OLEH :
RICKO ARVIAN
144012015031
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH DEFISIT
PERAWATAN DIRI DI RUANG CENDRAWASIH RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018
OLEH :
RICKO ARVIAN
144012015031
ii
3
Ricko Arvian
xii + 68 halaman, 10 lampiran, 17 tabel
ABSTRAK
Defisit perawatan diri suatu permasalahan dimana kondisi pada seseoarang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam beraktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi, berpakaian, makan, BAB dan BAK. Defisit perawatan diri
di RSJ provinsi Lampung dari tahun 2017 mengalami peningkatan jumlah yaitu
22 jiwa defisit perawatan diri, sedangkan tahun 2018 26 jiwa defisit perawatan
diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan asuhan keperawatanjiwa pada
klien yang mengalami defisit perawatan diri di RSJD Provinsi Lampung. Jenis
penelitian ini menggunakan eksplorasi dengan desain penelitian studi kasus.
Dengan jumlah 2 partisipan, dengan kriteria partisipan skizofrenia, dengan jenis
kelamin laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan dari 2 partisipan terlihat dari hasil
mandiri atau dengan bantuan: personal hygiene: kedua klien mampu melakukan,
berdandan: kedua klien mampu melakukan, makan: pada klien 1 mampu
melakukan dengan bantuan karena klien 1 menggalami gangguan kognitif atau
daya ingat dan klien 2 mampu melakukan makan dengan baik sesuai yang
diajarkan, BAB dan BAK kedua klien mampu melakukan. Rekomendasi hasil
penelitian ini adalah agar klien selalu melakukan aktivitas mandiri: personal
hygiene untuk meningkatkan kemandirian klien DPD.
Ricko Arvian
xii + 68 pages, 10 attachments, 17 tables
ABSTRACT
Self-care deficit is a problem where conditions in someone who experiences
weakness in the ability to independently self-care activities such as bathing,
dressing, eating, defecation and BAK. The self-care deficit in the Lampung
provincial RSJ from 2017 experienced an increase in the number of 22 self-care
deficits, while in 2018 26 people experienced self-care deficits. This study aims to
describe nursing nursing care for clients who experience self-care deficits in
Lampung Provincial Hospital. This type of research uses exploration with case
study research designs. With the number of 2 participants, with the criteria of
schizophrenic participants, with male gender. The results showed that 2
participants were seen from independent results or with assistance: personal
hygiene: both clients were able to do, dress up: both clients were able to do, eat:
the client was able to do with help because client 1 experienced cognitive or
memory impairment and client 2 able to eat well according to what is taught, BAB
and BAK both clients are able to do. The recommendation of the results of this
study is that clients always carry out independent activities: personal hygiene to
increase the independence of DPD clients.
MOTTO
PERSEMBAHAN
Semua yang telah kucapai saat ini adalah karunia Allah SWT serta wujud rasa
syukur kepada nya dan karya tulis ilmiah ini kupersembahkan kepada
1. Ibu dan ayah tercinta ibu Walgiyah dan bapak Prayitno yang senantiasa
memberikan banyak kesabaran dan ampunan kepadaku dengan segala
pengorbanan keikhlasan.
2. Yang kusayangi kakakku Fredi Anang Saputra, Lili Anto apriadi yang
selalu memberikan semangat dan mengingatkan ku pada masa anak anak.
3. Untuk keluarga besar yang telah setia dan sabar menemaniku.
4. Untuk Ibu Ns. Nuria Muliani ,M.Kep.,Sp.Kep.J dan Ibu Ns.
Idayati,M.Kep. yang selalu membimbing dan mensuport memberi
semangat selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
5. Untuk Ibu Elmi Nuryati M.Epid. selaku penguji III terimakasih atas
waktunya untuk menguji seminar hasil Karya Tulis Ilmiah.
6. Untuk Bagas prio jatmiko, M. Syarifudin, Diki saptra, M.Agil Assegaf,
Yoga faisal, Asep mulyana, Oki pamuji, M khoirut tasdiq, Andri fino
himawan, Erick pancatama, syahroni hidayat, indra kusuma, erdin dwi
prasetya, pratiti damba wicaksono, syaviq liana martin, heru dwi prasetyo,
ade agung wl, yang telah memberikan tawa dan semangat, terimakasih
telah memberiku warna selama ini.
7. Untuk Team keperwatan jiwa M.Agil Assegaf, Dwi Purnama Sari,
Aldyansa Nurul Kismawati, Sari Dewi, Rafiqoh, Yulia Agustina, Melisa,
Ade Agung Wl, Heru Dwi Prasetya, Heru Setiawan, Tiara Rozalia, Desta
Ayu Wandari
8. Teman teman seperjuanagan DIII Keperawatan Angkatan 20 semoga apa
yang kalian cita citakan, diimpikan, dan diharapkan dapat terwujud kelak
Amin yarobal alamin.
9. Almamater tercinta STIKes Muhammmadiyah Pringsewu Lampung yang
penulis banggakan.
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Ilmiah dengan waktu yang di tentukan. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir
Lampung.
baik moril maupun materil, untuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati
Pringsewu.
sekaligus pembimbing 1
dengan kemampuan penulis agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi sempurna. Kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk menjadikan Karya Tulis Ilmiah ini jauh
lebih baik lagi. Semoga bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pada
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan dan
manusia. Gangguan jiwa di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan
jiwa ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis). Psikosis ada dua
jenis yaitu: psikosis organisk, dimana didapatkan kelainan pada otak dan
psikosis fungsion tidak terdapat kelainan pada otak. Psikosis salah satu
adalah sindrom perilaku yang secara klinik bermakna atau sindrom psikologis
atau pola yang di hubungkan dengan kejadian distress pada seseorang atau
respon maladaptif terhadap stressor dari dalam dan luar lingkungn yang
kegiatan dan fungsi tubuh (Towsand 2009, di kutip dalam Lelono, 2015).
