Anda di halaman 1dari 12

PENGELOLAAN KOLEKSI

LOCAL CONTENT (MUATAN LOKAL) BANTEN CORNER


DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI
BANTEN

Syahrizal Fahru Rosyid*), Rukiyah

Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Penelitian ini mengkaji tentang Pengelolaan Koleksi Local Content (muatan lokal) Banten
Corner yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan pengelolaan di Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif jenis studi kasus. Pemilihan informan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan analisis data pada hasil wawancara
diketahui bahwa kegiatan pengelolaan koleksi local content (muatan lokal) di Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten meliputi kegiatan 1) pengadaan bahan pustaka
yang dilakukan setiap 1 tahun sekali pada pertengahan tahun dengan tujuan sebagai
pemenuhan kebutuhan dalam proses penelitian dan referensi bagi pemustaka. 2)Kegiatan
pengolahan bahan pustaka meliputi kegiatan (1) pengecekan koleksi, (2) pemberian stempel
buku, (3) klasifikasi, dan (4) penyelesaian fisik buku. 3)Kegiatan penyimpanan koleksi local
content disimpan di rak koleksi sesuai dengan nomor klasifikasi DDC mulai dari 000 sampai
dengan 900. 4)Kegiatan preservasi dan konservasi koleksi local content yang dilakukan
hanya kegiatan penjildan buku yang rusak ringan dan membersihkan ruangan dan koleksi
agar terhindar dari debu. 5)Kegiatan kerja sama dilakukan dengan berbagai pihak
Bantenologi dalam hal pengadaan koleksi local content. Adapun kendala yang dihadapi
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten adalah sulitnya mendapatkan koleksi
yang memuat tentang subjek kebantenan, hal ini dikarenakan sedikitnya penulis dan penerbit
yang menulis tentang subjek kebantenan.

Kata Kunci: pengelolaan; koleksi local content; Perpustakaan Provinsi Banten

Abstract

[Tittle: Management of Local Content Collection Banten Corner in the Office of Library
and Archives Banten Province] This study examines the Management of Local Content
Collection Banten Corner which serves to find out how the management activities in the
Library and Filing Services Banten Province. This research is a qualitative research with
descriptive approach of case study type. Selection of informants in this study using purposive
sampling technique. Data technique uses observation techniques, interviews, and
documentation. Based on the results of data analysis on the results of the interviews known
local content management activities (local content) in the Office of Library and Archives
Banten Province includes activities 1) procurement of library materials conducted every 1
year in the middle of the year with the aim as the fulfillment of needs in the process of
research and reference (2) book stamp processing, (3) address, and (4) the physical
completion of the book. 3) The collection of local content collection is stored on the

------------------------------------------------------------------
*)
Penulis Korespondensi.
E-mail: syahrizalfahru@gmail.com
collection shelves according to DDC residue numbers ranging from 000 to 900. 4) the
preservation and conservation activities of local content collections conducted only by
scheduling light and clean damaged books of the room and collection to avoid dust . 5)
Cooperation activities conducted with various parties Bantenologi in terms of procurement
of local content collection. As for the Provincial Education and Filing of Banten is the
difficulty of the collection that is about the subject of kebantenan, it is up to the author and
publisher who wrote about the subject of kebantenan

Keywords: management; local content collection; Library of Banten

1. Pendahuluan adalah apakah local content tersebut sudah


Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman didokumentasikan, jikapun sudah apakah produk-
budaya serta informasi lokal yang menjadi kekayaan produk lokal yang didokumentasikan tersebut sudah
yang bernilai tinggi dan mempunyai keunikan yang dihimpun dan dapat dimanfaatkan. Mengingat
berbeda. Informasi disebarluaskan melalui lisan, situs- kodratnya manusia dilingkupi berbagai keterbatasan,
situs budaya dan biasanya diwariskan secara turun salah satunya adalah keterbatasan daya ingat dan usia
menurun. Secara umum informasi atau pengetahuan maka perpustakaan dapat menjalankan fungsi kultural,
lokal biasa disebut dengan local content (muatan bahwa fungsi kultural perpustakaan harus mengarah
lokaal). Adapun yang dimaksud dengan local content pada upaya pelestarian nilai-nilai kebudayaan
menurut Abdul Waheed Khan dalam Uzuegbu (2012: (Sulistyo-Basuki 1991: 7). Informasi yang khas dan
1) adalah karya yang diproduksi oleh warga sekitar. unik tentang suatu daerah dapat dijumpai di
Secara lebih lengkap, Bhattacharjee memaparkan perpustakaan, koleksi tersebut dinamakan local
dalam karyanya yang disajikan oleh UNESCO dan content. Koleksi local content merupakan salah satu
World Summit. Local content adalah ekspresi, koleksi yang dibutuhkan masyarakat. Koleksi local
komunikasi, informasi masyarakat lokal dan content dapat membantu masyarakat dalam
pengalaman juga pengetahuan yang relevan dengan mengetahui seni, sejarah, budaya yang berkenaan
situasi masyarakat (Bhattacharjee dalam Uzuegbu dengan sifat lokal daerah. Koleksi local content
2012: 1). merupakan sumber pengetahuan yang dihasilkan oleh
Secara umum local content berisi informasi suatu lembaga daerah sampai dengan negara. Koleksi
mengenai wawasan lingkungannya serta sikap dan local content berisi tentang suatu topik yang sifatnya
perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan lokal. Sumber-sumber koleksi local content berasal
sumber daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan dari sumber-sumber khas dan unik yang menjelaskan
yang mendukung pembangunan daerah setempat. nilai sosial dan budaya yang dihasilkan masyarakat
Pemahaman tentang pentingnya informasi lokal harus lokal. Koleksi local content termasuk ke dalam
mulai ditanamkan kepada masyarakat, agar dokumen korporil, yang dimaksud dengan dokumen
masyarakat dapat memahami kebudayaan, keunikan, korporil adalah dokumen yang mencakup informasi
dan sejarah tentang daerahnya. Pengetahuan tentang sejarah materi cetak, tidak tercetak, prasasti, dan seni
informasi asli atau lokal dari suatu daerah saat ini yang ada di perpustakaan. Karya muatan lokal
sudah mulai jarang diminati oleh masyarakat. merupakan karya yang sangat berguna bagi
Informasi lokal dari suatu daerah dikenal dengan masyarakat karena masyarakat dapat memanfaatkan
istilah local content. Istilah local content di sini karya muatan lokal tersebut untuk menambah
berhubungan dengan indigeneous knowledge. informasi mereka, seperti kebutuhan penelitian,
Pemaparan indigeneous knowledge menurut World pembelajaran, pengembangan wawasan, serta
Bank (1998: 1) adalah pengetahuan asli yang unik pelestarian.
yang berhubungan dengan budaya dan masyarakat Kegiatan pengelolaan koleksi local content
setempat. Indigeneous knowledge tertanam dalam merupakan tanggung jawab lembaga perpustakaan.
praktik masyarakat, institusi, hubungan dan ritual. Hal ini sesuai dengan pasal 22 ayat 2 UU No.43
Pemahaman indigeneous knowledge di sini lebih Tahun 2007 tentang perpustakaan, yang menyatakan
ditekankan kepada pengetahuan, informasi, bahwa perpustakaan adalah lembaga yang memiliki
komunikasi, dan budaya yang unik yang ada di fungsi mendukung pelestarian hasil budaya daerah
masyarakat yang biasanya diturunkan secara turun masing-masing dan memfasiltasi terwujudnya
temurun dari generasi ke generasi. masyarakat pembelajaran sepanjang hayat.
