_Ade
Ebiet G. Ade
Ebiet G. Ade
Tanda tangan
Ebiet G. Ade (lahir di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah, 21 April 1954; umur 60 tahun) adalah
seorang penyanyi dan penulis lagu berkewarganegaraan Indonesia. Ebiet dikenal dengan lagu-
lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok tersisih. Lewat lagu-lagunya yang ber-
genre balada, pada awal kariernya, ia 'memotret' suasana kehidupan Indonesia pada akhir tahun
1970-an hingga sekarang. Tema lagunya beragam, tidak hanya tentang cinta, tetap ada juga lagu-
lagu bertemakan alam, sosial-politik, bencana, religius, keluarga, dll. Sentuhan musiknya sempat
mendorong pembaruan pada dunia musik pop Indonesia. Semua lagu ditulisnya sendiri, ia tidak
pernah menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, kecuali lagu Surat dari Desa yang ditulis oleh
Oding Arnaldi dan Mengarungi Keberkahan Tuhan yang ditulis bersama dengan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
Kehidupan pribadi
Terlahir dengan nama Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far di Wanadadi, Banjarnegara[1],
merupakan anak termuda dari 6 bersaudara, anak Aboe Dja'far, seorang PNS, dan Saodah,
seorang pedagang kain. Dulu ia memendam banyak cita-cita, seperti insinyur, dokter, pelukis.
Semuanya melenceng, Ebiet malah jadi penyanyi -- kendati ia lebih suka disebut penyair
karena latar belakangnya di dunia seni yang berawal dari kepenyairan[2].
Setelah lulus SD, Ebiet masuk PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Banjarnegara.
Sayangnya ia tidak betah sehingga pindah ke Yogyakarta. Sekolah di SMP Muhammadiyah 3
dan melanjutkan ke SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Di sana ia aktif di PII (Pelajar
Islam Indonesia). Namun, ia tidak dapat melanjutkan kuliah ke Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada karena ketiadaan biaya. Ia lebih memilih bergabung dengan grup vokal ketika
ayahnya yang pensiunan memberinya opsi: Ebiet masuk FE UGM atau kakaknya yang baru
ujian lulus jadi sarjana di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.[3]
Nama Ebiet didapatnya dari pengalamannya kursus bahasa Inggris semasa SMA. Gurunya
orang asing, biasa memanggilnya Ebiet, mungkin karena mereka mengucapkan A menjadi E.
Terinspirasi dari tulisan Ebiet di bagian punggung kaos merahnya, lama-lama ia lebih sering
dipanggil Ebiet oleh teman-temannya. Nama ayahnya digunakan sebagai nama belakang,
disingkat AD, kemudian ditulis Ade, sesuai bunyi penyebutannya, Ebiet G. Ade. Kalau
dipanjangkan, ditulis sebagai Ebiet Ghoffar Aboe Dja'far. [4][5]
Sering keluyuran tidak keruan, dulu Ebiet akrab dengan lingkungan seniman muda
Yogyakarta pada tahun 1971. Tampaknya, lingkungan inilah yang membentuk persiapan
Ebiet untuk mengorbit. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas penciptaan karya-
karyanya adalah ketika bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair), Eko Tunas
(cerpenis), dan E.H. Kartanegara (penulis). Malioboro menjadi semacam rumah bagi Ebiet
ketika kiprah kepenyairannya diolah, karena pada masa itu banyak seniman yang berkumpul
di sana.
Meski bisa membuat puisi, ia mengaku tidak bisa apabila diminta sekedar mendeklamasikan
puisi. Dari ketidakmampuannya membaca puisi secara langsung itu, Ebiet mencari cara agar
tetap bisa membaca puisi dengan cara yang lain, tanpa harus berdeklamasi. Caranya, dengan
menggunakan musik. Musikalisasi puisi, begitu istilah yang digunakan dalam lingkungan
kepenyairan, seperti yang banyak dilakukannya pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damono.
Beberapa puisi Emha bahkan sering dilantunkan Ebiet dengan petikan gitarnya. Walaupun
begitu, ketika masuk dapur rekaman, tidak sebiji pun syair Emha yang ikut dinyanyikannya.
Hal itu terjadi karena ia pernah diledek teman-temannya agar membuat lagu dari puisinya
sendiri. Pacuan semangat dari teman-temannya ini melecut Ebiet untuk melagukan puisi-
puisinya.
Karier
Ebiet pertama kali belajar gitar dari kakaknya, Ahmad Mukhodam, lalu belajar gitar di
Yogyakarta dengan Kusbini. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di
Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah,
memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan
positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiataannya ini sebagai hobi
belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang
didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia
juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai
perusahaan rekam, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979.[6]
Jika semula Ebiet enggan meninggalkan pondokannya yang tidak jauh dari pondok keraton,
maka fakta telah menunjuk jalan lurus baginya ke Jakarta. Ia melalui rekaman demi rekaman
dengan sukses. Sempat juga ia melakukan rekaman di Filipina untuk mencapai hasil yang
lebih baik, yakni album Camellia III. Tetapi, ia menolak merekam lagu-lagunya dalam
bahasa Jepang, ketika ia mendapat kesempatan tampil di depan publik di sana.
Pernah juga ia melakukan rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat, untuk album ke-8-
nya Zaman. Ia menyertakan Addie M.S. dan Dodo Zakaria sebagai rekan yang membantu
musiknya.
Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet
sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983. Sekitar 7 tahun Ebiet
mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, perusahaan rekam yang
melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan
perusahaan rekam sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari,
Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah.
Sayang, pada tahun 1990, Ebiet yang "gelisah" dengan Indonesia, akhirnya memilih
"bertapa" dari hingar bingar indutri musik dan memilih berdiri di pinggiran saja. Baru pada
tahun 1995 ia mengeluarkan album Kupu-Kupu Kertas (didukung oleh Ian Antono, Billy J.
Budiardjo (alm), Purwacaraka, dan Erwin Gutawa) dan Cinta Sebening Embun (didukung
oleh Adi Adrian dari KLa Project). Pada tahun 1996 ia mengeluarkan album Aku Ingin
Pulang (didukung oleh Purwacaraka dan Embong Rahardjo). Dua tahun berikutnya ia
mengeluarkan album Gamelan yang memuat 5 lagu lama yang diaransemen ulang dengan
musik gamelan oleh Rizal Mantovani. Pada tahun 2000 Ebiet mengeluarkan album Balada
Sinetron Cinta dan tahun 2001 ia mengeluarkan album Bahasa Langit, yang didukung oleh
Andi Rianto, Erwin Gutawa dan Tohpati. Setelah album itu, Ebiet mulai lagi menyepi selama
5 tahun ke depan.
Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, sebuah album
yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi
lainnya. Ia memang seorang penyanyi spesialis tragedi, terbukti lagu-lagunya sering menjadi
tema bencana.
Pada tahun 2007, ia mengeluarkan album baru berjudul In Love: 25th Anniversary (didukung
oleh Anto Hoed), setelah 5 tahun absen rekaman. Album itu sendiri adalah peringatan buat
ulang tahun pernikahan ke-25-nya, bersama pula 13 lagu lain yang masih dalam aransemen
lama. [7]
Kemunculan kembali Ebiet pada 28 September 2008 dalam acara Zona 80 di Metro TV
cukup menjadi obat bagi para penggemarnya. Dengan dihadiri para sahabat di antaranya Eko
Tunas, Ebiet G Ade membawakan lagu lama yang pernah popular pada dekade 80-an.
Singles
Sebagian besar lagu Ebiet G. Ade didasarkan tentang bencana. Di bulan Juni 1978, ia menulis " Berita
Kepada Kawan " setelah bencana gas beracun di Dataran Tinggi Dieng. Pada tahun 1981, ia menulis "
Sebuah Tragedi 1981 " mengenai tenggelamnya KMP Tampomas II di Kepulauan Masalembu. Setelah
letusan Gunung Galunggung pada 1982, ia menulis " Untuk Kita Renungkan ". Lagu " Masih Ada
Waktu " juga didasarkan saat kejadian kecelakaan kereta api Bintaro.
Keluarga
Menikah dengan Koespudji Rahayu Sugianto (atau lebih dikenal sebagai Yayuk Sugianto,
kakak penyanyi Iis Sugianto) pada tanggal 4 Februari 1982, ia dikaruniai 4 anak, 3 laki-laki
dan 1 perempuan:
Anak sulung Ebiet, Abie juga memiliki bakat musik, dan sering mewakili Ebiet dalam
mengecek sound system menjelang ayahnya manggung. Anak keduanya pun sudah
merambah ke dunia musik, dan dikenal dengan nama panggung Adera.
Ebiet juga seorang penggemar golf, namun sejak terjadinya bencana tsunami 2004, ia tidak
pernah lagi main golf.
Diskografi
Tidak seluruh album yang dikeluarkan Ebiet G. Ade berisi lagu baru. Pada tahun-tahun
terakhir, ia sering mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli
maupun dengan aransemen ulang. Dan pada tahun-tahun terakhir Ebiet banyak memilih
berkolaborasi dengan musisi-musisi berbakat.
Jumlah album kompilasinya yang dikeluarkan melebihi album studionya. Sejauh ini terdapat
sedikitnya 25 album kompilasinya yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan rekam.
Album studio
Camellia I (1979)
Camellia II (1979)
Camellia III (1980)
Camellia 4 (1980)
Langkah Berikutnya (1982)
Tokoh-Tokoh (1982)
1984 (1984)
Zaman (1985)
Isyu! (1986)
Menjaring Matahari (1987)
Sketsa Rembulan Emas (1988)
Seraut Wajah (1990)
Kupu-Kupu Kertas (1995)
Cinta Sebening Embun (1995)
Aku Ingin Pulang (1996)
Gamelan (1998)
Balada Sinetron Cinta (2000)
Bahasa Langit (2001)
In Love: 25th Anniversary (2007)
Masih Ada Waktu (2008)
Tembang Country 2 (2009)
Serenade (2013)
Kompilasi
Untuk Anakku Tercinta (1982) dalam album "ASEAN Pop Song Festival ke 2".
Surat Dari Desa (1987) dalam album "Lomba Cipta Lagu Pembangunan 1987" ditulis
oleh Oding Arnaldi.
Berita kepada Kawan (1995; versi duet dengan M. Nasir)
Mengarungi Keberkahan Tuhan (2007; ditulis bersama Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono) dalam album "Rinduku Padamu".
Penghargaan
18 Golden dan Platinum Record dari Jackson Record dan label lainnya dari album
Camellia I hingga Isyu!
Biduan Pop Kesayangan PUSPEN ABRI (1979-1984)
Pencipta Lagu Kesayangan Angket Musica Indonesia (1980-1985)
Penghargaan Diskotek Indonesia (1981)
10 Lagu Terbaik ASIRI (1980-1981)
Penghargaan Lomba Cipta Lagu Pembangunan (1987)
Penyanyi kesayangan Siaran Radio ABRI (1989-1992)
BASF Awards (1984 - 1988)
Penyanyi solo dan balada terbaik Anugerah Musik Indonesia (1997)
Lagu Terbaik AMI Sharp Award (2000)
Planet Muzik Awards dari Singapura (2002)
Penghargaan Lingkungan Hidup (2005)
Duta Lingkungan Hidup (2006)
Penghargaan Peduli Award Forum Indonesia Muda (2006)
Sejumlah penghargaan dari berbagai lembaga independen.
Camellia I
Camellia I
Camellia I adalah album pertama yang diluncurkan oleh Ebiet G. Ade pada pertengahan
tahun 1979. Album ini direkam di Jackson Records dan diaransemen oleh Billy J. Budiardjo.
Dengan album ini, Ebiet menggebrak pasaran musik Indonesia, terbukti album ini terjual
lebih dari 2 juta keping.
Di sampul album ini tertulis bahwa ia mengaku tidak mau disebut penyanyi karena ia punya
cita-cita untuk sukses sebagai penyair yang senang musik dan menyanyi. Namun setelah
beberapa album berlalu, ia mau juga disebut penyanyi.
Camellia I merupakan salah satu lagu dalam album ini. Tidak seperti yang banyak disangka
orang, Camellia bukanlah kekasih Ebiet. Ia hanya gadis khayalan Ebiet yang tercipta dari
kesulitan hidupnya di Kota Yogyakarta. Selain itu, ada pula lagu Jakarta I. Lagu ini diilhami
dari pengalaman Ebiet sebelum masuk rekaman, saat ia datang ke Jakarta untuk bekerja
sambil kuliah namun ternyata gagal. Lagu Dia Lelaki Ilham dari Sorga menceritakan tentang
seorang lelaki pengembara, yang menurut beberapa orang merupakan gambaran Nabi
Muhammad. Lagu-lagu dalam album ini sudah diciptakan Ebiet sejak berusia 19 tahun.
Lagu Pesta kental dengan aransemen country. Sedangkan lagu Jakarta I, Berjalan di Hutan
Cemara dan Episode Cinta yang Hilang kental dengan aransemen akustik.