Masalah-masalah kesehatan jiwa yang selalu muncul dan bahkan dapat terjadi
pada setiap klien yang mengalami gangguan jiwa adalah defisit perawatan
Menurut WHO (2013), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup
tinggi, 25% dari penduduk dunia yang pernah menderita maslah kesehatan
terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh
secara mandiri seperti mandi, berpakaian, makan, BAB dan BAK. Prevalensi
gangguan jiwa berat (psikosis atau skizofrenia) di Indonesia sebesar 1,7 per
jiwa terbanyak di Yogyakarta dengan 2,7 per mil dan Aceh. Sedangkan
36, 2009).
Dampak dari defisit perawatan diri secara fisik yaitu: gangguan integritas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, resiko infeksi pada mata dan
telingga, serta gangguan fisik pada kuku, selain itu juga berdampak pada
mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
Berdasarkan rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung 2016 jumlah
klien yang dirawat berjumlah 1438 jiwa dengan data 753 jiwa skizofrenia
kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain yang ditentukan 48 jiwa,
20.
Provinsi Lampung pada tahun 2017 januari sampai bulan april terdapat 450
perilaku kekerasan 166 jiwa, halusinasi penglihatan 173 jiwa, harga diri
rendah 74 jiwa, isolasi sosial 15 jiwa, defisit perawatan diri 22 jiwa (Rekam
Provinsi Lampung pada tahun 2018 januari sampai bulan april terdapat 427
perilaku kekerasan 197 jiwa, halusinasi penglihatan 140 jiwa, harga diri
rendah 54 jiwa, isolasi sosial 10 jiwa, defisit perawatan diri 26 jiwa (Rekam
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung pada tahun 2018 diruang Cendrawasih.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan khusus
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
kesempurnaan peneliti.
d. Bagi Klien
perawatan diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri, aktivitas makan sendiri, dan
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada klien dengan
sendiri
1. Faktor predisposisi
a. Faktor biologi
1) Sistem limbik
dan emosi
2) Lobus frontal
sistem limbik.
3) Hypothalamus
b. Psikologis
verbal.
2. Faktor Presipitasi
Komponen stressor presipitasi terdiri atas sifat, asal, waktu dan jumlah
stressor.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal
hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman.
4. Sumber koping
5. Mekanisme koping
C. Asuhan Keperawatan
3. Masalah keperawtan
a. Effect
b. Core problem
c. Cause
2012).
a. Mandi/hygiene
b. Berpakaian/berhias
c. Makan
d. Eliminasi
D. Pohon Masalah
Isolasi sosial
E. Diagnosa Keperawatan
2. Isolasi sosial
- Latih cara
berdandan
- Masukkan
kedalam
jadwal
kegiatan
pasien
Sp3
- Evaluasi
kegiatan
yang lalu
(sp1 dan sp2)
- Jelaskan cara
dan alat
makan yang
benar
- Jelaskan cara
menyiapkan
makanan
- Jelaskan cara
merapihkan
peralatan
makanan
- Masukkan
kedalam
jadwal
kegiatan
klien
Sp4
- Evaluasi
kemampuan
pasien yang
lalu (sp1,
sp2, dan sp3)
- Latih cara
BAB dan
BAK yang
baik
- Menjelaskan
tempat BAB
dan BAK
yang sesuai
- Menjelaskan
cara
membersihka
n BAB dan
BAK
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
Desain yang digunakan adalah study kasus, yaitu studi untuk mengekplorasi
B. Batasan Istilah
diri sendiri
C. Partisipan
Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 klien, dengan masalah
defisit perawatan diri, kriteria inklusi defisit perawatan diri, jenis kelamin laki-
laki, klien tidak mampu merawat diri. Kriteria ekslusi klien ada komplikasi
penyakit lain.
17
Studi kasus individu di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, lama waktu
sejak klien pertama kali masuk Rumah Sakit sampai 3 hari. Mulai pengkajian
E. Pengumpulan Data
1. Wawancara
perawat lainnya.
2. Observasi
pelaksanaan.
3. Studi dokumentasi
pengobatan.