Banyak hal yang perlu dilestarikan dari local Perpustakaan Nasional sebagai induk lembaga
content suatu daerah, mulai dari seni, budaya, bahasa, perpustakaan telah melakukan pengelolaan koleksi
hukum dan keilmuannya. Namun point pentingnya khusus dengan baik. Hal ini terbukti dengan
Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik khusus ini dimiliki oleh Dinas Perpstakaan dan
Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Organisasi Kearsipan Provinsi Banten.
dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional Republik Sangat disayangkan apabila keberadaan koleksi
Indonesia Bagian Keempat Pusat Jasa Perpustakaan local content kian tergerus. Jika ini dibiarkan maka
dan Informasi. tidak menutup kemungkinan keberadaan koleksi
Muatan lokal penting bagi pembangunan khusus Banten akan hilang. Sungguh sangat
nasional. Perpustakaan merupakan tempat munculnya disayangkan jika warga Provinsi Banten kurang
informasi baru, yang dapat dikombinasikan dengan mengetahui tentang informasi dan pengetahuan lokal
pengetahuan dan berorientasi pada pengguna. Dengan yang menjadi ciri khas dan kekhasan dari Provinsi
demikian perpustakaan adalah pusat informasi yang Banten. Pemerintah dan pengelola perpustakaan dalam
harus mengumpulkan, mempertahankan, hal ini harus segera mengambil tindakan untuk
mempromosikan, dan menyebarluaskan informasi melestarikan koleksi local content.
(Uzuegbu, 2012: 1-2). Perpustakaan umum harus Menurut Sulistyo-Basuki (1993: 46), yang
menyediakan informasi dalam bentuk tercetak, dimaksud perpustakaan umum adalah adalah
contohnya dalam bentuk buku. Perpustakaan umum perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum
mempunyai berbagai macam fungsi, salah satu di dengan tujuan melayani umum. Selanjutnya menurut
antaranya adalah fungsi kultural. Pengertian fungsi Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang
kultural perpustakaan umum adalah perpustakaan perpustakaan, yang dimaksud dengan perpustakaan
umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi
hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran
tercetak/terekam. Perpustakaan merupakan tempat sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis
penyimpanan dan terkumpulnya berbagai karya kelamin, ras, agama, dan status sosial ekonomi.
budaya manusia yang setiap waktu dapat diikuti Menurut Gill (2001: 4), perpustakaan umum adalah
perkembangannya melalui koleksi perpustakaan. organisasi yang didirikan, didukung dan didanai oleh
Perpustakaan umum sudah seharusnya memberikan masyarakat, baik melalui pemerintah lokal, regional
perhatian khusus terhadap koleksi local content. atau nasional melalui beberapa bentuk lain organisasi
Koleksi local content sangat penting keberadaannya masyarakat. Perpustakaan menyediakan akses
karena koleksi local content mempunyai kekhasan pengetahuan, informasi dan karya imajinasi dari
tersendiri yang mencerminkan keunikan kebudayaan berbagai sumber daya jasa dan tersedia untuk semua
daerah masing-masing. Resiko kehilangan koleksi masyarakat tanpa memandang ras kebangsaan, usia,
local content sangat mungkin terjadi maka dari itu jenis kelamin, agama, bahasa, kecacatan, status
perpustakaan umum harus melestarikan, menjaga, dan ekonomi, lapangan dan pencapaian pendidikan.
mengelola koleksi local content agar tidak hilang. Perpustakaan umum menyediakan berbagai
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan koleksi yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
penulis, Dinas Perpustakaan dan Kearsipana Provinsi menambah pengetahuan. Koleksi yang tersedia tidak
Banten juga mengalami masalah yaitu kekurangan hanya terbatas pada yang tercetak tetapi juga
koleksi local content. Jumlah keseluruhan koleksi mencakup yang elektronik. Dengan ketersediaan
yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Kearsipan koleksi, perpustakaan akan dapat melaksanakan
Provinsi Banten sebanyak 13.605 judul dan 29.310 fungsinya dengan baik. Menurut Yusuf (1996: 21)
eksemplar, untuk koleksi local content jumlahnya fungsi perpustakaan umum dapat dijabarkan sebagai
4966 eksemplar. Koleksi local content Dinas berikut:
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten ini 1. Fungsi Edukatif.
disimpan di ruangan khusus yang berada di lantai dua Perpustakaan umum menyediakan berbagai jenis
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten. bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam
Ruangan tempat menyimpan koleksi local content untuk dapat dijadikan sumber belajar dan
disebut juga sebagai ruangan Banten Corner, koleksi menambah pengetahuan secara mandiri. Budaya
local content hanya sebanyak 4 rak koleksi, dan juga mandiri dapat membentuk masyarakat yang belajar
sangat terbatas. Menurut keterangan dari pengelola seumur hidup dan gemar membaca.
terbatasnya koleksi local content dikarenakan sulitnya 2. Fungsi Informatif.
mendapatkan koleksi tersebut dan masih kurangnya Perpustakaan Umum sama dengan berbagai jenis
perhatian pemerintah setempat. Koleksi yang berada perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan buku-
di ruangan Banten Corner berisi informasi yang buku referensi, bacaan ilmiah populer berupa buku
berkaitan dengan Provinsi Banten mulai dari koleksi dan majalah ilmiah serta data-data penting lainnya
buku-buku tiap Kabupaten dan Kota yang ada di yang perlukan pembaca.
Banten dan sejarah Banten mulai dari yang berbahsa 3. Fungsi Kultural
Indonesia hingga bahasa Belanda, dan ada juga Perpustakaan Umum menyediakan berbagai bahan
koleksi buku yang menggunakan Bahasa Arab Pegon. pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam
Koleksi local content yang paling banyak ditemukan dalam bentuk tercetak/terekam. Perpustakaan
bertemakan tentang perkembangan Islam, penyebaran merupakan tempat penyimpanan dan
Islam dan sejarah tentang Kyai asli Banten. Koleksi terkumpulnya berbagai karya budaya manusia
yang setiap waktu dapat diikuti perkembangannya perpustakaan. Pengelolaan koleksi adalah semua
melalui koleksi perpustakaan. kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di
perpustakaan, terutama kegiatan yang berkaitan
4. Fungsi Rekreasi dengan pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.
Perpustakaan umum bukan hanya menyediakan Pengembangan koleksi dilakukan untuk meningkatkan
bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun koleksi tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga dari
bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan segi kualitas. Kuantitas mencakup banyaknya judul
majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan eksemplar koleksi yang diadakan sebuah
dewasa. Bacaan fiksi dapat menambah perpustakaan. Kualitas mencakup tingkat baik
pengalaman atau menumbuhkan imajinasi buruknya sebuah koleksi ditinjau dari segi fisik, isi,
pembacanya dan banyak digemari oleh anak-anak kesesuaian dengan kebutuhan pengguna.
dan dewasa. Meningkatnya jumlah koleksi harus disertai dengan
IFLA/UNESCO Public Library Manifesto (1994) meningkatnya jenis bacaan yang sesuai dengan
tujuan dan misi perpustakaan umum adalah: kebutuhan penggunanya.