Camelia I
Dia, Camellia,
puisi dan pelitaku
kau sejuk seperti titik embun membasah di daun jambu
di pinggir kali yang bening
Dia, Camellia,
engkaukah gadis itu
yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi
di setiap tidurku?
datang untuk hati yang kering dan sepi
agar bersemi lagi hm hm bersemi lagi
Pesta
Nasihat Pengemis Untuk Istri dan Doa Untuk Hari Esok Mereka
La la la la la la la la la
Dengarkanlah nyanyi
La la la la la la la la la
Dari seberang jalan
La la la la la la la la la
Usah kau tangisi
La la la la la la la la la
Nasib kita hari ini
Jakarta I
Hidup II
Camellia II ialah album kedua Ebiet G Ade. Diluncurkan pada tahun akhir tahun 1979 oleh
Jackson Record. Camellia II ialah salah satu lagu dalam album ini.
Album ini memuat 10 lagu, semua ditulis oleh Ebiet sendiri. Lagu pertama dalam album ini
adalah Berita Kepada Kawan. Lagu ini ditulis sehubungan dengan bencana alam akibat
Kawah Sinila di Pegunungan Dieng menyemburkan gas beracun (karbon monooksida) dan
memakan korban puluhan jiwa. Lagu ini sering dinyanyikan bila ada liputan bencana alam di
TV.
Album ini banyak memuat lagu bertema cinta, seperti Camellia II, Nyanyian Ombak, Cinta
di Kereta Biru Malam, Mimpi di Parangtritis, dan Sajak Pendek bagi IR. Lagu Cinta di
Kereta Biru Malam bercerita tentang pertemuan seorang pria dan wanita dalam sebuah
bangku kereta api eksekutif Bima (Biru Malam) jurusan Jakarta–Surabaya. Di dalam lirik
lagu ini, Ebiet memasukkan idiom yang erotis:
'Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku, kini basah bersimbah peluh kita
berdua.'
Intro lagu Kontradiksi di Dalam mengingatkan pada intro lagu Father and Son karya Cat
Stevens (Yusuf Islam).
"Berita kepada Kawan" juga dinobatkan sebagai salah satu dari "150 Lagu Indonesia Terbaik
Sepanjang Masa" oleh majalah Rolling Stone.[1]
Daftar lagu
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Camelia II
Gugusan hari-hari indah bersamamu, Camellia
Bangkitkan kembali rinduku mengajakku ke sana
Ingin 'ku berlari mengejar seribu bayangmu, Camellia
Tak peduli 'kan kuterjang, biarpun harus kutembus padang ilalang
Tiba-tiba langkahku terhenti
Sejuta tangan telah menahanku
Ingin kumaki mereka berkata,
"Tak perlu engkau berlari
mengejar mimpi yang tak pasti
hari ini juga mimpi
maka biarkan Ia datang
di hatimu, di hatimu."
Aku pasti akan hidup tenang, jauh dari bising kota yang kering dan kejam
Aku akan turun berkebun mengerjakan sawah ladangku sendiri
dan menuai padi yang kuning bernas dengan istri dan anakku
Memang cita-citaku sederhana sebab aku terlahir dari desa
Istriku harus cantik, lincah, dan gesit
Tapi ia juga harus cerdik dan pintar
Siapa tahu nanti aku 'kan terpilih jadi kepala desa
'kan kubangkitkan semangat rakyatku dan kubangun desaku
Desaku pun pasti mengharap aku pulang
Akupun rindu membasahi bumi dengan keringatku
Tapi semua itu hanyalah tergantung padaNya jua
Tapi aku merasa bangga setidak-tidaknya ku punya cita-cita
Tapi aku merasa bangga setidak-tidaknya ku punya cita-cita
Nyanyian Ombak
Kau campakkan dan kau terlantarkan
kembang yang kupersembahkan kepadamu
sepenuh hati
:Kau diamkan bahkan kau tinggalkan
:Aku yang tertegun di dalam rindu,
:di dalam sepi
Mimpi Di Parangtritis
Engkau terlena dalam pelukan dingin malam
Matamu terpejam, kembang masih erat kau genggam
Butir pasir beterbangan, sinar bulan berkilauan
Kau tersenyum dalam diam
Kau tertidur makin lelap
Seperti bintang wajahmu gemerlap
Kudekap erat sukmamu, kuselimuti tubuhmu
Hidup III
Sekarang aku tengah tengadah ke langit
Berjalan di atas bintang-bintang
Bersembunyi dari bayang-bayangku sendiri
yang sengaja kutinggal di atas bukit
Barangkali tanganMu takkan lagi mengejarku
Untuk merenggut segenap hidupku
Aku yang sembunyi di bawah kulitku sendiri
Kapan lagi akan mampu berdiri
Lihatlah kedua belah tanganku
Yang kini nampak mulai gemetaran
Sebab ada yang tak seimbang
Antara hasrat dan beban
Atau karena jiwaku yang kini mulai rapuh
Gampang diguncangkan angin
Lihatlah bilik di jantungku
Denyutnya tak rapi lagi
Seperti akan segera terhenti
Kemudian sepi dan mati
hm hm hm hm ho ho
hm hm hm ho ya
hm hm hm ho ho
hm hm hm hm ya
Barangkali tanganMu takkan lagi mengejarku
Untuk merenggut segenap hidupku
Aku yang sembunyi di bawah kulitku sendiri
Kapan lagi akan mampu berdiri
Lihatlah kedua belah tanganku
Yang kini nampak mulai gemetaran
Sebab ada yang tak seimbang
Antara hasrat dan beban
Atau karena jiwaku yang kini mulai rapuh
Gampang diguncangkan angin
Lihatlah bilik di jantungku
Denyutnya tak rapi lagi
Seperti akan segera terhenti
Kemudian sepi dan mati
hm hm hm hm ya
hm hm hm ho ya
hm hm ho ho ya
hm hm hm ya ya
Kontradiksi Di Dalam
Aku sering merasa kesal serta bosan
menunggu matahari bangkit dari tidur
Malam terasa panjang dan tak berarti
sementara mimpi membawa pikiran makin kusut
Frustrasi
Semalaman
aku terbaring di sini
di balik dinding
bambu yang tua aku sendiri
Buku jariku
meregang, aku ingin berdiri
tapi bulu kudukku
menari lembut dihembus angin
Sekarang pun
aku masih ragu-ragu
mesti ke manakah
mataku memandang jauh?
du du du du du du du du du du du du du du du du du...
du du du du du du du du du du du du du du du du du...
Camellia III
Camellia III
Camellia III adalah album ke-3 yang dikeluarkan oleh Ebiet G. Ade. Diluncurkan tahun
1980 oleh Jackson Records. Album ini direkam di Filipina. Melibatkan beberapa musikus
lokal dan sound engineer kelas satu di negeri tersebut hingga menghasilkan suara berkualitas
tinggi dengan menggunakan pita BASF yang saat itu masih jarang dipakai oleh para musikus
di Indonesia.