F. Analisis Data
1. Pengumpulan data
ditulis dalam bentuk catatan lapangan. Alat dan bahan yang di gunakan
untuk pengumpulan data: alat tulis, peralatan kebersihan diri seperti sabun
2. Mereduksi data
Data dari hasil wawancara dibuat dalam bentuk kolom dan dikelompokan
3. Penyajian Data
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data akan dibahas dan dibandingkan
G. Etik Penelitian
1. Informed consent
3. Confidentiality (kerahasiaan)
4. Anomiliti
5. Justice
6. N0n-maleficience
7. Self determinan
keluarga klien
BAB IV
A. Hasil
rawat inap, cendrawasih, kutilang, melati, napza, dan picu, rawat alan
pada klien yang mengalami defisit perawatan diri. Gedung rawat inap
visi:
Misi:
2. Pengkajian
a. Identitas klien
c. Alasan masuk
Klien 1 Klien 2
Berdasarkan data yang didapat dari Berdasarkan dari status klien, klien
pengkajian, rekam medik, wawancara datang dari UGD pada tanggal 30
dan observasi klien masuk rumah sakit April 2018 diantar keluarga atau adik
jiwa lampung diantar keluarganya dan kakak dengan keluhan, klien lebih
pada tanggal 14 Mei 2018 dengan sering dirumah dan jarang merawat
alasan, kadang-kadang tertawa sendiri diri, klien mendengar suara yang ingin
karena mendengar suara bisikan, mengajaknya berbicara, lebih senang
malas berpakaian, tidak mau merawat menyendiri
diri, jarang keluar rumah hanya, sering
menyendiri
d. Faktor predisposisi
Klien 1 Klien 2
Pernah mengalami Klien mengatakan sudah Klien mengatakan
gamgguan jiwa pernah mengalami sebelumnya tidak pernah
gangguan jiwa sejak mengalami gangguan
e. Pemeriksaan fisik
Klien 1 Klien 2
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada Saat dilakukan pengkajian fisik pada
tn.H terdapat Tn.M
Td:120/80 mmHg Td: 110/80 mm/Hg
Nadi: 84x/menit Nadi: 80x/menit
f. Psikososial
Klien 1 Klien 2
1. Genogram 1. Genogram
Keterangan Keterangan
Laki-laki Laki-laki
perempuan perempuan
klien klien
meninggal meninggal
menikah menikah
tinggal serumah tinggal serumah
cerai cerai
keturunan keturunan
g. Status mental
Klien 1 Klien 2
1. Penampilan: Penampilan:
klien tidak sesuai, tidak rapi, Penampilan klien kurang rapi,
menggunakan baju terbalik, rambut rambut acak-acakan, lengan baju
2. Pembicaraan: Pembicaraan:
Cara berbicara klien cepat tetapi Pembicaraan klien lambat dan
tidak jelas, sulit untuk diajak kurang jelas klien masih dapat
komunikasi, saat di Tanya hanya menjawab pertanyaan yang berikan
menjawab seperlunya dari perawat
7. Persepsi Persepsi
3. Mandi Mandi
klien mengatakan tidak mengerti Klien mengatakan mandi 1x sehari
pentingnya kebersihan diri, Klien saat pagi hari, klien mengatakan
mengatakan jarang mandi, klien mandi tidak pernah menggunakan
mengatakan jarang menggunakan shampo dan sabun, klien mengatakan
i. Mekanisme koping
Klien 1 Klien 2
Adaptif Maladaptif Adaptif Maladaptif
Jika klien Jika ada masalah Saat ditanya apa Klien mengatakan
mempunyai klien hanya diam yang lakukan selalu menyimpan
masalah hanya saja dan ketika ada masalahnya
menceritakan dipendam sendiri masalah klien sendiri, klien
dengan ibunya serta menyendiri, mengatakan tidak mengatakan tidak
klien mengatakan mau mau
tidak ada gunanya menceritakan menceritakan
bercerita dengan masalahnya masalahnya
orang lain, klien Masalah
mengatakan 2 keperawatan:
tahun yang lalu Koping individu
sering mabuk- tidak efektif
mabukan dengan
temannya
Masalah
keperawatan:
koping individu
tidak efektif
Klien 1 Klien 2
Klien berhubungan dengan kelompok: Klien berhubungan dengan kelompok:
Klien mengatakan tidak ada masalah klien mengatakan tidak ada masalah
dalam hubungan spesifik dalam hubungan spesifik
Masalah behubungan dengan Masalah hubungan dengan lingkungan:
lingkungan: klien mengatakan jarang berhubungan
Klien mengatakan jarang berhubungan dengan lingkungan
dengan lingkungan
Masalah berhubungan dengan Masalah berhubungan dengan
pendidikan: pendidikan: klien mengatakan hanya
Klien mengatakan belum lulus SMP lulusan SD
Masalah berhubungan dengan Masalah berhubungan dengan
pekerjaan: pekerjaan: klien mengatakan sebagai
Klien mengatakan saat ini belum seorang petani
bekerja
Masalah berhubungan dengan Masalah berhubungan dengan
perumahan: perumahan: klien mengatakan tinggal
Klien mengatakan tinggal dengan serumah dengan orang tua dan adik-
orang tua dan saudaranya adiknya
Masalah berhubungan dengan Masalah berhubungan dengan
ekonomi: ekonomi: klien mengatakan kebutuhan
Klien mengatakan ekonomi dalam ekonomi keluarganya cukup sehingga
Klien 1 Klien 2
Klien mengatakan sedang berada Klien mengatakan tidak mengerti
dirumah sakit jiwa, klien mengatakan tentang penyakit jiwa dan tidak tau cara
tentang penyakitnya dan apa alasan pengobatannya
klien dirawat dirumah sakit.
l. Aspek medis
Terapi medik
m. Data fokus
Klien 1 Klien 2
DS: DS
- Klien mengatakan tidak mengerti - klien mengatakan tidak mengeti
pentingnya kebersihan diri tentang kebersihan diri
n. Analisa data
No Data Masalah
Klien 1
1 DS: Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan tidak mengerti
pentingnya kebersihan diri
- Klien mengatakan setiap makan hanya
menggunakan tangan
- Klien mengatakan sebelum makan tidak
pernah cuci tangan terlebih dahulu
- Klien mengatakan sebelum makan tidak
pernah baca do`a dulu
- Klien mengatakan hanya mandi 1x sehari
- Klien mengatakan jarang menggunakan
sabun dan shampo saat mandi
- Klien mnegatakan tidak bisa berdandan
- Klien mengatakan tidak pernah menyisir
rambut, cukur jengot/kumis
- Klien mengatakan tidak pernah gosok
gigi
DO:
- klien tampak kotor, mulut klien kotor
- klien tampak tidak rapi
- klien tampak tidak tau cara makan yang
baik
- klien tampak terbalik memakai baju
- rambut klien acak-acakan
- rambut klien berketombe
- rambut klien panjang-panjang
- gigi klien tampak kotor
- mulut klien bau
- klien bau badan
- kuku klien tampak panjang-panjang
2 DS: Isolasi sosial
- klien jarang berkomunikasi dengan klien
lain, lebih sering tidur
- Klien mengatakan malas berkumpul
dengan klien yang lain, klien hanya duduk
dan tiduran.