1. Misi utama berikut yang terkait dengan informasi, Tujuan perpustakaan umum untuk mengelola
keaksaraan, pendidikan dan budaya harus menjadi dan melestarikan sejarah dan budaya tradisional
inti layanan perpustakaan umum. setempat. Menurut Setshwane (2015: 1) yang
2. Menciptakan dan memperkuat kebiasaan membaca dimaksud tujuan pengelolaan koleksi local content di
pada anak sejak usia dini. perpustakaan umum adalah perpustakaan umum
3. Mendukung baik pendidikan individu maupun merupakan tempat untuk memberikan pengetahuan
pendidikan mandiri serta pendidikan formal di dan informasi secara gratis kepada masyarakat.
semua tingkat. Perpustakaan umum juga merupakan tempat untuk
4. Memberikan kesempatan untuk pengembangan menunjang penelitian, pendidikan dan rekreasi.
kreatif pribadi. Tujuan perpustakaan yang paling utama adalah
5. Merangsang imajinasi dan kreativitas anak-anak sebagai tempat untuk mengumpulkan,
dan remaja. mendokumentasikan, dan memelihara budaya dan
6. Mempromosikan kesadaran akan warisan budaya, informasi asli setempat. salah satu tujuan dari
penghargaan terhadap kesenian, prestasi dan perpustakaan umum adalah mengelola informasi, dan
inovasi ilmiah. budaya lokal yang ada di masyarakat. Hal ini sejalan
7. Menyediakan akses terhadap ekspresi budaya dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Gill (2001:
semua seni pertunjukan. 23) perpustakaan umum harus menjadi lembaga kunci
8. Mendorong dialog antar budaya dan mendukung di masyarakat setempat untuk tujuan mengelola,
keragaman budaya. pengumpulan, pelestarian dan promosi budaya lokal
9. Mendukung tradisi lisan. dalam segala keragamannya. Hal ini dapat dicapai
10. Memastikan akses bagi warga negara terhadap dengan berbagai cara, misalnya perawatan koleksi
segala jenis informasi masyarakat. sejarah lokal, pameran, pengisahan cerita, penerbitan
11. Menyediakan layanan informasi yang memadai barang-barang lokal minat dan pengembangan
kepada perusahaan, asosiasi, dan kelompok program interaktif pada tema lokal.
kepentingan lokal. Sumber-sumber local content umumnya
12. Memfasilitasi pengembangan keterampilan merupakan sumber-sumber informasi yang khas dan
informasi dan kemampuan melek komputer. unik yang nilainya yang sangat tinggi bagi pengguna
13. Mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan dan perpustakaan karena merefleksikan nilai sosial-
program keaksaraan untuk semua kelompok usia, ekonomi, politik, agama dan budaya yang dihasilkan
dan memulai kegiatan tersebut jika diperlukan. masyarakat lokal. Sumber-sumber ini dalam
Setiap perpustakaan memiliki tugas pengertian yang sesungguhnya merupakan warisan
menyediakan bahan pustaka serta mengolahnya agar budaya dan intelektual dari masyarakat setempat
dapat disajikan kepada pengguna sehingga bahan (Arianto, 2016: 4).
pustaka tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna Menurut Setiawati (2006 : 2), potensi local
perpustakaan. Sebelum bahan pustaka dilayankan content dapat berupa :
kepada pengguna, terlebih dahulu diolah dan disusun 1. Potensi suatu daerah/negara salah satunya dalam
secara sistematis untuk memudahkan pengguna dalam bentuk kebudyaan, sejarah, pariwisata,
memperoleh informasi yang dibutuhkan (Qalyubi perekonomian dan sebagainya, yang menjadi ciri
2003: 51). Menurut ALA Glossary of Library and khas dari suatu daerah/negara.
Informations Science (1983) pengelolaan koleksi 2. Potensi local content perusahaan setempat seperti
merupakan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan sejarah perusahaan, perkembangan produk yang
penentuan dan koordinasi kebijakan seleksi, menilai dihasilkan, dokumentasi suatu media.
kebutuhan pemustaka, studi pemustakaan koleksi, 3. Potensi institusi pendidikan atau perguruan tinggi
evaluasi koleksi, identifikasi kebtuhan koleksi, seleksi lokal yang terdiri dari para akademisi, tenaga non
bahan pustaka, perencanaan kerjasam sumberdaya edukatif sebagai pengguna informasi pengetahuan
koleksi, pemeliharaan koleksi dan penyiangan koleksi aktif yang menghasilkan riset peneltian, skripsi,
tugas akhir, laporan akhir, artikel ilmiah, materi Adapun kegiatan pengolahan meliputi pekerjaan:
kuliah, kumpulan kebijakan pimpinan perguruan a. Pengecekan Koleksi
tinggi, sejarah perguruan tinggi atau event-event Menyesuaikan isi kiriman dengan daftar
yang dilaksanakan oleh institusi/perguruan tinggi pesanan dan kemudian dengan daftar
yang didokumentasikan baik tercetak maupun pengiriman. Adakalanya terjadi buku-buku
terekam. yang disampaikan tidak cocok dengan daftar
4. Potensi lokal lainnya yang dihasilkan oleh para pesanan dan dapat juga terjadi walaupun cocok
profesional. dengan daftar pesanan, tidak cocok dengan
Koleksi local content adalah koleksi yang daftar pengiriman (Soedibyo, 1988: 94).
memiliki karakteristik lokal. Karakteristik lokal yang b. Pemberian Cap Perpustakaan
dimaksud adalah informasi yang diproduksi secara Cap perpustakaan merupakan cap resmi
lokal (termasuk namun tidak terbatas pada literatur perpustakaan sebagai pemilik koleksi. Setiap
kelabu atau grey literature) dan/atau memiliki perpustakaan dapat meletakannya pada
kandungan informasi tentang suatu entitas lokal halaman-halaman tertentu yang sudah dipilih,
(perorangan, institusi, geografi, budaya, dll) (Liauw, misalnya selalu pada halaman dua puluh lima.
2005b:1). Dalam bidang perpustakaan, hasil karya Letak cap perpustakaan sebaiknya konsisten,
tersebut dikelola sebagai konten lokal (local content) selalu pada tempat yang sama untuk setiap
merupakan ”harta karun” yang tak ternilai harganya. koleksi agar dapat menjadi ciri khas
Harta karun yang dimaksud pada kata tersebut perpustakaan (Rahayuningsih, 2007: 37).
bukanlah harta yang berkaitan dengan bajak laut c. Klasifikasi
sebagaimana sering kita baca atau saksikan di film Bila buku tersebut buku baru maka pustakawan
melainkan harta karun berupa kandungan atau isi dari akan mengklasifikasinya berdasarkan bagan
karya tersebut. Sedangkan istilah konten lokal (local klasifikasi yang digunakan perpustakaan
content) dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa misalnya Dewey Decimal Clasification. Dalam
Indonesia menjadi konten atau muatan lokal atau isi pelaksanaan klasifikasi, pustakawan juga harus
lokal, kaitannya dengan materi perpustakaan, baik memeriksa katalog untuk menentukan nomor
cetak maupun elektronik, dokumen yang bertautan buku berdasarkan klasifikasi yang telah ada
dengan isi lokal (Sulistyo-Basuki dalam Agresti: 2). (Sulistyo-Basuki, 1993: 229).