Ada 10 lagu yang termuat dalam album ini. Banyak lagu dari album ini yang menjadi hits dan
tetap diingat sampai sekarang, seperti Elegi Esok Pagi, Camellia III, Dosa Siapa? Ini Dosa
Siapa?, Kalian Dengarkan Keluhanku (Dari Seseorang yang Kembali dari Pengasingan), dll.
Lagu Kalian Dengarkan Keluhanku misalnya, berkisah tentang seseorang yang ditolak di
lingkungannya karena ia bekas narapidana. Lagu Lolong dan Saksikan bahwa Sepi
merupakan lagu bertema alam.
Daftar lagu:
Elegi Esok Pagi
Camellia III
Dosa Siapa? Ini Dosa Siapa?
Kalian Dengarkan Keluhanku (Dari Seseorang yang Kembali dari Pengasingan)
Sepucuk Surat Cinta
Lolong
Hidup IV
Saksikan bahwa Sepi
Ada yang Tak Mampu 'ku Lupa
Untukmu, Kekasih
Camelia III
Di sini dibatu ini
akan kutuliskan lagi
namaku dan namamu
maafkan bila waktu itu
dengan tuliskan nama kita
kuanggap engkau berlebihan
Sekarang setelah kau pergi
kurasakan makna tulisanmu
meski samar tapi jelas tegas
engkau hendak tinggalkan kenangan
dan kenangan
Di sini kau petikkan kembang
kemudian engkau selipkan
pada tali gitarku
Maafkan bila waktu itu
kucabut dan kubuang
kau pungut lagi dan kau bersihkan
Engkau berlari sambil menangis
kau dekap erat kembang itu
sekarang baru aku mengerti
ternyata kembangmu kembang terakhir
yang terakhir
Oh, Camelia, katakanlah di satu mimpiku
Oh oh oh oh oh Camelia,
maafkanlah segala khilaf dan salahku
Di sini, di kamar ini
yang ada hanya gambarmu
kusimpan dekat dengan tidurku
dan mimpiku
Oh, Camelia, katakanlah di satu mimpiku
Oh oh oh oh oh Camelia,
maafkanlah segala khilaf dan salahku
Oh, Camelia, katakanlah di satu mimpiku
Oh oh oh oh oh Camelia,
maafkanlah segala khilaf dan salahku
Lolong
Jembatan batu di sebelahku diam
Pancuran bambu kecil memercikkan air
Menghempas di atas batu hitam
Merintih menikam sepi pagi
Hidup IV
Oh, rentangkan tanganMu
bersama datang malam
agar dapat kurebahkan kepala
pada bulan di lenganMu
Oh, hembuskanlah
nafas iman ke dalam sukma
agar dapat kuyakini
hidup dan kehidupan ini
Di gunung kucari Kamu
Di sini pun kucari Kamu
Di manakah kutemui Kamu
Untuk luluh dalam genggamanMu
Oh, bisikkanlah
ke manakah langkah mesti kubawa?
agar pasti akan bertemu
untukku tumpahkan rindu
Di lenganMu kutemukan cinta
di mataMu memancar makna
rindu ini tak tertahan lagi
untuk menangis di pangkuanMu
Untukmu Kekasih
Ingin berjalan berdua denganmu, kekasih
lewati malam setelah usai rinai gerimis
lelawa jadi luruh dengan rumput biru
jemari tangan kita lekat jadi satu
pipimu memerah, hasratku merekah
kenapakah waktu tertinggal jauh?
Kukatakan kepadamu tentang hijau huma
yang bakal kita kerjakan dengan sederhana
kita segera akrab dengan sinar pagi
nyanyikan kupu-kupu hinggap di rambutmu
tersenyum kamu, tertawalah aku
kenapakah waktu tertinggal jauh?
Malam, suntingkan rembulan untukku
agar cinta tak berpaling dariku
lama aku pelajari satu puisi
sayang bila hanya angin yang mengerti
Oh, burung bernyanyilah
demi terjalin cinta
oh oh oh
Malam, suntingkan rembulan untukku
agar cinta tak berpaling dariku
lama aku pelajari satu puisi
sayang bila hanya angin yang mengerti
Oh, burung bernyanyilah
demi terjalin cinta
oh oh oh
Camellia 4
Camellia 4
Camellia 4 adalah album keempat yang dikeluarkan oleh Ebiet G. Ade dari perusahaan
rekam Jackson Records pada tahun 1980. Ini adalah album terakhir Ebiet yang menggunakan
nama Camellia.
Album ini mengandung 10 lagu yang diaransemen secara pop, country, maupun akustik.
Aransemen country terdengar pada lagu Nyanyian Pendek buat Anak Gadis Berambut
Panjang, dan aransemen akustik yang kental terdengar pada lagu KepadaMu Aku Pasrah,
Jakarta II, dan Dua Menit Ini Misteri.
Judul album ini diambil dari nama salah satu lagu di album ini, yakni Camellia IV (Requiem),
yang memang isinya bercerita tentang kematian Camellia. Lagu Titip Rindu buat Ayah
bercerita tentang kerinduan Ebiet akan sosok ayahnya, meskipun ia mengaku lagu itu
diciptakan bukan hanya buat ayahnya saja. Ilham lagu ini berawal dari hubungan Ebiet yang
kurang harmonis dengan ayahnya karena ayahnya memaksanya menjadi guru agama, dan
Ebiet baru paham maksud perkataan ayahnya setelah diajak berdiskusi, bahwa ayahnya
menginginkannya menjadi orang yang terbaik. Bersama dengan lagu Seberkas Cinta yang
Sirna, lagu ini sebelumnya dibawakan oleh Ebiet dalam acara Telerama di TVRI. Lagu ini
pernah menjadi tema lagu sinetron Titip Rindu Buat Ayah produksi Persari Film yang
ditayangkan oleh SCTV pada 2001, begitupun lagu KepadaMu Aku Pasrah.
Lagu Jakarta II berkisah tentang seseorang dari desa yag pindah ke Jakarta terpaksa hidup
tak menentu di sana karena kerasnya kehidupan di Jakarta. Dua Menit Ini Misteri adalah lagu
terpendek dari semua lagu Ebiet karena durasinya yang hanya 2 menit 32 detik. Lagu ini
disebut-sebut sebagai salah satu sekuel lagu Camellia.