DO:
- Klien tampak menyendiri
- Klien malas gabung dengan temannya
- Klien tampak tidak berinteraksi dengan
klien lain
3 DS: Harga diri rendah
- Klien mengatakan merasa malu karena
sedang menjalani pengobatan
- Klien merasa sedih karena merasa
diasingkan di RSJ
- Klien mengatakan malu karena lulusan SD
DO:
- Klien tampak sendiri
- Klien tampak sedih
- Bicara klien pelan
4 DS: Resiko halusinasi
- Klien mengatakan kadang-kadang tertawa pendengaran
sendiri karena mendengar bisikan, tidak
ada wujudnya jenis suara itu kadang pria
kadang juga wanita, suara itu seperti
mengajaknya ingin tertawa, suara itu
muncul 1-2 kali selama 2 menitan dalam
seminggu,
- malam hari saat klien ingin tidur klien
mengatakan sedikit merasa terganggu
dengan suara tersebut,
- klien mengatakan hanya diam saat suara
itu muncul, sedikit gelisah dan
mengarahkan telinganya kesuatu titik
DO: -
5 DS: Koping individu tidak
efektif
Klien 2
1 DS: Defisit perawatan diri
- klien mengatakan tidak mengeti tentang
kebersihan diri
- klien malas untuk membersihkan alat
makan setelah makan
- klien mengatakan saat makan jarang
mencuci tangan
- klien mengatakan jarang membersihkan
peralatan makan setelah makan
- klien mengatakan tidak pernah
menggunakan handuk setelah mandi
- klien mengatakan jarang keramas
- klien mengatakan jarang memotong
kuku
- klien mengatakan mandi tidak pernah
menggunakan shampo dan sabun mandi
- klien mengatakan tidak mengerti cara
berdandan
DO:
- rambut klien acak-acakan
- klien bau badan
- kuku klien tampak panjang
- klien tampak kotor, mulut klien kotor
- klien tampak tidak tau cara makan yang
baik
- baju klien tampak kotor
- klien jarang ganti baju
- lengan baju klien tampak digulung
- rambut klien panjang
- kumis tidak rapi, panjang
2 DS: Resiko halusinasi
- Klien mengatakan mendengar suara pendengaran
yang ingin mengajaknya berbicara
- suara itu biasanya mucul pada saat
malam hari mau tidur 1-3 kali dalam
seminggu hanya 2 menitan
DO:
-
3 DS: Isolasi sosial
- Klien mengatakan tidak mempunyai
kegiatan kelompok dimasyarakat
- Klien mengatakan malas untuk
o. Pohon masalah
Klien 1 Klien 2
Klien 1 Klien 2
Defisit perawatan diri Defisit perawatan diri
Isolasi sosial Resiko halusinasi pendengaran
Harga diri rendah Isolasi
Resiko halusinasi pendengaran Harga diri rendah
Koping individu tidak efektif Koping indivudu tidak efektif
Koping keluarga tidak efektif
q. Intervensi
Klien 1
6 25 Mei 2018 Sp 5
1. Evaluasi kegiatan harian
latihan kebersihan diri,
berhias/berdandan, cara
makan dan minum, BAK dan
BAB
2. Latih cara kebersihan diri
mulai dari mandi sampi BAB
dan BAK
3. Nilai kemampuan yang telah
dilakukan secara mandiri
4. nilai apakah defisit perawatan
diri dapat teratasi.
Klien 2
kebersihan diri
3. Jelaskan alat dan cara
kebersihan diri
4. Masukkan kedalam jadwal
pasien
3 24 Mei 2018 Sp2
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
(sp1)
2. Jelaskan pentingnya
berdandan
3. Latih cara berdandan:
berpakaian, menyisir rambut,
bercukur
4. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan klien
4 24 Mei 2018 Sp3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
(sp1 dan sp2)
2. Jelaskan cara dan alat makan
yang benar
3. Jelaskan cara menyiapkan
makanan
4. Jelaskan cara merapikan
peralatan makanan
5. Praktik makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik
6. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan klien
5 25 Mei 2018 Sp4
1. Evaluasi kemampuan klien
yang lalu (sp1, sp2, sp3)
2. Latih cara BAB dan BAK
yang baik
3. Menjelaskan tempat BAB dan
BAK yang sesuai
4. Menjelaskan cara
membersihkan BAB dan
BAK
6 25 Mei 2018 Sp 5
1. Evaluasi kegiatan harian
latihan kebersihan diri,
berhias/berdandan, cara
makan dan minum, BAK dan
BAB
2. Latih cara kebersihan diri
mulai dari mandi sampi BAB
dan BAK
3. Nilai kemampuan yang telah
dilakukan secara mandiri
4. nilai apakah defisit perawatan
diri dapat teratasi.
