagai pelarut digunakan air dengan derajat kemurnian Ultra pure
water.
c. PERANGKAT RP-HPLC
V. HASIL PENELITIAN
a. ECALYPTUS
o Menentukan sampel madu asli dari tanaman dengan cara analisis kualitatif.
o Jumlah sampel madu dr tanaman kayu putih ditandai dengan serbuk sari yang
berlebih, mencapai lebih dari 90%.
b.CITRUS
o Sampel madu citrus menunjukkan persentase jumlah pollen yang relatif rendah
dan persentase kontaminan yang signifikan.
o Ada 3 yang mengkontaminasi :
- carduus
- echium
- trifolium
o Sampel madu tanaman Asphodel juga ditandai dengan jumlah serbuk sari yang
sangat sedikit. Sering dilakukan isolasi pada bijinya.
o Pada spektra sampel tanaman hedysarum menunjukkan mengandung serbuk
sari lebih dari 50%.
c. LAVENDER
o Pada sampel madu tanaman ini juga sangat sedikit prosentase serbuk
sarinya(6-10%).
VI. OPTIMASI METODE KROMATOGRAFI
Program elusi
kromatografi
Optimasi Resolusi
Pemilihan panjang
gelombang UV
Sensitivitas
o Hasil Kromatogram
Keterangan :
(a) Kromatogram standar (b) Kromatogram dari
campuran dari : madu eucalyptus :
1. Vitamin C 1. Vitamin C
2. Vitamin B3 2. Vitamin B3
3. Vitamin B5 3. Vitamin B5
4. Vitamin B9
4. Vitamin B9
5. Vitamin B2
5. Vitamin B2
a. WATER SOLUBLE VITAMIN
Vitamin Sensitivity
LoD LoQ
(mg/kg) (mg/kg)
B2 0,25 0,75
B3 0,25 0,75
B5 0,58 1,75
B9 0,15 0,50
C 0,10 0,30
PRESISI
Ditentukan dengan cara pengulangan (Repeatability) dan pengukuran
reproduksibilitas.
Repeatability → 5 pengulangan berurutan dari analisis dengan sampel madu
sama. Dinyatakan sebagai CVexp.r
Reprodusilibitas → 5 pengulangan dari analisis dengan sampel madu sama,
dilakukan melalui berbagai sesi analisi, dalam 1 bulan. Dinyatakan sebagai
CVexp.R. Dinyatakan
Jika rasio antara sampel dan teoritis (teori Horwitz) kurang dari 1,5 dapat
dianggap aseptabel
LINIERITAS
Diperoleh dari 3-4 konsentrasi, dari nilai yang dekat dengan LoQ hingga
ratusan mg/L
Dari tabel menunjukkan koefisien korelasi (R2) yang sangat baik yang teramati
pada semua vitamin.
Linearitas
Vitamin Linearity
Concentration R2
range (mg/L)
B2 0,1-100 1
B3 0,05-500 0,9929
B5 0,5-1000 0,9993
B9 0,05-100 0,9999
C 0,05-500 0,9899
BIAS
40 g sampel madu dibagi menjadi 4 aliquot (masing-masing 10 g)
Aliquot 2,3, dan 4 ditambahkan larutan yang berisikan 100mg/L vitamin larut-
Vitamin Bias
Recovery
(%±SD)
B2 100±10
B3 99±7
B5 103±7
B9 98±8
C 104±3
VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN
VIII. KESIMPULAN
Bahwa vitamin C dan vitamin B3 hampir ada pada semua sampel madu.
Tetapi konsentrasi vitamin C pada umumnya rendah (konsentrasi tertinggi yang
terdeteksi sedikit di atas 5mg kg-1.) dan tidak sesuai dengan asal usul madu. Salah
satu faktornya (mungkin karena adanya interaksi antara asam askorbat, oksidase
glukosa dan katalase pada madu) Sebaliknya, konsentrasi vitamin B3 diamati lalu
di dapatkan 28 mg kg-1 . Dan nampaknya sangat bergantung pada asal tanaman
sampel, kuantifikasi vitamin B5, B2, dan B9 berhasil hanya di capai 50% lalu
sampel dianalisis: sedangkan vitamin B5 dapat mencapai konsentrasi beberapa
puluh mg kg-1. kita dapat mengandaikan pengaruh asal sampel pada konsentrasi
analit ini juga, namun jumlah sampel yang dianalisis yang rendah terus berlanjut
sampai pada kesimpulan seperti saat ini. Kesimpulannya, walaupun konsentrasi
WSV (Water Soluble Vitamins) pada madu mungkin terlalu rendah untuk
menghasilkan minat di bidang nutrisi, korelasi potensial dengan asal botani dari
sampel mungkin berguna untuk menentukan asal madu.