Pengelolaan bahan pustaka terdiri dari d. Penyelesaian Fisik Buku
kegiatan-kegiatan memproses atau mengolah bahan Pembuatan kelengkapan koleksi bahan pustaka
pustaka agar siap dipinjam untuk dibaca oleh seperti label punggung buku, dan sampul buku.
pemustaka. 3. Penyimpanan Koleksi
1. Pengadaan Koleksi Proses penyimpanan ini menempatkan koleksi
Pengadaan koleksi merupakan proses disebuah tempat penyimpanan atau rak.
menghimpun koleksi yang akan dijadikan koleksi Penyimpanan koleksi merupakan penataan,
perpustakaan. pemeliharaan, dan pendayagunaan dokumen
a. Pembelian sebaik mungkin. Koleksi dokumen merupakan
Penambahan koleksi dengan cara membeli investasi finansial serta intelektual untuk keperluan
merupakan kegiatan penambahan koleksi yang informasi, pengajaran, penelitian, karya sastra
paling banyak dilakukan oleh perpustakaan. serta keperluan lain (Sulistyo-Basuki, 1993: 41)
Dengan cara ini dapat dilakukan pemilihan 4. Pemeliharaan Koleksi
koleksi yang benar-benar sesuai kebutuhan Pemeliharaan koleksi di perpustakaan meliputi 3
pengguna dan dana yang tersedia. kegiatan, yaitu pelestarian, pengawetan, dan
b. Penerimaan Hadiah perbaikan.
Cara lain untuk menambah koleksi adalah a. Pelestarian (preservation). Pelestarian koleksi
dengan menerima hadiah atau dengan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengajukan permintaan. mempertahankan koleksi agar dapat digunakan
c. Tukar-menukar Koleksi dalam jangka waktu yang lama.
Perolehan koleksi perpustakaan dapat juga b. Pengawetan (conservation). Pengawetan
dilakukan dengan cara tukar-menukar koleksi koleksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
dengan perpustakaan lain ataupun instansi melindungi koleksi dari kerusakan dan
tertentu lainnya. kehancuran. Koleksi yang terbuat dari kertas
2. Pengolahan Koleksi merupakan bahan yang mudah rusak dimakan
Menurut Sutarno (2005: 103) pengolahan atau serangga, kena noda, debu dan jamur. Oleh
processing adalah serangkaian pekerjaan yang karena itu, koleksi perpustakaan perlu
dilakukan sejak bahan pustakan diterima di dilindungi dengan cara membersihkan debu,
perpustakaan sampai dengan siap digunakan oleh mengadakan pengasapan untuk membunuh
pemakai. Tujuannya agar semua koleksi dapat serangga dan jamurm dan menghilangkan
ditemukan atau ditelusur dan dipergunakan dengan noda. Pengawetan pengawetan perlu dilakukan
mudah oleh pemakai.
secara rutin agar informasi yang terdapat dalam yang dilakukan kepada informan untuk
koleksi selalu terjaga dengan baik dan utuh. mendapatkan data yang dibutuhkan. mengenai
c. Perbaikan (restoration). Perbaikan koleksi pengelolaan koleksi local content khusus Banten.
adalah kegiatan yang dilakukan untuk 2. Data Sekunder
memperbaiki koleksi yang rusak sehingga Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
dapat digunakan lagi. Perbaikan koleksi dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, dan lain-
meliputi kegiatan seperti perbaikan isi buku lain), foto-foto, film, rekaman, video, benda-benda
atau blok buku dan pembuatan sampul buku dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer
(Rahayuningsih, 2007: 135) (Arikunto, 2006: 22). Data sekunder yang
digunakan dalam peneitian ini adalah dokumen-
2. Metode Penelitian dokumen yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan
Desain penelitian adalah rencana dalam melakukan Kearsipan Provinsi Banten yang digunakan untuk
penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, yaitu menunjang penelitian.
dengan menentukan cara pengumpulan data dan Subjek penelitian adalah “...subjek yang dituju
analisis data yang sesuai dengan tujuan penelitian. untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita berbicara tentang
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek penelitian, sebenarnya kita berbicara mengenai
penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud perhatian atau sasaran peneliti” (Arikunto, 2006: 145).
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami Adapun subjek dalam penelitian ini adalah
oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada Provinsi Banten yang memiliki kompetensi dan
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan terlibat langsung dalam proses pengelolaan koleksi
memanfaatkan berbagai metode ilmiah Moleong local content.
(2007: 6). Objek penelitian menurut Sugiyono (2012: 38)
Pendekatan penelitian yang digunakan pada adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
penelitian ini adalah metode studi kasus yang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
didalamnya menyelidiki secara cermat suatu program, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. kemudian ditarik simpulannya. Obyek dalam
Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, penelitian ini adalah proses pengelolaan koleksi local
mengumpulkan informasi secara lengkap content khusus Banten yang mencakup pengadaan,
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data pengolahan, preservasi, dan penyimpanan.
dan berdasarkan waktu yang telah ditentukan Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi
(Cresswell, 2010:20). bahan pertimbangan utama dalam pengumpulan data
Jenis data sebagai informasi dalam penelitian adalah pemilihan informan. Dalam penelitian
ini adalah data kualitatif . Jenis data dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi
kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata oleh Spradley yang dikutip oleh Sugiyono (2013:297)
verbal bukan dalam bentuk angka yang termasuk data dinamakan “social situation” yang terdiri dari tiga
kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan
obyek penelitian, meliputi: Sejarah singkat berdirinya, aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergi.
letak geografis obyek, visi dan misi, struktur Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah
organisasi, keadaan sarana dan prasarana, pengelolaan sampling purposive. Purposive Sampling adalah
koleksi local content khusus Banten (Muhadjir,1992: teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
2). tertentu (Sugiyono, 2013:124). Menurut Suyanto
Menurut Moleong (2010: 22), sumber data (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa
peneltian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata- macam, yaitu:
kata lisan atau tulisan yang dicermati oleh peneliti, 1. Informan kunci (Key Informan) merupakan mereka
dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi
dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen pokok yang diperlukan dalam penelitian.
atau bendanya. Data merupakan fakta mengenai 2. Informan Utama merupakan mereka yang terlibat
sumber informasi, data yang diperoleh nantinya diolah langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.