Lagu
Nyanyian Rindu
Camellia IV (Requiem)
Titip Rindu buat Ayah
Nyanyian Pendek buat Anak Gadis Berambut Panjang
KepadaMu Aku Pasrah
Jakarta II
Dua Menit Ini Misteri
Doa Sepasang Petani Muda
Seberkas Cinta yang Sirna
Senandung Jatuh Cinta
Nyanyian Rindu
Coba engkau katakan padaku
apa yang seharusnya aku lakukan
bila larut tiba wajahmu membayang
Kerinduan ini semakin dalam
Gemuruh ombak di pantai Kuta
Sejuk, lembut angin di bukit Kintamani
Gadis-gadis kecil menjajakan cincin
tak mampu mengusir kau yang manis
Bila saja kau ada di sampingku,
sama-sama arungi danau biru
Bila malam mata enggan terpejam
Berbincang tentang bulan merah ho...
Du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du
Coba engkau dengar lagu ini
Aku yang tertidur dan tengah bermimpi
Langit-langit kamar jadi penuh gambar
wajahmu yang bening, sejuk, segar
Kapan lagi kita akan bertemu
meski hanya sekilas kau tersenyum?
Kapan lagi kita nyanyi bersama?
Tatapanmu membasuh luka, ho...
Du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du
Camelia IV
Senja hitam di tengah ladang
di ujung pematang engkau berdiri
Putih di antara ribuan kembang
Langit di atas rambutmu merah tembaga
Engkau memandangku
Bergetar bibirmu memanggilku
Basah di pipimu air mata kerinduan, kedamaian, ho...
Batu hitam di atas tanah merah
di sini akan kutumpahkan rindu
Kugenggam lalu kutaburkan kembang
Berlutut dan berdoa
Surgalah di tanganmu, Tuhanlah di sisimu
Kematian hanyalah tidur panjang
Maka mimpi indahlah engkau, Camellia, Camellia, ho...
Pagi engkau berangkat hati mulai membatu
Malam kupetik gitar dan terdengar
Senandung ombak di lautan
Menambah rindu dan gelisah
Adakah angin gunung, adakah angin padang
mendengar keluhanku, mendengar jeritanku
dan membebaskan nasibku
dari belenggu sepi?
La la la la la, la la la la
la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la...
Jakarta II
Ada yang difikirkan sebelum tertidur
Anaknya yang mungil dan bermata jernih
Ada yang disesali kenapa berangkat
Tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah
Langkah Berikutnya adalah album musik ke-5 dari Ebiet G. Ade. Dirilis pada 1982 dengan
mengibarkan bendera Jackson Record, album ini adalah album pertama yang tidak lagi
menggunakan nama Camellia. Album transisi yang diaransemen oleh Billy J. Budiardjo ini
dibuat menjelang masuknya Ebiet ke bahtera rumah tangga. Eksplorasi musikal terasa dalam
lagu Dzaffin yang bernuansa Timur Tengah.
Lagu-lagu
Ada 10 lagu dalam album ini. Antara lain Senandung Pucuk-pucuk Pinus dan Biduk Telah
Sarat dan Kutambatkan yang menegaskan Ebiet sebagai penyanyi lagu bertemakan alam.
Lagu Sebuah Tragedi 1981 tercipta dari musibah yang dialami KMP Tampomas II di
perairan Masalembo pada 27 Januari 1981. Lagu itu sendiri terinspirasi dari heroisme Kapten
Abdul Rivai, nakhoda kapal nahas itu yang lebih memikirkan keselamatan orang lain
daripada dirinya sendiri, saat sebagian ABK menyelamatkan diri. Lagu yang dibuka dengan
aransemen musik konser dibuat atas permintaan puteri Kapten Abdul Rivai.
Sedangkan lagu Potret Hitam Putih menceritakan tentang seorang pemuda yang terpaksa
menganggur setelah lulus SMA. Lagu terakhir di album ini, Hidup V, merupakan lagu
terakhir dari lagu-lagu yang menggunakan judul Hidup.
Daftar lagu
du du du du du hm.... hm hm hm hm hu...
Lupa segala-galanya
tak merah, tak juga jingga
Rintihan kelu tak ubah nyanyian
Ibanya telah membatu ho
Ibanya telah membatu
Orator
Kita adalah sepasukan burung Garuda jantan
yang hendak merebut kota dari cengkeraman kaum munafik
hm... loba dan tamak
Hidup V
Di laut alun gelombang deras menerjang tebing,
batu karang ho, adakah Kamu?
Di padang ilalang yang tandus,
kemuning, kering terbakar, tersandar lesu,
adakah Kamu?
La la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
La la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
la la la la la la la la la la la
Tokoh-Tokoh
Tokoh-Tokoh
okoh-Tokoh ialah album musik Ebiet G. Ade yang dirilis tahun 1982. Album ini dirilis di
bawah bendera Jackson Record.
Ada 10 lagu dalam album ini. Yang paling terkenal ialah lagu pertama, Untuk Kita
Renungkan. Lagu ini sering ditayangkan bersama dengan bencana alam di TV. Lagu ini
diciptakan Ebiet saat terjadi bencana letusan Gunung Galunggung di Jabar tahun 1982 di
mana asap gunung itu sampai menyelimuti Kota Bandung. Selain Untuk Kita Renungkan, ada
juga lagu Lakon Anak-anak Bencana yang juga diilhami dari peristiwa yang sama. Namun
lagu ini lebih menitikberatkan pada tema sosial.
Lagu Seruling Malam berisi nasihat seorang ayah kepada anaknya, dan lagu Mimpi-mimpi
yang Kandas berkisah tentang seorang pemuda yang berusaha mengadu nasib di kota, namun
tidak berhasil.
Daftar Lagu
hm hm... ho ho ho ho ho
Betapa indah
Mimpi-mimpi yang tergambar dibayangan
1984 adalah album ke-7 yang diluncurkan Ebiet G. Ade di bawah bendera Jackson Records.
Judul album ini merujuk pada tahun peluncuran album ini.
Album ini memotret keindahan Danau Toba dengan lagu Nyanyian Bumi Seberang (Bona ni
Pasogit). Sentuhan orkestrasi klasik tertuang dalam lagu Konserto Doa, yang di akhirnya
ditutup dengan narasi doa dari Sevilla Mirza Devi, puteri Billy J. Budiardjo, penata musik di
album ini.
Tidak seperti album-album sebelumnya, penjualan album ini tidak begitu bagus. Lagu hit
dalam album ini hanya Bingkai Mimpi, tidak seperti album terdahulu yang banyak
menelurkan hits.
Daftar lagu
Bingkai Mimpi
Catatan Seorang Penyair
Sejoli Kasih Sarman dan Lasmi
Taubat
Konserto Doa
Pengemis dan Tukang Copet
Puisi Bulan Madu
Eksekusi
Dongeng dari Negeri Antah-Berantah
Nyanyian Bumi Seberang (Bona ni Pasogit)
Bingkai Mimpi
Du du du du du du du
du du du du du
Du du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du
du du du du du
Taubat
Konserto Doa
hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu
Eksekusi
Zaman adalah album ke-8 dari Ebiet G. Ade. Diluncurkan pada 1985 oleh Jackson Records,
album ini direkam di label rekaman Capitol Records, Amerika Serikat, dengan melibatkan
musikus seperti Addie M.S. dan Dodo Zakaria beserta sejumlah musikus dari Amerika
Serikat.