r. Dokumentasi keperawatan
Klien 1
A:
- Defisit perawatan diri
P:
- Mengingat –ingat yang
belum diceritakan
kepada perawat
Paraf
Ricko arvian
2 23 Mei Sp 1 S:
2018 DS: - Klien mengatakan
09.00 - Klien mengatakan tidak mengerti tentang
wib mengerti pentingnya pentingnya kebersihan
kebersihan diri diri, berdandan:
- Klien mengatakan setiap menyisir rambut, cukur
makan hanya kumis/jengot
menggunakan tangan - Klien mengatakan
- Klien mengatakan sebelum mengerti dan bisa
makan tidak pernah cuci menyebutkan alat dan
tangan terlebih dahulu cara melakukan
- Klien mengatakan sebelum kebersihan diri,
makan tidak pernah baca berdandan: menyisir
do`a dulu rambut, cukur
- Klien mengatakan hanya kumis/jengot,
mandi 1x sehari memakai parfum
- Klien mengatakan jarang O:
menggunakan sabun dan - Klien tampak mampu
shampo saat mandi menyebutkan
- Klien mnegatakan tidak pentingnya kebersihan
diri
bisa berdandan
- Klien mampu
- Klien mengatakan tidak menyebutkan alat dan
pernah menyisir rambut, cara untuk kebersihan
cukur jengot/kumis diri
- Klien mengatakan tidak - Klien tampak bersih,
pernah gosok gigi tidak bau, rapi
DO: A:
- Klien tampak kotor, mulut - Defisit perawatan diri
klien kotor
P:
- Klien tampak malas untuk - Latihan mandi 2x
makan sehari
- Baju klien tampak terbalik
- Rambut klien tampak acak-
acakkan
Diagnosa keperawatan:
Defisit perawatan diri
Tindakan:
Tindakan
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
(sp1)
2. Jelaskan pentingnya
berdandan
3. Latih cara berdandan:
berpakaian, menyisir
rambut, bercukur
4. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan klien
RTL
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
(sp1 dan sp2)
2. Jelaskan cara dan alat
makan yang benar
3. Jelaskan cara menyiapkan
makanan
4. Jelaskan cara merapikan Paraf
peralatan makan setelah
makan
5. Latih kegiatan makan
6. Masukkan kedalam jadwal
kegiatan klien Ricko arvian
4 24 Mei Sp 3 S:
2018 DS: - Klien mengatakan
- Klien mengatakan tidak sudah melakukan
mengerti pentingnya kebersihan diri,
kebersihan diri berdandan: menyisir
rambut, cukur kumis,
- Klien mengatakan setiap
jengot, memakai
makan hanya parfum
menggunakan tangan - Klien mengatakan
- Klien mengatakan sebelum kurang mengerti
makan tidak pernah cuci tentang cara
tangan terlebih dahulu menyiapkan makan,
- Klien mengatakan sebelum dan cara melakukan
makan yang baik
makan tidak pernah baca
O:
do`a dulu - Klien dapat
- Klien mengatakan hanya menyebutkan dengan
mandi 1x sehari pelan-pelan alat dan
- Klien mengatakan jarang cara untuk makan yang
menggunakan sabun dan baik
shampo saat mandi - Klien sedikit kurang
baik dalam melakukan
- Klien mnegatakan tidak makan, klien kurang
bisa berdandan mampu mencuci
Diagnosa keperawatan: A:
Defisit perawatan diri - Defisit perawatan diri
Tindakan: P:
1. Evaluasi kegiatan - Latihan berdandan
kebersihan diri, evaluasi sisiran, cukur
cara berdandan, evaluasi
cara makan dan minum Paraf
yang baik, BAK dan BAB
yang baik
Catatan perkembangan
menggunakan handuk
RTL: setelah mandi
1. Identifikasi kebersihan - Klien mengatakan
jarang keramas
diri, bedandan, makan,
- Klien mengatakan
dan BAB atau BAK jarang memotong kuku
2. Jelaskan pentingnya - Klien mengatakan
kebersihan diri mandi tidak pernah
3. Jelaskan alat dan cara menggunakan shampo
kebersihan diri dan sabun mandi
4. Masukkan kedalam - Klien mengatakan
tidak mengerti cara
jadwal pasien
berdandan
O:
- rambut klien acak-
acakan
- klien bau badan
- kuku klien tampak
panjang
- klien tampak kotor,
mulut klien kotor
- klien tampak tidak tau
cara makan yang baik
- baju klien tampak kotor
- rambut klien panjang
- kumis tidak
rapi,panjang
A:
- Defisit perawatan diri
P:
- Mengingat yang belum
diceritakan kepada
perawat
Paraf
Ricko arvian
2 23 Mei Sp 2 S:
2018 DS: - Klien mengatakan
10.30 wib - klien mengatakan tidak mengerti tentang
mengeti tentang pentingnya kebersihan
kebersihan diri diri, berdandan:
- klien mengatakan saat
menyisir rambut, cukur
makan jarang mencuci
tangan kumis, jengot
- klien mengatakan jarang - Klien mengatakan
membersihkan peralatan mengerti dan bisa
makan setelah makan menyebutkan alat dan
- klien mengatakan tidak cara melakukan
Tindakan:
1. Identifikasi kebersihan
diri, bedandan, makan,
dan BAB atau BAk
2. Jelaskan pentingnya
kebersihan diri
3. Jelaskan alat dan cara
kebersihan diri
4. Masukkan dalam jadwal
kegiatan klien
RTL:
1. Evaluasi kegiatan yang
lalu (sp1)
2. Jelaskan pentingnya
Paraf
berdandan
3. Latih cara berdandan:
berpakaian, menyisir
rambut, bercukur
4. Masukkan kedalam
Ricko arvian
jadwal kegiatan klien
3 24 Mei Sp 2 S:
2018 DS: - Klien mengatakan
- klien mengatakan tidak mengerti tentang
mengeti tentang pentingnya berdandan:
kebersihan diri
menyisir rambut, cukur
- klien mengatakan saat
makan jarang mencuci kumis, jengot,
tangan memakai parfum
4. Menjelaskan cara
membersihkan BAB dan
BAK
RTL:
1. Evaluasi kegiatan harian
latihan kebersihan diri,
berhias/berdandan, cara
makan dan minum, BAK
dan BAB
2. Latih cara kebersihan
diri mulai dari mandi Paraf
sampi BAB dan BAK
3. Nilai kemampuan yang
telah dilakukan secara
mandiri
4. nilai apakah defisit Ricko arvian
perawatan diri dapat
teratasi
6 25 Mei Sp 5 S:
2018 DS: - Klien mengatakan
- Klien mengatakan bisa senang sudah diajarkan
melakukan kebersihan cara kebersihan diri
diri seperti mandi, - Klien mengatakan
berdandan, makan dan tidak akan malas untuk
minum dengan baik, melakukan kebersihan
BAK dan BAB dengan diri
baik
- Klien dapat O:
menyebutkan macam- - Klien mampu
macam kebersihan diri: melakukan semua yang
mandi, berdandan, di ajarkan oleh perawat
makan dan minum - Klien kooperatif
dengan baik, BAK dan
BAB yang baik A:
DO: - Defisit perawatan diri
- Klien terlihat rapi
P:
Diagnosa keperawatan: - Koordinasi dengan
Defisit perawatan diri kakak ruangan untuk
implementasi
Tindakan: selanjutnya
2. Evaluasi kegiatan
kebersihan diri, evaluasi Paraf
cara berdandan, evaluasi
cara makan dan minum
yang baik, BAK dan Ricko arvian
BAB yang baik
RTL:
Koordinasi dengan kakak
ruangan untuk tindakan
selanjutnya
B. Pembahasan
mengalami gangguan defisit perawatan diri pada Tn.H dan Tn.M diruang
pembahasan ini akan diuraikan sesuai tahap proses keperawatan mulai dari
evaluasi
1. Pengkajian
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri, aktivitas makan sendiri, dan
2. Diagnosis
Pembahasan
Menurut videbeck (2008) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan berbeda dari
diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa keperawatan adalah respon klien terhadap
masalah medis atau bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang
merupakan perhatian utama dari diagnosa keperawatan. Menurut keliat (2010), pada
pohon masalah dijelaskan bahwa defisit perawatan diri terjadi karena harga diri
rendah, bisa menyebabkan isolasi sosial: menarik diri. Menarik menarik bisa
menyebabkan masalah utama/core problem defisit perawatan diri, dari defisit
perawatan diri bisa menyebabkan resiko halusinasi. Pada diagnosa keperawatan
keperawatan defisit perawatan dir yang muncul pada Tn. H: resiko halusinasi, isolasi
sosial, harga diri rendah, koping keluarga tidak efektif dan Tn. M: resiko halusinasi,
isolasi sosial, harga diri rendah, koping keluarga tidak efektif, koping individu tidak
efektif.
Pada pembahasan tentang pohon masalah pada Tn. H dan Tn. M kedua klien masing-
masing memiliki koping keluarga tidak efektif dimana pada klien Tn. H klien
mengatakan selalu dibeda-bedakan dengan adiknya sehingga klien merasa tidak
berguna lagi, klien merasa ayah dan ibunya lebih memperdulikan adiknya
dibandingkan dengan klien, klien tampak sedih bicara sendiri. Kemudian pada Tn. M
ditemukan data klien mengatakan hubungan dengan keluarganya kurang baik klien
sering cekcok dengan anggota keluarganya, klien mengatakan sering kali marah
dengan anggota keluarganya karena sering kali ikut campur dengan urusannya.
Kedua klien mengalami harga diri rendah pada Tn. H klien merasa malu karena
orang-orang menjauhinya karena saat ini sedang melakukan pengobatan, klien jarang
berinteraksi dengan temannya, pada Tn. M klien mengatakan bahwa merasa malu
berada dirumah sakit jiwa, klien mengatakan tempat ini hanya untuk orang gangguan
jiwa. Kien sesekali menundukkan kepala,
Pada klien mengalami isolasi sosial pada Tn. H Klien selama diwawancara
kooperatif kontak mata kadang-kadang menatap lawan kadang juga tidak menatap
lawan berbicara klien terkadang menundukkan kepalanya, pada Tn. M klien
mengatakan orang terdekat adalah ibunya, klien mengatakan tidak mempunyai
kegiatan kelompok dimasyarakat klien mengatakan malas untuk berhubungan dengan
orang lain, klien mengatakan lebih suka menyendiri, klien diam, klien malas
bergabung dengan temannya.
Pada klien mengalami resiko halusinasi pendengaran pada Tn. H Klien mengatakan
kadang-kadang tertawa sendiri karena mendengar bisikan, tidak ada wujudnya jenis
suara itu kadang pria kadang juga wanita, suara itu seperti mengajaknya ingin
tertawa, suara itu muncul 1-2 kali selama 2 menitan dalam seminggu, malam hari
saat klien ingin tidur klien mengatakan sedikit merasa terganggu dengan suara
tersebut, klien mengatakan hanya diam saat suara itu muncul, sedikit gelisah. pada
Tn. M Klien mengatakan mendengar suara yang ingin mengajaknya berbicara, suara
itu biasanya mucul pada saat malam hari mau tidur 1-3 kali dalam seminggu hanya 2
menit.
Pada klien mengalami masalah pada Tn. H mengalami defisit perawatan diri dimana
kedua klien tidak sesuai, tidak rapi, menggunakan baju terbalik, rambut acak-acakan
dan berketombe, mulut dan gigi kotor, klien bau badan, kuku klien panjang-panjang,
jarang gosok gigi, Tn. M Penampilan klien kurang rapi, rambut acak-acakan, klien
bau badan, lengan baju digulung-gulung, baju kotor dan jarang mau ganti baju, kuku
panjang-panjang. Hal ini ditemukan baik pada Tn. H dan Tn. M tidak ditemukan
kesenjangan antara teori yang ada dengan fakta yang ditemukan pada klien. Hal ini
yang menjadi dasar bagi penulis untuk mengangkat diagnosa.
3. Intervensi
Dalam menentukan intervensi yang terdapat pada laporan kasus Tn. H dan Tn. M
sesuai dengan intervensiyang didapat pada teori. Penulis dalam melakukan intervensi
berfokus pada satu diagnosa keperawatan saja yaitu defisit perawatan diri. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan waktu dan judul penulis. Selain itu penulis
melakukan intervensi juga berdasarkan pada tujuan yang didalam pembuatan tujuan
penulis membuat batasan waktu dan perawatan klien yaitu 3 hari, ini disebabkan
karena keterbatasan waktu sehingga penulis menetapkan tujuan dan kriteria hasil
diupayakan agar sesuai dengan kondisi, pada intervensi ini penulis sudah berlandasan
pada teori yang ada.
Rencana keperawatan yang penulis lakukan pada Tn. H dan Tn. M dengan defisit
perawatan diri yaitu dengan tujuan agar klien dapat melakukan kegiatan perawatan
diri dengan mandiri atau bantuan perawat. Tujuan khusus pertama BHSP bina
hubungan saling percaya, menanyakan nama, memperkenalkan diri dengan sopan
dan berjabat tangan pada saat pengkajian kedua klien mau menyebutkan nama, dan
berjabat tangan, perawat melakukan tindakan berdasarkan konsep model bahwa
manusia adalahkeseluruhan dari biopsikososial yang terus menerus berinteraksi
dengan lingkungan. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengatasi perubahan biopsikososial fisiologi, konsep diri, fungsi peran, hubungan
interdependen selama sehat sakit tujuan khusus kesatu SP 1: pada klien 1 dan 2 dapat
mengenal defisit perawatan diri dan dapat melakukan kebersihan dan perawatan diri
secara mandiri. Pada saat pengkajian klien mau menceritakan kenapa klien malas
untuk melakukan kebersihan diri pada saat pengkajian. Tujuan khusus kedua SP II:
pada klien 1 dan 2 klien dapat melakukan kebersihan diri menyisir rambut dan
bercukur. Tujuan khusus yang ketiga SP III: pada klien 1 dan 2 klien dapat mengerti
pentingnya makan yang baik dan dapat melakukannya. Tujuan khusus yang keempat
IV: pada klien 1 dan 2 klien dapat mengerti pentingnya BAK dan BAB yang baik
dan pada tempatnya. Pada tujuan khusus kelima SP V: pada klien 1 dan 2 klien
mampu mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah diajarkan
Tahap perencanaan jika dikerjakan dengan baik maka akan bisa melakukan tindakan
selanjutnya sehingga kebutuhan klien terpenuhi. Tahap perencanaan digunakan
untuk merumuskan rencana tindakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah klien
(Potter dan Perry, 2009). Rencana keperawatan harus diisi lengkap dan jelas sesuai
dengan kebutuhan klien agar dalam pelaksanaannya kebutuhan klien terpenuhi.
Rencana keperawatan yang lengkap dan jelas harus menetapkanprioritas masalah,
membuat kriteria hasil, menulis instruksi keperawatan, menulis asuhan keperawatan
(Karlsen, 2007).
Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan pada Tn. H dan Tn. M tidak terdapat
adanya kesenjangan antara konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus.,
karena penulis mengacu pada teori yang ada, dimana tahapan-tahapan perencanaan
yang dilakukan pada kedua klien sesuai dengan keadaan dan kondisi klien, serta
dalam rencana keperawatan penulis sudah memasukkan tiga aspek dalam perencaan,
yang meliputi tujuan umum, tujuan khusus, dan tindakan keperawatan.
4. Implementasi
Klien 1 Klien 2 Pembahasan
Tindakan yang dilakukan Tindakan yang dilakukan Implementasi merupahkan
hari pertama membina hari pertama membina tindakan keperawatan
hubungan saling percaya hubungan saling percaya yang disesuaikan dengan
dan pengkajian, pada hari dan pengkajian, pada hari
rencana tindakan
kedua pelaksanaan kedua pelaksanaan
diagnosa SP 1: diagnosa SP 1: keperawatan. (Keliat,
1. Identifikasi 1. Identifikasi 2010 Dalam kesumo,
kebersihan diri, kebersihan diri, 2015) pelaksanaan
bedandan, makan, dan bedandan, makan, dan implementasi tidak semua
BAB atau BAk BAB atau BAk intervensi yang telah
2. Jelaskan pentingnya 2. Jelaskan pentingnya dibuat dapat dilaksanakan
kebersihan diri kebersihan diri dengan baik.