sehingga menjadi informasi yang lebih baru. Sumber 3. Informan Tambahan merupakan mereka yang
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: dapat memberikan informasi walaupun tidak
1. Data Primer langsung terlibat dalam interaksi sosial yang
Data primer merupakan data yang diperoleh secara diteliti. Informan yang peneliti pilih adalah
langsung dari objek yang akan diteliti. Data primer informan yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan
ini merupakan data mentah yang selanjutnya akan koleksi local content yang memahami apa yang
diproses untuk tujuan-tujuan tertentu, sesuai akan dikaji oleh peneliti. Pemilihan informan
dengan kebutuhan (Arikunto, 2006: 22). Data menggunakan teknik purposive sampling yaitu
primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil teknik pengambilan sampel sumber data dengan
observasi di tempat kejadian dan hasil wawancara pertimbangan tertentu.. Adapun pihak yang
menjadi informan kunci dalam peneletian ini Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kepala Seksi Deposit Pengembangan menggunakan teknik analisis data model Miles dan
Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka. Huberman (1984: 12) yaitu terdapat tiga tahap ketika
Pengumpulan data merupakan langkah yang melakukan analisis data kualitatif yaitu data reduction,
sangat penting dalam penelitian, pengumpulan data data display, dan conclusion drawing/ verification.
adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk Reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis
memperoleh data yang diperoleh, sehingga data yang sehingga peneliti harus memilih bagian data mana
diperoleh benar-benar valid. Teknik pengumpulan yang dianggap tidak penting dan berkaitan untuk
data ini dilakukan melalui: dikode dan dibuang. Proses reduksi data dimaksudkan
Observasi menurut Arikunto (2006: 25), yaitu untuk lebih menajamkan, menggolongkan,
kegiatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian mengarahkan, dan membuang bagian data yang tidak
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh diperlukan, serta mengorganisir data sehingga
indera. Tujuan dari observasi ini adalah peneliti jadi memudahkan untuk dilakukan penarikan simpulan.
mempunyai kesempatan untuk lebih mengenal dan Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
mengamati calon informan di tempat penelitian. yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
Dengan melakukan observasi maka diharapkan akan dicari tema dan polanya. Dalam penelitian ini peneliti
memperoleh data-data atau informasi yang sesuai mereduksi data dari hasil wawancara yang
dengan penelitian. Pada penelitian ini peneliti berhubungan dengan permasalahan penelitian
menggunakan teknik observasi tidak berperan serta sehingga akan mendapatkan data yang memiliki nilai
(non-participant observation). Dalam penelitian ini temuan.
peneliti tidak ikut terlibat langsung dalam kegiatan di Langkah selanjutnya setelah melakukan reduksi
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten.. data adalah model data. Model data merupakan
Sebagaimana dikemukakan Sugiyono penyajian data. Miles dan Huberman (1992: 17)
(2010:194), wawancara digunakan sebagai teknik membatasi penyajian sebagai sekumpulan informasi
pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan tersusun yang memberi kemungkinan adanya
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui peneltian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
jumlah respondennya sedikit/kecil. Dalam penelitian kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan
ini, sebelum melakukan wawancara dijelaskan kepada menyajikan data, maka akan memudahkan untuk
informan mengenai topik penelitian sehingga akan memahami apa yang terjadi, peneliti dapat menguasai
tercapai tujuan penelitian. Wawancara dilakukan data dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
untuk memperoleh data tentang pengelolaan koleksi apa yang telah dipahami tersebut.
local content (muatan lokal). Dalam penelitian ini, peneliti mereduksi data
Hamidi (2004:72), metode dokumentasi adalah yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
informasi yang berasal dari catatan penting baik dari terstruktur. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan pernah ada, Miles dan Huberman dalam (Sugiyono,
gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil 2008: 246-253). Kemudian peneliti mengamati pola-
penelitian. Dokumentasi adalah mengumpulkan data pola, model, penjelasan, hubungan, dan sebagainya
yang berisi penjelasan untuk dapat membantu dalam untuk menarik kesimpulan, lalu menyajikanya dalam
penelitian. Dokumentasi dapat berbentuk gambar atau bentuk uraian singkat. Langkah terakhir, peneliti
foto. Metode ini digunakan untuk penelitian yang melakukan verifikasi data yang diperoleh dari hasil
bersumber pada tulisan seperti buku-buku, jurnal, wawancara. Tujuan penarikan kesimpulan ini adalah
hasil penelitian, peraturan-peraturan, arsip, dan untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
dokumen. sejak awal.
Setelah penulis melakukan pengumpulan data, Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan
tahap selanjutnya yaitu tahap analisis data. Metode datanya peneliti menggunakan teknik triangulasi.
analisis data yang digunakan pada penelitian ini Menurut Sugiyono (2008:83) menjelaskan teknik
adalah metode analisis data deskriptif kualitatif. triangulasi dapat diartikan sebagai teknik
Analisis data merupakan tahap-tahap, langkah-langkah pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
kegiatan terhadap data yang sedang dikumpulkan atau berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
sudah dikumpulkan, dengan tujuan untuk menarik yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan
kesimpulan. Menurut Moleong (2008: 103) analisis data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
data adalah proses mengatur urutan data, mengumpulkan data sekaligus menguji kreadibilitas
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti Triangulsai dilakukan untuk menguji sumber
yang disarankan oleh data. informasi dan bukti-bukti temuan dari informan-
informan yang berbeda sehingga dapat meningkatkan
akurasi suatu penelitian (Emzir, 2012: 82). Dalam 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang
penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan mengatakan bahwa “Pemerintah Provinsi dan
menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban
yaitu mengumpulkan hasil temuan data dari informan menyelenggarakan dan mengembangkan
mengemban perpustakaan
yang satu dan informan lainnya mengenai pengelolaan umum daerah berdasarkan kekhasan daerah sebagai
koleksi local content di Dinas Perpustakaan dan pusat penelitian dan rujukan tentang kebudayaan
Kearsipan Provinsi Banten. Proses triangulasi sumber daerah di wilayahnya”. Keberadaan koleksi local
dilakukan untuk memperoleh persamaan maupun content Banten dapat menjadi kebanggaan dan
perbedaan data dari informan untuk selanjutnya bermanfaat untuk pengguna perpustakaan dan juga
dideskripsikan, dikategorikan mana pandangan yang masyarakat
syarakat Banten agar dapat mengenal lebih jauh
sama, mana yang
ng berbeda, dan mana yang spesifik. tentang Banten, baik itu budaya, sejarah, dan adat
istiadat setempat.
3. Hasil dan Pembahasan Ruangan Banten Corner merupakan ruangan
3.1 Sejarah Koleksi Local Content (Muatan yang menyimpan koleksi khusus yang dimiliki Dinas
Lokal) Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten.
Sejarah keberadaan koleksi local content berawal Ruanganan ini menyediakan koleksi local content
mulai tahun 2011, pada saat itu perpustakaan mulai khusus Banten yang memuat informasi tentang
mencari dan mengumpulkan koleksi yang berkaitan Banten. Koleksi local content
conten atau muatan lokal
dengan Provinsi Banten. Tahun 2013 pihak adalah informasi yang khas dan unik tentang suatu
perpustakaan mulai membuat ruangan tersendiri untuk daerah dapat dijumpai di perpustakaan, koleksi local
koleksi local content yang dinamakan ruangan Banten content berisi tentang
ng suatu topik yang sifatnya lokal.