Ada 10 lagu dalam album ini. Semua ditulis oleh Ebiet sendiri, termasuk juga lagu Dan Hari
Ini Engkau yang ilham liriknya berasal dari Drs. Vredi Kastam Martha dalam acara lebaran di
TVRI. Itulah sebabnya corak lirik lagu ini berbeda dari lagu-lagu religius Ebiet lainnya. Lagu
Ayah, Aku Mohon Maaf mengisahkan tentang meninggalnya ayah Ebiet, Aboe Dja'far.
Album ini penuh dengan lagu-lagu berirama sendu seperti Ayah, Aku Mohon Maaf, Khilaf,
Dan Hari Ini Engkau serta Nyanyi Rindu untuk Ibu. Namun tak ketinggalan pula lagu
berirama country dan bertempo riang seperti Kugandeng Tangan GaibMu dan Wajahku
Masih yang Kemarin.
Lagu Nyanyi Rindu untuk Ibu pernah muncul 3 tahun sebelumnya di TVRI, dalam sebuah
acara yang bertemakan Hari Ibu.
Daftar lagu:
Nyanyian Kasmaran
Anak
Kugandeng Tangan GaibMu
Zaman
Ayah, Aku Mohon Maaf
Wajahku Masih yang Kemarin
Khilaf
Dan Hari Ini Engkau
Gadis Remang-remang
Nyanyi Rindu untuk Ibu
Nyanyian Kasmaran
du du du du du du du du du du du du du du du du
hm hm hm hm hm hm hm du du du du du du du du du
Zaman
du du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du du du
Khilaf
Isyu! adalah album ke-9 yang diluncurkan oleh Ebiet G. Ade. Dikeluarkan pada tahun 1986,
ini adalah album terakhir Ebiet yang direkam di Jackson Records. Isyu merupakan salah satu
lagu dalam album ini. Nuansa rythm and blues terasa amat kental pada album ini. Dengan
lagu Isyu, album ini mendapat tempat di hati masyarakat.
Ada 9 lagu dalam album ini. Lagu Orang-orang Terkucil disajikan dalam versi lengkap dan
juga instrumentalia. Di sini terdapat 4 lagu beraliran country seperti Orang-orang Terkucil,
Selingkuh, Isyu dan Opera Tukang Becak. Lagu yang disebut terakhir ini mengisahkan
tentang seorang tukang becak yang terpaksa kehilangan pekerjaannya dan kembali ke
desanya karena becaknya harus ditenggelamkan di Kepulauan Seribu untuk dijadikan
terumbu karang.
Lagu Potret Anak Harapan mengisahkan tentang korban penggusuran. Sedangkan lagu Cinta
Sebening Embun menceritakan tentang sucinya cinta, yang akan diaransemen ulang 9 tahun
kemudian, dan versi yang banyak dikenal publik adalah versi aransemen ulangnya itu yang
digarap oleh Adi Adrian dari KLa Project.
Daftar lagu
Side A
1. "Orang-orang Terkucil"
2. "Selingkuh"
3. "Cinta Sebening Embun"
4. "Isyu"
5. "Opera Tukang Becak"
Side B
Selingkuh
Isyu
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Ia melangkah terhuyung
menyeret tubuh yang kurus
Mencari sudut terlindung teduh dari terik mentari
Menatap jalan lengang di depan yang tak ada harapan
La la la la la la la ia pun melompat
La la la la la la la ia pun menyingkir
La la la la la la la ia bersembunyi
Ia teringat sesuatu,
sepetak sawah di kampung
Memberi nafas dan ketenteraman, kenapa ditinggalkan
Ia tersadar dan ingin pulang, malu pun ditepiskan
Sanak famili menyambut
tangan terbuka, si anak hilang
berkubang bersama di sawah
Terasa maknanya dilahirkan
ho ho ho ho
La la la la la la la ia pun tersenyum
La la la la la la la ia pun bernyanyi
La la la la la la la digenggam hari ini
La la la la la la la ho ho ho ho ho ho
La la la la la la la ho ho ho ho ho ho
hu.... hu.... hu hu hu hu hu hu hu hu
Hemat Cintamu
Hemat cintamu
Simpanlah putik jauh di dalam
Taburkan senyuman
Bangkitkan hidup dan gairah
Hemat cintamu
Jangan kau tabur di jalanan
Belibis pun terbang
Kaki berlumpur bertebaran
Hemat cintamu
Jangan kau tabur di jalanan
Belibis pun terbang
Kaki berlumpur bertebaran
Hemat cintamu
Jangan kau tabur di jalanan
Belibis pun terbang
Kaki berlumpur bertebaran
Menjaring Matahari
Menjaring Matahari
Daftar lagu
Menjaring Matahari
Nyanyian Suara Hati
Cintaku Kandas di Rerumputan
Asmara Satu Ketika
Tak Pernah Pupus Rinduku
Di Manakah Matahariku?
Perjalanan Menjaring Matahari
Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya
Di Tikungan Jalan Cintaku Tertambat
Bunga-bunga Cinta
Menjaring Matahari
ho ho ho... ho ho ho Tuhan
ho ho ho
hm hm hm Tuhan
ho ho ho Tuhan
ho ho ho
Dimanakah Matahariku
Sketsa Rembulan Emas ialah album ke-11 dari Ebiet G. Ade. Album ini dirilis pada tahun
1988 oleh EGA Records dan juga Atlantic Records Ind.. Sketsa Rembulan Emas juga salah
satu lagu dalam album ini.
Album ini memuat 10 lagu. Lagu pertama dalam album ini ialah Masih Ada Waktu. Lagu ini
terinsprirasi dari peristiwa Tragedi Bintaro pada 1987, dan lagu ini diputar bila terjadi
bencana di Indonesia. Sketsa Rembulan Emas menyuarakan rintihan dan kepedihan
masyarakat kecil yang selalu menjadi korban keserakahan pemimpin. Yogyakarta
menceritakan tentang kerinduan Ebiet atas kota Yogyakarta yang di sana ia besar.
Tidak seperti album-album sebelumnya, album ini tak lagi menampilkan kehidupan
kelompok masyarakat tertentu seperti pengemis, petani, narapidana, urban, pengangguran,
tukang sapu, buruh, tukang copet, transeksual, pelacur, tukang becak, dsb.