3. Jelaskan alat dan cara 3. Jelaskan alat dan cara
kebersihan diri kebersihan diri Setelah diberikan
4. Masukkan dalam 4. Masukkan dalam implementasi sesuai
jadwal kegiatan klien jadwal kegiatan klien intervensi dari Sp
pengkajian sampai SP 4,
Sp2: Sp: kedua klien ditemukan
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan data kesenjangan pada Sp
yang lalu (sp1) yang lalu (sp1) 3yaitu: jelaskan cara dan
2. Jelaskan pentingnya 2. Jelaskan pentingnya alat makan yang benar,
berdandan berdandan jelaskan cara menyiapkan
3. Latih cara berdandan: 3. Latih cara berdandan: makanan, jelaskan cara
berpakaian, menyisir berpakaian, menyisir merapikan peralatan
rambut, bercukur rambut, bercukur makan setelah makan,
4. Masukkan kedalam 4. Masukkan kedalam latih kegiatan makan
jadwal kegiatan klien jadwal kegiatan klien
- Implementasi yang
Sp3: Sp3: peneliti lakukan pada
1. Evaluasi kegiatan Tn. H kurang efektif
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu (sp1 dan
yang lalu (sp1 dan diberikan penjelasan
sp2)
sp2) tentang pentingnya
2. Jelaskan cara dan alat
2. Jelaskan cara dan alat makan minum yang
makan yang benar
makan yang benar
3. Jelaskan cara baik, menyiapkan dan
3. Jelaskan cara
menyiapkan makanan merapihkan peralatan
menyiapkan makanan
4. Jelaskan cara makan.
4. Jelaskan cara
merapikan peralatan merapikan peralatan
makanan makanan
5. Praktik makan sesuai Karena respon klien
5. Praktik makan sesuai mampu mengerti akan
dengan tahapan dengan tahapan
makan yang baik tetapi harus di berikan
makan yang baik
6. Masukkan kedalam penjelasan sebanyak
6. Masukkan kedalam
jadwal kegiatan klien 3x. karena Tn. H pada
jadwal kegiatan klien
tahun 2016 pernah di
Sp4: rawat dirumah sakit
Sp4:
1. Evaluasi kemampuan 1. Evaluasi kemampuan jiwa karena latar
klien yang lalu (sp1, klien yang lalu (sp1, belakang saat dirumah
sp2, sp3) sp2, sp3) klien minum obat
2. Latih cara BAB dan 2. Latih cara BAB dan
tidak teratur adanya
BAK yang baik BAK yang baik
3. Menjelaskan tempat perubahan proses
3. Menjelaskan tempat
BAB dan BAK yang BAB dan BAK yang pikir, sehingga saat
sesuai sesuai ditanya mampu
4. Menjelaskan cara 4. Menjelaskan cara menjawab namun
membersihkan BAB membersihkan BAB
sedikit lama.
dan BAK dan BAK
Sehingga hasil dari
implementasi sp 3
kurang efektif, namun
bisa efektif
menggunakan sp 2
yaitu mengajarkan
cara berdandan seperti
menyisir rambut
setelah kebersihan diri
mandi, mencukur
jengot.
Dan klien mampu
mengerti pentingnya
berdandan, dan
mampu melakukakan
menyisisr rambut, dan
mencukur jengot.
- Sedangkan
implementasi yang
peneliti berikan pada
Tn. M lebih efektif
diberikan penjelasan
cara makan yang baik,
diberikan penjelasan
cara menyiapkan
makanan, diberikan
penjelasan cara
merapihkan peralatan
makanan
tangan sebelum
makan, dan membaca
do`a sebelum makan
5. Evaluasi
Pada kasus defisit perawatan diri Tn. H dan Tn. M evaluasi yang penulis dapatkan
yaitu pada defisit perawatan diri kedua klien mampu melakukan kebersihan diri dari
mandi, melakukan perawatan diri, akan tetapi ditemukan data kesenjangan pada
implementasi sp 3 yaitu memberikan penjelaskan cara dan alat makan yang benar,
menjelaskan cara menyiapkan makanan, menjelasakan cara merapihkan peralatan
makan setelah makan, melatih kegiatan makan. Pada Tn. M efektih menggunakan
implementasi sp 3, ternyata tidak efektif pada Tn. H karena klien dipengaruhi riwayat
masa lalu pernah masuk rumah sakit jiwa pada tahun 2016 disebabkan klien tidak
teratur minum obat sehingga klien masuk rumah sakit kembali, karena Tn. H
menggalami gangguan proses pikir atau kognitif menurun.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn. H dan Tn. M selama 3 hari
dan dari evaluasi serta tindakan keperawatan pada klien pada klien defisit
perawatan diri.
2. Diagnosa yang dapat dianalisis pada kasus Tn. H dan Tn. M meliputi dari
defisit perawatan diri, namun pada Tn. H tidak terdapat koping individu
efektif.
keperawatan
4. Pada tahap implementasi yang dilakukan selama tiga hari yaitu tanggal 23
Mei - 25 Mei 2018, pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. H dan Tn.
melakukan kebersihan diri, namun kedua klien berbeda. Pada Tn. M dapat
Tn. H tidak efektif menggunakan sp 3 makan dan minum yang baik tetapi
67
Pada Tn. M
perawatan diri: defisit perawatan diri makan dan minum yang baik telah
cara duduk yang rapi, membaca do`a sebelum makan dan sesudah makan,
B. Saran
1. Institusi
2. perawat
3. Rumah sakit
perawat dan tugas kesehatan lain untuk memberikan proses kesembuhan pada
dan motivasi pada klien dalam mengembalikan kepercayaan diri klien baik
LAMPIRAN-LAMPIRAN