Corner.. Pemberian nama Banten Corner tersebut Sumber-sumber koleksi local content berasal dari
bertujuan untuk memberikan ciri khas bagi Dinas sumber-sumber
sumber khas dan unik yang menjelaskan nilai
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten. sosial dan budaya yang dihasilan masyarakat lokal.
lokal
Ruangan Banten Corner mulai beroperasi pada tahun
2014 dan mulai melaksanakan pelayanan kepada
pemustaka.

3.2 Koleksi Local Content (Muatan Lokal) Sebagai


Fungsi Kultural
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Banten merupakan perpustakaan umum yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan informasi
pemustaka. Salah satu koleksi bahan pustaka yang
penting di perpustakaan umum adalah koleksi yang
berisi informasi lokal setempat
pat atau konten lokal.
Koleksi yang berisi informasi lokal biasa disebut
dengan koleksi local content. Koleksi local content
merupakan koleksi khusus yang ada di perpustakaan Gambar 1. Gambar koleksi local content (muatan
umum. Perpustakaan umum harus memberikan lokal) Banten Corner (Sumber: Dinas Perpustakaan
perhatian lebih terhadap koleksi khusus ini. Hal ini dan Kearsipan Provinsi Banten 2017)
dapat dilihat dari ruangan khusus untuk menyimpan
koleksi local content yang diberi nama ruangan Gambar koleksi local content diatas berjudul
Banten Corner,, ruangan tersebut terdapat di lantai 2 Kiyai dan Jawara di Banten. Buku tersebut berisi
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten. informasi tentang sejarah, peran dan kedudukan dari
Keberadaan koleksi local content
conten khusus kiyai dan jawara di Banten. Buku tersebut juga
Banten
ten ini adalah berawal dari kebijakan dari menjelaskan tentang kiyai dan jawara tidak hanya
Perpustakaan Nasional yang mewajibkan setiap menggambarkan suatu sosok tetapi juga telah menjadi
perpustakaan umum memiliki koleksi khusus daerah kelompok yang memiliki nilai, norma dan pandangan
setempat dan ruangan tersendiri untuk koleksi hidup yang khas.
tersebut. Selain itu dengan adanya koleksi khusus Keberadaan koleksi local content Banten
Banten dapat memudahkan pencarian pemustaka yang Corner di Dinas Perpustakaan
erpustakaan dan Kearsipan Provinsi
ingin mencari informasi yang berkaitan dengan Banten berguna juga untuk menyimpan, memelihara
Banten. dan menyebarluaskan informasi khas daerah Banten
Hal ini menunjukan bahwa keberadaan ruangan seperti informasi tentang sejarah Islam yang
dan Koleksi local content sebagai usaha dari Dinas berkembang di Provinsi Banten, sejarah tentang
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten untuk kerajaan Banten, adat istiadat Banten,
B Suku Baduy,
memfasilitasi pemustaka dalam mencari
me informasi folklore (upacara adat, lagu tradisional, cerita rakyat)
yang berhubungan dengan provinsi Banten. dan koleksi yang menggunakan Bahasa Belanda.
Sebagaimana dikehendaki dalam Undang-Undang
Undang No. Informasi tersebut adalah beberapa informasi khas
dari Provinsi Banten. Provinsi Banten sendiri terdiri terutama sulitnya mendapatkan koleksi yang
dari 4 Kabupaten dan 4 Kota diantaranya Kabupaten berhubungan dengan Banten. kendala dalam kegiatan
Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, pengadaan koleksi local content adalah sulitnya
Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang, mendapatkan koleksi yang bertema tentang Banten.
Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Hal ini di dikarenakan masih sedikitnya penerbit yang
menerbitkan buku tentang Banten dan kurangnya
3.3 Pengadaan Koleksi Local Content (Muatan kesadaran masyarakat untuk menyerahkan koleksi
Lokal) yang berhubungan dengan literature Banten kepada
Pengadaan koleksi local content Banten Corner perpustakaan. Meskipun sebenarnya dari pihak
dilakukan dengan cara pembelian dan juga sumbangan pengurus perpustakaan sudah melakukan sosialisasi
dari masyarakat sekitar. Pembelian dilakukan melalui dan pengajuan permintaan koleksi kepada masyarakat,
penerbit lokal yang ada di Provinsi Banten dan juga akan tetapi tetap saja masih ada masyarakat yang
dengan Perpustakaan Kabupaten atau kota yang ada enggan untuk memberikan koleksi tersebut kepada
diseluruh provinsi Banten. Pengadaan koleksi local perpustakaan.
content pihak pustakwan akan melakukan hunting Pengadaan koleksi yang dilakukan tidak hanya
terlebih dahulu agar dapat menemukan koleksi yang melalui pembelian, sumbangan, dan tukar menukar.
sesuai. Selain dari penerbit lokal biasanya pustakawan Terdapat juga koleksi local content yang merupakan
mencari koleksi sampai ke luar Provinsi Banten, hasil terbitan instansi yang ada di Provinsi Banten dan
seperti ke daerah Jawa Barat, Lampung, Makassar, kumpulan pidato-pidato Gubernur Banten. Hal ini
hingga ke negara Belanda. Dinas Perpustakaan dan terkait dengan subjek yang berhubungan dengan
Kearsipan Provinsi Banten dalam melakukan Provinsi Banten. Contohnya seperti terbitan buku
pengadaan bahan pustaka bekerjasama dengan pihak tahunan BPS (Badan Pusat Statistik).
Bantenologi. Berdasarkan hasil observasi peneliti kegiatan
Pengadaan koleksi yang dilakukan tidak hanya pengadaan koleksi local content Banten Corner di
melalui pembelian, tetapi terdapat juga koleksi hasil Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten
dari sumbangan masyarakat sekitar. Salah satu dilakukan dengan cara pembelian, pihak perpustakaan
sumbangan dari masyarakat adalah koleksi naskah bekerja sama dengan Bantenologi untuk pengadaan
kuno dengan tulisan arab pegon. Koleksi hasil koleksi local content, dilakukan setiap 1 tahun sekali
sumbangan masyarakat tidak semua diberikan secara yaitu pada pertengahan tahun. Anggaran pengadaan
sukarela, biasanya masyarakat meminta imbalan atau sendiri mempunyai anggaran tersendiri tidak menyatu
ganti rugi untuk koleksi yang masyarakat punya. dengan anggaran untuk pengadaan koleksi umum.
Kebijakan perpustakaan adalah jika koleksi yang ada Kendala yang dihadapi oleh Dinas Perpustakaan dan
dimasyarakat merupakan koleksi yang sangat langka Kearsipan Provinsi Banten adalah kelangkaan akan
maka pihak perpustakaan tidak keberatan untuk koleksi yang memuat literatur tentang Banten.
mengganti rugi selama ganti rugi tersebut masih
dalam batas wajar, dikarenakan pihak Dinas 3.4 Pengolahan Koleksi Local Content (Muatan
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten Lokal)
mempunyai anggaran khusus untuk koleksi local Pengolahan bahan pustaka merupakan lanjutan dari
content. Sumber anggaran pengadaan koleksi local kegiatan pengadaan bahan pustaka. Bahan pustaka
content Banten Corner di Dinas Perpustakaan dan yang sudah diadakan akan melalui tahap pengolahan.