Daftar lagu
Tuhan, tolonglah
karena hanya Engkau yang dapat mendengar
jerit hati kami
Tuhan, tolonglah
karena hanya Engkau yang dapat mendengar
jerit hati kami
Jemari tanganmu
menari di atas
bilah-bilah piano
Menyanyi bersama
lagu yang kucipta
khusus buat kita berdua
Yang Terluka
Huru – Hara
Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku
Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku
Ada akal yang masih bening, ada budi yang masih jernih
Bertarung serentak bergumul bola-bola api,
ia terus membelenggu, ia ingin melukaiku,
membalut semua indra akal fikirku
Ada yang tak dapat aku lepas meskipun berulang aku coba
Waktu berputar semakin cepat, aku telah jauh tertinggal
Ada yang tak pantas aku sandang, setumpuk penghargaan
Lebih baik kutelan kata-kataku, angan-anganku
Seraut Wajah
Seraut Wajah
Seraut Wajah adalah album ke-12 yang dikeluarkan oleh Ebiet G. Ade. Dikeluarkan oleh
perusahaan rekamnya sendiri EGA Records, album ini menjadi album terakhir yang
diproduksi sendiri. Boleh dikata, album ini menjadi tonggak akhir masa produktifnya karena
pada album-album setelah Seraut Wajah, ia lebih suka mendaur ulang lagu untuk kemudian
dicangkokkan satu atau dua lagu baru guna dikodifikasi dalam sebuah album.
Ada 8 lagu dalam album ini, yang memiliki keragaman tema. Lagu hit adalah Seraut Wajah
yang merupakan penerjemahan sosok seorang pejuang yang berkorban membela tanah
airnya. Lagu ini disajikan dalam versi lengkap dan juga minus one. Dalam pengerjaannya
album ini diaransemen oleh Dodo Zakaria dan Tony Soewandi.
Daftar lagu:
Seraut Wajah
Dengarkanlah Kata-kataku
Apakah Ada Bedanya
Biarlah Aku Diam
Seraut Wajah (minus one)
Langit Terluka
Ketika Aku Mulai
Berjalan Diam-diam
Kembara Lintasan Panjang
Kupu-Kupu Kertas
Kupu-Kupu Kertas
Kupu-Kupu Kertas adalah album ke-13 yang dikeluarkan oleh Ebiet G. Ade, melalui
perusahaan rekam EGA Records pada tahun 1995. Ini adalah album pertama yang
dikeluarkannya setelah sekitar 5 tahun menyepi dari dunia belantika musik Nusantara.
Dalam album ini, Ebiet berkolaborasi dengan 4 musisi handal, yakni Billy J. Budiardjo
(sahabat lamanya), Erwin Gutawa, Ian Antono, dan Purwacaraka. Nuansa rock terdengar
kental di lagu Kupu-Kupu Kertas karena sentuhan tangan musisi rock legendaris Ian Antono.
Lagu ini pernah menjadi tema lagu buat sinetron dengan nama yang sama. Karena lagu ini,
Ebiet menyabet penghargaan Penyanyi Terbaik Anugerah Musik Indonesia pada 1997.
Lagu
Ada 11 judul lagu dalam album ini. Lagu andalan adalah Kupu-Kupu Kertas, yang disajikan dalam
bentuk lengkap dan minus one. Ada pula lagu lama Titip Rindu buat Ayah dan Camellia II, yang
direkam secara live saat Ebiet berkonser di Malaysia. Saat itu, selain 2 lagu itu, Ebiet ada pula
membawakan lagu Berita kepada Kawan, yang dinyanyikannya duet bersama Mohamad Nasir bin
Mohamad, namun lagu tersebut tidak ada dalam album Kupu-Kupu Kertas, melainkan dalam album
Konser Akar (M. Nasir).
Daftar lagu:
Kupu-Kupu Kertas
Ketika Duka Menyeruak
Hidupku MilikMu
Kosong
Apakah Mungkin
Kupu-Kupu Kertas (minus one)
Biarkanlah Hati yang Bicara
Rinduku Menggumpal
Rembulan Menangis
Ingin Kupetik Bintang Kejora
Titip Rindu buat Ayah (live)
Camellia II (live)
Kupu-kupu kertas
yang terbang kian kemari
Aneka rupa dan warna
dibias lampu temaram
Hidupku Milikmu
Kosong
Apakah Mungkin
Rinduku Menggumpal
Kapankah kau datang? Senjakala telah mulai turun
Aku selalu membaca ribuan cerita yang kau tulis
Dulu kita sering berjalan seiring
berdiskusi panjang sambil menghitung
jejak langkah kita yang tertinggal
Rembulan Menangis
Rembulan menangis
di serambi malam
Intan buah hatimu dicabik tangan-tangan serigala
Bintang-bintang muram,
beku dalam luka
Untukmu saudaraku kami semua turut berduka
Cinta Sebening Embun merupakan album yang dikeluarkan oleh Ebiet G. Ade pada tahun 1995.
Dalam album ini, tidak terdapat lagu baru, namun hanya ada 1 lagu lama yang diaransemen ulang
oleh Adi Adrian, Cinta Sebening Embun, yang menjadi asal judul album ini.
Daftar lagu
Untukmu Kekasih
Bingkai Mimpi
Du du du du du du du
du du du du du
Du du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du
du du du du du
Camelia II
Nyanyian Kasmaran
du du du du du du du du du du du du du du du du
Camelia III
Camelia IV
du du du du du hm.... hm hm hm hm hu...
Aku Ingin Pulang adalah album yang dikeluarkan Ebiet G. Ade pada tahun 1996. Dalam
versi CD, judul lengkap album ini adalah Aku Ingin Pulang: 15 Hits Terpopuler, sedangkan
dalam versi kaset, judul lengkap album ini adalah Aku Ingin Pulang: 20 Hits Terpopuler.
Ini merupakan album cangkokan, di mana sebagian besar lagu dalam album ini adalah lagu-
lagu lama. Lagu baru dalam album ini hanya Aku Ingin Pulang yang menjadi sumber bagi
judul album ini. Lagu tersebut pernah dijadikan lagu tema sinetron Aku Ingin Pulang.
Aransemen lagu Aku Ingin Pulang disusun oleh Purwacaraka. Embong Rahardjo, seorang
peniup saksofon Indonesia, memberikan warna jazz dalam lagu tersebut. Awalnya, Aku Ingin
Pulang diproduksi dalam bahasa Inggris dengan judul I Need to Go Home, namun kemudian
diubah ke bahasa Indonesia saja.