Kearsipan Provinsi Banten sendiri terpisah dengan Kegiatan pengolahan bahan pustaka harus dilakukan
anggaran untuk pengadaan koleksi umum. Hal ini secara baik dan benar. Pengolahan yang baik dan
bertujuan untuk memaksimalkan dana pengadaan benar akan memudahkan dalam penyimpanan bahan
untuk koleksi khusus. Pengadaan koleksi yang pustaka dan akan membantu memudahkan pemustaka
dilakukan secara rutin, bertujuan untuk memberikan dalam mencari bahan pustaka yang dibutuhkannya.
informasi yang luas bagi keberagaman koleksi di Kegiatan pengolahan koleksi local content
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten, Banten Corner terdapat beberapa tahap diantaranya:
selain itu dengan pengadaan koleksi nilai informasi 1. Pengecekan koleksi
yang terkandung didalamnya dapat lebih berkembang, Pengecekan koleksi dilakukan agar koleksi yang
artinya informasi yang terkandung pada koleksi datang sesuai dengan permintaan. Pengecekan
diharapkan dapat sesuai dengan perkembangan zaman, koleksi juga berguna untuk memastikan koleksi
sehingga memudahkan pemustaka ketika mencari dalam keadaan baik dan terhindar dari dari koleksi
informasi yang dibutuhkan. Contohnya mencari yang rusak.
informasi tentang literature Banten. 2. Pemberian stempel buku
Kegiatan pengadaan koleksi local content Pemberian stempel buku umumnya memuat judul
dilakukan secara rutin oleh Dinas Perpustakaan dan buku, nomor inventaris buku serta jumlah buku.
Kearsipan Provinsi Banten, yaitu setahun 1 kali pada Stempel milik perpustakaan ini ada hubungan
pertengahan tahun. Meskipun kegiatan pengadaan dengan pengamanan buku. Pemberian stempel
dilakukan secara rutin, akan tetapi terdapat kendala tidak boleh menggangu atau menghalangi
dalam kegiatan pengadaan koleksi local content informasi yang ada di dalam buku.
3. Klasifikasi kepada pustakawan dan harus didampingi oleh
Klasifikasi bertujuan untuk pemberian subjek pustakawan.
buku. Pedoman yang dilakukan untuk klasifikasi 3. Ruang koleksi local content Banten Corner
koleksi local content sama dengan koleksi umum Penyimpanan koleksi local content Banten Corner
yaitu menggunakan pedoman Dewey Decimal dipisahkan dengan koleksi umum. Koleksi local
Classification (DDC) edisi 22 dan terjemahan content Banten Corner disimpan di ruangan
ringkasan klasifikasi DDC. khusus yang berada di lantai 2, ruangan tersebut
4. Penyelesaian Fisik Buku. diberi nama ruangan Banten Corner.
Koleksi local content tidak terdapat kartu buku.
Hal ini dikarenakan koleksi local content tidak 3.6 Preservasi dan Konservasi Koleksi Local
dapat dipinjam oleh pemustaka. Perbedaan Content (Muatan Lokal)
penyelesaian fisik buku koleksi local content Pelestarian koleksi merupakan kegiatan yang
Banten Corner dengan koleksi umum adalah bertujuan untuk menjaga informasi agar tetap terjaga
pemberian kode khusus. dan tidak hilang. Pelestarian berguna untuk
meningkatkan akses dan kegunaan koleksi. Koleksi
local content menjadi bagian penting dari
perpustakaan. Koleksi local content bermanfaat untuk
3.5 Penyimpanan Koleksi Local Content (Muatan kebutuhan informasi maka dari itu perlu diupayakan
Lokal) pelestarian agar informasi yang terkandung dapat
Penyimpanan merupakan lanjutan setelah proses dipakai dalam jangka panjang.
pengadaan dan pengolahan. Penyimpanan koleksi Pelestarian harus menjadi perhatian dan
yang baik dan akan memudahkan pemustaka dalam prioritas perpustakaan. Beberapa upaya pelestarian
mencari kebutuhan informasi yang dibutuhkannya. yang dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan
Maka dari itu penyimpanan koleksi perlu dilakukakan Kearsipan Provinsi Banten adalah penjilidan dan
secara benar. Selain memudahkan pemustaka untuk fumigasi.
mendapatkan informasi yang dibutuhkan, 1. Penjilidan
penyimpanan koleksi yang benar akan Penjilidan juga merupakan cara yang paling
memperpanjang usia koleksi. Penyimpanan koleksi mudah dilakukan untuk melindungi koleksi meski
local content Banten Corner terdapat beberapa bagian cara penjilidan yang dilakukan oleh Dinas
yang diantaranya: Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten
1. Penyusunan koleksi masih dengan cara manual namun tetap mampu
Penyusunan koleksi local content Banten Corner melestarikan bahan pustaka. Kegiatan
yang dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan pemeliharaan bahan pustaka yang dilakukan oleh
Kearsipan Provinsi Banten sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
penyusunan koleksi umum. Penyusunan koleksi Banten melakukan penjilidan terhada koleksi yang
berdasarkan nomor kelas yang tertera pada Dewey rusak ringan. Penjilidan adalah salah satu kegiatan
Decimal Classification (DDC). untuk melindungi bahan pustaka. Kegiatan
2. Penempatan koleksi penjilidan dilakukan secara sederhana dan sesuai
Rak-rak koleksi yang ada di Dinas Perpustakaan kemampuan pustakawan sendiri. Untuk koleksi
dan Kearsipan Provinsi Banten terbuat dari kayu yang robek akan dilakukan penambalan kertas.
dan ada juga yang terbuat dari besi. Koleksi local Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
conten Banten Corner yang memiliki nilai Banten juga melakukan pembersihan rak bahan
informasi yang khas dan koleksi yang sangat pustaka saja secara rutin setiap 1 minggu sekali.
langka ditempatkan di meja yang memiliki kaca. Membersihkan ruangan adalah kegiatan yang
Contoh koleksi local content yang memiliki penting agar koleksi tetap terjaga kebersihannya
informasi khas dan sangat langka adalah koleksi dan dapat melestarikan koleksi dari kerusakan.
bertuliskan arab pegon. Koleksi bertuliskan arab 2. Fumigasi
pegon ini sangat langka bahkan Dinas Fumigasi dilakukan perpustakaan bertujuan untuk
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten menghilangkan serangga contohnya seperti kecoa,
hanya memiliki 1 koleksi. Tidak banyak kutu buku, rayap, ngengat dan sejenisnya.
perpustakaan yang memiliki koleksi ini, maka dari Fumigasi merupakan suatu tindakan yang
itu perlu dilakukan penanganan khusus sebagai bertujuan untuk mencegah kerusakan pada koleksi
wujud pelestarian koleksi. Koleksi arab pegon perpustakaan. Maka dari itu perlu adanya tindakan
tersebut disimpan di meja kaca guna menghindari pencegahan maupun pembasmian terhadap
kerusakan dari debu dan kerusakan yang seangga yang dapat merusak koleksi tersebut, dan
disebabkan oleh pemustaka. Penempatan di meja salah satu diantaranya dengan cara fumigasi.
kaca membuat pemustaka hanya dapat melihat Pelaksanaan fumigasi belum dilakukan oleh Dinas
koleksi tersebut, pemustaka tidak dapat mengakses Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten.
koleksi tersebut. Bagi pemustaka yang ingin 3. Kondisi Ruangan Koleksi Local Content Banten
membaca koleksi tersebut dapat meminta izin Corner
Pemasangan pendingin udara (AC) pada pustakawan melakukan beberapa upaya
perpustakaan merupakan salah satu cara untuk pemeliharan atau perawatan yaitu penjilidan,
merawat buku. Dengan memasang AC, suhu fumigasi dan pemasangan pendingin udara.
ruangan dapat terja kelembabannya, jika suhu Pelestarian koleksi merupakan bertujuan untuk
dalam ruangan tetap stabil dapat mencegah menjaga informasi agar tetap terjaga dan menjegah
perkembangan tumbuhnya jamur pada buku kerusakan.