Daftar lagu
Menjaring Matahari
ho ho ho... ho ho ho Tuhan
ho ho ho
hm hm hm Tuhan
ho ho ho Tuhan
ho ho ho
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Isyu
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Camelia I
Dia, Camellia,
puisi dan pelitaku
kau sejuk seperti titik embun membasah di daun jambu
di pinggir kali yang bening
Dia, Camellia,
engkaukah gadis itu
yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi
di setiap tidurku?
datang untuk hati yang kering dan sepi
agar bersemi lagi hm hm bersemi lagi
Seraut Wajah
Tuhan, tolonglah
karena hanya Engkau yang dapat mendengar
jerit hati kami
Tuhan, tolonglah
karena hanya Engkau yang dapat mendengar
jerit hati kami
Nyanyian Rindu
Gamelan adalah album ke-15 yang dikeluarkan oleh Ebiet G. Ade pada tahun 1998. Album
ini membawa bendera PT. BMG Music Indonesia.
Ada 5 lagu dalam album ini, namun tidak ada lagu baru. Semuanya adalah lagu lama yang
diaransemen ulang dengan menggunakan alat musik gamelan, baik dalam versi lengkap
maupun sekedar instrumentalia. Album ini mewujudkan keinginan Ebiet yang lama
terpendam. Aransemen musik digarap oleh Kiwir, dan video klipnya oleh Rizal Mantovani. 5
lagu itu adalah:
Camelia II
Du du du du du du du du du ho
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du ho
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du ho
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du ho
ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Balada Cinta
Nyanyian Kasmaran
du du du du du du du du du du du du du du du du
Nyanyian Ombak
Rembulan Menangis
Rembulan menangis
di serambi malam
Intan buah hatimu dicabik tangan-tangan serigala
Bintang-bintang muram,
beku dalam luka
Untukmu saudaraku kami semua turut berduka
Camelia II
Isyu
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Camelia III
Camelia IV
Hidupku Milikmu
Camelia I
Dia, Camellia,
puisi dan pelitaku
kau sejuk seperti titik embun membasah di daun jambu
di pinggir kali yang bening
Dia, Camellia,
engkaukah gadis itu
yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi
di setiap tidurku?
datang untuk hati yang kering dan sepi
agar bersemi lagi hm hm bersemi lagi
Bahasa Langit merupakan salah satu album Ebiet G. Ade. Album ini dirilis pada November
2001 oleh PT. BMG Music. Dalam album ini, Ebiet terus mempertahankan warna musiknya
dan mengatakan album ini sebagai perenungan terkini tentang situasi dan kondisi negeri ini.
Walaupun begitu, gaya lirik dalam album ini tidak sama dengan album-album sebelumnya.
Album ini sendiri terjual hingga 400 ribu kopi. Walau demikian, album ini akhirnya ditarik
dari peredaran oleh Ebiet karena waktu itu sasaran dan strategi promosinya yang kurang tepat
sasaran.
Dalam album ini, Ebiet berkolaborasi dengan Erwin Gutawa, Andi Rianto, dan Tohpati.
Erwin mengaransemen musik pada Kau Rengkuh Mentari Kau Dekap Rembulan dan lagu
lama Ebiet, Titip Rindu Buat Ayah (1980), yang penggarapannya dilakukan di Australia,
sedangkan Andi - yang punya basis aransemen musik dengan piano - menggarap Ingin
Kupetik Bintang Kejora, Bahasa Matahari dan Nyanyian Getir Tanah Air. Sedangkan gitaris
Tohpati, yang kuat dengan sentuhan pop jazz, mengaransemen musik untuk lagu Tatkala
Letih Menunggu, yang video klipnya digarap oleh Mira Lesmana melalui perusahaannya
MiLes Production.
Lagu
Tidak semua lagu dalam album ini baru. Dari 9 lagu yang ada di album ini, 2 lagu merupakan
lagu lama yang diaransemen ulang, yakni Titip Rindu buat Ayah dan Ingin Kupetik Bintang
Kejora.
Rindu Kehadiranmu
Bias Warna
In Love: 25th Anniversary adalah album Ebiet G. Ade, yang dikeluarkan pada April 2007,
setelah sekitar 5 tahun absen rekaman. Seperti judulnya, album ini merupakan album ‘penuh
cinta’, peringatan 25 tahun usia pernikahan Ebiet dengan Yayu Sugianto. Album ini tercipta
dari usulan anak-anaknya. Pembuatan album ini tak lepas dari sentuhan Anto Hoed yang
membantu mengaransemen lagu–lagu, baik lagu lama maupun yang baru.
Ada 16 lagu dalam album ini. Sebagian besar adalah lagu lama, namun ada 1 lagu baru yang
berjudul Demikianlah Cinta, yang ditulis awal 2006. Sedangkan dari 15 lagu lama lainnya,
ada 2 lagu yang diaransemen ulang, yakni Nyanyian Rindu dan Camellia III. 2 lagu ini kini
diaransemen oleh Anto Hoed. Awalnya Anto memakai dasar musik orkestra melalui
sequencer (digital system), namun eksekusi akhirnya memakai orkestrasi yang digarap di
Tiongkok. Video klip baru lagu Nyanyian Rindu digarap oleh sutradara Abimael Gandy,
menampilkan satu frame dengan arranger Anto Hoed yang bermain gitar, dengan lokasi
syuting di Cibodas.
Ebiet terkesan lebih rileks dalam membawakan Nyanyian Rindu dan Camellia III. Tata musik
dari Anto juga lebih simpel dibandingkan dengan versi orisinal garapan almarhum Billy J.
Budiarjo. Ebiet melakukan semacam revisi atas lagu yang pernah dibawakannya. Ia mampu
mengambil jarak dengan karyanya sendiri. Lagu tak terkesan dibaru-barukan meski itu versi
baru.
Putera sulung Ebiet, Abie terlibat dalam produksi, serta memilih lagu mana yang layak
masuk dalam rekaman ini. Tim audisi penyeleksi lagu lainnya datang dari label rekamannya,
Trinity Optima Production.
Nyanyian Rindu
Camelia III
Camelia II
Nyanyian Kasmaran
Sejak engkau bertemu lelaki bermata lembut
ada yang tersentak dari dalam dadamu
Kau menyendiri duduk dalam gelap
bersenandung nyanyian kasmaran
dan tersenyum entah untuk siapa
du du du du du du du du du du du du du du du du
Camelia I
Dia, Camellia,
puisi dan pelitaku
kau sejuk seperti titik embun membasah di daun jambu
di pinggir kali yang bening
Dia, Camellia,
engkaukah gadis itu
yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi
di setiap tidurku?
datang untuk hati yang kering dan sepi
agar bersemi lagi hm hm bersemi lagi
Kontradiksi Di Dalam
Camelia IV
Senja hitam di tengah ladang
di ujung pematang engkau berdiri
Putih di antara ribuan kembang
Langit di atas rambutmu merah tembaga
Engkau memandangku
Demikianlah Cinta