5. Kerja sama perpustakaan
3.7 Kerja sama Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Kerja sama yang dilakukan oleh Dinas Perpustakaan Banten melakukan kerja sama dengan pihak
dan Kearsipan Provinsi Banten hanya kerja sama Bantenologi dalam hal pengadaan koleksi. Kerja
untuk pengadaan koleksi local content perpustakaan, sama dengan Bantenologi bertujuan untuk
kerja sama pengadaan koleksi local content dilakukan membantu perpustakaan mendapatkan koleksi
dengan Bantenologi. Untuk kerjasama pengelolaan khas Banten. Sejauh ini Dinas Perpustakaan dan
koleksi belum dilakukan karena menurut informan Kearsipan Provinsi Banten melakukan kerja sama
yang diwawancarai peneliti mengatakan bahwa belum hanya dalam pengadaan koleksi local content.
adanya tindakan lebih lanjut dengan lembaga Untuk kerjasama dalam hal pengelolaan, Dinas
kearsipan dan museum. Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten
belum bekerjasama dengan instansi manapun, baik
4. Simpulan itu lembaga arsip maupun museum.
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengelolaan
koleksi local content (muatan lokal) di Dinas Daftar Pustaka
Perpustakaan dan Kersipan Provinsi Banten yang telah American Library Association. 1983. ALA Glossary of
dilakukan terdiri dari kegiatan pengadaan koleksi Library and Information Science. Chicago:
local content, kegiatan pengolahan koleksi local ALA.
content, kegiatan penyimpanan koleksi local content, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
kegiatan preservasi koleksi local content, kegiatan Pendekatan Praktek. Jakarta PT. Rineka
preservasi local content, dan kegiatan kerja sama Cipta.
perpustakaan. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai Creswell, J. W. 2010. Research design: pendekatan
berikut: kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta:
1. Pengadaan koleksi local content PT Pustaka Pelajar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan Emzir. 2012. Metode Penelitian Pendidikan
pengadaan bahan pustaka sudah dilakukan secara Kuantitatif dan Kualitatif.
rutin setahun 1 kali pada pertengahan tahun, Bandung: Rajagrafindo Persada.
dengan cara pembelian dan sumbangan dari Gill, Philip. 2001. The Public Library Service: the
masyarakat. Pembelian koleksi local content, IFLA/UNESCO Guidelines for Development.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Munchen:Saur. 10 Februari 2011.
Banten bekerja sama dengan Bantenologi. Kendala http://archive.ifla.org/VII/s8/proj/pub197.pdf
pengadaan yang dihadapi Dinas Perpustakaan dan Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi
Kearsipan Provinsi Banten adalah sulitnya Praktis PembuatanProposal dan Laporan
mendapatkan koleksi yang berkaitan dengan Penelitian. Malang: UMM Press.
kebantenan. IFLA/UNESCO Manifesto. 1994. sumber:
2. Pengolahan koleksi local content http://www.ifla.org. Diunduh [6 Juni 2017].
Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan Liauw, Toong Tjiek. 2005. “Desa Informasi: Local
pengolahan koleksi local content yang dilakukan Cotentglobal reach. Paper Presented at the
adalah pengecekan koleksi, pemberian stempel 2005 Seminar of the International Council on
buku, klasifikasi, dan penyelesaian fisik buku. Archives, Section on Unversity and Research
Kegiatan pengelolaan koleksi local content Institution Archives in Michigan State
mempunyai alur yang sama dengan kegiatan University, East Lansing MI.
pengelolaan koleksi umum. Miles, M.B. and Huberman. 1984. Qualitative Data
3. Penyimpanan koleksi local content Analysis. London: Sage Publication.
Penyimpanan koleksi local content yang dilakukan Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992.
oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Banten dipisahkan dengan koleksi umum. Koleksi Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
local content berada dilantai 2 di ruangan Banten Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif.
Corner. Pemisahan koleksi khusus dan umum Bandung: PT Rosdakarya
bertujuan agar pemustaka menjadi lebih mudah ______________. 2008. Metode Penelitian Kualitatif.
dalam mencari informasi yang berkaitan dengan Bandung: PT Rosdakarya
Banten. ______________. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
4. Preservasi koleksi local content Bandung: PT Rosdakarya
Proses pelestarian koleksi local content di Dinas Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten yaitu Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Qalyubi, Syihabuddin, et.al. 2003. Dasar-dasar ilmu
perpustakaan dan informasi. Yogyakarta:
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Fakultas Adab IAIN
Rahayuningsih. 2007. Pengelolaan Perpustakaan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Republik Indonesia. 2001. Keputusan Kepala
Perpustakaan Nasional No. 3 Tahun 2001
Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
________________. 2007. Undang-Undang No.43
Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia.
Setiawati, Ubudiyah. 2006. Pengembangan Local
Content: (pengalaman di Perpustakaan
Unikom). Universitas Padjajaran. Bandung
Setshwane, Connie Monica dan Lillian Oats. 2015.
“Cultural Preservation Through Public
Libraries:Lessons from Kanye Public
Library”, IFLA WLIC. Sumber
https://www.ifla.org/files/assets/reference-
and-information services/publications/003-
setshwane-en.pdf.
Soedibyo, Noerhayati. 1988. Pengelolaan
Perpustakaan Jilid 2. Bandung: Alumni
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
________. 2010 . Metode Penelitian Kuanttaif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________. 2011 . Metode Penelitian Kuanttaif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________. 2013 . Metode Penelitian Kuanttaif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_____________. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat.
Jakarta: Sagung Seto Sutarno.
Suyanto, Bagong. (2005).Metode Penelitian Sosial:
Bergabai Alternatif Pendekatan. Jakarta :
Prenada Media
Uzuegbu, Chimezie Patrick. 2012. “Library
Philosophy and Practice: The Role of
Universty Libraries in Enhancing Local
Content Availability in the Nigerian
Community”, Library Philosophy and practice
(e-journal). Sumber
http://www.webpages.uidaho.edu/~mbolin/uzu
egbu.htm.
World Bank. 1998. Indigeneous Knowledge For
Development: A Framework For Action.
Knowledge and Learning Center
Yusuf, Taslimah. 1996. Manajemen Perpustakaan
Umum. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai